Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG . Perilaku individu tidak berdiri sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan dan faktor pendorong ini mungkin disadari oleh individu, tetapi mungkin juga tidak, sesuatu yang konkrit atau pun abstrak. Para ahli seringkali menjelaskan perilaku individu ini dengan tiga pertanyaan pokok, yaitu: Apa (What), Bagaimana (How) dan Mengapa (Why). Apa yang ingin dicapai oleh individu atau apa tujuan individu, bagaimana cara mencapainya dan mengapa individu melakukan kegiatan tersebut. Apa yang ingin dicapai atau tujuan individu mungkin sama, tetapi bagaimana mencapai dan mengapa individu ingin mencapainya mungkin berbeda. Cara atau kegiatan yang dilakukan individu mungkin sama, tetapai tujuan dan faktor-faktor pendorongnya mungkin berbeda. Demikian juga hal-hal yang mendorong perbuatan individu mungkin sama tetapi tujuan dan cara individu mencapainya bisa berbeda. Bagaimanapun variasinya tetapi ketiga komponen perilaku individu tersebut selalu ada dan merupakan satu kesatuan.
27

psikologi pendidikan kelompok 7.

Jul 24, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: psikologi pendidikan kelompok 7.

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG.

Perilaku individu tidak berdiri sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan

tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan dan faktor pendorong ini

mungkin disadari oleh individu, tetapi mungkin juga tidak, sesuatu yang konkrit atau

pun abstrak. Para ahli seringkali menjelaskan perilaku individu ini dengan tiga

pertanyaan pokok, yaitu: Apa (What), Bagaimana (How) dan Mengapa (Why). Apa

yang ingin dicapai oleh individu atau apa tujuan individu, bagaimana cara

mencapainya dan mengapa individu melakukan kegiatan tersebut.

Apa yang ingin dicapai atau tujuan individu mungkin sama, tetapi bagaimana

mencapai dan mengapa individu ingin mencapainya mungkin berbeda. Cara atau

kegiatan yang dilakukan individu mungkin sama, tetapai tujuan dan faktor-faktor

pendorongnya mungkin berbeda. Demikian juga hal-hal yang mendorong perbuatan

individu mungkin sama tetapi tujuan dan cara individu mencapainya bisa berbeda.

Bagaimanapun variasinya tetapi ketiga komponen perilaku individu tersebut selalu

ada dan merupakan satu kesatuan.

Kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu disebut motivasi, yang

menujukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan

individu tersebut melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan. Sebagai contoh

peserta didik yang bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi untuk mencari

prestasi. Dalam kegiatan belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang

tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas

belajar.

Demikian pula untuk mengubah dan memperbaiki perilaku yang menghambat

belajar di dalam kelas sebaiknya dimulai sejak dini dalam hal ini adalah gurudi

sekolah. Guru mempunyai tugas dan kewajiban membantu siswa untuk

Page 2: psikologi pendidikan kelompok 7.

2

mengembangkan seluruh potensinya, sekaligus membantu siswa yang mengalami

kesulitan akademis dan juga yang mengalami gangguan emosinya termasuk

bagaimana siswa mampu mengendalikan dirinya, utamanya perilaku yang

menghambat belajar yang pada akhirnya siswa mampu meningkatkan prestasi belajar

secara optimal. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis mencoba untuk

mengangakat judul makalah ini “Hakikat dan Pentingnya Motivasi dan

Pengendalian Diri dalam Pembelajaran”.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar pembaca dapat:

1. Mengetahui dan Memahami Hakikat dan pentingnya motivasi

2. Mengetahui dan Memahami Pengendalian diri dalam pembelajaran

1.3 RUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah:

1. Apa hakikat dan pentingnya motivasi dalam pembelajaran?

2. Bagaimana pengendalian diri dalam pembelajaran?

Page 3: psikologi pendidikan kelompok 7.

3

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 HAKIKAT DAN PENTINGNYA MOTIVASI

2.1.1. Pengertian dan Hakikat dari Motivasi

Istilah motivasi baru digunakan sejak awal abad kedua puluh, dari segi

taksonomi, motivasi berasal dari kata “movere” dalam bahasa latin yang artinya

bergerak dan terkandung berbagai hal yang terdapat dalam definisi motivasi antara

lain: keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan dan insentif (Siagian,

:142). Dalam arti kognitif, motivasi diasumsikan sebagai aktivitas individu untuk

menentukan kerangka dasar tujuan dan penentuan perilaku untuk mencapai tujuan itu,

dan dalam arti afeksi, motivasi bermakna sikap dan nilai dasar yang dianut oleh

seseorang atau sekelompok orang untuk bertindak atau tidak bertindak (Danim

Sudarwan, 2004:2). Mc.Donald (dalam Yamin Martinis, 2007: 217) mendefinisikan

motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Namun apaun istilah

yang didefinisikan oleh para ahli pada hakikatnya motivasi merupakan suatu

kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy) atau suatu keadaan yang

kompleks dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu untuk bergerak ke

arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.

Sukmadinata (2007: 61) menyatakan bahwa motivasi terbentuk oleh tenaga-

tenaga yang bersumber dari dalam dan luar diri individu. Terhadap tenaga-tenaga

tersebut beberapa ahli memberikan istilah yang berbeda, seperti: desakan atau drive,

motif atau motive, kebutuhan atau need dan keinginan atau wish. Walau ada

kesamaan dan semuanya mengarah kepada motivasi, terkandung arti khusus terhadap

hal-hal tersebut. Desakan atau drive diartikan sebagai dorongan yang diarahkan

kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah. Motif atau motive adalah

dorongan yang terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rokhaniah.

Kebutuhan atau need merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya

Page 4: psikologi pendidikan kelompok 7.

4

kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang diperlukannya. Keinginan atau wish adalah

harapan untuk mendapatkan atau memiliki sesuatu yang dibutuhkan.

2.1.2. Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Motivasi diakui oleh beberapa ahli psikologi sebagai hal yang sangat penting

dalam pembelajaran di sekolah. Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada

dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut

dengan motivasi belajar. Motivasi belajar adalah dorongan yang terdapat dalam diri

seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih dalam

memenuhi kebutuhannya (Uno, 2007: 3). Sedangkan Yamin Martinis (2007: 219)

mendefinisikan motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri

seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan,

pengalamannya, motivasi juga mendorong dan mengarah minat belajar untuk

mencapai suatu tujuan.

Dimyati dan Mudjiono (2006), menjelaskan bahwa motivasi belajar penting

bagi siswa dan guru.Bagi siswa pentingnya motivasi adalah sebagai berikut:

1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir

2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan

teman sebaya

3. Mengarahkan kegiatan belajar

4. Membesarkan semangat belajar

5. Menyadarkan tentang adanya perjalan belajar dan kemudian bekerja

Bagi guru pentingnya motivasi adalah sebagai berikut:

1. Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat sisw untuk belajar

sampai berhasil

2. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam ragam,

ada yang acuh tak acuh, ada yang tak memusatkan perhatian, ada yang bermain,

disamping yang bersemangat untuk belajar

Page 5: psikologi pendidikan kelompok 7.

5

3. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-

macam peran, seperti sebagai penasihat, fasilisator, instruktur, teman diskusi,

penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik.

4. Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja“ rekayasa pedagogis.

Sukmadinata (2007: 70-72), menjelaskan bahwa bagi seorang guru atau

pendidik peranan motivasi ini penting sekali, mendidik atau mengajar merupakan

pekerjaan yang rumit dan kompleks. Kompleks karena banyak hal yang harus

dipahami, dipersiapkan dan dilakukan, sedangkan rumit karena subjek didi adalah

manusia yang serba misterius. Mendidik dan mengajar memerlukan kesabaran,

ketekunan, ketelitian, tetapai juga kelincahan dan kreativitas dan semua ini

membutuhkan adanya motivasi mendidik atau mengajar yang cukup tinggi agar

peserta didik tidak lekas bosan dan putus asa. Adapun usaha yang dilakukan oleh

guru antara lain:

1. Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan

2. Memilih materi atau bahan pelajaran yang betul-betul dibutuhkan oleh siswa

3. Memilih cara penyajian yang bervariasi, sesuai dengan kemampuan siswa dan

banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba dan

berpartisipasi

4. Memberikan sasaran dan kegiatan-kegiatan antara

5. Berikan kesempatan kepada siswa untuk sukses

6. Berikan kemudahan dan bantuan dalam belajar

7. Berikan pujian atau hadiah

8. Penghargaan terhadap pribadi anak.

Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga

semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seseorang

yang tinggi motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat

membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya dan menyelesaikan

masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya kurang atau rendah tampak acuh

tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak fokus pada pelajaran, suka

mengganggu teman di kelas, sering meninggalkan pelajaran (bolos), akibatnya

Page 6: psikologi pendidikan kelompok 7.

6

banyak mengalami kesulitan belajar.Dalam proses belajar mengajar, motivasi belajar

peserta didik dapat diamati dari beberapa indikator. Pertama: ketekunan dalam

belajar, Kedua: keseringan belajar, Ketiga: komitmen dalam memenuhi tugas-tugas

sekolah, Keempat: frekuensi kehadirannya di sekolah. Sementara peserta didik yang

memiliki motivasi rendah akan melakukan hal yang sebaliknya.

Ditambahkan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006), adapun unsur-unsur yang

mempengaruhi motivasi belajar antara lain:

1. Cita-cita atau Aspirasi siswa

2. Kemampuan siswa

3. Kondisi siswa

4. Kondisi lingkungan siswa

5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

2.1.3. Jenis dan Sifat Motivasi

1. Jenis Motivasi

Dimyati dan Mudjiono (2006) menjelaskan bahwa motivasi dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu:

a. Motivasi Primer, adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar yang

umumnya berasal dari segi biologis atau jasmaniah manusia.

b. Motivasi Sekunder, perilaku manusia tidak hanya terpengaruh oleh factor

biologis tetapi juga factor-faktor sosial, oleh karena itu motivasi sekunder

disebut juga dengan motivasi sosial. Perilaku motivasi sekunder terpengaruh

oleh adanaya sikap, emosi, pengetahuan yang dipercaya, kebiasaan dan

kemauan.

2. Sifat Motivasi

Yamin Martinis (2011), menjelaskan bahwa motivasi dibedakan dalam dua sifat,

yaitu:

a. Instrinsik, adalah kegiatan kebutuhan-kebutuhan yang timbul dari dalam diri

subjek yang belajar. Namun perlu diperhatikan bahwa bukan berarti instrinsik

Page 7: psikologi pendidikan kelompok 7.

7

dapat berdiri sendiri tanpa sokongan dari luar seperti peran guru, orang tua

dalam menyadarri anak didiknya untuk belajardan memiliki pengetahuan.

b. Ekstrinsik, adalah kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan

seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri.

Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel (1989:94)

diantaranya: Pertama, belajar demi memenuhi kewajiban; Kedua, belajar demi

menghindari hukuman yang diancamkan; Ketiga, belajar demi memperoleh

hadiah material yang disajikan; Keempat, belajar demi meningkatkan gengsi;

Kelima, belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang

tua dan guru; Keenam, belajar demi tuntutan jabattan yang ingin dipegang atau

demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan administratif.

2.1.4. Teori Motivasi

Yamin Martinis (2011) menjelaskan teori motivasi antara lain:

1. Teori Kebutuhan (Teori Maslow)

Maslow (dalam Boeree, 2006:276-290) menempatkan lima lapisan kebutuhan, antara

lain:

a. Kebutuhan Fisiologi

Perwujudan paling nyata dari kebutuhan fisiologi ialah kebutuhan-kebutuhan

pokok manusia seperti pangan, sandang dan perumahan, dimana kebutuhan ini

dipandang sebagai kebutuhan yang paling mendasar dari sejak lahir hingga

ajalnya dan tanpa pemuasan berbagai kebutuhan tersebut seseorang tidak dapat

dikatakan hidup secara normal (Siagian, :146). Kebutuhan fisiologi mencakup

kebutuhan-kebutuhan kita terhadap oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium,

mineral, vitamin, pH yang seimbang, suhu udara standar (37 C), kebutuhan

untuk bergerak, istirahat, tidur dan ekresi, menghindari bahaya dan penyakit,

berhubungan seks

b. Kebutuhan Rasa Aman

Ketika kebutuhan fisiologi sudah diperhatikan, barulah kebutuhan rasa aman ini

muncul, kita menginginkan situasi dan kondisi yang aman, stabil dan

Page 8: psikologi pendidikan kelompok 7.

8

terlindungi, kita juga menginginkan sturuktur dan tatanan, menginginkan

tinggal berdekatan dengan tetangga yang baik, pekerjaaan yang aman,

perencanaan masa pensiun yang matang, asuransi dan lain

sebagainya.Kebutuhan ini timbul karena adanya dorongan-dorongan untuk

menjaga atau melindungi diri dari gangguan, baik gangguan alam, binatang,

iklim, maupun penilaian manusia (Sukmadinata, 2007:68). Ditambahkan oleh

Siagian ( ), bahwa kebutuhan keamanan dapat dilihat dari segi keamanan

fisik (seperti: keamana dalam bekerja) dan dari segi keamanan fisiologi (seperti:

perlakuan manuasiawi dan adil).

c. Kebutuhan Persaudaraan, Cinta dan Rindu

Ketika kubuhan fisiologi dan rasa aman sudah terpenuhi, kebutuhan ini muncul,

kita mulai merasa butuh teman, kekasih, anak agar kita tidak merasakan

kesendirian dan kesepian. “Kebutuhan ini mendorong kita untuk membina

hubungan baik, kasih sayang, persaudaraan, baik dengan jenis kelami yang

sama maupun yang berbeda” (Sukmadinata, 2007:68).

d. Kebutuhan Harga Diri

Maslow mengatakan bahwa ada dua bentuk kebutuhan harga diri ini: Pertama,

bentuk lemah (adalah kebutuhan kita untuk dihargai orang lain, kebutuhan

terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi, bahkan

dominasi) dan Kedua, bentuk kuat (adalah kebutuhan kita untuk percaya diri,

kompetensi, kesuksesan, independesi dan kebebasan).

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri

“Manusia memiliki potensi-potensi yang dibawa dari kelahirannya dan

kodratnya sebagai manusia. Potensi dan kodrat ini perlu diaktualkan atau

dinyatakan, dalam berbagai bentuk, sifat, kemampuan dan kecakapan nyata.

Melalui berbagai bentuk upaya belajar dan pengalaman individu berusaha

mengaktulkan semua potensi yang dimilikinya” (Sukmadinata. 2007:68).

Kebutuhan-kebutuhan ini mencakup hasrat untuk terus-menerus maju

mewujudkan potensi-potensi diri, keinginan untuk menjadi “apa yang Anda

bisa”, menjadi yang sempurna, menjadi “Anda” yang sebenarnya.

Page 9: psikologi pendidikan kelompok 7.

9

2. Teori Kebutuhan Berprestasi (Teori McClelland)

McClelland (dalam Gibson. 1993:97-100) mengemukakan seseorang

mempunyai motivasi untuk bekerja karena adanya kebutuhan untuk berprestas.

Motivasi ini merupakan fungsi dari tiga variable, yaitu: Pertama, kebutuhan untuk

berhasil (the need to achieve); Kedua, kemungkinan sukses (the probability of

success) dan Ketiga. Persepsi tentang nilai tugas tersebut (perception of the outcome)

(Zenzen, 2002).

Menurut McClelland karekteristik orang yang berprestasi tinggi (high

achiever) memiliki tiga ciri umum yaitu: Pertama, sebuah preferensi untuk

mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat: Kedua, menyukai situasi-

situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri dan bukan

karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran: Ketiga menginginkan umpan balik

tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang

berprestasi rendah.

3. Teori Alderfer (Teori ERG)

Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG” dalam

teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu: E = Existence

(kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan

pihak lain dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan).

Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Petama,

secara konseptual terdapat persamaan antara teori yang dikembangkan oleh Maslow

dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama

dan kedua dari teori Maslow: “Relatedness” senada dengan hierkaki kebutuhan ketiga

dan keempat menurut Maslow; dan “Growth” mengandung makna sama dengan “Self

Actualization” menurut Mslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai

jenis kebutuhan manusia itu di usahakan pemuasannya secara serentak

Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa:

a. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan

untuk memuaskannya

Page 10: psikologi pendidikan kelompok 7.

10

b. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi semakin besar

apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan.

c. Sebaliknya semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkanya lebih tinggi

srmakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.

Tampaknya pandang ini didasarkan kepada sifat pragmatism oleh manusia.

Artinya karena menyadari ketenbatasannya seseorang dapat menyesuaikan diri pada

kondisi obyektif yang dihadapinya antara lain dengan memuaskan perhatiannya

kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.

4. Teori Dua Faktor (Teori Herzberg)

Teori dua faktor ini terdiri dari: Pertama, faktor motivasional yaitu hal-hal

yang mendorong berprestasi yang sifatnya instrinsik yang artinya bersumber dalam

diri seseorang. Yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan

seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier

dan pengakuan orang lain.Dan Keduafaktor hygiene atau pemeliharaan yaitu faktor-

faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti dari luar diri yang turut menentukan

perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Yang tergolong faktor-faktor hygiene

antara lain: status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan

atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan kerjanya, teknik penyeliaan yang

diterapkan oleh para penyelia, kebijakn organisasi, system administrasi dalam

organisaasi, kondisi kerja dan system imbalan yang berlaku.

Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Harzberg ialah

memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam

kehidupan seseorang, apakah yang bersifat instriksi ataukah yang bersifat ekstrinsik.

5. Teori Keadilan

Teori keadilan ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk

menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi

denga imbalan yang diterima. Artinya apabila seseorang pegawai mempunyai

Page 11: psikologi pendidikan kelompok 7.

11

persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemukinan dapat

terjadi, yaitu:

1. Seseorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau

2. Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang

menjadi tanggung jawabnya.

Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa

para pejabat dan petugas dibagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai

persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas dikalangan para pegawai. Apabila

sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negative bagi organisasi, seperti

ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam

penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan

pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke

organisasi lain.

6. Teori Penerapan Tujuan (Goal Setting Theory)

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki

empat macam mekanisme motivasional yakni:

a. Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian

b. Tujuan-tujuan mengatur upaya

c. Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi

d. Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

7. Teori Harapan (Teori Victor H.Vroom)

Teori harapan memiliki tiga asumsi pokok:

a. Setiap orang percaya bahwa ia berperilaku dengan cara harapan hasil (outcome

expectancy). Misalnya anda mempunyai harapan bahwa bila anda memiliki skor

dalam mata kuliah psikologi pendidikan seekurang-kurangnya dengan nilai 80,

anda tentu dinyatkan lulus dalam mata kuliah ini. Jadi dapat didefinisikan suatu

harapan hasil sebagi penilain subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa hasil

tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut.

Page 12: psikologi pendidikan kelompok 7.

12

b. Setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu, ini disebut

dengan valiancy (valence). Misalnya anda menghargai sebuah gelar, pangkat

dari kemajuan karir, mungkin seseorang menghargai suatu hasil pekerjaannya

atau hasil usaha yang dilakukan selama ini. Jadi valency dapat kita definisikan

sebagai nilai yang orang berikan kepada suatu hasil yang diharpkan.

c. Harapan usaha merupakan kemungkinan bahwa usaha seseorang akan

menghasilkan pencapaian suatu tujuan tertentu, misalnya anda percaya dengan

membaca buku psikologi pendidikan dengan giat anda akan memperoleh nilai

80 dalam ujian semester, namun apabila anda berusaha lebih giat lagi untuk

mempelajarinya anad akan mendapatkan nilai 90.

Motivasi dijelaskan dengan mengkoordinasikan ketiga prinsip ini. Orang

akan termotivasi bila iia percaya bahwa: Pertama, suatu perilaku tertentu akan

menghasilkan hasil tertentu; Kedua, hasil tersebut mempunyai nilai positif baginya

dan Ketiga, hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang.

8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku

Prinsip-prinsip motivasi adalah memberi penguatan, sokongan, arahan pada

perilaku yang erat kaitannya dengan prinsip-prinsip dalam belajar yang telah ditemui

oleh para ahli ilmu belajar. Memberikan motivasi kepada peserta didik, berarti kita

memberdayakan afeksi mereka agar dapat melakukan sesuatu, melalui penguatan

langsung (eksternal), penguatan pengganti dan penguatan diri sendiri.

Dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak

seseorang ditentukan oleh berbagai konsekwensi eksternal dari perilaku dan

tindakannya. Artinya dar berbagai faktor diluar diri seseorang turut berperan sebagai

penentu dan pengubah perilaku. Dalam hal ini berlakulah apanya yang dikenal

dengan “hokum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk

mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya

dan mengelakkan perilaku yang mengakibatkan perilaku yang mengakibatkan

timbulnya konsekwensi yang merugikan.

Page 13: psikologi pendidikan kelompok 7.

13

9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi

Menurut model ini, motivasi seseorang individu sangat di pengaruhi oleh

berbagai faktor, yaitu :

1. Faktor internal, yang termasuk faktor internal adalah :

a. Persepsi seseorang mengenal diri sendiri

b. Harga diri

c. Harapan pribadi

d. Kebutuhan

e. Keinginan

f. Kepuasan kerja

g. Prestasi kerja yang dihasilkan

2. Faktor eksternal, yang termasuk faktor eksternal antara lain :

a. Jenis dan sikap pekerjaan

b. Kelompok kerja dimana seseorang bergabung

c. Organisasi tempat bekerja

d. Situasi lingkungan pada umumnya

e. Sistim imbalan yang berlaku dan cara penerpannya

2.2 PENGENDALIAN DIRI DALAM PEMBELAJARAN

Untuk mengubah dan memperbaiki perilaku yang menghambat belajar di

dalam kelas sebaiknya dimulai sejak dini dalam hal ini adalah gurudi sekolah. Guru

mempunyai tugas dan kewajiban membantu siswa untuk mengembangkan seluruh

potensinya, sekaligus membantu siswa yang mengalami kesulitan akademis dan juga

yang mengalami gangguan emosinya termasuk bagaimana siswa mampu

mengendalikan dirinya utamanya perilaku yang menghambat belajar yang pada

akhirnya siswa mampu meningkatkan prestasi belajar secara optimal.

Peran guru sebagai pembimbing diwujudkan dalam berbagai bentuk antara

lainmembantu siswa mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai

Page 14: psikologi pendidikan kelompok 7.

14

pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkan untuk melanjutkan pendidikan pada

tingkat yang lebih tinggi ( Nurihsan Juntika, 2003:72).

Modifikasi perilaku individu terjadi akibat dari pengalaman dalam belajar

siswa.Pengalaman belajar siswa yang baik akan menghasilkan belajar siswa yang

baik pula. Jikapengalaman belajar siswa buruk akan menghasilkan prestasi belajar

yang siswa buruk. Pengalaman belajar siswa yang buruk dapat terjadi di dalam situasi

mengikuti pelajaran di dalam kelas. Seperti bercirikan perilaku ; berjalan-jalan,

mengobrol, berpaling muka, menggerakkan benda, dan memukul teman, perilaku

yang demikian itu dapat disebut perilakumenghambat belajar siswa dalam kelas.

Untuk mengubah Perilaku menghambat siswa dapat menggunakan metode

eksternal untuk memperbaiki perilaku subyek. Seperti: penguatan positif (positive

reinforcement), Penghapusan bantuan (timeout), atau pemberian contoh (modelling),

(Corey 1987:431). Sehubungan dengan pengendalian diri Walker (1969) untuk

modifikasi perilaku tersebut dipergunakan prosedur berikut :

a. Memantau dan menguatkan perilaku siswa oleh guru,

b. Memantau dan menguatkan perilaku yang tepat oleh siswa sendiri,

c. Pengendalian diri secara wajar dengan konsekuensi di dalam lingkungan secara

wajar.

Penerapan modifikasi perilaku menghambat belajar dalam pelaksanaannya

didasarkan pada hubungan stimulus, tanggapan, konsekuen dan reinforcement.

Stimulus (S) merupakan isyarat yang menggerakkan terjadinya perilaku pengendalian

diri. Tanggapan (T) merupakan perilaku yang dapat diamati dan diukur, tanggapan

yang dimaksud ialah perilaku menghambat belajar. Konsekuen (K) merupakan

perilaku yang mempengaruhi, apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan

berapa banyak pengulangannya yang berbentuk kepuasan atau ketidak puasan.

Penguatan (P) merupakan stimulus yang meningkatkan kekuatan perilaku.

Guru sebagai pengubah perilaku yang menghambat belajar siswa di dalam

kelas dapat menggunakan prosedur mengajarkan perilaku pengendalian diri kepada

siswa (Workman, 1982:4). Prosedur mengajarkan teknik perilaku pengendalian diri

(self –control) dilaksanakan dengan menggunakan tiga cara yaitu :

Page 15: psikologi pendidikan kelompok 7.

15

1. Penilaian diri (self – assessment )

2. Pemantauan diri ( self monitoring)

3. Penguatan diri (self- reinforcement)

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dirujuk tahapan modifikasi perilaku

menggunakan dua tahap dari teori Walker, yaitu teknik pengendalian diri sebagai

sistem pengubahan perilaku dalam treatment menggunakan tiga komponen; Teknik

penilaian diri (self-assesment) menggunakan teknik pengukuran diri (self-rating):

Teknik pemantauan diri (self-monitoring) menggunakan teknik pemantauan diri

(interval self-monitoring), dan teknik penguatan diri (self-reinforcement)

menggunakan teknik penguatan diri terbuka (over selfreinforcement).

Page 16: psikologi pendidikan kelompok 7.

16

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pada makalah, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Hakikatnya motivasi merupakan suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau

daya (energy) atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan (preparatory

set) dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari

maupun tidak disadari.

2. Motivasi diakui oleh beberapa ahli psikologi sebagai hal yang sangat penting

dalam pembelajaran di sekolah. Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau

pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan inilah yang

disebut dengan motivasi belajar.

3. Guru sebagai pengubah perilaku yang menghambat belajar siswa di dalam kelas

dapat menggunakan prosedur mengajarkan perilaku pengendalian diri kepada

siswa (Workman, 1982:4). Prosedur mengajarkan teknik perilaku pengendalian

diri (self –control) dilaksanakan dengan menggunakan tiga cara yaitu :

1. Penilaian diri (self – assessment )

2. Pemantauan diri ( self monitoring)

3. Penguatan diri (self- reinforcement)

3.2 Saran

Untuk tercapainya tujuan pembelajaran, diperlukan adanya motivasi dan teknik

pengendalian diri yang dilakukan guru atau pendidik kepada siswa, sehingga proses

belajar mengajar dapat berjalan denagan lancar. Pemahaman guru atau pendidik

dalam memotivasi dan mengendalikan sikap siswa dirasakan sangat penting untuk

mendorong siswa untuk belajar dan merubah sikap atau perilaku siswa.

Page 17: psikologi pendidikan kelompok 7.

17

DAFTAR PUSTAKA

Corey Gerald 1987. Theory and practice of counseling and psychotherapy. Pacific

Grove:Brooks / Cole Publising Company, Edisi IV.

Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT.Rineka Cipta

Nurihsan Juntika. 2003. Dasar – dasar Bimbingan Konseling. Bandung: Mutiara

Siagian, Sodang P. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Sukmadinata, Nana Sayaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung: PT.Remaja Rosda Karya

Sudarwan, Danim. 2004. Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok. Jakarta :

PT.Rineka Cipta

Yamin, Martinis.2011 .Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada

Press

Walker,E.L. 1969. Conditioning and Instrumental Learning, (Terjemahan, Team

FakultasPsikologi Universitas Indonesia). Jakarta : Universitas Indonesia

Workman, E.A.1982.Teaching behavior self- control to student. Texas, USA; Pro-

ed..