PROSES PEMBINAAN ROHIS DI SMPN 166 JAKARTA (PENELITIAN ETNOGRAFI PENDIDIKAN) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Disusun Oleh : Nafisah Khoiriyah NIM. 11160110000011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROSES PEMBINAAN ROHIS DI SMPN 166 JAKARTA (PENELITIAN
ETNOGRAFI PENDIDIKAN)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh :
Nafisah Khoiriyah
NIM. 11160110000011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
i
ABSTRAK
Nafisah Khoiriyah, Proses Pembinaan Rohis di SMPN 166 Jakarta (Penelitian
Etnografi Pendidikan), Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui proses pembinaan rohis di SMPN
166. Dengan mengetahui proses pembinaan rohis, maka peneliti dapat mengetahui
apa saja yang dilaksanakan pada saat proses pembinaan. dan peneliti akan
mengetahui program-program kerja yang ada di dalam ekstrakulikuler rohis di
SMPN 166.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi
dengan pendekatan kualitatif. Etnografi merupakan upaya untuk menggambarkan
sebuah budaya dari sekelompok individu yang berkaitan dengan cara sekelompok
individu tersebut berprilaku, dan cara kelompok tersebut berinteraksi antara satu
dengan yang lain. Etnografi ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana
sekelompok dari individu ini, nilai-nilai, cara pandang dan motivasi mereka.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa untuk proses pembinaan rohis
di SMPN 166 ini berjalan sesuai dengan panduan yang telah diberikan oleh pihak
sekolah kepada pembina rohis dan guru agama islam. Dengan begitu bahwa
semua program kerja yang ada di sekolah bisa di katakan berhasil. Karena ketika
para anggota rohis melakukan kesalahan, maka akan ada evaluasi yang dapat
membuat para anggota rohis untuk berubah menjadi lebih baik lagi.
Kata Kunci: Proses, Pembinaan, Rohis
ii
ABSTRACT
Nafisah Khoiriyah, Rohis Coaching Process at SMPN 166 Jakarta
(Educational Ethnographic Research), Thesis, Islamic Religious Education
Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah
Islamic University, Jakarta.
The research aims to determine the process of spiritual guidance in SMP
166. By knowing the process of spiritual development, the researcher can find out
what is carried out during the guidance process. and researchers will know the
work programs that exist in the Rohis extracurricular at SMPN 166.
The method used in this research is ethnographic method with a qualitative
approach. Ethnography is an attempt to describe a culture of a group of
individuals related to the way these groups of individuals behave, and the way
these groups interact with one another. This ethnography aims to reveal how a
group of these individuals, their values, outlooks and motivations.
The results of this study indicate that for the process of spiritual
development in SMP 166 it runs in accordance with the guidelines that have been
given by the school to religious leaders and teachers of Islamic religion. That way,
all work programs in schools can be said to be successful. Because when the
members of the spiritualists make mistakes, then there will be an evaluation that
can make the members of the spiritualists to change for the better.
Keywords: Process, Development, Rohis
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan ridho
dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat melaksanakan penelitian dan
menyelesaikan skripsi sebagai salah satu tugas akhir dalam menempuh Sarjana
Strata 1 (S1) di Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini ditulis
dengan judul “Proses Pembinaan Rohis di SMPN 166 Jakarta (Penelitian
Etnografi Pendidikan)”.
Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang telah penyusun lakukan
diSMPN 166 Jakarta. Penyusunan skripsi ini sebagai tandabahwa penelitian
telahselesai dilaksanakan.
Adapun dengan selesainya skripsi ini telah melibatkan banyak pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan
terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang berperan, antara lain:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., sebagai Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Sururin, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta Dosen Penasihat Akademik yang
tak pernah bosan untuk memberikan semangat disetiap jenjang semester
untuk menjalankan perkuliahan dengan baik
3. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
4. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
5. Dr. Khalimi, M.Ag., Dosen Pembimbing skripsi yang telah bersedia
meluangkan banyak waktunya untuk membimbing, memberikan ilmu,
serta memberikan nasihat dan arahan;
iv
6. Kedua orang tua saya, Bapak Samsuri dan Ibu Napsiah, sebagai pendidik
pertama yang selalu mengorbankan waktu dan tenaganya, untuk mendidik
dan membesarkan putra-putrinya;
7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang
telah memberikan banyak ilmu dan berbagi pengalamannya kepada
penyusun;
8. Bapak Alizar S.Pd, M.M., sebagai Kepala Sekolah yang sejak awal
penelitian sangat bersedia membantu saya.
9. Bapak Karsono S.Pd., sebagai Wakil Kurikulum yang sejak awal
penelitian sangat bersedia membantu saya.
10. Teman-teman seperjuangan khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam,
sahabat Nadia Ulfah, Neli Ariska Putri, Hanin Andini, Siti Aisyah, Dewi
Hartika dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu;
11. Teman-teman di Organisasi Remaja Masjid Jami’ Al-Wiqoyah Jagakarsa;
12. Terimakasih kepada Anak-anak Binaan Yatim Masjid Jami’ Al-Wiqoyah
yang selalu mendo’akan dan mensuport hingga sekarang.
13. Terimakasih kepada Pihak yang mengurus Kartu Jakarta Mahasiswa
Unggul (KJMU) Dinas Pendidikan UPT P4OP dan PEMPROV DKI
Jakarta yang telah memberikan beasiswa kepada penyusun selama
menempuh program Pendidikan Agama Islam di Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas
do’a,dukungan, motivasi, bantuan serta perhatiannya yang tulus dan
ikhlas. Semoga Allah membalas kebaikannya.
Penyusun menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, masukan, saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak sangat penulis harapkan. Sehingga skripsi ini dapat bermanfaat
v
bagi penulis sendiri dan dapat memperluas khazanah pemikiran dalam dunia
pendidikan bagi yang membacanya.
Jakarta, 25 Juni 2020
Penyusun
Nafisah Khoiriyah
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………….... i
ABSTRACK …………………………………………………………………..... ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… vi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….... 1
A. Latar Belakang Masalah .....................………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 6
D. Perumusan Masalah ................................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
F. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 8
A. Kajian Teori .............................................................................................. 8
1) Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler .................................................. 8
2) Tujuan dan Ruang Lingkup Ekstrakurikuler ....................................... 10
3) Jenis dan pelaksaanaan kegaiatan ekstrakurikuler .............................. . 11
4) Proses ................................................................................................... 13
5) Pembinaan ........................................................................................... 17
B. Hasil Penelitian Relevan ........................................................................... 38
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 42
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 42
B. Latar Penelitian ........................................................................................ 42
C. Metode Penelitian ..................................................................................... 43
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .......................................... 45
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ....................................... 46
F. Analisis Data ............................................................................................ 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 51
A. Profil SMPN 166 Jakarta ......................................................................... . 51
B. Sejarah Singkat SMPN 166 Jakarta .......................................................... . 51
C. Visi, Misi, dan Tujuan SMPN 166 Jakarta ............................................... . 52
D. Guru dan Tenaga Kependidikan SMPN 166 Jakarta ................................. 54
E. Daftar Siswa/I SMPN 166 Jakarta ............................................................. 57
F. Sarana dan Prasarana SMPN 166 Jakarta .................................................. 58
G. Struktur Organisasi SMPN 166 Jakarta ..................................................... 64
H. Temuan Penelitian ..................................................................................... 67
I. Deskripsi hasil temuan penelitian ........................................................... .. 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 79
A. Kesimpulan ................................................................................................ 79
B. Saran .......................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sekolah adalah tempat untuk mendidik siswa untuk menjadi
orang yang cerdas, baik dari ilmu pengetahuan agama, umum, serta
menjadikan siswa memiliki akhlak yang baik. Di dalam suatu sekolah ada
elemen-elemen yang mendukung sekolah tersebut berjalan dengan baik.
Elemen-elemen tersebut seperti Kepala Sekolah, Guru, murid, Sarana dan
Prasarana, Tenaga kependidikan, Pegawai sekolah serta Orang tua wali
murid. Sekolah islam adalah sekolah yang menerapkan pengajaran sesuai
dengan syariat islam, sekolah ini di harapkan dapat di gunakan baik di
sekolah maupun di masyarakat. Sekolah islam biasayang memiliki ciri khas
yaitu selalu melakukan tadarus sebelum memulai pelajaran, selanjutnya
sekolah islam juga memberikan jam pelajaran agama lebih banyak di
bandingkan pelajaran umum. Sekolah islam menerapkan cara-cara pendidikan
secara agama, karena kalau sekolah tersebut tidak mengetahui dasar dalam
membangun sekolah secara agama maka akan keluar dari jalurnya, sebab
pada dasarnya sekolah islam harus bisa memahami tentang pendidikan islam.
“Pendidikan yang di berikan bagi seluruh siswa di sekolah
diterapkannya di dalam berbagai bentuk mata pelajaran dan di sebut dengan
bidang studi biasanya dalam mata pelajaran yang ada di sekolah pendidikan
agama islam mengandung tujuh materi pokok antara lain : Al Quran, Hadits,
keimanan, Akhlak, Bimbingan Ibadah, Fikih, dan sejarah islam lainnya.”1
1 Putri nurina, Pendidikan Agama Islam bagi siswa autis pada sekolah inklusif (Pamulang: Young progressive muslim, 2015), h. 37.
2
Sekolah Islam banyak kegiatan-kegiatan yang membuat siswa
menambah kemampuan muridnya tentang pengetahuan agama dan
pengetahuan umum, kegiatan tersebut bertujuan untuk menjadikan anak
tersebut berguna untuk di masa depannya kelak.
“Kegiatan-kegiatan yang ada di dalam sekolah harus mendapat
dukungan oleh kepala sekolah serta mendapat dukungan dari semua wakil,
dan guru-guru. Karena setiap kebijakan yang di putuskan dalam program
kegiatan sekolah melalui rapat-rapat jurusan dan bidang-bidang kehalian
Kemudian di lanjutkan oleh ketua jurusan dan ditentukan berdasarkan rapat
sekolah. Berdasarkan musyawarah tersebut di tentukan peran dan tugas
masing-masing sesuai dengan bidang keahliannya.”2
Kegiatan ekstrakulikuler yang menambah wawasan keislaman.adalah
Rohani islam (Rohis), di dalam rohis banyak sekali pelajaran yang akan kita
dapatkan serta bisa dikembangkan oleh para murid, karena di dalam rohis
kita di ajarkan bagaimana cara berdakwah yang baik dan bnar serta mudah di
pahami oleh masyarakat luas.
Rohis merupakan suatu kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah-
sekolah, kegiatan ini merupakan kegiatan untuk mendalami tentang agama
islam, di dalam sekolah kegiatan rohis mengalami perkembangan yang
begitu signifikan, yaitu dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa islami
mulai dari pemotongan hewan kurban, dll.
Selanjutnya dengan kegiatan rohis di sekolah-sekolah maka dapat
membangun semangat para siswa untuk lebih memperdalam ilmu agama
islam melalui materi-materi yang diberikan oleh para guru maupun para
pembina rohis serta dari anggota rohis tersebut.
“Rohis merupakan organisasi yang berlandaskan konsep nilai
keislaman dan menjadi sarana memperdalam pemahaman agama islam para
anggotanya”.3 Dengan begitu para siswa bisa menambah pemahaman
2 Muniarti, Nasir usman, Implementasi manajemen stratejik dalam pemberdayaan sekolah menengah kejuruan (Bandung: Citapustaka media perintis, 2009), h. 62.
3 Nurul aeni, Rosidin, Pemahaman Agama dalam konteks kebangsaan : Studi kasus pada organisasi rohis sma negeri 1 sragen, Jurnal pendidikan dan kebudayaan, vol , 02, No,2 desember 2017, h.138.
3
tentang syariat agama islam, dengan baik dan benar. Ketika sekolah
mengadakan ekstrakulikuler berupa rohis di harapkan para siswa yang
beragama islam lebih mengedepankan syariat-syariat islam, dengan begitu
suasana di sekolah dapat menjadi tenang dan tentram, selanjutnya para siswa
diharapkan bisa berprilaku sopan dan santun dalam berbicara kepada
guru,orang tua dan teman sebayanya, agar kegiatan rohis yang di ikuti
selama ini tidak sia-sia.
Selanjutnya rohis pun akan lebih baik jika diadakan di Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Dalam keadaan begitu maka jiwa remaja yang
demikian itu nampak pula dalam kehidupan agama yang mudah goyah,
timbul kebimbangan, kerisauan dan konflik batin. Kegiatan keislaman yang
ada di sekolah yaitu seperti buka bersama, tabligh akbar, kurban, tafakkur
alam,mentoring keislaman serta kegiatan-kegiatan lainnya diharapkan dapat
membuat para siswa berfikir untuk memilih mana yang baik dan buruk,
karena kalau siswa sendiri tidak mengikuti kegiatan keislaman dengan baik
maka dapat dipastikan kegiatan tersebut hanya menjadi kenangan yang sia-
sia.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat menambah erat silaturahmi
antara kepala sekolah, guru, murid, pegawai sekolah dan masyarakat sekitar,
dengan begitu keamanan, kenyamanan di lingkungan tersebut dapat terjamin
dengan baik. Selain itu, adanya kegiatan keislaman ini diharapkan dapat
membimbing siswa untuk menjadi lebih mandiri, melatih kerja sama, dan
kepekaan terhadap lingkungan. Dalam sebuah organisasi, kerja sama sangat
diperlukan, hal ini bertujuan agar acara atau program yang dijalankan dapat
terselenggara dengan baik. Jika suatu organisasi tidak mampu menjalin kerja
sama antar anggotanya, maka dapat dipastikan akan terjadi kekacauan dalam
penyelenggaraan suatu acara. Hal ini disebabkan kurangnya keharmonisan
yang terjalin dalam organisasi tersebut.
“Zuriah mengatakan pembinaan dapat diartikan sebagai kegunaan
yaitu merubah sesuatu sehingga menjadi baru yang memiliki nilai-nilai yang
4
tinggi. Dengan demikian pembinaan juga mengandung makna sebagai
pembaharuan, yaitu melakukan usaha-usaha untuk membuat sesuatu menjadi
lebih sesuai atau cocok dengan kebutuhan dan menjadi lebih baik dan lebih
bermanfaat”.4 Pembinaan merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk
memberikan arahan atau bimbingan untuk memberikan pandangan terhadap
sesuatu yang akan dihadapi. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa pembinaan
merupakan salah satu pembekalan yang diberikan kepada seseorang untuk
dapat mempersiapkan diri dalam menjalankan suatu aktivitas.
Situasi tersebut, menyebabkan remaja itu sulit untuk menentukan
pilihan yang tepat, sehingga para remaja cenderung memilih jalan sendiri,
dalam situasi yang demikian itu, maka perilaku menyimpang sangat besar
maka dari itu untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan maka
seorang guru harus bisa memberikan jalan kepada muridnya dengan
memberikan saran untuk mengikuti kegiatan rohis yang ada di Sekolah
Menengah Pertama (SMP).
Dari pihak guru pun sudah mendukung kegiatan atau program-
program yang dijalankan Rohis di sekolah ini, hanya saja minat para
siswa/siswi yang mengikuti kegiatan rohis di sekolah ini tidak begitu
banyak.
Dampak-dampak yang terlihat secara langsung dilihat dari anak-anak
yang mengikuti kegiatan rohis di antaranya yaitu para anggota rohis tidak
lagi disuruh pergi ke masjid, mereka sudah memahami kalau sudah
waktunya azan mereka sudah harus pergi ke masjid, banyak di antara
anggota rohis itu berpakaian sesuai dengan syariat islam, selanjutnya para
anggota rohis juga lebih mengutamakan mengucapkan salam ketika bertemu
dengan orang yang baru dikenal. Karena begitu banyak murid yang belum
begitu kenal satu sama lain.
4Agus Yunita, Saiful Usman, Hasbi Ali, Peran keluarga dalam pembinaan pekerti anak di usia sekolah dasar (suatu penelitian di kecamatan kuta baro kabupaten aceh besar), jurnal ilmiah mahasiswa pendidikan kewarganegaraan unsyiah vol. 1, no 1: 1-2, h. 4.
5
Dampak lainnya yang dapat dilihat yaitu banyak para orang tua
murid berterima kasih kepada para pembina rohis karena telah mendidik
anak-anaknya dalam memahami pelajaran agama islam di luar jam sekolah
dan di harapkan dapat memberikan pelajaran yang lebih agar bisa menjauhi
perbuatan yang di larang oleh Allah dan rasulnya.
Kegiatan rohis kiranya menjadi salah satu peran dalam pembentukan
perilaku keagamaan seorang siswa. Kegiatan yang dilaksanakan di luar jam
pelajaran tatap muka di kelas ini di rasa cukup membangkitkan siswa
terhadap pendidikan agama islam (PAI) dari pada mengikuti proses belajar
mengajar di kelas. Suasana reaktif yang di bentuk akan membuat siswa lebih
senang mengikuti kegiatan, sehingga aspek afektif dan psikomotorik dapat
tersentuh lebih dari sekedar pembelajaran di kelas yang hanya dapat
tersentuh dimensi kognitifnya saja.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis pada kegiatan
ekstrakulikuler Rohis di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN 166
Jakarta) perlu di adakan penelitian untuk mengetahui proses pembinaan rohis
di sekolah tersebut dengan mengunakan etnografi pendidikan islam,
selanjutnya mengetahui pembinaan lanjutan yang akan memberikan dampak
lain pada siswa, serta di harapkan para anggota rohis bisa menjadi panutan
baik di sekolah maupun di masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang di atas penulis terdorong untuk
mengkaji lebih lanjut tentang “Proses Pembinaan Rohis di SMPN 166
Jakarta (penelitian etnografi pendidikan).
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Minat para siswa/siswi yang mengikuti kegiatan rohis di sekolah ini
tidak begitu banyak.
2. Para anggota rohis tidak lagi disuruh pergi ke masjid, mereka sudah
memahami kalau sudah waktunya azan mereka sudah harus pergi ke
masjid, banyak di antara anggota rohis itu berpakaian sesuai dengan
syariat islam, mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang yang
baru dikenal.
3. Para orang tua murid berterima kasih kepada para pembina rohis
karena telah mendidik anak-anaknya dalam memahami pelajaran
agama islam di luar jam sekolah dan di harapkan dapat memberikan
pelajaran yang lebih agar bisa menjauhi perbuatan yang di larang oleh
Allah dan rasulnya.
C. Pembatasan Masalah
Dalam hal ini penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien,
maka peneliti membatasi penelitian pada: Proses pembinaan Rohis di SMPN
166 Jakarta. Fokus Penelitian dengan Mengetahui sejauh mana perkembangan
rohis di SMPN 166, Mengetahui program kerja rohis yang berjalan di SMPN
166, Mengetahui perkembangan anggota rohis setelah mengikuti kegiatan
pembinaan rohis, Melaksanakan program kerja yang telah di musyawarahkan,
Evaluasi program kerja yang telah dilaksanakan, Mengetahui dampak-
dampak dari kegiatan rohis bagi masyarakat.
7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka perumusan
masalah penelitian adalah sebagai berikut: Bagaimana proses pembinaan rohis
di SMPN 166 Jakarta ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses pembinaan rohis di SMPN 166 Jakarta
2. Untuk menambah khazanah ke islaman yang ada pada saat ini
3. Agar para masyarakat mengetahui semua pelatihan yang ada di
dalam kegiatan rohis
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik, mendapatkan tambahan tentang khazanah islam
dan dapat mengembangkannya kembali
2. Bagi guru di harapkan sebagai motivasi dalam melaksanakan
tugasnya dalam mengajar dengan pengetahuan agama agar bisa di
jadikan contoh untuk para murid-muridnya di sekolah dan di
masyarakat
3. Bagi pihak sekolah, diharapkan tulisan ini sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan khususnya
dalam pembinaan baik akademik maupun non akademik
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1) Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
“Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antar satu sekolah dan
sekolah yang lain bisa saling berbeda. Variasinya sangat ditentukan oleh
kemampuan guru, siswa dan kemampuan sekolah.1
Petunjuk teknis penyusunan program pengembangan diri melalui
kegaitan ekstrakurikuler di sekolah bertujuan untuk memberikan acuan
bagi pendidik dan sayuan pendidikan dalam merancang program
pengembangan diri dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler sesuai
ketentuan dan mekanisme yang telah ditetapkan sehingga hasilnya dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi,
dan perkembangan peserta didik dengan memperhatikan kondisi sekolah.
Petunjuk teknis pengembangan diri untuk kegiatan ekstrakurikuler dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan daya dukung masing-masing
satuan pendidikan.2
Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang
harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi peserta didik
dengan kondisi tertenti yang tidak memungkinkan untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Ekstrakurikuler pilihan merupakan
program ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh peserta didik sesuai
dengan bakat dan minatnya masibg-masing. Kata ekstrakurikuler memiliki
kegiatan tambhan di luar rencana pelajaran atau pendidikan tambahan di
luar kurikulum. Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler merupakan
1 Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabet, 2011), h. 159. 2 Ibid., (Bandung: Alfabet, 2011), h. 140.
9
untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki
potensi peserta didik.3
“Menurut arikunto S yang dimaksud dengan program ialah
sederetan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, di
luar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan.4
Untuk mendefinisikan pengertian kegiatan ekstrakurikuler akan
dikemukakan pendapat Ambo Elo Adam dan Ismail Tolla (1987: 90) yang
mengemukakan bahwa hegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
pendidikan di luar ketentuan kurikulum yang berlaku di sekolah sebagai
penunjang pendidikan formal yang berlangsung di dalam sekolah.
Kegiatan tersebut, merupakan bentuk kegiatan di luar program kurikulum
sekolah, yang diberikan kepada peserta didik sebagai penunjang
pendidikan formal dan dimaksudkan sebagai bentuk pengembangan salah
satu bidang pelajaran yang diminati oleh siswa, seperti olah raga, kesenian
dan lain sebagainya. Begitu urgennya kegiatan tersebut, sehingga
mempunyai relevansi yang tinggi terhadap program pendidikan formal
lainnya.5
Kegiatan pengembangan diri meruapakan upaya pembentukan
watak dan kpribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan
layanan konseling dan kegaiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler
merupakan wadah yang disedikan oleh satuan pendidikan
untukmenyalurkan minat, bakat, hobi, kepribadian dam kreativitas peserta
didik yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi talenta peserta
didik.6
3 Kompri, Manajemen Pendidikan Kompene-Kompenen, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2015), h. 224. 4 Eka Prihatin, Op.Cit., h. 159. 5 Novianty Djafri, Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada Pesantren Al-Khaerat Kota Gorontalo,Jurnal Inovasi, Volume 5, Nomor 3, September 2008.
h. 137. 6 Badrudin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: Indeks, 2014), h. 140.
10
2) Tujuan dan Ruang Lingkup Ekstrakurikuler
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sembah menurut
Direktorat pendidikan menengah kejuruan adalah
a. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatan kemampuan siswa
beraspek kognitif, efektif, psikomotorik.
b. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan
pribadi menuju pembinaan.
c. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.7
Ruang lingkup kegiatan penyusunan program pengembangan diri
dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler meliputi:8
a. Penugasan pada wakasek bidang akademik atau kurikulum dan
wakasek bidang kepesertadidikan.
b. Pemberian arahan teknis
c. Pembuatan perencaan kegiatan untuk penyusunan program
pengembangan diri untuk kegiatan ekstrakurikuler
d. Penyusunan rambu-rambu tentang mekanisme program
pengembangan diri untuk kegaitan ekstrakurikuler
e. Analisis kebutuhan dan kesesuaian yang meliputi analisis
kebutuhan, bakat dan minat peserta didik, dan analisis kesesuaian
kondisi satuan pendidikan.
f. Penyusunan draf program pengembangan diri untuk kegiatan
ekstrakurikuler.
g. Review dan revisi draf program pengembangan diri untuk kegiatan
ekstrakurikuler.
h. Penentuan kelayakan hasil riview dan revisi program
pengembangan diri untuk kegiatan ekstrakurikuler.
7 Eka Prihatin, Op.Cit., h. 160. 8 Badrudin, Op.Cit., h. 141.
11
i. Finalisasi program pengemabnagan diri untuk kegiatan
ekstrakurikuler.
j. Pengesahan program pengembangan diri untuk kegiatan
ekstrakurikuler.
k. Penggandaan dan pendistribusian program pengembangan diri
untuk kegiatan ekstrakurikuler.
3) Jenis dan pelaksaanaan kegaiatan ekstrakurikuler
Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
a. Pramuka Sekolah
b. Oalahraga dan kesenian
c. Kebersihan dan keamanan sekolah
d. Tabungan pelajar dan Pramuka (tapelpram)
e. Majalah sekolah
f. Warung/kantin sekolah
g. Usaha kesehatan sekolah
Selanjutnya menurut Depdikbud kegaitan ekstrakurikuler dibagi
menjadi dua jenis yaitu:
a. Kegiatan yang bersifat sesaat misalnya: Karyawisata, bakti
sosial.
b. Jenis kegiatan yang bersifat kelanjutan, misalnya pramuka,
PMR dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
kegaitan Ekstrakurikuler dapat dibagi menjadi dua jenis:
a. Kegaitan ekstrakurikuler yang bersifat atau berkelanjutan, yaitu
jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara terus
menerus selama satu periode tertentu. Untuk menyelesaikan satu
program kegiatan ekstrakurikuler ini biasanya diperlukan waktu
yang lama.
12
b. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat pendidik atau sesaat yaitu
kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksankan waktu-waktu tertentu
saja.9
Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diselengarakan lembaga
pendidikan, yaitu:10
a. Keluarga Remaja Masjid (KRM) atau Dewan Masjid Sekolah.
b. Pramuka/ Kepanduan/Hizbul Wathan.
c. Palang Merah Remaja (PMR) atau Sabit Merah Remaja (SMR).
d. Patroli Kemanan Sekolah (PKS) atau polisi kecil (TK/SD).
e. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) atau Dokter Kecil (TK/SD).
f. Jurnalistik/kewartawanan atau wartawan cilik (TK/SD) dengan sub
kegaiatan bulletin, majalah dinding (mading), majalah sekolah dan
sebagainya.
g. Kegiatan kesusatraan dan kesenian, seperti puisi, deklamasi, tater, seni
rupa, seni music, seni vocal, dan sebagainya.
h. Kegiatan olahraga seperti sepak bola, bulu tangkis, renang, memanah,
atletik, bakset, volley, catur, dan sebagainya.
i. Kegaiatan lainnya, seperti tata boga (memasak), tata busana (menjahit,
mendesain), tata laksana rumah tangga, perbengkelan, pertukangan,
elektronika, dan sebagainya.
9 Eka Prihatin, Op.Cit., h. 160. 10 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 144.
13
4) Proses
Proses adalah suatu serangkaian langkah sistematis atau tahapan
yang jelas demi menacapai tujuan yang telah dibuat, di dalam proses
semua kegiatan yang salah dapat dilakukan berulang-ulang agar terhindar
dari kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya.proses dapat di lakukan
dimana saja dan kapan saja, karena proses membutuhkan waktu yang
tidak terbatas. Selanjutnya proses dapat di jadikan acuan untuk
memahami semua kegiatan-kegiatan yang akan di kerjakan dengan begitu
semuanya akan berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah di buat,
semua kegiatan pasti ada prosedur yang harus di lalui agar tidak keluar
dari jalurnya.“Proses adalah sesuatu yang dimulai dari perencanaan,
desain produksi sampai dengan fungsi-fungsi konsumen (kebutuhan,
keinginan, dan ekspektasi)”.11
Proses merupakan sesuatu yang telah direncanakan sesuai dengan
hasil musyawarah, dengan begitu maka proses yang akan berjalan di
harapkan sesuai dengan rencana. Dengan begitu dapat di lanjutkan
dengan desain produksi yang dapat memenuhi keinginan para pelanggan,
dengan begitun dapat diambil masukkan dari para pelanggan contohnya
anggota rohis. Proses selanjutnya yaitu dengan adanya desain produksi
diharapkan dapat menciptakan suatu produksi-produksi yang baru, yang
dapat memenuhi semua keinginan para konsumen khususnya di dalam
Rohis, diharapkan akan ada progam-program yang baru, serta dapat
memenuhi keinginan para anggota rohis dengan begitu akan muncul
program-program lainnya dalam kegiatan rohis.
Menurut Nugroho J. Setiadi “Proses merupakan perubahan atau
serangkaian tindakan serta peristiwa selama beberapa waktu dan yang
menuju suatu hasil tertentu”.12
11 Anang Hidayat, Strategi Six Sigma: Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja Bisnis
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007), h. 28.
12 Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen (Jakarta: Kencana, 2003), h. 169.
14
Setiap proses yang dilakukan harus mempunyai rencana yang
matang, agar semua yang telah di rencanakan berjalan dengan baik, di
dalam proses pasti akan ada halangan maupun rintangan yang dapat
membuat seseorang akan berubah menjadi lebih baik, maka orang yang
ada di sekitarnya harus bisa mendukung setiap proses-proses yang akan di
jalani orang tersebut.
Di dalam proses rohis pun akan mengalami namanya perubahan,
karena wajar perubahan itu terjadi, dengan adanya perubahan tersebut
rohis pun akan semakin berkembang dari yang dulunya begitu saja,
sekarang akan berubah menjadi lebih baik dan tujuan yang telah di
rencakan akan tercapai dengan yang lebih.
Proses menurut michael hammer dalam bukunya beyond
reenginnering mendefinisikan proses sebagai kumpulan task yang bekerja
secara bersama untuk menghasilkan value bagi costumer.
Menurut Rahmat “Proses adalah prosedur atau mekanisme
pembuatan kebijakan kesehatan, bersifat politis, melibatkan berbagai
kelompok kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan (atake holder,
pejabat pemeririntah, pejabat negara, lembaga pemerintah, lingkungan
masyarakat, termasuk Partai Politik dan asosiasi profesi serta kelompok
masyarakat lainnya)”.13
Di dalam sebuah proses memiliki standar, karena jika tidak ada
standar prosesnya semua akan tidak jelas arahnya, maka dari semua
kegiatan harus ada standar yang di gunakan karena tidak semua manusia
dapat melaksanakan semua dengan sempurna, maka dari itu perlu standar
proses atau pencapaian minimal dalam sebuah kegiatan yang akan di
perbuat.
13 Rahmat Alyakin Dachi, Proses dan Analisis Kebijakan Kesehatan: Suatu Pendekatan
Konseptual (Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 41.
15
Menurut Maruli Pardamean “standar proses diartikan sebagai
suatu cara, metode, dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber
(tenaga kerja, mesin, bahan, dan dana) yang ada diubah untuk
memperoleh suatu hasil”.14
Dari pendapat-pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa
proses adalah sebuah jalan untuk memulai semua tujuan dengan melalui
persiapan-persiapan yang matang agar semua tujuan dapat dicapai dengan
proses yang sesuai dengan prosedur, dan misalnya mengalami kesalahan
maka harus cepat merubahnya agar sampai pada tujuan yang sebenarnya.
Kaitanya dengan kegiatan rohis adalah bahwa semua kegiatan
yang ada di dalam rohis harus bisa dilakukan dengan proses-proses yang
sesuia dengan standar yang telah di tentukan oleh pihak sekolah, agar
tidak terjadi kesalapahaman antar kepala sekolah dengan guru
pembimbing rohis, dengan adanya proses ini di harapkan proses
pembinaan rohis berjalann dengan baik.
Proses yang ada di dalam rohis di antaranya yaitu proses belajar
mnembaca al quran dengan baik serta sesuai dengan tajwidnya,
berkumpul dengan teman, bergaul dengan masyarakat luas, cara
memotong hewan kurban, mengurus jenazah dll. Dengan begitu
diharapkan para siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler rohis
dapat memahami proses-proses yang akan dilakukan pada saat kegiatan
rohis berlangsung.
Dengan begitu para siswa dapat mengikutinya dengan sungguh-
sungguh. Proses kegiatan rohis alangkah baiknya langsung dipraktekan
setelah di berikan teori-teori yang berkaitan dengan rohis agar para
anggota rohis dapat mempraktekannya dengan baik. Dengan demikian
setiap siswa yang mengikuti kegiatan rohis dapat merasakan semua
pabrik Kelapa Sawit Secara Efektif dan Efisien (Jakarta: Swadaya, 2017), h.12.
16
Maka untuk mempermudah mengikuti proses yang akan diikuti,
pembina rohis bisa memantaunya dengan melalui media elektronik
maupun media cetak, seperti membuat absen setiap pertemuan, materi
yang akan diajarkan, serta praktek yang akan diikuti oleh para anggota
rohis. Serta meminta masukan dari dewan guru untuk memantau sejauh
mana para anggota rohis tersebut berkembang.
Semua proses yang dilakukan bisa dijadikan tolak ukur dalam
keberhasilan seseorang, dengan proses semua orang akan bisa
menentukan jalan untuk menuju sebuah tujuan yang akan di capainya.
Proses yang dilaksanakan mengikuti prosedur yang telah di tentukan
maka akan sukses dicapainya. Begitun sebaliknya, tetapi jika sudah sesuai
dengan prosedur tetapi tetap gagal maka dapat di cari akar dari kegagalan
tersebut.
Proses pun sebuah kegiatan yang tidak bisa di hindarkan dari
kehidupan yang ada di dunia ini, karena kehidupan tanpa proses semua
yang ada di alam jagat raya ini akan berjalan dengan tidak teratur karena
tidak ada proses atau prosedur yang dilewati. Maka dengan adanya
proses semua akan berjalan dengan baik.
Semua kesuksesan kegiatan yang ada di dunia ini melalui sebuah
proses, karena jika tidak ada proses maka tidak akan ada perjalanan
hidup yang sukses dan yang gagal, semua itu berjalan sesuai dengan
pilihan dari manusia tersebut, karena semua dalam kehidupan ini tidak di
tentukan oleh hasil, melainkan di tentukan oleh proses, jika dalam proses
bersungguh-sungguh maka hasilnya pun akan sukses, sebaliknya jika
disaat proses malas maka hasilnya pun akan jelek. Tapi semua itu di
tentukan oleh manusia itu tersebut.
17
5) Pembinaan
Pembinaan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memberikan orang tersebut perubahan yang lebih baik, serta dapat
membuatnya akan lebih maju dan sukses, pembinaan yang dilakukan
akan dilaksanakan secara terus menerus dan berharapkan pembinaan
tersebut berhasil.
Akmal Hawi mengatakan “kata pembinaan dimengerti sebagai
terjemahan dari kata training yang berarti latihan, pendidikan,
pembinaan. Pembinaan menekankan manusia pada segi praktis,
pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan”.15
Pembinaan yang dilaksanakan dapat menjadikan orang tersebut
lebih praktis, serta dapat meningkatkan kemampuan seseorang agar
menjadi lebih baik, dengan begitu pembinaan yang dilakukan tidak akan
sia-sia dilaksanakan. Pembinaan juga dapat dijadikan sebagai latihan
untuk menghadapi kehidupan ini.
Pembinaan dapat membuat akhlak seseorang berubah dari yang
tidak baik menjadi baik, dan akan menjadi lebih baik lagi jika
pembinaanya dilakukan secara personal maupun secara kelompok.
Pembinaan yang dilakukan di harapkan menjadikan manusia tersebut
menjadi lebih mempunya etika dalam bergaul, serta menjadikan
seseorang yang mempunyai kreatifitas dan skill yang meningkat.
Menurut Syadam “pembinaan adalah pembaharuan atau usaha,
tindakan, atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan
berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik”.16 Pembinaan
adalah proses perbuatan, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan,
15 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2013), h. 85.
16 Gouzali Saydam, Manajemen dan Bawahan, (Jakarta: Djambatan, 1996), h. 408.
18
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh
hasil yang lebih baik.17
Pembinaan juga bisa merubah image seseorang yang telah dicap
jelek oleh masyarakat, dengan mengikuti pembinaan yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga maupun oleh seseorang guru diharapkan masyarakat
dapat merubah pandangan tentang orang tersebut. Dengan adanya
pembinaan diharapkan akan ada perubahan-perubahan yang segnifikan
dalam diri seseorang, karena jika seseorang tidak ada perubahan maka
pembinaan tersebut belum berhasil, maka akan dilanjutkan kembali
pembinaan tersebut.
Pembinaan dilakukan untuk memberikan perubahan-perubahan
yang lebih baik, karena di dalam pembinaan akan ada kegiatan atau
usaha yang dapat membuat tujuan tersebut berhasil, pembinaan pun
harus di lakukan terus menerus tanpa mengenal lelah apapun hasilnya.
Menurut Miftah Toha dalam Jurnal Muhammad Ridwan
”Pembinaan juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan, proses, hasil,
atau pernyataan menjadi lebih baik, dalam hal ini menunjukkan adanya
kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan,
berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Terdapat dua unsur dari
pengertian ini yaitu pembinaan dapat berupa suatu tindakan, proses, atau
pernyataan tujuan, dan kedua pembinaan dapat merujuk pada “perbaikan”
atas sesuatu”.18
Pembinaan yang akan berhasil harus melauli proses yang tidak
begitu mudah karena banyak usaha-usaha yang harus di lalui karena tidak
mudah untuk melakukan pembinaan tanpa usaha,dukungan serta ilmu
penegetahuan yang ada. Semua itu akan sukses jika pembinaan yang
dilakukan oleh seseorang dengan memiliki sifat sabar.
17 Lina Hadiawati,“Pembinaan Keagamaan sebagai Upaya Meningkatkan
KesadaranSiswa Melaksanakan Ibadah Shalat (Penelitian di Kelas X dan XI SMK Plus Qurrota ‘Ayun Kecamatan Samarang Kabupaten Garut)”, Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol. 02, No. 01;2008, h. 19. 18 Muh ridwan, Hartutiningsih, Mass’ad hatuwe, Pembinaan industri kecil dan
menengah pada dinas perindustrian, pedagang, koperasi dan Umkm kota bontang, Jurnal
administrative reform, vol. 2, No. 2, 2014, h 191.
19
Di dalam pembinaan akan membuat orang tersebut berubah lebih
baik daripada yang kemarin, sebelum melakukan pembinaan harus di
tentukan tujuan utama dari pembinaan tersebut, selanjutnya di tentukan
proses-proses yang harus di lalui, setelah itu di pantau perkembangan
yang telah di capainya. Dengan begitu pembinaan tersebut dapat menjadi
perbaikan yang bagus untuk kedepannya.
“Pembinaan dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya:1)
Pemberian kesempatan dan dorongan untuk mengembangkan karier 2)
Pemberian penghargaan atas jasa atau kebaktiannya terhadap organisasi,
baik material atau inmaterial 3) Pendisiplinan kerja pegawai 4) Pemberian
kesempatan berhimpun dalam organisasi kepegawaian 5) Pemberian
fasilitas kerja dan sosial yang adil.”19
Dengan adanya pembinaan maka sesuatau yang awalnya tidak
begitu baik bisa menjadi lebih baik di karenakan adanya pembinaan yang
dilakukan terus menerus, karena usaha dilakukannya pembinaan itu atas
keinginan untuk berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dari beberapa tokoh diatas dapat di simpulkan bahwa pembinaan
merupakan latihan atau pengembangan kemampuan seseorang agar lebih
baik, dengan mengikuti pembinaan maka kemampuan seseorang bisa
menjadi lebih dari yang sebelumnya, dan pembinaan bertujuan untuk
memberikan jalan keluar jika ada kegagalan.
Pembinaan juga dapat digunakan jika kesalahan-kesalahan yang
dilakuan oleh seseorang untuk berubah menjadi lebih baik lagi, kegiatan
pembinaan yang di lakukan di dalam rohis di laksanakan untuk
menjadikan para murid dapat memahami ajaran agama islam secara utuh
dan benar, pembinaan yang dilakukan tidak bisa hanya sekali saja di
19 Yuslim, Djumadi, Sugandi, Pembinaan sumber daya aparatur dalam
meningkatakn pelayanan publik di kantor camat tenggarong kabupaten kutai kartanegara
(studi implementasi peraturan pemerintah No. 42 tahun 2004, Jurnal administrative reform ,
vol. 1. No. 3, 2013, h. 573.
20
lakukan tetapi pembinaan harus di lakukan secara terus-menerus agar
para murid tidak mengulangi kesalahan yang telah di perbuat.
Kegiatan pembinaan dapat dilanjutkan dengan pelatihan-pelatihan
yang dapat membuat para murid memahami pembinaan yang di lakukan,
dengan memberikan latihan-latihan dengan melalui media pembelajaran
yang dapat membuat murid memahami dengan mudah dan itu gampang
di laksanakan, setelah pembinaan berjalan diharapkan para murid bisa
menerapkannya baik di sekolah maupun di masyarakat.
Pembinaan yang di lakukan disekolah pada umumnya biasanya
dilakukan pada saat jam masuk kelas, guru yang melakukannya yaitu
guru bimbingan konseling, guru bimbingan konseling akan memberikan
pembinaan terkait dengan peraturan sekolah, hukuman bagi yang
melanggar dan bagi murid yang taat terhadap aturan, selain itu guru
bimbingan konseling juga mempunyai tugas untuk membimbing
memberikan arahan dalam memilih perguruan tinggi yang di inginkan
oleh murid.
Selanjutnya jika akan di lakukan bimbingan dalam materi agama
biasanya guru bimbingan konseling memberikan arahan kepada murid-
murid untuk mengikuti eskul rohis, mengikuti kegitan rohis para murid
pun akan di berikan bimbingan agam dengan di ajarkan kitab-kitab,
membaca al quran dengan benar, di berikan materi-materi yang kiranya
dapat di pahami dengan murid dengan cepat dan mudah. Di dalam
kegiatan rohis semua para murid di beri bimbingan yang sama dan itu
bisa di lakukan oleh para murid.
Dengan mengikuti pembinaan yang ada di dalam rohis para murid
bisa merubah akhlak,akidah,serta memberikan contoh untuk para murid
yang tidak mengikuti kegiatan rohis, pembinaan yang di berikan di rohis
pun bisa berguna untuk masa depan para murid yang mengikuti rohis,
21
karena mereka akan di bimbing bagaimana cara hidup yang islami dan
berkemajuan dengan baik.
Di dalam pembinaan baik guru agama islam maupun guru
bimbingan konseling akan menggunakan metode yang berbeda-beda,
karena pembinaan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan, sifat dan
waktu untuk murid yang masih labil, maka baik guru agama islam
maupun guru bimbingan konseling bisa memahami murid tersebut, agar
para murid bisa menangkap semua bimbingan yang di berikan dengan
mudah, setiap pembinaan yang dilakukan harus di berikan dengan rasa
ikhlas dan sabar, karena tidak semua murid gampang menangkap dengan
mudah pembinaan yang di berikan oleh guru tersebut.
Dengan adanya pembinaan dari guru pendidikan agama islam
maupun oleh guru bimbingan konseling diharapkan bisa menjadi pilihan
untuk memilih baik itu jalan keluar yang telah dihadapi oleh siswa
maupun memberikan masukan kepada teman sebayanya, karena itu untuk
menerapkan pembinaan yang telah di berikan baik oleh guru pendidikan
agama islam maupun oleh guru bimbingan konseling seorang siswa harus
bisa memilih pembinaan yang tepat.
Pembinaan merupakan suatu jalan keluar yang dapat di jadikan
jalan keluar jika orang tersebut melakukan suatu kesalahan. Jika orang
berbuat salah tidak dilakukan pembinaan maka itu merupakan suatu
kegiatan yang akan membuat orang tersebut mengulanginya kembali
maka harapannya pembinaan harus terus di lakukan supaya orang tersebut
tidak melakukannya kembali.
1. Karakteristik Pembinaan
Pembinaan memiliki sifat-sifat khusus atau karakteristik
yang dapat dibedakan dari suatu kegiatan tertentu. Wendell dan
Cecil merumuskan suatu isu yang mengidentifikasikan sifat-
sifat dari kegiatan pembinaan ini yaitu:
22
a) Lebih memberikan penekanan, walaupun tidak ekslusif
pada proses kelompok dan organisasi dibandingkan
dengan isi yang substantif.
b) Memberikan penekanan pada kerja tim sebagai suatu
kunci untuk proses belajar yang lebih efektif mengenai
berbagai perilaku.
c) Memberikan penekanan pada manajemen yang
kolaboratif dari budaya kerja tim.
d) Memberikan penekanan pada manajemen yang
berbudaya sistem keseluruhan.
e) Menggunakan para ahli perilaku sebagai agen
pembaharuan atau katalisator.
f) Suatu pemikiran dari usaha-usaha perubahan yang
ditujukan bagi proses-proses yang sedang berlangsung.
Dengan memahami karakteristik di atas, maka pembinaan
dapat dibedakan dengan usaha-usaha pembaharuan lainnya melalui
nilai perubahan, pengembangan, atau pembinaan yang dapat
dijadikan sebagai ukuran dalam membatasi makna pembinaan
dengan usaha-usaha pembaharuan dan pembinaan lainnya.20
2. Tujuan Pembinaan
Setiap organisasi tentunya memiliki tujuan pembinaan yang
berbeda-beda dalam mengembangkan dan membina organisasinya.
Pada dasarnya pembinaan terbagi menjadi dua tujuan yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Beberapa tujuan yang akan dipaparkan
berikut ini merupakan tujuan umum yang pembinaan organisasi yang
sekiranya dapat meliputi tujuan-tujuan khusus dari masing-masing
organisasi antara lain sebagai berikut:
a) Untuk meningkatkan tingkat kepercayaan dan dukungan
di antara para anggota organisasi. Tujuan ini tercermin
20 Ibid., h. 212-213.
23
dari pengertian kolaborasi di atas yang ingin menciptakan
nilai kepercayaan antara atasan dan atasan, atasan-
bawahan, dan antara para bawahan.
b) Untuk meningkatkan kesadaran berkonfrontasi dengan
masalah-masalah organisasi, baik dalam kelompok
maupun di antara anggota-anggota kelompok. Tujuan ini
bermaksud bahwa jika terdapat masalah di dalam
organisasi, maka masalah tersebut tidak boleh dibiarkan.
Dengan adanya pembinaan organisasi semua masalah
harus dapat dipecahkan dan diatasi. Tujuan pembinaan
organsasi adalah untuk memecahkan masalah secara
tuntas.
c) Meningkatkan suatu lingkungan “kewenangan dalam
tugas” yang didasarkan atas pengetahuan dan
keterampilan. Hal ini berarti bahwa setiap tugas dan
peranan yang di dalamnya melekat kewenangan untuk
melakukan tugas dan peran tersebut hendaknya didasarkan
atas pengetahuan dan keterampilan. Tidak didasarkan atas
pilih kasih, dan perasaan suka maupun tidak suka.
Pembinaan didasarkan pada ilmu pengetahuan, akal sehat
dan didukung oleh berbagai keterampilan tertentu. Bukan
didasarkan atas emosi.
d) Untuk meningktakan tingkat keterbukaan dalam
berkomunikasi baik vertikal, horizontal maupun diagonal.
Tujuan ini mengenal kerahasiaan, artinya bahwa aktivitas
pembinaan itu bukanlah misterius dan serba rahasia.
e) Untuk meningkatkan semangat serta kepuasan orang-
orang yang berada di dalam organisasi. Semangat kerja
yang ada dan kepuasan yang diperoleh semua orang di
dalam organisasi melalui pembinaan dapat ditingkatkan.
24
Dengan demikian, pembinaan lebih berorientasi pada segi
personal dibandingkan dengan segi nonpersonal.
f) Untuk mendapat pemecahan masalah yang sinergitik
terhadap masalah yang memiliki frekuensi yang besar.
Pemecahan masalah yang sinergitik ini dapat diartikan
sebagai jumlah energi dari suatu kelompok yang dapat
dikendalikan. Pemecahan maslaah seperti ini merupakan
pemecahan yang kreatif. Pada jenis pemecahan masalah
seperti ini semua pihak menekankan pada kerja sama
dibandingkan dengan mengandalkan persaingan dalam
konflik.
Untuk meningkatkan pertanggungjawaban pribadi dan
kelompok baik di dalam pemecahan masalah dan implementasi
rencana.21
3. Macam – Macam Pembinaan
A.M. Manguharjono dalam Jurnal Erna Hayati
mengatakan bahwa ada beberapa macam pembinaan, yaitu:
a) Pembinaan orientasi, orientation training program,
diadakan untuk sekelompok orang yang baru masuk
dalam bidang kehidupan dan kerja,bagi orang yang sama
sekali belum berpengalaman dalam bidangnya, bagi orang
yang sudah berpengalaman pembinaan orientasi
membantunya untuk mengetahui perkembangan dalam
bidangnya.
b) Pembinaan kecakapan,skill training,diadakan untuk
membantu para peserta guna mengembangkan kecakapan
yang sudah di miliki atau mendapatkan kecakapan baru
yang di perlukan untuk pelaksanaan tugasnya.
c) Pembinaan pengembangan kepribadian Pembinaan
kepribadian, personality developmen training,juga
21 Ibid., h. 216-218.
25
pembinaan pengembangan sikap.Tekanan pembinaan ini
berguna untuk membantu para peserta,agar mengenal dan
mengembangkan diri menurut gambaran atau cita-cita
hidup yang benar dan sehat.
d) Pembinaan kerja (in-service training), diadakan oleh suatu
lembaga usaha bagi para anggotanya. Maka pada dasarnya
pembinaan diadakan bagi mereka yang sudah bekerja
dalam bidang tertentu.
e) Pembinaan penyegaran (refresing training), hampir sama
dengan pembinaan kerja. Hanya bedanya, dalam
pembinaan penyegaran biasanya tidak ada penyajian hal
yang sama sekali baru, tetapi sekedarpenembahan
cakrawali pada pengetahuan dan kecakapan yang sudah
ada.
f) Pembinaan lapangan (field training), bertujuan untuk
menempatkan para peserta dalam situasi nyata, agar
mendapat pengetahuan dan memperoleh pengalaman
langsung dalam bidang yang diolah dalam pembinaan.22
6) Pengertian Rohani Islam (Rohis)
“Organisasi Rohis dalam suatu sekolah memiliki peranan yang
penting dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa selain dari pihak
keluarga danmasyarakat.”23
Dengan adanya rohis di harapkan bisa menjadikan wadah untuk
mendidik siswa tentang ajaran agama islam yang ada pada saat ini, dengan
mengikuti kegiatan rohis di harapkan para siswa bisa menjadi lebih
semangat dalam menuntut ilmu, dengan harapan baik itu dalam segi
22 Erna hayati, Muhammad yunus, Siti nisrima, “Pembinaan perilaku sosial remaja
penghuni yayasan islam media kasih kota banda aceh”, jurnal ilmiah mahasiswa pendidikan