1 BAB III PROSES PRODUKSI GULA Pabrik gula Kebon Agung menghasilkan produk utama gula kristal putih 1 dengan kualitas 1A dan hasil sampingnya adalah ampas, tetes, dan blotong. Proses pemurniannya menggunakan belerang dan kapur untuk pemisahan dari nira jernihnya. Faktor utama yang menentukan mutu hasil produksi adalah pada bahan dasar. Dalam hal ini tergantung pada bahan baku dan bahan-bahan pembantu. Proses produksi gula terbagi atas beberapa proses, yaitu penggilingan, pemurnian, penguapan, pemasakan/pengkristalan, putaran pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan. Pada PG Kebon Agung proses tersebut terbagi dalam beberapa stasiun yaitu : stasiun penggilingan, stasiun pemurnian, stasiun, penguapan, stasiun masakan, stasiun putaran, dan stasiun pembungkusan. Bahan baku yang digunakan di PG Kebon Agung adalah tebu yang berasal dari petani dan dikoordinir oleh Koperasi Unit Desa (KUD). Untuk memenuhi kebutuhan pabrik, tebu didatangkan dari 3 sumber yaitu tebu rakyat, tebu pabrik, dan tebu dari luar daerah. Untuk menjaga kuantitas produksi maka selalu diadakan penyuluhan, kebun-kebun percobaan untuk tebu giling, dan perluasan penyediaan bibit sehingga kebutuhan tercukupi. Semua kegiatan ini dilakukan oleh KUD setempat. 1.1 Proses Produksi Secara Global Proses produksi gula khususnya gula pasir pada pabrik gula di Indonesia menggunakan tanaman tebu sebagai bahan baku, begitu pula di PG Kebon Agung. Secara garis besar proses pembuatan gula dimulai dari bahan baku tebu sampai menjadi gula kristal dengan melewati lima tahapan proses, yaitu : 1. Proses pemerahan tebu menjadi nira di stasiun gilingan. 2. Proses pengendapan kotoran dari nira di stasiun pemurnian. 3. Proses pemekatan nira encer menjadi nira kental di stasiun penguapan. 4. Proses kristalisasi gula di stasiun masakan. 5. Proses pemisahan kristal gula di stasiun putaran. Proses produksi gula ini di mulai dari stasiun gilingan, namun sebelum masuk stasiun gilingan, tebu yang di angkut oleh truk di timbang terlebih dahulu di penimbangan tebu. Setelah itu tebu di angkat oleh crane untuk di masukkan ke dalam meja tebu. Kemudian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB III
PROSES PRODUKSI GULA
Pabrik gula Kebon Agung menghasilkan produk utama gula kristal putih 1 dengan
kualitas 1A dan hasil sampingnya adalah ampas, tetes, dan blotong. Proses pemurniannya
menggunakan belerang dan kapur untuk pemisahan dari nira jernihnya. Faktor utama yang
menentukan mutu hasil produksi adalah pada bahan dasar. Dalam hal ini tergantung pada
bahan baku dan bahan-bahan pembantu. Proses produksi gula terbagi atas beberapa proses,
yaitu penggilingan, pemurnian, penguapan, pemasakan/pengkristalan, putaran
pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan. Pada PG Kebon Agung proses tersebut
terbagi dalam beberapa stasiun yaitu : stasiun penggilingan, stasiun pemurnian, stasiun,
penguapan, stasiun masakan, stasiun putaran, dan stasiun pembungkusan.
Bahan baku yang digunakan di PG Kebon Agung adalah tebu yang berasal dari
petani dan dikoordinir oleh Koperasi Unit Desa (KUD). Untuk memenuhi kebutuhan
pabrik, tebu didatangkan dari 3 sumber yaitu tebu rakyat, tebu pabrik, dan tebu dari luar
daerah. Untuk menjaga kuantitas produksi maka selalu diadakan penyuluhan, kebun-kebun
percobaan untuk tebu giling, dan perluasan penyediaan bibit sehingga kebutuhan tercukupi.
Semua kegiatan ini dilakukan oleh KUD setempat.
1.1 Proses Produksi Secara Global
Proses produksi gula khususnya gula pasir pada pabrik gula di Indonesia
menggunakan tanaman tebu sebagai bahan baku, begitu pula di PG Kebon Agung. Secara
garis besar proses pembuatan gula dimulai dari bahan baku tebu sampai menjadi gula
kristal dengan melewati lima tahapan proses, yaitu :
1. Proses pemerahan tebu menjadi nira di stasiun gilingan.
2. Proses pengendapan kotoran dari nira di stasiun pemurnian.
3. Proses pemekatan nira encer menjadi nira kental di stasiun penguapan.
4. Proses kristalisasi gula di stasiun masakan.
5. Proses pemisahan kristal gula di stasiun putaran.
Proses produksi gula ini di mulai dari stasiun gilingan, namun sebelum masuk stasiun
gilingan, tebu yang di angkut oleh truk di timbang terlebih dahulu di penimbangan tebu.
Setelah itu tebu di angkat oleh crane untuk di masukkan ke dalam meja tebu. Kemudian
2
dengan carrier atau konveyor yang terdiri dari rantai pendorong digeser ke atas dan tebu
dimasukkan ke auxillary carrier yang akan membawa tebu ke leveller. Leveller berfungsi
meratakan tebu pada cane carrier agar permukaan tidak terlalu tebal dan rata sehingga
kerja cane cutter tidak terlalu berat. Hasil keluaran dari leveller adalah tebu yang
berukuran sama panjang diteruskan ke cane cutter yang berjumlah 2 buah. Cane cutter
berfungsi memotong tebu menjadi potongan – potongan pendek kemudian dilanjutkan dan
dimasukkan ke HDS (Heavy Duty Hummer Schredder) untuk menggiling potongan –
potongan tebu yang pendek dari cane cutter sehingga menjadi serat – serat tebu yang
siap diperas. Setelah itu serat tebu dibawa ke Roll gilingan yang berjumlah 5 buah
(mill ke 1 – mill ke 5) pada stasiun penggilingan secara perlahan oleh main
carrier. Pada stasiun penggilingan terdapat proses pemerahan dengan ditambahkan air
imbibisi (air bertemperatur tinggi 50 – 100°C) sehingga diperoleh nira mentah yang akan
ditampung pada bak penampungan nira, sedangkan bagasse atau ampas tebu hasil dari
penggilingan ini dibawa ke penampungan bagasse guna persediaan setelah buka giling
tahun berikutnya, dan persediaan terdahulu bisa dijual ke pabrik kertas untuk bahan baku
pembuatan kertas. Selain itu bagasse merupakan bahan baku utama pansupply stasiun ketel
yang akan digunakan sebagai bahan bakar ketel untuk memproduksi uap yang digunakan
untuk proses produksi dalam pabrik gula kebon agung.
Nira mentah hasil gilingan langsung dibawa ke stasiun pemurnian untuk dicampur
dengan larutan kapur dan gas SO2 untuk mempercepat pengendapan dan mengikat kotoran
yang berasal dari tanah yang masih menempel pada tebu, sehingga didapatkan hasil nira
encer atau nira bersih dan ampas berupa kotoran yang disebut blotong. Kemudian nira
encer tersebut diuapkan di stasiun penguapan untuk diperoleh nira kental dan didapatkan
air kondensat untuk mengisi ketel uap yang berada pada stasiun ketel. Dari stasiun
penguapan, nira kental dimasak di stasiun masakan agar terbentuk kristal-kristal gula
(sucrose). Dan diperoleh cairan masecuite yang berwarna coklat pekat dan dihasilkan pula
air kondensat untuk pengisi ketel uap. Selanjutnya masecuite diproses lanjut di stasiun
putaran untuk memisahkan antara kristal gula dan cairan. Di stasiun putaran selain
dihasilkan kristal gula D1 yang berwarna coklat juga dihasilkan cairana tetes. Kemudian
gula D1 diproses lanjut di stasiun putaran 2 dan diperoleh kristal gula D2 yang berkristal
halus berwarna krem dan cairan sisa yang disebut klare. Setelah itu kristal gula D2 kembali
diproses di staisun putaran 3 dan dihasilkan gula C atau gula SHS yang memiliki ukuran
kristal yang sedikit agak besar dengan warna putih keruh.
3
Gula SHS yang dihasilkan dari stasiun putaran menuju ke talang goyang dan
masuk ke pengering dengan menggunakan pemanas / heater elemen listrik kemudian
masuk ke elevator, setelah dari elevator masuk ke saringan getar untuk diperoleh
ketiga jenis kristal gula yaitu : kasar, sedang dan halus. Kristal gula kasar dan halus
dimasak kembali ke stasiun masakan dengan cara dicairkan kembali dan dikristalkan ulang
sedangkan kristal gula yang berukuran sedang sebagai produk yang kemudian dikemas di
stasiun pembungkusan yang sebelumnya terlebih dahulu diangkut oleh belt konveyor
menuju silo yaitu bak penampungan gula yang berukuran besar. Setelah itu gula masuk ke
stasiun pembungkusan yang akan ditimbang secara otomatis menggunakan sistem penutup
dan pembuka katup pneumatik setelah mencapai sensor berat 50 Kg. Selain ditimbang
menggunakan timbangan otomatis gula selanjutnya ditimbang secara manual
menggunakan alat ukur berat digital guna memperoleh berat yang ideal 50 Kg, meskipun
ada kompensasi kurang lebih 0,1% pada masing masing saknya. Semua proses ini mulai
dari penimbangan, penjahitan sak dan proses pengangkutan kemasan gula tersebut
menggunakan belt konveyor kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan.
1.2 Tahapan Proses Produksi Gula
Tahapan proses dalam pengolahan tebu menjadi gula di Pabrik Gula Kebon Agung
Malang sebagai berikut :
1. Stasiun Penerimaan
2. Stasiun Timbangan
3. Stasiun Gilingan
4. Stasiun Pemurnian
5. Stasiun Penguapan
6. Stasiun Masakan
7. Stasiun Putaran
8. Stasiun Pembungkusan
4
STATIC MIXER
Remelter
Sulfitation
Reactor
JUICE
HEATER 3(105-110 oC)
Flocculant
Tank
Sulfitated
Raw Juice
Tank
Vacuum
CANE CUTTER
UNIGRATOR
Belt Conveyor
Thick Juice
Tank
Raw Juice
Tank
RAW JUICE
JUICE
HEATER 1(75 - 80 oC)
JUICE
HEATER 2(103-105 oC)
Mud
Juice
CLEAR JUICE
Cake Truck
Filter Cake
(Blotong)
Condensor
Cold Water
(Injection)
Hot
Water
Sulfitated
Thick Juice
Tank
Stack SO2
Reciever
A
Distributor
A
Bucket
Elevator
Rotoclone
Belt Conveyor
Syrup A
Tank
Reciever
C
Screw Conveyor
Distributor
C
Seed A Syrup C
Tank
Distributor
D1
Distributor
D2
Molasses
MOLASSES
TANK
(BY PRODUCT)
Syrup D
Tank
Fondan
Seed C
Syrup
C
Syrup
SHSSyrup
A
Syrup
D
ROTARY
VACUUM
FILTER
Filtrate
Tank
SUGAR DRYERVibrating conveyor
VIBRATING
SCREEN
Rapid
Crystallizer
Cane
Preparation MILL 3 MILL 4 MILL 5
Bagacillo
Separator
A
A
Reciever
D1
S S
Vapor to
Vacuum
Crystallizer
S
Vapor to
Heater
C C C C C
C
S
C
S
C
DSM
Screen
Holding
Tank
water
Flocculant
Flash Tank
Gas Vent
Sublimator
Sublimator
Mud Mixer
Spray
Water
Buffer
Tank
Sulfur
Vacuum vacuum vacuum
S
C
S
C
S
C
Dosing Pump
water
SUGAR CRYSTAL
water
MILL 1
CANE SUGAR PROCESS
PG KEBON AGUNG
Imbibition
(Extraction)
Water
BOILER
Buffer
Tank
Stack SO2
FLOWSHEET OF SUGAR FACTORY
PG KEBON AGUNG - PT KEBON AGUNG
MALANG - INDONESIA
Made By Process PG Kebon Agung
Notes :
: Steam
: Condensate
S
C
Blower
MILL 2
C
Flow
meter
Compressor
Sulfur
SO2 (g)
Clear Juice
Screen
SO2(g)
HES
C
Lime hydrate [(Ca(OH)2]
Vent.
1 ST
wash
Packer
ROTARY
SULFUR
BURNER
Cane Truck
Bagacillo
Bagacillo
Buffer
Tank
SULFUR
TOWER
CLARIFIER
PRE
EVAPORATOR
1ST
EVAPORATOR
2ND
EVAPORATOR4TH
EVAPORATOR
5TH
EVAPORATOR
3RD
EVAPORATORVACUUM
CRYSTALLIZER
A
VACUUM
CRYSTALLIZER
C
VACUUM
CRYSTALLIZER
D
2 ND
wash
CENTRIFUGE C CENTRIFUGE D1 CENTRIFUGE D2CENTRIFUGE A
SILO
Sulfur Burner
SUGAR
STOCKHOUSE
(PRODUCT)
Rotary Liming
Lime
(CaO)
Air
Air
Air
Blower
Dust
Collector
Spray Water
Syrup
SHS
Gambar 3.1 proses produksi gula di PG Kebon Agung
5
Gambar 3. 2 flowsheet produksi gula PG Kebon Agung
Stasiun Gilingan
Nira Mentah
Tebu 100%
Stasiun Pemurnian Nira
Stasiun Puteran
Stasiun Masakan
Stasiun Penguapan
Stasiun Pembungkusan
Gudang
Nira Encer
Nira Kental
Masecuite
Gula Produk SHS
Air
Imbibisi
Belerang
Larutan
Kapur
Ampa
s
Blotong
Siru
p
Stasiun Ketel
Air Kondensat
Air Kondensat
Tetes
6
1.2.1 Stasiun Penerimaan
Tujuan adanya stasiun penerimaan adalah :
a. Melakukan analisa awal (% Brix) sampel tebu yang masuk dengan menggunakan Brix
Wagger.
b. Mencatat keterangan truk tebu yang masuk, yang terdiri dari nomor polisi truk, kode
register, dan hasil analisa awal (% Brix) tebu pada DPT (Daftar Penerimaan Tebu).
c. Membagi nomor antrian dan mengatur jalur truk tebu yang akan masuk ke stasiun
gilingan.
Truk Tebu yang masuk PG Kebon Agung harus ditempatkan dulu di penampungan
truk tebu sementara sebelum masuk ke stasiun gilingan yang disebut dengan emplacement.
Emplacement merupakan suatu tempat antrian truk pengangkut tebu yang akan di timbang
dan digiling. Adanya empalcement diharapkan dapat melancarkan proses penimbangan dan
penggilingan tebu. Di PG Kebon Agung terdapat tiga emplacement, yaitu :
1. Empalcement dalam, yaitu tempat penampungan truk yang bermuatan tebu yang terletak
di area depan pabrik.
2. Empalcement luar, yaitu tempat penampungan yang terdapat di luar parik, tepatnya di
area kawasan pabrik bagian depan.
3. Empalcement lapangan, yaitu tempat yang digunakan sebagai cadangan apabila
empalcement bagian luar dan bagian dalam sudah penuh.
Sistem antrian tebu yang digunakan dari area emplacement adalah FIFO (First In
First Out). Jadi truk tebu yang datang terlebih dahulu akan ditimbang dan masuk ke stasiun
penggilingan terlebih dahulu. Sistem FIFO diberlakukan dengan tujuan untuk menjaga
rendemen tebu agar tetap baik. Selain itu, juga untuk menjaga tebu dari pengaruh sinar
matahari yang dapat menyebabkan inverse saccharosa pada tebu dan menghindarkan dari air
hujan yang dapat menimbulkan tunas tebu yang dapat menurunkan kadar saccharosa dalam
tebu.
Setiap truk yang mengangkut tebu harus membawa surat perintah tebang dan angkut
(PSTA) dari supplier tebu yang telah memiliki kode registrasi. Pemegang kode registrasi
adalah pemilik atau pengirim tebu yang telah terdaftar di PG Kebon Agung. SPTA
merupakan lembar rangkap lima yang memiliki perbedaan warna. Lembar 1 berwarna putih
sebagai arsip PDE, lembar 2 berwarna hijau sebagai arsip sopir, lembar 3 berwarna biru
7
sebagai arsip bina wilayah, lembar 4 berwarna kuning sebagai arsip pabrikasi, dan lembar 5
berwarna merah sebagai arsip bagian tebang dan angkut (penerimaan).
Bahan baku yang masuk proses produksi gula harus memiliki kualitas baik, yaitu tebu
layak giling yang memenuhi standar MBS yaitu: M (manis) dimana tebu harus memiliki
%Brix yang tinggi atau lebih dari 15%, B (bersih) yang berarti tebu yang masuk tidak
megandung trash, yang terdiri dari daduk, akar, tanah, pucuk/sogolan, pasir, dan krikil karena
dapat menurunkan kapasitas gilingandan akan menyulitkan proses pemurnian bila terdapat
koloid tanah (Al, Si, Fe), S (segar) dimana jarak waktu tebu di tebang dan digiling tidak lebih
dari sehari dan maksimal 4 hari setelah di panen. Analisa MBS ini dilakukan di emplacement
agar tebu yang masuk unit gilingan tebu adalah yang sudah ememnuhi standar MBS PG
Kebon Agung. Program MBS yang diterapkan oleh PG Kebon Agung sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas tebu membuat para pemasok tebu harus lebih selektif dalam
mengirimkan tebunya. Dalam program ini, tebu yang masuk dan mempunyai kualitas lebih
rendah dari stanar yang ditentukan maka akan dikenakan rafraksi/rendemen khusus.
Tabel 3.1 pengendalian mutu (refraksi) tebu
Jenis pelanggaran Rafraksi % Sanksi
Tali pucuk 2 -
Daduk 5 -
Akar 5 -
Sogolan 10 -
Pucuk 15 -
Akar dan tanah 15 -
Kocok air 15 -
Pucuk dan songolan 20 -
Akar, tanah, pucuk, songolan
dan daduk
20 -
Campur tanah 20 NGP khusus
Tebu muda 20 NGP khusus
Terbakar - NGP khusus
lelesan - Ditolak
8
1.2.2 Stasiun Timbangan
Gambar 3.3 timbangan
Setelah melihat hasil rendemen yang baik maka selanjutnya truk tebu menuju ke
stasiun timbangan. Stasiun timbangan berfungsi untuk mengukur berat tebu yang akan
digiling dan juga bahan-bahan lain yang keluar masuk PG Kebon Agung kecuali blotong.
Jenis timbangan yang dipakai berupa jembatan timbangan yang digunakan untuk mengetahui
berat bruto dan tara. Pada jembatan timbang di lengkapi dengan load cell sebagai sensor
berat, selanjutnya data dari load cell diproses dan ditampilkan secara digital menggunakan
seven segmen. Terdapat tiga jenis timbangan yang digunakan di PG Kebon Agung yaitu :
1. Timbangan untuk truk engkel kecil
Spesifikasi teknik :
Merk : Ringstrum
Tipe : 5000/ 3326404
Kapasitas :60 ton
Daya/kelas :10Kg/III
Produksi : Australia
2. Timbangan untuk truk engkel besar, gandeng dan non tebu seperti tetes, belerang,
kapur, dan lain-lain.
Merk : mettle Toledo
Tipe : 8142 pro
Kapasitas : 100 ton
9
3. Timbangan untuk truk gandeng.
Merk : Sartorius X3
Tipe : PR 5140/00
Kapasitas : 80 ton
S/N :3027503713
Produksi : Jerman
Proses penimbangan dilakukan dengan cara truk harus melewati jembatan
penimbangan sebanyak dua kali. Pertama truk ditimbang beserta muatan tebu unuk
mengetahui berat kotor (bruto), kemudian truk akan ditimbang kembali tanpa muatan tebu
untuk mengetahui berat truk (tara). Setelah diketahui berat bruto dan tara, kemudian
dilakukan perhitungan berat bersih tebu yang di angkut (netto). Berikut adalah rumus
perhitungan tebu pada jembatan timbangan :
Keterangan : Netto = berat tebu bersih (Kg)
Bruto = berat truk dengan tebu (Kg)
Tara = berat truk tanpa tebu (Kg)
Setiap harinya 2 buah jembatan yang dimiliki PG Kebon Agung menimbang truk
sebanyak 600-700 truk/hari dengan bobot muatan rata-rata 80 kuintal untuk truk kecil roda 6.
Sedangkan truk besar tidak gandeng beroda 10 (fuso) memiliki muatan rata-rata 135 kuintal,
sedangkan untuk truk gandeng memiliki bobot rata-rata 270 kuintal.
1.2.3 Stasiun Persiapan
Setelah melalui proses timbangan, Muatan tebu pada truk akan dibawa ke stasiun
persiapan. Bagian persiapan ini berfungsi memproses tebu menjadi serpihan-serpihan
sebelum masuk ke Stasiun Gilingan. Stasiun Persiapan ditunjukkan dalam Gambar 3.2
berikut ini :
Netto = bruto – tara
10
Bagian dari mesin persiapan adalah sebagai berikut :
1. Mono Rail Crane (MRC)
Fungsi : mengeluarkan tebu dari truk untuk dijatuhkan ke meja tebu.
Spesifikasi Teknik :
1) MRC 1
– Posisi : Barat Utara
- Kapasitas MRC : 10.000 Kg
2) MRC 2
– Posisi : Timur Utara
– Kapasitas MRC : 12.500 Kg
3) MRC 3
– Posisi : Barat Selatan
– Kapasitas MRC : 12.500 Kg
4) MRC 4
– Posisi : Timur Selatan
– Kapasitas MRC : 12.500 Kg
1. Cane Table
Fungsi : penampung tebu dari lori maupun truk dan menjatuhkannya ke carrier tebu
menuju gilingan.
Spesifikasi Teknik :
- Kapasitas : 87.000 Kg
- Panjang : 7 m
- Lebar : 6 m
- Kecepatan rantai : 3,6 s/d 7,2 m/min
- Jumlah : 4 Buah
11
Gambar 3.4 Cane table
2. Cane carrier
Fungsi : mengangkut tebu dari meja tebu ke penggilingan secara perlahan lahan.
Jenis :
Main Carrier
- Kapasitas : 178.000 Kg
- Kecepatan : 4 s/d 12 m/min
- Power motor penggerak : 110 kW
- Sudut Kemiringan : 30°
Auxiliary Carrier.
- Kapasitas : 178.000 Kg
- Kecepatan : 0 s/d 6 m/min
- Power motor penggerak : 110 kW
- Sudut Kemiringan : 30°
Gambar 3.5 Cane carrier
12
2. Cane Leveller
Fungsi : meratakan tebu pada cane carrier agar permukaan tidak terlalu tebal dan
rata sehingga kerja cane carrier tidak terlalu berat. Leveller dipasang sebelum cane
cutter.
Gambar 3.6 cane leveller
3. Cane Cutter
Pada Pabrik Gula Kebon Agung ada 2 buah Cane Cutter.
Fungsi : memotong tebu menjadi bagian-bagian yang pendek.
Spesifikasi Teknik Cane Cutter 1 :
- Diameter mata pisau : 1.520 mm
- Jumlah disc holder : 28 buah
- Jumlah tangkai pisau : 56 buah
- Jarak dengan carrier : 400 mm
- Turbin : 1500 Hp
13
Gambar 3.7 cane cutter 1
Spesifikasi Teknik Cane Cutter 2 :
- Diameter mata pisau : 1.540 mm
- Jumlah disc holder : 20 buah
- Jumlah tangkai pisau : 80 buah
- Jarak dengan carrier : 25 - 50 mm
- Turbin : 2500 Hp
Gambar 3.8 cane cutter 2
Spesifikasi Turbin Cane Cutter :
- Model : DEG61-50H
- Output : 1500Hp
- Steam press : 16kg/cmg2
- Steam temp. : 3100
14
- Exhaust press : 0,8 kg/cmg2
- Turbine speed : 5220
- Output shaft speed : 750
- Weight : 6500
Gambar 3.9 Cane Cutter
4. Heavy Duty Cane Shredder (HDS)
Fungsi : memperhalus potongan-potongan tebu menjadi serpihan – serpihan. HDS
berjumlah 1 buah yang berfungsi untuk menumbuk tebu. Gambar HDS ditunjukkan
dalam Gambar 3.4
Spesifikasi Teknik :
- Model : Series SD 1822
- Tip Diameter x Inlet Width (mm): 1.830 x 2.242
- Capacity (TDC) : 3.200 – 4.000
- Power : 4000 HP
- Hammers (Row x Nos) = 8 x 11 : 88
Gambar 3.10 Heavy Duty Cane Shredder (HDS)
15
1.2.4 Stasiun Gilingan
Pada stasiun gilingan, tebu diperah/digiling untuk mendapatkan nira mentah. Dalam
pemerahan ini perlu di tambahi dengan air imbibisi agar kandungan gula yang masih ada
dalam ampas akan larut, sehingga ampas akhir diharapkan mengandung kadar gula serendah
mungkin. Produk yang di hasilkan dari stasiun gilingan ada 2 macam yaitu nira mentah yang
akan di proses menjadi gula pada proses selanjutnya dan ampas tebu yang akan digunakan
sebagai bahan bakar di stasiun ketel.
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemerahan gula di stasiun
penggilingan :
- Kualitas tebu yang meliputi jenis tebu,kadar sabut, umur tebu, kandungan
kotoran tebu, kadar gula atau pol tebu.
- Persiapan tebu sebelum masuk gilingan, yaitu tipe atau jenis pencacahan awal.
- Air imbibisi
- Derajat kompresi terhadap ampas
- Jumlah roll gilingan, susunan gilingan, putaran roll, bentuk alur roll, setelan