-
PROSIDINGSEMINAR NASIONAL DIES NATALIS KE 56
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Dasar
EDITOR:
Prof. Dr. Amir, M. PdDr. Farida Aryani, M.PdDr. Heryati Yatim,
M. Pd
Dr. Kartini Marsuki, M. PdDr. Ansar, M. Si
Muh. Ilham Bakhtiar, S.Pd. M.Pd
Gedung Teater Menara Phinisi UNMMakassar, 8-9 Juli 2017
-
PROSIDINGSEMINAR NASIONAL DIES NATALIS KE 56
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Hak Cipta @ 2017 Oleh Panitia Pelaksanan SemNas Diesnatalis 56
UNM
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Cetakan pertama: 2017
Diterbitkan oleh: Badan Penerbit UNM
TIM PROSIDING
Penasehat dan Penanggung Jawab
Prof. Dr. Husain Syam, MTDr. Abdullah Sinring, M.Pd
Narasumber
1. Prof. Intan Ahmad, Ph.D
(DirekturJenderalPembelajarandanKemahasiswaan,KementerianRiset,
TeknologidanPendidikanTinggi)
2. Prof. Arif Rachman, M.Pd (Dosen Universitas Negeri Jakarta)3.
RiriRiza (Sutradara, PenulisNaskahdanProduser)4. Drs. Ismunandar,
M.Pd (Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar)
EditorProf. Dr. Amir, M. Pd
Dr. Farida Aryani, M.PdDr. Heryati Yatim, M. Pd
Dr. Kartini Marsuki, M. PdDr. Ansar, M. Si
Muh. Ilham Bakhtiar, S.Pd. M.Pd
Desain Sampul dan Tata LetakNur Halim Ar, S. Pd., M. Pd
Diterbitkan Oleh:Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar
ISBN: .978-602-6883-76-6213 hlm, 29,7 cm
-
PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat danhidayahnya sehingga Prosiding Seminar Nasional
Dalam rangka Dies Natalis ke 56Universitsa Negeri Makassar telah
selesai.
Seminar Nasional Dalam rangka Dies Natalis ke 56 Universitsa
Negeri Makassar ini diselenggarakan oleh Panitia Dies Natalis
dengan tema “”Pendidikan Berkualitasmembangun daya saing bangsa
menuju keunggulan kompetitif”,”, pada tanggal 9 Juli2017 di Gedung
Teater Phinisi Lt. 3 UNM, yang diikuti oleh Guru, praktisi
pendidikan,Dosen, Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri
dan swasta di seluruh indonesia.
Prosiding ini memuat tentag hasil pemikiran dan hasil penelitian
yang telah diseminarkan dantelah dinilai dan memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan oleh tim penyunting dan editorprosiding.
Panitia menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
narasumber, pesertakonferda, Seminar Nasional serta editor yang
telah berkontribusi, baik dalampelaksanaanSeminar Nasional maupun
penerbitan prosiding ini. Semoga prosiding ini dapat bermanfaatdan
bisa dipakai sebagai rujukan atau referensi dalam melaksanakan Tri
Dharma PerguruanTinggi.
Ketua Panitia
-
DAFTAR PEMAKALAHSEMINAR NASIONAL DIESNATALIS KE 56 UNM
Makassar, 09 Juli 2017
1. Aplikasi Powtoon Sebagai Media Pembelajaran : Manfaat Dan
ProblematikanyaEviDeliviana
2. Hubungan Antara Self-Compassion Dengan Kesepian Pada
Mahasiswa Tahun Pertama DiSTT Blessing Indonesia
MakassarFebriola
3. Upaya Mengatasi Masalah Belajar Siswa (Remaja) Melalui
Layanan GuruBimbingan Dan Konseling Di Era MeaRenatha Ernawati
4. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
DalamMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
EkonomiMuhammad Rakib dan Hajar Dewantara
5. Analisis Penerapan Model Moody Dalam Pembelajaran Pemodelan
TeksEksemplungAndi Fatimah Yunus, Aswati Asri, dan Abdul Azis
6. Pengaruh motivasi terhadap regulasi diri dalam menghafal
Al-QuranKartini Ismalasari, Eva Meizara Puspita Dewi, Kurniati
Zainuddin
7. Pengaruh outcome expectancy terhadap persistensi aplikan
beasiswa LPDPTarmizi Thalib, Eva Meizara Puspita Dewi, & Muh.
Nur Hidayat Nurdin
8. Sistem Fonologi, Morfologi, Dan Sintaksi Bahasa TaeIdawati
Garim, Jusmianti Garing, Muh. Ridwan, Sakinah
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kosakata Bahasa Jerman
(Wortschatz)Berdasarkan Model Pembelajaran Teams-Games-Tournament
(Tgt)Misnawaty Usman, Abd. Kasim Achmad
10. Pengaruh Video Prakatikum Interaktif Terhadap Keterampilan
Laboratorium DanHasil Belajar Siswa Kelas Xi Sma Muhammadiyah 3
Tidore KepulauanNurfatimah Sugrah, St. HayatunNur Abu,
NurulAuliaRahman, Muhammad Danial,Muhammad Anwar
11. Pengaruh Strategi Pembelajaran ber-LKS induktif terhadap
hasil belajar siswaMAN Malakaji GowaGustina
12. Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis masalah yang
terintegrasi denganbudaya lokal bugis makassarErnawati
-
13. Analisis Implementasi Kurikulum 2013 Pada Satuan Pendidikan
KhususDwiyatmi Sulasminah, A. Mappincara
14. Pembelajaran Inovatif MataKuliahKonstruksi Bangunan Ii
Menggunakan ModelProjectBasedLearning Di Jurusan Pendidikan Teknik
Sipil Dan Perencanaan UnmOnesimus Sampebua
15. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Tugas Dalam
PeningkatanKemampuan Menulis Bahasa JermanMisnah Mannahali
16. Pengaruh Model Karir Marcia Terhadap Peningkatan
Keterampilan IdentifikasiStatus Identitas Vokasional Mahasiswa
Jurusan BK FIP UNMAkhmad Harum, Muhammad Ibrahim, Abdul Saman
17. Penggunaan Media Gambar Dalam Keterampilan Berbicara Bahasa
Jerman BagiSiswa SMA Negeri 8 MakassarWahyu Kurniati Asri
18. Mewujudkan Generasi Peduli Lingkungan Melalui Pembelajaran
EkonomiBerkarakter Eco-CultureRahmatullah,Inanna
19. Analisis Penggunaan Nomina Dari Segi Perilaku Sintaksis Pada
Teks AkademikPada Bagian PendahuluanMarhani
20. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Terpadu Berbasis
Budaya Damai UntukMengurangi Perilaku Bullying Untuk Anak Taman
Kanak-KanakParwoto
21. Analisis Struktur Dan Fungsi Retoris Teks
AkademikMahmudah
22. Pemanfaatan Lorong Garden Sebagai Sumber Dan Media
BelajarMuhammad Nur
23. Konsep Hypermedia Dalam Pembelajaran Berbasis WebSapto
Haryoko, Hendra Jaya,Saliruddin
24. Strategi Pemberdayaan Dan Keunggulan Bersaing Industri
KecilSitti Hajerah Hasyim, Muhammad Hasan
25.
PengaruhKecerdasanEmosionalTerhadapKedisiplinanMahasiswaFakultasPsikologiUNMAhmad,
Ahmad YasseMansyur,TarmiziThalib
-
26. Peningkatan keterampilan sosial anak usia dini Melalui
implementasi BeyondCentres And Circle Time (BCCT)Muhammad Akil
Musi
27. Analisis Studi Bentuk Format Bentuk Kemasan Pisang Ijo
Kuliner Khas KotaMakassarDian Cahyadi
28. Dinamika Sosio-Kultural Dalam Sejarah Emansipasi Pendidikan
Perempuan Sasak DiLombok TimurAndi Ima Kesuma, Lalu Murdi
29. Keefektifan Penerapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
mata pelajaranKorespondensi Kelas X Kompetensi Keahlian
Administrasi Perkantoran di SMKNegeri 1 MakassarSaid Saggaf, Rudi
Salam, Devi
30. Analisis Keragaman Genetik Bitti (Vites cofassus Reinw) di
BulukumbaSulawesi Selatandengan MikrosatelitAndis, Asrul, Asmawati,
Asti MayangPratiwi, Ramlah, Gusmiaty
31. Analisis Fungsi Adverbia Dari Segi Perilaku Sintaksis Pada
Teks AkademikTaufik Ismail, Miftahunnur, Nurul Hudayanti, Nurlina
Rosida, Mahmudin
32. Pendekatan Behavioral Rehearsal Solusi Mengatasi Kecemasan
SosialAbdul Saman, Farida Aryani, Muhammad Ilham Bakhtiar.
33. Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) Untuk
Meningkatkan Hasil BelajarSiswa Kelas V.B SD Inpres Unggulan
Todopuli Kecamatan Panakukang Kota MakassarLatri Aras
34. Suatu Analisis KebutuhanTerhadapBahan Ajar Bahasa Inggris
Untuk Kelas IV SDRohana
35. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Paired
Storytelling DalamKeterampilan Berbicara Bahasa Jerman Siswa SMA
Negeri 11 MakassarNurmingSaleh
36. Peran Strategis Buku Teks Dalam Pembentukan Karakter Peserta
DidikMuhammad Saleh dan Baharman
37. Membangun Jiwa Wirausaha Untuk Generasi Unggul Dan
KompetitifRudi Amir
38. Peran Pendidikan dalam membangun masyarakat Unggul dan
berkarakterAnsar
39. Full Day School dan Pengembangan Social Leaarning dalam
membentuk karakteranakKartini
-
40. Cycle Vibrate Alat Bantu Mengurangi Antrian di Restoran dan
Sebagai JasaCharger SmartphoneMutiara Mutmainna, Rini Puji Suriani,
Yoldis Hasrianti
41. Pembentukan Karakter Siswa MelaluiNur Halim AR, Sinta Nurul
Oktaviani K
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56Universitas Negeri Makassar,
Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun daya saing
bangsa menuju keunggulan kompetitif”
1
APLIKASI POWTOON SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN : MANFAAT
DANPROBLEMATIKANYA
Evi DelivianaFKIP Bimbingan dan Konseling, Universitas Kristen
Indonesia
Email: [email protected]
AbstrakPenulisan artikel ini terinspirasi oleh pesatnya
perkembangan teknologi yangmenghasilkan beragam aplikasi terhubung
internet. Ragam aplikasi tersebut potensialuntuk dimanfaatkan guru
sebagai media pembelajaran yang dapat menarik atensi siswa.Salah
satu aplikasi yang digunakan sebagai media pembelajaran adalah
aplikasi videoanimasi Powtoon. Aplikasi Powtoon merupakan perangkat
video animasi yangpenggunaannya cukup mudah dan dapat digunakan
oleh pengajar maupun siswa didikdalam memudahkan pembelajaran.
Melalui hasil pengkajian dengan menggunakanmetode studi literatur
yang bersumber pada: 1) abstrak hasil penelitian, 2) review
jurnal,dan 3) referensi buku yang terkait dengan aplikasi Powtoon
sebagai media pembelajaran,diketahui bahwa aplikasi Powtoon
memiliki beberapa manfaat yaitu : (a) pembelajaranmenjadi lebih
efektif, (b) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, (c)
dapatmeningkatkan motivasi belajar siswa, (d) meningkatkan
ketrampilan guru dalammengelola pembelajaran. Meskipun demikian,
aplikasi Powtoon juga memilikiketerbatasan seperti pembelajaran
menjadi bergantung pada ketersediaan dukungansarana teknologi
(komputer, internet) serta durasi yang singkat sehingga
penyampaianmateri menjadi terbatas.
Kata kunci : Powtoon, media pembelajaran, manfaat dan
problematika
PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan dunia teknologisaat ini telah menghasilkan
beragam aplikasiterhubung internet. Kemajuan teknologi
tersebutpatutlah diberdayakan guru untuk membantumewujudkan
keberhasilan kegiatan belajardalam dunia pendidikan. Hal ini
dikarenakanbahwa kemajuan dunia pendidikan tidakmungkin berjalan
tanpa bantuan dari teknologi.
Maswan & Muslimin (2017)mengatakan bahwa di dalam dunia
pendidikan,antara teknologi dan pendidikan ibarat dua sisimata uang
yang tidak dapat dipisahkan.Kemajuan teknologi dengan
berbagaikonsekuensi lainnya juga menuntut peranandunia pendidikan
yang lebih besar, khususnyaterhadap guru untuk menerapkan
teknik,metode, dan pendekatan yang bervariasi
dalammentransformasikan materi atau nilai-nilaikepada siswa
didik.
Jika pada masa kini disebut sebagai eradigital yang terkoneksi
dengan kemajuanteknologi, ditandai dengan semakin
bergantungnya dunia pendidikan kepadateknologi dalam
memperlancar pembelajaran,maka guru perlu untuk
mengintegrasikanketerampilannya dalam mengelola pembelajarandi
kelas dengan memanfaatkan kemajuanteknologi tersebut untuk
dijadikan alat ataumedia dalam pembelajaran. Pembelajaranbersifat
monoton dan konvensional yangberpusat pada guru (teacher centered
learning)sehingga siswa didik lebih banyakmendengarkan teks yang
dibacakan oleh guru,tentu menjadi pembelajaran yang
haruslahdihindari. Salah satu cara untuk menghindaripembelajaran
yang bersifat monoton dankonvensional adalah dengan
memanfaatkanhasil kemajuan teknologi untuk menjadi
mediapembelajaran yang menarik.
Dari berbagai hasil kemajuan teknologi,aplikasi video animasi
merupakan satu contohkeberhasilan teknologi yang dapat
dimanfaatkansebagai media pembelajaran yang menarik dandapat
mempermudah penyampaian materisehingga siswa didik menjadi lebih
cepatmenerima materi pelajaran. Video animasi dapatmembantu guru
untuk memvisualisasikan materi
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 2Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
atau konsep pelajaran yang abstrak. Terlebihkarena proses
pembelajaran menurut Junal(2016) adalah juga proses komunikasi
yangseringkali dalam prosesnya terjadi kegagalankomunikasi. Maksud
dari pernyataan tersebutadalah materi pelajaran atau pesan
yangdisampaikan guru tidak dapat diterima olehsiswa dengan optimal
atau bahkan siswa dapatmelakukan kesalahan persepsi ketika
berusahamenangkap isi pesan yang disampaikan guru.
Anita (2016) mengatakan bahwa mediavideo animasi dapat
menghindarkan salahpengertian pada proses belajar tersebut
sehinggasiswa didik dapat sepenuhnya menerima danmemahami materi,
pikiran, dan pesan yang telahdirancang guru. Sudrajat (2010)
jugamemaparkan bahwa media video animasimerupakan penggabungan
unsur media lainseperti audio, teks, video, image, grafik, dansuara
sehingga dapat mengakomodasi gayabelajar siswa yang mungkin
memiliki tipevisual, auditori, maupun kinestetik. Videoanimasi jika
digunakan sebagai mediapembelajaran akan menghindarkan siswa
didikdari rasa bosan dan kelelahan disebabkan karenapenjelasan guru
yang sukar dicerna dandipahami. Kebosanan dan kelelahan pada
siswadidik seringkali berawal dari penjelasan guruyang tidak fokus
pada akar masalah. Untukmenghindari semua itu, maka guru
dapatmenyusun strategi pembelajaran denganmemanfaatkan media video
animasi sebagai alatbantu pembelajaran.
Sukiyasa & Sukoco (2013) menjelaskanmateri pelajaran yang
dibuat visualisasi kedalam bentuk gambar animasi juga lebihbermakna
dan menarik, lebih mudah diterima,dipahami, dan lebih dapat
memotivasi siswadidik. Sedangkan Lee & Owens (2004)berpendapat
bahwa penggunaan animasi danefek khusus sangat bagus dan efektif
untukmenarik perhatian peserta didik dalam situasipembelajaran dari
awal hingga akhir prosespembelajaran.
Merujuk beberapa pendapat tersebut,tampak bahwa keberadaan media
pembelajaranvideo animasi memiliki manfaat yang berartisehingga
patut dipertimbangkan untukdimanfaatkan guru sebagai media
pembelajaranagar siswa didik lebih mudah dalam menangkapdan
memahami setiap materi atau sumber-sumber belajar yang
tersedia.
Dalam 2 tahun terakhir, salah satuaplikasi video animasi yang
telah dikenal dalamdunia pendidikan dan mulai sering
digunakansebagai media pembelajaran adalah aplikasiPowtoon.
Aplikasi Powtoon merupakan aplikasiterhubung internet atau web apps
online yangdapat menyajikan presentasi atau paparanmateri.
Tampilannya berupa video yang berisiberbagai animasi-animasi yang
dapat menarikatensi siswa didik. Kholilurrohmi (2017)menjelaskan
bahwa aplikasi ini dapat diaksesoleh siapapun termasuk guru maupun
siswadidik dan cara pembuatan video animasiterbilang cukup mudah
karena fitur yangtersedia cukup lengkap seperti animasi
tulisantangan, animasi kartun, dan efek transisi yanglebih hidup
serta pengaturan time line yangsangat mudah. Hampir semua fitur
dapat diaksesdalam satu layar dan dapat digunakan dalamproses
pembuatan sebuah presentasi ataupaparan. Hal inilah yang membuat
aplikasiPowtoon menjadi semakin sering digunakandalam dunia
pendidikan.
MANFAAT POWTOON SEBAGAIMEDIA PEMBELAJARAN
Penulis menggunakan metode studiliteratur terhadap beberapa
abstrak penelitian,jurnal, serta buku-buku yang terkait dengantopik
pembahasan. Hal yang pertama kali inginpenulis bahas adalah media
pembelajaran.
Sebagai usaha membangun danmemperjelas proses pendidikan yang
mampumenghasilkan SDM yang berkualitas, sekolahsebagai lembaga
pendidikan perlu membangunproses kegiatan pembelajaran
(instruksional).Maswan & Muslimin (2017) menyarankan agarproses
pembelajaran mencapai hasil yangdiinginkan, maka di dalam proses
penyampaianmateri dan sumber-sumber belajar perludiberikan sejelas
mungkin sehingga ditangkapdan diterima siswa didik dengan mudah
danjelas. Oleh karena hal tersebut, diperlukan alatbantu yang
disebut dengan media atau alatpembelajaran.
Menurut Robert Gagne (1979) mediapembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapatdigunakan untuk menyampaikan pesanpembelajaran.
Beberapa ahli pendidikanmengelompokkan media pembelajaran ke
dalambeberapa kategori, yaitu:1. Media Display seperti papan tulis,
bulletin
board, papan flannel, dan lain-lain.
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 3Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
2. Media Audio seperti kaset tape recorder,kaset VCD, kaset
MP3.
3. Media Audio Visual seperti video, filmgerak.
4. Media Visual yang diproyeksikan sepertiOHT/OHP, slide
presentasi, LCD, dan lain-lain.
Salah satu media audio visual yang saatini semakin sering
dipergunakan sebagai mediapembelajaran adalah aplikasi video
animasiPowtoon. Menurut Wikipedia, diketahui bahwaaplikasi Powtoon
pertama kali muncul padatahun 2012 dan semakin berkembang di
tahun2013 sampai dengan sekarang.
Adkhar (2016) menjelaskan bahwa salahsatu kelebihan dari Powtoon
adalah carapenggunaannya yang cukup mudah dan tidakmemerlukan
keterampilan khusus karenalangkah-langkah yang dilakukan tidak
berbedadengan memutar video biasa padakomputer/laptop, vcd player,
atau dvd playerpada umumnya. Selain itu, banyak pilihananimasi
menarik dan lucu yang sudah ada diaplikasi Powtoon sehingga
pengguna tidak perlulagi membuat animasi. Hasil akhir Powtoonberupa
video animasi cukup interaktif sehinggadapat menarik minat siswa
didik untukmemperhatikan tayangan tersebut.
Melalui hasil kajian terhadap jurnalpenelitian yang dilakukan
oleh Wisnarni,Erviyenni, dan Haryati (2016) diketahui pulabahwa
aplikasi video animasi Powtoondinyatakan valid sebagai media
pembelajarandan layak untuk digunakan. Powtoon dikatakanlayak
sebagai media pembelajaran karena telahmemenuhi keempat aspek media
pembelajaran,yaitu; (1) aspek perancangan, (2) aspekpedagogik, (3)
aspek isi, dan (4) aspekkemudahan penggunaan, yang keempat
aspektersebut mendapat nilai pada kategori baik.
Media video animasi Powtoon jugatampak telah memenuhi fungsi
dari sebuahmedia pembelajaran. Seperti yang dijelaskanNurseto
(2011) bahwa terdapat 5 fungsi mediapembelajaran yang harus
dipenuhi ketika gurumemilih sebuah media ajar. Kelima
fungsitersebut adalah:1. Sebagai sarana bantu untuk
mewujudkansituasi pembelajaran yang lebih efektif.2. Sebagai salah
satu komponen yang salingberhubungan dengan komponen lainnya
dalamrangka menciptakan situasi belajar yangdiharapkan.
3. Mempercepat proses belajar.4. Meningkatkan kualitas proses
belajar-mengajar.5. Mengkongkritkan yang abstrak sehinggadapat
mengurangi terjadinya penyakitverbalisme.
Melalui hasil kajian terhadap beberapapenelitian yang telah
dilakukan, tampak bahwakelima fungsi media pembelajaran
terdapatdalam aplikasi video animasi tersebut. Sepertimisalnya
Powtoon ternyata memiliki beberapamanfaat yang telah teruji.
Misalnya dalamPenelitian Tindakan Kelas (PTK) yangdilakukan oleh
Julianingrum, Muchsini, dan Adi(2015) memperoleh hasil bahwa
mediapembelajaran animasi Powtoon ternyata dapatmeningkatkan
prestasi belajar mata pelajaranakuntansi keuangan. Pada penelitian
lainnyayang dilakukan oleh Mahendra (2016),diperoleh hasil bahwa
penerapan aplikasi videoanimasi Powtoon dapat meningkatkan
minatbelajar siswa yang terlihat dari perilaku siswa,seperti: siswa
lebih aktif dalam memperhatikanpenjelasan guru, siswa lebih aktif
menggunakanmedia dan alat peraga, rasa ingin tahu dankeberanian
siswa untuk bertanya semakinmeningkat, serta minat untuk
mengerjakantugas-tugas yang meningkat. Manfaatpenggunaan aplikasi
Powtoon lainnya jugaterlihat dari hasil penelitian yang dilakukan
olehTrina (2016) bahwa media pembelajaranPowtoon membantu
meningkatkan ketuntasantugas individu maupun kelompok,
membantumeningkatkan kesesuaian aktivitas guru dansiswa didik,
meningkatkan ketrampilan gurudalam mengelola pembelajaran,
sertapembelajaran yang dilakukan menjadi lebihmenarik dan mudah
dipahami oleh siswa didik.Sedangkan pada penelitian yang dilakukan
olehKholilurrohmi (2017) hasilnya diketahui bahwamedia pembelajaran
Powtoon efektif digunakanuntuk meningkatkan prestasi belajar kimia
siswaSMA.
PROBLEMATIKA PENGGUNAANMEDIA PEMBELAJARAN POWTOON
Perkembangan teknologi yang pesat dansemakin bergantungnya
pendidikan terhadapteknologi dalam memperlancar
pembelajaranmenuntut guru sebagai fasilitator untukmengurangi
pembelajaran yang monoton dankonvensional dan menggantinya
denganpenggunaan media pembelajaran yang interaktif.
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 4Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
Salah satu tujuan media pembelajaran adalahselain dapat menarik
atensi siswa didik, dapatjuga mempermudah penyampaian
materipelajaran terutama pada materi yang abstraksehingga
menghindari kesalahan verbalisme.Media pembelajaran yang saat ini
diyakinimembuat pembelajaran menjadi efektif adalahmedia
pembelajaran video animasi yaituPowtoon. Penggunaannya yang mudah
denganfitur-fitur animasi menarik telah teruji dapatmeningkatkan
minat belajar siswa didik sertameningkatkan prestasi belajar. Oleh
karena itu,guru seyogyanya mampu aktif menggunakan,dan
mengembangkan media pembelajaran videoanimasi Powtoon agar dapat
membantumemperlancar proses pembelajaran sertameningkatkan minat
dan prestasi siswadidiknya.
Berdasarkan beberapa penelitian, mediapembelajaran Powtoon telah
teruji layak untukdijadikan media pembelajaran pada matapelajaran
eksak maupun sosial. Beberapapenelitian juga menguraikan
manfaat-manfaatdari penggunaan aplikasi Powtoon. Meskidemikian
terdapat beberapa problematika daripenggunaan aplikasi video
animasi tersebut.
Powtoon sebagai aplikasi video animasiberbasis online tentulah
membutuhkankeberadaan sarana teknologi seperti
internet.Ketergantungan aplikasi ini terhadap internetmemang
mutlak, sehingga jika guru inginmenggunakan aplikasi ini dalam
prosespembelajaran, ketersediaan internet harusmemadai. Selain itu,
dukungan sarana teknologilain seperti komputer atau laptop juga
mutlakdibutuhkan. Hal-hal ini dapat menjadiproblematika jika
sekolah tempat pelaksanaanproses pembelajaran kurang memiliki
saranateknologi yang memadai.
Selain kebergantungan pada saranateknologi, penggunaan Powtoon
sebagai mediapembelajaran memiliki kendala yang lain yaituberkaitan
dengan waktu. Dalammempersiapkannya, waktu yang dibutuhkanguru
untuk menyiapkan satu materi dari awalsampai tahap finalisasi
memang tidak sebentar.Oleh karena itu media ini memang
tidakdisarankan untuk digunakan guru sebagai tugasindividual siswa,
terutama jika waktu yangtersedia minim, karena presentasi dan
penjelasanvideo yang dibuat akan membutuhkan waktuyang lama. Jika
guru ingin memberikan tugasyang melibatkan media aplikasi
Powtoon
sebaiknya memang dikerjakan denganberkelompok. Kendala lainnya
yang juga masihberkaitan dengan waktu penggunaan adalahketerbatasan
durasi yang singkat sehingga untukmenjelaskan materi yang sangat
kompleksmembutuhkan pembuatan video yang tidakcukup 1 saja.
Walaupun penggunaan aplikasi videoanimasi Powtoon terbilang
sederhana dan tidakrumit, namun jika guru dan siswa
hendakmenggunakan media pembelajaran ini,setidaknya memerlukan
kemahiran penggunadalam mengoperasikan perangkat teknologiseperti
komputer/laptop dan juga internet.Kendala lainnya yang juga dapat
menghambatpenggunaan media pembelajaran Powtoonadalah biaya yang
juga diperlukan untukmengakses internet.
SIMPULANBerdasarkan hasil studi literatur yang
dilakukan penulis, dapat disimpulkan bahwaaplikasi video animasi
Powtoon layak untukdigunakan sebagai salah satu mediapembelajaran
yang interaktif. Melalui penelitian,telah diketahui juga sumbangsih
daripenggunaan Powtoon dalam prosespembelajaran yang dapat membuat
prosespembelajaran menjadi lebih efektif. Selain itu,media
pembelajaran ini dapat pula membantumemvisualisasikan konsep-konsep
pelajaranyang masih abstrak. Manfaat lainnya adalahpenggunaan media
pembelajaran Powtoon dapatmeningkatkan motivasi belajar, minat
belajar,serta prestasi belajar siswa didik.
Walaupun demikian, sekolah dan jugaguru perlu menyelesaikan
problematika yangmungkin muncul ketika hendak memilihmenggunakan
Powtoon sebagai mediapembelajaran. Beberapa kendala yang
perludiselesaikan adalah perlunya ketersediaan saranateknologi yang
lengkap agar dapat mengaksesPowtoon, seperti ketersediaan komputer
ataulaptop dengan spesikfikasi yang sesuai, sertaadanya fasilitas
internet yang memadai.
Jika hendak menggunakan Powtoonsebagai media pembelajaran, guru
maupunsiswa juga perlu meningkatkan ketrampilanpenggunaan perangkat
teknologi agar manfaatdari penggunaan Powtoon dapat tercapai
denganoptimal.
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 5Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
DAFTAR RUJUKAN
Anita, S. (2016). Pengembangan MediaPembelajaran Teks Anekdot
BerbasisAnimasi Pada Siswa Kelas X SekolahMenengah Kejuruan, Tesis.
Lampung:Program Magister Pendidikan BahasaIndonesia Univ. Bandar
Lampung.
Adkhar, B. I. (2016). Pengembangan MediaVideo Animasi
PembelajaranBerbasis Powtoon Pada Kelas 2 MataPelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam diSD Labschool UNNES. Skripsi.Semarang: Fakultas
Ilmu PendidikanUniv. Negeri Semarang.
Hamdayama, J. (2016). Metodologi Pengajaran.Jakarta: Bumi
Aksara.
Julianingrum, I. R., Muchsini, B., & Adi, W.(2015). Model
PembelajaranArtikulasi dengan Media AnimasiPowtoon Untuk
MeningkatkanPrestasi Belajar Mata PelajaranAkuntansi Keuangan.,
ProsidingSeminar Nasional PendidikanAkuntansi dan Keuangan.
Surakarta:Univ. Sebelas Maret.
Kholilurrohmi, I. (2017). Efektivitas PenerapanMedia
Pembelajaran Video PowtoonPada Mata Pembelajaran KimiaTerhadap
Motivasi dan PrestasiBelajar Peserta Didik Kelas XSemeseter 1 SMAN
1 Plere, Skripsi.Yogyakarta : Univ. NegeriYogyakarta.
Lee, W.W., & Owens, D. L. (2004).Multimedia-based
instruction design:computer-based-training, web-basedtraining,
distance broadcast training,performance-based solution. NewYork:
Pfeiffer.
Mahendra, M. (2016). Penerapan AnimasiPowtoon Sebagai
UpayaMeningkatkan Minat Belajar IPSPada Siswa Kelas IV Sekolah
DasarNegeri Kragilan 02 Sukoharjo TahunPelajaran 2015/2016.
Sukoharjo:Univet.
Maswan., & Muslimin, K. (2017). TeknologiPendidikan,
Penerapan Pembelajaranyang Sistematis. Yogyakarta:
PustakaPelajar.
Nurseto, T. (2011). Membuat MediaPembelajaran yang
Menarik.Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Univ.Negeri Yogyakarta.
Sudrajat. (2010). Media Animasi Pembelajaran.Jakarta: Rineka
Cipta.
Sukiyasa, K., & Sukoco. (2013). PengaruhMedia Animasi
Terhadap HasilBelajar dan Motivasi Belajar SiswaMateri Sistem
Kelistrikan Otomotif,Jurnal Pendidikan Vokasi.Yogyakarta : Univ.
NegeriYogyakarta.
Trina, Z. (2016). Penerapan Media AnimasiAudiovisual Menggunakan
SoftwarePowtoon Untuk Meningkatkan HasilBelajar IPS SMP Negeri 16
BandaAceh. Skripsi. Aceh: UniversitasSyiah Kuala Darrusalam.
Wisnarni, E., Erviyenni., & Haryati, S. (2016).The
Development of Learning MediaBased Powtoon on The Subject ofColloid
at SMA/MA. Riau: FakultasKeguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas
Riau.
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 6Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56Universitas Negeri Makassar,
Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun daya saing
bangsa menuju keunggulan kompetitif”
7
HUBUNGAN ANTARA SELF-COMPASSION DENGAN KESEPIAN PADAMAHASISWA
TAHUN PERTAMA DI STT BLESSING
INDONESIA MAKASSAR
FebriolaPsikologi, Universitas Negeri Makassar
Email:[email protected]
Abstrack: Loneliness is an unpleasant feeling and sadness of
being isolated and alone.The aim of this study is to determine the
relationship between self-compassion andloneliness of first year
students. This study used quantitative method. Total sampling
usedfor sampling technique. The participants were consisted of 35
first year students at STTBlessing Indonesia Makassar.
Self-compassion scale and the loneliness scale were used inthis
study, that have been validated by four professional judgment with
aiken’s Vcoefficient moved from 0,81 to 0,94. The reliability of
the scale was measured byCronbach alpha coefficient with a value
0.734 for self-compassion scale and 0,811 forloneliness scale. The
study was analyzed with spearman rhousing SPSS 20 for windows.The
result showed that there isa relationship between self-compassion
and loneliness offirst year studentsat STT Blessing Indonesia
Makassar, with r=0,485 and p=0.003 forsignificance value(p >
0.001). The result concluded that first year student with
higherself-compassion has lower loneliness.The implication of the
study is to maintain andimprove self-compassion of first year
student because an increase of self-compassion canresolve the
loneliness.
Keyword: self-compassion, loneliness, first year student
Abstrak: Kesepian adalah perasaan tidak menyenangkan dan sedih
karena merasaterkucilkan dan hidup seorang diri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubunganself-compassion dengan kesepian
pada mahasiswa tahun pertama. Penelitian inimenggunakan metode
kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalahteknik
total sampling. Sampel pada penelitian ini berjumlah 35 orang
mahasiswa tahunpertama STT Blessing Indonesia Makassar. Data
penelitian diperoleh denganmenggunakan skala self-compassion dan
skala kesepian, yang divalidasi oleh empatprofessional judgment
dengan koefisien aiken’s V bergerak antara 0,81 sampai
0,94.Reliabilitas skala diukur dengan koefisien alpha cronbach
dengan nilai 0,734 untuk skalaself-compassion dan 0,811 untuk skala
kesepian. Penelitian ini menggunakan teknikanalisis korelasi
spearman rho dengan bantuan SPSS 20 for Windows. Hasil
penelitianmenunjukkan bahwa nilai korelasi self-compassion dengan
kesepian sebesar -0,485dengan nilai signifikansi 0,003 (p< 0,01)
yang berarti bahwa ada hubungan antara self-compassion dengan
kesepian pada mahasiswa tahun pertama di STT Blessing
IndonesiaMakassar. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi self-compassion, makasemakin rendah kesepian pada mahasiswa
tahun pertama. Implikasi penelitian ini adalahuntuk mempertahankan
dan meningkatkan self-compassion padamahasiswa tahunpertama karena
peningkatan self-compassion dapat mengatasi kesepian yang
dirasakan.
Kata Kunci:Self-compassion, kesepian, mahasiswa tahun
pertama
PENDAHULUAN
Mahasiswa adalah individu yang sedangmenjalani pendidikan
ditingkat perguruan tinggidan memiliki julukan calon intelektual
dimasa
yang akan datang. Mahasiswa akan menghadapikeadaan memulai
kehidupan perguruan tinggiyang baru di tempat yang baru.
Oktaviana(2014) mengemukakan bahwa situasi baru diperguruan tinggi
akan memberikan perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan tersebut
lebih
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 8Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
sering dialami di tahun-tahun pertama menjadiseorang mahasiswa.
Hal ini terjadi karenamahasiswa tahun pertama menghadapi
situasibaru dari siswa senior di SMA menjadimahasiswa baru di
perguruan tinggi.
Santrock (2002) mengemukakan bahwamahasiswa seringkali tidak
dapat membawapopularitas dan kedudukan sosial pada masaSMA ke dalam
lingkungan kampus, sehinggadihadapkan pada tugas untuk
membangunhubungan sosial yang baru, terutama jikamemasuki kampus
yang jauh dari tempat tinggaldan keluarga yang dikenal sehingga
transisisosial ke perguruan tinggi pada tahun pertamamenjalani
perkuliahan adalah waktu dimanakesepian dapat terbentuk. Mahasiswa
yang tidakdapat membentuk hubungan sosial baru yangintim di
lingkungan yang baru sesuai dengankeinginan yang dimiliki akan
mengalamikesepian (Baron & Byrne, 2005). Cutrona(Sears,
Freedman & Peplau, 1985) melakukanpenelitian pada mahasiswa di
Los Angeles danhasil penelitian ini menunjukkan bahwasebanyak 75%
mahasiswa mengalami kesepiandi tahun pertama dibandingkan
tahun-tahunlainnya saat menjalani perkuliahan.
Baron dan Byrne (2005) mengemukakanbahwa kesepian adalah reaksi
emosional dankognitif individu terhadap kondisi dimanaindividu
hanya memiliki sedikit hubungan sosialdan hubungan tersebut tidak
memuaskan karenatidak sesuai dengan harapan. Kesepian munculkarena
individu merasa sulit untuk menerimareward dari hubungan sosial
yang dimiliki.Individu yang kesepian memiliki hasrat untukmembina
hubungan sosial yang akrab namuntidak dapat mencapai hubungan
tersebut.Russell(1996) mengemukakan bahwa kesepian terdiridari tiga
aspek, yaitu:a. Personality
Personality merupakan kepribadian dalamdiri individu yang
menentukan karakteristikperilaku dan pikiran individu. Individu
memilikikepercayaan yang kurang dan ditandai denganadanya perasaan
takut akan individu asing.b. Social desirability
Social desirability adalah keadaan individuyang memiliki
kejenuhan sehingga individumerasakan keinginan untuk dapat
membentukatau membangun kehidupan sosial yangdisenangi pada
kehidupan yang ada dilingkungannya.c. Depression
Depression adalah keadaan individu ketikamerasakan tekanan dalam
diri yang ditandai
dengan perasaan sedih, murung, tidakbersemangat dan merasa tidak
berharga.
Kirana (Sona, 2015) mengemukakan bahwaterdapat lima faktor yang
dapat mempengaruhikesepian pada individu, yaitu:a. Psychologycal
Problems
Masalah-masalah psikologis merupakanfaktor potensial yang dapat
mempengaruhiindividu mengalami kesepian. Masalah-masalahpsikologis
muncul karena individu merasa gagalmembangun hubungan sesuai dengan
yangdiharapkan dan kurangnya kemampuanintrapersonal yang dimiliki
oleh individu.Kemampuan intrapersonal dapat berupakemampuan
mengasihi diri untuk menerimakegagalan membina hubungan
sebagaipengalaman berharga yang dapat memotivasimeningkatkan
kualitas diri (self compassion),penghargaan diri yang tinggi (self
esteem), dankemampuan intrapersonal lainnya.b. Interpersonal
Problems
Individu yang memiliki masalah-masalahinterpersonal akan
menyebabkan timbulnya rasakesepian. Masalah-masalah interpersonal
dapatberupa peristiwa traumatis, kehilangan orang-orang terdekat
(kematian) dan memutuskanhubungan dengan individu lain
(berpisah).c. Social Shock
Masalah-masalah sosial dapatmempengaruhi timbulnya rasa
kesepian.Masalah sosial seringkali membawa dampaknegatif, terutama
bagi individu yang tinggal diperkotaan (urban society). Salah satu
contohmasalah sosial yang dapat menimbulkankesepian adalah
pengangguran.d. Culture Shock
Individu yang berpindah tempat dari daerahyang satu ke daerah
yang lain dapat mengalamikesepian karena adanya culture shock. Hal
initerjadi karena adanya perbedaan budaya dansuasana antara daerah
asal dan daerah tempattinggal yang baru.e. Cosmic Problems
Faktor ini dapat berupa eksistensial individu.Adanya perbedaan
antara eksistensial individuyang diharapkandengan realitas
kehidupan yangdijalani akan memengaruhi timbulnya kesepianpada diri
individu.
Mahasiswa tahun pertama adalah individuyang berada pada rentang
usia antara 17 hingga20 tahun. Sarwono (2013) mengemukakanbahwa
rentang usia tersebut masih termasukkelompok usia remaja, dimana
kelompok usiaini pada umumnya lebih sering mengalamikesepian
dibanding kelompok usia dewasa dan
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 9Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
lanjut usia.Survei kesepian yang dilakukan olehMental Health
Foundation di Inggris pada tahun2010 menunjukkan bahwa 24% dari
2.256individu merasakan kesepian, dimana subjekusia remaja lebih
merasakan kesepian dibandingsubjek usia lanjut (Hidayati, 2015).
Hal ini jugadidukung dengan penelitian yang dilakukan olehParlee
(Sears, Freedman, & Peplau, 1985) pada40.000 individu di
Amerika. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa 79% individu
yangkadang-kadang dan seringkali merasa kesepianadalah kelompok
usia remaja, dibandingindividu yang berusia 45 tahun hingga 55
tahunkeatas yang hanya memiliki persentase kesepiansebanyak
37%.
Remaja Indonesia juga tidak terlepas darimasalah kesepian.
Survei yang dilakukan olehBadan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatanpada 10.300 remaja di Indonesia menunjukkanbahwa sebanyak
650 remaja mengaku selalumerasa sendiri dan kesepian (Manafe,
2016).Peneliti juga melakukan studi pendahuluan pada20 remaja yang
berstatus mahasiswa tahunpertama di STT Blessing Indonesia di
Makassaryang dilakukan pada tanggal 10 Desember 2016.Hasil studi
pendahuluan ini menunjukkan bahwa4 dari 20 atau sebesar 20%
mahasiswamenyatakan sering mengalami kesepian, 14 dari20 atau
sebesar 70% mahasiswa menyatakankadang-kadang merasa kesepian, dan
hanya 2dari 20 atau sebesar 10% mahasiswa yang jarangmerasa
kesepian.
Mahasiswa tahun pertama yang mengalamikesepian cenderung untuk
menjadi lebihnegativistik, sibuk dengan diri sendiri, dankurang
responsif terhadap individu lain. Chery(Hidayati, 2015)
mengemukakan bahwakesepian menyebabkan individu yangmengalaminya
merasa kosong, merasa sendiri,dan merasa tidak diinginkan
meskipunsebenarnya individu tersebut tidak sendirian danberada pada
kondisi lingkungan yang ramai.Kesepian terjadi dalam diri individu
dan tidakdapat dideteksi hanya dengan melihat individutersebut
secara langsung (Sears, Freedman, &Peplau, 1985).
Anderson (Baron & Byrne, 2005)mengemukakan bahwa kesepian
cenderungdisertai dengan munculnya emosi-emosi negatifpada diri
individu yang mengalaminya. Emosi-emosi negatif tersebut dapat
berupa depresi,kesedihan, ketidakbahagiaan, pesimis, malu
danmenyalahkan diri sendiri. Weiss (Sears,Freedman, & Peplau,
1985) jugamengemukakan bahwa kesepian merupakan
salah satu bentuk emosi negatif yang timbulakibat ketidakpuasan
pada hubungan yangdibangun. Emosi-emosi negatif yang dirasakanoleh
mahasiswa tahun pertama tersebut harusdapat diatasi agar tidak
menjadi penghambatdalam meraih prestasi dan mengembangkan diriserta
menjalani kehidupan perkuliahan ditahun-tahun berikutnya dengan
baik.
Kirana (Sona, 2015) mengemukakan bahwasalah satu faktor yang
mempengaruhi kesepianyang dirasakan oleh mahasiswa tahun
pertamaadalah kurangnya kemampuan intrapersonalyang dimiliki. Salah
satu kemampuanintrapersonal dapat berupa kemampuanmengasihi diri
untuk menerima kegagalanmembina hubungan sebagai pengalamanberharga
yang dapat memotivasi meningkatkankualitas diri. Kemampuan ini
kemudian dikenaldengan istilah self-compassion (Neff, 2003a).
Neff (2003a) mengemukakan bahwa self-compassion adalah kemampuan
intrapersonalyang dimiliki oleh individu untuk terbuka,menerima dan
bangkit dari sebuah kegagalanyang dialami oleh diri sendiri.
Individu menjaditersentuh oleh penderitaan atau kegagalantersebut
dan menghasilkan keinginan untukdapat meringankan bahkan mengatasi
kegagalanyang dialami diri sendiri dengan sebuahkebaikan.
Self-compassion membuat individumampu melihat sebuah kegagalan
sebagaibagian dari pengalaman hidup yang manusiawisehingga tidak
menimbulkan sikap menghakimidiri sendiri.
Neff (2003a) mengemukakan bahwaterdapat enam aspek
self-compassion, yaitu:a. Self-kindness
Self-kindness merupakan aspek self-compassion yang mengacu
padakecenderungan untuk bersikap memahamidan mengakui bahwa
kelemahan diri,permasalahan, dan kesulitan hidup yangterjadi adalah
hal yang tidak dapatdipungkiri. Tidak semua hal yangdiinginkan
dapat diperoleh dalamkehidupan. Individu yang dapat
menerimakenyataan ini dengan kemurahan hati, akanmenghasilkan emosi
positif dari kebaikandan membantu mengatasi penderitaan yangdapat
timbul dalam bentuk stres,depresi, danmengkritik diri sendiri.b.
Self-judgement
Self-judgement adalah aspek self-compassion yang berkebalikan
dengan
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 10Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
aspek self-kindness. Aspek ini ditandaidengan adanya sikap
individu yang meliputi,permusuhan, rendah diri, dan kritik
terhadapdiri sendiri atas setiap kesulitan dankegagalan yang
dialami oleh individu.c. Common humanity
Common humanity merupakan aspekself-compassion yang mampu
melihattantangan kehidupan dari sudut pandangyang berbeda. Individu
cenderung akanmerasa bahwa individu lain jauh lebihsempurna dan
beruntung dibandingkandengan diri sendiri ketika mengalamikegagalan
sehingga muncul perasaan maludan berusaha untuk mengisolasi diri
sendiri.Aspek ini melihat bahwa kegagalan yangada justru merupakan
bagian dari prosesmenjadi manusia seutuhnya. Commonhumanitymenjadi
alternatif bagi individuuntuk terhindar dari rasa kesepian
danterisolasi dari lingkungan sekitar.d. Isolation
Isolation adalah aspek self-compassionyang berkebalikan aspek
common humanity.Aspek ini mendorong individu untukmenjauh dan
mengasingkan diri darilingkungan ketika individu merasakankesulitan
atau kegagalan. Hal ini terjadikarena individu merasa malu dan
merasahanya dirinya di dunia ini yang mengalamihal tersebut
sehingga individu menganggapbahwa dirinya harus
bertanggungjawabsendirian.e. Mindfulness
Mindfulness adalah aspekself-compassion yang dapat
menyeimbangkanpikiran ketika berada dalam kondisi yangmenekan atau
menimbulkan penderitaan.Mindfulness meliputi sikap tidakmenghakimi
diri sendiri dan mampumenerima pikiran dan perasaan terhadapsebuah
permasalahan diri sendiri apa adanyatanpa dilebih-lebihkan atau
dikurangi,sehingga individu mampu menghasilkanrespon yang
benar-benar objektif dan efektifterhadap permasalahan yang
dialami.f. Over-identification
Over-identification adalah aspek self-compassion yang
berkebalikan denganmidfulness. Aspek ini ditandai dengan
munculnya fokus individu yang berlebihanterhadap dampak negatif
dari setiappermasalahan yang dialami. Individu tidakmampu
menghasilkan respon yang efektifterhadap pikiran dan perasaan
ketikamengalami permasalahan sehingga individuhanya terfokus pada
dampak negatif yangakan diterima oleh diri individu.
Mahasiswa yang memiliki self-compassionyang tinggi akan mampu
bertahan, memahamidan menyadari makna dari sebuah kesulitanditahun
pertama menjalani perkuliahan sebagaihal yang positif. Neff (2003a)
jugamengemukakan bahwa individu yang memilikiself-compassion yang
tinggi akan memilikimotivasi yang kuat untuk menemukankesejahteraan
diri. Individu menjadi tidakmudah menyerah dan mengalami perubahan
dirike arah yang lebih positif. Sears, Freedman, danPeplau (1985)
mengemukakan bahwamahasiswa yang mampu memulai tahun pertamadengan
harapan yang positif akan berhasilmenciptakan hubungan yang akrab
denganteman baru, dan mampu menciptakan kehidupansosial yang baik
sehingga terhindar dari rasakesepian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuihubungan antara
self-compassion dengankesepian pada mahasiswa tahun pertama.Manfaat
yang dapat diperoleh dengandiadakannya penelitian ini adalah
memberikankontribusi pada pengembangan ilmupengetahuan dalam bidang
psikologi mengenaikeepian dan self-compassion. Hipotesis
padapenelitian ini adalah terdapat hubungan
antaraself-compassiondengan kesepian padamahasiswa tahun pertama di
STT BlessingIndonesia.
METODEMetode penelitian yang digunakan
menggunakan pendekatan kuantitatif. Subjekpenelitian adalah
remaja yang berstatusmahasiswa tahun pertama di STT
BlessingIndonesia Makassar. Jumlah populasimahasiswa tahun pertama
di sekolah tersebutberjumlah 35 orang, karena jumlah yang
terbatasmaka teknik pengambilan sampel yangdigunakan adalah total
sampling. Sugiyono(2014) mengemukakan bahwa teknik totalsampling
adalah teknik penentuan sampel yangmelibatkan seluruh jumlah
populasi dalampenelitian karena jumlah yangterbatas.Penentuan
sampel yang dimaksudkan
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 11Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswatahun pertama di
STT Blessing IndonesiaMakassar yang berjumlah 35 orang.
Variabel yang digunakan dalam penelitianini adalah
self-compassion sebagai variabelbebas dan kesepian sebagai variabel
terikat.Berikut merupakan definisi operasional keduavariabel:a.
Self-compassion adalah kemampuan
intrapersonal individu untuk menerima,mengasihi diri sendiri
dengan kebaikan,kepedulian dan perhatian, serta memahami
tanpamenghakimi bahwa setiap peristiwa kehidupanmerupakan bagian
dari pengalaman hidup yangmanusiawi.b. Kesepian adalah perasaan
individu yang
timbul sebagai reaksi emosional dan kognitifyang disebabkan oleh
ketidakmampuan individudalam membina hubungan sosial yang akrab
danmenyenangkan.
Metode pengumpulan data yang digunakanadalah skala
self-compassion yang merupakanadaptasi dari Self-Compassion Scale
yangdisusun oleh Neff (2003b) dan skala kesepianyang merupakan
adaptasi dari UCLA LonelinessScale (Version 3) yang disusun oleh
Russell(1996). Pada uji coba skala yang dilakukan olehpeneliti,
terdapat 14 aitem yang gugur dari total26 aitem skala
self-compassion dan terdapat 5aitem yang gugur dari total 20 aitem
pada skalakesepian.
Validitas alat ukur diperoleh dari skorAiken’s V yang bergerak
dari 0,88-094 untukskala self-compassion dan 0,81-0,94 untuk
skalakesepian. Hasil uji reliabilitas kedua skalamenunjukkan nilai
alpha cronbach sebesar0,734 untuk skala self-compassiondan
0,811untuk skala kesepian.
Uji hipotesis yang digunakan dalampenelitian ini untuk
mengetahui korelasi antaravariabel bebas dan variabel terikat
yaituhubungan antara self-compassion dengankesepian, maka hipotesis
diuji denganmenggunakan uji hipotesis nonparametrik, ujispearman
rho.
Analisis data untuk keseluruhan penelitianini dilakukan dengan
menggunakan bantuanprogram aplikasi SPSS (Statistical Package
forSocial Science) versi 20.00 for windows.
HASIL DAN PEMBAHASANSubjek dalam penelitian ini adalah
mahasiswa tahun pertama di STT BlessingIndonesia. Jumlah subjek
yang berpartisipasi
dalam penelitian ini adalah sebanyak 35mahasiswa. Berikut ini
adalah gambarandeskripsi subjek penelitian berdasarkan
jeniskelamin, usia, dan asal daerah:a. Deskripsi subjek berdasarkan
jenis kelamin
Tabel 1. Deskripsi Jenis Kelamin SubjekJenis
Kelaminf Persentase (%)
Laki-laki 7 20Perempuan 28 80
Total 35 100Berdasarkan data di atas dapat diketahui
bahwa dari 35 subjek penelitian, terdapat 7orang atau 20% subjek
berjenis kelamin laki-laki dan 28 orang atau 80% subjek
berjeniskelamin perempuan, sehingga dapat disimpulkanbahwa sebagian
besar subjek dalam penelitianini berjenis kelamin perempuan
denganpersentase sebesar 80%.b. Deskripsi subjek berdasarkan
usia
Tabel 2. Deskripsi Usia SubjekUsia f Persentase
(%)18 Tahun 6 17,1419 Tahun 8 22,8620 Tahun 21 60
Total 35 100Berdasarkan data di atas dapat diketahui
bahwa dari 35 subjek penelitian terdapat, 6orang atau 17,14%
subjek berusia 18 tahun, 8orang atau 22,86% subjek berusia 19
tahun, dan21 orang atau 60% subjek berusia 20 tahun,sehingga dapat
disimpulkan bahwa sebagianbesar subjek penelitian berusia 20 tahun
denganpersentase sebesar 60%.
Deskripsi data penelitian terdiri dari variabelbebas dan
variabel terikat yang diperolehmelalui kategorisasi variabel.
Kategorisasi yangdigunakan yaitu data hipotetik. Data
hipotetikadalah data yang diharapkan pada setiap skalayang diisi
oleh subjek penelitian. Deskripsi datapenelitian dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 3. Deskripsi Data Hipotetik Variabel
VariabelHipotetik
Min Max Mean SDSelf-Compassion 14 70 42 9,3
Kesepian 15 75 45 10a. Data Self-Compassion
Skala self-compassion terdiri dari 14 aitemdengan rentang skor 1
sampai dengan 5. Datahasil penelitian ini menunjukkan bahwa
mean
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 12Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
hipotetik variabel self-compassion adalah 42 danstandar deviasi
adalah 9,3. Data hasil penelitianini menunjukkan bahwa skor
terendah variabelself-compassion adalah 14 dan skor tertinggiadalah
70. Kategori self-compassion dapatdilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 4. Kategorisasi Skor Self-CompassionBatas
Kategori fPersentase
(%) Kategori
51,3 ≤ X 9 25,71 Tinggi32,7 ≤ X <
51,326 74,29 Sedang
X < 32,7 - - RendahTotal 35 100
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwaterdapat 9 orang atau
25,71% subjek memilikiself-compassion yang tinggi, 26 orang
atau74,29% subjek memiliki self-compassion yangsedang dan tidak ada
subjek yang memiliki self-compassion yang rendah. Hasil
kategorisasitersebut menunjukkan bahwa sebagian besarmahasiswa
tahun pertama di STT BlessingIndonesia Makassar yang menjadi
subjekpenelitian memiliki self-compassion yangsedang dengan
persentase sebesar 74,29%.b. Data Kesepian
Skala kesepianterdiri dari 15 aitem denganrentang skor 1 sampai
dengan 5. Data hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa meanhipotetik
variabel ini adalah 45 dan standardeviasi adalah 10. Data hasil
penelitian inimenunjukkan bahwa skor terendah adalah 15dan skor
tertinggi adalah 75. Kategori kesepiandapat dilihat pada tabel
berikut ini:Tabel5. Kategorisasi Skor Kesepian
BatasKategori f
Persentase(%) Kategori
55 ≤ X 2 5,70 Tinggi35 ≤ X <
5524 68,60 Sedang
X < 35 9 25,70 RendahTotal 35 100Data pada tabel di atas
menunjukkan bahwa
terdapat 2 orang atau 5,70% subjek memilikikesepian yang tinggi,
24 orang atau 68,60%subjek memiliki kesepian yang sedang dan 9orang
atau 25,70% subjek memiliki kesepianyang rendah. Hasil kategorisasi
tersebutmenunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswatahun pertama di
STT Blessing IndonesiaMakassar yang menjadi subjek
penelitianmemiliki kesepian yang sedang denganpersentase sebesar
68,60%.
Pengujian hipotesis pada penelitian inimenggunakan uji korelasi
spearman rho.Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapathubungan
antara self-compassion dengankesepian pada mahasiswa tahun pertama.
Hasiluji hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Hasil Uji HipotesisVariabel r p Keterangan
Self-Compassion&
Kesepian-0,485 0,003 Signifikan
Hasil analisis data penelitian yang dilakukanmenunjukkan bahwa
koefisien korelasi (r)sebesar -0,485 dan nilai signifikansi (p)
sebesar0,003. Kaidah yang digunakan adalah apabila p< 0,01, maka
hipotesis diterima. Hasil ujihipotesis dalam penelitian ini
menunjukkanbahwa terdapat hubungan negatif yangsignifikan antara
self-compassion& kesepianyang terlihat dari nilai signifikansi
(p) sebesar0,003 < 0,01. Koefisien korelasi (r) sebesar -0,485
menunjukkan keeratan hubungan yangberada pada tingkatan sedang.
Hasil analisis data menunjukkan bahwaterdapat hubungan negatif
antara self-compassion dengan kesepian pada mahasiswatahun pertama
di STT Blessing IndonesiaMakassar. Hasil penelitian sebelumnya
yangdilakukan oleh Akin (2010) pada 398mahasiswa di salah satu
universitas di Turkimengenai self-compassion dan kesepian.
Hasilpenelitian menunjukkan bahwa individu yangmemiliki
self-compassion yang tinggi akanmemiliki tingkat kesepian yang
rendah. Perasankesepian mahasiswa tahun pertama memilikikaitan
secara signifikan dengan self-compassion.
Peplau dan Perlman (1981) mengemukakanbahwa kesepian merupakan
perasaan tidakmenyenangkan yang dialami oleh individukarena
individu sulit atau bahkan gagalmembangun hubungan yang intim dan
akrabdengan individu lain dilingkungan sosial.Individu merasa
kurang memiliki hubungantimbal balik yang mendalam dan lebih
memilikisedikit interaksi sosial. Lake (Hidayati, 2015)mengemukakan
bahwa salah satu hal yang dapatmemengaruhi kesepian adalah
perpindahanindividu ke lokasi yang baru yang menyebabkanindividu
terpisah dari keluarga. Mahasiswatahun pertama mengalami kesepian
karenamengalami kondisi perpindahan ke tempat yangbaru dan bertemu
dengan individu yang baru.Mahasiswa mengalami kesulitan
membangun
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 13Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
hubungan sosial yang intim dan akrab denganlingkungan sosial
yang baru
Neff (2003b) mengemukakan bahwa self-compassion memiliki peran
yang sangat pentinguntuk dapat bersikap terbuka dan bangkit
darikesulitan yang dialami oleh diri sendiri dengansebuah kebaikan.
Leary, Tate, Adams, Allen,dan Hancock (2007) mengemukakan bahwa
self-compassion mampu menimbulkan reaksiemosional yang meliputi
penerimaan akankegagalan atau kesulitan tanpa sikapmenghindar dan
berpikir negatif akan haltersebut. Self-compassion menimbulkan
reaksiemosional positif dalam diri individu yangberdampak positif
pada terciptanya hubungansosial yang harmonis di lingkungan
sosial.
Lyon (2015) juga menjelaskan dalampenelitiannya pada 198
mahasiswa di AmerikaSerikat tentang kesepian dan
self-compassion.Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwaself-compassion terbukti memiliki hubungannegatif dengan
kesepian pada mahasiswa.Crocker dan Canevello (Germer & Neff,
2013)mengemukakan bahwa mahasiswa tahunpertama yang memiliki
self-compassion yangbaik cenderung memberikan dukungan sosialdan
kepercayaan interpersonal yang baik padaindividu lain sesama
mahasiswa. Mahasiswatahun pertama juga akan cenderung terbukaakan
keadaan, merasa antusias, bersemangat danmemiliki rasa
kesejahteraan yang berdampakpada terciptanya hubungan sosial yang
baik,akrab dan harmonis.
SIMPULAN DAN SARANHasil penelitian dan uji hipotesis
variabel self-compassion dan kesepianmenunjukkan koefisien
korelasi (r) sebesar -0,485 dan signifikansi (p) sebesar 0,003 (p
<0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwaterdapat hubungan antara
self-compassiondengan kesepian padamahasiswa tahun pertama di STT
BlessingIndonesia Makassar. Penelitian inimenjelaskan bahwa
terdapat hubungannegatif pada kedua variabel. Semakin
tinggiself-compassionmaka semakin rendahkesepian pada mahasiswa
tahun pertama diSTT Blessing Indonesia Makassar.
Berdasarkan uraian kesimpulan di atas,maka peneliti mengajukan
beberapa saransebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa tahun pertama di STTBlessing Indonesia
Makassar
Mahasiswa yang sedang menjalani tahunpertama hendaknya
meningkatkan self-compassion yang dapat memberikan dampakpada
berkurangnya kesepian dengan caramencari informasi mengenai
pelatihan-pelatihan meningkatkan self-compassion danmembaca serta
menggali berbagai literatur yangterkait dengan self-compassion.2.
Bagi pihak STT Blessing Indonesia
MakassarPihak STT Blessing Indonesia Makassarhendaknya lebih
mengarahkan serta memberipengetahuan dan bimbingan melalui
program-program akademik maupun non-akademikseperti, memberikan
pelatihan-pelatihan terkaitdengan peningkatan self-compassion
bagimahasiswa tahun pertama untuk dapatmengatasi masalah kesepian,
sehinggaberdampak positif baik bagi mahasiswamaupun kualitas STT
Blessing IndonesiaMakassar itu sendiri.3. Bagi Peneliti
Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapatmengkaji
faktor-faktor lain yang dapatberkontribusi terhadap kesepian
padamahasiswa tahun pertama, seperti faktorreligiousitas, budaya,
dan lain-lain. Penelitiselanjutnya juga diharapkan untuk
dapatmelakukan pelatihan yang dapat mengurangitingkat kesepian,
serta peneliti selanjutnya jugahendaknya memperhatikan jumlah
sampelpenelitian sehingga hasil penelitian menjadilebih
representatif.
DAFTAR RUJUKAN
Akin, A. (2010). Self-compassion andloneliness. International
Online Journalof Educational Sciences, 2(3), 702-718.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). PsikologiSosial (Edisi
Kesepuluh). Terjemahanoleh Dra. Ratna Djuwita, dkk.
Jakarta:Erlangga.
Germer, C. K., & Neff, K. D. (2013). Self-compassion in
clinical practice. Journal ofClinical Psychology: In Session,69(8),
1-12.
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 14Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
Hidayati, D. S. (2015). Self compassion danloneliness. Jurnal
Ilmiah PsikologiTerapan, 3(1), 154-164.
Leary, M. R., Tate, E. B., Adams, C. E., Allen,A. B., &
Hancock, J. (2007). Self-compassion and reactions to
unpleasantself-relevant events: The implications oftreating oneself
kindly. Journal ofPersonality and Social Psychology,
92(5),887-904.
Lyon, T. A. (2015). Self-compassion as apredictor of loneliness:
The relationshipbetween self-evaluation processes andperceptionsof
social connection. Theses.Southeastern University:
FireScholars.
Manafe, D. (2016). Survei: 650 Remaja SMP-SMA Punya
KeinginanBunuhDiri.Diaksestanggal11 November
2016padahttp://beritasatu.com/.
Neff, K. D. (2003a). Self-compassion: Analternative
conceptualization of a healthyatitude toward oneself. Self and
Identity,2, 85-101.
Neff, K. D.(2003b). The development andvalidation of a scale to
measure self-compassion. Self and Identity, 2, 223-250.
Oktaviana, R. (2014). Hubungan antaraketerbukaan diri dengan
kesepian padamahasiswa/i indekostdi Seberang ULU IIPalembang.
Jurnal Ilmiah PSYCHE, 8(2),134-142.
Peplau, L. A., & Perlman, D. (1981). Toward asocial
psychology of loneliness. In S.Duck, & R. Gilmour,
PersonalRelationship in Disorder (pp. 31-56).London: Academi
Press.
Russell, D. W. (1996). UCLA loneliness scale(version 3):
Reliability, validity, andfactor structure. Journal of
PersonalityAssessment, 66(1), 20-40.
Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development:Perkembangan Masa
Hidup (EdisiKelima). Terjemahan Achmad Chusairi &Juda Damanik.
Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S. W. (2013). Psikologi Remaja (EdisiRevisi). Jakarta:
Rajawali Pers.
Sears, D. O., Freedman, J. L., & Peplau, L. A.(1985).
Psikologi Sosial (Edisi Kelima).Terjemahan oleh Michael
Adryanto.Jakarta: Erlangga.
Sona, D. (2015). Mengidentifikasi kesepianpada anak pondok
pesantren denganmenggunakan children loneliness scale.Seminar
Psikologi & Kemanusiaan2015Psychology Forum Umm, 1(2),
85-88.
Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian.Bandung:
Alfabeta.
Yusuf, R. N. P. (2016). Hubungan harga diri dankesepian dengan
depresi pada remaja.Seminar ASEAN 2nd Psychology &Humanity
Psychology Forum Umm, 386-393.
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56Universitas Negeri Makassar,
Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun daya saing
bangsa menuju keunggulan kompetitif”
15
UPAYA MENGATASI MASALAHBELAJAR SISWA (REMAJA)MELALUI LAYANANGURU
BIMBINGAN DAN KONSELING DI ERA MEA
Renatha ErnawatiBimbingan dan Konseling, Universitas Kristen
Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstract. Open trade area of MEA region at the beginning end ni
give impapply. The NA isvery broad on psychosocial issues in
Indonesian children an adolescents. We certainly have aninterest in
the quality of Indonesian children so that later they can work and
have highcompetitiveness in other ASEAN member countries. Their
presence in this country will have asocial, moral and psychological
impact on Indonesian teenager. The main purpose ofcounseling is to
help the counselee to dare to face various challenges and realities
that must befaced. This purpose implies that the counselee must be
able to change from dependence on theenvironment of other to
believe in can do more to improve the meaningfulness of his
life.Individuals who have problems in general have not utilized
their full potential, but only takeadvantage of some of the
potential it has. Individuals have problems because there is
conflictbetween the power of “Top dog” and the existence of “under
dog”. Top do is a force thatrequires, demands, threats. Under Dog
is defensive, defensive, powerless, weak, passive,curious. Student
learning difficulties are shown by the existence of certain
obstacles to achievelearning outcomes, can be psychological,
sociological, and physiological so that ultimately canlead to
achievement of learning that he achieved under the proper. Your
first encounter withany class provides an opportunity for you to
create an easier academic year, or to take the firststep towards
destruction. Every teacher, especially BK teachers, is aware of the
feelings ofturmoil that are felt when guiding new students into the
room, aware that what is done in thefirst meeting will have a long
term impact.
Keywords: Youth, Teacher BK, Learning Problems, MEA
Abstrak. Perdagangan terbuka kawasan MEA di mulai berlaku akhir
2015 ini memberiimplilaksi yang sangat luas pada permasalahan
psikososial di kalangan anak-anak dan remajaIndonesia. Kita
tentunya berkepentingan dengan kualitas anak-anak Indonesia agar
nantinyamereka dapat bekerja dan berdaya saing tinggi di Negara
anggota ASEAN lainnya. Kehadiranmereka di negeri ini akan member
efek secara sosial, moral dan problem psikologis bagi anak-anak
remaja Indonesia. Tujuan utama konseling adalah membantu konseli
agar beranimenghadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan
yang harus dihadapi. Tujuan inimengandung makna bahwa konseli
haruslah dapat berubah dari ketergantungan terhadaplingkungan/orang
lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak
untukmeningkatkan kebermaknaan hidupnya. Individu yang bermasalah
pada umumnya belummemanfaatkan potensinya secara penuh, melainkan
baru memanfaatkan sebagian dari potensiyang dimilikinya. Individu
bermasalah karena terjadi pertentangan antara kekuatan “Top dog”dan
keberadaan “under dog”. Top dog adalah kekuatan yang mengharuskan,
menuntut,mengancam. Under Dog adalah keadaan defensive, membela
diri, tidak berdaya, lemah, pasif,ingin dimaklumi. Kesulitan
belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatantertentu
untuk mencapai hasil belajar, dapat bersifat psikologis,
sosiologis, maupun fisiologissehingga pada akhirnya dapat
menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada
dibawahsemestinya. Pertemuan pertama Anda dengan kelas manapun
memberikan kesempatan bagiAnda untuk menciptakan tahun ajaran yang
lebih mudah, atau untuk mengambil langkahpertama menuju kehancuran.
Setiap guru terutama guru BK mengetahu perasaan bergejolakyang
dirasakan ketika membimbing siswa-siswa baru masuk ke ruangan,
sadar bahwa apayang dilakukan di pertemuan pertama tersebut akan
memiliki dampak jangka panjang.
Kata Kunci:Remaja, Guru BK, Masalah Belajar, MEA
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 16Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
PENDAHULUANSebagai sebuah layanan professional,
kegiatan layanan bimbingan dan konselingperlu dibangun dan
berpijak pada landasan yangkokoh, berdasarkan pada hasil-hasil
pemikiranmendalam dari para ahli maupun hasil-hasilpenelitian.
Dengan adanya pijakan kokoh,setiap upaya mengatasi masalah siswa
melaluilayanan bimbingan dan konseling dapat
lebihdipertanggungjawabkan, baik dilihat dari segiproses maupun
hasilnya. Landasan dalambimbingan dan konseling pada
hakikatnyamerupakan faktor-faktor yang harusdiperhatikan dan
dipertimbangkan konselorselaku pelaksana utama dalam
mengembangkanlayanan bimbingan dan konseling dan dalammembantu
mengatasi masalah siswa.
Ibarat sebuah bangunan, untuk dapatberdiri tegak dan kokoh tentu
membutuhkanfundasi yang kuat dan tahan lama. Apabilabangunan
tersebut tidak memiliki fundasi yangkokoh, maka bangunan itu akan
mudah goyahatau bahkan ambruk. Demikian pula, denganlayanan
bimbingan dan konseling, apabila tidakdidasari oleh fundasi atau
landasan yang kokohakan mengakibatkan kehancuran terhadaplayanan
bimbingan dan konseling itu sendiridan yang menjadi taruhannya
adalah individuyang dilayaninya. Secara umum terdapat empataspek
pokok yang mendasari pengembanganlayanan bimbingan dan konseling,
yaitulandasan filosofis, landasan psikologis,landasan sosial
budaya, dan landasan ilmupengetahuan dan teknologi.Sudrajat (2011,
h.14)
Pelayanan bimbingan dan konselingyang sedang dikembangkan di
Indonesiadewasa ini adalah bimbingan dan konselingyang berorientasi
pada perkembangan, yaitupelayanan bimbingan dan konseling yang
lebihmengutamakan dan mengedepankan berbagaibentuk dan jenis
layanan yang memungkinkansiswa dapat tercegah dari berbagai masalah
danberkembangnya segenap potensi yang dimilikisiswa. Kendati
demikian, pelayanan bimbinganyang bersifat klinis-kuratif masih
tetapdiperlukan, dan menjadi salah satu bagianpenting layanan
bimbingan dan konseling disekolah.
Hidayah ( 2015, h. 15) MasyarakatEkonomi ASEAN (MEA) ditetapkan
tanggal 31Desember 2015. Sebagai masyarakat
akademisi-pendidik banyak yang perludilakukan mulai dari
pengorganisasian,perencanaan, perancangan, pengimplementasiansampai
dengan pengevaluasian terhadapimplementasi permasalahan belajar
siswa.Perihal MEA berdampak pada pengubahanperadaban bangsa
Indonesia. MEA bukan sajaberfokus pada peningkatan ekonomi di
kawasanASEAN, melainkan peningkatan daya saingsumber daya manusia.
Masyarakat ASEANmempunyai tiga pilar utama yaitu, 1. ASEANEconomic
Community, 2. ASEAN SecurityCommunity, dan 3. ASEAN
Socio-CilturalCommunity. Visi ASEAN adalah menjadikankawasan yang
stabil, makmur, dan sangatkooperatif dan perkembangan ekonomi
yangadil, dan mengurangi kemiskinan dankesenjangan soaial ekonomi.
Dapat puladisimpulkan bahwa terciptanya stabilitas,perdamaian, dan
kemakmuran bersamadikawasan MEA merupakan bentuk realisasitujuan
akhir integrasi ekonomi dikawasan AsiaTenggara.
Latipun ( 2015, h.9) Terkait denganpermasalahan yang dialami
remaja, perhatiankita sekarang ini hanya pada remaja Indonesiasaja,
juga perlu member perhatian pada aremajadari Negara ASEAN lainnya.
Perdaganganterbuka kawasan ASEAN (MEA) yang mulaiberlaku akhir 2015
ini member implilaksi yangsangat luas pada permasalahan psikososial
dikalangan anak-anak dan remaja Indonesia. Kitatentunya
berkepentingan dengan kualitas anak-anak Indonesia agar nantinya
mereka dapatbekerja dan berdaya saing tinggi di Negaraanggota ASEAN
lainnya. Sebaliknya, kita jugaberkepentingan dengan kualitas anak
danremaja dari Negara-negara ASEAN, karenakehadiran mereka di
negeri ini akan memberefek secara social, moral dan
problempsikologis bagi anak-anak remaja Indonesia,Dari segi apapun,
interaksi masyarakat danbudaya akan melahirkan budaya baru,
situasibaru, pola kehidupan baru yang tidak kitaketahui pada saat
ini.
Sebagai antisipasi dari pandangan bebaskawasan ASEAN, berbagai
perubahan danpermasalahan yang mungkin terjadi padaanak-anak dan
remaja antara lain:1. Semakin luas relasi anak-remaja dan
peningkatan mobilitasnya
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 17Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
2. Pengenalan cara kehidupan baruperubahan cara kehidupan baru
(budaya)
3. Peningkatan kompetensi antara remajadan persaingan antara
mereka
4. Kemungkinan semakin lemah sosialcontrol atas kehidupan sosial
dikalanganremaja.
Individu bermasalah karena terjadipertentangan antara kekuatan
“Top dog” dankeberadaan “under dog”. Top dog adalahkekuatan yang
mengharuskan, menuntut,mengancam. Under Dog adalah
keadaandefensive, membela diri, tidak berdaya, lemah,pasif, ingin
dimaklumi.Perkembangan yangterganggu adalah tidak terjadi
keseimbanganantara apa-apa yang harus dan apa-apa yangdiinginkan.-
Terjadi pertentangan antara keberadaan
sosial dan biologis- Ketidakmampuan individu menginte-
grasikan pikiran, perasaan, danperilakuknya
- Mengalami gap/kesenjangan sekarang danyang akan datang
- Melarikan diri dari kenyataan yang harusdihadapi.Spektrum
perilaku bermasalah padaindividu meliputi:
- Kepribadian kaku- Tidak mau bebas bertanggung jawab, ingin
tetap tergantung- Menolak berhubungan dengan lingkungan-
Memelihara unfinished business- Menolak kebutuhan diri sendiri-
Melihat diri sendiri dalam kontinum
“hitam-putih”.Gesalt (dalam Sudrajat, 2011 h. 52)
Tujuan utama konseling adalah membantukonseli agar berani
menghadapi berbagaimacam tantangan maupun kenyataan yangharus
dihadapi. Tujuan ini mengandung maknabahwa konseli haruslah dapat
berubah dariketergantungan terhadap lingkungan/orang lainmenjadi
percaya pada diri, dapat berbuat lebihbanyak untuk meningkatkan
kebermaknaanhidupnya. Individu yang bermasalah padaumumnya belum
memanfaatkan potensinyasecara penuh, melainkan baru
memanfaatkansebagian dari potensi yang dimilikinya.
Melaluikonseling, konselor membantu konseli agarpotensi yang baru
dimanfaatkan sebagian ini
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secaraoptimal.
Menurut Moh Surya 1997 (dalamSudrajat, 2011 h. 4) belajar dapat
diartikansebagai suatu proses yang dilakukan olehindividu untuk
memperoleh perubahan perilakubaru secara keseluruhan, sebagai hasil
daripengalaman individu itu sendiri dalamberinteraksi dengan
lingkungannya.
Belajar merupakan salah satu konsepyang amat mendasar dari
psikologi. Manusiabelajar untuk hidup. Tanpa belajar,
seseorangtidak akan dapat mempertahankan danmengembangkan dirinya,
dan dengan belajarmanusia mampu berbudaya danmengembangkan harkat
kemanusiaanya. Intiperbuatan belajar adalah upaya untukmenguasai
sesuatu yang baru denganmemanfaatkan yang sudah ada pada
diriindividu. Penguasaan yang baru itulah tujuanbelajar dan
pencapaian sesuatu yang baru itulahtanda-tanda perkembangan, baik
dalam aspekkognitif, afektif maupun psikomotor/keterampilan. Untuk
terjadinya proses belajar,baik berupa prasarat psikofisik yang
dihasilkandari kematangan ataupun hasil belajarsebelumnya.
Sudrajat (2011, h. 5) Dalam kegiatanpembelajaran di sekolah,
kita dihadapkandengan sejumlah karakteristik siswa yangberaneka
ragam. Ada siswa yang dapatmenempuh kegiatan belajarnya secara
lancardan berhasil tanpa mengalami kesulitan.Kesulitan belajar
siswa ditunjukkan olehadanya hambatan-hambatan tertentu
untukmencapai hasil belajar, dapat bersifatpsikologis, sosiologis,
maupun fisiologissehingga pada akhirnya dapat menyebabkanprestasi
belajar yang dicapainya beradadibawah semestinya. Kesulitan belajar
siswamencakup pengertian yang luas, diantaranya:a. Learning
disorder atau kekacauan belajar
adalah keadaan dimana proses belajarseseorang terganggu karena
timbulnyarespons yang bertentangan. Pada dasarnya,siswa yang
mengalami kekacauan belajar,potensi dasarnya tidak dirugikan,
akantetapi belajarnya terganggu atau terhambatoleh adanya
respons-respons yangbertentangan, sehingga hasil belajar
yangdicapainya lebih rendah dari potensi yangdimilikinya.
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 18Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
b. Learning disfunction merupakan gejaladimana proses belajar
yang dilakukansiswa tidak berfungsi dengan baik,meskipun sebenarnya
siswa tersebut tidakmenunjukkan adanya subnormalitasmental,
gangguan alat dria atau gangguanpsikologis.
c. Under achiever mengacu kepada siswayang sesungguhnya memiliki
tingkatpotensi intelektual yang tergolong di atasnormal, tetapi
prestasi belajarnya tergolongrendah.
d. Slow learner atau lambat belajar adalahsiswa yang lambat
dalam proses belajar,sehingga ia membutuhkan waktu yanglebih lama
dibandingkan sekelompoksiswa lain yang memiliki taraf
potensiintelektual yang sama.
e. Learning disabilities atau ketidakmampuanbelajar mengacu pada
gejala dimana siswatidak mampu belajar atau menghindaribelajar,
sehingga hasil belajar di bawahpotensi intelektualnya.
PEMBAHASANSetiap siswa yang kita ajar merupakan
seorang individu yang menarik dan kompleks.Akan tetapi, hingga
titik tertentu, kita mungkinharus melakukan pengamatan umum
untukmembantu kita mengendalikan perilaku yangmenyulitkan. Lebih
jauh lagi kebijakan inklusiberarti bahwa anda akan mengajar
berbagai tipesiswa yang berbeda dikelas-kelas umum.Beberapa akan
memiliki masalah perilakudengan tingkat yang cukup tinggi,
yangsebelumnya ditangani dengan pengaturankhusus. Semakin kita
memahami kebutuhanberbeda yang dibutuhkan siswa kita,
kitapunsemakin yakin untuk mengajar mereka dengancara yang paling
efektif.
Cowley (2011, h. 150) Faktor dari luarlingkungan mengapa siswa
berperilaku buruk:- Orangtua siswa memiliki pengalaman buruk
ketika mereka bersekolah, danmenyampaikan pengalaman tersebut
kepadaanak-anaknya.
- Dukungan untuk belajar dirumah kecil ataubahkan tidak ada
- Terdapat prospek yang luar biasa diluarpendidikan diwilayah
tersebut.Faktor dari dalam lingkungan mengapasiswa berperilaku
buruk:
- Etos dari sekolah atau perguruan tinggididefinisikan dengan
buruk terdapat kesanbahwa kekacauan diperbolehkan dari siswadapat
melakukan apa yang mereka inginkan
- Tim pengurus senior tidak efektif- Kebijakan perilaku tidak
berjalan secara
efektif- Jumlah siswa nakal yang sangat banyak,
atau mereka dengan masalah perilaku yangserius
Mengatur Pertemuan PertamaPertemuan pertama Anda dengan
kelas
manapun memberikan kesempatan bagi Andauntuk menciptakan tahun
ajaran yang lebihmudah, atau untuk mengambil langkah pertamamenuju
kehancuran. Setiap guru terutama guruBK mengetahu perasaan
bergejolak yangdirasakan ketika membimbing siswa-siswa barumasuk ke
ruangan, sadar bahwa apa yangdilakukan di pertemuan pertama
tersebut akanmemiliki dampak jangka panjang. Baik gurumaupun siswa
seringkali merasa sangat gugupatau defensive dipertemuan pertama
mereka.Anda mungkin akan mengantisipasi perilakuyang buruk dari
kelompok siswa (remaja) yang“menyulitkan” mereka mungkin
mendugabahwa anda juga tidak akan menyukai merekajika mereka tahu
bahwa guru lain telahmenganggap pembuat masalah.
Ditahun-tahun awal penempatan,pertemuan pertama anda biasanya
denganseorang anak, dan bukan dengan seluruh kelasatau kelompok.
Walaupun demikian, hubunganyang anda ciptakan ketika anda pertama
kalibertemu dengan seorang anak dan orangtuanyaakan menjadi hal
yang penting dalammenetapkan hubungan positif
yangberkelanjutan.
Pada beberapa kelas, pertemuan pertamamenawarkan anda “periode
bulan madu”,dimana siswa mulai mengenal, menelitisebelum mereka
mengungkapkan karaktermereka sepenuhnya. Ada baiknya untuk
tidakmulai dengan sikap yang terlalu santai (walausulit melakukan
hal tersebut jika anda adalahorang baru dalam profesi ini). Jika
anda terlalusantai, anda mungkin akan menemukan bahwa,beberapa
pelajaran dalam tahun ajaran tersebut,para siswa mulai mendesak
batasan.
Kadang-kadang Anda dapat menemukan dirianda sendiri berada di
dalam situasi denganpara siswa berperilaku buruk kepada
guru-guru
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 19Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
baru, menguji mereka untuk melihat apakahmereka akan bertahan
menghadapi perilakutersebut. Cowley (2011 hh. 25-26)
Apakah yang harus anda ketahui sebelumpertemuan pertama
Para guru ditempatkan pada posisi yang sulitdiawal tahun
sekolah. Kita diharapkan untukbertemu, mengendalikan, dan
mengajarsekelompok orang yang tidak terlalu kita kenal.Oleh sebab
itu, sering kali terdapatkecendrungan untuk belajar
berdasarkankesalahan kita, menghadapi masalah ketikamasalah
tersebut muncul, daripada melakukanantisipasi dan berusaha untuk
memecahkanmasalah tersebut sebelumnya.
Waktu yang tersedia di awal masa pelajaranadalah singkat, dengan
staf sibuk menyiapkanruangan mereka, melakukan
perencanaan,membersihkan arsip, dan lain sebagainya. Akantetapi,
pertemuan pertama dengan kelompokbaru anda ini sangat penting
sehingga tidak adasalahnya meluangkan sedikit waktu untukmelakkan
persiapan. Sebelum anda bertemudengan kelas baru, anda dapat
mencari tahutentang: Kebutuhan belajar, berusahalah untukmengetahui
apakah ada siswa yang memilikikebutuhan pendidikan khusus yang
tidakberhubungan dengan perilaku, yang mungkinberdampak terhadap
pembelajaran dan perilakumereka. Jika anda tidak menyadari
adanyakebutuhan belajar khusus, Anda mungkindengan keliru
memandangnya sebagai masalahperilaku. Misalnya, seorang siswa
dengankemampuan memaca dan menulis yang lemahmungkin tidak
menyelesaikan pekerjaan sesuaidengan waktu yang trsedia. Hal ini
dapatdiinterpretasikan sebagai “kemalasan” kecualijika sang guru
memahami latar belakang siswatersebut. Cowley (2011 h. 27)
SIMPULAN DAN SARAN1. Belajar bukanlah segala-galanya, dan
tentu
saja sepenggal pembelajaran sama baiknyadengan yang lain. Bukan
materi pelajaranyang membuat suatu pembelajaran lebihberharga dari
pada yang lain, melainkansemangat dalam melaksanakanpembelajaran
itu. Jika seorang anakmenjalankan jenis pembelajaran
sepertidijalankan kebanyakan anak-anakdisekolah, pun jika mereka
benar-benarbelajar menelan begitu saja semua yang
dikatakan guru, agar dapat dituangkankembali secara utuh tanpa
berpikir ketikaguru memintanya dia membuang-buangwaktunya.
2. Seorang remaja yang belajar secara alamiahyang mengejar rasa
ingin tahunya,menambahkan kedalam model mentalnyaakan realitas apa
saja yang dia butuhkan,serta yang menolak tanpa rasa takut
danbersalah apa yang tidak dia butuhkan, akanberkembang dalam
pengetahuannya, dalamkecintaannya akan pembelajaran,
dalamkemampuannya untuk belajar. Dia beradapada jalur yang tepat
untuk menjadi orangyang kita butuhkan dalam masyarakat.
3. Kita tidak bisa memiliki pembelajaran yangnyata di sekolah
bila kita terus berpikirtugas dan hak kitalah mengatakan
kepadasiswa apa yang mesti mereka pelajari. Kitatidak tahu,
kapanpun, pengetahuan ataupemahaman seperti apa yang
palingdibutuhkan seseorang anak yang palingmemperkuat dan paling
sesuai denganmodel realitasnya.
4. Era MEA, hendaknya Guru BK menjadikanmomen penting untuk
memberikan inovasilayanan Bimbingan dan Konseling dapatmembantu
mengatasi masalah belajarsiswa.
5. Guru BK membantu mengatasi masalahbelajar siswa kita harus
mengaplikasikanteknologi inovasi dalam layanan konseling.
DAFTAR RUJUKANCowley, S. (2011). Panduan manajemen
perilaku siswa. Indonesia: esensi.
Hidayah, N. (2015). Peluang dan TantanganGuru BK Berdaya saing
di Era MEA.Profesi BK di Era Masyarakat EkonomiASEAN (MEA) (p. 15).
Malang: UMM.
Latipun. (2015). Konseling Komunitas:Tantangan bagi Konselor di
KawasanASEAN. Profesi BK di Era MasyarakatEkonomi ASEAN (MEA) (p.
9). Malang:UMM.
Sudrajat, A. (2011). Mengatasi masalah siswamelalui layanan
konseling individual.Yogyakarta: Paramitra Publishing.
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 20Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56Universitas Negeri Makassar,
Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun daya saing
bangsa menuju keunggulan kompetitif”
21
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIRSHARE
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN EKONOMI
Muhammad Rakib dan Hajar DewantaraUniversitas Negeri
Makassar
Email: [email protected]
Abstrak.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil
belajar ekonomi siswa setelahmenerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).Penelitian inimerupakan
jenis penelitian tindakan kelas menggunakan model penelitian Lewin
yangterdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi.Penelitian ini terdiri dari tigasiklus, dan tiap siklus
terdiri dari 3 kali pertemuan.Subjek penelitian adalah siswa
kelasX.2 SMA Negeri 1 Tellu Limpoe yang berjumlah 34 orang.Analisis
data dilakukandengan menggunakan teknik analisi data deskriptif
kualiatatif dan kuantitatif.Hasilpenelitian menunjukkan bahwa hasil
belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi pokokbahasan unag dan
perbankan dapat meningkat setelah penerapan model
pembelajarankooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
Kata Kunci: Hasil Belajar, Ekonomi, Think Pair Share (TPS)
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses upayapengemabangan potensi diri bagi
setiap manusiasehingga mampu menghadapi setiap perubahanyang
terjadi. Sejalan dengan perkembanganmasyarakat saat ini, pendidikan
banyakmengahadapi berbagai tantangan sertahambatan. Salah satu
hambatannya adalahmasih rendahnya kualitas pendidikan di negeriini.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagipenyelenggara pendidikan
untuk menciptakansistem pendidikan yang berkualitassehinggamampu
menciptakan sumber daya manusia(SDM) yang berkualitas dan memiliki
dayasaing dalam menghadapi perubahan zaman.Kualitas pendidikan akan
menggambarkantingkat potensi dan kemampuan sumber dayamanusia suatu
bangsa. Karena itu, salah satubarometer kualitas suatu bangsa
dilihat darikualitas pendidikannya.
Salah satu indikator utama penyebabrendahnya kulaitas pendidikan
yaitu kualitaspelaksanaan pembelajaran yang masih rendah.Hal ini
tentu akan berdampak juga terhadappembentukan kualitas sumber daya
manusiayang merupakan output dari suatu prosespendidikan. Proses
belajar mengajar merupakankegiatan inti dari proses pendidikan
secarakeseluruhan dengan pendidik sebagai pemegangperanan utama.
Pendidik merupakan aktor
utama dalam proses belajar mengajar, sehinggakeberadaannya
diharapkan mampu memberikanperubahan baik pengetahuan,
pemahaman,keterampilan, nilai dan sikap dari siswa. Olehsebab itu,
pendidik dituntut yang harusmemiliki kemampuan serta kreatifitas
dalammenyalurkan ilmu pengetahuannya kepadasiswa dengan menggunakan
berbagai model danmetode pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran yangtepat menjadi salah satu faktor
utama yang dapatmenentukan keberhasilan siswa dalam
prosesbelajarnya yang tergambar melalui hasil belajarsebagai ukuran
ketuntasan siswa.Agar hal inidapat terwujud, diperlukan
kemampuanpendidik dalam menyampaikan dan mengemasmodel pembelajaran
yang tepat, sehingga dapatmeningkatkan keaktifan, motivasi,
kemandirian,serta semangat untuk berkreatifitas dalammengikuti
proses belajar mengajar.
Dari hasil observasi yang telahdilakukan, penulis mengetahui
bahwa hasilbelajar ekonomi pada sebagian besar siswa kelasX
khususnya di kelas X.2 tergolong masihrendah. Hal ini dapat dilihat
dari hasil ulanganharian terakhir pada mata pelajaran ekonomiyaitu
hanya 53 persen atau 18 dari 35 jumlahsiswa yang mencapai kriteria
ketuntasanminimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 22Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
pada tahun pelajaran 2015-2016 untuk matapelajaran ekonomi yaitu
75.
Oleh karena itu, peneliti memilih modelpembelajaran kooperatif
tipe Think PairShare(TPS) sebagai salah satu solusi dalammengatasi
permasalahan yang ada.membelajarankooperatif merupakan salah satu
metodepembelajaran yang dapat menciptakan suasanabelajar yang
bermakna bagi siswa. Merekadapat saling bertukar peikirian satu
sama laindalam menemukan solusi. Model pembelajarankooperatif tipe
Think Pair Share (TPS)diharapkan bisa menjadi salah satu solusi
yangdapat diterapkan dalam mengatasi permasalahanpembelajaran yang
ada.Keunggulan modelpembelajaran Think Pair Share yaitu
dapatmeningkatkan partisipasi siswa dalam prosespembelajaran,
kemampuan membuat keputusan,serta dapat mengarahkan siswa untuk
lebihbanyak berpikir, menjawab, dan salingmembantu satu sama
lain.
Berdasarkan uraian di atas, penelititertarik untuk melakukan
penelitian denganjudul Penerapan Model PembelajaranKooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) DalamMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
MataPelajaran Ekonomi Standar Kompetensi UangDan Perbankan Di Kelas
X.2 SMA Negeri 1Tellu Limpoe.
Adapun rumusan masalah yang akandibahas yaitu: (1) Bagaimana
aktivitas pendidikdalam kelas sebelum penerapan ModelPembelajaran
Think Pair Share(TPS)? (2)Bagaimana peningkatan aktivitas siswa
selamaproses belajar mengajar melalui penerapanmodel pembelajaran
Think Pair Share(TPS)? (3)Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa
padamata pelajaran ekonomi setelah penerapanmodel pembelajaran
Think Pair Share(TPS)? (4)Bagaimana respon siswa terhadap
matapelajaran Ekonomi dengan menerapkan modelpembelajaran Think
Pair Share(TPS)?
TINJAUAN PUSTAKA
Belajar dan Hasil BelajarBelajar sudah menjadi salah satu
aktivitas yang terjadi pada semua orang tanpamengenal batas
usia, dan berlangsung seumurhidup. Menurut Haling (2007: 2),
belajar adalahsuatu perkembangan dari seseorang yangdinyatakan
dalam cara bertingkah laku yangbaru berkat pengalaman dan latihan.
Adapun
Susanto (2013:4) mengemukakan bahwabelajaradalah suatu aktivitas
yang dilakukan seseorangdengan sengaja dalam keadaan sadar
untukmemperoleh suatu konsep,pemahaman, ataupengetahuan baru
sehingga memungkinkanseseorang terjadinya perubahan perilaku
yangrelatif tetap baik dalam berpikir,merasa,maupundalam
bertindak.
Kegiatan belajar tentunya akanmenghasilkan hasil belajar.Hasil
dari prosesbelajar ini adalah berupa perubahan perilakupada diri
setiap individu yang belajar dalam halini siswa yang pengukurannya
harusmemperhatikan berbagai aspek. MenurutSusanto (2013:5), hasil
belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,
baikyang menyangkut aspek kognitif, afektif, danpsikomotor sebagai
hasil darikegiatan belajar.Sementara Tim pengembang kurikulum
MKDPdari UPI(2013:140) berpendapat bahwa, hasildari proses belajar
pada dasarnya ditandaidengan perubahan tingkah laku
secarakeseluruhan baik yang menyangkut segikognitif, afektif maupun
psikomotor. Adapunmenurut Trianto (2009:9), perubahan sebagaihasil
dari proses belajar dapat diindikasikandalam berbagai bentuk
seperti berubahpengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkahlaku,
kecakapan, keterampilan dan kemampuan,serta perubahan aspek-aspek
yang lain yang adapada individu yang belajar.
Perubahan yang muncul sebagai hasilbelajar tidak hanya ditinjau
dari satu aspek saja,melainkan diukur dari beberapa aspek
secarakeseluruhan. Hasil belajar memiliki peranpenting dalam proses
pembelajaran. Penilaianterhadap hasil belajar dapat
memberikaninformasi kepada pendidik tentang kemajuansiswa dalam
upaya mencapai tujuan-tujuanbelajarnya melalui berbagai
kegiatanbelajar.Selanjutnya, dari informasi tersebutpendidik dapat
menyusun dan melakukankegiatan tindak lanjut yang terkait dengan
baikburuk keseluruhan kelas maupun individu.Halini dikarenakan
hasil belajar merupakan hasilakhir yang dicapai siswa melalui
pengukuranketerampilan, pengetahuan dan kemajuan belajardalam waktu
tertentu.
Model Pembelajaran KooperatifKomalasari (2013:57)
berpendapat
bahwa, model pembelajaran pada dasarnyamerupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar
-
Seminar Nasional Dies Natalis ke 56 23Universitas Negeri
Makassar, Makassar, 9 Juli 2017“Pendidikan Berkualitas membangun
daya saing bangsa menuju keunggulan kompetitif”
dari awal sampai akhir yang disajikan secarakhas oleh
pendidik.Sedangkan MenurutTampubolon (2014: 88), model
pembelajaranadalah kerangka konseptual yang melukiskanprosedur
sistematis dalam mengorganisasikanpengalaman belajar siswa untuk
mencapaitujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagaipedoman bagi
perancang pembelajaran sertapendidik dalam merencanakan
danmelaksanakan pembelajaran. Lebih lanjut,Sanjaya (2014:144)
mengemukakan bahwa,model pembelajaran adalah suatu rencana ataupola
yang dapat digunakan untuk membentukkurikulum (rencana pembelajaran
jangkapanjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas atauyang lain.
Ada berbagai macam modelpembelajaran yang telah dirancang
danditerapkan oleh ahli sebelumnya dan banyakdigunakan dalam proses
pembelajaran sampaisaat ini. Salah satunya adalah modelpembelajaran
kooperatif. Wena (2013:190)mengatakan bahwa pembelajaran
kooperatifadalah system pembelajaran yang berusahamemanfaatkan
teman sejawat (siswa lain)sebagai sumber belajar, selain pendidik
dansumber belajar lainnya. Sedangkan Huda(2014:32)mengemukakan
bahwa: Pembe-lajaran kooperatif merupakan pembelajaranyang mengacu
pada metode pembelajarandimana siswa bekerja sama dalam
kelompokkecil dan saling membantu dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif berbeda denganproses pembelajaran lain.
perbedaan dapatdilihat dari proses pembelajaran yang
lebihmenekankan kepada proses kerja samakelompok dan semua anggota
kelompok aktifuntuk memaksimalkan kondisi belajar sertamampu
mengembangkan keterampilan socialsiswa. Pembelajaran kooperatif
merupakanpembelajaran yang mengutamakan keterlibatansiswa secara
aktif yang tergambar dalam bentukkerja sama dalam kelompok belajar
dalam upayamemaksimalkan pencapaian tujuanpembelajaran.
Menurut Rusman (2014:208–209),model pembelajaran kooperatif
memiliki ciri-ciri: (1) Siswa bekerja dalam kelompok
secarakooperatif untuk menuntaskan materibelajarnya. (2) Kelompok
dibentuk dari siswayang memiliki kemampuan tinggi, seda