PROSES KEPERAWATAN SISTEM MUSKULOSKLELETAL
1. PENGKAJIAN 1) RIWAYATRiwayat muskuloskletal termasuk data
biografis dan demografis, keluhan utama, dan tinjauan system
informasi.A. Data Biografis dan DemografisInformasi personal
membantu dalam penyususnan rencana keperawatan yang khusus bagi
tiap individu. Sebagai contoh, dengan mengetahui tempat tinggal
klien dan jenis transportasi yang digunakan dapat membantu untuk
memahami energy yang dibutuhkan klien untuk hidup secara mandiri
dan tetap menjalani kunjungan secara rutin. Informasi mengenai tipe
pekerjaan dan hobi akan memberikan pandangan mengenai resiko
cedera. Mengetahui system pendukung social klien juga penting dalam
melakukan rencana asuhan keperawatan.Usia dan jenis kelamin klien
dapat memberikan beberapa masukan mengenai masalah muskuloskleletal
yang mungkin terjadi. Individu muda atau atletis lebih cenderung
mengalami cedera.
B. Keluhan utamaPenting halnya untuk menganalisis secara lengkap
keluhan utama klien. Minta klien untuk menjelaskan alasan mencari
bantuan kesehatan. Minta klien dan orang terdekat lainnya mengenai
persepsi mereka terhadap masalah dan penyebabnya. Jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan ini sering kali dapat memberikan informasi
mengenai area yang memerlukan pengkajian lebih lanjut dan petunjuk
mengenai ketakutan dan kekhawatiran personal.Manifestasi
Klinis.Analisa lengkap mengenai keluhan utama klien membantu
memberikan data terbaik untuk diagnosis yang akurat dan menjadi
dasar perbandingan atas perubahan yang terjadi di pengkajian
mendatang atau setelah dilakukannya intervensi.a. Nyeri. Pengkajian
nyeri dianggap sebagai tanda-tanda vital kelima. Salah satu metode
pengkajian nyeri adalah dengan meminta klien untuk mengukur derajat
nyerinya menggunakan skala intensitas nyeri 0 hingga 10 (0=tidak
nyeri, 10=sangat nyeri). Deskripsi klien akan nyeri dapat membantu
untuk memutuskan penyebab utama ketidaknyamanan. Nyeri tumpul
biasanya mengindikasikan kram otot, nyeri tajam dapat
mengindikasikan fraktur atau infeksi, dan nyeri yang berdenyut
sering kali terkait dengan masalah tulang.b. Kaku sendi. Kaku sendi
dapat terjadi dalam kondisi local atau sistemik. Kelemahan otot
yang terkait dapat mengindikasikan adanya gangguan neuromuscular.
Krepitus, suara gemeretak yang dihasilkan pada rentang gerak
tertentu, mengindikasikan iregularitas sendi. Mengunci persendian
disarankan jika penyebabnya adalah robeknya kartilago atau
kesalahan posisi tulang.c. Perubahan sensori. Termasuk didalamnya
adalah kesemutan, rasa terbakar, nyeri yang menyebar, kehilangan
sensasi, serta kelemahan. Pembengkakan pascaoperasi, fraktur, dan
tumor adalah contoh-contoh kondisi yang dapat menyebabkan adanya
penekanan pada saraf atau pembuluh darah dan menyebabkan perubahan
sensori.d. Pembengkakan. Pembengkakan serta nyeri sering kali
menyertai cedera pada tulang dan otot. Pelepasan atau pemasangan
gips yang baru dilakukan dapat menyebabkan pembengkakan sementara
pada tungkai ya ng digips. Pembedahan juga dapat pembengkakan
pascaoperasi.e. Deformitas dan keterbatasan rentang gerak. Kondisi
yang meliputi perkembangan deformitas sangat penting. Onset yang
bertahap dapat mengindikasikan tumor yang tersembunyi, sementara
deformitas yang terjadi secara tiba-tiba menunjukan kemungkinan
fraktur.f. Infeksi. Manifestasi klinis infeksi meliputi kemerahan,
bengkak, peningkatan temperature, nyeri, dan drainase yang berbau
busuk. Klien pascaoperasi dan mereka yang terpasang gips harus
dievaluasi secara ketat atas manifestasi infeksi. Jika terdapat
keraguan mengenai penyebab nyeri pada bagian yang di gips, gips
harus dibuka dan kulit harus dievaluasi. Klien harus diperingatkan
untuk tidak memasukan apapun kedalam gips.C. Tinjauan
SistemTinjauan system meliputi riwayat medis, riwayat operasi,
alergi, medikasi, kebiasaan diet, riwayat social, dan riwayat
keluarga.Selain tinjauan umum mengenai system, tanyakan mengenai
masalah muskuloskleletal seperti nyeri otot, spasme, atau nyeri
tekan, nyeri sendi, kekauan, pembengkakan, atau kemerahan,
kelemahan, keterbatasan, pergerakan, canggung, krepitus, nyeri
punggung, dan perubahan pada sendi dan tulang. Selidiki setiap
masalah yang dilaporkan. Tanyakan mengenai efek masalah ini
terhadap kemampuan klien untuk melakukan ADL. Temuan pengkajian
dari system tubuh lain dapat mengindikasikan masalah
muskuloskleletal. Berikut adalah beberapa contohnya : Nyeri atau
sensasi terbakar saat berkemih dapat diasosiasikan dengan atritis
reaktif (sindrom reiter). Takikardi dan hipertensi dapat menyertai
asam urat. Konjungtivitis dapat mengindikasikan sindrom Reiter.
Non-Granulomatous uveitis dapat terjadi dengan spondilitis
ankilosis. Perubahan pada kulit dapat mengindikasikan masalah
muskuloskleletal, seperti penyusutan pada otot tenar (permukaan
telapak tangan, di bagian dasar ibu jari) dapat mengindikasikan
carpal tunnel syndrome. Kram nyeri kaki saat beraktifitas dapat
mengindikasikan klaudikasi yang intermitten. Atrofi otot dan
kelemahan menyertai hiperparatoidisme. Iritabilitas pada otot
skeletal, kram, dan peningkatan refleks tendon dalam, dan
parastesias merupakan tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit.
Nyeri sendi disertai dengan menggigil, demam, atau sakit
tenggorokan dapat mengindikasikan demam reumatik..Tanyakan secara
khusus pada klien mengenai terapi alternative dan komplementer yang
telah dicoba atau sedang dilakukan. Beberapa dari terapi ini dapat
berinteraksi dengan pengobatan yang diresepkan. Dua suplemen
nutrisi terkenal yang mendapat cukup banyak perhatian di literature
bagi konsumen adalah glukosamin dan kondroitin. Walaupun beberapa
penelitian menunjukan kegunaannya dalam meredam nyeri, sediaan ini
dapat menyebabkan efek samping (termasuk gangguan ringan pada
gastrointestinal), dan kekawatiran mengenai interaksinya dengan
warfarin telah meningkat.Beberapa bukti yang menunjukan potensi
kegunaan minyak ikan untuk meredakan inflasi dan kekakuan di pagi
hari serta untuk menurunkan penggunakan obat anti inflamasi
nonsteroid (NSAID) untuk klien yang menderita reumatoid atritis.
Tinjauan sistemati pada literature juga memperlihatkan pembuktian
yang menjajikan mengenai penggunaan beberapa sediaan herbal untuk
mengatasi nyeri persisten berhubungan dengan osteoatritis, seperti
alpukat/kacang kedelai yang tidak tersabunkan (avocado/soybean
unsoponfiables), kapsaisin topical, dan tanaman cakar setan (devils
claw). Penting untuk diingat bahwa sediaan herbal dipasarkan secara
bebas tanpa regulasi dan mungkin memiliki isu kesehatan dalam
proses pembuatannya ataupun keampuhannya.Selain itu, penting juga
untuk mencari tau manfaat intervensi komplementer seperti berikut :
terapi magnet, suatu terapi yang dipercaya dapat meredakan nyeri
dengan menghasilkan medan energy yang menghambat alur nyeri ;
akupuntur, teknik pengobatan tradisional cina untuk meredakan nyeri
menggunakan jarum yang ditusukan sepanjang meridian ; hidroterapi,
penggunaan air untuk meredakan nyeri dan untuk meningkatkan
mobilitas ; homeoterapi dan teknik pikiran tubuh seperti Tai Chi.
Klien harus dianjurkan untuk mencari bukti penelitian untuk
mendukung klaim akan pereda nyeri atau peningkatan mobilitas dan
fungsi sebelum ikut serta dalam terapi-terapi ini. 2) PEMERIKSAAN
FISIKPengkajian muskuloskletal meliputi observasi, inspeksi, dan
palpasi: massa otot untuk : simetris; pergerakan involunter; nyeri
tekan; tonus dan kekuatan, sendi untuk simetris ; krepitus ;
pembengkakan ; nyeri tekan atau nyeri dan ROM, tulang untuk
deformitas dan dikrepansi panjang tungkai. Pengkajian ini harus
dilakukan secara simetris untuk menghindari kemungkinan adanya
masalah tersembunyi. Untuk mengevaluasi pergerakan akan sangat
penting untuk memberikan ruang yang cukup bagi klien untuk duduk,
berdiri, dan berjalan, kecuali pada posisi yang dikontraindikasikan
karena kondisi yang mereka alami. Pengkajian di bawah cahaya yang
alami lebih disarankan.Pengkajian Umum Muskuloskeletal Pengkajian
umum muskoluskeletal meliputi observasi dari cara berjalan,
mobilitas tubuh, postur, pergerakan sendi secara umum dan
keseimbangan klien. Observasi pergerakan dan cara berjalan, kaji
tanda-tanda ketidaknyamanan, kekakuan sendi atau kelemahan otot,
kurangnya koordinasi, deformitas atau pincang, yang dapat
mengindikasikan diskrepansi panjang tungkai. Cara berjalan harus
dievaluasi saat menggunakan sepatu dan saat tidak menggunakan
sepatu, untuk mengkaji koordinasi dan keseimbangan. Saat klien
duduk, kaji kepala, leher, bahu, dan ekstremitas atas. Saat klien
berdiri, kaji dada, punggung, dan pelvis, observasi bentuk tubuh,
kontur tubuh, posisi tubuh dan tulang belakang bagian servikal,
torakal dan lumbal.Saat klien berada dalam posisi terlentang, kaji
panggung, lutut, pergelangan kaki, dan kaki untuk posisi,
kesimetrian, dan deformitas. Observasi hubungan antara bagian tubuh
yang satu dengan yang lainnya-kaki ke tungkai, tungkai ke panggul,
panggul ke pelvis.catat deformitas spinal, seperti skoliosis,
lordosis dan kifosis. Catat juga abnormalitas pada ekstremitas
bawah, seperti genu varum (kaki busur atau membentuk hurus O) dan
genu valgum (kaki bengkok atau membentuk huruf X).Kemandirian dan
kesehatan klien dapat dipengaruhi oleh mobilitas dan kekuatan klien
secara keseluruhan, sebagai contoh : ketidakmampuan dalam
menyiapkan makanan dapat menyulitkan untuk mempertahankan nutrisi
yang baik, atau kurangnya aktivitas fisik akan meyulitkan
pencegahan osteoporosis. Selain itu kerusakan mobilitas dan
kekuatan dapat membuat klien rentan mengalami jatuh dan cidera saat
membersihkan rumah, ke kloset atau mandi.Pengkajian OtotSetiap
kelompok dibandingkan dengan sisi kontralateralnya. Palpasi
kelompok otot secara halus dari proksimal ke distal, rasakan tonus
otot. Otot seharusnya terasa solid dan halus, tidak terdapat nyeri
tekan dan memiliki ukuran yang sama secara bilateral. Hipertropi,
sedikit peningkatan pada massa otot, merupaka hal yang normal
terjadi pada sisi dominan. Atrofi, penurunan pada massa otot,
merupakan hal yang abnormal. Jika terdapat ketidakseimbangan yang
signifikan pada ukuran otot, pita pengukur harus digunakan untuk
mengkaji lingkar ekstremitas. Perbedaan 1 cm atau kuarang dari itu
dianggap berada dalam batas normal.Kekuatan otot dikaji selama ROM
aktif. Untuk menguji kekuatan otot, minta klien untuk mengulangi
ROM sembari memberikan tahanan dan catat kekuatan melawan tahanan
tersebut. Catat sisi dominan sebelum mengkaji kekuatan, sisi
dominan klien biasanya lebih kuat. Kekuatan otot memiliki rentang
skala 0-5 dengan 0 untuk paralisis otot dan 5 untuk ROM lengkap
yang dilakukan melawan tahanan normal dan gravitasi
(normal).Kelompok OtotTeknik
DeltoidDorong lengan klien ketika diangkat dank lien menahan
dorongan.
BisepPegang lengan klien dalam posisi ekstensi saat lengan dalam
posisi ekstensi penuh dank lien memfleksikan lengan.
Trisep Pertahankan lengan klien dalam posisi fleksi dan klien
mengekstensikan lengan.
Otot pergelangan tangan dan jari tangan.Dorong jari-jari tangan
klien secara bersama-sama dan klien berusaha merenggangkan jari dan
menahan dorongan.
Kekuatan genggamTarik telunjuk dan jari tengah Anda dari
genggaman klien.
Otot pangggulPegang tungkai klien dan ekstensikan dan minta
klien untuk mengangkatnya dari meja (klien terlentang)
Otot panggul (abduksi)Cegah klien melebarkan tungkainya melawan
resistan yang diaplikasikan ke permukaan lateral pada lutut (klien
dalam posisi terlentang dengan tungkai ekstensi)
Otot panggul (aduksi)Cegah klien merapatkan tungkai melawan
tahanan yang diaplikasikan pada permukaan medial pada lutut (klien
dalam posisi terlentang dengan tungkai ekstensi)
Hamstring Luruskan lutut klien sembari klien telentang dengan
lutut difleksikan dan menahan gerakan.
Kuadrisep Fleksikan lutut klien saat klien terlentang dengan
lutut setengah ekstensi dan menahan dorongan.
Otot pergelangan kaki dan kakiDorsofleksikan kaki klien sembari
klien menahan. Plantarfleksikan kaki klien sembari klien
menahan.
Sendi dan Tulang Inspeksi sendi dan tulang klien dan bandingkan
temuannya secara bilateral. Sendi harus simetris tanpa ditandai
oleh kemerahan., bengkak, atau deformitas. Palpasi tulang dan sendi
untuk edema dan nyeri tekan, yang seharusnya tidak ada. Palpasi
sendi selama ROM. Seharusnya, sendi terasa halus saat mereka
bergerak tanpa ditandai oleh krepitus atau nodul. Pengkajian khusus
untuk memastikan apakah cedera terjadi pada sendi dapat dilakukan
oleh seorang praktisi ahli.Sistem Terkait a. System
neurovascularPengkajian neurovaskuler sangat penting bagi klien
dengan cedera musculoskeletal sebelumnya karena resiko tinggi
iskemi, deformitas atau kehilangan fungsi pada ekstremitas yang
terpengaruh. Pengkajian meliputi pemeriksaan : nyeri, palor, denyut
nadi, sushu, pengisisan kalpiler (capillary refill), parestesia dan
mobilitas sendi yang terkena. Pengukuran skala nyeri membantu dalam
mengetahui apakah nyeri meningkat secara intensitas yang mungkin
terjadi sebagai akibat edema atau kompresi saraf. Dingin, palor
atau sianosis dapat mengindikasikan gangguan sirkulasi. Cek denyut
nadi dan pengisisan kapiler secara bilateral untuk mengetahui
apakah suplai darah adekuat. Kehilangan sensasi dan perubahan dalam
fungsi motorik pada ekstremitas dapat mengindikasikan cedera saraf.
Jika salah satu perubahan ini terjadi secara tiba-tiba, dokter
harus diberitau.b. Pengkajian saraf periferPengujian pada fungsi
dan sensasi saraf di saraf perifer mayor harus dilakukan dengan
menutup mata klien.Sentuhan ringan harus dapat dirasakan jika
sensasi normal. Klien harus mampu untuk mendemonstrasikan rentang
pergerakan aktif pada sendi tertentu sesuai dengan permintaan.
Lakukan pengkajian lebih lanjut, seperti pengisisan kalpiler,
warna, denyut nadi dan suhu kulit untuk pengkajian sraaf perifer.
Jika ekstremitas mengalami imobilisasi seperti klien dengan gips,
bebat atau balutan, lakukan pengkajian neurovaskuler, observasi
untuk pengisisan kapiler dan temperature, pergerakan sendi, serta
edema di atas dan dibawah tingkat alat yang membatasi gerak atau
balutan.
3) UJI DIAGNOSTIKFitur uji diagnostic terintegrasi menggambarkan
bagaimana klien dengan nyeri lutut dan manifestasi klinis yang
konsisten dengan kerusakan ligament ataukartilago dapat dievaluasi
dengan pengkajian fisik dan uji diagnostic.a. Uji Non-Invansifa)
Radiografi ( Sinar-X)Radiografi merupakan uji non invasive yang
paling sering digunakan untuk mendeteksi abnormalitas pada tulang.
Radiograf digunakan sebagai alat skrining untuk mengetahui adanya
masalah skeletal; namun, mereka tidak memperlihatkan kelainan
jaringan lunak/tendon atau ligament.b) Magnetic Resonance Imaging
(MRI)MRI adalah pemeriksaan yang menggunakan magnet besar untuk
menghasilkan gambaran yang detail akan jaringan lunak begitu pula
tulang. MRI digunakan untuk mendeteksi kondisi yang mempengaruhi
tendon, ligament dan otot.c) Computed Axial Tomography
(CAT)Pemindaian CAT memungkinkan untuk melihat secara segmental
dari area tertentu;membantu dalam mengetahui tumor pada jaringan
lunak dan fraktur tulang spinal.d) Dual-Energy X-ray Absorptiometry
(DEXA)Pemindai DEXA mengukur kehilangan tulang dan dianggap uji
standar utama untuk osteoporosis.
b. Uji Invasifa) ArtrosentesisArtrosentesis meliputi aspirasi
cairan sendi menggunakan tehnik steril. Medikasi, seperti kortison,
dapat disuntikan kedalam sendi setelah aspirasi cairan. Umumnya,
balutan komprehensif diberikan setelah prosedur dilakukan.b)
ArtrogramAdalah gambaran rontgen dari sendi setelah disuntikan
kontras. Tes ini berguna untuk mengevaluasi robekan pada selaput
sendi, seperti robekan pada manset rorator (rorator cuff) pada bahu
atau robekan pada struktur internal, seperti robekan meniskal di
lutut.c) ArtroskopiAdalah prosedur operasi yang memasukan teleskop
fiberoptik kecil pada sendi, yang dapat memberikan visualisasi dari
struktur internal dan memungkinkan dilakukannya intervensi bedah
pada waktu yang sama.d) Elektromielogram dan Uji Konduksi Saraf
(EMG/NCT)Prosedur ini memasukan electrode kecil pada jalur saraf
dan menstimulasi saraf untuk menginervasi otot sambil mengukur
kontraksi otot. Tes ini digunakan untuk mendiagnosis kondisi
seperti carpal tunnel syndrome.
c. Uji Muskuloskletal Lainnyaa) Pemindaian IndiumPemindaian
indium (indium scan) meliputi injeksi indium 111 yang berhubungan
dengan leukosit. Oleh karena leukosit biasanya berakumulasi di area
infeksi tulang, uji ini berguna untuk mengetahui infeksi tulang (
osteomielitis) atau infeksi pada total implant sendi.b) Pemindaian
TulangPemindaian Tulang (bone scan) membutuhkan injeksi suatu
radioisotope, setelah itu barulah keseluruhan tubuh dipindai.
Pemindaian tulang atau bone scan digunakan untuk mendeteksi
malignansi, stress fraktur dan osteomeilitis.
d. Uji LaboratoriumBeberapa dari uji laboratorium yang umum
digunakan dilakukan pada klien dengan keluhan muskuloskleletal
seperti antibody anti-nuklear (ANA), protein C-reaktif (CRP), laju
sedimentasi eritrosit (ESR), dan faktor rematoid (RF), yang
merupakan tanda-tanda inflamasi, infeksi, atau masalah autoimun
sistemik. Penghitungan sel darah lengkap (CBC) dapat dilakukan
untuk memonitor klien yang mendapatkan NSAID untuk mendeteksi
adanya manifestasi anemia, suatu kekhawatiran bagi klien dengan
terapi NSAID jangka panjan. Abnormalitas pada metabolisme mineral
(tingkat kalsium, fosforus, atau alkalin fosfatase) dianggap
merupakan pertanda gangguan muskuloskleletal.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Trauma berhubungan dengan kehilangan integritas kulit2) Nyeri
berhubungan dengan spasme otot, gerakan pada fragmen tulang , edema
dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi, immobilisasi.3)
Difungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan/
interupsi aliran darah : cedera vascular langsung, edema
berlebihan, pembentukan thrombus.4) Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan ketidak mampuan untuk bergerak sesuai tujuan
dalam lingkup fisik, nyeri, dilakukan pembatasan, penurunan
kekuatan otot.5) Kerusakan intergritas kulit/jaringan (Resiko)
berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur terbuka, bedah perbaikan,
pemasanangan traksi pen, imobilisasi fisik.6) Resiko tinggi
terhadap infeksi behubungan dengan tidak edekuatnya pertahanan
primer: kerusakan kulit trauma jaringan.7) Kurang pengetahuan
tentang kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurang infomasi, salah interpretasi informasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATANDiangnosa ke-1 : Trauma berhubungan
dengan kehilangan integritas kulitKriteria hasil :Mempertahankan
stabilisasi dan posisi frakturMenujukkan mekanika tubuh yang
meningkatkan stabilitas pada sisi fraktur.Menunjukkan pembentukan
kalus/mulai penyatuan fraktur dengan tepat.
No.INTERVENSIRASIONAL
1.
2
3.
4.
5.
6.
7.
8.
MandiriPertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai indikasi,
berikan sokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila
bergerak/membalik.Letakkan papan dibawah tempat tidur atau
lempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik.
Tugaskan petugas yang cukup untuk membalikkan pasien.
Pertahankan posisi atau integritas traksi.
Yakinkan bahwa semua klem berfungsi. Minyaki control dan periksa
tali terhadap teganggan. Amankan dan tutup ikatan dengan plaster
perekat. Pertahankan control tidak terhambat dengan beban bebas
menggantung.Kaji integritas alat fiksasi eksternal.
Kolaborasi Kaji ulang foto/ evaluasi
Meningkatkan stbilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi/
pemyembuan.
Tempat tidur lembut atau lentur dapat membuat deformasi gips
yang masih basah, mematahkan gips yang sudah kering, atau
perpengaruh dengan penarikan fraksi.Gips panggul/tubuh atau
multiple dapat membuat berat dan tidak praktis secara ekstrim.
Kegagalan untuk menyokong ektremitas yang di gips dapat menyababkan
gips patah.Traksi memungkinkan tarikan pada aksis panjang fraktur
tulang dan mengatasi tegangan otot/ pemendekan untuk memudahkan
posisi penyatuan.Yakinkan bahwa susunan traksi berfungsi dengan
tepat untuk menghindari interupsi penyambungan fraktur.Jumlah beban
traksi optimal dipertahankan.Kurang atau berlebihannya keketatan
kleam/ikatan dapat mengubah tekanan kerangka, menyebabkan kesalah
posisi.
Memberikan bukti visual mulainya pembentukan kalus/ proses
penyembuhan untuk menentukan tingkat aktivitas dan kebutuhan
perubahan/ tamabahan terapi.
Diangosa ke-2 : Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan
pada fragmen tulang , edema dan cedera pada jaringan lunak, alat
traksi, immobilisasi.Kriteria hasil : Menyatakan nyeri
hilangMenujukkan tindakan santai; mamapu berpartisipasi dalam
aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat Menunjukkan penggunaan
keterampilan relaksasi dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi
No.INTERVENSIRASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.MandiriPertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah
baring, gips, pembebat, traksi Tinggikan dan dukung ekstremitas
yang terkena.Hindari penggunaan spay/bantal plastic dibawah
ektremitas dalam gips
Evaluasi keluhan nyeri/ketidak nyamanan, perhatikan lokasi dan
karakteristik, termasuk intensitas (skala 0-10). Perhatikan
peyunjuk nyeri non-verbal (perubahan pada tanda vital dan
emosi/prilaku). Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah
sehubungan dengan cedera
Jelaskan prosedur sebelum memulai.
Lakukan dan awasi latihan rentang gerak active/pasif.
Identifikasi aktivitas terapeutik yang tepat untuk usia pasien,
kemampuan fisik, dan penampilan pribadi.
Kaji adanya keluhan nyeri yang tak bisa/tiba-tiba atau dalam,
lokasi progresif/buruk tidak hilang dengan
analgesic.KolaborasiLakukan kompres dingin/es 24-48 jam pertama dan
sesuai keperluan. Berikan obat sesuai indikasi; narkotik dan
analgesic non-narkotik; NSAD.Menghilangkan nyeri dan mencegah
kesalahan posisi tulang/ tegangan jaringan yang cedera.
Meningkatkan aliran darah balik vena, menurunkan edema, dan
penurunan nyeri.Dapat meningkatkan ketidak nyamanan karena
peningkatan produksi panas dalam gips yang kering. Mempengaruhi
pilihan/ pengawasan keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat
mempengaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri.
Membantu untuk menghilangkan ansietas. Pasien dapat merasakan
kebutuhan untuk menghilangkan pengalaman kecelakaan. Memungkinkan
pasien untuk siap secara mental untuk aktivitas juga berpartisipasi
dalam mengontrol tingkat ketidaknyamanan.Mempertahankan
kekuatan/mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi
inflamasi pada jaringan yang cedera. Mencegah kebosanan, menurunkan
keteganggan dan dapat meningkatkan kekuatan otot, dapat
meningkatkan harga diri dan kemapuan koping.Dapat menandakan
terjadinya komplikasi, contohnya: infeksi, iskemia jaringan,
syndrome kompertemen;perubahan perfusi jaringan.
Menurunkan edema/pembentukan hematoma, menurunkan sensasi nyeri.
Diberikan untuk menurunkan nyeri dan/atau spame otot.
Diagnosa ke-3 : Difungsi neurovaskuler perifer berhubungan
dengan penurunan/ interupsi aliran darah : cedera vascular
langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus.Kriteria hasil :
Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terbanya nadi,
kulit hangat, sensasi normal, tanda vital stabil, dan haluaran
urine adekuat. No.INTERVENSIRASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
MandiriLepaskan perhiasan dari ektremitas yang sakit. Evaluasi
adanya/kualitas nadi perifer distal terhadap cedera melalui
palpasi/Doppler. Dandingkan dengan ekstremitas yan g lain.
Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan kehangatan distal pada
fraktur.
Lakukan pengkajian neuromuskular. Perhatikan perubahan fungsi
motor sensori. Minta pasien untuk melokalisasi
nyeri/ketidaknyamanan. Kaji jaringan sekitar akir gips untuk titik
yang kasar/tekanan. Kaji keluhan rasa terbakar dibawah gips.
Kaji keseluruhan panjang ekstremitas yang cedera untuk
pembengkakan/ pembentukan edema. Ukur ekstremitas yang cedera dan
bandingkan dengan yang tidak cedera. Perhatikan penampilan/luasnya
hematoma.Kaji adanya tanda iskemia ektremitas tiba tiba, contoh
penurunan suhu kulit, dan penigkatan nyeri.Dorong pasein untuk
secara rutin latihan jari/sendi distal cedera. Ambulasi sesegera
mungkin. Kaji nyeri tekan, pembengkakan pada dorsofleksi kaki.
Monitor tanda tanda vital. Perhatikan tanda pucat/cianosis umum,
kulit dingin, perubahan mental.
KolaborasiBerikan kompres es sekitar fraktur sesuai
indikasi.
Kaji tekanan intrakompartemen.
Awasi Hb/Ht, pemeriksaan koagulasi.
Berikan kaos kaki antiembolitik/tekanan berurutan sesuai
indikasi.Dapat membendung jika terjadi edema.
Penurunan/tak adanya nadi dapat menggambarkan cedera vaskuler
dan perlunya evaluasi medic segera terhadap status sirkulasi.
Waspadai adanya syndrome kompartemen. Kembalinya warna harus cepat
(3-5detik). Warna kulit putih menunjukkan gangguan arterial.
Sianosis diduga ada gangguan venaCatatan ; nadi perifer, pengisian
kapiler, waarna kulit, dan sensasi mungkin normal meskipun ada
syndrome kompartemen, karena silkulasi superficial biasanya tidak
dipengaruhi. Gangguan perasaan kebas, kesemutan,
peningkatan/penyebaran nyeri terjadi bila sirkulasi pada syaraf
tidak adekuat atau syaraf rusak.Factor ini disebabkan atau
mengindikasikan tekanan jaringan / iskemia, menimbulkan
kerusakan/nekrosis.Meningkatkan lingkar ekstremitas yang cedera
dapat diduga ada pembengkakan jaringan/edema umum tetapi dapat
menunjukkan perdarahan. Catatan: peningkatan 1 inchi pada paha
orang dewasa dapat sama dengan akumulasi 1 unit darah.Dislokasi
fraktur sendi (khususnya lutut) dapat menyebabkan kerusakan arteri
yang berdekatan, dengan akibat hilangnya aliran darah ke
distal.
Meningkatkan sirkulasi dan menurunkan penumpukan darah khususnya
pada ekstremitas bawah.Terdapat peningkatan potensial untuk
troboplebitis dan emboli paru pada pasien imobilisasi selama 5 hari
atau lebih.Ketidakadekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi
system perfusi jaringan.
Menurunkan edema/ pembentukan hematoma, yang dapat mengganggu
sirkulasi.Peningkatan tekanan (biasanya sampai 30mmHg atau lebih)
menunjukkan kebutuhan evaluasi segera dan intervensi.Membantu dalam
kalkulasi kehilangan darah dan membutuhkan keefektifan terapi
penggantian.Menurunkan pengumpulan vena dan dapat meninggkatkan
aliran balik vena, sehingga menurunkan resiko pembentukan
thrombus.
Diagnose ke-4: Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
ketidak mampuan untuk bergerak sesuai tujuan dalam lingkup fisik,
nyeri, dilakukan pembatasan, penurunan kekuatan ototKriteria hasil:
Menunjukkan/mempertahankan mobilitas di tingkat paling tinggi yang
mungkin.Mempertahankan posisi fungsional.Meningkatkan
kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.No.
INTERVENSIRASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Mandiri Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh
cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap
imobilisasi.
Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/ rekreasi.
Pertahankan rangasangan lingkungan contoh, radio,tv, koran.Dorong
penggunaan latihan isometric mulai dengan kungkai yang tak
sakit.
Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh; mandi,
mencukur).
Berikan/bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda kruk, tongkat,
sesegera mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat
mobilitas.
Uabah posisi secara periodic dan dorong untuk latihan batuk/
nafas dalam.Berikan diit tinggi protein, karbohidrat, vitamin, dan
mineral. Mempertahankan penurunan kandungan protein sampai setelah
defekasi pertama.
Kolaborasi:Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan/atau
rehabilitasi specialist.Rujuk keperawat specialist psikiatrik
klinik/ahli terapi sesuai indikasi.Pasien mungkin dibatasi oleh
pandangan diri/ persepsi diri tentang keterbatasan fisik actual,
memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan
kesehatan.Memberitikan kesempatan untuk mengeluarkan energi.
Kontraksi otot isometric tanpa menekuk sendi atau menggerakkan
tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masa otot.
Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan control
pasien dalam situasi, dan menigkatkan kesehatan diri
langsung.Mobilisasi dini menurunkan tirah baring (flebitis) dan
meningkatkan penyembuhan normalisasi fungsi organ. Belajar
memperbaiki cara menggunakan alat penting untuk mempertahankan
mobilisasi optimal dan keamanan pasien.Mencegah/menurunkan insiden
komplikasi kulit/pernapasan (dekubitus, atelektasis, pneumonia).
Pada adanya cedera muskuloskelatal, nutrisi yang diperlukan untuk
penyembuhan berkurang dengan cepat, sering mengakibatkan penurunan
berat badan selama traksi tulang. Ini dapat memperngaruhi masa
otot, tobus, dan kekuatan.
Berguna dalam membuat aktivitas individual/program latihan.
Pasien/orang terdekat memerlukan lindungan intensive lebih untuk
menerima kenyataan kondisi/prognosis, imobiloisasi lama, mengalami
kehilangan control.
Diangnosa ke-5: Kerusakan intergritas kulit/jaringan (Resiko)
berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur terbuka, bedah perbaikan,
pemasanangan traksi pen, imobilisasi fisik.Kriteria hasil:
Menyatakan ketidaknyamanan hilangMencapai penyembuhan luka sesuai
waktu/penyembuhan lesi terjadiMenunjukkan prilaku/tehnik untuk
mencegah kerusakan kulit.
No.INTERVENSIRASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
MandiriKaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan,
perdarahan, perubahan warna, kelabu, memutih.
Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan. Tempatkan
bantalan/air bantalan lain dibawah siku/tumit sesuai indikasi.Ubah
posisi dengan sering. Dorong penggunaan trapeze bila mungkin.
Kaji posisi bebat pada alat traksi.
Bersihkan kulit dengan sabun, gosok perlahan dengan alcohol atau
bedak dengan jumlah sedikit.
Potong pakaian dalam yang menutup area dan perlebar beberapa
inci diatas gips.Gunakan telapak tangan untuk memasang, pertahankan
atau melepaskan gips, dan dukung bantal setalah pemasangan.Potong
kelebihan plaster dari akhir gips sesegera mungkin saat gips
lengkap.Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya
pada akhir dan bawah bebatan gips.
Berikan bantalan (petal) pada akhir gips dengan plaster tahan
air.
Balik pasien dengan sering untuk melibatkan sisi yang tidak
sakit dan posisi tengkurap dengan kaki pasien diatas kasur.Lepaskan
traksi kulit setiap 24jam, sesuai protocol, inspeksi dan berikan
perawatn kulit.Kolaborasi Gunakan tempat tidur busa, bulu domba,
bantal apung, atau kasur udara sesuai indikasi.Memberikan informasi
tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin disebabkan oleh
alat dan/atau pemasangan gips/bebat atau traksi, atau pembentukan
edema yang membutuhkan intervensi medic lanjut.Menurunkan tekanan
pada area yang peka dan resiko abrasi/kerusakan kulit.
Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan
resiko kerusakan kulit. Penggunaan trapeze dapat menurunkan abrasi
pada siku/tumit.Posisi yang tak tepat dapat menyebabkan cedera
kulit/kerusakan.Memberikan gips/traksi tetap kering dan bersih.
Terlalu banyak bedak dapat membuat lengket bila kontak dengan air/
keringat.Berguna untuk bantalan tonjolan tulang, mengakhiri akhir
gips, dan melindungi kulit.Mencegah perlukaan/pendataran diatas
tonjolan tulang dan area penyokong berat badan (pungung tumit),
yang akan menyebabkan abrasi/trauma jaringan.Plaster yang lebih
dapat mengiritasi kulit dan dapat mengakibatkan abrasi.
Tekanan dapat menyebabkan ulserasi, nekrosis, dan atau
kelumpuhan syaraf. Masalah ini mungkin tidak nyeri bila terjadi
kerusakan syaraf.Memberikan perlindungan efektif pada lapisan gips
dan kelembaban. Membantu mencegah kerusakan material gips pada
akhir dan menurunkan iritasi kulit/ekskoriasi.Meminimalkan tekanan
pada kaki dan skitar tepi gips.
Mempertahankan integritas kulit.
Karena mobilisasi bagian tubuh, tonjolan tulang lebih dari area
yang sakit. Oleh gips mungkin sakit karena penurunan sirkulasi.
Diagnose ke 6: Resiki tinggi terhadap infeksi behubungan dengan
tidak edekuatnya pertahanan primer: kerusakan kulit trauma
jaringan.Kriteria hasil: Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu,
bebas drainase purulen atau eritema dan
demam.No.INTERVENSIRATIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9Mandiri Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau robekan
kontinuitas.
Kaji sisi pen/kulit oerhatikan keluhan peningkatan nyeri/rasa
terbakar atau adanya edema, eritema, drainase,/bau tak enak.Berikan
perawatan pen/kawat steril sesuai protocol dan latihan cuci
tangan.Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, perubahan
warna kulit kecoklatan, bau drainase yang tak enak/asam.Kaji tonus
otot, reflek tendon dalam dan kemampuan untuk berbicara.
Kaji nyeri tiba tiba/keterbatasan gerak dengan edema
lokal/eritema ektremitas cedera. Kolaborasi:Awasi pemeriksaan
laboratorium:Hitung darah lengkap
LEDKultur&sensitivity luka/serum/tulang.Skan
radioisotope.
Berikan obat sesuai indikasi.
Berikan irigasi luka/tulang dan berikan sabun basah atau hangat
sesuai indikasi. Pen atau kawat tidak harus dimasukkan melalui
kulit yang terinfeksi, kemerahan, atau abrasi (dapat menimbulkan
infeksi tulang). Dapat mengindikasikan timbulnya infeksi
local/nekrosis jaringan, yang dapat menimbulkan osteoarthritis.
Dapat mencegah kontaminasi silang dan memungkinkan infeksi.
Tanda perkiraan infeksi gas gangrene.
Kekakuan otot, spasme tonik otot rahang, dan disfagia
menunjukkan terjadinya tetanus.Dapat mengindikasikan terjadinya
osteomielitis.
Anemia dapat terjadi pada osteomielitis, leukositosis, biasanya
ada dengan proses infeksi.Peningkatan pada
osteomielitis.Mengidentifikasi organisme infeksi.Titik panas
menunjukkan peningkatan area vaskularitas, menunjukkan
osteomielitis.Antibiotic spectrum luas dapat digunakan secara
profilaktik atau ditujukan pada mikroorganisme khusus.Debridement
local/ pembersihan luka menurunkan mikroorganisme dan insiden
infeksi sistemik. Antimicrobial drip kontinu kedalam tulang
diperlukan untuk mengatasi osteomielitis, khususnya bila suplai
darah ketulang terganggu.
Diagnose ke-7: Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang infomasi, salah
interpretasi informasi.Kriteria hasil: menyatakan pemahaman
kondisi, prognosis, dan pengobatan.No. INTERVENSIRASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
MandiriKaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan
datang. Buat daftar aktifitas dimana pasien dapat melakukannya
secara mandiri dan yang memmerlukan bantuan. Indentifikasi
tersedianya sumber pelayanan dimasyarakat. Contoh tim rehabilitasi,
pelayanan perawatan dirumah. Diskusikan pentingnya perjanjian
evaluasi klinis.
Identifikasi tanda tanda dan gejala-gejal yang memerlukan
evaluasi medic.Diskusikan perawatn gips.
Demonstrasikan penggunaan kantung plastic untuk menutup plaster
gips selama cuaca lembab atau saat mandi. Diskusikan instruksi
pasca pengangkatan gips (latihan, kebersihan)Memeberikan dasar
pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi. Menyusun
aktifitas sekitar kebutuhan dan memerlukan bantuan.
Memberikan bantuan untuk memudahkan perawatan diri dan mendukung
kemandirian.Meningkatkan perawatan diri optimal dan pemulihan.
Penyembuhan fraktur memerlukan waktu tahunan untuk sembuh lengkap,
dan kerjasama pasien dalam program pengobatan membantu untuk
penyatuan yang tepat dari tulang.Intervensi cepat dapat menurunkan
beratnya komplikasi seperti infeksi/gangguan sirkulasi.Meningkatkan
pengobatan tepat untuk mencegah deformitas gips dan iritasi
kulit/kesalahan postur.Melindungi dari kelembaban, yang melunakkan
plaster gips dan melemahkan gips.
Menurunkan kekakuan dan memperbaiki kekuatan dan fungsi
ekstremitas yang sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E. (1999). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk
perencanaandan pendokumentasian perawatan pasien. (Edisi ketiga).
Jakarta : EGC.Black, J.M & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan
medical bedah. (Edisi kedelapan).Edisi bahasa Indonesia. Singapore
: Elsevier.
Kozier Barbara, Erb glenora, Berman Audrey, J.Snyder Shirley
(2010). Fundamental Of Nursing: Concepts, Process and practice 7th
Edition vol 1. Jakarta: EGC
22