i PROSES PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan / Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Oleh : Cuk Hanarko H 0405002 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
87
Embed
PROSES PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN …/Proses... · KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PROSES PENYELENGGARAAN
KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN
DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurusan / Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Oleh :
Cuk Hanarko
H 0405002
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PROSES PENYELENGGARAAN
KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN
DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Cuk Hanarko
H 0405002
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : April 2010 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
5. Bapak Ir. Supanggyo, MP selaku dosen penguji tamu yang telah meluangkan
waktu untuk menguji hasil skripsi.
6. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar dan Penyuluh Pertanian
Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar.
7. Perangkat desa dan segenap masyarakat Desa Jati atas kesempatan yang
diberikan untuk melakukan penelitian.
8. Ayah, ibu dan teman–teman yang telah memberikan banyak dukungan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kemajuan di masa mendatang.
Surakarta, April 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii
RINGKASAN ............................................................................................. viii
SUMMARY .................................................................................................. ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 5
B. Kerangka Berpikir ........................................................................... 21
C. Dimensi Penelitian ........................................................................... 22
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian ................................................................. 25
B. Lokasi Penelitian ............................................................................. 25
C. Teknik Cuplikan (Sampling) ............................................................ 26
D. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 27
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 28
F. Pembuatan Catatan Lapang ............................................................. 29
G. Validitas Data .................................................................................. 29
H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 33
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam ................................................................................. 36
B. Tata Guna Lahan Pertanian .............................................................. 36
v
C. Keadaan Penduduk ......................................................................... 37
D. Keadaan Pertanian .......................................................................... 41
E. Profil Singkat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jaten ................. 41
F. Gambaran Umum Kelompok Tani Desa Jati .................................. 44
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perencanaan Penyuluhan ................................................................. 47
B. Pelaksanaan Penyuluhan ................................................................ 60
C. Hasil Penyuluhan ............................................................................ 69
D. Evaluasi Penyuluhan ........................................................................ 70
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 74
B. Saran ............................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Triangulasi Data .................................................................... 31 Tabel 2. Rincian Triangulasi Metode ................................................................ 32 Tabel 3. Rincian Triangulasi .............................................................................. 33 Tabel 4. Luas Wilayah Menurut Jenis Lahan Sawah dan Lahan Kering
di Desa Jati Tahun 2009 ..................................................................... 37 Tabel 5. Distribusi penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Jati Tahun
2009 .................................................................................................... 38 Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jati ............. 39 Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Jati
Tahun 2009 ........................................................................................ 40 Tabel 8. Daftar Kelompok Tani BPP Jaten ....................................................... 42 Tabel 9. Daftar Nama Petugas Penyuluhan Kecamatan Jaten ........................... 43 Tabel 10. Inventaris Barang BPP Kecamatan Jaten .......................................... 43 Tabel 11. Gambaran Umum Kelompok Tani Desa Jati .................................... 44
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ........................................................................ 21 Gambar 2. Catatan Lapang ............................................................................. 29 Gambar 3. Struktur Organisasi BPP Jaten ............................................................42
viii
RINGKASAN
CUK HANARKO. H0405002. “PROSES PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DI DESA JATI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR“. Di bawah bimbingan Ir. Sutarto, MSi dan Arip Wijianto, SP., MSi.
Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal yang bertujuan untuk memberikan perubahan terhadap petani dan keluarganya. Dengan adanya perubahan yang terjadi maka diharapkan kesejahteraan akan terwujud. Sehingga hal ini akan mewujudkan pembangunan pertanian yang merata.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses perencanaan penyuluhan pertanian, mengetahui pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian, mengetahui hasil dari penyuluhan pertanian, dan mengetahui proses evaluasi pernyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.
Metode penelitian kualitatif digunakan sebagai metode dasar dari penelitian ini. Jenis dan sumber data menggunakan data primer dan data sekunder. Penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling atau disengaja. Untuk uji validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode. Sedangkan untuk analisis data melalui proses reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian didapatkan bahwa proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar meliputi perencanaan penyuluhan, pelaksanaan penyuluhan, hasil penyuluhan dan evaluasi penyuluhan. Perencanaan dituangkan dalam rencana kegiatan penyuluh pertanian Desa Jati. Perencanaan dibuat untuk lebih memudahkan dalam pelaksanaan penyuluhan. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Jati telah dilaksanakan rutin setiap bulannya di masing-masing kelompok tani yang ada di Desa Jati serta telah dapat memberikan perubahan bagi kesejahteraan sasaran penyuluhan di Desa Jati. Untuk memudahkan penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan berkelanjutan maka penyuluh di Desa Jati melakukan evaluasi dengan tujuan untuk meninjau ulang masalah apa saja yang belum tercapai sesuai tujuan. Evaluasi yang dilakukan meliputi dua proses yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan dengan mengevaluasi jalannya kegiatan penyuluhan. Evaluasi tersebut dilakukan juga dengan musyawarah antara penyuluh dengan sasaran yang dilakukan saat pertemuan. Sedangkan evaluasi hasil dilakukan oleh penyuluh dengan mengevaluasi dari hasil yang telah dicapai dalam penyuluhan. Hasil penyuluhan yang telah dicapai dituangkan penyuluh dalam laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian.
ix
SUMMARY
CUK HANARKO. H0405002. “PROCESS OF THE
IMPLEMENTATION AGRICULTURAL EXTENSION ACTIVITY IN VILLAGE JATI SUBDISTRICT JATEN REGENCY KARANGANYAR”. Under guidances Ir. Sutarto, MSi and Arip Wijianto, SP., MSi.
Agricultural extension is an non formal education to give a change to the farmers and their family. With the change occurring, it is expected that welfare will be realized. So, it will realize the agricultural development distributed evenly.
This research aims to find out the planning process of agricultural extension, to find out the implementation process of agricultural extension, to find out the result of agricultural extension and to find out the evaluation process held in Village Jati, Subdistrict Jaten, Regency Karanganyar.
The qualitative research method was employed as the basic method in this research. The data used are primary and secondary. The informan was determined using purposive sampling technique. The data validity test was done using source and method triangulations technique. Meanwhile, the data analysis was done through the process of data reduction, display and conclusion drawing.
The research found that the process of implementation of outreach activities conducted in the village of Jati, District Jaten, Karanganyar District includes the extension planning, extension implementation, extension result and extension evaluation. Plan set forth in the plan of agricultural extension activities Jati village. Planning was made to better facilitate the implementation of the extension. Agricultural extension activities in the village of Jati has been carried out routinely every month in each of the existing farmers' groups in the village of Jati and have been able to provide for the welfare change targets in the village of Jati extension. To facilitate the extension implementation of extension education in the village of Jati an evaluation in order to review any issues that have not archieved the purpose. Evaluation includes two of the evaluation process and evaluation process results. The evaluation process is done by evaluating the course of counseling activities. The evaluation was conducted also with the discussion between the instructor with a target made at the meeting. While the evaluation results conducted by trainers with a view of the report of agricultural extension activities.
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian terpenting dari
pembangunan ekonomi, karena pembangunan pertanian merupakan salah satu
pemacu meningkatnya pertumbuhan perekonomian nasional. Pembangunan
ekonomi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat ke taraf yang
lebih baik. Dalam pembangunan ekonomi ini, sektor pertanian masih
diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam peningkatan
pendapatan nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja dan
penyediaan bahan pangan.
Pertanian merupakan bagian dari perekonomian yang penting di
Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia, yang sebagian besar tinggal di
daerah pedesaan, hingga saat ini masih menyandarkan mata pencahariannya
pada sektor pertanian. Salah satu upaya untuk menciptakan pertanian yang
berhasil adalah melalui kegiatan penyuluhan pertanian.
Penyuluhan akan dikatakan berhasil, apabila telah terjadi perubahan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari sasaran sehingga akan tercipta
kesejahteraan bagi sasaran penyuluhan tersebut. Untuk mendukung
terciptanya kegiatan penyuluhan yang berhasil maka perlu dilakukan
persiapan sebelum dilakukan kegiatan penyuluhan. Tidak hanya itu saja, untuk
mendukung kegiatan penyuluhan yang berkelanjutan maka perlu dilakukan
evaluasi terhadap kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan.
Penyuluhan diperlukan guna mensukseskan tercapainya pembangunan
pertanian Indonesia yang menyeluruh. Untuk menciptakan kesuksesan
pembangunan pertanian tersebut, maka penyuluhan pertanian di seluruh
wilayah Indonesia harus dilakukan dengan benar. Semakin banyak penyuluhan
pertanian yang berhasil maka harapan pembangunan pertanian akan mudah
tercapai. Untuk itu perlu proses penyelenggaraan penyuluhan di masing-
1
xi
masing daerah yang sesuai dengan programa penyuluhan yang telah diatur
pemerintah.
Desa Jati merupakan salah satu desa di Kecamatan Jaten yang
melaksanakan kegiatan penyuluhan. Semua desa di Indonesia yang melakukan
penyuluhan pertanian diharapkan akan berhasil menciptakan perubahan demi
tercapainya pembangunan pertanian. Dari hal ini maka Desa Jati merupakan
salah satu desa yang diharapkan dapat menciptakan pembangunan pertanian
yang berhasil. Untuk mendukung tercapainya pembangunan pertanian, maka
penyuluhan pertanian yang berhasil perlu dilaksanakan di Desa Jati. Sehingga
untuk mengetahui keberhasilan penyuluhan di Desa Jati maka perlu diketahui
bagaimana proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan yang dilakukan di
desa tersebut.
B. Perumusan Masalah
Penyuluhan pertanian merupakan salah satu usaha pemerintah untuk
mewujudkan terciptanya pembangunan pertanian. Melalui penyuluhan
pertanian akan tercipta perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dari
sasaran penyuluhan. Dalam hal ini adalah petani dan keluarganya sehingga
kesejahteraan pun akan dapat dirasakan. Hal ini berarti penyuluhan merupakan
salah satu jalan yang penting dalam rangka mewujudkan pembangunan
pertanian. Untuk itu keberhasilan kegiatan penyuluhan sangat penting untuk
diperhatikan.
Keberhasilan proses penyuluhan dapat tercapai apabila dilakukan
persiapan melalui tahap perencanaan hingga tahap evaluasi. Perencanaan perlu
dilakukan demi suksesnya penyelenggaraan kegiatan penyuluhan, sedangkan
evaluasi diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan hal-hal yang
dirasa masih kurang dalam penyelenggaraan penyuluhan sehingga evaluasi
dilakukan demi keberlanjutan proses kegiatan penyuluhan itu sendiri. Semua
hal tersebut akan tercakup dalam proses penyelenggaraan kegiatan
penyuluhan.
xii
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Jati, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar. Penyelenggaraan penyuluhan di Desa Jati
dilaksanakan setiap bulan yang masing-masing berbeda tanggal
pelaksanaannya antara kelompok tani yang satu dengan kelompok tani yang
lain. Sehingga untuk memberikan jawaban tentang bagaimana proses
menyelenggarakan kegiatan penyuluhan, maka peneliti berusaha untuk
melakukan penelitian di Desa Jati tentang bagaimana penyelenggaraan
kegiatan penyuluhan pertanian di desa tersebut dilakukan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana perencanaan penyuluhan pertanian yang dilakukan dalam
menyelenggarakan kegiatan penyuluhan di Desa Jati, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar?
2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Jati,
Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar?
3. Bagaimana hasil dari penyuluhan pertanian di Desa Jati, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar?
4. Bagaimana evaluasi pernyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati,
Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai antara lain :
1. Mengetahui perencanaan penyuluhan pertanian yang dilakukan dalam
menyelenggarakan kegiatan penyuluhan di Desa Jati, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar.
2. Mengetahui pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Jati,
Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.
3. Mengetahui hasil dari penyuluhan pertanian di Desa Jati, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar.
xiii
4. Mengetahui evaluasi pernyuluhan pertanian yang dilakukan di Desa Jati,
Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan bagian dari proses belajar yang
harus ditempuh untuk mendapatkan banyak pengetahuan tentang
bagaimana proses menyelenggarakan kegiatan penyuluhan dari awal
hingga akhir.
2. Bagi penyuluh, dapat sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
langkah dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan.
3. Bagi petani, dapat dijadikan informasi tentang manfaat diadakannya suatu
penyuluhan pertanian.
4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan informasi untuk meneliti lebih lanjut
mengenai proses penyelenggaraan kegiatan penyuluhan.
xiv
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Pertanian
Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana
untuk melaksanakan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau
kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka waktu panjang yang
dilaksanakan oleh pemerintah yang didukung oleh partisipasi
masyarakatnya, dengan menggunakan teknologi yang terpilih
(Departemen Kehutanan, 1996).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai buah keberhasilan
pembangunan telah menimbulkan dampak negatif terhadap ketersediaan
sumber daya alam dan kualitas lingkungan. Sebagai gambaran, sektor
pertanian yang bertumpu pada potensi sumber daya alam banyak
mengalami pengurasan sehingga ketersediaan dan kualitas sumber daya
alam makin menurun. Akibatnya, setelah hampir empat dasawarsa
pembangunan berlangsung, kondisi pertanian nasional masih dihadapkan
Karangsono, Dusun Karang Duren dan Dusun Senden. Jarak Desa Jati dengan
pusat pemerintahan kota kecamatan yaitu berjarak 3 kilometer, sedangkan
jarak dengan kota kabupaten yaitu 4 kilometer.
Banyaknya curah hujan yang terjadi di Desa Jati Kecamatan Jaten
Kabupaten Karanganyar adalah 2000 milimeter per tahun. Sedangkan
banyaknya hari hujan di Desa Jati adalah sebanyak 75 hari hujan dan
banyaknya curah hujan banyak terjadi pada bulan Desember-Februari dan
kejadian ini hampir terjadi pada setiap tahunnya, sehingga pada bulan tersebut
termasuk ke dalam musim penghujan.
B. Tata Guna Lahan Pertanian
Luas wilayah lahan pertanian di Desa Jati, Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar adalah 265,47 Ha. Luas lahan tersebut digunakan
36
xlvi
untuk mengusahakan berbagai usahatani. Usahatani di Desa Jati dibedakan
menjadi dua macam yaitu usahatani lahan sawah dan usahatani lahan kering.
Lebih jelasnya dapat disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4. Luas Wilayah menurut Jenis lahan sawah dan lahan kering di Desa Jati Tahun 2009
No Lahan Luas (Ha) Prosentase (%) 1 Lahan Sawah
171,34
64,54
2 Lahan Kering
76,58
28,85
3 Lain-lain 17,55 6,61
Jumlah lahan keseluruhan 265,47 100
Sumber : Monografi Desa Jati Tahun 2009
Tabel 4 menunjukkan bahwa lahan sawah Desa Jati Kecamatan Jaten
Kabupaten Karanganyar seluas 171,34 Ha. Jenis usahatani yang banyak
dilakukan oleh masyarakat Desa Jati adalah bercocok tanam padi. Sedangkan
untuk lahan kering seluas 76,58 Ha. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Desa
Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar merupakan daerah yang
potensial untuk kegiatan usahatani padi. Lahan kering di Desa Jati digunakan
oleh penduduk untuk pekarangan dan juga sebagai tempat bangunan-
bangunan seperti perumahan, gedung sekolah dan bangunan yang lain.
Sedangkan lahan seluas 17,55 Ha digunakan untuk fasilitas umum seperti
jalan, sungai atau tempat pemakaman.
C. Keadaan Penduduk
1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk
mengetahui sex ratio. Adapun keadaan penduduk menurut jenis kelamin
dapat disajikan pada tabel 5.
xlvii
Tabel 5. Distribusi penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Jati Tahun 2009.
No Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-Laki
3.047
2 Perempuan
3.104
Jumlah 6.151
Sumber : Monografi Desa Jati Tahun 2009
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan
sebanya 3.104 jiwa sedangkan untuk penduduk laki-laki berjumlah 3.047
jiwa. Dengan keadaan jumlah penduduk seperti ini maka dapat diketahui
bahwa penduduk perempuan lebih banyak dari pada penduduk laki-laki,
Sex ratio Desa Jati adalah :
Jumlah penduduk laki-laki Sex Ratio = x 100 Jumlah penduduk perempuan
3.047 = x 100
3.104 = 98,16 = 98
Sex ratio sebesar 98 menunjukkan bahwa tiap 100 penduduk
perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Hal ini menggambarkan bahwa
jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk
perempuan. Apabila angka SR (Sex Ratio) jauh di bawah 100, dapat
menimbulkan berbagai masalah. Ini berarti di wilayah tersebut kekurangan
penduduk laki-laki akibatnya antara lain kekurangan tenaga kerja laki-laki
untuk melaksanakan pembangunan, atau masalah lain yang berhubungan
dengan perkawinan. Apabila laki-laki lebih sedikit dibandingkan
perempuan ada kemungkinan penduduk ada yang tidak kawin karena
jumlahnya tidak sepadan. Hal ini dapat terjadi apabila suatu daerah banyak
penduduk laki-laki meninggalkan daerah atau kematian banyak terjadi
pada penduduk laki-laki.
xlviii
2. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan di suatu wilayah dapat menggambarkan
kualitas penduduk di wilayah tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan
maka kualitas penduduk akan semakin baik jika diukur dari aspek
pengetahuan. Namun hal ini belum tentu dapat menjamin kesadaran
masyarakat. Apabila tingginya tingkat pendidikan diiringi dengan
kesadaran yang tinggi pula, maka bukan hal yang mustahil jika dapat
mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang semakin baik pula.
Distribusi penduduk Desa Jati menurut tingkat pendidikan dapat dilihat
pada tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jati
No Uraian Jumlah
1 2 3 4 5 6
Tamatan SD Tamatan SLTP Tamatan SLTA Belum Tamat SD Tamat Akademi/Perguruan Tinggi Tidak Sekolah
2463 1228 1040 690 263
8
Jumlah 5692
Sumber: Monografi Desa Jati Tahun 2009
Tabel di atas menunjukkan bahwa kebanyakan penduduk Desa Jati
rata-rata adalah tamatan SD yaitu sebesar 2463 orang. Sedangkan
penduduk yang tidak sekolah sebanyak 8 orang. Ini menunjukkan bahwa
rata-rata penduduk sudah menempuh jenjang pendidikan meskipun hanya
sampai tingkat SD. Sehingga bisa dikatakan penduduk Desa Jati telah
memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan.
3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Pembangunan daerah merupakan usaha peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan warga masyarakat. Dalam upaya pembangunan daerah
salah satunya adalah ketersediaan lapangan pekerjaan. Untuk mengetahui
banyaknya jenis pekerjaan di Desa Jati, Kecamatan Jaten, Kabupaten
Karanganyar dapat disajikan pada tabel 7.
xlix
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Jati Tahun 2009
No Mata pencaharian Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Petani Buruh Tani Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Pengangkutan Pegawai Negeri Sipil Pensiunan
203 365 55 158 197 96 43 132 98
Jumlah 1347
Sumber : Monografi Desa Jati Tahun 2009
Tabel 7 diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Desa Jati
Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar bermata pencaharian buruh tani
yaitu 365 orang. Dengan demikian mayoritas penduduk Desa Jati bekerja
di bidang pertanian. Mata pencaharian menunjukkan besarnya sumbangan
pendapatan yang diperoleh penduduk dari kegiatan ekonomi, sehingga
jenis mata pencaharian penduduk hanya semata-mata untuk pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini bila dilihat dari mata pencaharian
penduduk Desa Jati yang sebagian besar sebagai buruh tani maka
penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan tersebut memang semata-mata
hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari saja. Berbeda halnya
dengan petani yang memiliki lahan sawah sendiri yang biasanya
penghasilannya jauh lebih besar dari pada buruh tani sehingga penghasilan
yang didapat pun selain untuk kebutuhan hidup sehari-hari juga bisa
digunakan untuk kebutuhan yang lain seperti meningkatkan potensi
pertanian yang dimiliki atau untuk kebutuhan yang lain.
l
D. Keadaan Pertanian
Penduduk Desa Jati sebagian besar bekerja di sektor pertanian secara
turun temurun. Hasil produksi pertanian di Desa Jati adalah komoditas padi
dengan luas panen 533,10 Ha dapat menghasilkan produksi padi sebanyak
3.411,84 ton. Hal tersebut disebabkan karena lahan sawah yang digunakan
sudah tergolong dalam sawah teknis, sehingga kebutuhan air tanah tetap
terjaga dan dapat dipenuhi sesuai dengan kehendak petani itu sendiri.
E. Profil Singkat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jaten
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jaten merupakan satu diantara 17
BPP yang ada di Kabupaten Karanganyar yang terletak di Kecamatan Jaten,
Kabupaten Karanganyar. Pada mulanya nama BPP Jaten adalah kantor
penyuluhan. Wilayah kecamatan awalnya dibagi menjadi WKPP (Wilayah
Kerja Penyuluhan Pertanian) yang dikoordinatori oleh seorang koordinator
penyuluh lapang. Kemudian berdasarkan UU No 16 Tahun 2006 dan
diperkuat dengan PERDA No 5 Tahun 2009 akhirnya nama kantor
penyuluhan diubah menjadi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).
BPP Jaten membawahi kelompok tani sebanyak 24 kelompok tani
yang tersebar di delapan desa. Adapun kelompok tani yang ada di wilayah
BPP Jaten dapat disajikan pada tabel 8 :
li
Tabel 8. Daftar Kelompok Tani BPP Jaten
No Nama Luas Sawah Jumlah Anggota Desa
1. Sari Dadi I 66,5 152 Suruh Kalang Sari Dadi II 68,5 148 Sari Dadi III 69,3 164 2. Rukun Makarti 58 164 Jati Mbanguncoro 66 172 Rukun Makaryo 58,7 166 3. Ngudi Rejeki 39 45 Jaten Ngudi Makmur 39 60 Ngudi Subur 35 60 4. Langgeng Mulyo 62 51 Dagen Basuki 42 39 Handoyo Tani 38 74 5. Margo Tani 38 96 Jetis Sumber Rejeki 44 150 Kismo Rejo 45 60 6. Marsudi Tani 60 100 Brujul Subur Makmur 40 120 Sido Makmur 60 98 Ngudi Makmur 40 121 7. Tani Makaryo 60 162 Ngringo 8. Sumber Rejeki I 69 121 Sroyo Sumber Rejeki II 71 142 Sumber Rejeki III 38 67 Sumber Rejeki IV 45 62
Sumber : BPP Jaten 2009 BPP Jaten memiliki struktur organisasi yang terdiri dari koordinator
dan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL). Yang dapat disajikan pada gambar
berikut :
Gambar 3. Struktur Organisasi BPP Jaten
Koordinator BPP Jaten
Penyuluh atau THL
Penyuluh atau THL
Penyuluh atau THL
lii
Koordinator BPP bertugas mengkoordinasi keseluruhan dari kinerja kegiatan
penyuluhan yang diselenggarakan. Penyuluh bersama dengan THL (Tenaga
Harian Lepas) bertugas melaksanakan penyuluhan di wilayah kerja yang telah
ditetapkan. Adapun nama koordinator penyuluh BPP dan petugas penyuluhan
di Desa Jati dapat disajikan pada tabel 9 sebagai berikut :
Tabel 9. Daftar Nama Petugas Penyuluhan Desa Jati Tahun 2009
No Nama Petugas Jabatan Dalam Tim
Jabatan Dalam Dinas
Wilayah Kerja Penyuluh
1. Anna Maria H, STP Koordinator PNS Kec. Jaten 2. Widodo, SP PPL PNS Ds. Nglingo 3. Darwati, SP PPL PNS Ds. Jaten 4. Suranto, SPT PPL PNS Ds. Mbrujul 5. Sadino, STP PPL PNS Kec. Jaten 6. Hariyono PPL THL Ds. Suruhkalang 7. Ikhwan Hadi PPL THL Ds. Ndagen 8. Dwi Hartati PPL THL Ds. Jetis 9. Ir.Tri Susityoatmoko PPL THL Ds. Sroyo 10. Indri Saptaningsih PPL THL Ds. Jati
Sumber : BPP Jaten 2009
BPP Jaten memiliki inventaris atau alat-alat penunjang untuk kegiatan
penyuluhan baik untuk keperluan pribadi bagi penyuluh maupun untuk
kegiatan lapang. Inventaris barang yang ada di kantor BPP Jaten dapat
disajikan pada tabel 10 sebagai berikut :
Tabel 10. Inventaris Barang BPP Kecamatan Jaten Tahun 2009
No Nama Barang Jumlah Asal Pendanaan 1. Meja kantor 5 Dinas Pertanian 2. Almari 1 BPP Jaten 3. Mesin ketik 1 BPP Jaten 4. Data dinding 2 BPP Jaten 5. Jam dinding 1 BPP Jaten 6. Kipas angin 1 BPP Jaten 7. Papan acara 1 BPP Jaten 8. Kaca rias 1 BPP Jaten 9. kursi 10 Kecamatan Jaten 10. Perangkat Uji
Tanah Sawah (PUTS)
1 Pemerintah pusat
Sumber : BPP Jaten 2009
liii
F. Gambaran Umum Kelompok Tani Desa Jati
Kelompok tani merupakan kumpulan petani yang terbentuk
berdasarkan keakraban dan keserasian serta kesamaan kepentingan dalam
memanfaatkan sumber daya pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan
anggotanya. Anggota kelompok tani adalah para petani sebagai pengelola
usaha tani yang terdaftar sebagai anggota kelompok dapat berupa petani
dewasa maupun petani muda. Pada dasarnya kelompok tani ditumbuhkan
berdasarkan wilayah, satu dusun atau lebih yang dapat berupa kelompok
hamparan atau kelompok domisili tergantung dari kondisi penyebaran
penduduk dan lahan usaha taninya di wilayah tersebut. Dalam
pertumbuhannya tersebut perlu diperhatikan kondisi-kondisi kesamaan
kepentingan sumber daya alam, sosial ekonomi, keakraban, saling
mempercayai dan keserasian hubungan antar petani sehingga setiap anggota
kelompok dapat merasakan, memiliki dan menikmati manfaat sebesar-
besarnya apa yang ada dalam kelompok.
Desa Jati memiliki kelompok tani sebanyak tiga kelompok yaitu
Kelompok Tani Mbangun Coro, Kelompok Tani Rukun Makarti dan
Kelompok Tani Rukun Makaryo. Secara umum kelompok tani di Desa Jati
dapat disajikan pada tabel 11.
Tabel 11. Kelompok Tani Desa Jati Tahun 2009
Wilayah Kelompok Tani
Nama Kelompok Tani
Kelas Kelompok Jumlah Anggota
Dusun Jati Dusun Ndukuh Dusun Banaran
Mbangun Coro Rukun Makarti Rukun Makaryo
Madya Lanjut Lanjut
172 164 166
Sumber : BPP Jaten Tahun 2009
Ketiga kelompok tani di Desa Jati didirikan pada tahun 1980.
Pembentukan kelompok tani di Desa Jati pada mulanya dimulai dengan
diadakannya pertemuan-pertemuan biasa antara petani dan masyarakat
setempat. Karena pertemuan-pertemuan yang dilakukan ternyata dirasa sangat
penting. Akhirnya pembentukan pengurus pun dilakukan yaitu sekitar tahun
1980. Dalam pembentukannya akhirnya dipilihlah nama untuk masing-masing
liv
kelompok tani. Pada mulanya eksistensi dari kelompok tani di Desa Jati tidak
begitu jelas. Dalam artian kadang aktif dilakukan penyuluhan atau pertemuan
dan kadang tidak dilakukan sama sekali. Hal ini disebabkan karena
masyarakat belum begitu menganggap penting terhadap manfaat penyuluhan
itu sendiri. Kemudian mulailah ditetapkan jadwal tetap bagi masing-masing
kelompok tani. Untuk lebih jelasnya maka ketiga kelompok tani di Desa Jati
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kelompok Tani Mbangun Coro
Kelompok tani ini berada di Dusun Jati berdiri tanggal 21 Oktober 1980.
Yaitu tenaga penyuluhan pertanian yang masih berstatus kontrak.
PPL yang bertugas di Desa Jati sekarang adalah Ibu Indri
Saptaningsih yang mana statusnya adalah masih sebagai penyuluh kontrak
atau Tenaga Harian Lepas. Sedangkan yang sudah lama bertugas di Desa
Jati adalah Ibu Anna Maria Handariyati yang dulu adalah PPL Desa Jati
namun sekarang telah diangkat menjadi Kepala BPP Jaten.
Pada saat penyuluhan dilaksanakan peneliti menjumpai bahwa
Kepala BPP Ibu Anna Maria masih menemani Ibu Indri sebagai penyuluh
Jati dalam melaksanakan penyuluhannya. Hal ini dikarenakan status Ibu
Indri yang masih dalam kategori penyuluh kontrak dan belum lama
bertugas di Desa Jati. Jadi pengalaman penyuluh dalam hal ini adalah
faktor utama yang mendasarinya. Selain dari pengalaman faktor image
penyuluh di mata petani sasaran juga sangat berpengaruh. Hal ini
diungkapkan oleh beberapa petani di Jati bahwa jika penyuluhan tidak
dihadiri oleh Ibu Anna maka para petani merasa ada yang kurang dan
kurang berani untuk mengungkapkan permasalahannya pada penyuluh
yang lain. Hal ini sangat wajar karena Ibu Anna yang sekarang menjabat
sebagai Kepala BPP Jaten telah menjadi penyuluh di Desa Jati sudah
cukup lama sehingga para petani di Desa Jati lebih terbiasa dengan Ibu
Anna dibanding dengan penyuluh lain.
lxxvii
e. Sistem Kerja Penyuluhan
Sistem kerja penyuluhan di Desa Jati menerapkan teori dan juga
praktek. Teori diberikan pada saat pertemuan penyuluhan berlangsung.
Yaitu pada saat penyuluhan yang dilakukan setiap bulan di masing-masing
kelompok tani. Pemberian teori diberikan kepada sasaran dengan maksud
agar memberikan pemahaman dari materi yang disampaikan. Sehingga
dengan pemberian materi ini diharapkan perubahan pengetahuan dari
sasaran penyuluhan bisa terjadi peningkatan dari yang tidak tahu menjadi
tahu. Selanjutnya untuk lebih memperdalam pemahaman dari teori yang
telah diberikan, maka praktek dari teori tersebut terkadang dilaksanakan di
lapang. Dilakukan praktek jika materi yang disuluhkan memang
diperlukan praktek di lapang untuk lebih memperjelas teori seperti
kegiatan demplot, SLPHT, dan kegiatan lain yang membutuhkan praktek.
Dengan adanya praktek di lapang ini diharapkan akan terjadi perubahan
ketrampilan dari sasaran. Dari yang semula tidak mampu menjadi mampu.
Penentu keberhasilan dari pelaksanaan kinerja penyuluhan di Desa
Jati sendiri tidak lepas dari kemampuan penyuluh itu sendiri. Untuk
menciptakan kemampuan penyuluh yang baik maka di Desa Jati
menerapkan teknik latihan dan kunjungan. Yang mana teknik ini
merupakan transformasi dari sistem latihan dan kunjungan (LAKU) yang
sempat menjadi sistem kerja penyuluhan di masa dulu. Namun sekarang
sistem LAKU sudah tidak digunakan lagi.
Latihan dilaksanakan setiap satu bulan sekali dengan melatih para
penyuluh. Latihan tersebut diberi nama training penyuluh. Trainingnya
diikuti oleh penyuluh-penyuluh dari 5 kecamatan yang dikumpulkan
menjadi satu. Tempat pelaksanaannya berada di BPP Kebakkramat. Untuk
topik yang memutuskan juga dari 5 kecamatan tersebut. Pihak yang
memberikan pelatihan berasal dari tingkat kabupaten BP4K (Badan
Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan). Materi dari
Latihan disesuaikan dengan topic of training yang mana topik tersebut
ditentukan sebelum tahun anggaran baru. Kunjungan yaitu penyuluh
lxxviii
berkunjung setiap minggu dari senin sampai kamis ke kelompok tani atau
GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani). Untuk Kunjungan penyuluh
sekarang berkantor di poslohdes (pos penyuluhan desa) yaitu di Balai
Desa.
C. Hasil Penyuluhan
Penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang bertujuan
untuk menciptakan perubahan. Perubahan yang terjadi diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan bagi sasaran penyuluhan. Perubahan tersebut
meliputi perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Pengetahuan
dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dan
yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Sikap dikatakan meningkat, bila terjadi
perubahan dari yang tidak mau menjadi mau, memanfaatkan kesempatan-
kesempatan yang diciptakan. Ketrampilan dikatakan meningkat bila terjadi
perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu melakukan suatu pekerjaan
yang bermanfaat.
Penyuluhan yang dilakukan di Desa Jati sendiri telah memberikan
perubahan. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang informan yang merupakan
ketua kelompok tani rukun makarti Bapak Suwanto:
”dengan adanya penyuluhan selama ini ya telah ada perubahan. Hasil
produktivitas pun cukup meningkat dibandingkan 3 tahun yang lalu
sebelum ada penyuluhan”. (wawancara 1 September 2009).
Hasil penyuluhan yang telah di capai kemudian oleh penyuluh ditulis
dalam Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Seperti yang telah
diungkapkan oleh informan kunci yaitu Ibu Anna :
”ditulis dalam Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Selain
itu juga dalam pertemuan dirembugkan lagi apa saja yang telah
dicapai dengan sasaran”. (wawancara 15 September 2009).
Laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian merupakan laporan yang dibuat
oleh penyuluh dalam akhir bulan setelah melaksanakan kegiatan penyuluhan.
Dalam laporan hasil kegiatan penyuluhan berisi tentang point-point antara lain
lxxix
kegiatan yang telah dilakukan, waktu pelaksanaan penyuluhan, tempat tujuan
penyuluhan, jumlah kehadiran peserta penyuluhan dan hasil yang telah
dicapai. Laporan hasil dibuat oleh masing-masing penyuluh yang diberikan
tugas menyuluh di wilayah kerja penyuluhan.
Laporan hasil akan memberikan gambaran bagi penyuluh terhadap
perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dari sasaran penyuluhan.
Pengetahuan dan ketrampilan dari sasaran penyuluhan di Desa Jati oleh
penyuluh dilihat dari hasil yang telah dicapai. Dan hasil dapat tercapai bila
sasaran penyuluhan mau memiliki sikap untuk menerapkan apa yang telah
disampaikan dalam penyuluhan. Apabila hasil yang dicapai telah sesuai
dengan tujuan dari penyuluhan yang ditetapkan maka penyuluh menganggap
telah terjadi perubahan pengetahuan dan ketrampilan dari sasaran penyuluh.
Hal ini karena petani telah mengambil sikap untuk mau menerapkan apa yang
telah disampaikan dalam penyuluhan sehingga hal ini akan mempengaruhi
pengetahuan dari sasaran. Ketrampilan akan dibuktikan pada saat sasaran
melaksanakan kegiatan dari informasi yang telah disampaikan penyuluh.
Ketrampilan sasaran penyuluhan akan meningkat ketika sasaran juga
mempraktekannya di lapang. Jika dilihat dari hasil yang telah dicapai dalam
penyuluhan di Desa Jati maka di Desa Jati telah terjadi perubahan
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hal ini berarti jika dihubungkan dengan
teori maka telah sesuai.
D. Evaluasi Penyuluhan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam suatu pelaksanaan kegiatan.
Evaluasi dibutuhkan untuk perbaikan dari pelaksanaan kegiatan yang telah
dilaksanakan. Dalam penyuluhan, evaluasi dibutuhkan karena kegiatan
penyuluhan dilakukan tidak cukup hanya sekali kegiatan kemudian selesai.
Akan tetapi kegiatan penyuluhan diharapkan dapat dilakukan secara continue
atau berkelanjutan. Sehingga untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan yang
lebih baik di masa mendatang maka evaluasi sangat penting untuk dilakukan.
lxxx
Ceepersad dan Handerson (Ibrahim, et al., 2003) menyebutkan bahwa
ada beberapa alasan yang menyatakan perlunya evaluasi dalam proses
penyuluhan yaitu:
1. Evaluasi memberikan petunjuk dan mengarahkan tindakan-tindakan di
masa yang akan datang. Evaluasi penting dilakukan untuk melihat manfaat
dari implementasi programa penyuluhan secermat mungkin. Evaluasi
formal penyuluhan pertanian dapat mengurangi efek-efek bisa penilaian.
2. Evaluasi dapat membantu pelaksanaan-pelaksanaan proyek yang sedang
berlangsung. Informasi-informasi yang diperoleh dari evaluasi dapat
digunakan untuk memodifikasi atau menyesuaikan bagian-bagian tahapan
programa penyuluhan pertanian.
3. Evaluasi dapat digunakan sebagai dasar perencanaan program di masa
yang akan datang.
4. Evaluasi formal yang terukur secara jelas diperlukan untuk memperoleh
sumber-sumber pembiayaan dari luar.
5. Evaluasi formal menjamin hubungan-hubungan fungsional dengan
lembaga lainnya dapat dilakukan secara lancar.
6. Evaluasi formal sangat diperlukan dalam membuat keputusan secara
sistematis guna mengembangkan sikap profesionalisme penyuluh
pertanian.
Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Yang mana dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Evaluasi Proses
Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan untuk
mengevaluasi seberapa jauh proses kegiatan yang telah dilakukan. Di Desa
Jati, evaluasi proses dilakukan melalui musyawarah antara penyuluh
dengan sasaran yang dilakukan saat pertemuan. Yang dievaluasi dalam
evaluasi proses dalam hal ini adalah mengevaluasi jalannya kegiatan
penyuluhan yang ada di Desa Jati.
Evaluasi dilakukan saat penyuluhan berlangsung. Evaluasi
dilakukan terhadap kegiatan penyuluhan yang telah selesai sebelumnya.
lxxxi
Penyuluh mengevaluasi dari jalannya kegiatan penyuluhan yang telah
berlangsung dengan melihat dari jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan
penyuluhan. Penyuluh menanyakan kepada para petani yang sebelumnya
tidak datang untuk dimintai keterangan alasan kenapa tidak menghadiri
kegiatan penyuluhan. Selain itu evaluasi juga dilakukan pada hasil yang
telah dicapai masing-masing petani peserta penyuluhan yang telah
menerapkan apa yang telah disuluhkan. Seperti diungkapkan oleh PPL
Desa Jati Indri Saptaningsih :
”evaluasi dilakukan dengan bersumber dari laporan dari sasaran
yang kemudian akan dicatat dalam catatan tertulis”. (wawancara
27 Agustus 2009).
Juga diungkapkan oleh salah satu ketua kelompok tani Desa Jati Bapak
Suwanto :
”evaluasi dilakukan saat pertemuan jadi hasil-hasil yang telah
dipraktekkan para petani diulas kembali bagaimana hasilnya.
Selain itu juga ada dokumen tertulis entah dari dinas pertanian
atau penyuluh sendiri”. (wawancara 1 September 2009).
2. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengevaluasi
tentang seberapa jauh tujuan-tujuan yang direncanakan telah dapat dicapai.
Evaluasi hasil yang dilakukan di Desa Jati dilakukan penyuluh dengan
berpedoman pada laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian yang telah
dibuat oleh penyuluh. Laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian dibuat
berdasarkan laporan tertulis dari sasaran penyuluhan.
Laporan hasil kegiatan penyuluhan pertanian berisi tentang nama
kegiatan atau tema saat penyuluhan, waktu diselenggarakannya
penyuluhan, tempat tujuan, jumlah yang hadir dalam penyuluhan, serta
hasil dari penyuluhan itu sendiri. Dari laporan hasil kegiatan penyuluhan
pertanian itulah, penyuluh akan dapat mengidentifikasi kembali atau
meninjau ulang balik apa saja yang masih kurang atau tidak sesuai dengan
perencanaan dan tujuan penyuluhan. Evaluasi yang didapat kemudian
lxxxii
sebagian dirundingkan kembali dengan sasaran penyuluhan saat pertemuan
berikutnya. Hal itu dilakukan untuk keberhasilan kegiatan penyuluhan
kedepan serta agar masalah-masalah yang belum terselesaikan dapat
dicapai sesuai tujuan. Karena kegiatan penyuluhan di Desa Jati
dilaksanakan secara berlanjut (continue) sehingga kegiatan penyuluhan
yang akan datang diharapkan lebih baik dari kegiatan penyuluhan
sebelumnya.
Jika dilihat dari proses evaluasi di Desa Jati baik evaluasi proses
maupun hasil, maka bisa dikategorikan evaluasi di atas termasuk juga ke
dalam evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Taylor (Ibrahim et al., 2003)
mengungkapkan bahwa evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang
berusaha mengidentifikasi dan memperbaiki pelaksanaan program-
program dalam jangka pendek. Dengan demikian evaluasi ini dilaksanakan
sebelum program tersebut berakhir atau selama program tersebut berjalan.
Hal ini sesuai dengan evaluasi proses dimana penyuluh melakukan
evaluasi terhadap jalannya proses atau programa penyuluhan. Evaluasi
yang dilakukan di Desa Jati sendiri sudah sesuai dengan teori dari evaluasi
ini. Evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang ditujukan untuk menilai
hasil akhir dari pelaksanaan program-program penyuluhan. Jadi evaluasi
sumatif dilakukan setelah suatu program telah berkhir. Hal ini juga sesuai
dengan evaluasi hasil yang dilakukan penyuluh di Desa Jati. Penyuluh
mengevaluasi dengan melihat dari hasil yang telah dicapai dari laporan
hasil kegiatan penyuluhan.
Evaluasi dilakukan sendiri oleh penyuluh yang bertugas di Desa
Jati. Sehingga dalam hal ini penyuluh bertindak juga sebagai evaluator.
Evaluasi yang dilakukan di Desa Jati hanya penyuluh catat dalam buku
harian penyuluh saja tidak dituangkan dalam catatan resmi atau formal
khusus laporan evaluasi. Dengan adanya laporan khusus evaluasi,
diharapkan penyuluh akan lebih mudah mengidentifikasi program mana
saja yang belum tercapai sesuai tujuan dari penyuluhan.
lxxxiii
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis hasil dan pembahasan dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Perencanaan penyuluhan pertanian di Desa Jati meliputi analisis situasi
dan khalayak, kebijakan pemerintah dalam kegiatan penyuluhan,
pembiayaan penyuluhan serta pemilihan metode, teknik, alat bantu dan
alat peraga penyuluhan. Kesemua hal tersebut kemudian dituangkan dalam
Rencana Kegiatan Penyuluh Pertanian (RKPP).
2. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Jati dilaksanakan
dengan menggunakan materi yang disesuaikan dengan kondisi lapang
sasaran, tempat pelaksanaanya dilakukan di dalam ruangan (in door)
ataupun di luar ruangan (out door). Penyuluhan dilaksanakan di Kelompok
Tani Mbangun Coro, Rukun Makarti dan Rukun Makaryo. Dan pelaksana
penyuluhannya yaitu dari penyuluh Jati yaitu Ibu Indri dan Kepala BPP
Jaten yaitu Ibu Anna. Metode yang digunakan adalah tatap muka langsung
dan teknik kunjungan dan demonstrasi. Sedangkan alat bantu yang
digunakan yaitu lembar persiapan penyuluh, sarana ruangan dan alat tulis.
Alat peraga yang digunakan adalah leaflet.
3. Penyuluhan pertanian yang dilaksanakan di Desa Jati telah dapat
memberikan perubahan bagi kesejahteraan sasaran penyuluhan di Desa
Jati. Perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dari sasaran
penyuluhan di Desa Jati oleh penyuluh dilihat melalui laporan hasil
kegiatan penyuluhan pertanian yang penyuluh buat di akhir bulan setelah
penyuluhan.
4. Proses evaluasi yang dilakukan di Desa Jati ada dua yaitu evaluasi proses
dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan melalui musyawarah antara
penyuluh dengan sasaran yang dilakukan saat pertemuan. Yang dievaluasi
dalam evaluasi proses dalam hal ini adalah mengevaluasi jalannya
74
lxxxiv
kegiatan penyuluhan yang ada di Desa Jati. Sedangkan evaluasi hasil
dilakukan oleh penyuluh dengan melihat dari laporan hasil kegiatan
penyuluhan pertanian.
B. Saran
1. Pemilihan alternatif metode dan teknik penyuluhan perlu penyuluh
lakukan dan cantumkan dalam rencana kegiatan penyuluh agar apabila
penerapan metode dan teknik ternyata tidak sesuai rencana maka dapat
diganti dengan metode yang lain. Sehingga kegiatan penyuluhan masih
bisa tetap berjalan.
2. Pelaksanaan penyuluhan di Desa Jati akan lebih baik lagi jika pertemuan
penyuluhannya ditingkatkan dari sebulan sekali menjadi satu atau dua
minggu sekali. Hal ini dimaksudkan agar terjadi interaksi yang lebih cepat
sehingga masalah yang dihadapi lebih cepat ditanggapi dan tujuan pun
tercapai.
3. Hasil yang dicapai dalam penyuluhan yang biasanya dituangkan dalam
laporan hasil kegiatan penyuluhan akan lebih baik jika diklasifikasikan
lagi dalam tiga aspek meliputi pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
Sehingga akan memudahkan penyuluh untuk bisa lebih fokus dan terarah
dalam mengidentifikasi hal mana yang belum sesuai tujuan.
4. Dalam proses evaluasi akan lebih baik jika dibuat laporan khusus untuk
evaluasi secara tertulis. Sehingga hal ini akan dapat membedakan antara
laporan hasil kegiatan penyuluhan dan laporan evaluasi. Dengan dibuatnya
laporan evaluasi maka diharapkan nantinya akan dapat diketahui masalah-
masalah atau hal-hal mana saja dari hasil yang kurang memuaskan yang
belum sempat untuk dilakukan evaluasi atau perbaikan dari masalah
tersebut.
lxxxv
DAFTAR PUSTAKA
Allahyari, M.S., 2009. Reorganization of Agricultural Extension toward Green Agriculture. Terdapat pada http://www.google.co.id/url?sa = t&source = web & ct = res & cd = 12&ved = 0 CAoQFjABOAo&url = http%3A%2F%2Fwww.scipub.org%2Ffulltext%2FAJAB%2FAJAB421 05109.pdf&rct=j&q=agriculture+extension+.pdf&ei=836ESWgO9CvrAfV29GJAw&usg=AFQjCNEnvhgtEr58iF4GdnGEtolHERgHhg. Diakses tanggal 24 Februari 2010.
Anonima, 2009. Proses. Terdapat pada http://id.wikipedia.org/wiki/Proses. Diakses tanggal 25 februari 2010.
Anonimb, 2010. Perencanaan. Terdapat pada http://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan. Diakses tanggal 20 April 2010.
Bungin, B., 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Departemen Kehutanan, 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat Penyuluhan Kehutanan Departemen Kehutanan Republik Indonesia bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.
Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2006. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Terdapat pada http://www.deptan.go.id/bpsdm/uu.pdf. Diakses tanggal 5 Desember 2009.
Ibrahim, J.T., A. Sudiyono, dan Harpowo, 2003. Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian. Bayumedia Publishing dan UMM Press, Malang.
Iqbal, M., 2007. Analisis Peran Pemangku Kepentingan dan Implementasinya Dalam Pembangunan Pertanian. Terdapat pada http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3263071.pdf. Diakses tanggal 24 maret 2010.
Kartasapoetra, A.G., 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.
Lababa, D. 2008. Evaluasi Program: Sebuah Pengantar. Terdapat pada http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/evaluasi-program-sebuah-pengantar.html. Diakses tanggal 20 April 2010.
Mangunwidjaja, D. dan I. Sailah, 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya, Bogor.
Mardikanto, T., 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press, Surakarta.
lxxxvi
____________, 1994. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian. UNS Press, Surakarta.
____________, 2009. Membangun Pertanian Modern. Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press), Surakarta.
Mardikanto, T. dan A. Wijianto, 2005. Metode dan Teknik Penyuluhan. Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian UNS, Surakarta.
Miller, D., 2006. Building a new agricultural research and extension system In afghanistan: initial thoughts. Terdapat pada http://www.google.co.id/ url? Sa = t & source = web & ct = res & cd = 22 & ved = 0CAsQFjABOBQ&url = http % 3A % 2F% 2F www.usaid.gov% 2Flocations%2Fasia%2Fdocuments%2Fcountries%2Fafghanistan%2Framp%2FAgExtension_concepts_Feb142006.pdf&rct=j&q=agriculture+extension+.pdf&ei=0H-ES8mLM8HBrAePt63nAg&usg = AFQjCNfo DwH1 Gh3 bicgo FwMakb06IfHrZg. Diakses tanggal 24 Februari 2010.
Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi III. LP3S, Jakarta.
Neuchatel Group, 1999. Common framework On agricultural extension. Terdapat pada http://www.neuchatelinitiative.net/images/cf_en.pdf. Diakses tanggal 22 Februari 2010.
Pratama, L.H., 2008. Perencanaan. Terdapat pada http://trustco.or.id/perencanaan.htm. Diakses tanggal 20 April 2010.
Qamar, M.K., 2005. Modernizing national agricultural Extension systems: A practical guide for policy-makers of Developing countries. Terdapat pada http :// www. google.co.id / ur l? Sa = t& source = web&ct = res&cd =3&ved = 0CBUQFjAC&ur = ftp%3A%2F % 2Fftp.fao.org % 2Fdocrep %2Ffao % 2F008 % 2Fa0219e%2Fa0219e00.pdf&rct = j&q =agriculture+extension+pdf&ei=fXuES7CrKYW1rAeU_ZiNAw&usg =AFQjCNFynkTpoRsIaR3ChWKIIhg-9ReS7w. Diakses tanggal 24 Februari 2010.
Rejeki, M.C.N.S dan F.A. Herawati, 1999. Dasar-Dasar Komunikasi Untuk Penyuluhan. Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta.
Saptana dan Ashari, 2007. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Melalui Kemitraan Usaha. Terdapat pada http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3264071.pdf. Diakses tanggal 24 Maret 2010.
Sastraatmadja, E., 1993. Penyuluhan Pertanian: Falsafah, Masalah dan Strategi. Penerbit Alumni, Bandung.
Strauss, A. dan J. Corbin, 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Tata Langkah dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
lxxxvii
Suhardiyono, L., 1992. Penyuluhan: Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Erlangga, Jakarta.
Sutopo, H.B., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. UNS Press, Surakarta.
Usman, H. dan P.S. Akbar, 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara, Jakarta.
Van den Ban, A.W. dan H.S. Hawkins, 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius, Yogyakarta.
Wakhinuddin, 2009. Definisi Evaluasi (Dalam Konteks Program dan Pendidikan). Terdapat pada http://wakhinuddin.wordpress.com/2009/07/14/definisi-evaluasi. Diakses tanggal 20 April 2010.
Wisnusaputra, H.M., 2006. Pembangunan Pertanian, Pedesaan dan Pendidikan. Yayasan Pangeran Aria Adipati Ewangga, Jakarta.