9 PROSPEK PENGEMBANGAN LEMO (Litsea cubeba L. Persoon) DI INDONESIA Prospect of the Development of Lemo (Litsea cubeba L. Persoon) in Indonesia Yetti Heryati, Nina Mindawati dan/and A. Syaffari Kosasih Pusat Penelitian Hutan Tanaman, Jln. Gunung Batu No 5 Bogor Naskah masuk : 25 September 2008 ; Naskah diterima : 19 Maret 2009 ABSTRACT Litsea Key words : ABSTRAK Litsea Kata kunci: cubeba ( lemo ) is an evergreen tree or shrub with 5 - 12 meters height belongs to Lauraceae family. It is native in Indonesia, China , Taiwan and other parts of Southeast Asia. Lemo is a multiple used tree since the whole part of the tree (stem, fruits, leaf, bark and root) has economic value. It produces fruit, bark and leaves which are processed for its lemony essential oil. The oil is used as a fragrance for flavouring, medicine and also as a raw material in chemical industry for the synthesis of vitamin A. The timber is sometimes used for making furniture and crafts. Stem are also used in human's body protection from mosquito and snakes. Research of lemo's silviculture has been started and planting demo plot has been developed in KHDTK Cikole in small scale. It is resulted that Litsea cubeba have prospect to be developed in plantation forest in Indonesia because of economic value, recognition from people who live surrounded forest and the technique of cultivated Litsea cubeba was known. This article was aimed to give information on the state of the art of Litsea cubeba, the potency and utilization of Litsea cubeba trees and its prospect to be developed as a plantation forest in Indonesia. evergreen, multiple used, silviculture, plantation forest cubeba (lemo) adalah jenis pohon dari keluarga Lauraceae yang selalu berdaun hijau atau belukar dengan tinggi 5 - 12 meter. Tumbuh asli di Indonesia, China , Taiwan dan di sekitar Asia Tenggara. Lemo banyak digunakan karena batang, buah, daun, kulit dan akar dapat dimanfaatkan (multi guna) dan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi terutama dari buah, kulit dan daun lemo dapat menghasilkan minyak atsiri. Minyak tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku minyak wangi, penyedap rasa, obat-obatan dan sebagai bahan baku industri kimia untuk sintesis dari vitamin A. Kayunya dapat digunakan sebagai bahan furniture dan kerajinan tangan, sedangkan batangnya dapat digunakan sebagai pengusir nyamuk dan ular. Penelitian budidaya tanaman lemo sudah mulai dilakukan dan pembangunan demplot dalam skala kecil sebagai uji coba di lapangan telah dilakukan di KHDTK Cikole. Oleh karena itu, Litsea cubeba mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai jenis Hutan Tanaman Industri di Indonesia karena sebaran alaminya terdapat di Indonesia, secara ekonomi menguntungkan, sudah dikenal masyarakat dan teknik budidayanya tidak terlalu sulit. Artikel ini bertujuan untuk mengenalkan tanaman lemo dan cara budidayanya. selalu hijau, multi guna, budidaya, hutan tanaman.
9
Embed
PROSPEK PENGEMBANGAN LEMO (Litsea cubeba L. Persoon) …_dkk.pdf · Indonesia jenis Litsea cubeba banyak di jumpai di lereng-lereng gunung di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
PROSPEK PENGEMBANGAN LEMO (Litsea cubeba L. Persoon)
DI INDONESIA
Prospect of the Development of Lemo (Litsea cubeba L. Persoon) in Indonesia
Yetti Heryati, Nina Mindawati dan/and A. Syaffari Kosasih
Pusat Penelitian Hutan Tanaman, Jln. Gunung Batu No 5 Bogor
Naskah masuk : 25 September 2008 ; Naskah diterima : 19 Maret 2009
ABSTRACT
Litsea
Key words :
ABSTRAK
Litsea
Kata kunci:
cubeba ( lemo ) is an evergreen tree or shrub with 5 - 12 meters height belongs to Lauraceae family. It is
native in Indonesia, China , Taiwan and other parts of Southeast Asia. Lemo is a multiple used tree since the
whole part of the tree (stem, fruits, leaf, bark and root) has economic value. It produces fruit, bark and leaves
which are processed for its lemony essential oil. The oil is used as a fragrance for flavouring, medicine and
also as a raw material in chemical industry for the synthesis of vitamin A. The timber is sometimes used for
making furniture and crafts. Stem are also used in human's body protection from mosquito and snakes.
Research of lemo's silviculture has been started and planting demo plot has been developed in KHDTK Cikole
in small scale. It is resulted that Litsea cubeba have prospect to be developed in plantation forest in Indonesia
because of economic value, recognition from people who live surrounded forest and the technique of cultivated
Litsea cubeba was known. This article was aimed to give information on the state of the art of Litsea cubeba,
the potency and utilization of Litsea cubeba trees and its prospect to be developed as a plantation forest in
cubeba (lemo) adalah jenis pohon dari keluarga Lauraceae yang selalu berdaun hijau atau belukar
dengan tinggi 5 - 12 meter. Tumbuh asli di Indonesia, China , Taiwan dan di sekitar Asia Tenggara. Lemo
banyak digunakan karena batang, buah, daun, kulit dan akar dapat dimanfaatkan (multi guna) dan mempunyai
nilai ekonomi yang cukup tinggi terutama dari buah, kulit dan daun lemo dapat menghasilkan minyak atsiri.
Minyak tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku minyak wangi, penyedap rasa, obat-obatan dan sebagai
bahan baku industri kimia untuk sintesis dari vitamin A. Kayunya dapat digunakan sebagai bahan furniture dan
kerajinan tangan, sedangkan batangnya dapat digunakan sebagai pengusir nyamuk dan ular. Penelitian
budidaya tanaman lemo sudah mulai dilakukan dan pembangunan demplot dalam skala kecil sebagai uji coba
di lapangan telah dilakukan di KHDTK Cikole. Oleh karena itu, Litsea cubeba mempunyai prospek yang
baik untuk dikembangkan sebagai jenis Hutan Tanaman Industri di Indonesia karena sebaran alaminya terdapat
di Indonesia, secara ekonomi menguntungkan, sudah dikenal masyarakat dan teknik budidayanya tidak terlalu
sulit. Artikel ini bertujuan untuk mengenalkan tanaman lemo dan cara budidayanya.
selalu hijau, multi guna, budidaya, hutan tanaman.
10
Tekno Hutan Tanaman
Vol. No. , 2 1 April 2009, 9 - 17
I. PENDAHULUAN
Di Indonesia lebih dari 4000 jenis tumbuhan yang sangat berguna, baik sebagai penghasil kayu maupun sebagai penghasil non kayu seperti minyak atsiri yang sangat potensial untuk berbagai keperluan bahan baku industri berasal dari tanaman hutan Litsea cubeba.
Lemo (Litsea cubeba L. Persoon) merupakan jenis pohon serbaguna karena semua bagian pohonnya yaitu buah, kayu, kulit kayu dan akar dapat dimanfaatkan. Lemo merupakan penghasil minyak atsiri yang banyak dibutuhkan untuk keperluan industri, seperti bahan kosmetik, sabun, minyak wangi, penyegar ruangan, industri pangan dan produksi tembakau. Kebutuhan pasar internasional akan minyak atsiri lemo sekitar 500 ton per tahun. Importir minyak lemo adalah USA, Jepang dan negara-negara di Eropa Barat. Di Cina dan Vietnam, lemo sudah menjadi komoditas perdagangan penting dan dibudidayakan secara besar-besaran, sedangkan di Indonesia pemanfaatan lemo saat ini masih terbatas.
Indonesia berpeluang menjadi negara produsen minyak atsiri lemo, karena tanaman lemo merupakan tanaman jenis asli Indonesia yang tumbuh baik di dataran tinggi, selain itu kita juga mempunyai lahan dataran tinggi yang cukup luas yang sangat cocok apabila tanaman lemo dikembangkan secara besar-besaran dengan harapan dapat meningkatkan devisa negara dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah dataran tinggi di Indonesia. Namun demikian sebelum dikembangkan secara besar-besaran, perlu dikuasai terlebih dahulu teknik budidaya maupun pengolahan minyak atsirinya.
II. STATUS PENGETAHUAN POHON LEMO ( Litsea cubeba L.Persoon )
1. Penyebaran pohon lemo
Penyebaran alami jenis ini adalah di Indonesia, Cina dan beberapa tempat di Asia Tenggara. Di Indonesia jenis Litsea cubeba banyak di jumpai di lereng-lereng gunung di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan dan tumbuh baik secara kelompok pada ketinggian di atas 700 m dpl, tetapi di Kalimantan Timur dijumpai juga tumbuhan pada ketinggian 400 - 600 m dpl.
2. Deskripsi pohon lemo
Pohon Litsea cubeba termasuk ke dalam family Lauraceae dengan nama daerah : kilemo, trawas (Sunda) dan krangean, kemukus (Jawa) serta antarasa (Sumatera Utara). Tanaman ini merupakan perdu pohon atau pohon dengan tinggi pohon 5-15 m dan diameter batang sekitar 6-20 cm. Di Sumatera Utara tinggi pohon dapat mencapai ± 30 m dengan diameter ± 30 cm. Pohon bermata banyak, bagian luarnya berwarna kehijau-hijauan, bagian dalam berwarna kuning hijau dan licin ((Zamarel et al.1990). Tumbuh berkelompok di daerah pegunungan pada ketinggian 700 - 2300 m dpl (Lina, 2003 ; Heyne, 1987). Semua bagian tanaman ini yaitu kulit, daun dan buah berbau harum sekali seperti aroma tanaman jeruk. Penampakan pohon lemo dapat dilihat pada Gambar 1.
Kayu lemo yang berasal dari Sumatera Utara mempunyai berat jenis antara 0,33-0,40; kadar air segar 67,07-77,62%; penyusutan volumetrik 9,14-9,45% ; penyusutan longitudinal 0,48-0,53% ; penyusutan tangensial 5,64-6,05%; penyusutan radial 3,13-3,78% . Sedangkan panjang serat 1432 - 1435 mikro; diameter serat 40-41 mikro, diameter lumen 31-32 mikro; tebal dinding serat 4 mikro. Sifat mekanis MDE 57.113,88-
2 2 262.139,03 kg/cm ; MOR 386,59-484,51 kg/cm . dan tegangan tekan sejajar serat 202,45-250,21 kg/cm (Pasaribu, 2007).
Kulit bagian luar berwarna hijau kecoklatan dan bagian dalam kuning. Daun hijau terang bentuk lanceolate (seperti tombak) sampai oblong dengan ukuran 7-15 x 1,5-3 cm tersusun hasil 8 -12 pasang. Bunga berwarna putih agak kekuningan ukuran diameter 3 - 4 mm, berbunga pada bulan Pebruari - Mei. Buah bulat berwarna hijau berukuran kecil menyerupai biji merica. Saat masak fisiologis buah berwarna hitam. Musim buah matang pada bulan September dan Oktober. Berbuah sepanjang tahun dan dimulai pada umur 3 tahun dan biji yang telah masak berwarna coklat. Penampakan bagian kulit, daun, bunga, dan buah dapat dilihat pada Gambar 2.
Yetti Heryati, Nina Mindawati dan A. Syaffari Kosasih
Prospek Pengembangan lemo (Litsea cubeba L. Persoon)
di Indonesia
11
Gambar (Figure) 1. Pohon lemo (tree of lemo)(Sumber/source : Heryati, 2007)
Gambar (Figure) 2. Kulit, daun, bunga dan buah lemo (Bark, leaves, flower and fruit of lemo)(Foto: Mindawati dan/and Kurniaty)
3. Budidaya pohon lemo
Pohon Litsea cubeba sampai saat ini belum dibudidayakan dan masih banyak terdapat di hutan-hutan alam dan hutan lindung di daerah pegunungan. Namun demikian keberadaan pohon ini di daerah sebarannya sudah mulai terancam karena mulai diburu masyarakat dengan menebang pohon dan mengulitinya untuk dijual secara langsung dengan harga di lapangan sekitar Rp 25.000 per kg kulit. Satu pohon lemo dapat menghasilkan kulit sekitar 25-50 kg kulit dan kegunaannyapun mulai diperhitungkan di Indonesia untuk industri minyak atsiri. Oleh karena itu saat ini jenis pohon lemo ini mulai dibudidayakan meski masih dalam skala kecil.
Penelitian mengenai budidaya lemo belum banyak dilakukan dan masih tahap awal terutama dari aspek silvikulturnya. Beberapa hasil penelitian tentang budidaya lemo adalah (Heryati, 2006; Heryati dan Kurniaty, 2007; Azah dan Susiarti dalam Herawati dkk., 2003 ):
a. Pembibitan
Benih lemo bersifat rekalsitran yaitu cepat mengalami penurunan daya kecambah dan tidak dapat
disimpan lama, sehingga setelah pengunduhan harus segera dikecambahkan. Teknik perbanyakan bibit
lemo dapat diperoleh melalui cara generatif (biji dan cabutan/sapihan asal biji) maupun vegetatif
(stek batang dan stek pucuk). Ketika masak fisiologis kulit buah berwarna hitam kemerahan. Persemaian
untuk lemo tidak memerlukan naungan rapat tetapi cukup di bawah tegakan yang jarang agar terlindung
dari hujan yang deras. Benih mulai berkecambah pada hari ke 32 setelah ditebar dengan persen kecambah
sekitar 63,30 % pada media kompos dan 60,83 % pada media campuran tanah dan pasir (1:1). Tahapan
teknik perkecambahan dapat dilihat pada Gambar 3.
sapihan asal biji
Buah Benih Bedeng semaiditutup mulsa
Gambar (Figure) 3. Tahapan teknik perkecambahan benih lemo (Steps of cultivation of lemo)
(Foto: Kurniaty dan/and Heryati)
Teknik pembibitan lainnya adalah melalui cabutan anakan di lapangan atau melalui pengambilan
anakan di lapangan di daerah sebaran asalnya. Anakan yang telah berukuran panjang 5-10 cm dengan
jumlah daun 2-4 helai dicabut secara perlahan-lahan dengan cara menggemburkan tanah sekitarnya.
Pencabutan sebaiknya dilakukan pada musim penghujan agar mudah dan akar tidak rusak. Pengangkutan bibit
cabutan dari lapangan dengan cara dibungkus dengan pelepah daun pisang agar kelembaban selama
perjalanan terjaga. Selanjutnya anakan ditanam di polybag atau kantong plastik yang telah diisi media berupa
campuran tanah atas dan serbuk sabut kelapa (cocopeat) (1: 1) dan ditempatkan dalam bedeng semai dengan
naungan cukup berat yaitu dengan intensitas cahaya 238 - 640 lux. Penyiraman dilakukan setiap hari atau
disesuaikan dengan kondisi kelembaban media dan dilakukan sampai anakan siap ditanam di lapangan, yaitu
setelah berumur 7 bulan. Pengepakan bibit cabutan, penyapihan dan bibit siap tanam ke lapangan dapat dilihat
pada Gambar 4.
Gambar (Figure) 4. Bibit asal cabutan dan bibit siap tanam (Foto : Heryati, Mindawati dan/and Kurniaty)
Hasil penelitian awal tentang persen jadi, pertambahan tinggi dan diameter bibit lemo asal cabutan dari
daerah kawah putih, Ciwidey, Bandung, Jawa Barat sampai umur 7 bulan di persemaian dapat dilihat pada
Gambar 5 (Heryati dan Kurniaty, 2006).
12
Tekno Hutan Tanaman
Vol. No. , 2 1 April 2009, 9 - 17
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
1 2 3 4 5 6 7
Umur Bibit (Bulan)
Diam
eter
Bibi
t(c
m)
Tanah Tanah + Sabut Kelapa Tanah + Kompos Tanah + Pasir Kompos
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
1 2 3 4 5 6 7
Umur Bibit (Bulan)
Pers
enH
idup
Bibi
t(%
)
Tanah Tanah + Sabut Kelapa Tanah + Kompos Tanah + Pasir Kompos
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
1 2 3 4 5 6 7
Umur Bibit (Bulan)
Ting
giBi
bit
(Cm
)
Tanah Tanah + Sabut Kelapa Tanah + Kompos Tanah + Pasir Kompos
Gambar (Figure) 5. Rata-rata persen hidup, tinggi dan diameter bibit lemo (Average of life percentage, height
and diameter of lemo seedling) (Sumber/source: Heryati, et al., 2006).
b. Penanaman
Sistem penanaman lemo dapat dilakukan dengan cara monokultur atau campuran dengan sistem jalur
dan cemplongan serta sistem tumpangsari, sesuai dengan kondisi tanah, tenaga kerja dan sosial ekonomi
masyarakat sekitar.
Sistem monokultur atau campuran jenis pohon biasanya dilakukan pada :
1. areal yang kondisi lapangannya tidak dimungkinkan untuk diolah karena kemiringan di atas 40%
2. areal hutan lindung
3. areal yang jauh dari pemukiman penduduk dan sulit tenaga kerja
4. areal yang kesuburan tanahnya sudah menurun sehingga tidak mungkin menanam palawija
Sedangkan sistem tumpangsari atau agroforestry dapat dilakukan pada :
1. areal yang dapat diolah dengan kemiringan di bawah 40% dan dapat ditanami palawija
2. areal yang dekat dengan penduduk dan banyak tersedia tenaga kerja
Penanaman di lapangan dilakukan pada awal musim penghujan dan curah hujan sudah cukup banyak
sehingga tanah telah cukup lembab. Penanaman dapat dilakukan dengan jarak tanam disesuaikan dengan
tujuan pengembangan, umumnya dengan jarak tanam 3 x 3 m atau 3 x 4 m untuk sistem monokultur atau
campuran jenis pohon, dan 5 x 5 m atau 6 x 6 m untuk sistem agroforestry. Penelitian teknik
penanaman telah mulai dilakukan pada tahun 2007 di Cikole, Bandung, Jawa Barat dengan sistem
monokultur dan jarak tanam 4 x 4 m pada ketinggian 1300 m dpl (Gambar 6).
Yetti Heryati, Nina Mindawati dan A. Syaffari Kosasih
Prospek Pengembangan lemo (Litsea cubeba L. Persoon)
di Indonesia
13
Gambar 6. Tanaman lemo umur 1 tahun di Cikole (Foto : Heryati )
a. Pemeliharaan
Pemeliharan yang dilakukan terdiri dari penyiangan, penyulaman dan pemberantasan hama dan
penyakit. Penyiangan adalah membebaskan tanaman pokok dari tumbuhan semak belukar, rumput dan
tumbuhan pengganggu lainnya yang dilakukan pada tahun pertama sebaiknya sebanyak minimal tiga kali
(4 bulan sekali). Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang mati pada tahun pertama dan
kedua dengan tanaman baru dan dilakukan setiap musim hujan selama persediaan bibit ada. Pemberantasan
hama dan penyakit sebaiknya dilakukan pada saat serangan masih awal dan sedikit. Pohon lemo rentan
terhadap serangan hama Chilasa slateri yang memakan daun, namun hama ini dapat dibasmi dengan
insektisida (Azah dan Susiarti, dalam Herawati dkk. 2003).
4. Kegunaan pohon lemo
Pohon lemo bersifat multiguna, dimana tiap komponen dari pohon, seperti kayu, kulit, buah, daun,
cabang dan akarnya sangat bermanfaat dan dapat menghasilkan pendapatan tambahan bagi masyarakat yang
mengusahakannya. Kegunaan bagian-bagian pohon lemo adalah :
a. Kayu : bahan kerajinan, mebelair dan konstruksi atau bangunan dengan kelas awet V dan kelas kuat IV
serta Berat Jenis 0,33-0,40.
b. Kulit : bahan minyak atsiri, pembuat parem, obat penurun panas, obat sakit perut, tonikum dan obat
penawar racun
c. Daun: bahan minyak atsiri, obat demam, sakit perut dan penawar racun
d. Buah : bahan minyak atsiri, buah muda sebagai bahan sambal, bumbu bandrek, bahan jamu untuk vertigo
dan lemas otot
e. Batang cabang : alat untuk mengusir binatang berbisa
f. Akar dan cabang : obat sakit pencernaan, sakit kepala, sakit otot, sakit saat menstruasi dan obat mabuk
perjalanan.
Lemo berkhasiat untuk pengobatan karena memiliki kandungan kimia seperti : zat antiparalitic
(untuk mengobati lemas otot), anti chepalagic (anti sakit kepala), splasmolitic (anti kejang), diuretic
(pelancar urin) dan karsinostatic (zat anti kanker). Sedangkan kegunaan minyak atsiri lemo antara lain :
sebagai bahan minyak wangi dan pengharum, digunakan dalam industri kimia (Vitamin A dan E), bahan
pembuat sabun dan deodoran, bahan kosmetika (bahan aromaterapi, bahan pembersih kulit, bahan obat
jerawat). selama ini minyak atsiri lemo diyakini memiliki kualitas karsinostatic (zat anti kanker), namun masih
perlu penelitian lebih lanjut.
14
Tekno Hutan Tanaman
Vol. No. , 2 1 April 2009, 9 - 17
Karakteristik (Characteristics) Nilai (Value) Bobot Jenis 25O/25OC Index bias, 25OC Putaran optik Bilangan asam Bilangan ester