Top Banner
Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
16

Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

Mar 07, 2019

Download

Documents

vudat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Padjadjaran

Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Padjadjaran

Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Padjadjaran

Page 2: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

i

Daftar Isi

RACE FOR THE SURFACE :

KUPAS TUNTAS OSSEOINTEGRASI VS INFEKSI PASCA

PEMASANGAN IMPLAN DENTAL

Achmad Syawqie Yazid*, Nadia Greviana**, Nanan Nur’aeny

1-10

KARAKTERISASI MOLEKULER Enterococcus faecalis ISOLAT

KLINIS PENDERITA INFEKSI SALURAN AKAR GIGI PRIMER

DENGAN LESI PERIAPIKAL

Zaki Mubarak

11-17

PERAWATAN SALURAN AKAR GIGI MOLAR KEDUA

MANDIBULA PADA LANSIA DENGAN FOLLOW UP CROWN PFM

Gede Astika Andhi Yasa, Adhita Dharsono

18-30

APLIKASI FIBER POST PASCA PERAWATAN EKSTIRPASI VITAL

PADA GIGI INSISIF SENTRAL RAHANG ATAS

Wijoyo Sastro S, Dudi Aripin

31-39

RESTORASI MAHKOTA METAL PORSELEN DENGAN PASAK

FIBER PADA GIGI PREMOLAR KEDUA KIRI RAHANG ATAS

PASCA PERAWATAN SALURAN AKAR

R Nuni Maharani, Milly Armillia

40-47

PERAWATAN ENDODONTIK INTENSIONAL PADA PULPITIS

REVERSIBEL GIGI PREMOLAR KEDUA KIRI RAHANG ATAS

DENGAN PROSEDUR ONE VISIT

Ika Destina Ulfa, Irmaleny Satifil

48-55

PEMBUATAN PROTESA MATA INDIVIDUAL UNTUK

REHABILITASI ESTETIK

An-Nissa Kusumadewi, Anita, Lisda Damayanti

56-63

PEMAHAMAN TERHADAP SINDROM GIGI RETAK

DAN CARA MENYIKAPINYA

Seto Pramudita, Erna Kurnikasari

64-70

VESTIBULOPLASTI UNTUK MENDUKUNG KEBERHASILAN

PERAWATAN JARINGAN PERIODONTAL

Firlina Azrini, Ina Hendiani

71-83

KERUSAKAN JARINGAN PERIODONTAL AKIBAT

PENYALAHGUNAAN ORTHODONTIC ELASTIC BAND

Suci Amalia Lubis, Yanti Rusyanti

84-93

TERAPI KEDARURATAN PENYAKIT PERIODONTAL

Tisye Chandra Rini, Yanti Rusyanti

94-105

COMPOUND ODONTOMA PADA PENDEKATAN LABIAL DAN

PALATAL DENGAN TEKNIK EKSTIRPASI

Idawati Muhajir, Agus Nurwiadh

106-113

Page 3: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

ii

PREVALENSI DISC DISPLACEMENT WITH REDUCTION DI

KLINIK PPDGS PROSTODONSIA RSGM UNIVERSITAS

PADJADJARAN TAHUN 2010-2015

Fauziah Kautsara, Taufik Sumarsongko, Deddy Firman

114-122

PEMBUATAN GIGI TIRUAN LENGKAP LINGGIR DATAR

DENGAN TEKNIK PENCETAKAN PIEZOGRAFI

Taufik Sumarsongko

123-134

GAMBARAN MULTILOKULER LUAS PADA SUATU KISTA

DENTIGEROUS

Sabella Trinolaurig, Irsan Kurniawan, Seto Adiantoro, Endang

Syamsudin

135-141

PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK

KEPUASAN MASYARAKAT

Andriani Harsanti

142-150

OSTEORADIONEKROSIS PADA MANDIBULA BILATERAL

PASKA RADIOTERAPI KARSINOMA NASOFARING

Arismunandar, Endang Syamsudin, Melita Sylvyana

151-160

DIRECT RETAINER UNGKITAN KELAS 1 DAN 2 GIGI TIRUAN

KERANGKA LOGAM BERUJUNG BEBAS RAHANG BAWAH

Lisda Damayanti, Kartissa Pangesti

161-171

STUDI PENDAHULUAN PREVALENSI KELAINAN GIGI DAN LESI

MULUT PADA ANAK SEKOLAH DASAR ALAM PELOPOR

BANDUNG

Indah Suasani Wahyuni, Wahyu Hidayat, Nanan Nuraeny, Prima

Andisetyanto, Yuliawati Zenab

172-180

ASPEK HUKUM PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED

CONSENT) DALAM PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI

Anggra Yudha Ramadianto

181-189

BERBAGAI INDEKS PENILAIAN STATUS KESEHATAN RONGGA

MULUT

Fidya Meditia Putri

190-193

GAMBARAN PERILAKU PASIEN DALAM MERAWAT GIGI

TIRUAN LANDASAN AKRILIK DI RSGM UNPAD

Carla Inggrita, Deddy Firman, Taufik Sumarsongko

194-202

PENATALAKSANAAN KASUS DISC DISPLACEMENT WITH

REDUCTION SENDI TEMPOROMANDIBULA DENGAN

INTERMITTEN LOCKING

Silvani Sona, Rasmi Rikmasari

203-211

PENGARUH SIWAK TERHADAP KESEHATAN RONGGA MULUT

Hamdatun Rakhmania, Agam Ferry, Riani Setiadhi

212-219

Page 4: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

iii

PENCEGAHAN DAN TATALAKSANA MUKOSITIS ORAL AKIBAT

EFEK SAMPING RADIOTERAPI

Rita Wardhani, Agam Ferry, Tenny Setiani Dewi

220-229

TATALAKSANA LESI ORAL PADA ANAK LAKI-LAKI USIA 9

TAHUN

Fatima Siti Maulidya Bachrudin, Aisyah Putri Rezeki, Wahyu Hidayat,

Prima Andisetyanto, Yuliawati Zenab, Indah Suasani Wahyuni

230-239

PERAWATAN ORAL LICHEN PLANUS PADA PASIEN DENGAN

DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI

Wahyu Hidayat, Nanan Nur’aeny, Indah Suasani Wahyuni

240-244

TATALAKSANA INFEKSI HERPES ZOSTER OROFASIAL

DISERTAI BELL’S PALSY DAN OTITIS MEDIA SUPURATIF

KRONIS

Ummi Pratiwi, Riani Setiadhi

245-254

MANIFESTASI DAN TATA LAKSANA LESI MULUT

TERKAIT DIABETES MELLITUS

Nanan Nur’aeny, Wahyu Hidayat, Indah Suasani Wahyuni

255-264

PERLEKATAN KEMBALI FRAGMEN FRAKTUR GIGI ANTERIOR

SECARA ADHESIF (ADHESIVE REATTACHMENT)

Zuleika, Irmaleny Satifil

265-275

RESTORASI KOMPOSIT DIREK GIGI MOLAR PERTAMA BAWAH

KANAN MENGGUNAKAN STAMP TECHNIQUE DENGAN CLEAR

MATRIX

Erawita Agradaria Sapuherni, Rahmi Alma Farah Adang

276-283

PENATALAKSANAAN KASUS LESI ABFRAKSI PADA GIGI

ANTERIOR

Nana Nurjanah, Milly Armilia

284-288

REPOSISI GIGI INSISIVUS ATAS KANAN AKIBAT TRAUMA

PADA PASIEN USIA 14 TAHUN

Wening Prabandari, Irmaleny Satifil

289-296

RESTORASI ONLAY RESIN KOMPOSIT PASCA PERAWATAN

SALURAN AKAR PADA GIGI MOLAR KEDUA RAHANG BAWAH

Yully Dhamayanti, Hendra Dian Adhita Dharsono

297-303

RESTORASI KLAS I KOMPOSIT DIREK PADA GIGI MOLAR

KEDUA BAWAH DENGAN MENGGUNAKAN MICROBRUSH

STAMP TECHNIQUE

Sally Yumanta, Hendra Dian Adhita Dharsono

304-308

PENYEMBUHAN LESI PERIAPIKAL YANG MELUAS PADA GIGI

GERAHAM BAWAH KANAN DENGAN PERAWATAN SALURAN

AKAR KONVENSIONAL

Mirza Aryanto

309-314

Page 5: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

iv

ALL ABOUT BLEACHING

Irmaleny Satifil

315-324

RESTORASI KOMPOSIT DIREK PADA FRAKTUR MAHKOTA

KELAS IV DENGAN TEKNIK LAYERING MENGGUNAKAN

MATRIKS PALATAL

Raissa Indiwina, Rahmi Alma Farah Adang

325-332

REHABILITASI ESTETIK PADA EMPAT GIGI ANTERIOR

RAHANG ATAS DENGAN

RESTORASI DIREK KOMPOSIT

Anna Muryani, Diani Prisinda

333-341

PERIODONTALLY ACCELERATED OSTEOGENIC ORTHODONTIC

(PAOO): TEKNIK PEMBEDAHAN PERIODONTAL UNTUK

MEMPERCEPAT PERGERAKAN GIGI PADA PERAWATAN

ORTODONTIK

Chandra Andi Bawono, Prajna Metta, Ira Komara

342-351

DETEKSI DINI KANKER PADA GINGIVA

Sulistiawati, Agus Susanto

352-359

DETEKSI LESI KANDIDIASIS ORAL PADA PASIEN USIA LANJUT

DENGAN KOMPLIKASI SISTEMIK

Aulia Hardianti, Rizki Agustina, Milda Ernawati, Aisyah Putri Rezeki,

Fitria Mailiza, Nanan Nur’aeny, Irna Sufiawati

360-368

GAMBARAN NILAI AMBANG KECAP RASA MANIS DAN KADAR

GLUKOSA DARAH PADA WANITA MENOPAUSE

Pelangi Yumita Sari Parlinto , Sri Tjahajawati, Nani Murniati

369-375

PIGMENTASI ORAL PADA PASIEN HIV/AIDS

Akhyar Dyni Zakyah, Selvi Anggun Septialinisa, Ardena Maulidia

Hamdani, Wahyu Hidayat, Nanan Nur’aeny

376-382

HERPES ASSOCIATED ERYTHEMA MULTIFORME (HAEM)

Ina Sarah Addawiah, Putu Evia F, Restya Fabria R, Ummi Pratiwi,

Nanan Nur’aeny, Irna Sufiawati

383-391

KETINGGIAN TULANG ALVEOLAR PENDERITA

TUBERKULOSIS MELALUI RADIOGRAFI PANORAMIK

Astrid Widhowaty S, R Nurianingsih, Lusi Epsilawati

392-399

DESKRIPSI KETINGGIAN TULANG KORTIKAL MANDIBULA

PADA PENDERITA TUBERKULOSIS MENGGUNAKAN

PANORAMIK RADIOGRAFI

Diandra Amalia Suyudi, Ria Noerianingsih, Lusi Epsilawati

400-405

ULASAN OSTEOMIELITIS PADA RAHANG MELALUI METODE

ZURICH

Lusi Epsilawati, Hendra Polii, Muhammad Sutria Haris

406-414

Page 6: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

v

DESKRIPSI POLA TRABEKULA TULANG MANDIBULA PADA

PENDERITA TUBERCULOSIS MENGGUNAKAN RADIOGRAFI

PANORAMIK

Nadhira Cindy, Azhari, Lusi Epsilawati

415-422

EVALUASI KEBERHASILAN PERAWATAN MAHKOTA PASAK

SECARA RADIOGRAFI PERIAPIKAL

Deddy Firman, Ria Noerianingsih Firman

423-432

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGALAMAN

KARIES ANAK PADA SISWA TK A DI KECAMATAN SUKASARI

Aqmarina Prallia Minasita, Anne Agustina Suwargiani, Sri Susilawati

433-440

KEPUASAN PASIEN PESERTA JAMINAN KESEHATAN

NASIONAL BUKAN PENERIMA BANTUAN IURAN DI

PELAYANAN PRIMER POLI GIGI PUSKESMAS PUTER DAN

PUSKESMAS BANJARAN NAMBO

Mukhammad Andyka Fitrianto Samodra Putra, Anne Agustina

Suwargiani, Asty Samiaty Setiawan

441-450

BERBAGAI TEKNIK PREPARASI PADA GIGI SULUNG

Faizal Hasan, Meirina Gartika

451-458

PERBEDAAN SUDUT KONDILUS PASIEN MALOKLUSI KELAS I

DAN II SKELETAL DENGAN MENGGUNAKAN RADIOGRAFI

SEFALOMETRI

Gilang A. Suwandi, Belly Sam, Farina Pramanik

459-467

DESKRIPSI POSISI IMPAKSI GIGI MOLAR KETIGA TERHADAP

KANALIS MANDIBULA MELALUI RADIOGRAF PANORAMIK

DIGITAL

Carabella Dewi Sarindra Hutajulu, Ria N. Firman, Farina Pramanik

468-475

GAMBARAN UKURAN SINUS MAKSILARIS BERDASARKAN

JENIS KELAMIN DAN USIA PADA RADIOGRAF PANORAMIK

Annisa Cahyani, Azhari, Farina Pramanik

476-483

GAMBARAN DENSITAS TULANG ALVEOLAR KERANGKA

MANUSIA PAWON MENGGUNAKAN RADIOGRAF CBCT 3D

Moch. Iqbal Fauzan, Suhardjo Sitam, Farina Pramanik

484-489

DEPIGMENTASI GINGIVA PADA PASIEN SMOKER’S MELANOSIS

Widia Hafsyah Sumarlina Ritonga, Indra Mustika 490-495

Page 7: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 459

PERBEDAAN SUDUT KONDILUS PASIEN MALOKLUSI KELAS I DAN II

SKELETAL DENGAN MENGGUNAKAN RADIOGRAFI SEFALOMETRI

Gilang A. Suwandi*, Belly Sam**, Farina Pramanik**

*Mahasiswa PPDG Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran **Staf Pengajar Departemen Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Sudut kondilus adalah sudut yang tercipta dari posisi kondilus terhadap eminensia

artikularis. Perbedaan sudut kondilus salah satunya dapat diakibatkan oleh

maloklusi skeletal akibat perubahan morfologi atau posisi pada kondilus maupun

pada anatomi dentokraniofasial . Pemeriksaan radiografi diperlukan dalam

menentukan maloklusi skeletal dan dalam pengukuran sudut kondilus. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui perbedaan sudut kondilus menggunakan radiograf

sefalometri digital di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran

berdasarkan maloklusi skeletal kelas I dan kelas II. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif analitik dengan pengambilan data dari radiograf sefalometri

digital di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Padjadjaran

periode 2013-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata sudut kondilus

pada pasien maloklusi kelas I skeletal sebesar 33,433°, sedangkan pada pasien

maloklusi kelas II skeletal sebesar 29,533°. Simpulan penelitian ini adalah secara

deskriptif terdapat perbedaan sudut kondilus yang signifikan pada pasien maloklusi

kelas I dan kelas II skeletal, yaitu rata-rata sudut kelas I lebih mendekati rata-rata

sudut normal orang Indonesia.

Kata kunci : Sudut kondilus, maloklusi, sefalometri

ABSTRACT

Condylar angle is the angle created by the position of the condyle against the

articular eminence. Condylar angle difference can be caused by skeletal

malocclusion due to changes in the morphology or position of the condyle and the

anatomy of dentocraniofacial. Radiographic examination is necessary to determine

skeletal malocclusion and for measurement of the condylar angle. This study aims

to determine the angular difference in the condylar using digital cephalometric

radiograph in RSGM Unpad based on class I and class II skeletal malocclusion.

This research used descriptive analytic method with collecting data from digital

cephalometric radiographs in Radiology RSGM Unpad period of 2013-2014. The

results showed that the mean angle of the condylar in patients with class I skeletal

malocclusion at 33.433 °, while in patients with class II skeletal malocclusion at

29.533 °. The conclusions of this research descriptively are there is a significant

difference in condylar angle on patients with class I and class II skeletal

malocclusion, which is mean angle of the class I is closer to the mean angle of

normal Indonesian people.

Keywords : Condylar angle, malocclusion, cephalometric

Page 8: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 460

PENDAHULUAN

Sudut kondilus, disebut juga sebagai Angle of Condylar Guidance1, penting

dalam menjaga fungsi dari sendi temporomandibula2, karena sudut kondilus

menentukan jalur pergerakan dan derajat rotasi dari kondilus3,4. Pada saat berbicara,

mastikasi atau melakukan aktifitas fungsional lainnya, sudut kondilus berperan

dalam menentukan pergerakan kondilus pada eminensia artikularis saat mandibula

bergerak ke arah lateral maupun protrusif.

Perbedaan sudut kondilus dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya

seperti maloklusi, kehilangan gigi posterior lebih dari 5 gigi, overhang restorasi,

lalu trauma baik makro trauma atau pun mikro trauma, stress emosional seperti

depresi dan gelisah, dan aktivitas parafungsional seperti mengunyah satu sisi,

grinding, atau clenching5. Weinberg menemukan bahwa 90% pasien dengan

temporomandibular disorder mengalami perubahan posisi pada kondilus6.

Mandibula dan temporomandibular joint berbeda pada orang dengan

beragam morfologi dentofasial, seperti pada orang dengan maloklusi skeletal7.

Prevalensi maloklusi di Indonesia adalah sebesar 80% dan maloklusi merupakan

masalah kesehatan gigi dan mulut terbesar ketiga setelah karies dan penyakit

periodontal8. Maloklusi menjadi salah satu penyebab adanya perubahan pada sudut

kondilus. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyebaran tekanan

pada kondilus saat mastikasi9. Pasien dengan maloklusi, pada setiap pergerakan

rahang yang terjadi dapat menyebabkan stress pada otot dan saraf yang berada di

sekitar temporomandibular joint. Stress pada otot dan saraf tersebut menyebabkan

adanya perubahan pada diskus sehingga terjadi perubahan pada kondilus baik dari

posisi maupun morfologi. Perubahan posisi kondilus tersebut dapat merubah sudut

kondilus menjadi curam yang menyebabkan gigi kontak prematur saat rahang

melakukan relasi sentrik maupun eksentrik. Pada orang Indonesia dengan sendi

temporomandibular yang normal dan sehat, sudut kondilus berada pada 32º±3º.

Perubahan sudut inklinasi kondilus ini dapat menyebabkan bunyi sendi yang

diakibatkan dari bergesernya diskus artikularis ke anterior, rasa sakit daerah

temporomandibular joint, keterbatasan pergerakan mandibula dan terganggunya

aktivitas fungsional. Jika tidak ditangani, perubahan sudut kondilus ini

menyebabkan tidak tercapainya stabilitas posisi kondilus yang menjadi pemicu

terjadinya temporomandibular disorder yang lebih parah.

Pencitraan radiograf dapat membantu dan memberikan data yang optimal

pada sudut kondilus1. Berbagai macam teknik radiograf dapat menampilkan

gambaran sudut kondilus seperti panoramik, sefalometri dan CBCT. Peneliti

memilih menggunakan teknik radiografi sefalometri karena memberikan tampilan

struktur anatomi dari temporomandibular joint dari aspek lateral sehingga terlihat

hubungan antara kondilus dengan eminensia artikularis, dimana kedua aspek

tersebut penting dalam penelitian ini, selain itu radiografi sefalometri lateral banyak

digunakan dalam penelitian untuk menganalisa perubahan dimensi vertikal dan

sagital terhadap maksila dan mandibula10.

Penelitian mengenai sudut kondilus pada pasien maloklusi kelas I dan kelas

II skeletal ini penting dilakukan karena dokter gigi perlu mengetahui komponen

fungsional dari wajah dengan bagian lain karena maloklusi merupakan interaksi

antara posisi rahang dan posisi gigi yang mempunyai efek langsung terhadap

Page 9: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 461

hubungan rahang. Selain itu, maloklusi merupakan salah satu faktor terjadinya

temporomandibular disorder. Sudut kondilus juga memiliki peran penting untuk

menentukan dataran oklusal dalam pembuatan gigi tiruan lengkap11.Penelitian

mengenai perbedaan sudut kondilus pada pasien maloklusi kelas I dan kelas II

skeletal ditinjau dari radiograf sefalometri dilakukan di Instalasi Radiologi RSGM

Unpad tahun 2013-2014.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran perbedaan

sudut kondilus pada pasien maloklusi kelas I dan kelas II skeletal ditinjau dari

radiograf sefalometri di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGM Unpad tahun

2013-2014.

BAHAN DAN METODE

Alat dan bahan dalam penelitian ini adalah : Arsip foto radiografi

sefalometri lateral, komputer, software EZ-Pax, alat tulis. Rangkaian tahapan

penelitian yang dilakukan adalah pemilihan foto radiografi sefalometri tahun 2013-

2014 yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Setelah itu operator memisahkan

foto radiografi pasien dengan maloklusi skeletal kelas I dan II menggunakan

analisis Steiner dan Wits.

SNA merupakan pengukuran pertama yang dilakukan dalam analisis

Steiner. SNA menunjukkan posisi anteroposterior pada hubungan maksila

terhadap basis kranial dengan nilai normal SNA 82°±2° (80°-84°). Bila SNA

di atas nilai normal menunjukkan maksila mengalami prognasi dan bila SNA

di bawah nilai normal menunjukkan maksila mengalami retrognati.

SNB menunjukkan relasi anteroposterior mandibula terhadap basis

kranial dengan nilai normal SNB 80° ±2° (78° - 82° ). Bila SNB di atas nilai

normal menunjukkan mandibula mengalami prognasi dan bila SNB di bawah

nilai normal mandibula mandibula retrognati,

ANB menunjukkan relasi anteroposterior langsung dari maksila dan

mandibula. Nilai ANB dapat diperoleh melalui pengukuran dan juga

pengurangan antara sudut SNA dan SNB.Nilai normal ANB yaitu 2° ±2°

(0°-4°). Bila ANB bernilai positif menunjukkan posisi maksila lebih ke

depan dari mandibular yang menunjukkan profil cembung. Sedangkan bila

nilai ANB negatif menunjukkan posisi maksila lebih ke belakang dari

mandibular yang menunjukkan profil cekung13.

Page 10: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 462

Pengukuran SNA, SNB dan ANB43

Setelah melakukan analisis Steiner, operator mengukur relasi

anteroposterior dari maksila dan mandibular dengan analisis Wits. Analisis ini

digunakan pada saat sudut ANB diragukan akibat faktor posisi nasion atau adanya

rotasi pada rahang. Pengukuran ini dilakukan dengan menarik garik tegak lurus dari

titik A dan titik B. Perbedaan jarak antara kedua titik tersebut menunjukkan relasi

anteroposterior dari maksila dan mandibular. Jarak normal antara kedua titik ini

yaitu 0 – 4mm dengan titik AO berada di depan titik BO. Jika titik AO berada lebih

depan dari titik BO dan berjarak lebih dari 4mm, hal ini menunjukkan maloklusi

skeletal kelas II, sedangkan pada maloklusi kelas III titik BO berada di depan titik

AO12.

Pengukuran Analisis Wits

Setelah mengukur dan memisahkan foto radiografi pasien dengan maloklusi

skeletal kelas I dan kelas II, operator mengukur sudut kondilus pasien dengan cara

membuat perpotongan garis A (garis yang ditarik dari titik tertinggi kepala kondilus

ke titik terbawah eminensia artikularis) dengan garis B (Frankfurt horizontal plane:

bidang lurus yang tercipta dari porion yaitu batas superior dari meatus akustikus

eksternal dengan orbitale yaitu batas superior pada orbital rim paling inferior).

Dikarenakan sefalometri ini merupakan gambar dua dimensi sehingga tidak

memungkinkan untuk membentuk sebuah bidang, maka FHP digantikan oleh “true

meridian 0º” atau garis meridian nol derajat.

Page 11: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 463

Pengukuran Sudut Kondilus

Jika hasil pengukuran linier (x) < 32º-3º atau (x) > 32º+3º maka telah terjadi

perubahan sudut kondilus, dan jika hasil pengukuran 32º-3º < (x) < 32º+3º , maka

sudut kondilus berada dalam posisi yang normal. Nilai sudut kondilus yang

diperoleh dicatat pada tabel selanjutnya dilakukan pengolahan data secara statistik.

HASIL

Penelitian dilakukan terhadap 30 foto radiografi sefalometri dengan

maloklusi skeletal kelas I dan 30 foto radiografi sefalometri dengan maloklusi

skeletal kelas II. Nilai rata-rata sudut kondilus pada maloklusi skeletal kelas I

didapat 33,433± 1,906 dan rata-rata sudut kondilus pada maloklusi skeletal kelas II

didapat 29,533±1,961. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang

bermakna sudut kondilus maloklusi kelas I dan kelas II skeletal, maka dilakukan

pengujian hipotesis dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari sudut kondilus pada pasien

maloklusi kelas I dan kelas II skeletal ditinjau dari radiograf sefalometri

lateral digital di Instalasi Radiologi RSGM UNPAD.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan dari sudut kondilus pada pasien

maloklusi kelas I dan kelas II skeletal ditinjau dari radiograf sefalometri

lateral digital di Instalasi Radiologi RSGM UNPAD.

Taraf signifikansi dengan (α) sebesar 0,05, dengan kriteria pengujian sebagai

berikut: - tolak H0 jika t-hitung > t-tabel,

- terima H0 jika t-hitung < t-tabel.

Hasil pengujian statistik di atas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel Perbandingan Sudut Kondilus Kelas I dan Kelas II

Hasil

Penelitian

Kelompok

Maloklusi

Kelas I

Skeletal

Maloklusi

Kelas II

Skeletal

Mean SD Mean SD

Sudut

Kondilus 33,433 1,906 29,533 1,961

Page 12: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 464

Tabel di atas menjelaskan perbandingan sudut kondilus kelas I dan kelas II

skeletal ditinjau dari radiograf sefalometri. Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai t-

hitung yag diperoleh sebesar 7,812. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai t-tabel

pada tabel distribusi t. Dengan α = 5%, df = 58, diperoleh nilai t-tabel ± 2,002. Dari

nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai t-hitung yang diperoleh (7,812), berada diluar

nilai t-tabel (-2,002 dan 2,002), sesuai dengan kriteria pengujian hipoteisis bahwa

H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan yang bermakna sudut

kondilus maloklusi kelas I dan kelas II skeletal ditinjau dari radiograf sefalometri di

Instalasi Radiologi RSGM UNPAD. (p-value < 0,05).

Tabel Rata-Rata Sudut Kondilus Berdasarkan Usia Pada Masing-Masing Kelompok

Usia

Kelompok

f Maloklusi Kelas

I Skeletal f

Maloklusi Kelas

II Skeletal

Group I

(< 20 tahun) 4 35° 15 29,86°

Group II

(21 - 30 tahun) 26 32,88° 12 29,54°

Group III

(> 30 tahun) - - 3 28°

Tabel dan gambar di atas menunjukkan rata-rata sudut kondilus berdasarkan

usia pada masing-masing kelompok. Dari tabel tersebut didapat hasil bahwa

terdapat penurunan besar sudut kondilus berawal dari group I sampai group II untuk

kelompok uji maloklusi kelas I skeletal dan dari group I sampai group III untuk

kelompok uji maloklusi kelas II skeletal.

PEMBAHASAN

Sudut kondilus bervariasi pada setiap orang. Menurut Soelarko, besar rata-

rata sudut kondilus orang Indonesia sebesar 32° yang diperoleh dari pengukuran

sefalometri pada 300 tengkorak. Ras Deutero-Malay memiliki rata-rata sudut

kondilus sebesar 38°±8,5°, sedangkan ras Kaukasoid 33°13,14,15,16,17,18. Pengukuran

Page 13: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 465

yang sama dilakukan pada populasi orang Kenya, dengan hasil rata-rata

22,55°±5,43°, sama dengan rata-rata pada populasi orang Brazil. Perbedaan sudut

ini disebabkan oleh keadaan anatomi yang berbeda pada setiap individu19.

Nilai rata-rata besar sudut kondilus pada pasien maloklusi skeletal kelas I

dan kelas II menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik. Hal ini

kemungkinan disebabkan karena Sampel maloklusi kelas I pada penelitian ini

memiliki sudut SNA, SNB, ANB dalam batas normal, sehingga sudut kondilus pada

pasien maloklusi kelas I mendekati rata-rata sudut kondilus normal pada orang

Indonesia. Keadaan ini diakibatkan tercapainya hubungan yang baik antara gigi

geligi, otot dan sendi temporomandibular sehingga tercapainya efisiensi mastikasi

yang baik20.

Variabel oklusal memengaruhi fungsi otot pengunyahan yang alami. Pasien

dengan overjet yang tinggi memfasilitasi kerusakan sendi yang dapat merubah

morfologi dari sendi temporomandibula, yang berhubungan dengan tekanan

biomekanik pada saat melakukan aktivitas oklusi5. Kondisi ini dapat diakibatkan

karena kurangnya stabilitas oklusi sehubungan dengan maloklusi tersebut.

Maloklusi skeletal memengaruhi pertumbuhan kartilago kondilus dan morfologi

rahang bawah21.

Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan Arnett, 2004, pada individu

dengan maloklusi skeletal kelas II ditemukan kondilus dengan ukuran yang lebih

kecil yang menyebabkan adanya perubahan oklusal, karena kondilus, fossa dan

kapsul dalam keadaan longgar22. Keadaan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan bahwa beberapa dari tipe maloklusi berhubungan dengan terjadinya

perubahan sudut kondilus salah satunya maloklusi kelas II23,24, sehingga terdapat

perbedaan yang bermakna terhadap sudut kondilus pada maloklusi kelas I dan kelas

II.

Terdapat penurunan rata-rata sudut kondilus berdasarkan usia pada group I,

II dan III. Hal ini terjadi karena adanya remodeling dari kondilus sebagai proses

fisiologis untuk beradaptasi dengan perubahan fisik pada gigi yang berhubungan

dengan aktivitas oklusi. Keadaan ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya

yang diukur melalui radiograf sefalometri, dengan rentang usia 20-50 tahun didapat

penurunan rata-rata sudut kondilus yang diakibatkan adanya flattening pada

kondilus, erosi pada area kondilus dan pertumbuhan tulang (osteophyte)20. Pada

group II dengan rentang usia 21-30 tahun didapat rata-rata sudut kondilus 32,88°,

mendekati rata-rata sudut kondilus orang Indonesia. Keadaan ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Katsavrias, 2002 bahwa inklinasi kondilus tercapai

90% pada usia 20 tahun dan inklinasi penuh dicapai pada usia 30 tahun3.

SIMPULAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna dari

sudut kondilus pada pasien maloklusi skeletal kelas I dan kelas II ditinjau dari

radiograf sefalometri di Instalasi Radiologi RSGM UNPAD.

Page 14: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 466

DAFTAR PUSTAKA

1. Prasad, KD.; Shah, N.; Hegde, C. 2012. A clinico-radiographic analysis of

sagittal condylar guidance determined by protrusive interocclusal registration

and panoramic radiographic images in humans. Contemp Clin Dent; 3 (4):

383-387. doi: 10.4103/0976-237X. 107419.

2. Wangai, L.; Mandela, P,; Butt, F. 2012. Horizontal angle of inclination of the

mandibularcondyle in a Kenyan population. Anatomy Journal of Africa 1(1):

46-49.

3. Katsavrias, E.G. 2002. Changes in articular eminence inclination during the

craniofacial growth period. Angle Orthodontist. 72(3):258-264.

4. Pandis, N.; Karpac, J.; Trevino, R.; Williams, B. 1991. A radiographic study of

condyle position at various depths of cut in dry skulls with axially correted

lateral tomograms. American Journal of Orthodontics and Dentofacial

Orthopedics. 100(2):116-122.

5. Basafa, M.; Shahabee, M. 2006. Prevalence of TMJ Disorders Among Students

and its Relation to Malocclusion. The Iranian Journal of Otorhinolaryngology.

6. Weinberg, L.A. 1972. Correlation of temporomandibular dysfunction with

radiographic findings. J Prosthet Dent : 28:519.

7. Katsavrias, E.G.; Halazonetis, D.J. 2005. Condyle and fossa shape in Class II

and Class III skeletal patterns: a morphometric tomographic study. Am J

Orthod Dentofac Orthop : 128:337–346.

8. Trasti, D.M. 2007. Hubungan Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut dengan

Status Maloklusi Kelas I pada Siswa SDN Cisauk Usia 9-12 Tahun. Jakarta :

Universitas Indonesia.

9. Ueki K, et al. 2008. Comparison of the stress direction on the TMJ in patients

with class I, II, and III skeletal relationships. Orthodontic and Craniofacial

Research : 11:43–50.

10. Ahlin, J.A.; George, E.W.; Anthi, T.; Marc, S. 2004. Maxillofacial

orthopedics: a clinical approach for the growing child. Chicago : Quintessence

Pub. Co.

11. Rosenstiel, S.F.; Martin, F.L.; Junhei, F. 2001. Contemporary Fixed

Prosthodontics. Michigan : Mosby.

12. Proffit, W.R., Henry, W.F., David, M.S. 2007. Contemporary Orthodontics.

St.Louis. Mosby.

13. Edwin, L.C.; Joseph, R.T. 1990. Temporomandibular Joint Imaging. St.Louis :

Mosby.

14. Zarb, B. 2002. Prosthodontics Treatment of Edentulous Patient. 12th ed. St.

Louis : Mosby Elsevier.

15. Wassel, R.; Naru, A.; Steele, J.; Nohl, F. 2008. Applied Occlusion. London :

Quintessence Publishing.

16. Melkers, MJ. 2005. Condylar Path Programming of Occlusal Instrumentation

: A Pilot Study of Condylar Path Recording Using Manual and Electronic

Methods. Chicago : The American Equilibration Society.

17. Soelarko, RM. 1979. Beberapa Pengukuran Cephalometrik Pada Tengkorak-

tengkorak Indonesia Sebagai Dasar bagi Norma-norma Prostethik Bangsa

Indonesia in Condylar Angle Differences between Dentolous and Edentolous

Page 15: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD 467

Subjects in Deutero-Malay. (AE Tondas, R Rikmasari, T Sumarsongko).

Journal of Dentistry Indonesia 2012.

18. Tondas, A.E.; Rasmi, R.; Taufik, S. 2012. Condylar angle differences between

dentulous and edentulous subjects in deutero-malay. Journal of Dentistry

Indonesia. Vol.19, No. 2, 37-42.

19. Sreelal, T.; Janardanan, K.; Amal, S.N.; Anjana, S.N. 2012. Age changes in

horizontal condylar angle: A clinical and cephalometric study. J Indian

Prosthodont Soc. 13(2): 108-112. doi: 10.1007/s13191-012.

20. Bishara, S.E. 2001. Textbook of Orthodontics. United States of

America.Saunders Company.

21. Saccuci, M.; Michele, D.; Daria, R.; Felice, F.; Antonella, P.; Simona, T. 2012.

Condylar volume and condylar area in class I, class II and class III young

adult subjects. Head&Face Medicine. 8:34.

22. Arnett, G; Mc.Laughlin, R. 2004. Facial and Dental Planning for

Orthodontists and Oral Surgeons. London: Elsevier: 6pp.

23. Beng, O.; Karen, D.; Richard, P.; Ann, K. 2004. Malocclusion and

Temporomandibular dysorder: a comparison of adolescents with moderate to

severe dysfunction with those without signs and symptoms of TMD and their

further developments to 30 years age. Angle Orthodontist, Vol. 74(3): 319-

327.

24. Mohammad, O.; Ibraheem, K. 2011. Temporomandibular dysfunction and

malocclusion in South Jordanian children and adolescents. Pakistan Oral and

Dental Journal, Vol. 31(2): 361-364.

Page 16: Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran Gigi ...media.unpad.ac.id/files/publikasi/2017/rpm_20170210111443_7476.pdf · PENGUKURAN KINERJA RUMAH SAKIT DITINJAU DARI ASPEK KEPUASAN

Prosiding Dies Natalis 57 Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Padjadjaran

Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Padjadjaran

Fakultas Kedokteran GigiUniversitas Padjadjaran