BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seandainya dalam semua segi, setiap orang sama seperti kebanyakan atau bahkan semua orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan pengalaman diri kita sendiri. Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami/istri dan anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain.kita harus memahami defenisi dari kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan teori- teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar tembentuk suatu kepribadian yang 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seandainya dalam semua segi, setiap orang sama seperti
kebanyakan atau bahkan semua orang lain, kita bisa tahu
apa yang diperbuat seseorang dalam situasi tertentu
berdasarkan pengalaman diri kita sendiri. Kenyataannya,
dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas.
Akibatnya yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami
salah paham dengan teman di kampus, sejawat di kantor
tetangga atau bahkan dengan suami/istri dan anak-anak
dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang
dilakukan oleh seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh,
dan masih banyak lagi.
Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka
acuan untuk memahami dan menjelaskan tingkah laku diri
sendiri dan orang lain.kita harus memahami defenisi dari
kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain
itu kita membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku, teori
tentang kepribadian agar tembentuk suatu kepribadian yang
baik. Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada
kepribadian setiap individu dapat dihindari.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumsan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana konsep-konsep kepribadian?
1
2. Menjelaskan jenis-jenis gangguan kepribadian.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Untuk memahami konsep-konsep kepribadian.
2. Untuk memahami jenis-jenis gangguan kepribadian.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini, yaitu:
1. Pendahuluan
2. Pembahasan
3. Penutup
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Kepribadian
Kata “kepribadian” (personality) sesungguhnya
sesungguhnya berasal dari kata latin: pesona. Pada mulanya
kata personaini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan
oleh pemain sandiwara di zaman romawi dalam memainkan
perannya. Lambat laun, kata persona (personality) berubah
menjai satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial
tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok
masyarakat, kemudian individu tersebut diharapkan
bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran
sosial yang diterimanya.
Kepribadian (Allport, 1971) adalah organisasi-organisasi
dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang
turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar
sekali dibuat gambaran yang umum tentang kepribadian.
Yang dapat kita lakukan adalah mencoba mengenal
seseorang dengan mengetahui struktur kepribadiannya.
Struktur kepribadian ini dapat diketahui melalui
pemeriksaan terhadap sejarah hidup, cita-cita, dan
persoalan-persoalan yang dihadapi seseorang.
B. Pembentukan Kepribadian
3
Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut
membentuk kepribadian, kita dapat membedakannya dalam
dua golongan :
1. Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-
tiap individu dalam kebudayaan tertentu. Pengalaman ini
erat hubungannya dengan fungsi dan peranan seseorang
dalam masyarakat. Misalnya, sebagai laki-laki atau
wanita seseorang mempunyai hak dan kewajiban
tertentu. Beberapa dari peran itu dipilih sendiri oleh
orang yang bersangkutan tetapi masih tetap terikat pada
norma-norma masyarakat, misalnya jabatan atau
pekerjaan. Meskipun demikian, kepribadian seseorang
tidak dapat sepenuhnya diramalkan atau dikenali hanya
berdasarkan pengetahuan tentang struktur kebudayaan
dimana orang itu hidup. Hal ini disebabkan karena :
a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah
sama karena medianya (orang tua, saudara, media
massa dan lain-lain) tidaklah sama pula pada setiap
orang. Setiap orang tua atau media massa mempunyai
pandangan dan pendapatnya sendiri sehingga orang-
orang yang menerima pandangan dan pendapat yang
berbeda-beda itu akan berbeda-beda pula
pendiriannya.
b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman
yang khusus, yang terjadi pada dirinya sendiri.
2. Pengalaman yang khusus, yaitu yang khusus dialami
individu sendiri. Pengalaman ini tidak tergantung pada
status dan peran orang yang bersangkutan dalam
masyarakat.
4
Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang
khusus di atas memberi pengaruh yang berbeda-beda pada
tiap individu-individu itu pun merencanakan pengalaman-
pengalaman tersebut secara berbeda-beda pula sampai
akhirnya ia membentuk dalam dirinya suatu stuktur
kepribadian yang tetap (permanen). Proses integrasi
pengalaman-pengalaman ke dalam kepribadian yang makin
lama makin dewasa, disebut proses pembentukan identitas
diri.
Proses pembentukan identitas diri harus melalui
berbagai tingkatan. Salah satu tingkat yang harus dilalui
adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk menjadi identik
(sama) dengan orang lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak,
saudara, guru, dan sebagainya. Pada masa remaja, tahap
identifikasi ini dapat menyebabkan kebingungan dan
kekaburan akan peran sosial, karena remaja-remaja
cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan beberapa
tokoh sekaligus, misalnya dengan ayahnya, bintang film
kesayangannya, tokoh politik favoritnya dan sebagainya.
Kalau kekaburan akan peranan sosial ini tidak dapat
dihapuskan sampai remaja itu menjadi dewasa, maka besar
kemungkinannya ia akan menderita gangguan-gangguan
kejiwaan pada masa dewasanya. Karena itu penting sekali
diusahakan agar remaja dapat menentukan sendiri identitas
dirinya dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya
terhadap orang-orang lain untuk akhirnya menjadi dirinya
sendiri.
C. Teori-Teori Kepribadian
5
Ada empat teori kepribadian utama yang satu sama lain
tentu saja berbeda, yakni teori kepribadian psikoanalisis,
teori-teori sifat (trait), teori kepribadian behaviorisme, dan
teori psikoligi kognitif.
1. Teori Kepribadian Psikoanalisis
Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian
manusia, Freud membangun model kepribadian yang
saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu
sama lain. Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian
tersebut menciptakan energi psikis individu. Energi dasar
ini menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut
pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan
superego.
Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari
pemuasan segera impuls biologis; ego mematuhi prinsip
realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai dengan
cara yang diterima masyarakat, dan superego (hati
nurani;suara hati) memiliki standar moral pada individu.
Jadi jelaslah bahwa dalam teori psikoanalisis Freud, ego
harus menghadapi konflik antara id ( yang berisi naluri
seksual dan agresif yang selalu minta disalurkan) dan
super ego (yang berisi larangan yang menghambat naluri-
naluri itu). Selanjutnya ego masih harus
mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum
menampilkan perilaku tertentu.
Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego
bukannya menghadapi konflik antara id dan superego,
melainkan harus mengelola dorongan-dorongan yang
datang dari ketidak sadaran kolektif (yang berisi naluri-
naluri yang diperoleh dari pengalaman masa lalu dari
6
masa generasi yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi yang
berisi pengalaman pribadi yang diredam dalam
ketidaksadaran. Berbeda dengan Freud, Jung tidak
mendasarkan teorinya pada dorongan seks.
Bagi erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya
id, ego, dan superego, menurutnya, yang terpenting
bukannya dorongan seks dan bukan pula koflik antara id
dan superego. Bagi Erikson, manusia adalah makhluk
rasional yang pikiran, perasaan, dan perilakunya
dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif, bukan pasif
seperti pada teori freud, dan merupakan unsur utama dari
kepribadian yang lebih banyak dipengarihi oleh faktor
sosial daripada dorongan seksual.
2. Teori-Teori Sifat (Trait Theories)
Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type
theories) yang menekankan aspek kepribadian yang
bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori-teori
ini menyatakan bahwa manusia memiliki sifat atau sifat-
sifat tertentu, yakni pola kecenderungan untuk bertingkah
laku dengan cara tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini
menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari
situasi ke situasi.
Allport membedakan antara sifat umum (general trait)
dan kecenderungan pribadi (personal disposition). Sifat
umum adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan
individu satu sama lainnya. Kecenderungan pribadi
dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat
yang ada dalam diri individu. Dua orang mungkin sama-
sama jujur, namun berbeda dalam hal kejujuran berkaitan
7
dengan sifat lain. Orang pertama, karena peka terhadap
perasaan orang lain, kadang-kadang menceritakan
“kebohongan putih” bagi orang ini, kepekaan sensitivitas
adalah lebih tinggi dari kejujuran. Adapun orang orang
kedua menilai kejujuran lebih tinggi, dan mengatakan apa
adanya walaupun hal itu melukai orang lain. Orang
mungkin pula memilki sifat yang sama, tetapi dengan
motif berbeda. Seseorang mungkin berhati-hati karena ia
takut terhadap pendapat orang lain, dan orang lain
mungkin hati-hati karena mengekspresikan kebutuhannya
untuk mempertahankan keteraturan hidup.
Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah
teori-teori dari Willim Sheldom. Teori Sheldom sering
digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun demikian ia
sebenarnya menolak pengotakkan menurut tipe ini.
Menurutnya, manusia tidak dapat digolongkan dalam tipe
ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-tidaknya seseorang
memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut
derajat dan tingkatannya masing-masing. Kombinasi
ketiga komponen ini menimbulkan berbagai kemungkinan
tipe fisik yang isebutnya sebagai somatotipe. Menurut
Sheldom ada tiga komponen atau dimensi temperamental
adalah sebagai berikut :
a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia
yang tinggi, memiliki sifat-sifat, antara lain suka makan