PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA PERAN KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL 2012 Denpasar, 13-14 Juli 2012 Diselenggarakan oleh PERTETA Cabang Bali dan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana. Dalam rangka Dies Natalis Universitas Udayana ke-50, HUT ke 28 & BK ke 18 FTP UNUD Didukung oleh : PT. Wisu Varia Analitika PT. Cakrawala Angkasa PT. Almega Sejahtera PT. Ditek Jaya Universitas Udayana ISBN 978-602-7776-09-8 Diterbitkan oleh : Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Kampus Unud Bukit Jimbaran, Badung Bali Tlp/Fax No ; 0361-701801
21
Embed
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 · 2017. 6. 6. · PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA PERAN KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA
PERAN KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL
2012
Denpasar, 13-14 Juli 2012
Diselenggarakan oleh PERTETA Cabang Bali dan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana. Dalam rangka Dies Natalis Universitas Udayana ke-50, HUT ke 28 & BK ke 18 FTP UNUD
Didukung oleh :
PT. Wisu Varia Analitika PT. Cakrawala Angkasa PT. Almega Sejahtera PT. Ditek Jaya
Universitas Udayana
ISBN 978-602-7776-09-8
Diterbitkan oleh : Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana,
Kampus Unud Bukit Jimbaran, Badung BaliTlp/Fax No ; 0361-701801
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012 PERAN KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL Diselenggarakan oleh: PERTETA Cabang Bali dan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana Tanggal 13-14 Juli 2012 Diterbitkan oleh: Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana Kampus Unud Bukit Jimbaran, Badung, Bali Telp./Fax No. 0361-701801
Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]
ii
TIM PENYUNTING
Prof. Ir. I Made Supartha Utama, MS., Ph.D.
Dr. Ir. Ida Bagus Putu Gunadnya, MS.
Dr. Ir. I Wayan Widia, MSIE.
Dr. Ir. P.K. Diah Kencana, MS.
Ir. I Made Anom S. Wijaya, M.App.Sc., Ph.D.
Dr. Ir. Yohanes Setiyo, MP.
Dr. Sumiyati, S.TP., MP.
Ir. I Wayan Tika, MP.
Ir. I Made Nada, M.Erg.
Ir. I G.N. Apriadi Aviantara, MT.
Ni Luh Yulianti, STP., MSi.
Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karuniaNyalah sehingga Buku Prosiding Seminar Nasional Perteta 2012 ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Buku Prosiding ini berisi kumpulan makalah keynote speaker dan abstrak beserta makalah lengkap para pemakalah Seminar Nasional Perteta 2012 yang diselenggarakan oleh Perteta Cabang Bali bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana dalam rangkaian kegiatan Dies Natalis ke 50 Universitas Udayana, Hari Ulang Tahun (HUT) ke 28 dan Badan Kekeluargaan (BK) ke 18 Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, dan dilaksanakan pada Tanggal 13-14 Juli 2012, bertempat di Kampus Universitas Udayana, Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Bali. Abstrak dan makalah pada Prosiding Seminar Nasional Perteta 2012 yang bertemakan “Peran Keteknikan Pertanian dalam Pembangunan Industri Pertanian Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal” ini dikelompokkan ke dalam lima bidang, yaitu: 1) bidang Rekayasa Proses dan Teknik Pasca Panen (TPP), 2) bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA), 3) bidang Sistem dan Manajemen Teknik Pertanian (SMP), 4) bidang Rekayasa Alat dan Mesin Pertanian (RAM), dan 5) bidang Emerging Technology (ET).
Pada kesempatan ini, panitia Seminar Nasional Perteta 2012 mengucapkan terimakasih kepada Rektor Universitas Udayana, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Ketua Program Studi Teknik Pertanian FTP-Unud, Ketua Perteta Cabang Bali, dan Ketua Perteta Pusat atas dukungan moril dan materiil sehingga terwujudnya prosiding ini. Terimakasih juga kami sampaikan kepada para sponsor (PT Cakrawala Angkasa, PT Wisu Varia Analitika, PT Ditek Jaya, dan PT Almega Sejahtera), keynote speaker, para pemakalah dan peserta yang berpartisipasi secara aktif pada seminar nasional ini. Tak lupa terimakasih juga disampaikan kepada para panitia dan mahasiswa yang telah bekerja keras mempersiapkan segala sesuatunya sehingga prosiding ini dapat diselesaikan dengan baik.
Semoga prosiding ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Denpasar, 31 Oktober 2012 Ketua Panitia Ir. I Made Anom S. Wijaya, M.App.Sc., Ph.D.
Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]
iv
SAMBUTAN KETUA UMUM PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN TEKNIK PERTANIAN INDONESIA PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012
DENPASAR 12-14 JULI 2012
Pertama-tama marilah kita sampaikan puji dan syukur atas rahmat dan karuniaNya, sehingga Seminar Nasional PERTETA 2012 telah berlangsung dengan baik dan sukses. Hal ini tidak lain karena kesiapan teman-teman PERTETA Cabang Bali dan teman-teman di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana serta partisipasi dari teman-teman PERTETA dari seluruh Indonesia. Untuk itu saya menyampaikan terima kasih atas segala kerja keras dari teman-teman panitia di Denpasar dan juga para peserta dari seluruh penjuru tanah air.
Sebagai pertanggungjawaban dan akuntabilitas dari suatu kegiatan seminar adalah laporan tertulis dalam bentuk Prosiding. Prosiding ini dibuat setelah seminar berlangsung, melalui serangkaian presentasi dan penyesuaian penulisan makalah sesuai dengan format yang telah diatur oleh panitia. Secara umum seluruh makalah telah berusaha untuk menyesuaikan dengan tema yang diambil dalam seminar ini, yaitu “Peran Keteknikan Pertanian dalam membangun Industri Pertanian Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal”.
Semoga Prosiding ini dapat berguna untuk kita semua, seluruh anggota dan masyarakat umum dalam memahami lebih jauh tentang Keteknikan Pertanian di Indonesia. Selain itu media ini juga diharapkan menjadi acuan bagi pengembangan Ilmu Keteknikan Pertanian kedepan.
Terakhir, saya ingin menyampaikan sekali lagi terima kasih, kepada seluruh panitia seminar, khususnya Tim Prosiding, yang telah dengan baik menuntaskan kerja akhir dari Prosiding Seminar PERTETA 2012 ini. Salam, Dr. Sam Herodian
Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]
v
SUSUNAN PANITIA SEMINAR NASIONAL PERAN KETEKNIKAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN INDUSTRI
PERTANIAN BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Pelindung : Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana Prof. Dr. Ir. G.P. Ganda Putra, MP.
Steering Committee:
1. Dr. Sam Herodian (Ketua Umum Perteta)
2. Dr. Desrial (IPB)
3. Dr. Lilik Soetiarso (UGM)
4. Dr. Bambang Susilo (UB)
5. Dr. Ida Bagus Putu Gunadnya (UNUD)
Organizing Committee:
1. Ketua : Ir. I Made Anom S. Wijaya, M.App.Sc., Ph.D.
2. Wakil Ketua : I Wayan Tika, MP.
3. Bendahara : Ni Luh Yulianti, S.TP. M.Si.
4. Seksi Kesekretariatan dan Makalah
a. Prof. Dr. Ir. I Made Supartha Utama, MS.
b. Dr. Ir. P.K. Diah Kencana, MS
c. Dr. Sumiyati, S.TP., MP.
d. Ni Nyoman Sulastri, S.TP., M.Agr.
5. Seksi Acara
a. Dr. Ir. Yohanes Setiyo, MP.
b. Dr. Ir. Wayan Widia, MSIE.
c. Gede Arda, S.TP., M.Sc.
d. Ir. I Putu Sarjana, M.Erg.
6. Seksi Konsumsi
a. I.A. Rina Pratiwi P., S.TP., MP.
b. I Putu Surya Wirawan, S.TP., M.Si.
7. Seksi Transportasi, Perlengkapan, dan Dokumentasi
a. Ir. I G.N. Apriadi Aviantara, MT
b. Ir. I Made Nada, M.Erg.
c. I Putu Gede Budisanjaya, S.TP.
Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]
vi
DAFTAR ISI
Deskripsi Hal
Halaman Judul ………………………………………………………………………... i
Tim Penyunting ………………………………………………………………………. ii
Kata Pengantar ……………………………………………………………….……… iii
Sambutan Ketua PERTETA Pusat ................................................................................ iv
Susunan Panitia …………………………………………………………………….... v
Daftar Isi ........................................................................................................................ vi
Daftar Makalah .............................................................................................................. vii
Keynote Speaker 1 : Bambang Palgoenadi 1
Keynote Speaker 2: Wayan Windia 14
Keynote Speaker 3: Made Merta 20
Bidang 1. Rekayasa Proses dan Teknik Pasca Panen (TPP) 25
Bidang 2. Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) 197
Bidang 3. Sistem dan Manajemen Teknik Pertanian (SMP) 377
Bidang 4. Rekayasa Alat dan Mesin Pertanian (RAM) 463
Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]
Re
ka
ya
sa P
rose
s d
an
Te
kn
ik P
asc
a P
an
en
79
PENURUNAN KANDUNGAN SENYAWA OKSALAT PADA PEMBUATAN TEPUNG KELADI (Xanthosoma sagittifolium)
DENGAN METODE PERENDAMAN
Reduction of Oxalate Content on the Processing of Cocoyam (Xanthosoma sagittifolium) Flour by Immersion Method
I Nengah Kencana Putra Dan I Ketut Suter
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana, Denpasar
ABSTRACT
Cocoyams are a cheap food source of carbohydrate, and are produced a lot in tropical
countries like Indonesia. Cocoyam contains acrid compounds (calcium oxalate), which cause irritation in mouth and throat when it is consumed. This research aimed to obtain a method for eliminating oxalate on the making of cocoyam flour, so that was produced the cocoyam flour with a low oxalates content and did not cause any irritation effect in the mouth when it is consumed. The method of oxalates reduction examined were: soaking in water for 12 hours, soaking in 7.5% saline solution for 1 hour, soaking in a solution of 0.25% hydrochloric acid for 5 minutes, and soaking in 7.5% saline solution for 1 hour proceed in solution of 0.25% HCl for 5 minutes. Soaking in water, in 7.5% saline solution, as well as in 0.25% HCl solution, reduced the oxalate content of cocoyam flour. Soaking in 7.5% saline solution as well as in 0.25% HCl solution, eliminated irritation properties of cocoyam flour. Soaking in 7.5% saline solution for one hour was an efficient treatment for reducing oxalate content and eliminating irritation properties of cocoyam flour. Key Words: cocoyam, flour, oxalates, salt, hydrochloric acid
PENDAHULUAN
Pola konsumsi pangan di Indonesia masih belum sesuai dengan pola pangan ideal seperti yang tertuang dalam Pola Pangan Harapan (PPH). Kelompok padi-padian masih mendominasi pola konsumsi masyarakat baik di desa maupun di kota. Menurut PPH Indonesia, idealnya konsumsi pangan dari kelompok padi-padian masyarakat Indonesia seharusnya hanya 275 g perkapita per hari, namun pada kenyataanya, data pada tahun 2007 menunjukkan konsumsi pangan dari kelompok padi-padian mencapai 317 g perkapita per hari. Sebaliknya, konsumsi pangan dari kelompok umbi-umbian masih jauh lebih rendah dari yang dianjurkan, yaitu hanya 53 g perkapita per hari, sedangkan menurut PPH, idealnya 100 g perkapita per hari) (Suryana, 2012). Umbi-umbian di Indonesia ketersediaannya melimpah dan harganya murah, oleh karena itu kelompok pangan ini perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan agar lebih diminati untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu jenis umbi-umbian yang berpotensi untuk dikembangkan adalah keladi (Xanthosoma sagittifolium) yang juga dikenal dengan nama talas kimpul. Keladi dapat tumbuh di daerah tropis maupun sub-tropis, iklim lembab maupun kering, pada ketinggian tempat 0 – 1300 m di atas permukaan laut (Anonimus, 2007). Hal tersebut menyebabkan keladi sangat mudah tumbuh di daerah-daerah pertanian seperti di Pulau Bali. Potensi produksi keladi rata-rata per hektar adalah 30
Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]
Re
ka
ya
sa P
rose
s d
an
Te
kn
ik P
asc
a P
an
en
80
ton (Anonimus, 2007), suatu produksi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan padi (4 - 6 ton per hektar).
Salah satu kelemahan keladi dijadikan bahan pangan adalah adanya kandungan kalsium oksalat yang dapat menyebabkan rasa gatal di mulut dan tenggorokan orang yang mengkonsumsinya (Danimihardja, 1981). Menurut Bradbury (1989) kandungan senyawa oksalat berbagai jenis talas berkisar antara 65 - 319 mg/100g. Senyawa oksalat tersebut ada yang bersifat larut air seperti asam oksalat, potasium oksalat, sodium oksalat, dan ammonium oksalat, serta ada yang bersifat tidak larut air yaitu kalsium oksalat. Kandungan kalsium oksalat pada keladi adalah 23 mg/100g (Bradbury and Holloway, 1988). Penurunan kandungan oksalat pada umbi-umbian dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan menggunakan air, larutan garam, dan larutan asam khlorida. Kurdi (2002) melaporkan, perendaman irisan talas (Colocasia esculenta) dalam larutan asam klorida 0,25% selama 4 menit kemudian dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan kalsium karbonat 1% selama 5 menit, dinilai efektif mereduksi kandungan kalsium oksalat pada pembuatan keripik talas. Yuliani (2009) melaporkan, kadar oksalat tak terlarut pada talas dapat diturunkan 98,59 % dengan cara perendaman dalam larutan HCl 0,3 M selama 5 menit. Lebih lanjut Yuliani (2009) juga melaporkan, perendaman dalam larutan garam 7,5% selama 60 menit mampu merdukasi kandungan senyawa oksalat tak larut pada talas sebesar 97,22%.
Walaupun penelitian penurunan kandungan oksalat pada berbagai jenis umbi-umbian telah banyak dilakukan, namun informasi mengenai metode penurunan oksalat pada pembuatan tepung keladi masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan metode perendaman yang paling efektif untuk menurunkan kandungan oksalat dan menghilangkan rasa gatal pada pembuatan tepung keladi.
BAHAN DAN METODE Bahan
Umbi keladi (Xanthosoma sagittifolium) yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari kebun petani di Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Bali. Bahan-bahan lain yang diperlukan yaitu: bahan untuk perlakuan (NaCl dan HCl), bahan kimia untuk analisis oksalat (HCl, buffer asetat, amonium sulfat, KMnO4, Asam asetat, kalsium oksalat), bahan kimia untuk analisis lemak (petroleum-eter) dan bahan kimia untuk analisis protein (H2SO4, campuran selenium, HCl, NaOH, methyl red, asam oksalat). Rancangan Percobaan
Percobaan ini dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (Yitnosumarta, 1991), dengan 3 buah perlakuan yaitu: T0 (tanpa perendaman), T1 (perendaman dalam air 12 jam), T2 (perendaman dalam larutan garam 7,5% 1 jam), T3 (perendaman dalam larutan HCl 0,25% 5 menit), dan T4 (perendaman dalam larutan garam 7,5% 1 jam, dilanjutkan dalam larutan HCl 0,25% 5 menit). Percobaan diulang 3 kali. Pengolahan Tepung Keladi
Proses pengolahan tepung keladi dilakukan berdasarkan metode Indrasti (2004). Tahap-tahapan pembuatannya meliputi pengupasan dan pengirisan umbi, perendaman dalam air atau larutan garam atau HCl (sesuai dengan perlakuan) dengan lama sesuai dengan perlakuan), pencucian, pengeringan, penepungan, dan pengayakan.
Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]
Re
ka
ya
sa P
rose
s d
an
Te
kn
ik P
asc
a P
an
en
81
Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam, bila terdapat pengaruh perlakuan
yang nyata, perbedaan antar nilai rata-rata diuji menggunakan Duncan’s multiple range test (DMRT). Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi: kadar oksalat, dianalisis dengan metode titrimetri (Adeniyi, 2009); kadar air dengan metode oven (AOAC, 1995); kadar abu (AOAC, 1995); kadar lemak dengan metode Soxhlet (AOAC, 1995); kadar protein dengan metode makro Kjeldahl (AOAC, 1995), dan kadar karbohidrat dengan metode by difference (Apriyantono, et al., 1989). Rasa gatal pada tepung keladi diamati secara orgnoleptik menggunakan uji penerimaan (acceptance test) Carpenter, et al. (2000) Analisa Statistika
Variabilitas data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode sidik ragam. Perbedaan antar nilai rata-rata diuji dengan uji Duncan taraf nyata 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Umbi Keladi
Hasil analisis menunjukkan, komposisi umbi keladi segar yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang disajikan dalam
Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Komposisi per 100 g umbi keladi
Komponen Kandungan
Karbohidrat (g) 26,72 ± 4,64 *) Protein (g) 0,48 ± 0,12 Lemak (g) 0,51 ± 0,03 Air (g) 71,08 ± 0,08 Abu (g) 1,22 ± 4,52 Total oksalat (mg) 234,97 ± 26,30
*) Rata-rata ± standar deviasi (n = 3)
Hasil di atas menunjukkan, selain air, kandungan zat gizi tertinggi pada umbi keladi segar adalah karbohidrat, yaitu 26,72 g/100g. Oleh karena itu, umbi keladi merupakan sumber karbohidrat potensial, mengingat tanaman ini mudah dibudidayakan, dan tidak memerlukan persyaratan tanah maupun iklim yang khusus. Namun demikian, umbi keladi juga mengandung senyawa oksalat yang tidak diinginkan, yaitu 234,97 mg/100g. Di antara senyawa oksalat yang terdapat dalam umbi keladi, merupakan senyawa kalsium oksalat, yang dapat menimbulkan rasa gatal pada mulut dan kerongkongan apabila dikonsumsi. Oleh karena itu, dalam pemanfaatan umbi keladi untuk bahan pangan perlu diperhatikan cara penurunan kandungan senyawa oksalatnya. Menurut Bradbury (1989) kandungan oksalat berbagai jenis talas sangat bervariasi yaitu berkisar antara 65 - 319 mg/100g. Pengaruh perendaman terhadap rasa gatal
Untuk mengetahui masih adanya rasa gatal pada tepung keladi, dilakukan pengujian secara organoleptik menggunakan uji penerimaan. Tepung keladi dibuat menjadi bubur dengan
Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]
Re
ka
ya
sa P
rose
s d
an
Te
kn
ik P
asc
a P
an
en
82
melarutkan dalam air kemudian memanaskannya. Bubur tepung keladi ini tidak diberi tambahan apa-apa. Bubur keladi selanjutnya dinilai oleh 8 orang panelis, hasil penilaiannya disajikan pada
Tabel 2 berikut. Tabel 2. Pengaruh perlakuan perendaman terhadap rasa gatal bubur
tepung keladi
Perlakuan perendaman Kandungan
Tanpa perendaman Ada Perendaman dalam air Ada Perendaman dalam larutan garam Tidak ada
Perendaman dalam larutan HCl Tidak ada Perendaman dalam larutan garam dilanjutkan dengan larutan HCl
Tidak ada
Hasil penelitian ini menunjukkan perlakuan perendaman dengan air saja tidak mampu
menghilangkan efek gatal. Perlakuan perendaman dalam larutan garam, larutan HCL, maupun kombinasi perlakuan perendaman dalam larutan garam yang diikuti dengan perendaman dalam larutan HCl dapat menghilangkan efek gatal. Hilangnya kesan gatal ini disebabkan karena terjadinya penurunan kandungan senyawa oksalat dalam tepung keladi. Kalsium oksalat merupakan senyawa yang bertanggung jawab atas rasa gatal-gatal yang terjadi pada rongga mulut seseorang bila mengkonsumsi umbi-umbian seperti talas, keladi, suweg dan lain-lain (Danimihardja, 1981). Rasa gatal ini disebabkan oleh tusukan-tusukan kristal kalsium oksalat yang seperti jarum tersebut. Pengaruh perendaman terhadap total oksalat
Pengaruh perlakuan perendaman terhadap kandungan total oksalat tepung keladi disajikan pada
.
Tabel 3. Pengaruh perlakuan perendaman terhadap total oksalat tepung keladi
Metode perendaman Kandungan total
oksalat (mg/100g) Tanpa perendaman 165,52 a *) Perendaman dalam air 139,49 b Perendaman dalam larutan garam 130,59 c Perendaman dalam larutan HCl 139,68 b Perendaman dalam larutan garam dilanjutkan dengan larutan HCl
126,08 d
*) huruf yang sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5%
Hasil penelitian memperlihatkan adanya penurunan kandungan total oksalat dengan
adanya perlakuan perendaman. Perlakuan perendaman yang paling banyak menurunkan kandungan total oksalat adalah perendaman dalam larutan garam 7,5 % selama 1 jam yang kemudian dilanjutkan dengan larutan HCL 0,25% selama 5 menit. Perlakuan tanpa perendaman memberikan kandungan total oksalat 165,52 mg/100g sedangkan perlakuan
Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]
Re
ka
ya
sa P
rose
s d
an
Te
kn
ik P
asc
a P
an
en
83
perendaman dalam larutan garam yang disertai perendaman dalam larutan HCL memberikan kandungan total oksalat 126,08 mg/100g. Perlakuan perendaman dalam larutan garam saja juga dapat menurunkan kandungan oksalat. Perlakuan ini menghasilkan tepung keladi dengan kandungan oksalat 130,59 mg/100g. Hasil serupa juga diperoleh oleh Yuliani (2009), yang mana hasil penelitiannya menunjukkan perlakuan perendaman dalam larutan garam dapat menurunkan kandungan oksalat talas bogor.
Pengaruh perendaman terhadap zat gizi Pengaruh perlakuan perendaman terhadap kandungan karbohidrat tepung keladi disajikan pada
Tabel 4. Hasil penelitian ini menunjukkan, perlakuan perendaman pada pembuatan tepung keladi memberikan pengaruh yang tidak nyata pada kadar karbohidrat tepung keladi yang dihasilkan. Kadar karbohidrat tepung keladi yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar dari 87,84 – 89,18 g/100g.
Sebagian besar karbohidrat yang terkandung dalam umbi keladi berupa serat dan pati. Serat merupakan komponen pangan yang banyak mendapat perhatian dewasa ini karena memberikan dampak positif pada saluran pencernaan, menurunkan kolesterol, mencegah kanker kolon, serta mencegah berbagai penyakit degeneratif lainnya. Pati merupakan senyawa poli sakarida yang di dalam sistem pencernaan mengalami hidrolisis menghasilkan glukosa yang merupakan sumber kalori. Pengaruh perlakuan perendaman terhadap kadar protein tepung keladi disajikan pada
Tabel 4. Perlakuan perendaman berpengaruh nyata pada kadar protein tepung keladi. Kadar protein tepung keladi yang dihasilkan dalam penelitian ini berkisar dari 0,78 – 1,17 g/100g. Kadar protein umbi-umbian umumnya rendah, oleh karena itu dalam menyusun menu makanan yang menggunakan umbi-umbian, perlu diperhatikan pengkombinasian dengan bahan makanan yang lainnya yang kandungan proteinnya yang cukup tinggi seperti kacang-kacangan. Tabel 4. Pengaruh metode perendaman terhadap komposisi zat gizi tepung keladi
Metode perendaman Karbohidrat Protein Lemak Air Abu Tanpa perendaman 87,84 a *) 0,78 c *) 1,19 a *) 5,71 a *) 4,48 a *)
Perendaman dalam air 89,18 a 0,77 c 1,03 b 5,59 a 3,43 b
Perendaman dalam larutan garam
88,89 a 0,75 c 1,03 b 5,18 a 4,15 a
Perendaman dalam larutan HCl
89,05 a 0,92 b 0,93 c 5,93 a 3,17 b
Perendaman dalam larutan garam dilanjutkan dengan larutan HCl
88,53 a 1,17 a 0,84 d 6,05 a 3,41 b
*) huruf yang sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5%
Pengaruh perlakuan perendaman terhadap kadar lemak tepung keladi disajikan pada Tabel 4. Perlakuan perendaman berpengaruh nyata pada kadar lemak tepung keladi
yang dihasilkan. Kadar lemak tertinggi terdapat pada tepung keladi yang dihasilkan dengan perlakuan tanpa perendaman, yaitu 1,19 g/100g, sedangkan kadar lemak terendah terdapat pada tepung keladi yang dihasilkan dari perlakuan perendaman dengan larutan HCl, yaitu 0,93 g/100g. Hal ini disebabkan karena larutan HCl dapat melarutkan lemak yang terdapat
Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]
Re
ka
ya
sa P
rose
s d
an
Te
kn
ik P
asc
a P
an
en
84
pada keladi. Kandungan lemak pada umbi-umbian seperti keladi tidak begitu tinggi, sehingga cocok untuk orang-orang yang menghindari lemak dalam dietnya. Kadar lemak tepung keladi yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar dari 0,93 – 1,19 g/100g. Pengaruh perlakuan perendaman terhadap kadar air tepung keladi disajikan pada
Tabel 4. Perlakuan perendaman berpengaruh tidak nyata pada kadar air tepung keladi. Kadar air tepung keladi yang dihasilkan dalam penelitian ini berkisar antara 5,18 – 6,05 g/100g. Kadar air merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam produksi tepung, karena berpengaruh pada daya simpannya. Kadar air yang terlalu tinggi akan memperpendek masa simpan, karena mendukung aktivitas mikroba. Standar nasional tepung keladi belum ada, namun demikian sebagai pembanding dapat dilihat SNI tepung singkong. Menurut SNI 01 – 2997 - 1992, kadar air tepung singkong maksimum 12 g/100g. Berdasarkan hal ini, tepung keladi yang dihasilkan dalam penelitian ini berada di bawah kadar air standar tepung singkong. Pengaruh perlakuan perendaman terhadap kadar abu tepung keladi disajikan pada
Tabel 4. Perlakuan perendaman berpengaruh nyata pada kadar abu tepung keladi. Kadar abu tepung keladi yang dihasilkan dalam penelitian ini berkisar antara 3,17 – 4,48 g/100g. Kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa perendaman, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan perendaman dengan larutan HCL. Hal ini kemungkinan disebabkan karena larutan HCL melarutkan mineral-mineral seperti kalsium pada keladi, selanjutnya terbuang saat larutan perendam ditiriskan. Kalsium merupakan komponen abu yang cukup tinggi pada tepung keladi. Menurut SNI 01 – 2997 - 1992, kadar abu tepung singkong maksimum 1,5 g/100g. Berdasarkan hal ini, tepung keladi yang dihasilkan dalam penelitian ini berada sedikit di atas kadar abu standar tepung singkong. Rendemen
Pengaruh perlakuan perendaman terhadap rendemen produksi tepung keladi disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh metode perendaman terhadap rendemen tepung keladi Perlakuan perendaman Rendemen (%)
Tanpa perendaman 27,62 a *)
Perendaman dalam air 23,81 b
Perendaman dalam larutan garam 24,76 b
Perendaman dalam larutan HCl 23,33 b
Perendaman dalam larutan garam dilanjutkan dengan larutan HCl
21,90 b
*) huruf yang sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5%
Perlakuan perendaman berpengaruh nyata pada rendemen produksi tepung keladi.
Rendemen produksi tepung keladi yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 23,33 – 27,62 %. Perlakuan perendaman secara nyata menurunkan rendemen produksi tepung, namun demikian penurunan ini tidak begitu besar. Penurunan rendemen ini disebabkan karena pada saat perendaman terjadi pencucian atau pelarutan sebagian kecil komponen keladi seperti pati, mineral dan lain-lain.
Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]
Re
ka
ya
sa P
rose
s d
an
Te
kn
ik P
asc
a P
an
en
85
KESIMPULAN
Perlakuan perendaman dalam air, larutan garam 7,5%, maupun dalam larutan HCl 0,25% dapat menurunkan kandungan oksalat pada tepung keladi. Perendaman dalam larutan garam 7,5% ataupun dalam larutan HCl 0,25% mampu menghilangkan rasa gatal pada tepung keladi.
Perlakuan perendaman dalam larutan garam 7,5 % selama satu jam merupakan perlakuan yang efisien untuk menurunkan kandungan oksalat dan menghilangkan rasa gatal pada tepung keladi. Perlakuan ini menghasilkan tepung dengan kandungan total oksalat 130,59 mg/100g, kadar karbohidrat 88,89 g/100g, kadar protein 0,75 g/100g, kadar lemak 1,03 g/100g, kadar air 5,18 g/100g, kadar abu 4,15 g/100g, dan rendemen produksi 24,76%.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini terlaksana atas dukungan dana dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Provinsi Bali.
DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2007. Budidaya Pertanian. http://warintek.bantul.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&
sub=2&file=191. Sept, 12, 2007. Adeniyi, S.A, C.L. Orjiekwe, J.E. Ehiagbonare. 2009. Determination of alkaloids and oxalates in
some selected food samples in Nigeria. Afr. J. Biotechnol. 8(1): 110-112 AOAC. 1995. Official methods analysis of the association of official agriculture chemist. Assoc. of
Official Agric. Chemist. Washington, DC Apriyantono, Fardiaz, D. dan Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bradbury H.J. and W.D. Holloway. 2000. Chemistry of Tropical Root Crops. Australian Centre for
International Agriculture Research, Canberra. Carpenter, R.C., Lyon, D.H., Hasdell, T.A. 2000. Guidelines for Sensory Analysis in Food Product
Development and Quality Control. An Aspen Publication, Maryland. Danimihardja, S. 1981. Hubungan antara Kandungan Senyawa Oksalat dan Tingkat Kegatalan pada
Umbi Talas (Colocasia esculenta (L) Schott). Lembaga Biologi Nasional – LIPI, Bogor Dewan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01 - 2997 - 1992 (Tepung singkong) Indrasti, D. 2004. Pemanfaatan Tepung Talas Belitung dalam Pembuatan Cookies. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB, Bogor. Kurdi, W. 2002. Reduksi Kalsium Oksalat pada Talas Bogor (Colocasia esculenta L schott) sebagai
Upaya Meningkatkan Mutu Keripik Talas. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor Suryana, A. 2012. Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Gizi: Faktor Pendukung Peningkatan
Kualitas Sumber Daya Manusia. www.bulog.co.id. Juni 20, 2012 Yitnosumarta, S. 1991. Percobaan Perancangan Analisis dan Interpretasinya. PT Gramedia
Jakarta. Yuliani, S. 2009. Laporan Akhir Penelitian Reduksi Senyawa Penyebab Rasa Gatal (Oksalat
Protease) hingga 90 % pada Proses Pembuatan Tepung Talas. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.