BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDalam tubuh manusia terdapat
berbagai macam system diantarannya system respirasi, system
kardiovaskuler, sistem pencernaan dan lain sebagainya yang mana
masing masing sistem tersebut memiliki fungsi-fungsi
tersendiri.Dalam sistem respirasi sendiri berperan penting dalam
kehidupan manusia, salah satu penyakit yang terjadi pada system
respirasi adalah asfiksia dan bronchitis, Asfiksia dapat terjadi
pada neonatus atau bayi setelah lahir sedangkan bronchitis dapat
terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. asfiksia sendiri
merupakan keadaan dimana dimana bayi tidak dapat segera bernafas
scara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera
setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk
apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan
yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang
mungkin timbulsedangkan secara harfiah bronkhitis adalah suatu
penyakit yang ditanda oleh adanya inflamasi pada bronkus. Secara
klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau
gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan
dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri
sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut
memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )Masalah-masalah yang sering
timbul pada klien asfiksia dan bronchitis diantaranya sesak nafas,
resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi dan masih banyak yang
lainnya. Sehingga Kita sebagai perawat profesional dituntut untuk
dapat melakukan tindakan dalam menghadapi masalah pada klien
ini.
1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana definisi, etiologi, klasifikasi,
manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, penatalaksanaan medis
dan pemeriksaan penunjang pada ASFIKSIA dan BRONKITIS?2. Bagaimana
Asuhan Keperawatan pada pasien ASFIKSIA dan BRONKITIS?1.3 Tujuan 1.
Untuk mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pathway, penatalaksanaan medis dan
pemeriksaaan penunjang pada ASFIKSIA dan BRONKITIS?2. Untuk
mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien ASFIKSIA dan
BRONKITIS?
BAB IITINJAUAN TEORI2.1 KONSEP DASAR ASFIKSIA2.1.1 Pengertian
AsfiksiaAsfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas scara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia
akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala
lanjut yang mungkin timbul. (Prawirohardjo: 1991).Asfiksia
neonatarum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur segera stelah lahir keadaan tersebut dapat
disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, dan sampai ke
asidosis. Keadaan asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya
kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru. Proses
terjadinya asfiksia neonatarum ini dapat terjadi pada masa
kehamilan, persalinan, atau dapat terjadi segera setelah lahir,
banyak faktor yang menyebabkannnya diantaranya adanya penyakit pada
ibu sewaktu hamil seperti hipertensi, paru, gangguan konstraksi
uterus pada ibu resiko tinggi kehamilan, dapat terjadi pada faktor
plasenta seperti janin dengan solusio plasenta, atau juga faktor
janin itu sendiri.( Hidayat, 2005). 2.1.2 Etiologi Beberapa kondisi
tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang.
Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang
dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor
tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada
bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan
bayi berikut ini:1. Faktor ibu Preeklampsia dan eklampsia
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) Partus
lama atau partus macet Demam selama persalinan Infeksi berat
(malaria, sifilis, TBC, HIV) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42
minggu kehamilan)2. Faktor Tali Pusat Lilitan tali pusat Tali pusat
pendek Simpul tali pusat Prolapsus tali pusat3. Faktor Bayi Bayi
prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) Persalinan dengan tindakan
(sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi
forsep)Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatarum terjadi
karena pertukaran gas serta transfer O2 dari ibu ke janin sehingga
terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.
Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau
kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena
hal-hal yang diderita oleh ibu dalam persalinan. Gangguan menahun
dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun
seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain. Pada
keadaan terakhir ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh
gangguan oksigenasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan
berhubungan dengan gangguan fungsi plasenta. Hal ini dapat dicegah
atau dikurangi dengan melakukan pemeriksaan antenatal yang
sempurna, sehingga perbaikan sedini-dininya dapat diusahakan.
Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan bersifat lebih mendadak
dan hampir selalu mengakibatkan anoksia atau hipoksia janin dan
berakhir dengan asfiksia bayi. Keadaan ini perlu dikenal, agar
dapat dilakukan persiapan yang sempurna pada saat bayi lahir.
Faktor-faktor yang mendadak ini terdiri atas:1. Faktor dari pihak
janin seperti:a. Gangguan aliran darah pada tali pusat karena
tekanan tali pusat.b. Depresi pernafasan karena obat-obat anastesia
atau analgetik yang diberikan kepada ibu, perdarahan intrakranial,
dan kelainan bawaan.2. Faktor dari pihak ibu seperti:a. Gangguan
his, misalnya hipertoni dan tetanib. Hipotensi mendadak pada ibu
karena perdarahan, misalnya pada plasenta previac. Hipertensi pada
eklampsiad. Gangguan mendadak pada plasenta seperti solusio
plasenta. (Prawirohardjo: 1991)
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :1. Asfiksia
dalam kehamilana. Penyakit infeksi akutb. Penyakit infeksi kronikc.
Keracunan oleh obat-obat biusd. Uraemia dan toksemia gravidarume.
Anemia beratf. Cacat bawaang. Trauma2. Asfiksia dalam persalinana.
Kekurangan O2 Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi
uteri) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang
terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke uri. Tekanan terlalu
kuat dari kepala anak pada plasenta. Prolaps fenikuli tali pusat
akan tertekan antara kepala dan panggul. Pemberian obat bius
terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya. Perdarahan banyak :
plasenta previa dan solutio plasenta. Kalau plasenta sudah tua :
postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.b. Paralisis pusat
pernafasan Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps Trauma
dari dalam : akibat obat bius.
2.1.3 Klasifikasi Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai
APGAR:a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3b. Asfiksia ringan
sedang dengan nilai APGAR 4-6c. Bayi normal atau sedikit asfiksia
dengan nilai APGAR 7-9d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10Dilakukan
pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5
menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai
keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis,
bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik
setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti
penilaian skor Apgar).2.1.4 Manifestasi Klinis1. Pada
KehamilanDenyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau
kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran
mekonium. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam
gawat
2. Pada bayi setelah lahira. Bayi pucat dan kebiru-biruanb.
Usaha bernafas minimal atau tidak ada.c. Hipoksiad. Asidosis
metabolik atau respiratorie. Perubahan fungsi jantungf. Kegagalan
sistem multiorgang. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka
ada gejala neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang
baik/ tidak menangis.Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap,
denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat,
tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks
rangsangan
2.1.5 Patofisiologi Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor
ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan
menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor
ini yang berperan pada kejadian asfiksia. (Anonim: Online)Bila
janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi
lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila
kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium
dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin
lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut,
gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun
sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan
bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan
menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun ,
tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas
(flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung,
tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi
sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi
jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak
dimulai segera.
PATHWAY
Persalinan lama, lilitan tali pusat, presentasi janin
abnormalFactor lain: anastesi, obat-obatan narkotikParalisis pusat
pernafasan
ASFIKSIA
Paru-paru terisi cairanGangguan metabolisme keseimbangan asam
basaperfusi O2 kejaringan
Bersihan jln nafas tak efektifOdema paru
Adanya Penumpukan secret/lendirAsidosis respiratorikPO2 darah
& PCO2
CO danasam laktat
Penyumbatan pd bronkusdispneuPola nafas
inefektiHipoventilasiMetabolisme anaerob
Tonus otot
Refleks penghisapan lemahApneu sekunder
atelektasisIntoleransi aktivitasGlikolisis glikogen
Alveoli tdk berkembangDJJ & TD
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Pada jantungPada paru2Pada otakJanin tdk bereaksi terhadap
rangsangan
Ekspansi paru
Pengisian alveolar tak adekuat Sel Otot jantungKerusakan sel
otak
Gangguan pemenuhan O2
HR, TD, Bradikardi
Resistensi pembuluh darah paruKematian bayi
Cardiac outputProses keluarga terhenti
Gangguan perfusi ventilasi
Gangguan pertukaran gas2.1.6 DiagnosisAsfiksia pada bayi
biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia atau hipoksia janin.
Diagnosa anoksia / hipoksia dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukan tanda-tanda gawat janin untuk menentukan bayi yang akan
dilahirkan terjadi asfiksia, maka ada beberapa hal yang perlu
mendapatkan perhatikan1. Denyut jantung janin. Frekuensi normal
adalah antara120 dan 160 denyut/menit selama his frekuensi turun,
tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan
kecepatan denyut jantung umumnya tidak besar, artinya frekuensi
turun sampai dibawah 100 x/ menit diluar his dan lebih-lebih jika
tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.2. Mekonium dalam air
ketuban. Mekonium pada presentasi - sungsang tidak ada, artinya
akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukan gangguan.
Oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Biasanya mekonium
dalam air ketuban pada presentasi kepaladapat merupakan indikasi
untuk mengakhir persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan
mudah.3. Pemeriksaan pH darah janin. Dengan menggunakan amnioskop
yang dimasukan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit pada
kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini
diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila
pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda
bahaya. Dengan penilaian pH darah janin dapat ditemukan derajat
asfiksia yaitu : Tabel 2.1. Penilaian pH Darah Janin NOHasil Skor
ApgarDerajat Asfiksia Nilai Ph
1.0 3 Berat < 7,2
2.4 6Sedang 7,1 7,2
3.7 10Ringan> 7,2
Sumber : Wiroatmodjo, 1994
4. Menilai Apgar ScoreCara yang digunakan untuk menentukan
derajat asfiksia yaitu dengan penilaian APGAR. Apgar mengambil
batas waktu 1 menit karena dari hasil penyelidikan sebagian besar
bayi baru lahir mempunyai apgar terendah pada umur tersebut dan
perlu dipertimbangkan untuk melakukan tindakan resusitasi aktif.
Sedangkan nilai apgar lima menit untuk menentukan prognosa dan
berhubungan dengan kemungkinan terjadinya gangguan neurologik di
kemudian hari. Ada lima tanda (sign) yang dinilai oleh Apgar, yaitu
:
Tanda-tanda VitalNilai = 0Nilai = 1Nilai = 2
1.Appearance (warna kulit)Seluruh tubuh biru atau putihBadan
merah, kaki biruSeluruh tubuh kemerah-merahan
2.Pulse(bunyi jantung)Tidak adaKurang dari 100 x/ menit Lebih
dari 100 x/ menit
3.Grimance (reflek)Tidak adaLunglaiMenyeringai Fleksi
ekstremitas Batuk dan bersin
4.Activity(tonus otot)Tidak adaFleksi kuat, gerak aktif
5.Respirotary effort (usaha bernafas)Lambat atau tidak
adaMenangis kuat atau keras
Dari kelima tanda diatas yang paling penting bagi jantung karena
peninggian frekuensi jantung menandakan prognosis yang peka.
Keadaan akan memburuk bila frekuensi tidak bertambah atau melemah
walaupun paru-paru telah berkembang. Dalam hal ini pijatan jantung
harus dilakukan. Usaha nafas adalah nomor dua. Bila apnea
berlangsung lama dan ventilasi yang dilakukan tidak berhasil maka
bayi menderita depresi hebat yang diikuti asidosis metabolik yang
hebat. Sedang ketiga tanda lain tergantung dari dua tanda penting
tersebut. Ada 3 derajat Asfiksia dari hasil Apgar diatas yaitu :
1.Nilai Apgar 7-10, Vigorous baby atau asfiksia ringan.Bayi dalam
keadaan baik sekali. Tonus otot baik, seluruh tubuh
kemerah-merahan. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa. 2.Nilai Apgar 4-6 Mild Moderat atau
asfiksia sedang.Pada pemeriksaan fisik akan dilihat frekuensi
jantung lebih dari 100 kali permenit, tonus otot kurang baik,
sianosis, reflek iritabilitas tidak ada. 3. Nilai Apgar 0-3,
asfiksia BeratPada pemeriksaan ditemukan frekuensi jantung kurang
dari 100 kali permenit, tonus otot buruk, sianosis berat dan
kadang-kadang pucat, reflek.2.1.7 PenatalaksanaanTindakan dilakukan
pada setiap bayi tanpa memandang nilai apgar. Segera setelah lahir,
usahakan bayi mendapat pemanasan yang baik, harus dicegah atau
dikurangi kehilangan panas pada tubuhnya, penggunaan sinar lampu
untuk pemanasan luar dan untuk meringankan tubuh bayi, mengurangi
evaporasi.Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, pengisapan
saluran nafas bagian atas, segera dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari timbulnya kerusakan mukosa jalan nafas, spasmus larink
atau kolaps paru. Bila bayi belum berusaha untuk nafas, rangsangan
harus segera dikerjakan, dapat berupa rangsangan nyeri dengan cara
memukul kedua telapak kaki, menekan tendon Achilles atau pada bayi
tertentu diberikan suntikan vitamin K. Penatalaksanaan AwalCegah
pelepasan panas yang berlebihan, keringkan ( hangatkan ) dengan
menyelimuti seluruh tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk
yang kering.Bebaskan jalan nafas : atur posisi, isap lendir.
Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hati dan pastikan bahwa
jalan nafas bayi bebas dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya
udara kedalam paru-paru. Hal ini dapat dilakukan dengan: Ekstensi
kepala dan leher sedikit lebih rendah dari tubuh bayi. Hisap
lendir, cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas
bersih dari cairan ketuban, mekonium/ lendir dan menggunakan
penghisap lendir Delee.Rangsangan taktil, bila mengeringkan tubuh
bayi dan penghisapan lendir/cairan ketuban dari mulut dan hidung
yang dasarnyan merupakan tindakan rangsangan belum cukup untuk
menimbulkan pernafasan yang adekuat pada bayi lahir dengan
penyulit, maka diperlukan rangsangan taktil tambahan. Selama
melakukan rangsangan taktil, hendaknya jalan nafas sudah dipastikan
bersih. Walaupun prosedur ini cukup sederhana tetapi perlu
dilakukan dengan cara yang betul. Ada 2 cara yang memadai dan cukup
aman untuk memberikan rangsangan taktil, yaitu: Menepukan atau
menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini sering
kali menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi
pernafasan yang ringan. Cara lain yang cukup aman adalah melakukan
penggosokan pada punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus
tubuh, tungkai dan kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil
tetapi rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari menepuk,
menyentil, atau menggosok.Prosedur ini tidak dapat dilakukan pada
bayi yang appnoe, hanya dilakukan pada bayi yang telah berusaha
bernafas. Elusan pada tubuh bayi, dapat membantu untuk meningkatkan
frekuensi dari dalamnya pernafasan.
Prinsip Dasar ResusitasiAda beberapa tahap ABC resusitasi yaitu
:A= memastikan saluran nafas terbuka. Meletakkan bayi dalam posisi
kepala defleksi bahu diganjal. Menghisap mulut, hidung dan
kadang-kadang trakea. Bila perlu,masukkan pipa endotrakeal (pipa
ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.B= memulai
pernafasan . Memakain rangsangan taktil untuk memulai pernafasan.
Memakai VTP, bila perlu seperti : Sungkup dan balon, atau Pipa ET
dan balon, Mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).C=
mempertahankan sirkulasi (peredaran darah). Rangsangan dan
pertahankan sirkulasi darah dengan cara : Kompresi dada.
PengobatanMembersihkan dan menciptakan lingkungan yang baik bagi
bayi serta mengusahakan saluran pernafasan tetap bebas serta
merangsang timbulnya pernafasan, yaitu agar oksigenisasi dan
pengeluaran CO2 berjalan lancar.Memberikan bantuan pernafasan
secara aktif pada bayi yang menunjukan usaha pernafasan lemah.
Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi. Menjaga agar
sirkulasi darah tetap baik
Tindakan1. Pengawasan suhu: jangan biarkan bayi kedinginan,
penurunan suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme sel jaringan
sehingga kebutuhan oksigen meningkat.2. Pembersihan jalan napas:
saluran napas atas dibersihkan dari lendir dan cairan amnion.
Tindakan dilakukan dengan hati hati tidak perlu tergesa gesa.
Penghisapan yang dilakukan dengan ceroboh akan timbul penyulit
seperti spasme laring, kolap paru, kerusakan sel mukosa jalan
napas. Pada Asfiksia berat dilakukan resusitasi kardio pulmonal.3.
Rangsangan untuk menimbulkan pernapasan: Bayi yang tidak
menunjukkan usaha bernapas 20 detik setelah lahir menunjukkan
depresi pernapasan. Maka setelah dilakukan penghisapan diberi O2
yang cepat kedalam mukosa hidung. Bila tidak berhasil dilakukan
rangsang nyeri dengan memukul telapak kaki. Bila tidak berhasil
pasang ET.4. Therapi cairan pada bayi baru lahir dengan
asfiksia.
3.1.3 KomplikasiEdema otak, perdarahan otak, anusia dan
oliguria, hiperbilirubinumia, enterokolitis, nekrotikans, kejang,
koma. Tindakan bag and mask berlebihan dapat menyebabkan
pneumotoraks.1. Otak : Hipokstik iskemik ensefalopati, edema
serebri, palsi serebralis.2. Jantung dan paru: Hipertensi pulmonal
persisten pada neonatorum, perdarahan paru, edema paru3.
Gastrointestinal: enterokolitis, nekrotikans.4. Ginjal: tubular
nekrosis akut, siadh.5. Hematologi: dic.3.1.4 Pemeriksaan Penunjang
Foto polos dada USG kepala Laboratorium : darah rutin, analisa gas
darah, serum elektrolit3.1.5 Pemeriksaan Diagnostik1. Analisa gas
darah2. Elektrolit darah3. Gula darah4. Baby gram5. USG ( Kepala
)6. Penilaian APGAR score7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan8.
Pengkajian spesifik
2.2 KONSEP DASAR BRONKITIS2.2.1 Definisi BronkitisBronkhitis
berasal dari bronchus (saluran napas) dan itis artinya menunjukkan
adanya suatu peradangan. Bisa disimpulkan bronkitis merupakan suatu
gejala penyakit pernapasan. Sebetulnya ada dua pengertian
bronkitis. Pertama, berdasarkan radiologi/ahli rontgen, bronkhitis
merupakan gambaran foto paru-paru dengan kelainan pada saluran
napas. Pada gambaran tersebut cirinya akan tampak sangat ramai dan
jelas. Berbeda bila dalam keadaan normal, gambaran saluran napas
tak begitu jelas terlihat karena berisi udara. Tapi pada kasus
bronkhitis akan muncul gambaran sebagian saluran napasnya tersumbat
lendir atau ada peradangan.Kedua, menurut medis/dokter, bronkhitis
merupakan kelainan pada saluran napas yang ditandai dengan adanya
bunyi napas penuh lendir, seperti bunyi grok-grok, bisa terdengar
di bagian dada maupun punggung. Bronkhitis pada anak berbeda dengan
bronchitis yang terdapat pada orang dewasa. Pada anak, bronchitis
merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain, namun
ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri.Secara harfiah
bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh adanya inflamasi
bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai
suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan
gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan
penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain
tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )Bronkhitis
berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit
tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran
peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan
atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis
pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)Sebagai penyakit
tersendiri, bronkhitis merupakan topik yang masih diliputi
kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti.
Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik
di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan
diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 1982; Rahayu,
1984)Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena
kurangnya konsesus mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar
dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang hal ini masih
sangat kurang. 2.2.2 KlasifikasiBronkhitis dapat diklasifikasikan
sebagai :1. Bronkhitis AkutBronkhitis akut pada bayi dan anak
biasanya bersama juga dengan trakheitis, merupakan penyakit infeksi
saluran nafas akut (ISNA) bawah yang sering dijumpai. Penyebab
utama penyakit ini adalah virus. Batuk merupakan gejala yang
menonjol dan karena batuk berhubungan dengan ISNA atas. Berarti
bahwa peradangan tersebut meliputi laring, trachea dan bronkus.
Gangguan ini sering juga disebut laringotrakeobronkhitis akut atau
croup dan sering mengenai anak sampai umur 3 tahun dengan gejala
suara serak, stridor, dan nafas berbunyi.2. Bronkhitis Kronis atau
Batuk BerulangBelum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis
kronik, yang ada ialah mengenai batuk kronik dan atau berulang yang
di singkat (BKB). BKB ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh
berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung
sekurang-kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling
sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan atau tanpa disertai gejala
respiratorik dan non respiratorik lainnya. Dengan memakai batasan
ini secara klinis jelas bahwa bronchitis kronik pada anak adalah
batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang telah disingkirkan
penyebab-penyebab BKB itu misalnya asma atau infeksi kronik saluran
napas dan sebagainya. Walaupun belum ada keseragaman mengenai
patologi dan patofisiologi bronchitis kronik, tetapi kesimpulan
akibat jangka panjang umumnya sama. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun yang menderita bronchitis
kronik akan mempunyai resiko lebih besar untuk menderita gangguan
pada saluran napas kronik setelah umur 20 tahun, terutama jika
pasien tersebut merokok akan mempercepat menurunnya fungsi
paru.
2.2.3 EtiologiPenyebab bronchitis sampai sekarang masih belum
diketahui dengan jelas. Pada kenyataannya kasus-kasus bronchitis
dapat timbul secara congenital maupun didapat.1. Kelainan
congenitalDalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan.
Factor genetic atau factor pertumbuhan dan factor perkembangan
fetus memegang peran penting. Bronchitis yang timbul congenital ini
mempunyai ciri sebagai berikut :a. Bronchitis mengenai hampir
seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.b. Bronchitis
konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal lainya,
misalnya : mucoviscidosis ( cystic pulmonary fibrosis ), sindrom
kartagener ( bronkiektasis konginetal, sinusitis paranasal dan
situs inversus ), hipo atau agamaglobalinemia, bronkiektasis pada
anak kembar satu telur ( anak yg satu dengan bronkiektasis,
ternyata saudara kembarnya juga menderita bronkiektasis),
bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital berikut :
tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan,
kifoskoliasis konginetal.2. Kelainan didapatKelaianan didapat
merupakan akibat proses berikut :a. InfeksiBronchitis sering
terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia yang sering kambuh
dan berlangsung lama, pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis
maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru dan
sebagainya.
b. Obstruksi bronkusObstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat
disebabkan oleh berbagai macam sebab : korpus alineum, karsinoma
bronkus atau tekanan dari luar terhadap bronkus.Penyebab utama
penyakit Bronkhitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh
Rhinovirus, Respiratory Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus,
Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut
sering terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan
infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa
bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak.
Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi, namun ini jarang di
lingkungan sosio-ekonomi yang baik.Faktor predisposisi terjadinya
bronchitis akut adalah alergi, perubahan cuaca, polusi udara, dan
infeksi saluran napas atas kronik, memudahkan terjadinya
bronchitis.Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang
adalah sebagai berikut : a. Spesifik 1. Asma2. Infeksi kronik
saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis). 3. Infeksi,
misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma,
hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur. 4. Penyakit paru
yang telah ada misalnya bronkietaksis. 5. Sindrom aspirasi. 6.
Penekanan pada saluran napas 7. Benda asing 8. Kelainan jantung
bawaan9. Kelainan sillia primer 10. Defisiensi imunologi11.
Kekurangan anfa-1-antitripsin 12. Fibrosis kistik 13. Psikis
b. Non-spesifik 1. Asap rokok 2. Polusi udara
2.2.4 PatofisiologiVirus (penyebab tersering infeksi) masuk
saluran pernapasan menuju sel mukosa dan sel silia dan berlanjut
masuk saluran pernapasan(lanjutan) sehingga menginfeksi saluran
pernapasan menuju bronkitis yang menyebabkan mukosa membengkak dan
menghasilkan lendir awalnya pilek 3 4 hari ,batuk (mula-mula kering
kemudian berdahak) ,riak jernih Purulent dan encer sehingga
menghasilkan suara ronchi basah atau suara napas kasar membuat
nyeri subsernal dan sesak napas jika tidak hilang setelah tiga
minggu akan membuat paru kolaps atau infeksi paru sekunder (Sumber
: dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak,
1981).Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui
diduga erat hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan dan
perkembangan fetus dalam kandungan. Pada bronchitis yang didapat
patogenesisnya diduga melelui beberapa mekanisme : factor obstruksi
bronkus, factor infeksi pada bronkus atau paru-paru, fibrosis paru,
dan factor intrinsik dalam bronkus atau paru.Patogenesis pada
kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua mekanisme dasar:1.
Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul
bronchitis. Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti proses
destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan kemudian timbul
bronchitis.2. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya
bronchitis, pada bagian distal obstruksi dan terjadi infeksi juga
destruksi bronkus.Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai
paru dan sifatnya kronik. Keluhan-keluhan yang timbul juga
berlangsung kronik dan menetap, keluhan-keluhan yang timbul erat
dengan : luas atau banyaknya bronkus yang terkena, tingkatan
beratnya penyakit, lokasi bronkus yang terkena, ada atau tidaknya
komplikasi lanjut.. keluhan-keluhan yang timbul umumnya sebagai
akibat adanya beberapa hal : adanya kerusakan dinding bronkus,
akibat komplikasi, adanya kerusakan fungsi bronkus.Mengenai infeksi
dan hubungannya dengan patogenesis bronchitis, data dijelaskan
sebagai berikut ;1. Infeksi pertama ( primer )Kecuali pada bentuk
bronchitis kongenital. Masih menjadi pertanyaan apakah infeksi yang
mendahului terjadinya bronchitis tersebut disebabkan oleh bakteri
atau virus. Infeksi yang mendahului bronchitis adalah infeksi
bacterial yaitu mikroorgansme penyebab pneumonia. Dikatakan bahwa
hanya infeksi bakteri saja yang dapat menyebabkan kerusakan pada
dinding bronkus sehingga terjadi bronchitis, sedangkan infeksi
virus tidak dapat ( misalnya adenovirus tipe 21, virus influenza,
campak, dan sebagainnya ).2. Infeksi sekunderTiap pasien bronchitis
tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi, apabila sputum
pasien yang semula berwarna putih jernih kemudian berubah warnanya
menjadi kuning atau kehijauan atau berbau busuk berarti telah
terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob misalnya : fusifomis
fusiformis, treponema vincenti, anaerobic streptococci. Kuman yang
sering ditemukan dan menginfeksi bronkus misalnya : streptococcus
pneumonie, haemophilus influenza, klebsiella ozaena.
PATHWAY BRONKITIS
Kelainan patologik pada katup maupun miokardia,kongesti menahun
pada dindingInfeksi: Staphylococcus (stafilokokus), Streptococcus
(streptokokus), Pneumococcus (pneumokokus), Haemophilus
influenza.tanpa penanganna lbih lanjutAlergi
Dilatasi bronchus (bronkinektasis)
Gangguan susunan dan fungsi dinding bronkhusMelemahkan Daya
Tahan TubuhInfeksi sinus paranasalis rongga mulut
Infeksi bakteri yang dapat menyerang dinding bronkhus.
Asap Rokok,Asap pabrik atau asap mobilBronchitis Akut
Bronchitis kronis
Hipersekresi lender akibat polutan,asap rokok dan asap mobil
Resiko infeksiPertahanan tubuh menurunKerja silia menurunSel-sel
goblet meningkat dan produksi mucus meningkat
Kerusan Bronkhus dan AlveoliTerdapat sumbatan (kontriksi
bronkhus)Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
Sesak NafasGangguan Pertukaran GasGangguan Pola Nafas Tak
Efektif
Anoreksia
Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh2.2.5 Tanda dan
GejalaBiasanya penyakit dimulai dengan tanda-tanda infeksi saluran
napas akut (ISNA) atas yang disebabkan oleh virus. Batuk mula-mula
kering, setelah 2 atau 3 hari batuk mulai berdahak dan menimbulkan
suara lender. Pada anak dahak yang mukoid (kental) susah ditemukan
karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental
tetapi tidak selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri sekunder.
Anak besar sering mengeluh rasa sakit retrosternal dan pada anak
kecil dapat terjadi sesak napas.Pada beberapa hari pertama tidak
terdapat kelainan pada pemeriksaan dada tetapi kemudian dapat
timbul ronchi basah kasar dan suara napas kasar. Batuk biasanya
akan menghilang setelah 2-3 minggu. Bila setelah 2 minggu batuk
masih tetap ada, mungkin telah terjadi kolaps paru segmental atau
terjadi infeksi paru sekunder.Mengi (wheezing) mungkin saja
terdapat pada pasien bronchitis. Mengi dapat murni merupakan tanda
bronchitis akut, tetapi juga kemungkinan merupakan manifestasi asma
pada anak tersebut, lebih-lebih bila keadaan ini sudah terjadi
berulang kali. Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan
gejala yang ada yaitu:a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi
rendah b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak c.
Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis d. Pada paru
didapatkan suara napas yang kasar Menurut Ngastiyah (1997), yang
perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu: a. Batuk
siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien
kurang istirahat b. Daya tahan tubuh klien yang menurunc. Anoreksia
sehingga berat badan klien sukar naik d. Kesenangan anak untuk
bermain terganggu e. Konsentrasi belajar anak menurunGejala awal
Bronkhitis, antara lain :1. Batuk membandelBatuk kambuhan,
berdahak-tidak, berat-tidak. Kendati ringan harus tetap diwaspadai
karena bila keadaan batuk terus menerus bisa menghebat dan
berlendir sampai sesak napas.2. Sulit disembuhkanBisa sering atau
tidak tapi sulit disembuhkan. Dalam sebulan batuk pileknya lebih
dari seminggu dan baru sembuh dua minggu, lalu berulang lagi.3.
Terjadi kapan sajaBatuknya bisa muncul malam hari, baru tidur
sebentar batuknya grok-grok bahkan sampai muntah. Bisa juga batuk
baru timbul menjelang pagi. Atau habis lari-lari, ia kemudian
batuk-batuk sampai muntah.
2.2.6 Komplikasia) Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung
menjadi Bronkitis Kronikb) Pada anak yang sehat jarang terjadi
komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat terjadi
Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia c) Bronkitis Kronik
menyebabkan mudah terserang infeksi d) Bila sekret tetap tinggal,
dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksise) Gagal jantung
kongestiff) Pneumonia
2.2.7 Pemeriksaan Penunjanga. Foto Thorax : Tidak tampak adanya
kelainan atau hanya hyperemiab. Laboratorium : Leukosit >
17.500.
2.2.8 Penatalaksanaan Tindakan Perawatan 1. Pada tindakan
perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan
lender/secret.2. Sering mengubah posisi.3. Banyak minum.4.
Inhalasi.5. Nebulizer 6. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh,
setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau
makanan lain. Pasien dengan bronchitis tidak dirawat di Rumah sakit
kecuali ada komplikasi yang menurut dokter perlu perawatan di
Rumahsakit, oleh karenanya perawatan lebih ditujukan sebagai
petunjuk kepada orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan adalah
akibat batuk yang lama dan resiko terjadi komplikasi.a. Akibat
batuk yang lamaPada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan
sering terjadi siang dan malam terutama pagi-pagi sekali yang
menyebabkan pasien kurang istirahat atau tidur; pasien akan
terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya
daya tahan tubuh pasien yang menurun, anoreksia, sehingga berat
badannya sukar naik. Pada anak yang lebih besar batuk-batuk yang
terus menerus akan mengganggu kesenangannya bermain, dan bagi anak
yang sudah sekolah batuk mengganggu konsentrasi belajar bagi
dirinya sendiri, saudara, maupun teman-temannya.Untuk mengurangi
gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah
banyak dengan memberikan obat secara benar dan membatasi aktivitas
anak untuk mencegah keluar banyak keringat, karena jika baju basah
akan menyebabkan batuk-batuk (karena dingin). Untuk mengurangi
batuk pada malam hari berikan obat batuk yang terakhir sebelum
tidur. Anak yang batuk apalagi bronchitis lebih baik tidak tidur di
kamar yang ber AC atau memakai kipas angin. Jika suhu udara dingin
pakaikan baju yang hangat, bila ada yang tertutup leherya. Obat
gosok membuat anak merasa hangat dan dapat tidur tenang.Bila batuk
tidak segera berhenti berikan minum hangat tidak manis.Pada anak
yang sudah agak besar jika ada dahak di dalm tenggorokannya
beritahu supaya dibuang karena adanya dahak tersebut juga
merangsang batuk.Usahakan mengurangi batuk dengan menghindari
makanan yang merangsang seperti gorng-gorengan,permen,atau minum
es.Jangan memandikan anak terlalu pagi atau sore,dan memandikan
dengan air hangat.
b. Terjadi komplikasiBronkhitis akut yang tidak diobati secara
benar cenderung menjadi bronchitis kronik, sedangkan bronchitis
kronik memungkinkan anak mudah mendapat infeksi. Gangguan
pernafasan secara langsung sebagai akibat bronchitis kronik ialah
bila lendir tetap tinggal di dalam paru akan menyebabkan terjadinya
atelektasis atau bronkiektasis, kelainan ini akan menambah
penderitaan pasien lebih lama.Untuk menghindarkan terjadinya
komplikasi ini pasien bronchitis harus mendapatkan pengobatan dan
perawatan yang benar sehingga lender tidak selalu tertinggal dalam
paru. Berikan banyak minum untuk membantu mengencerkan lendir;
berikan buah dan makanan bergizi untuk mempertinggi daya tahan
tubuh.Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya
jika ia sedang batuk dan apa yang perlu dilakukan. Pada bayi
batuk-batuk yang keras sering diakhiri dengan muntah; biasanya
bercampur lendir. Setelah muntah bayi menjadi agak tenang. Tetapi
bila muntah berkelanjutan, maka dengan keluarnya makanan dapat
menyebabkan bayi menjadi kurus serta menurunkan daya tahan tubuh.
Untuk mengurangi kemungkinan tersebut setelah bayi muntah dan
tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain.
Tindakan Medis 1. Jangan beri obat antihistamin berlebih2. Beri
antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial 3. Dapat diberi
efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali sehari 4. Chloral hidrat 30 mg/Kg
BB sebagai sedativeKarena penyebab bronchitis pada umumnya virus
maka belum ada obat kausal. Antibiotik tidak berguna. Obat yang
diberikan biasanya untuk penurun demam, banyak minum terutama sari
buah-buahan. Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang
banyak lendir, lebih baik diberi banyak minum. Bila batuk tetap ada
dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu dicurigai
adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh diberikan,
asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian
antibiotic yang serasi untuk M. Pneumoniae dan H. Influenzae
sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya amoksisilin,
kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotik diberikan 7-10 hari
dan jika tidak berhasil maka perlu dilakukan foto thorak untuk
menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda
sing dalam saluran napas, dan tuberkolusis. 2.2.9 PencegahanMenurut
Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu
diusahakan agar batuk tidak bertambah parah. a. Membatasi aktivitas
anak b. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau menggunakan baju
dingin, bila ada yang tertutup lehernyac. Hindari makanan yang
merangsang d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu
sore, dan mandikan anak dengan air hangat e. Jaga kebersihan
makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan.f. Menciptakan
lingkungan udara yang bebas polusi.g. Jangan mengkonsumsi makanan
seperti telur ayam, karena bisa menambah produksi lendirnya. Begitu
juga minuman bersoda bisa jadi pencetus karena saat diminum maka
sodanya akan naik ke hidung dan merangsang daerah saluran
pernapasan.
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN
3.1 ASKEP ASFIKSIA3.1.1 Pengkajian1. Anamnesa:a. Identitas : -
Bayi meliputi : nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama,
anak keberapa, jumlah saudara.- Orang tua meliputi nama (ayah dan
ibu), umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan
pekerjaan, dan alamat.b. Riwayat Kesehatan1. Keluhan Utama :Pada
klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah tidak bernafas
secara spontan dan sesak nafas.2. Riwayat penyakit sekarang: nafas
tersengal-sengal/ megap-megap dan tangisan bayi tidak begitu keras,
sianosis.3. Riwayat penyakit dahulu: adanya predisposisi terjadi
asfiksia partus lama, tali pusat terjepit dll.4. Riwayat kehamilan
dan persalinanBagaimana proses persalinan, apakah spontan,
premature, aterm, letak bayi belakang kaki atau sungsang.5. Riwayat
antenatal yang perlu dikaji yaitu : Keadaan ibu selama hamil dengan
anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan obat-obatan
atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan
paru. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, inkompetensia serviks, hidramnion, kelainan kongenital,
riwayat persalinan preterm. Pemeriksaan kehamilan yang tidak
kontinuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan
tidak pada petugas kesehatan. Gerakan janin selama kehamilan aktif
atau semakin menurun.
6. Riwayat natal:Komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan
yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang
perlu dikaji : Kala I : ketuban keruh, berbau, mekoneal, perdarahan
antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa. Kala II :
persalinan lama, partus kasep, fetal distress, ibu kelelahan,
persalinan dengan tindakan (vacum ekstraksi, forcep ektraksi).
Adanya trauma lahir yang dapat mengganggu sistem pernafasan.
Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.7.
Riwayat post natal yang perlu dikaji antara lain : Apgar score bayi
baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia
berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan. Berat
badan lahir : kurang atau lebih dari normal (2500-4000 gram).
Preterm/BBLR < 2500 gram, untuk aterm 2500 gram lingkar kepala
kurang atau lebih dari normal (34-36 cm). Adanya kelainan
kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal2.
Pemeriksaan fisik1. Keadaan umum: Keadaannya lemah dan sesak
nafas.2. Tanda-tanda Vital: RR: takipneu >60x/mnt
Nadi:bradikardi 115/60mmHg.Nadi: >110x/mnt RR: >30X/mnt S:
>37,5CBroncokontriksi, mukusPola nafas tak efektif
4DS: Ibu pasien menatakan bahwa anaknya tidak nafsu makan.DO: A:
Penurunan BBB: Albumin menurunC: Mukosa bibir kering, Kelemahan
& kehilangan massa ototD:Porsi bubur habis 2 sendokDispnoe,
anoreksia,
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5DS:-DO: 1. TTV: TD:>115/60mmHg. Nadi: >110x/mnt RR:
>30X/mnt S: >37,52. Terjadi peningkatan leukosit3. Wajah
tampak pucat dan lemasMenetapnya sekret, proses penyakit
kronis.Resiko Infeksi
3.2.2.2 Diagnosa perawatan1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.2. Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh
sekresi, spasme bronchus.3. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan broncokontriksi, mukus.4. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia.5. Resiko tinggi
terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses
penyakit kronis.
3.3 Intervensi
No DxTUJUAN DAN KHINTERVENSIRASIONAL
1Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 diharapkan bersihan
jalan nafas pasien kembali efektif denganKH:1. Pasien dapat
mengeluarkan secret2. Tidak sesak3. Tidak ada bunyi suara nafas
tambahan4. RR:16-24x/menit1. Kaji TTV,terutama pernafasan
2. Auskultasi bunyi nafas
3. Pantau frekuensi pernafasan.
4. Observasi karakteristik batuk
5. Lakukan fibrasi paru dan postural drainage
6. Lakukan penghisapan lendir tiap 3 menit bila perlu 1.
Pernafasan merupakan karakteristik utama yang terpengaruh oleh
adanya sumbatan jalan nafas2. Beberapa derajat spasme bronkus
terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat dimanifestasikan
dengan adanya bunyi nafas3. Tachipnoe biasanya ada pada beberapa
derajat dan dapat ditemukan selama / adanya proses infeksi akut.4.
Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia,
penyakit akut atau kelemahan5. Rangsangan fisik dapat meningkatkan
mobilitas secret dan merangsang pengeluaran secret lebih banyak.6.
Eliminasi lendir dengan suction sebaiknya dilakukan dalam jangka
waktu kurang dari 10 menit.
2.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 diharapkan pasien
menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang
adekuat dengan KH: Tidak bingung dan gelisah Mampu membuang secret
TTV:TD :110-80mmhgN:60-100x/mnitRR:16-24 x/menitT: 36,5oC
1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan.
2. posisikan pasien semi fowler3. Auskultasi bunyi nafas.
4. Kaji status mental
5. Monitor tanda vital dan irama jantung
6. Berikan O2 tambahan 1. Berguna dalam evaluasi derajat
distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit2. Agar oksigen
dapat masuk dengan lancar.3. Bunyi nafas makin redup karena
penurunan aliran udara atau area konsolidasi4. Gelisah, mudah
terangsang, bingung, dan somnolen dapat menunjukkan hipoksemia atau
penurunan oksigenasi serebral5. Takikardia, disritmia dan perubahan
tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada
fungsi jantung6. Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan
pola nafas kembali efektif/nafas paten dengan, KH: RR:16-24 x/mnit
Tidak ada otot bantu pernapasan Tidak sesak1. Ajarkan pasien
pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir.2. posisikan pasien
semi fowler3. Auskultasi bunyi nafas4. Dorong untuk menyelingi
aktivitas dan periode istirahat.
5. Dorong pasien penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika
diharuskan
1. Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik
ini pasien akan bernafas lebih efisien dan efektif.2. Agar oksigen
dapat masuk dengan lancer3. Memungkinkan ada otot bantu
pernafasan4. memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa
distres berlebihan.5. menguatkan dan mengkondisikan otot-otot
pernafasan.
4.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan KH:1. Tidak terjadi penurunan
BB2. Tidak lemah3. TTV:TD :110-80mmhgN:60-100x/mnitRR:16-24
x/menitT: 36,5oC
1. Kaji kebiasaan diet
2. Auskultasi bunyi usus
3. Berikan perawatan oral.
4. Timbang berat badan sesuai indikasi.
5. kolaborasikan kepada ahli gizi dalam pemberian makanan1.
Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi
sputum.2. Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas
gaster.3. Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat
membuat mual dan muntah.4. Berguna menentukan kebutuhan kalori dan
evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.5. Kebutuhan kalori yang
didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi maksimal.
5.Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan
tidak terjadi infeksi dengan KH : Tidak ada tanda-tanda terjadi
infeksi T : 36,5-37,5 0c Leukosit 5000-10000/mm1. Observasi TTV
terutama suhu2. Observasi warna dan bau sputum.
3. Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum4.
kolaborasikan kebutuhan masukan nutrisi yang adekuat
5. kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian
antibiotik
1. Demam dapat terjadi karena adanya infeksi2. Sekret berbau,
kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi3. mencegah
penyebaran pathogen
4. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan
tekanan darah terhadap infeksi5. pencegahan dan pengobatan infeksi
dan mempercepat proses penyembuhan.
BAB IVPENUTUPAN4.1 KesimpulanAsfiksia neonatorum ialah keadaan
dimana bayi tidak dapat segera bernafas scara spontan dan teratur
setelah lahirAsfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak
dapat segera bernafas scara spontan dan teratur setelah lahir. Hal
ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia
akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala
lanjut yang mungkin timbul Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai
APGAR:e. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3f. Asfiksia ringan
sedang dengan nilai APGAR 4-6g. Bayi normal atau sedikit asfiksia
dengan nilai APGAR 7-9h. Bayi normal dengan nilai APGAR 10Secara
harfiah bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh adanya
inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis
sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk
merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa
bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari
penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran. Etiologi:
kelainan kongenintal dan kelainan didapat Klasifikasi:Bronchitis
akut danbronkhitis kronisAsuhan keperawatan Asfiksia dan Bronkitis
meliputi:1. Pengkajian 2. Diagnosa3. Perencanaan4. Implementasi5.
EvaluasiNamuun kami hanya membuat pengkajian, diagnosa dan
perencanaan
4.2 Saran Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurang dan masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami
perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik
dari sekarang,dan kami juga berharap: Setelah membaca makalah
ini,semoga kita menjadi lebih tahu dan lebih faham tentang proses
keperawatan pada sistem respirasi, khususnya tentang asfiksia dan
juga bronkhitis pada anak Dan yang paling penting kita bisa
mengaplikasikan ilmu ini dalam kahidupan pekerjaan kelak.
DAFTAR PUSTAKA1. Allen Carol Vestal, 1998, Memahami Proses
Keperawatan, EGC : Jakarta2. Aminullah Asril,1994, Ilmu Kebidanan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta3. Aliyah Anna,
dkk. 1997, Resusitasi Neonatal, Perkumpulan perinatologi Indonesia
(Perinasia): Jakarta4. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kes Maternal
& Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta
20015. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1, A. H. Markum Bag.
Ilmu Kes Anak Fakultas Kedokteran UI Jakarta 1991 6. Ilmu
Kebidanan, Hanita Wiknjosastro Editor, Abdul Hari Saifudin,
Triyatmo Rachimhadhi, Ed 3, Cet 5 Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Sarwono Prawirohardjo, 19997. Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica
Ester, Edisi 3, Jakarta : EGC8. Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak
Sakit, Jakarta : Buku Kedokteran EGC- dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah
3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)
49