Page 1
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1096 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
KARAKTERISTIK PETROLOGI DAN GEOKIMIA BATUAN GRANITOID
MAMASA DI DAERAH HAHANGAN DAN SEKITARNYA, SULAWESI
BARAT, INDONESIA
Arik Bagus Kurniady1, Fahmi Hakim1*, Arifudin Idrus1, I Wayan Warmada1, Ni'matul Azizah
Raharjanti1
1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2, Bulaksumur,
Yogyakarta 55281
*Corresponding Author: [email protected]
ABSTRAK. Daerah penelitian berada di Desa Hahangan dan sekitarnya, Kecamatan Aralle,
Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat. Secara regional daerah tersebut tersusun oleh
Batuan Terobosan Neogen (Granitoid Mamasa) yang pembentukannya berkaitan erat dengan
peristiwa subduksi-kolisi pada kala Miosen hingga Pliosen. Untuk mengetahui karakteristik
petrologi dan geokimia dari batuan granitoid di daerah tersebut, maka dilakukan pemetaan
geologi yang mendetail dan pengambilan sampel batuan yang representatif yang disertai
dengan analisis laboratorium seperti analisis petrografi, X-Ray Diffraction (XRD) dan geokimia
(ICP-AES). Berdasarkan hasil analisis, jenis granitoid di daerah penelitian merupakan
granodiorit porfiri dengan komposisi mineral plagioklas (andesin dan oligoklas), kuarsa, K-
feldspar, biotit, hornblenda dan mineral opak. Granodiorit di daerah penelitian memiliki sifat
asam dengan kandungan SiO2 berkisar 63-68% dan saturasi alumina berjenis peralumina,
sehingga dapat digolongkan sebagai granitoid tipe – I. Granodiorit di lokasi penelitian memiliki
afinitas magma berjenis shosonitik, yang dicirikan oleh perbandingan K2O/Na2O yang
tinggi.Berdasarkan hasil analisis unsur jejak (trace elements) yaitu Sr/(Rb+Ba+Sr) dan
Rb/(Rb+Ba+Sr) pada granitoid di daerah penelitian, terlihat bahwa terjadi tingkatan fraksinasi
yang rendah ( weakly fractionated) dan juga proses diferensiasi yang rendah. Ditemukannya
xenolith ( mafic microgranular enclaves) berupa piroksenit pada batuan granitoid membuktikan
bahwa granitoid dan xenolit secara umum terkristalisasi dari sumber magma yang berbeda.
Tatanan tektonik granitoid di daerah penelitian merupakan Volcanic Arc Granitoids (VAG) yang
menghasilkan kelompok granitoid yang berhubungan dengan proses subduksi. Sementara itu,
berdasarkan data-data hasil analisis petrologi, mineralogi dan geokimia, granitoid di daerah
penelitian merupakan tipe K-rich Calc-alkaline Granitoids (KCG) yang terbentuk pada rezim
transisi subduksi-kolisi yang terjadi pada Kala Miosen Akhir-Pliosen.
Kata kunci: Granitoid Mamasa, Hahangan, Mafic Microgranular Enclaves, Volcanic Arc
Granitoids, K-rich Calc-alkaline Granitoids
I. PENDAHULUAN
Aktivitas tektonik Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng
Eurasia di sekitar Pulau Sulawesi telah berperan besar terhadap perkembangan
tektonik di Sulawesi dan sekitarnya. Sejarah tektonik Sulawesi (Gambar 1) berkaitan
erat dengan peristiwa tektonik ekstensi Mesozoikum, tunjaman Kapur, tunjaman
Paleogen, tumbukan Neogen dan tunjaman ganda Kuarter, hingga menghasilkan
berbagai macam mandala geologi (Zakaria & Sidarto, 2015).
Page 2
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1097 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Menurut Sompotan (2012), Stratigrafi Sulawesi Bagian Barat termasuk di
daerah Mamasa didominasi oleh batuan Neogen yang terdiri dari batuan beku,
metasedimen dan metamorf. Batuan beku yang menyusun merupakan Batuan
Terobosan (Tmpi) terdiri dari batolit intrusi granitik yang tersusun oleh granit,
granodiorit, diorit dan aplit berumur Miosen Akhir-Pliosen, dengan tatanan tektonik
berada di zona subduksi (Ratman & Atmawinata, 1993 dalam Harahap dkk., 2003).
Batuan Terobosan Neogen di daerah tersebut dikenal dengan nama Granitoid Mamasa,
yang mana menjadi objek utama pada penelitian ini.
Granitoid merupakan istilah untuk kelompok batuan beku plutonik dengan
tekstur faneritik dan komposisi asam hingga intermediet (Gill, 2010). Mineral
penyusun yang terbentuk pada fase awal adalah plagioklas, sedangkan kuarsa dan
alkali feldspar terbentuk pada fase akhir (Winter, 2001). Granitoid umumnya memiliki
derajat kristalisasi holokristalin, karena proses kristalisasi magma yang berlangsung
secara perlahan.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis karakteristik petrologi dan
geokimia dari granitoid pada daerah penelitian dengan menentukan afinitas magma,
saturasi alumina, jenis batuan, tatanan tektonik dan petrogenesa granitoid. Minimnya
data petrologi dan geokimia batuan beku di Sulawesi Bagian Barat, menjadi dasar
perlunya penelitian ini dilakukan. Data petrologi dan geokimia dari penelitian ini
diharapkan mampu memberikan informasi tambahan mengenai magmatisme yang
berkaitan dengan tektonisme di Sulawesi Bagian Barat.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa
tahapan, diantaranya tahapan pekerjaan lapangan dan pengambilan sampel batuan,
analisis laboratorium, serta integrasi data dan interpretasi. Adapun analisis
laboratorium yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis petrografi, analisis
X-Ray Diffraction (XRD), dan analisis geokimia (ICP-AES).
Analisis petrografi di daerah penelitian dilakukan pada 8 sampel terpilih dan
dilakukan pengamatan di Laboratorium Geologi Optik, Departemen Teknik Geologi,
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Sedangakan untuk analisis X-Ray
Diffraction (XRD) dan analisis geokimia (ICP-AES) dilakukan pada 8 sampel terpilih
yang berasal dari 2 lokasi pengambilan sampel yang berbeda di daerah penelitian.
Analisis sampel X-Ray Diffraction dilakukan di Laboratorium Pusat Teknik Geologi
FT-UGM, sedangkan untuk analisis sampel geokimia (ICP-AES) dilakukan di ALS
Laboratory yang berada di Kanada.
III. GEOLOGI REGIONAL
Aktivitas tektonik Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng
Eurasia di sekitar Pulau Sulawesi berperan besar terhadap perkembangan tektonik di
Sulawesi dan sekitarnya. Sejarah tektonik Sulawesi berkaitan erat dengan peristiwa
Page 3
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1098 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
tektonik yaitu: tunjaman Kapur, Tunjaman Paleogen, tumbukan Neogen dan tunjaman
ganda Kuarter, hingga menghasilkan berbagai macam mandala geologi. Terdapat 2
peristiwa penting yang terjadi dalam evolusi tektonik dari Pulau Sulawesi:
a. Di Sulawesi bagian barat selama Paleogen-Neogen terjadi pemekaran lantai
samudra di Selat Makassar, membentuk ruang pengendapan material klastik
yang berasal dari Kalimantan.
b. Peristiwa kompresional yang dimulai sejak Miosen, kompresi ini dipengaruhi
oleh tumbukan kontinen di arah barat dan ofiolit serta fragmen busur kepulauan
di arah timur. (Calvert, 2003 dalam Sompotan 2012).
Stratigrafi di daerah penelitian (Gambar 2), terdiri dari Batuan Terobosan (Tmpi)
yang merupakan batolit intrusi granitik yang tersusun oleh granit, granodiorit, diorit
dan aplit. Batuan Terobosan (Tmpi) ini berumur Miosen Akhir-Pliosen, dengan tatanan
tektonik berupa kolisi. Batuan Terobosan (Tmpi) memiliki hubungan stratigrafi
memotong (intrusif) Formasi Latimojong (Kls) dan batuan Gunungapi Talaya (Tmtv)
(Ratman & Atmawinata, 1993 dalam Harahap, dkk., 2003).
IV. HASIL & PEMBAHASAN
Deskripsi Petrologi
Lokasi pengambilan sampel batuan terletak pada koordinat UTM 739992 E dan
9680649 N. Pada lokasi ini dijumpai singkapan batuan beku plutonik yang berwarna
segar (fresh) abu-abu dan warna lapuk coklat kehijauan (Gambar 3). Ketebalan
singkapan mencapai 4,3 m dengan struktur batuan segar yang masif. Berdasarkan
pengamatan megaskopis diketahui jenis batuan ini adalah batuan kelompok granitoid,
dengan struktur masif. Tekstur batuan ini adalah fanero-porfiritik dengan ukuran
sedang-kasar 1-7 mm, hipidiomorfik granular dengan derajat kristalisasi holokristalin.
Komposisi batuan terdiri dari mineral kuarsa, K-feldspar, plagioklas, hornblenda,
biotit, dan sedikit mineral opak, sehingga diperoleh nama batuan ini adalah
granodiorit porfiri (Travis, 1955). Pada beberapa bagian tubuh batuan mengalami
alterasi kloritisasi dan oksidasi secara setempat. Granitoid di daerah penelitian
memiliki kandungan xenolith (mafic microgranular enclaves) berupa piroksenit di
beberapa tempat (Gambar 4).
Analisis Petrografi
Pengamatan petrografi yang dilakukan pada sampel batuan di daerah
penelitian didapatkan komposisi mineral penyusun batuan berupa plagioklas, kuarsa,
K-feldspar, hornblenda, biotit dan mineral opak serta klorit sebagai mineral ubahan.
Berdasarkan hasil deskripsi tersebut, penamaan batuan ini dinamakan granodiorit
berdasarkan klasifikasi IUGS oleh Streckeisen (1974). Gambar 5 menunjukkan
kenampakkan petrografi batuan granodiorit di daerah penelitian. Sedangkan
rangkuman hasil analisis petrografi dapat dilihat pada Tabel 1.
Page 4
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1099 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Analisis X-Ray Diffraction
Analisis X-Ray Diffraction (XRD) dilakukan pada 8 sampel yang berasal dari 2
lokasi yang berbeda. Jenis analisis XRD yang dilakukan adalah analisis bulk dan clay
yang meliputi metode air dried, ethylene glycol, heated 550oC. bulk analysis, memberikan
informasi mengenai terkait mineral-mineral penyusun batuan meliputi mineral primer
dan sekunder. Sedangkan clay analysis dilakukan dengan 3 jenis tahapan analisis tahap
identifikasinya guna mengetahui jenis lempung dan sifat fisis lempung. Hasil analisis
menunjukkan mineral primer yang teridentifikasi yaitu hornblende, biotit, plagioklas,
K-Feldspar, dan kuarsa. Mineral sekunder yang teridentifikasi yaitu palygorskite,
haloysit, kaolinit, epidot, pirit, klorit, vermikulit, dan mika (Gambar 6). Rangkuman
hasil analisis XRD dapat dilihat pada Tabel 2.
Geokimia Batuan Granitoid
Dalam tahapan analisis ini dilakukan analisis oksida mayor, unsur minor dan
trace dengan menggunakan ICP-AES. Dari analisis ini didapatkan konsentrasi unsur-
unsur tertentu yang dapat digunakan untuk penentuan saturasi alumina, afinitas
magma, dan jenis batuan dari granitoid yang mana digunakan sebagai dasar
interpretasi tatanan tektonik dan petrogenesa pembentukan granitoid. Hasil analisis
geokimia dari 8 sampel batuan dilokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Secara
umum karakteristik geokimia granitoid di daerah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Saturasi alumina
Saturasi alumina ditentukan oleh kandungan Al2O3/Na2O+K2O dan
Al2O3/CaO+K2O+Na2O. Berdasarkan hasil plot saturasi alumina tersebut (Gambar 7),
diperoleh hasil bahwa granitoid daerah penelitian memiliki saturasi peralumina
(Shand, 1947 dalam Rollinson, 1993). Hal ini menandakan bahwa kandungan Al2O3
lebih banyak jika dibandingakan dengan CaO, K2O dan Na2O. Berdasarkan saturasi
alumina tersebut, batuan di daerah penelitian dapat dikategorikan sebagai granitoid
tipe – I (Anderson dan Thomas, 1985 dalam Frost, dkk., 2001).
2. Afinitas magma
Afinitas magma ditentukan oleh kandungan SiO2 dan K2O. Berdasarkan data
afinitas magma dari plot SiO2 terhadap K2O (Peccerilo dan Taylor, 1976 dalam
Rollinson, 1993), batuan di daerah penelitian menunjukan tingkat afinitas magma seri
shosonitik dengan komposisi kimia bersifat asam dimana SiO2 > 63% (Gambar 8).
3. Jenis Batuan
Penamaan batuan beku menggunakan diagram TAS (Total Alkali Silica) antara
SiO2 terhadap Na2O + K2O (Cox, dkk., 1979 dalam Rollinson, 1993), yang merupakan
klasifikasi awal di dalam penentuan batuan beku plutonik. Berdasarkan hasil
pengeplotan (Gambar 9), diperoleh nama batuan berupa Quartz Diorite (Granodiorite).
Penamaan secara kimiawi ini juga didukung oleh penamaan batuan di lapangan
(megaskopis) dan petrografi yaitu granodiorit porfiri.
Page 5
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1100 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
TATANAN TEKTONIK DAN PETROGENESA GRANITOID
Karakteristik unsur jejak (Trace Elements) digunakan untuk menentukan tatanan
tektonik granitoid di daerah penelitian. Penentuan tatanan tektonik dilakukan dengan
melakukan pengeplotan antara unsur Y+Nb dan Rb (Gambar 10) menurut klasifikasi
(Pearce, dkk., 1984). Berdasarkan analisis tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa
granitoid di daerah penelitian berada pada daerah Volcanic Arc Granitoids (VAG).
Volcanic arc granitoids (VAG) dapat terbentuk pada tatanan kerak samudera
maupun benua dan dari komposisi tholeitik, kalk-alkali hingga shosonitik (Peccerillo
& Taylor, 1976). Menurut Pitcher (1993) dalam Winter (2001), Volcanic Arc Granitoids
(VAG) menghasilkan kelompok granitoid yang berhubungan dengan proses subduksi.
Magma naik menuju permukaan melalui celah (zona lemah) yang dibentuk oleh
struktur geologi sebagai akibat dari proses subduksi yang terjadi pada kala Miosen-
Pliosen.
Berdasarkan hasil analisis unsur jejak (trace elements) yaitu Sr/(Rb+Ba+Sr) dan
Rb/(Rb+Ba+Sr) pada granitoid di daerah penelitian (Gambar 11), terlihat bahwa terjadi
tingkatan fraksinasi yang rendah (weakly fractionated) (Hutton, 2004). Hal ini
mencerminkan bahwa magma asal mengalami proses diferensiasi yang rendah,
sehingga dalam proses naiknya magma menuju permukaan, tidak signifikan
mengubah sifat asli dan komposisi magma. Batuan granitoid dengan tingkatan
fraksinasi rendah mencerminkan waktu kristalisasi yang relatif lebih cepat. Hal ini
juga dapat menjelaskan bahwa proses naiknya magma menuju kedalaman yang lebih
dangkal berlangsung cukup cepat, sehingga tidak cukup waktu untuk terjadinya
kontaminasi dari batuan dinding yang diterobos.
Secara umum, tingkatan fraksinasi batuan granitoid dapat menjadi tanda
penting yang menunjukkan kematangan komposisi dari kerak benua, dimana semakin
tinggi tingkatan fraksinasi suatu batuan granitoid maka mineralisasi unsur-unsur
(logam) langka seperti W, Sn, Nb, Ta, Li, Be, Rb, Cs, REE,dan lain-lain akan semakin
melimpah (Wu, dkk., 2017).
Hasil analisis geokimia yang menunjukkan batuan di daerah penelitian
cenderung memiliki nilai K yang tinggi dan Ca yang rendah, menandakan jenis
granitoid di daerah penelitian adalah tipe K-rich Calc-alkaline Granitoids (KCG)
(Barbarin, 1999). Granitoid tipe KCG menandakan peristiwa transisi dari proses
subduksi menuju proses kolisi (Transitional Regimes) seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 4 di bawah.
Ditemukannya xenolith (mafic microgranular enclaves) berupa piroksenit pada
batuan granitoid di daerah penelitian (Gambar 4) membuktikan bahwa granitoid dan
xenolith secara umum terkristalisasi dari sumber magma yang berbeda, yang dapat
mengindikasikan adanya proses pencampuan (mixing) antara sumber magma yang
bersifat basa dan asam (Liu, dkk., 2013).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa hasil analisis diatas, diketahui bahwa granitoid di daerah
penelitian berjenis granodiorit yang memiliki sifat asam dengan kandungan SiO2
Page 6
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1101 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
berkisar 63-68% dan saturasi alumina berjenis peralumina, sehingga dapat digolongkan
sebagai granitoid tipe – I. Granodiorit di lokasi penelitian memiliki afinitas magma
berjenis shosonitik, yang dicirikan oleh perbandingan K2O/Na2O yang tinggi.
Kandungan Rb yang rendah menunjukkan bahwa magma mengalami proses
diferensiasi yang rendah, sedangkan diagram plot antara Rb dan Sr menunjukkan
tingkatan fraksinasi rendah (weakly fractionated). Ditemukannya xenolith (mafic
microgranular enclaves) berupa piroksenit pada batuan granitoid membuktikan bahwa
granitoid dan xenolith secara umum terkristalisasi dari sumber magma yang berbeda,
yang dapat mengindikasikan adanya proses pencampuan (mixing) antara sumber
magma yang bersifat basa dan asam.
Berdasarkan plot diagram dari beberapa unsur jejak seperti Rb, Nb dan Y,
tatanan tektonik granitoid di daerah penelitian merupakan Volcanic Arc Granitoids
(VAG) yang menghasilkan kelompok granitoid yang berhubungan dengan proses
subduksi. Sementara itu, berdasarkan data-data hasil analisis petrologi, mineralogi dan
geokimia, granitoid di daerah penelitian merupakan tipe K-rich Calc-alkaline
Granitoids (KCG) yang terbentuk pada rezim transisi subduksi-kolisi yang terjadi pada
Kala Miosen Akhir-Pliosen.
DAFTAR PUSTAKA
Barbarin, B., 1999. A Review of The Relationship Between Granitoid Types, their Origins and
their Geodynamic Environments: Lithos 46. France. Elsevier. p: 605-626.
Barbieri, M., 2016. The Importance of Enrichment Factor (EF) and Geoaccumulation Index (Igeo)
to Evaluate the Soil Contamination. Jurnal Geol Geophys. Sapienza University of
Rome.
Frost, B. R., Barnes, C. G., Collins, W. J., Arculus, R. J., Ellis, D. J., & Frost, C. D., 2001. A
geochemical classification for granitic rocks. Journal of petrology, 42(11), 2033-2048.
Gill, R., 2010. Igneous Rock and Processes: Practical Guide: Wiley-Blackwell. West Sussex.
Harahap, B. H., Bachri, S., Baharuddin, Suwarna, N., Panggabean, H., & Simanjuntak, T. O.,
2003. Stratigraphic Lexicon of Indonesia. Geological Research and Development
Centre.
Hutton, L. J., 2004. Petrogenesis of I- and S- type Granites in The Cape River-Lolworth area,
Northeastern Queensland-Their Contribution to an Understanding of the Early
Paleozoic Geological History of Northeastern Queensland, The Queensland
University of Technology.
Liu, L., Qiu, J. S., & Li, Z., 2013. Origin of mafic microgranular enclaves (MMEs) and their host
quartz monzonites from the Muchen pluton in Zhejiang Province, Southeast China:
implications for magma mixing and crust–mantle interaction. Lithos, 160, 145-163.
Pearce, J. A., Harris, N. B. W., & Tindle, A. G., 1984. Trace Element Discriminating Diagrams for
the Tectonic Interpretation of Granitic Rocks. Journal of Petrology, Vol. 25, Part 4,
pp.956-983.
Page 7
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1102 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Peccerillo, A., & Taylor, S. R., 1976. Geochemistry of Eocene calc-alkaline volcanic rocks from
the Kastamonu area, Northern Turkey. Contr. Miner. Petrol. 58, 63-81.
Ratman, N., & Atmawinata, S., 1993. Peta Geologi Lembar Mamuju, Sulawesi. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Rollinson, H. R., 1993. Using Geochemical Data: Evaluation, Presentation, Interpretation:
Longman Singapore Publisher (Pte) Ltd. Singapore.
Sompotan, F. S., 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Perpustakaan Sains Kebumian, Institut
Teknologi Bandung. Bandung
Streckeisen, A., 1974. Classification and nomenclature of plutonic rocks recommendations of the
IUGS subcommission on the systematics of igneous rocks. Geologische Rundschau,
63(2), 773-786.
Travis, R. B., 1955. Classification of Igneous Rocks. Colorado School of Mines Vol, 50.
Winter, J. D., 2001. Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology; Prentice-Hall Inc.,
Upper Saddle river. New Jersey.
Wu, F., Liu, X., Ji, W., Wang, J., & Yang, L., 2017. Highly fractionated granites: Recognition and
research. Science China Earth Sciences, 60(7), 1201-1219.
Zakaria, Z. & Sidarto., 2015. Aktifitas Tektonik di Sulawesi dan Sekitarnya Sejak Mesozoikum
Hingga Kini Sebagai Akibat Interaksi Aktifitas Tektonik Lempeng Tektonik Utama di
Sekitarnya. Jurnal Geologi Sumber Daya Mineral. v16 (3). h: 115-127.
Page 8
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1103 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Tabel 1. Rangkuman komposisi mineral pada sampel granitoid, yang terdiri dari mineral
primer dan sekunder.
Page 9
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1104 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Tabel 2. Rangkuman hasil identifikasi mineral menggunakan analisis X-Ray Diffraction (XRD),
menunjukkan mineral-mineral yang terdiri dari mineral primer dan mineral sekunder.
Page 10
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1105 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Tabel 3. Data geokimia unsur mayor dan unsur jejak pada granitoid, dengan jumlah 8 sampel.
Analisis geokimia menggunakan ICP-AES.
Page 11
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1106 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Tabel 4. Tatanan tektonik pembentukan granitoid berdasarkan karakteristik geokimia granitoid
(Barbarin, 1999). Granitoid Hahangan terbentuk pada tatanan tektonik rezim transisi antara
subduksi dan kolisi.
Page 12
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1107 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 1. Ilustrasi evolusi tektonik Pulau Sulawesi (Parkinson, 1997 dalam Sompotan 2012).
Page 13
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1108 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 2. Stratigrafi regional daerah penelitian. Kotak hijau menunjukkan stratigrafi granitoid
Mamasa. (Ratman & Atmawinata, 1993 dengan modifikasi)
Page 14
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1109 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 3. (A) Singkapan granitoid di daerah penelitian dengan struktur masif, (B)
kenampakan megaskopis granitoid Mamasa.
Page 15
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1110 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 4. (A). Foto parameter singkapan piroksenit sebagai xenolit pada granitoid Mamasa.
(B) Kenampakan petrografi piroksenit daerah penelitian pada nikol sejajar, (C) nikol bersilang.
Page 16
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1111 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 5. Kenampakan petrografi granitoid Mamasa, (atas) nikol silang (bawah) nikol sejajar.
Sampel granitoid tersebut dinamakan granodiorit berdasarkan klasifikasi IUGS oleh Streckeisen
(1974).
Page 17
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1112 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 6. Analisis sampel granitoid menggunakan metode X-Ray Diffraction (XRD)
menunjukkan komposisi mineral primer dan sekunder pada samp
Gambar 7. Saturasi Alumina sampel granitoid Mamasa yaitu peralumina berdasarkan (Shand,
1947 dalam Rollinson 1993).
Page 18
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1113 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 8. Afinitas magma granitoid Mamasa yang menunjukkan afinitas magma sub-alkaline
seri shosonitik (Peccerilo dan Taylor, 1976, dalam Rollinson, 1993).
Gambar 9. Plot jenis batuan berdasarkan TAS (Total Alkali Silica) antara SiO2 terhadap Na2O +
K2O (Cox, dkk., 1979 dalam Rollinson, 1993) menunjukkan batuan granodiorite (quartz-diorite).
Page 19
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-12 F044POO TEKNIK GEOLOGI, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS GADJAH MADA 5-6 September 2019; Hotel Alana Yogyakarta
1114 Peran Ilmu Kebumian Dalam Pengembangan Geowisata, Geokonservasi & Geoheritage
Serta Memperingati 35 Tahun Kampus Lapangan Geologi UGM “Prof. Soeroso Notohadiprawiro” Bayat, Klaten
Gambar 10. Plot tatanan tektonik berdasarkan unsur jejak Rb dan Y+Nb (Pearce, 1984 dalam
Rollinson, 1993) menunjukkan hasil Volcanic Arc Granitoid (VAG).
Gambar 11. Analisis tingkat fraksinasi granitoid berdasarkan Hutton (2004) dimana plot unsur
jejak Rb/(Rb+Ba+Sr) vs Sr/(Rb+Ba+Sr), menunjukkan sampel mengalami tingkat fraksinasi yang
rendah