BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPerawatan prostodonsia adalah pemulihan atau
perbaikan keseimbangan fungsional seluruh sistem stomatognatik yang
meliputi estetik, fonetik, mastikasi dan penelanan. Hilangnya gigi
dari mulut seseorang akan mengakibatkan perubahan-perubahan
anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula
menyebabkan trauma psikologis. Kehilangan gigi yang disebabkan
karies dan penyakit periodontal umum terjadi di seluruh dunia,
meskipun telah berkembang ilmu pencegahan dan perawatan dini
(Hasanah, 2010).Seseorang yang mengalami kehilangan gigi dan tidak
segera diganti akan mengakibatkan terganggunya beberapa fungsi,
yakni fungsi pengunyahan, fungsi bicara dan fungsi estetik. Tidak
adanya gigi, baik sebagian ataupun seluruhnya dapat menyebabkan
pengunyahan makanan menjadi kurang maksimal. Dampak lainnya berupa
gangguan dalam bicara ataupun pengucapan kata-kata dalam huruf
tertentu, serta terganggunya penampilan seseorang. Kesemuanya ini
dapat mengakibatkan ketidaknyamanan atau hambatan dalam
beraktivitas (Bortoluzzi, 2012). Kehilangan gigi dapat dibagi
menjadi dua yaitu kehilangan gigi sebagian dan kehilangan seluruh
gigi. Kehilangan gigi sebagian adalah kehilangan satu atau lebih
gigi pada rahang atas atau rahang bawah. Kehilangan gigi sebagian
diklasifikasikan menjadi empat metode berdasarkan Klasifikasi
Kennedy yaitu Klas I adalah kehilangan gigi pada kedua sisi rahang
di bagian posterior, Klas II adalah kehilangan gigi pada satu sisi
rahang di bagian posterior, Klas III adalah kehilangan gigi di satu
sisi rahang antar gigi anterior dan posterior, serta Klas IV adalah
kehilangan gigi pada bagian anterior, melewati garis tengah
(Soeyono, 2011).Untuk mengatasi hal ini ada beberapa pilihan
perawatan antara lain dapat dibuatkan gigi tiruan jembatan, implan,
atau gigi tiruan sebagian lepasan. Pada beberapa kasus yang tidak
memungkinkan dibuatkan gigi tiruan jembatan dan implan, maka gigi
tiruan sebagian lepasan merupakan pilihan terbaik (Wurangian,
2010). Gigi tiruan berujung bebas (distal extension-klas I dan II
Kennedy) mempunyai lebih banyak masalah dibandingkan dengan gigi
tiruan sebagian lepasan bersandaran ganda (all tooth supported-klas
III Kennedy). Masalah utama pada gigi tiruan ujung bebas ialah gigi
tiruan tidak stabil. Gigi tiruan yang tidak stabil dapat
menyebabkan resopsi lingir alveolar berjalan lebih cepat, atau
ungkitannya dapat menimbulkan kelainan periodontal pada gigi kodrat
yang dipakai sebagai sandaran (Ardan, 2007).Setiap gigi tiruan yang
dipasang dalam rongga mulut memiliki resiko merusak kesehatan gigi
dan jaringan pendukung, kerusakan ini dapat diperkecil dengan
membuat desain yang tepat Oleh sebab itu, rencana pembuatan desain
merupakan salah satu tahap penting dan merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan sebuah geligi tiruan.Oleh karena itu, penulis
memilih judul Perawatan Kasus Kennedy Klas II Modifikasi 2 Rahang
Atas dan Kennedy Klas III Modifikasi 1 dalam makalah ini untuk
dapat mengetahui bagaimana cara mendesain gigi tiruan dalam kasus
tersebut dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimana cara menentukan desain gigi
tiruan yang tepat untuk kasus Kennedy Klas II modifikasi 2 rahang
atas dan Kennedy Klas III modifikasi 1?1.2.2 Bagaimana cara
menentukan desain alternatif gigi tiruan yang tepat untuk kasus
Kennedy Klas II modifikasi 2 rahang atas dan Kennedy Klas III
modifikasi 1?
1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Untuk mengetahui cara menentukan
desain gigi tiruan yang tepat untuk kasus Kennedy Klas II
modifikasi 2 rahang atas dan Kennedy Klas III modifikasi 11.3.2
Untuk mengetahui cara menentukan desain alternatif gigi tiruan yang
tepat untuk kasus Kennedy Klas II modifikasi 2 rahang atas dan
Kennedy Klas III modifikasi 1
1.4 Manfaat Penulisan1.4.1 Mengetahui cara menentukan desain
gigi tiruan yang tepat untuk kasus Kennedy Klas II modifikasi 2
rahang atas dan Kennedy Klas III modifikasi 11.4.2 Mengetahui cara
menentukan desain alternatif gigi tiruan yang tepat untuk kasus
Kennedy Klas II modifikasi 2 rahang atas dan Kennedy Klas III
modifikasi 1
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 GTSL (GTSL)Tahapan penyusunan gigi dalam pembuatan gigi
tiruan lepasan harus mendukung tercapainya tujuan dari pembuatan
gigi tiruan lepasan tersebut, antara lain (Gunadi dkk., 1995).a.
Memperbaiki penampilan.b. Memperbaiki fungsi pengunyahan.c.
Memperbaiki fungsi bicara.d. Mempertahankan kesehatan jaringan
keras dan lunak dalam rongga mulut yang masih tinggal.
2.1.1 Komponen GTSLPada umumnya gigi tiruan (GT) konvensional,
baik yang terbuat dari akrilik maupun dari kerangka logam, terdiri
dari bagian-bagian penahan (retainer), basis, konektor, sandaran
(rest), basis GT (saddle), dan elemen GT. (Gunadi dkk., 1995).
2.1.2 Klasifikasi KennedyDesain gigi tiruan sebagian lepasan
mempunyai banyak perbedaan dan kombinasi hal ini tergantung pada
edentulous area. Dr. Edward Kennedy berupaya mengklasifikasikan
lengkung tak bergigi supaya dapat membantu pembuatan desain geligi
tiruan sebagian lepasan. Klasifikasi ini membagi semua keadaan tak
bergigi menjadi empat macam keadaan. Rincian Klasifikasi Kennedy
(Owen, 2000):1. Kelas I: Daerah tak bergigi terletak di bagian
posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi
rahang (bilateral).1. Kelas II: Daerah tak bergigi terletak di
bagian posterior dari gigi yang masih ada, tetapi berada hanya pada
salah satu sisi rahang saja (unilateral).1. Kelas III : Daerah tak
bergigi terletak di antara gigi-gigi yang masih ada di bagian
posterior maupun anteriornya dan unilateral.1. Kelas IV : Daerah
tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih
ada dan melewati garis tengah rahang.
Gambar 2.1: Desain Kennedy klas I Gambar 2.2: Desain Kennedy
klas II
Gambar 2.3: Desain Kennedy klas IIIGambar 2.4: Desain Kennedy
klas IV
Kriteria untuk menentukan klasifikasi Kennedy adalah: (Paulose,
2005)1. Daerah tak bergigi paling posterior akan menentukan
kelas.1. Ukuran modifikasi tidak terlalu penting.1. Jika molar
ketiga hilang dan tidak diganti maka tidak digunakan untuk
menentukan klas karena dianggap tidak ada.
2.1.3 Klasifikasi Kelas II KennedyKlasifikasi kelas II Kennedy
adalah daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi
yang masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu rahang saja
(unilateral). Jika terdapat daerah tak bergigi lain dari pada yang
sudah ditetapkan dalam klasifikasi, masuk dalam modifikasi dan
disebut sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya. (Carr,
2005)
Gambar 2.5: Klasifikasi Kennedy kelas II modifikasi 2 (Patrice
S, 2012)
Pada kasus kelas II klasifikasi Kennedy, secara klinis dijumpai
beberapa keadaan seperti: (Gunadi dkk, 1991)1.Resorbsi tulang
alveolar terlibat lebih banyak.2. Gigi antagonis relatif lebih
ekstrusi dan tidak teratur.3. Ekstrusi menyebabkan rumitnya
pembuatan restorasi pada gigi antagonis.4.Pada kasus ekstrim karena
tertundanya pembuatan gigi tiruan untuk jangka waktu tertntu karena
perlu pencabutan satu atau lebih gigi antagonis.5.Karena
pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi
temporomandibula.
2.1.3.1Cengkeram2.1.3.1.1Cengkeram KawatCengkeram kawat terdiri
dari cengkeram kawat paradental (tooth borne dan gingival (mucosa
borne). Cengkeram paradental merupakan klamer yang fungsinya selain
sebagai retensi dan stabilisasi protesa, klamer ini juga sebagai
alat untuk meneruskan beban kunyah yang diterima gigi tiruan ke
gigi penyangganya. Klamer paradental harus mempunyai bagian yang
melalui bagian oklusal gigi penyangga atau titik kontak antara gigi
penyangga dengan gigi sebelahnya. Sedangkan cengkeram gingival
hanya memiliki fungsi retensi dan stabilisasi, sehingga tidak
memiliki bagian pada oklusal gigi penyangga. (Phoenix, 2002).
Beberapa jenis cengkeram kawat:1. Cengkeram 3 jariBentuknya
seperti akers clasp terdiri dari lengan bukal dan lingual, body,
bahu, rest oklusal. Cengkeram ini diindikasikan untuk gigi premolar
dan molar. (Gunadi dkk, 1991)
Gambar 2.6: Cengkeram 3 jari (Gunadi dkk, 1991)
2. Cengkeram 2 jariDisainnya sama dengan cengkeram 3 jari, hanya
tidak mempunyai rest. Indikasi: gigi molar dan premolar (Phoenix,
2002)
Gambar 2.7: Klamer 2 jari (Gunadi dkk, 1991)
3. Cengkeram gilletDisainnya mulai dari bukal terus ke oklusal
di atas titik kontak, turun ke lingual dan terus ke retensi
akrilik. Indikasi: gigi premolar. (Gunadi dkk, 1991)
2.1.3.1.2Cengkeram TuangBeberapa jenis cengkeram tuang: (Gunadi
dkk, 1991)1. Akers claspBentuk dasar dari jenis sirkumferensial
yang terdiri dari lengan bukal, lingual, dan rest oklusal.
Cengkeram ini memiliki bentuk yang sederhana, efektif, dan cukup
kuat serta paling sering digunakan. Akers clasp ini juga dianggap
memenuhi seluruh persyaratan suatu cengkeram, yaitu: (Gunadi dkk,
1991) Memiliki sandaran oklusal yang berfungsi mencegah pergerakan
geligi tiruan kearah gingival Bagian pengimbang yang berfungsi
menahan pergerakan horizontal Lengan retentif yang berfungsi
mencegah pergerakan vertikal kearah oklusal.
2. Back action claspKlamer ini adalah modifikasi dari ring
clasp. Rest seat terhubung secara langsung dengan konektor minor.
Tipe clasp ini terutama digunakan sebagai retainer untuk gigi
tiruan sebagian unilateral dan bilateral. Clasp ini memberikan
keuntungan retensi dan kekuatan yang baik. Keuntungan clasp ini
yaitu dapat menyisakan ruang untuk mesial bagian dari dasar gigi
tiruan, margina gingival dari gigi penyangga dapat dibiarkan
terbuka untuk kesehatan periodontal yang lebih baik. (Graber, 1986)
Penggunaannya paling sering pada gigi premolar. (Soratur, 2006)
Gambar 2.8: Back Action Clasp (Gunadi dkk, 1991)
2.1.3.2Sandaran (Rest)Sandaran (rest) merupakan bagian gigi
tiruan yang bersandar pada permukaan gigi penyangga dan dibuat
dengan tujuan memberikan dukungan vertikal pada protesa. Sandaran
dapat ditempatkan pada permukaan oklusal gigi P dan M, atau pada
permukaan lingual gigi anterior. Sandaran pada gigi posterior
berfungsi sebagai berikut: (Carr, 2005)a. Menyalurkan gaya atau
tekanan oklusal dari gigi tiruan kepada gigi penyanggab. Menahan
lengan cengkeram tetap pada tempatnyac. Mencegah lengan cengkeram
menjadi mekar atau terbuka akibat tekanan oklusald. Membagi gaya
oklusal menjadi dua atau lebih komponen, sehingga pembagian gaya
kunyah yang proporsional antara gigi dan lingir sisa
Salah satu jenis rest adalah rest oklusal. Ukuran rest yang
dianggap ideal untuk premolar adalah setengah jarak puncak cusp
lingual dan bukal. Untuk gigi molar, dimensinya dapat sedikit
dikurangi dari ukuran rest premolar. Rest oklusal juga harus
berbentuk sendok atau piring (spoon and saucer shaped rest).
(Gunadi dkk, 1991)
2.1.3.3 Basis2.1.3.3.1 Basis ResinIndikasi pemakaian basis resin
adalah dapat digunakan untuk semua kasus kehilangan gigi, dan
paling sering digunakan sebagai basis protesa. Keuntungan basis
resin adalah warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, relatif
lebih ringan, relining dan rebasing lebih mudah, teknik pembuatan
dan pemolesannya mudah, serta harganya murah. (Carr AB, 2005)Bila
gigi sudah banyak hilang, sehingga mendekati keadaan gigi tiruan
lengkap, basis perlu diperluas. Pada RA, basis perlu diperluas
sampai menutupi palatum dan sampai ke tuberositas dan hamular
notch. Bagian posteriornya sampai ke batas mukosa bergerak dan
tidak bergerak dan berkahir dengan suatu post dam. Bila sayap bukal
dimulai dari gigi P, maka sayap di bagian anterior dibuat melancip
ke posterior dengan bevel pada bagian tepinya. Tebal bagian tepi
sedikitnya 2 mm. Pada RB, basis perlu diperluas hingga menutupi
retromolar pad dan meluas ke lateral sampai sulkus bukalis. Dengan
perluasan ini, lingir sisa akan menjadi stabil. Besar sayap lingual
bergantung pada anatomi lingir milohyoid. Bila bagian ini tajam dan
ada gerongnya, maka sayap berakhir pada puncak lingir. Bila bagian
ini tidak tajam dan tidak ada gerongnya, sayap diperluas hingga
sulkus alveolingual. Dengan perluasan ini, basis gigi tiruan akan
memberikan retensi dan stabilisasi maksimum terhadap pergerakan
dakam arah distal. (Gunadi dkk, 1991)Sayap labial pada basis
berfungsi sebagai berikut, antara lain, meningkatkan nilai estetik
dengan menutupi celah diantara protesa dan gigi yang masih ada.
Sayap labial juga berfungsi sebagai guiding planes yang mencegah
rotasi gigi tiruan pada regio anterior dan memastikan kecekatan
gigi tiruan. (Newton JP et al, 1989)2.1.3.3.2 Basis MetalIndikasi
basis metal adalah penderita hipersensitif terhadap resin,
penderita dengan gaya kunyah abnormal, ruang intermaksilar kecil,
kasus basis dukungan gigi desain unilateral, serta beberapa
pertimbangan khusus, seperti permintaan pasien, pasien memiliki
kebiasaan menyikat gigi secara berlebih atau kasus dengan tulang
pendukung yang stabil. Salah satu contoh basis metal / kerangka
logam (konektor mayor) adalah double lingual bar. Konektor ini
diindikasikan sebagai retensi tak langsung (indirect retainer) dan
kasus ruang interproksimal besar yang telah dilakukan perawatan
periodontal. (Gunadi dkk, 1991)
2.1.3.4 Basis Dukungan GigiPada kasus tooth supported atau
bounded saddle, pergeseran sadel ke arah mesial maupun distal dapat
dicegah karena baik sebelah mesial maupun sebelah distal tertahan
oleh gigi penyangga dibandingkan dengan pada kasus free end saddle.
Selain itu, basis bersama-sama elemen gigi tiruan berfungsi pula
mencegah migrasi horizontal gigi tetangga, serta migrasi vertikal
gigi antagonis. Pada pembuatan protesa gigi posterior, faktor
estetik merupakan hal yang sekunder, sebaliknya pada gigi anterior.
(Gunadi dkk, 1991)
2.1.3.5 Basis Free EndBagian basis yang berdekatan dengan gigi
penyangga akan mendapat dukungan dari gigi tersbut, sedangkan
bagian yang jauh akan didukung jaringan lingir sisa yang berada di
bawah ggi tiruan. Dukungan jaringan ini penting, agar tekanan
kunyah dapat disalurkan ke permukaan yang lebih luas sehingga
tekanan per satuan luas menjadi kecil. Untuk kasus berujung bebas
(free end), perlu diperhatikan beberapa hal-hal berikut ini, yaitu
: (Gunadi dkk, 1995)1. Perlu diusahakan adanya indirect retainer2.
Desain cengkeram harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tekanan
kunyah yang bekerja pada gigi penahan menjadi minimal3. Sandaran
oklusal hendaknya diletakkan menjauhi daerah tak bergigi4. Perlu
dilakukan pencetakan ganda agar keseimbangan penerimaan beban
kunyah antara gigi dan mukosa dapat dicapai5. Dalam pembuatan
desain, perlu dipikirkan kemungkinan perlunya pelapisan basis di
kemudian hari. Hal ini harus mudah dilakukan.
Ungkitan kelas II pada kasus gigi tiruan ujung bebas terjadi
apabila titik fulkrum berada di ujung, tekanan pada ujung yang
berlawanan dan tahanan berada di tengah. Pada posisi seperti ini
sadel ujung bebas akan tertahan waktu terangkat ke arah oklusal.
Makin jauh jarak antara titik fulkrum, maka kemampuan menahannya
akan makin baik.
2.1.3.6 Indirect RetainerIndirect retainer harus diletakkan
tegak lurus pada garis fulkrum. Pada kasus kelas II, garis ini
ditarik melalui sandaran-sandaran oklusal gigi penyangga pada sisi
freen end dan gigi penyangga paling distal dari sisi lainnya. Bila
pada sisi ini terdapat daerah modifikasi, maka gigi penyangga
sekunder yang letaknya jauh dari garis fulkrum, dianggap sebagai
pendukung indirect retainer. (Gunadi dkk, 1991)
2.1.4 Kennedy kelas IIIKelas III berupa keadaan dengan area
tidak bergigi unilateral dengan gigi asli yang tersisa terletak di
anterior dan posteriornya. Daerah tak bergigi terletak di antara
gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anteriornya.
Terdapat 2 jenis, yaitu : unilateral denture dan bilateral partial
denture (Jones et al., 2009)
Gambar 2.9: Klasifikasi Kennedy Klas IIIApplegate menyarankan
klasifikasi Kennnedy Kelas III dibagi menjadi 3 grup berdasarkan
kondisi klinin, konsekuensi, dan tipe perawatan yang dibutuhkan.
(Osborne et al., 1974)1. Grup AKasus Grup A antara lain apabila
sadel pendek, gigi penyangga sehat dan bone loss minimal di sekitar
akar gigi. Pada kondisi ini restorasi pilihan adalah fixed bridge,
tetapi unilateral partial denture dengan konstruksi dan desain yang
baik dapat juga digunakan pada kasus non-modifikasi.1. Grup BKasus
Grup B antara lain pada kasus satu atau lebih gigi penyangga tidak
dapat menjadi support bagi denture. Hal ini dapat dikarenakan sadel
yang panjang, morfologi akar atau panjang gigi penyangga tidak
memadai, beban oklusal yang terlalu besar, atau terdapat resorpsi
akar di sekitar gigi penyangga. Dalam keadaan ini, bilateral
denture diperlukan dan tidak bisa digunakan unilateral atau fixed
bridge.1. Grup CKasus Grup C antara lain kasus dengan sadel panjang
dengan salah satu gigi penyangga tidak dapat menjadi support bagi
denture. Salah satu contohnya adalah saat penyangga posterior
berupa gigi molar kedua atau ketiga dan penyangga anterior adalah
insisif lateral dengan akar pendek. Pada kasus ini sadel di
anterior harus berupa mucosa borne.
2.1.4.1 Prinsip Desain GTSL dari Kennedy Kelas IIIKelas III
Kennedy merupakan daerah tak bergigi terletak di antara gigi-gigi
yang masih ada (bounded saddle) di bagian posterior maupun
anteriornya dan unilateral tetapi tidak melewati median line
(Gunadi, 1995).Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah
ditetapkan dalam klasifikasi Kennedy masuk dalam modifikasi dan
disebut sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya. Banyaknya
modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang tidak bergigi
(Harty dan Ogston, 2001).
Gambar 2.10: Klas III Kennedy tanpa modifikasi
Gambar 2.11: Klas III Kennedy modifikasi 1 Gambar 2.12: Klas III
Kennedy modifikasi 2 (Harty dan Ogston, 2001)
Desain GTSL kelas III Kennedy hanya menggunakan support dari
gigi penyangga sehingga biomekaniknya seperti pada gigi tiruan
tetap (GTT) yang bergantung pada kesehatan jaringan periodontal
gigi penyangga. Penempatan rest seat pada GTSL kelas III Kennedy
harus dipastikan tidak mengubah dimensi oklusi vertikal. Rest seat
dapat ditempatkan pada cingulum dari kaninus, pada sisi mesial atau
distal dari oklusal premolar maupun molar (Jones et al.,
2009).Retensi yang dipergunakan pada GTSL kelas III Kennedy
bergantung pada keberadaan undercut pada permukaan mesiobukal, mid
- bukal, dan distobukal gigi penyangga, keadaan jaringan
periodontal gigi penyangga, serta pertimbangan estetik. Direct
retainer yang umum dipergunakan adalah circumferential clasp atau
infrabulge clasp (I - bar atau modifikasi 1/2 - T clasp). (Jones et
al., 2009).Untuk mencegah pergerakan rotasi atau terungkitnya gigi
tiruan, dibutuhkan indirect retainer. Posisi indirect retainer
ditentukan pada posisi tegak lurus terhadap garis fulkrum. Pada
desain GTSL kelas III Kennedy, tidak lagi diperlukan indirect
retainer karena direct retainer pada bagian anterior juga berfungsi
sebagai indirect retainer.
Gambar 2.13: Tampak oklusal model rahang atas : garis hitam
menandakan garis fulkrum, sedangkan garis biru menentukan posisi
indirect retainer (Jones et al., 2009)
Desain GTSL pada kasus Kennerdy kelas III dapat berupa
unilateral denture, bilateral denture, sectional denture, long
posterior saddle, dan saddle denture (Lammie and Laird, 1986).
2.1.4.2 KonektorApabila oral hygiene dan kondisi gigi penderita
baik, konektor yang terbuat dari metal lebih disarankan untuk
digunakan dalam desain GTSL kelas III Kennedy karena metal memiliki
kekuatan yang lebih besar dan hanya sedikit jaringan yang tertutup.
Pemilihan konektor untuk desain GTSL kelas III Kennedy sebagai
berikut: (Tyson et al., 2007)1. Rahang atasDapat digunakan konektor
berupa antara lain anterior bar, middle bar, posterior bar, ring,
dan anterior plate.1. Rahang bawahDapat digunakan konektor berupa
antara lain lingual atau sublingual bar, lingual bar dengan
accesory konektor, dental bar, dan lingual plate.Apabila pasien
memiliki oral hygiene yang buruk dan gigi banyak yang mengalami
kegoyangan, maka lebih disarankan menggunakan konektor yang terbuat
dari akrilik yaitu palatal atau lingual plate. Akan tetapi,
konektor yang terbuat dari akriliki memiliki kelemahan yaitu
kekuatannya lebih rendah dan lebih banyak jaringan yang harus
ditutup oleh akrilik. (Tyson et al., 2007)
Gambar 2.14: Contoh GTSL klas III Kennedy dengan plat logam pada
rahang atas (kiri) dan rahang bawah (kanan) (Jones JD et al.,
2009)
2.1.4.3 Unilateral DentureCiri utama desain ini adalah meliputi
jaringan dalam salah satu sisi rahang saja. Gigi tiruan semacam ini
dapat menjadi tidak stabil dan hanya bisa menerima beban yang
terbatas. Karena desain ini biasanya tooth-borne, maka resistensi
terhadap kekuatan vertikal lebih baik jika didapat dari gigi akar
ganda dan besar (Lammie and Laird, 1986).Indikasi: (Lammie and
Laird, 1986)1) Kehilangan gigi tidak lebih dari dua gigi2) Beban
oklusal ringan3) Gigi penjangkaran tanpa restorasi besar4) Kedua
gigi penjangkaran dengan mahkota klinis yang sempurna, tumbuh
sempurna dan tegak, mahkota anatomis berbentuk genta dan mempunyai
double bracing dan retention.
Gambar 2.15: Desain unilateral denture klas III Kennedy
2.1.4.4 Bilateral DentureBilateral denture memiliki keuntungan
yaitu peningkatan stabilitas dan distribusi beban yang lebih luas.
Desain ini lebih sering digunakan pada kasus-kasus dimana baik
bentuk mahkota, ukuran akar gigi, atau kondisi periodontal pada
satu atau lebih gigi penyangga tidak dapat dijadikan support dengan
desain unilateral denture. Selain itu, dibandingkan dengan
unilateral denture, bilateral denture biasanya merupakan pilihan
yang lebih disukai. Desain bilateral denture yang lebih besar,
kemungkinan gigi tiruan tertelan menjadi berkurang. (Lammie and
Laird, 1986). Indikasi bilateral partial denture (Applegate,
1960):1. Kehilangan gigi lebih dari dua1. Gigi penjangkaran tidak
memenuhi syarat
Gambar 2.16: Desain bilateral partial denture klas III Kennedy
(Applegate, 1960)
Pada konstruksi GTSL bilateral dapat menggunakan desain dengan
tooth borne dan mucosa borne ataupun kombinasi.
2.2 Gigi Tiruan Tetap2.2.1 Definisi dan TujuanGigi yang hilang
dapat diganti dengan gigi tiruan. Pada umumnya dikenal dua tipe
gigi tiruan, yaitu gigi tiruan tetap yang dilekatkan di dalam mulut
dengan semen dan gigi tiruan lepasan yang tiap saat dapat dilepas
dari mulut. Gigi tiruan tetap disebut juga gigi tiruan jembatan
atau bridge (Prajitno, 1991).Keuntungan dari gigi tiruan jembatan
antara lain: (Prajitno, 1991)1) Oleh karena dilekatkan pada gigi
asli, tidak mudah lepas atau tertelan.2) Dirasakan sebagai gigi
sendiri oleh pasien.3) Tidak mempunyai klamer yang dapat
menyebabkan keausan pada permukaan enamel gigi, karena tiap kali
dilepas dan dipasang kembali dalam mulut.4) Dapat mempunyai efek
splint yang melindungi gigi terhadap stres.5) Menyebarkan stres
fungsi ke seluruh gigi, sehingga menguntungkan jaringan
pendukungnya.
Indikasi dan kontraindikasi umum pembuatan gigi tiruan jembatan,
antara lain: (Prajitno, 1991)1) Sikap penderitaYang terpenting
dalam menentukan dibuat tidaknya suatu jembatan pada seorang
penderita adalah sikapnya terhadap perawatan gigi pada umumnya.
Perlu disadari bahwa perawatan jembatan relatif lama dan mungkin
dapat menimbulkan ketegangan pada penderita maupun operatornya.2)
Kebersihan mulutKesehatan mulut yang kurang baik merupakan
kontraindikasi yang positif untuk perawatan jembatan, sebab pada
umumnya jembatan memerlukan pembersihan yang terus-menerus. Bila
tidak, maka kemungkinan besar karies akan menyerang gigi
penyangganya atau akan terjadi kerusakan jaringan periodonsium.
Kebersihan mulut yang buruk menandakan pula sifat acuh tak acuh
penderita terhadap perawatan giginya. Disclosing agent biasanya
dipakai untuk mendeteksi kehadiran plak yang dapat juga dipakai
menarik kesimpulan tentang sikap penderita mengenai kebersihan
mulut.3) Keuangan penderitaKeuangan penderita juga dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam perawatan penyulihan gigi. Pada umumnya
gigi tiruan lepasan lebih murah daripada jembatan. Terutama pada
kasus yang terindikasi untuk gigi tiruan lepasan maupun jembatan,
maka keuangan penderita perlu diperhitungkan dalam menentukan macam
perawatan selanjutnya.4) Penyakit sistemikPada penderita dengan
epilepsi, sebaiknya direncanakan pembuatan jembatan daripada gigi
tiruan lepasan, sebab kemungkinan dapat terjadi fraktur pada gigi
tiruan lepasan tersebut dan kemungkinan dapat tertelan, bila
penyakitnya sedang kambuh. Sebaiknya pelaksanaan pembuatan jembatan
memakan waktu yang lebih lama dan dapat menimbulkan ketegangan pada
penderita. 5) Perawatan ortodontikSetelah perawatan ortodontik
selesai, terkadang dibuatkan alat stabilisasi gigi. Dengan
jembatan, hal ini lebih dapat tercapai dengan baik daripada dengan
gigi tiruan lepasan. Akan tetapi bila umur penderita masih terlalu
muda, lebih baik dibuatkan space maintener.6) Kondisi
periodonsiumSuatu jembatan tidak akan baik hasilnya jika fondasinya
tidak sehat atau tidak kuat. Jaringan pendukung gigi penyangga
harus benar-benar sehat. Hal ini adalah yang pertama kali perlu
diteliti. 7) Kondisi oklusiOklusi harus dalam keadaan optimum
sebelum boleh dibuatkan jembatan. Oklusi harus serasi terlebih
dahulu, kebutuhan akan adaptasi bagi neuromuskular, sendi, dan
struktur jaringan pendukung harus sesedikit mungkin. Sebelum
dibenahi sedemikian, sebaiknya tidak dibuatkan jembatan dulu.8)
Perbaikan fonetikTerutama letak gigi depan dapat mempengaruhi
fonetik penderita. Dalam hal itu, jembatan biasanya lebih dapat
memperbaiki fonetik daripada gigi tiruan lepasan, karena jembatan
tidak mempunyai lempeng akrilik atau logam yang mengganggu kenyaman
pengucapan kata, walaupun kebanyakan adaptasi terhadap gigi tiruan
lepasan akhirnya dapat terjadi, hanya waktunya lebih lama.9)
Kehilangan gigi depanDapat dengan mudah dimengerti bahwa kehilangan
gigi depan dapat merusak estetika penderita. Terutama bagi
penderita yang dalam profesinya selalu berhadapan dengan
masyarakat, misalnya seorang guru, penyiar TV.
2.2.2 Komponen Gigi Tiruan JembatanBagian-bagian dari gigi
tiruan jembatan, antara lain : (Soratus, 2006)1. Gigi penyangga /
abutment adalah gigi yang dapat memberikan dukungan, kestabilan,
penjangkaran, atau retensi pada suatu protesa baik yang cekat
maupun lepasan, berfungsi untuk mendukung dan menopang protesa.2.
Retainer, yaitu bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan
gigi tiruan dengan gigi penyangga. (abutment teeth), yang berfungsi
untuk menjaga agar gigi tiruan tetap stabil dan untuk menyalurkan
beban kunyah ke gigi tetangga.3. Pontik, yaitu bagian dari gigi
tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang hilang. Fungsi
dari pontik yaitu untuk memperbaiki estetik, fungsi mastikasi, dan
bicara. Pontik dapat terbuat dari porselen (paling sering
digunakan), logam emas, kombinasi porselen dan logam emas, dan
kombinasi akrilik dan logam emas.4. Konektor, yaitu bagian dari
gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik dengan retainer,
retainer dengan retainer, pontik dengan pontik, berfungsi sebagai
splinting dan penyalur beban kunyah. 5. Gigi penyangga / abutment
adalah gigi yang dapat memberikan dukungan, kestabilan,
penjangkaran, atau retensi pada suatu protesa baik yang cekat
maupun lepasan, berfungsi untuk mendukung dan menopang protesa.
2.2.3 Rancangan Gigi Tiruan Jembatan2.2.3.1 Kehilangan Molar
Pertama BawahPada kasus kehilangan molar pertama bawah, dapat
dibuat suatu jembatan dengan penyangga molar kedua dan premolar
kedua, yang masing-masing dibuatkan pemaut berupa mahkota penuh
tuang (Prajitno, 1991).
2.2.4 Hukum AnteDimensi GTT ditentukan oleh Hukum Ante sebagai
berikut : "The root surface area of the abutment teeth has to equal
or surpass that of the teeth being replaced with pontics"
(Shillingburg et al, 1997). Dapat disimpulkan bahwa luas permukaan
abutment harus sama atau lebih besar dari gigi yang hilang.
LAPORAN KASUS
Data KasusPenderita wanita usia 55 Th, pekerjaan sebagai
pedagang sayur di pasar, penderita datang ke klinik RSGM untuk
membuat Gigi Tiruan Lepasan, karena anjuran mahasiswa kedokteran
gigi untuk mengganti gigi-ginya yang hilang. Penderita juga merasa
malu karena kalau tertawa kelihatan sebagian ompong. Gigi lubang
yang tidak di rawat sehingga harus di cabut. Biaya di tanggung oleh
penderita sendiri dengan di cicil.
Anamnesa1. Keluhan utamaPasien ingin dibuatkan gigi tiruan
lepasan untuk mengganti gigi-giginya yang hilang karena dicabut.2.
Riwayat geligiKehilangan gigi karena gigi berlubang yang tidak
dirawat.3. PembiayaanBiaya ditanggung oleh penderita sendiri dengan
dicicil.
Gambar Model
Gambar 3.1. Model gigi dalam artikulator tampak depan
Gambar 2. Model gigi dalam artikulator tampak samping
Pemeriksaan klinis : Intra Oral1. Status umum : gigi hilang2.
Status lokalis:Gigi hilang : 12, 15, 16, 17, 26, 27, 36, 45, 46
DiagnosisRA : Gigi hilang 12, 15, 16, 17, 26, 27RB : Gigi hilang
36, 45, 46
RENCANA PERAWATAN
I. Rahang AtasA) Perawatan PendahuluanPerawatn periodontal:
scaling dan root planning untuk mendapatkan jaringan periodonsium
yang sehat terutama pada gigi yang digunakan sebagai penyangga.
B) Perawatan UtamaKelas II Modifikasi II 1. GTSL basis akrilik2.
Anasir Gigi : Akrilik pada gigi 12, 15, 16, 17, 26 dan 273. Klamer
2 jari rest mesial pada gigi 14, klamer 3 jari pada gigi 24 dan
284. Peninggian plat hingga diatas cingulum gigi 11, 21, 22 dan
23
Gambar 4.1: Kelas II Kennedy Modifikasi II
c) Perawatan Alternatif1. GTSL basis metal plate2. Anasir Gigi :
Akrilik pada gigi 15, 16, 17, 26 dan 273. Anasir gigi : Gigi tiruan
jembatan pada gigi 124. Klamer Akers ganda pada gigi 25 dan 26 dan
klamer mesiodistal pada gigi 14
Gambar 4.2
Gambar 4.3II. Rahang BawahKelas III Kennedy modifikasi 1a)
Perawatan PendahuluanPerawatan periodontal: scaling dan root
planning untuk mendapatkan jaringan periodonsium yang sehat
terutama pada gigi yang digunakan sebagai penyangga. Selanjutnya
dilakukan guide planes untuk gigi 47.b) Perawatan Utama1. Akrilik
sebagai basis GTSL2. Anasir gigi : gigi 36, 45, dan 463. Klamer 3
jari : gigi 37, dan 474. Klamer half Jackson : gigi 35 dan 445.
Retainer indirek: Peninggian plat akrilik gigi anterior
Gambar 4.4 Desain perawatan utama rahang bawah
c) Perawatan alternatif Desain Gigi Tiruan Tetap1. Anasir gigi:
pontik perselen kerangka logam (PFM) gigi 36, 45, dan 462. Gigi
abutmen: gigi 35, 37, 44, 47 dan 48
Gambar 4.5: Sisi kanan rahang bawah
Gambar 4.6: Sisi kiri rahang bawah
Desain Kerangka Logam Tuang1 Gigi 35 dan 44 menggunakan akers
claps2 Gigi 37 dan 47 menggunakan rings claps3 Menggunakan konektor
utama : mandibular linguoplate
Gambar 4.7
PEMBAHASAN
Pada kasus ini dilakukan perawatan pendahuluan berupa
pembersihan karang gigi atau root planning bila perlu, untuk
mendapatkan jaringan periodonsium yang sehat utamanya pada
gigi-gigi yang digunakan sebagai penyangga. Jaringan periodonsium
yang tidak sehat akan mempengaruhi keberhasilan perawatan yang
direncanakan, baik berupa GTSL maupun berupa GTT. Sebelumnya,
pasien telah mencabutkan gigi-giginya yang berlubang karena tidak
dirawat untuk mendapatkan oral hygiene yang baik.Dari pemeriksaan
intra oral pasien diketahui gigi yang hilang pada rahang atas
adalah gigi 12, 15, 16, 17, 26, dan 27 dengan klasifikasi Kennedy
kelas II modifikasi II. Perawatan utama yang direncanakan adalah
GTSL akrilik dengan plat utama yang diperluas ke arah posterior
hingga batas coronoid notch agar lebih stabil. Desain GTSL
dilengkapi beberapa komponen, yaitu direct retainer berupa klamer 2
jari dengan rest mesial sebagai tooth-mucosa borne pada gigi 14 dan
klamer 3 jari pada gigi 24 dan 28 yang merupakan retainer
tooth-borne. Ketiga klamer ini diletakkan di bawah keliling
terbesar gigi agar retensinya baik. Penentuan keliling terbesar
dari gigi didapatkan dengan analisa menggunakan surveyor.Untuk
penambahan retensi terhadap ungkitan, diberikan perluasan plat pada
cingulum gigi 11, 21, 22, dan 23 sehingga kedudukan GTSL menjadi
lebih stabil dalam rongga mulut. Sedangkan pada sisi labial gigi 12
diberikan sayap labial untuk menutupi defek pada jaringan bekas
pencabutan.
Gambar 5.1 Desain perawatan utama rahang atas
Perawatan alternatif yang dapat diberikan pada kasus ini adalah
hybrid denture, yaitu 2 macam restorasi prostetik yang ada dalam
satu rahang, berupa GTT dan GTSL dengan frame/basis berupa metal.
Gigi 12 terlebih dahulu dirawat GTT atau gigi tiruan jembatan
porselain sehingga didapatkan estetik gigi anterior yang baik.
Abutmen didesain dengan prinsip hukum ante dengan jaringan
penyangga yang lebih luas daripada rongak yang akan direstorasi.
Gigi yang dipakai sebagai penyangga adalah gigi 11 dan 14. Setelah
dirawat dengan GTT, gigi 15, 16, 17, 26 dan 27 direstorasi
menggunakan GTSL metal frame.
Gambar 5.2 Desain pada perawatan alternative; GTT porselain
Retensi dari GTSL metal frame didapatkan dari klamer tuang
ackers yang ditempatkan pada gigi 25 dan 26, sedang pada regio
kanan diberikan klamer mesiodistal yang ditempatkan pada gigi 14.
Sifat metal yang kuat dan lebih retentif dapat memungkinkan untuk
mengurangi plat, sehingga hanya dibutuhkan metal frame pada
sekeliling palatum. Metal frame yang menghadap lidah harus dibuat
membulat sehingga tidak melukai lidah atau jaringan lunak
sekitarnya.
Gambar 5.3Desain pada perawatan alternative; GTSL metal
frame
Pada rahang bawah pasien terdapat kehilangan gigi 36, 45, dan
46. Berdasarkan klasifikasi Kennedy, GTSL yang akan dibuatkan
termasuk GTSL Kennedy Klas III modifikasi 1. GTSL ini termasuk
bilateral partial denture dengan support tooth borne karena pada
kasus ini gigi penjangkaran sehat dan periodontal baik. Perawatan
pendahuluan yang dilakukan adalah scaling dan root planing, serta
dilakukan guide planes pada gigi 47. Guide planes pada gigi 47
dilakukan karena posisi gigi 47 sedikit mesioversi, oleh karena itu
agar pemasangan gigi tiruan lebih baik maka dilakukan guide planes.
Setelah perawatan pendahuluan selesai, dilakukan perawatan utama
berupa GTSL dengan basis akrilik dengan anasir gigi dari bahan
porselen pada gigi 36,45, dan 46. Basis akrilik dipilih karena
warnanya harmonis sehingga secara estetik baik, relatif lebih
ringan, teknik pembuatan lebih mudah, dan harganya lebih murah.
Prinsip desain basis gigi tiruan adalah desain dibuat cenderung
menutupi seluas mungkin permukaan jaringan lunak, sesuai dengan
prinsip dasar biomekanik yaitu gaya oklusal harus dislurkan ke
permukaan seluas mungkin, sehingga tekanan persatuan luas menjadi
kecil. Tujuannya adalah mencegah atropi prosesus alveolaris dan
pergerakan basis, serta meningkatkan faktor retensi dan
stabilisasi. Direct retainer berupa klamer 3 jari diberikan pada
gigi 37, gigi 35 dengan klamer half jackson, gigi 44 dengan klamer
half jackson, dan gigi 48 dengan klamer 3 jari dengan tujuan untuk
mencegah terlepasnya GTSL dan mencegah gerakan horizontal. Klamer
ini diletakkan pada keliling terbesar gigi agar retensinya baik dan
bisa dipasang dan dilepas dengan mudah oleh pasien. Indirect
retainer dapat diberikan karena pertimbangan jarak servikal gigi
anterior ke dasar mandibula pendek. Peninggian plat akrilik pada
daerah anterior sebagai indirect retainer berguna agar GTSL tidak
mudah patah.
Gambar 5.4 Desain perawatan utama rahang bawahPerawatan
alternatif yang dapat diberikan antara lain adalah pembuatan GTT
dengan pontik pada gigi 36 dengan bahan pontik berupa porselen
kerangka logam (porcelain fused to metal). Pemilihan bahan GTT
berupa porselen kerangnka logam dikarenakan gigi posterior
membutuhkan bahan yang kuat untuk menahan beban kunyah yang besar,
selain itu dengan menggunakan porselen taut logam akan didapatkan
estetik yang baik. Meskipun begitu kekurangan porselen taut logam
adalah pengasahan gigi abutmen lebih banyak dibandingkan GTT dari
bahan logam. Desain pontik pada gigi 36 adalah pontik sanitari,
karena pontik sanitari yang paling sesuai untuk gigi posterior
rahang bawah dan tidak mengenai mukosa sama sekali sehingga lebih
mudah dibersihkan. Gigi 35 dan 37 akan menjadi abutment. Pemilihan
gigi 35 dan 37 sebagai abutment sesuai dengan hukum ANTE yaitu luas
jaringan periodontal yang mendukung gigi abutment sedikitnya harus
sama atau seimbang dengan luas periodontal membran gigi yang hilang
yang nantinya akan diganti dengan pontik. Pada kasus ini gigi 35
dan 37 memiliki luas jaringan periodontal lebih besar dari pada
luas periodontal gigi 36. GTT yang akan dibuatkan adalah GTT dengan
konektor tegar.
Gambar 5.5 Sisi kanan rahang bawahUntuk sisi kanan rahang bawah,
dibuatkan GTT porselen kerangka logam dengan konektor tegar. Pontik
pada gigi 45dan 46 dengan gigi 44,47, dan 48 sebagai abutment.
Desain pontik pada gigi 45 dan 46 adalah pontik sanitari.
Gambar 5.6 Sisi kiri rahang bawahPerawatan alternative yang
kedua untuk rahang bawah adalah pembuatan GTSL kerangka logam
(metal frame) untuk kelas III modifikasi 1 Kennedy. Desain GTSL ini
menggunakan konektor major berupa mandibular lingo plate. Klamer
pada GTSL kerangka logam ini berupa aker clasp pada gigi 35 dan 44,
sedangkan gigi 37 dan 47 menggunakan rings clasp. Fungsi klamer ini
adalah untuk meneruskan beban ke lateral dan apikal serta menahan
lepasnya denture. Keuntungan GTSL kerangka logam tuang adalah dapat
dibuat tipis, kuat dan kaku, mudah menghantarkan panas/dingin,
serta tidak mudah berubah bentuk. Kerugiannya adalah logam mudah
patah, titik lebur logam tinggi dan biaya mahal oleh karena itu
GTSL kerangka logam tuang ini menjadi pilihan perawatan
alternative.
Gambar 5.7 Desain perawatan alternative rahang bawah (GTSL
kerangka logam)KESIMPULAN
Kesimpulan dari kasus 1 ini yaitu perawatan utama yang
direncanakan adalah GTSL akrilik dengan plat yang diperluas hingga
batas coronoid notch agar lebih stabil dengan perawatan kasus
Kennedy klas 2 modifikasi 2 rahang atas dan Kennedy klas 3
modifikasi 1 rahang bawah.33