http://be-ef.blogspot.com/2011/07/laporan-praktikum-kimia-dasar- protein.html laporan kimia dasar protein dan lemak BAB I PENDAHULUAN Seperti halnya karbohidrat, protein adalah zat yang dibentuk oleh sel – sel yang hidup. Lebih dari setengah zat – zat yang berbentuk padat di dalam jaringan – jaringan manusia dan binatang mamalia terdiri atas protein. Protein mempunyai peranan yang penting di dalam tubuh manusia dan binatang, karena protein bertanggungjawab untuk menggerakkan otot – otot, protein hemoglobin mempunyai peranan mengangkut oksigen dari paru – paru ke jaringan seluruh tubuh. Sehingga protein sangat penting untuk masing – masing individu. Seperti halnya karbohidrat dan protein, lemak memiliki pengertian umum “fat” yaitu suatu zat yang tidak larut dalam air yang dapat dipisahkan dari tanaman atau binatang. Bila digunakan bersama – sama dengan kata lemak dalam ekspresi “fat and oil” atau “lemak dan minyak” maka dapat diartikan bahwa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
menambahkan 10 tetes minyak kelapa ke dalam masing – masing tabung reaksi, mengocok
campuran larutan sampai homogen, biarkan beberapa menit, kemudian amati yang terjadi.
Ulangi percobaan tersebut dengan menggunakan margarin.
3.2.2.3. Pembentukan Emulsi
Metode ketiga pratikum lemak pembentukan emulsi yaitu dengan langkah antara lain
yaitu menyediakan 3 tabung reaksi, mengisi tabung pertama 2 ml air dan 10 tetes minyak kelapa,
mengisi tabung kedua 2 ml air, 10 tetes minyak kelapa, dan 10 tetes Na2CO3, mengisi tabung
ketiga 2 ml air, 10 tetes minyak kelapa, dan 10 tetes air sabun, mengocok masing – masing
tabung kemudian biarkan 2 menit, amati terbentuknya emulsi pada masing – masing tabung.
Ulangi percobaan tersebut dengan menggunakan margarin.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Protein
4.1.1. Uji Biuret
Berdasarkan praktikum protein dengan materi uji biuret yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :Tabel 8. Hasil uji biuret
Sampel Reaksi KeteranganPutih Telur
GelatinAsam Glutamat
++-
Putih menjadi ungu, mengendap, amisPutih menjadi ungu, cair, amis
Putih menjadi putih keruhSumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum protein dengan materi uji biuret digunakan untuk mengetahui adanya protein
dalam makanan atau suatu larutan. Hasil uji menunjukkan bahwa putih telur dan gelatin bereaksi
positif terhadap uji biuret, sedangkan asam glutamat bereaksi negatif terhadap uji biuret. Suatu
zat jika diuji dengan reagen biuret, maka menghasilkan warna merah muda hingga violet atau
ungu, berarti zat tersebut termasuk protein yang mempunyai ikatan peptida. Uji ini dapat
digunakan untuk menguji senyawa – senyawa yang memiliki ikatan peptida. Itulah sebabnya uji
biuret dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya protein dalam makanan atau suatu
larutan. Adanya protein ditandai dengan terbentuk warna ungu atau merah muda. Hal ini sesuai
pendapat Makfoeld (2002) bahwa reaksi biuret adalah uji reaksi kimiawi adanya ikatan – ikatan
peptida. Adanya ikatan peptida dalam sampel ditandai dengan terbentuknya warna ungu atau
merah muda. Prosedur ini dapat digunakan untuk menentukan adanya protein maupun peptida.
Biuret (NH2-CO-NH-NH2) merupakan turunan urea membentuk warna ungu. Ditambahkan oleh
Rahayu (2005) menyatakan bahwa adanya protein pada suatu larutan ditandai dengan
terbentuknya warna ungu.
4.1.2. Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat ( Putih Telur )
Berdasarkan praktikum protein dengan materi presipitasi dengan larutan garam logam berat ( putih telur ) yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :Tabel 9. Hasil presipitasi dengan larutan garam logam berat ( putih telur )
Sampel Reaksi KeteranganFeCl3
CuSO4
HgCl2
PbCOOH
++-+
Mengendap, tidak putihMengendap, putih
Tidak mengendap, putihMengendap, putih susu
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum protein dengan materi presipitasi dengan larutan garam logam berat ( putih
telur ) digunakan untuk mengetahui denaturasi protein karena garam logam berat pada putih
telur. Hasil uji menunjukkan bahwa larutan putih telur yang direaksikan dengan larutan garam
logam berat seperti FeCl3, CuSO4, dan PbCOOH bereaksi positif terhadap proses denaturasi
protein dimana larutan mengalami pengendapan atau tidak larut. Hal ini sesuai pernyataan
Ophart (2003) bahwa reaksi yang terjadi antara garam logam berat akan mengakibatkan
terbentuknya garam protein-logam yang tidak larut atau mengendap. Ditambahkan oleh
Poedjiadi (1994) menyatakan bahwa protein akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion
logam. Sedangkan larutan putih telur yang direaksikan dengan larutan garam logam berat HgCl2
tidak mengalami reaksi positif terhadap proses denaturasi protein dimana larutan tidak
mengendap atau larut. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Ophart (2003) bahwa reaksi yang
terjadi antara garam logam berat akan mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam yang
tidak larut atau mengendap.
4.1.3. Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat ( Protein Susu )
Berdasarkan praktikum protein dengan materi presipitasi dengan larutan garam logam berat ( protein susu ) yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :Tabel 10. Hasil presipitasi dengan larutan garam logam berat ( protein susu )
Sampel Reaksi KeteranganFeCl3
CuSO4
HgCl2
PbCOOH
-+++
Tidak mengendap, putihMengendap, putihMengendap, putihMengendap, putih
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum protein dengan materi presipitasi dengan larutan garam logam berat ( protein
susu ) digunakan untuk mengetahui denaturasi protein karena garam logam berat pada protein
susu. Hasil uji menunjukkan bahwa larutan protein susu yang direaksikan dengan larutan garam
logam berat seperti CuSO4, HgCl2, dan PbCOOH bereaksi positif terhadap proses denaturasi
protein dimana larutan mengalami pengendapan atau tidak larut. Hal ini sesuai pernyataan
Ophart (2003) bahwa reaksi yang terjadi antara garam logam berat akan mengakibatkan
terbentuknya garam protein-logam yang tidak larut atau mengendap. Ditambahkan oleh
Poedjiadi (1994) menyatakan bahwa protein akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion
logam. Sedangkan larutan protein susu yang direaksikan dengan larutan garam logam berat FeCl3
tidak mengalami reaksi positif terhadap proses denaturasi protein dimana larutan tidak
mengendap atau larut. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Ophart (2003) bahwa reaksi yang
terjadi antara garam logam berat akan mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam yang
tidak larut atau mengendap.
4.1.4. Percobaan Hehler
Berdasarkan praktikum protein dengan materi percobaan hehler yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :Tabel 11. Hasil percobaan hehler
Sampel Reaksi KeteranganPutih Telur
Susu+-
MengendapTidak mengendap
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum protein dengan materi percobaan hehler digunakan untuk mengetahui sifat
protein melalui denaturasi. Hasil uji menunjukkan bahwa putih telur bereaksi positif terhadap
larutan asam nitrat (HNO3) pekat, sedangkan susu bereaksi negatif terhadap larutan asam nitrat
(HNO3) pekat. Hal ini sesuai pendapat Ophart (2003) bahwa reaksi yang terjadi antara garam
logam berat akan mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam yang tidak larut atau
mengendap. Ditambahkan oleh Lehninger (1982) bahwa protein biasanya menjadi tidak larut dan
kehilangan aktivitas biologi tanpa kerusakan kerangka polipeptida, dengan pemanasan,
penambahan pH ekstrim, atau perlakuan dengan pereaksi tertentu. Proses ini disebut denaturasi,
disebabkan oleh membukanya rantai polipeptida.
4.1.5. Uji Xantho Protein
Berdasarkan praktikum protein dengan materi uji xantho protein yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :Tabel 12. Hasil uji xantho protein
SampelKeterangan
Sebelum Penambahan NH3 - Sesudah Penambahan NH3
Putih TelurSusu
Mengendap, putih - padat, kuningTidak mengendap, putih - cair, kuning
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum protein dengan materi uji xantho protein digunakan untuk mengetahui
adanya asam amino dalam makanan atau suatu larutan yang mengandung cincin benzena. Tes ini
digunakan untuk mengetahui kandungan protein, yaitu asam amino dengan radikal fenil. Uji
positif tes ini ditandai dengan timbulnya endapan putih dan dapat berubah menjadi kuning bila
dipanaskan. Hasil uji menunjukkan bahwa putih telur dan susu bereaksi positif terhadap uji
xantho protein. Larutan putih telur dan susu yang semula berwarna putih berubah menjadi
kuning ketika dilakukan proses penambahan asam nitrat ( HNO3 ) pekat ke dalam larutan
tersebut, akan menimbulkan proses nitrasi pada cincin benzena sehingga terbentuk endapan
putih. Menurut Rahayu (2005) perubahan warna putih menjadi kuning pada saat dipanaskan
merupakan ciri adanya protein dalam makanan. Ditambahkan oleh Rahayu (2009) bahwa uji
xantoprotein merupakan uji yang bertujuan untuk membuktikan adanya gugus benzene pada
protein yang dilakukan melalui pereaksi asam nitrat ( HNO3 ) pekat serta memiliki hasil reaksi
endapan putih yang berubah menjadi kuning pada pemanasan. Diperkuat oleh Suyatno (2010)
bahwa uji xantoprotein merupakan tes yang digunakan untuk menunjukkan adanya protein yang
mengandung gugus fenil ( cincin benzena ) dalam bahan makanan. Jika protein mengandung
cincin benzena maka pemanasan dengan pereaksi asam nitrat ( HNO3 ) pekat akan terbentuk
warna kuning.
4.2. Lemak
4.2.1. Sifat Fisik, Kekentalan, dan Bau
Berdasarkan praktikum lemak dengan materi sifat – sifat lemak yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :Tabel 13. Hasil sifat fisik, kekentalan, dan bau
Sampel Kekentalan Bau Sifat FisikMinyak KelapaLemak ( Gajeh )
KentalSangat Kental
Tidak BerbauAmis
Cair – KuningPadat
Asam Stearat Tidak Kental Khas Cair – PutihSumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum lemak dengan materi sifat – sifat lemak digunakan untuk mengetahui sifat –
sifat pada lemak, yaitu sifat fisik, kekentalan, dan bau dari lemak. Hasil uji menunjukkan bahwa
minyak kelapa, lemak ( gajeh ), dan asam stearat memiliki sifat fisik, bau, dan kekentalan yang
berbeda. Minyak kelapa memiliki sifat yang cair dan berwarna kuning, kental, serta tidak berbau.
Lemak (gajeh) memiliki sifat yang padat, sangat kental, dan berbau amis. Asam stearat memiliki
sifat yang cair dan berwarna putih, tidak kental, serta berbau khas. Perbedaan sifat fisik karena
minyak dan lemak memiliki sifat fisik yang berbeda. Lemak sendiri terdiri atas asam lemak
jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Di dalam komposisi minyak kelapa terdapat asam lemak
jenuh yaitu asam stearat. Hal ini sesuai pendapat Sutresna (2007) bahwa minyak dan lemak
(praktikum menggunakan lemak gajeh) memiliki sifat berbeda. Lemak berupa padatan,
umumnya berasal dari hewan, kecuali lemak cokelat. Adapun minyak berupa cairan pada suhu
ruangan dan umumnya berasal dari tumbuhan, seperti minyak kelapa, minyak kedelai, dan
minyak jagung. Perbedaan wujud lemak ini bergantung pada asam lemak penyusunnya. Lemak
yang berwujud padat banyak mengandung asam lemak jenuh, sedangkan minyak yang berwujud
cair banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Hasil praktikum sifat fisik, kekentalan, dan bau
lemak tidak ada yang menghasilkan bau tengik. Hal ini membuktikan bahwa minyak kelapa,
lemak ( gajeh ), dan asam stearat tidak mengalami kerusakan lemak dan minyak. Hal ini sesuai
pendapat Salirawati (2010) bahwa kerusakan lemak dan minyak yang utama adalah timbulnya
bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan.
4.2.2. Uji Kelarutan Lipid ( Minyak Kelapa )
Berdasarkan praktikum lemak dengan materi uji kelarutan lipid ( minyak kelapa ) yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 14. Hasil uji kelarutan lipid ( minyak kelapa )Sampel Kekentalan Bau Sifat Fisik
Air2CO3
AlkoholEter
Chloroform
Tidak KentalTidak Kental Sangat Kental
KentalSangat Kental
AmisKhasKhasKhas
Tengik
Cair – Tidak larutCair – Tidak larut
Warna : Putih – Tidak larutPadat - LarutPadat - Larut
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum lemak dengan materi uji kelarutan lipid ( minyak kelapa ) digunakan untuk
mengetahui sifat fisik kelarutan lemak pada minyak kelapa ketika direaksikan dengan suatu
larutan. Hasil uji menunjukkan bahwa air, Na2CO3, alkohol, eter, serta chloroform memiliki sifat
kelarutan lemak yang berbeda. Air memiliki sifat fisik cair dan tidak larut, tidak kental, serta
berbau amis. Na2CO3 memiliki sifat fisik cair dan tidak larut, tidak kental, serta berbau khas.
Alkohol memiliki sifat fisik tidak larut dan berwarna putih, tidak kental, serta berbau khas. Eter
memiliki sifat fisik padat dan larut, kental, serta berbau khas. Chloroform memiliki sifat fisik
padat dan larut, sangat kental, serta berbau tengik. Air, Na2CO3, dan alkohol memiliki sifat tidak
larut ketika direaksikan dengan minyak kelapa. Hal ini sesuai penyataan Iswari (2006) bahwa
lemak merupakan senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut di dalam air, serta
tidak larut dalam alkohol dingin, tetapi larut di dalam alkohol panas. Ditambahkan oleh
Lehninger (1982) bahwa lemak merupakan komponen sel yang bersifat berminyak atau
berlemak, dan tidak larut di dalam air.
Sedangkan eter dan chloroform memiliki sifat larut ketika direaksikan dengan minyak
kelapa. Hal ini karena eter dan chloroform merupakan pelarut non polar. Hal ini sesuai pendapat
Iswari (2006) bahwa lemak larut di dalam pelarut – pelarut non polar seperti eter, kloroform,
alkohol panas, dan benzena.
4.2.3. Uji Kelarutan Lipid ( Margarin )
Berdasarkan praktikum lemak dengan materi uji kelarutan lipid (margarin) yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :Tabel 15. Hasil uji kelarutan lipid ( margarin )
Sampel Kekentalan Bau Sifat FisikAir
CO3
AlkoholEter
Chloroform
Tidak KentalKental KentalKental
Sangat Kental
Tidak BerbauTidak Berbau
KhasKhasKhas
Cair – Bening – Tidak larutKuning – Padat – Tidak larut
Praktikum lemak dengan materi uji kelarutan lipid ( margarin ) digunakan untuk
mengetahui sifat fisik kelarutan lemak pada margarin ketika direaksikan dengan suatu larutan.
Hasil uji menunjukkan bahwa air, Na2CO3, alkohol, eter, serta chloroform memiliki sifat
kelarutan lemak yang berbeda. Air memiliki sifat fisik cair, bening, dan tidak larut, tidak kental,
serta tidak berbau. Na2CO3 memiliki sifat fisik padat, berwarna kuning, dan tidak larut, kental,
serta tidak berbau. Alkohol memiliki sifat fisik tidak padat dan tidak larut, kental, serta berbau
khas. Eter memiliki sifat fisik padat, berwarna kuning, dan larut, kental, serta berbau khas.
Chloroform memiliki sifat fisik padat, berwarna kuning, dan larut, sangat kental, serta berbau
khas. Air, Na2CO3, dan alkohol memiliki sifat tidak larut ketika direaksikan dengan margarin.
Hal ini sesuai penyataan Iswari (2006) bahwa lemak merupakan senyawa organik berminyak
atau berlemak yang tidak larut di dalam air, serta tidak larut dalam alkohol dingin, tetapi larut di
dalam alkohol panas. Ditambahkan oleh Lehninger (1982) bahwa lemak merupakan komponen
sel yang bersifat berminyak atau berlemak, dan tidak larut di dalam air.
Sedangkan eter dan chloroform memiliki sifat larut ketika direaksikan dengan margarin.
Hal ini karena eter dan chloroform merupakan pelarut non polar. Hal ini sesuai pendapat Iswari
(2006) bahwa lemak larut di dalam pelarut – pelarut non polar seperti eter, kloroform, alkohol
panas, dan benzena.
4.2.4. Pembentukan Emulsi ( Minyak Kelapa )
Berdasarkan praktikum lemak dengan materi pembentukan emulsi (minyak kelapa) yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :Tabel 16. Hasil pembentukan emulsi ( minyak kelapa )
Sampel Kekentalan Bau Sifat FisikAir
Air SabunNa2CO3
Tidak KentalTidak KentalTidak Kental
Tidak BerbauKhasKhas
Tidak EmulsiEmulsi
Tidak EmulsiSumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum lemak dengan materi pembentukan emulsi ( minyak kelapa ) digunakan
untuk mengetahui sifat fisik emulsi suatu larutan minyak kelapa. Hasil uji menunjukkan air dan
larutan Na2CO3 memiliki sifat tidak emulsi. Sedangkan larutan air sabun memiliki sifat emulsi.
Emulsi yang dibentuk oleh air sabun merupakan emulsi cair. Menurut Wikipedia (2011), emulsi
cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan campuran dua
zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair
non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Hal ini
sesuai pendapat Pudjaatmaka (2002) menyatakan bahwa emulsi merupakan suatu satu sistem
koloid cair, cairan yang apabila diperiksa di bawah mikroskop akan terlihat bahwa sebenarnya
cairan terdiri atas dua fase cair. Dispersi partikel minyak atau lemak dalam air atau sebaliknya air
dalam minyak yang distabilkan oleh bahan pengemulsi. Air sabun disini dapat dinyatakan
sebagai zat pengemulsi. Hal ini sesuai pendapat Pudjaatmaka (2002) bahwa pengemulsi
merupakan zat yang digunakan untuk memudahkan pembuatan emulsi dan selanjutnya
menstabilkan emulsi itu, kebanyakan berupa bahan aktif permukaan yang menurunkan tegangan
permukaan cairan penyebar, misalnya air sabun dan minyak kelapa di dalam air. Proses
pembentukan emulsi disebut sebagai emulsifikasi. Hal ini sesuai pernyataan Pudjaatmaka (2002)
bahwa emulsifikasi merupakan proses pembuatan emulsi, dua cairan yang tidak dapat bercampur
yang ditambahkan pada zat ketiga untuk memantapkan emulsi, dikocok kuat, misalnya air,
minyak, dan detergen. Hal ini sesuai hasil praktikum dimana hasil perpaduan air, minyak kelapa,
dan detergen menghasilkan emulsi.
4.2.5. Pembentukan Emulsi ( Margarin )
Berdasarkan praktikum lemak dengan materi pembentukan emulsi (margarin) yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :Tabel 17. Hasil pembentukan emulsi ( margarin )
Sampel Kekentalan Bau Sifat FisikAir
Air SabunNa2CO3
Tidak KentalTidak Kental
Kental
Tidak BerbauKhas
Tidak Berbau
Tidak EmulsiEmulsi
Tidak EmulsiSumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2011
Praktikum lemak dengan materi pembentukan emulsi ( margarin ) digunakan untuk
mengetahui sifat fisik emulsi suatu larutan margarin yang telah dicairkan. Hasil uji menunjukkan
air dan larutan Na2CO3 memiliki sifat tidak emulsi. Sedangkan larutan air sabun memiliki sifat
emulsi. Emulsi yang dibentuk oleh air sabun merupakan emulsi cair. Menurut Wikipedia (2011),
emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan
campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar
dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak.
Hal ini sesuai pendapat Pudjaatmaka (2002) menyatakan bahwa emulsi merupakan suatu satu
sistem koloid cair, cairan yang apabila diperiksa di bawah mikroskop akan terlihat bahwa
sebenarnya cairan terdiri atas dua fase cair. Dispersi partikel minyak atau lemak dalam air atau
sebaliknya air dalam minyak yang distabilkan oleh bahan pengemulsi. Air sabun disini dapat
dinyatakan sebagai zat pengemulsi. Hal ini sesuai pendapat Pudjaatmaka (2002) bahwa
pengemulsi merupakan zat yang digunakan untuk memudahkan pembuatan emulsi dan
selanjutnya menstabilkan emulsi itu, kebanyakan berupa bahan aktif permukaan yang
menurunkan tegangan permukaan cairan penyebar, misalnya air sabun dan minyak kelapa di
dalam air. Proses pembentukan emulsi disebut sebagai emulsifikasi. Hal ini sesuai pernyataan
Pudjaatmaka (2002) bahwa emulsifikasi merupakan proses pembuatan emulsi, dua cairan yang
tidak dapat bercampur yang ditambahkan pada zat ketiga untuk memantapkan emulsi, dikocok
kuat, misalnya air, minyak, dan detergen. Hal ini sesuai hasil praktikum dimana hasil perpaduan
air, margarin, dan detergen menghasilkan emulsi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Protein merupakan makromolekul yang yang berlimpah di dalam sel, menyusun lebih
dari setengah berat kering. Protein terdiri dari rantai polipeptida panjang, yang tersusun oleh unit
asam – asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida. Beberapa protein berbentuk serabut dan
bersifat tidak larut, yang lain berbentuk globular biasanya menjadi tidak larut dan kehilangan
aktivitas biologi tanpa kerusakan kerangka polipeptida, dengan pemanasan, penambahan pH
ekstrim, atau perlakuan dengan pereaksi tertentu. Proses ini disebut denaturasi, disebabkan oleh
membukanya rantai polipeptida.
Lemak merupakan komponen sel yang bersifat berminyak atau berlemak, dan tidak larut
di dalam air, yang dapat diekstrak dengan pelarut non polar, seperti eter, chloroform, serta
alkohol panas.
5.2. Saran
Praktikum kimia dasar protein dan lemak, diharapkan dan disarankan untuk berhati –
hati saat memanaskan tabung reaksi di penangas air. Serta hati – hati juga saat meneteskan
larutan asam nitrat pekat, karena asam nitrat memiliki sifat korosif, dimana korosif dapat
menyebabkan kerusakan pada mata, sistem pernafasan, serta terutama kulit. Karena dapat
membuat kulit menjadi melepuh, seperti kena knalpot motor panas, atau lebih parah lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil. A. dkk. 2002. Biologi. Jakarta, Erlangga
Iswari, Retno Sri., dan Ari Yuniastuti. 2006. Biokimia. Yogyakarta, Graha Ilmu
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar – dasar Biokimia. Jakarta, Erlangga
Makfoeld, Djarir. dkk. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Yogyakarta, KanisiusOphart, C.E. 2003. Virtual Chembook. Elmhurst College
Poedjiadi, Anna 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta, Penerbit UI-Press
Pudjaatmaka, A. Hadyana. 2002. Kamus Kimia. Jakarta, Balai Pustaka
Rahayu, Imam. 2005. Praktis Belajar Kimia. Jakarta, Visindo Media Persada
Rahayu, Nurhayati., dan J.P. Giriarso. 2009. Rangkuman Kimia SMA. Jakarta, Gagas MediaSalirawati, Das. dkk. 2010. Belajar Kimia Secara Menarik SMA/MA Kelas XII. Jakarta, GrasindoSastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Organik Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, dan Protein.
Yogyakarta, Gadjah Mada University PressSutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Jakarta, Grafindo Media Pratama
Suyatno. dkk. 2010. Kimia SMA/MA XII. Jakarta, Grasindo
http://id.wikipedia.org/wiki/Emulsi
Lampiran 7. Menjawab Pertanyaan Protein dan Lemak
Protein
A. Uji Biuret
Tuliskan struktur
kimia yang memberi hasil terhadap uji Biuret ?
B. Preparasi dengan Larutan Garam Logam Berat
1. Bersifat sebagai apakah protein dan logam-logam berat dalam reaksi ini ?
Sebagai pereaksi
2. Apakah warna masing-masing endapan yang terbentuk, dan tulis masing-masing reaksi ?
Larutan putih telur + FeCl3 terbentuk endapan berwarna jingga
Larutan putih telur + CuSO4 terbentuk endapan berwarna putih
Larutan putih telur + HgCl2 tidak terbentuk endapan berwarna putih
Larutan putih telur + PbCOOH terbentuk endapan berwarna putih susu
Larutan protein susu + FeCl3 tidak terbentuk endapan putih kekuningan
Larutan protein susu + CuSO4 terbentuk endapan berwarna putih
Larutan protein susu + HgCl2 terbentuk endapan berwarna putih
Larutan protein susu + PbCOOH terbentuk endapan putih
3. Sebutkan garam-garam logam berat lain yang saudara ketahui ?
HgBr2, HgI2, HgF2, PbBr2, PbF2, PbCI2, PbI2
C. Percobaan Hehler
1. Apa yang dimaksud dengan Denaturasi?
Denaturasi adalah rusaknya ikatan atau struktur suatu senyawa yang mengakibatkan terjadinya
lapisan berwarna putih (pada protein)
2. Sebutkan beberapa faktor yang dapat menyebabkan denaturasi protein ?
Pencampuran protein dengan asam mineral pekat dan panas
3. Sebutkan dan beri penjelasan jenis-jenis ikatan dalam molekul protein yang dipengaruhi ?
Ikatan peptida yaitu ikatan yang terdapat dalam rantai peptida itu sendiri
Ikatan Cystin yaitu ikatan atom-atom di dalam molekul yang disebabkan karena persekutuan
eletron- elektron yang dimiliki bersama oleh dua atom
Ikatan Garam yaitu ikatan antara ion-ion yang bermuatan berlawanan dalam suatu molekul
Ikatan Ester yaitu ikatan antar asam amino yang mempunyai radikal karboksil bebas berdekatan
dengan radikal hidroksi bebas
Ikatan hidrogen yaitu ikatan yang banyak terdapat dalam molekul protein, terutama yang
menghubungkan antara C, O, H, dan N
D. Uji Xantho Protein
1. Reaksi ini khusus protein yang mengandung asam amino apa ?
Mengandung asam amino esensial
2. Tuliskan reaksi
kimianya ?
3. Apa yang terjadi jika kulit kena asam nitrat pekat ? Mengapa demikian ?
Kulit akan melepuh karena asam nitrat termasuk asam kuat yang mudah teroksidasi
Lemak
Sifat – sifat lemak
1. Senyawa manakah yang merupakan steroid murni ?
Kolesterol
2. Senyawa manakah yang mempunyai bau paling enak ?
Minyak kelapa
ifat Kimia Protein (Laporan Praktikum)
11.35 No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
Mempelajari sifat-sifat protein yang terdiri dari sifat kogulasi , sifat amfoter, dan sifat reversible protein.
B. DASAR TEORI
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan
polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah
satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius
pada tahun 1838. Secara kimia dapat dibedakan antara protein sederhana yang terdiri dari polipeptida
dan protein kompleks yang mengandung zat-zat makanan tambahan seperti hern, karbohidrat, lipid atau
asam nukleat. Untuk protein kompleks, bagian polipeptida dinamakan aproprotein dan keseluruhannya
dinamakan haloprotein. Secara fungsional protein juga menunjukkan banyak perbedaan. Dalam sel
mereka berfungsi sebagai enzim, bahan bangunan, pelumas dan molekul pengemban. Tapi sebenarnya
protein merupakan polimer alam yang tersusun dari berbagai asam amino melalui ikatan peptida (Hart,
1987). Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat bereaksi dengan air,
beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan lainnya. Semua molekul dengan jenis
protein tertentu mempunyai komposisi dan deret asam amino dan panjang rantai polipeptida yang
sama. Protein memiliki fungsi sebagai berikut (Lehninger, 1996): Enzim, merupakan katalis biokimia;
Pengukur pergerakan; Alat pengangkut dan penyimpan; Penunjang mekanisme tubuh; Pertahanan
tubuh (imune atau anti-bodi); Media perambatan impuls saraf; dan Pengendali pertumbuhan.