Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Dengan demikian, seseorang dapat dikatakan sebagai perawat dan mempunyai tanggung jawab sebagai perawat manakala yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa dirinya telah menyelesaikan pendidikan perawat baik diluar maupun di dalam negeri yang biasanya dibuktikan dengan ijazah atau surat tanda tamat belajar. Dalam keperawatan terdapat prosedur perawatan pada tindakan kolaboratif yang meliputi -Melakukan test alergi (skin test) -Memberikan obat oral,topikal,parenteral dan suppositoria Dan untuk menjadi seorang perawat yang professional seorang perawat harus mempunyai wawasan tentang test alergi dan macam-macam cara pemberian obat tersebut. B. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa Rumusan Masalah sebagai berikut : 1. Apa yang di maksud dengan test alergi ( skin test ) ? 2. Apa saja cara pemberian obat secara oral ? 3. Apa saja cara pemberian obat secara topikal ? 4. Apa saja cara pemberian obat secara parenteral ? 5. Apa saja cara pemberian obat secara suppositoria ? C. Tujuan Pembahasan 1
38

Prosedur Tindakan Kolaboratif

Apr 06, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Prosedur Tindakan Kolaboratif

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar Belakang MasalahPerawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu

dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan.

Dengan demikian, seseorang dapat dikatakan sebagaiperawat dan mempunyai tanggung jawab sebagai perawat manakala yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa dirinya telah menyelesaikan pendidikan perawat baik diluar maupun di dalam negeri yang biasanya dibuktikan dengan ijazah atau surat tanda tamat belajar.

Dalam keperawatan terdapat prosedur perawatan padatindakan kolaboratif yang meliputi-Melakukan test alergi (skin test)-Memberikan obat oral,topikal,parenteral dan suppositoriaDan untuk menjadi seorang perawat yang professional seorang perawat harus mempunyai wawasan tentang test alergi dan macam-macam cara pemberian obat tersebut.

B. Rumusan Masalah            Dengan melihat latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa Rumusan Masalah sebagai berikut :1.    Apa yang di maksud dengan test alergi ( skin test) ?2.    Apa saja cara pemberian obat secara oral ?3. Apa saja cara pemberian obat secara topikal ?4. Apa saja cara pemberian obat secara parenteral ?5. Apa saja cara pemberian obat secara suppositoria ?

C.      Tujuan Pembahasan

1

Page 2: Prosedur Tindakan Kolaboratif

            Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:1.  Mendeskripsikan dan menjelaskan pengertian test alergi ( skin test ) .2.  Mendeskripsikan dan menjelaskan cara pemberian obatoral kepada klien .3. Mendeskripsikan dan menjelaskan cara pemberian obat topikal kepada klien .4. Mendeskripsikan dan menjelaskan cara pemberian obat parenteral kepada klien .5. Mendeskripsikan dan menjelaskan cara pemberian obat suppositoria kepada klien .

BAB IIPEMBAHASAN

A. Test Alergi (Skin Test)

Skin test merupakan salah satu dari dua

macam pengujian reaksi alergi yangdianggap valid

dan sudah diterapkan selama bertahun-tahun.

Skin test adalah suatu pengujian yang dilakukan

pada kulit untuk mengidentifikasi substansi alergi

(alergen) yang menjadi pemicu timbulnya reaksi alergi.

Skin test biasanya dilakukan pada pasien yang akan

diberikan pengobatan dan dicurigai memiliki alergi

terhadap bahan dan obat tertentu, misalnya pada

penderita rhinitis alergika, asthma, alergi

makanan, dan lainsebagainya.

2

Page 3: Prosedur Tindakan Kolaboratif

Alasan mengapa skin test merupakan pengujian

yang sering dan harusdilakukan terhadap pasien di

rumah sakit maupun klinik adalah bahwa setiap individu

memiliki sensitivitas yang berbeda-beda terhadap

berbagai macam bahan maupun obat.Selain itu, skin

test relatif mudah dilakukan, nyaman bagi pasien,

tidak mahal, dan hasil pemeriksaan bisa didapatkan

hanya dalam waktu 15-20 menit

Pengujian dimulai dengan menggores atau menusuk

kulit dengan jarum steril khusus, dan depositkan

sejumlah kecil ekstrak alergen ke dalam kulit. Tunggu

15-20menit, kemudian evaluasi reaksi kulit. Jika pada

kulit muncul bentol kemerahan, seperti gigitan nyamuk,

artinya hasil pengujian positif dan pasien alergi

terhadap bahan yang diujikan. Jika kulit tidak

menimbulkan reaksi, artinya rencana pengobatan aman

untuk dilanjutkan. Pengujian ini tidak

menimbulkan rasa sakit dan tidak

menyebabkan perdarahan pada pasien karena jarum

hanya masuk ke permukaan kulit saja

Skintest juga dapat dilakukan dengan cara

menginjeksikan alergen ke bawah kulit, ataudengan

menempelkan alergen pada kulit dalam periode waktu spesifik

(48 jam)

a.Pengertian Skin Test

3

Page 4: Prosedur Tindakan Kolaboratif

Memberikan obat melalui suntikan intracutan/

intradermal adalah suatu tindakan membantu proses

penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit

atau intra dermis.

Injeksi ini dilakukan dengan menyuntikkan obat

dibawah permukaan kulit antebrachii  bagian dalam

Digunakan untuk skin test atau tes tuberculin

Intradermal memiliki sirkulasi darah yang minimal

dan obat obat akan diabsorbsi secara perlahan

(sangat lambat).

Bermanfaat untuk skin tes karena beberapa klien

akan mengalami reaksi anafilaktik jika obat masuk

kedalam tubuh secara cepat

Menggunakan jarum ukuran kecil (1/4-1/2 inci) atau

jarum khusus tes tuberculin

Sudut penyuntikan 5-15o

Tempat penyuntikan: permukaan kulit yang terang,

sedikit rambut, tidak ada lesi dan oedem

Jumlah cairan yang disuntikkan 0,01-0,1 cc

Contoh: 1 gram ampicillin diencerkan 5 cc aquades.

Ambil larutan tersebut 0,1 cc kemudian diencerkan

himgga 1 cc. Masukkan obat secara

intradermal/intracutan 0,01-0,1 cc

b.Tujuan Melakukan Skin Test

4

Page 5: Prosedur Tindakan Kolaboratif

1.Pasien mendapatkan pengobatan  sesuai program

pengobatan dokter.

2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari

kesalahan dalam pemberian obat.

3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit

tertentu (misalnya tuberculin tes).

4. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat ( dengan

skin test).

c.Prinsip Melakukan Skin Test

1.   Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui

diagnosa medis pasien, indikasi pemberian obat, dan

efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar

pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu

pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian

keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat

pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat

alergi obat pada pasien, benar  tentang reaksi

pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan

bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.

2.   Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc

dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari saat penyuntikan

obat.

5

Page 6: Prosedur Tindakan Kolaboratif

3.   Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan

desinfektan.

4.   Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan

obatnya, bila ada penolakan pada suatu jenis obat, 

maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan

dapat mengkolaborasikannya  dengan dokter yang

menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap

menolak pengobatan setelah pemberian inform consent,

maka pasien maupun keluarga yang bertanggungjawab

menandatangani surat penolakan untuk  pembuktian

penolakan therapi.

5.   Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan

tes pada jenis antibiotik, dilakukan dengan cara

melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu

mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan

aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada

pasien hanya 0,1cc.

6.      Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test

mantoux, PPD diambil 0,1 cc dalam  spuit, untuk

langsung disuntikan pada pasien.

d.Prosedur Melakukan Skin Test

1.      Persiapan

a.       Menjelaskan tujuan dan prosedur pemberian obat

b.      Memberikan posisi yang nyaman pada pasien

c.       Alat dan bahan

6

Page 7: Prosedur Tindakan Kolaboratif

1)      Obat-obatan yang sesuai program pengobatan

dokter

2)      Daftar obat pasien

3)      Spuit 1 cc atau 0,5 cc disposible.

4)      Jarum sesuai kebutuhan, gergaji ampul bila

perlu.

5)      Perlak dan alas

6)      Kapas alkohol atau kapas yang sudah dibasahi

NaCl 0,9% dalam tempatnya

7)      Handschoen

8) Nierbeken

2.      Pelaksanaan

1)    Mencuci tangan

2)     Berdiri di sebelah kanan/kiri  pasien sesuai

kebutuhan.

3)    Cek daftar obat pasien untuk memberikan obat

4)      Membawa obat dan daftar obat ke hadapan pasien

sambil mencocokkan nama pada tempat tidur dengan nama

pada daftar obat.

5)    Meenginjeksi pasien sesuai dengan nama pada

daftar obat

6)    Jaga privasi pasien

7)    Injeksi intrakutan dilakukan dengan cara spuit

diisi oleh obat sesuai dosisnya.

8)    Menentukan lokasi injeksi yaitu 1/3 atas lengan

bawah bagian dalam.

7

Page 8: Prosedur Tindakan Kolaboratif

9)     Membersihkan  lokasi tusukan dengan kapas normal

saline atau kapas alcohol bila diperlukan, kulit

diregangkan tunggu sampai kering.

10)  Lubang jarum menghadap keatas dan membuat sudut

antara 5-150 dari permukaan kulit

11)  Memasukan obat perlahan-lahan sampai berbentuk

gelembung kecil, dosis yang diberikan 0,1 cc atau

sesuai jenis obat.

12)  Setelah penyuntikan area penyuntikan tidak boleh

didesinfeksi.

13)  Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test

antibiotik, lakukan penandaan pada area penyutikan

dengan melingkari  area penyuntikan dengan diameter

kira kira 1inchi atau diameter 2,5 cm. Penilaian

reaksi dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai

positif jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor

melebihi daerah yang sudah ditandai, artinya pasien

alergi dengan antibiotik tersebut.

14)  Bila injeksi ditujukan untuk mantoux test

tuberkulin test, dapat dinilai hasilnya  dalam 2

sampai 3 kali 24 jam, positif bila terdapat rubor

dolor kalor melebihi diameter 1 cm pada area

penyuntikan.

15)  Beri penjelasan pada pasien atau keluarga untuk

tentang penilaian pada daerah penyuntikan dan anjurkan

untuk tidak menggaruk, memasage atau memberi apapun

8

Page 9: Prosedur Tindakan Kolaboratif

pada daerah penyutikan. Menyimpan obat obat sisa dan

daftar obat pasien ketempatnya

16)  Mengobservasi keadaan umum pasien

17)  melepaskan handschoen, mencuci tangan.

18)  Membuat pendokumentasian mencakup:

·  Tindakan dan respon pasien

·  Nama jelas perawat yang melakukan tindakan,

waktu penyuntikan dan waktu penilaian, dan lokasi

penyuntikan.

B.Cara Pemberian Obat

Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara di antaranya: oral, parenteral, rektal, vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung, dengan menggunakan prinsip lima tepat yakni tepat nama pasien, tepat nama obat, tepat dosis obat, tepat cara pemberian dan tepat waktu pemberian.

a. Pemberian Obat Oral

Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.

Alat dan Bahan:1. Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat.2. Obat dan tempatnya.3. Air minum dalam tempatnya.

Prosedur Kerja:1. Cuci tangan.2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

9

Page 10: Prosedur Tindakan Kolaboratif

3. Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu dan tepat tempat.4. Bantu untuk meminumkannya dengan cara:

Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau

kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang

dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke

tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan.

Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan

pembungkusnya.

Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet

dalam bentuk bubuk dan campur dengan minuman.

Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum

pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.

5. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.6. Cuci tangan.

Pemberian Obat Per oral

            Pemberian obat per oral merupakan cara yangpaling banyak dipakai karena merupakan cara yang palingmudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagaibentuk obat dapat diberikan secara oral baik dalambentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantuabsorbsi, maka pemberian obat per oral dapat disertaidengan pemberian setengah gelas air atau cairan yanglain (Gbr. 40-2).            Kelemahan dari pemberian obat per oraladalah pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidakdapat dipakai pada keadaan gawat. Obat yang diberikanper oral biasanya membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45menit sebelum diabsorbs dan efek puncaknya dicapai

10

Page 11: Prosedur Tindakan Kolaboratif

setelah 1 sampai 1 jam. Rasa dan bau obat yang tidakenak sering menganggu pasien. Cara per oral tidak dapatdipakai pada pasien yang  mengalami mual- mual, muntah,semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan cairanlambung serta pada pasien yang mempunyai gangguanmenelan.            Beberapa jenis obat dapat mengakibatkaniritasi lambung dan menyebabkan muntah (missal garambesi dan salisilat). Untuk mencegah hal ini, obatdipersiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetaputuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadihancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalammemberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak bolehdibuka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien diberitahu untuk tidak minum antacid atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat.            Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup,maka pemberian harus dilakukan dengan cara yang palingnyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanyatidak enak. Pasien dapat diberi minuman sirup pasien(es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum siruppasien dapat diberi minum, pencuci mulut atau kembanggula.

Persiapan obat per oral dan cara lainnya merupakan hal yangpenting.

A, Kartu pesanan obat harus diperiksa secara hati- hatitentang pesanan obatnya. Sebelum mengambil/mengeluarkan obat, perawat harus mencocokkan kartupesanan obat dengan label pada botol kemasan obat.Setiap label harus dibaca tiga kali untuk menyakinkanobat yang diberi (1) Pada saat botol obat diambil darialmari, (2) Pada saat mencocokkan dengan kartu pesananobat, (3) Pada saat dikembalikan. B, Obat dalam bentuk cair dituangkan menjauhi sisilabel, sejajar dengan mata pada permukaan yang datar.Sebelum mengembalikan obat ke dalam almari atau lemari

11

Page 12: Prosedur Tindakan Kolaboratif

es, perawat harus mengusap bibir botol sehingga obattidak lengket atau merusak label. C, Tablet dan kapsuldikeluarkan dari botolnya pada tutupnya kemudian padamangkok yang dialasi kertas untuk diberikan padapasien. Kapsul dan tablet tidak boleh dipegang.(Diadaptasikan dari :Pagliaro, 1986, PharmacologicAspects of Nursing, The CV Mosby co, St Louis).

Cara kerja pemberian obat per oralPeralatan :

1.      Baki berisi obat- obatan atau kereta sorongobat- obat (tergantung sarana yang ada)

2.      Kartu rencana pengobatan3.      Cangkir disposable untuk tempat obat4.      Martil dan lumping penggerus (bila

diperlukan).Tahap kerja :

1.      Siapan peralatan dan cuci tangan2.      Kaji kemammpuan pasien untuk dapat minum

obat per oral (kemapuan menelan, mual dan muntah,akan dilakuakn penghisapan caiaran lambung, atautidak boleh makan/ minum).

3.      Periksa kembali order pengobatan (namapasien,nama dan dosis obat, waktu dan carapemberian). Bila ada keragu- raguan laporkan keperawat jaga atau dokter.

4.      Ambil obat sesuai yang diperlukan (Bacaorder pengobatan dan ambil obat di almari, rakatau lemari es sesuai yang di perlukan).

5.      Siapkan obat- obatan yang akan diberikan(gunakan teknik asptik, jangan menyentuh obat dancocokkan dengan order pengobatan) (lihat Gbr. 4-1).

6.      Berikan obat pada waktu dan cara yang benaryaitu dengan cara :

Yakin bahwa tidak pada pasien yang salahAtur posisi pasien duduk bila mungkinBerikan cairan/ aiar yang cukup untuk membantu

menelan, bila sulit menelan anjurkan pasien

12

Page 13: Prosedur Tindakan Kolaboratif

meletakkan obat di lidah bagian belakang,kemudian pasien dianjurkan minum.

Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beripasien berapa butir es batu untuk diisapsebelumnya, atau berikan obat denganmenggunakan lumatan apael atau pisang.

 Tetap bersama pasien sampai obat ditelan. 7.      Catat tindakkan yang telah dilakukan

meliputi nama dan dosis obat yang diberikan,setiap keluhan dan hasil pengkajian pada pasien.Bila obat tidak dapat masuk, catat secara jelasdan tulis tanda tangan anda dengan jelas.

8.      Kemudian semua peralatan yang dipakai dengantepat dan benar kemudian cuci tangan.

9.      Lakukan evaluasi mengenai efek obat padapasien kurang lebih 30 menit sewaktu pemberian.

Pemberian Secara Sublingual

Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingualyaitu dengan cara meletakkan obat di bawah lidah.Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun perawat harusmampu melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obatlebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah makaobat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah.Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidakmengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidakmenelan obat karena bila ditelan, obat menjadi tidakaktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung.Untuk mencegah obat tidak di telan, maka pasiendiberitahu untuk membiarkan obat tetap di bawah lidahsampai obat menjadi hancur dan terserap. Obat yangsering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserinyaitu obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasipembuluh darah. Obat ini banyak diberikan pada padapasien yang mengalami nyeri dada akibat anginapectoris. Dengan cara sublingual, obat bereaksi dalamsatu menit dan pasien dapat merasakan efeknya dalamwaktu tiga menit (Rodman dan Smith, 1979).

13

Page 14: Prosedur Tindakan Kolaboratif

b.Pemberian Obat Secara Topikal

Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum. Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh : lotion).

Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan pengobatantopical pada kulit tergantung pada: umur, pemilihan agen topikal yang tepat, lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit, stadium penyakit, konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum, metode aplikasi, penentuanlama pemakaian obat, penetrasi obat topical pada kulit.

Klasifikasi Obat TopikalBerdasarkan bentuk1. LotionLotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan cenderung lebih emollient di alam dibandingkan dengan shake lotion. Lotion biasanya terdiri dari minyak dicampur dengan air, dan tidak memiliki kandungan alkohol. Bisanya lotion akan cepat mengering jika mengandung alkohol yang tinggi.2. Shake lotionShake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua atau tiga bagian apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur dengan larutan berbasis air.Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.3. Cream/ KrimCream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan mempertahankan bentuknya apabila dikeluarkan

14

Page 15: Prosedur Tindakan Kolaboratif

wadahnya. Cream biasanya digunakan untuk melembabkan kulit. Cream memiliki risiko yang signifikan karena dapat menyebabkan sensitifitas imunologi yang tinggi. Cream memiliki tingkat penerimaan yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam bahan, komposisi, pH, dan toleransi antara merek generik.4. SalepSalep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lendir.Salep digunakan sebagai pelembaban atau perlindungan, terapi,atau profilaksis sesuai dengan tingkat oklusi yang diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan selaput lendir yang terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus dan hidung.Salep biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga memiliki risikorendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak.(Jean Smith, Joyce Young dan patricia carr, 2005 : 684)

a. Pada KulitObat yang biasa digunakan untuk pemberian obat

topikal pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, sprei atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh :lotion). Krim, dapat mengandung zat anti fungal (jamur), kortikosteorid, atau antibiotic yang dioleskanpada kulit dengan menggunakan kapas lidi steril.Krim dengan antibiotic sering digunakan pada luka bakaratau ulkus dekubitus. Krim adalah produk berbasis air dengan efek mendinginkan dan emolien. Mereka mengandungbahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, tetapi bahan pengawet tertentu dapat menyebabkansensitisasi dan dermatitis kontak alergi.Krim kurang berminyak dibandingkan salep dan secara kosmetik lebih baik ditoleransi.

15

Page 16: Prosedur Tindakan Kolaboratif

Sedangkan salep, dapat digunakan untuk melindungi kulit dari iritasi atau laserasi kulit akibat kelembaban kulit pada kasus inkontenansia urin atau fekal. Salep tidak mengandung air, mereka adalah produk berbasis minyak yang dapat membentuk lapisan penutup diatas permukaan kulit yang membantu kulit untuk mempertahankan air. Salep nenghidrasi kulit yang kering dan bersisik serta meningkatkan penyerapan zat aktif, dan karena itu berguna dalam kondisi kulit kering kronis. Salep tidak mengandung bahan pengawet.

Losion adalah suspensi berair yang dapat digunakanpada permukaan tubuh yang luas dan pada daerah berbulu.Losion memiliki efek mengeringkan dan mendinginkan.Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larutkedalam kulit untuk mendapatkan efek sistemik.Tersedia dalam bentuk lembaran.Lembaran obat tersebut dibuat dengan membran khusus yang membuat zat obat menyerap perlahan kedalam kulit. Lembaran ini juga dapat sekaligus mengontrol frekuensi penggunaan obat selama 24 ± 72 jamTujuan pemberian pada kulit, yaitu :

Untuk mempertahankan hidrasi Melindungi permukaan kulit Mengurangi iritasi kulit Mengatasi infeksi

TindakanAlat &Bahan :a. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim, aerosal, sprei)b. Pinset anatomisc. Kain kasad. Balutane. Pengalasf. Air sabun, air hangatg. Sarung tanganProsedur Kerja :1. Cuci tangan

16

Page 17: Prosedur Tindakan Kolaboratif

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan3. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan4. Gunakan sarung tangan5. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan atau mengompres7. Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati8. Cuci tangan

b. Pada MataPemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau mengoleskan salep mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian dapatjuga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata Obat mata biasanya berbentuk cairan dan ointment/ obat salep mata yang dikemas dalam tabung kecil.Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kakuatan yang rendah misalnya 2 %.

TindakanAlat &Bahan :a. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau beruupa salepb. Pipetc. Pinset anatomi dalam tempatnyad. Korentang dalam tempatnyae. Plesterf. Kain kasag. Kertas tisuh. Balutani. Sarung tangan

17

Page 18: Prosedur Tindakan Kolaboratif

j. Air hangat atau kapas pelembab

Prosedur Kerja :1. Cuci tangan2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah, dengan posisi perawat di samping kanan4. Gunakan sarung tangan 5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata kearah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di ataas tulang orbita7. Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva . Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan8. Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata kemudian pijat tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai anjurkan pesian untuk melihat kebawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak mata9. Tutup mata dengan kasa bila perlu10. Cuci tangan11. Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian

c. Pada TelingaPemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan tetes telinga atau salep. Obat tetes telingaini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya pada telinga tengah (otitis eksternal) dan dapat berupa obat antibiotik. TindakanAlat &Bahan :a. Obat dalam tempatnya b. Penetes

18

Page 19: Prosedur Tindakan Kolaboratif

c. Spekulum telingad. Pinset anatomi dalam tempatnyae. Korentang dalam tempatnya f. Plesterg. Kain kasah. Kertas tisui. BalutanProsedur Kerja :1. Cuci tangan2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan3. Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien diatas4. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau ke belakang (pada orang dewasa), kebawah pada anak-anak5. Apabila obat berupa tetes maka teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh gelembungudara dengan jumlah tetesan sesuai dosis6. Apabila obat berupa salep maka ambil kapas lidihdan oleskan salep kemudian masukan atau oleskan pada liang telinga 7. Pertahankan posisi kepala kurang lebih selama 2-3 menit8. Tutup telingan dengan pembalut dan plester jikadiperlukan9.Cuci tangan 10. Catat jumlah, tanggal dan dosis pemberian

d. Pada HidungPemberian obat pada hidung dilakukan dengan cara memberikan tetes hidung yang dapat dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring Efek samping sistemik hampir tidak ada, kecuali pada bayi/anak dan usia lanjut yang lebih peka terhadap efek sistemik. Namun ada efek samping lain akibat vasokonstriksi lokal secara cepat yaitu, jika pemberian obat tetes hidung ini dihentikan, dapat

19

Page 20: Prosedur Tindakan Kolaboratif

terjadi sumbatan hidung yang lebih berat. Sumbatan sekunder in dapat menyebabkan kerusakan jaringan setempat dan mengganggu bulu hidung.

Bentuk-bentuknya :a. Tetes hidung (nasal drops).ditujukan untuk bayi, anak-anak dan dewasa. contohnya Breathy, Alfrin, Iliadin, Otrivin.b. Semprot hidung (nasal spray).ditujukan untuk orang dewasa. contohnya Afrin, Iliadin, Otrivin.c. Semprot hidung dengan dosis terukur (metered-dose nasal spray), ditujukan untuk anak-anak usia tidakkurang dari 4 tahun dan dewasa. contohnya Beconase, Flixonase, Nasacort AQ, Nasonex, Rhinocort Aqua.

TindakanAlat &Bahan :a. Obat dalam tempatnyab. Pipetc. Spekulum hidungd. Pinset anatomi dalam tempatnyae. Korentang dalam tempatnyaf. Plesterg. Kain kasah. Kertas tisui. BalutanProsedur Kerja :1. Cuci tangan2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan3. Atur posisi pasien dengan cara :• Duduk dikursi dengan kepala mengadah ke belakang• Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur• Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke belakang4. Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan dosis)

20

Page 21: Prosedur Tindakan Kolaboratif

5. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit6. Cuci tangan7. Catat, cara, tanggal dan dosis pemberian obat

Indikasi pengobatan secara topical

a. Pada pasien dengan mata merah akibat iritasi ringanb. Pada pasien radang atau alergi mata.c. Infeksi saluran napas,d. Otitis media (radang rongga gendang telinga),e. infeksi kulit.

Kontra indikasi pengobatan secara topikala. Pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter.b. Hipersensitivitas.c. Diare, gangguan fungsi hati & ginjal.d. Pada pasien ulkuse. Individu yang atopi (hipersensitifitas atau alergi berdasarkan kecenderungan yang ditemurunkan).

Keuntungan pengobatan secara topicalUntuk efek lokal, mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek samping sistemik. Untuk efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui intravena (zero-order)

Kerugian pengobatan secara topical• Secara kosmetik kurang menarik• Absorbsinya tidak menentu

21

Page 22: Prosedur Tindakan Kolaboratif

c. Cara Pemberian Obat Parenteral

 Suntikan intrakutan         Pengertian :

Yang dimaksud dengan suntikan intrakutanadalah memasukkan obat kedalam jaringan kulit.

        Tujuan :-          mendapatkan reaksi setempat ;-          mendapatkan / menambahkan kekebalan

misalnya, suntikan B.C.G.  Tempat penyuntikan :

-  di lengan bawah : bagian lengan bawah sepertigadari lekukan siku ( dua per tiga daripergelangan tangan ) pada kulit yangsehat, jauh dari pembulu darah( untuk Mauntox ).

-  di lengan atas        : 3 jari di bawah sendibahu di tengah – tengah daerahmuskulus deltoideus, untuk B.C.G.

  Persiapan alat-alatAlat yang harus digunakan untuk melaksanakanintrakutan adalah sebagai berikut:

-          baki berisi :         bak semprit yang didalamnya

terdapat semprit seteril 1cc + jarum no.18 atau  no. 20 berisi cairan suntikandan kapas alkohol,

         bengkok kosong,         daftar / buku suntikan.

-          sampiran.

  Cara bekerja :Cara melaksanakan pekerjaan ini adalah sebagaiberikut :

-          Memberitahu dan menjelaskan padapasien

22

Page 23: Prosedur Tindakan Kolaboratif

-          Membawa alat-alat ke dekat pasien-          Memasang sampiran bila perlu dan

mengatur posisi pasien-          Mencuci tangan-          Membebaskan daerah yang akan

disuntik dari pakaian-          Menghapus hamakan kulit pasien

dengan kapas alkohol, membuang kapas bekaskedalam bengkok, tunggu sampai kulit kering

-          Menegangkan kulit pasien dengantangan kiri, kemudian jarum disuntikkanperlahan – lahan dengan lobang jarum mengarahkeatas

-          Jarum dari permukaan kulit membentuksudut 15°-20°

-          Menyemprotkan cairan sampai terjadigelembung berwarna putih pada kulit, lalujarum ditarik dengan cepat, tidak dihapushamakan dengan kapas alkohol dan tidak bolehdilakukan pengurutan ( masase )

-          Merapikan pasien-          Membawa alat-alat ke meja suntikan

untuk di bersihkan-          Mencuci tanganPerhatian :-          Pada pemberian vaksin B.C.G dan

cacar kulit dibersihkan dengan kapas yangtelah di rebus ( tidak boleh dengan alkohol)

  Suntikan subkutan         Pengertian : 

Yang dimaksud suntikan sub kutan adalahmenyuntikkan obat di bawah kulit.

     Tempat penyuntikaan :-          Pada lengan atas sebelah luar ⅓

bagian dari bahu ;

23

Page 24: Prosedur Tindakan Kolaboratif

-          Pada paha sebelah luar,⅓ bagiandari sendi panggul ;

-          Pada daerah perut sekitar pusat( umbilicus ),skapula, ventrogluteal dandorsogluteal

  Persiapan alat-alat :-          Sama dengan memberikan suntikan

intrakutan, tetapi mengunakan semprit 1 ccdan jarum suntikan nomor. 12 – 18

  Cara bekerja :Cara melaksanakan pekarjaan ini adalah sebagaiberikut :

-          Memberitahu dan menjelaskan padapasien

-          Membawa alat-alat ke dekat pasien-          Memasang sampiran bila perlu-          Mengatur posisi pasien serta

membebaskan daerah yang akan disuntik daripakaian

-          Mencuci tangan-          Menghapus hamakan kulit pasien

dengan kapas alkohol dan membuang kapas bekaskedalam bengkok, tunggu sampai kulit kering

-          Menegangkan / mengangkat kulitpasien dengan jari telunjuk dan ibu jari,kemudian menusukkan jarum perlahan – lahandengan lobang jarum mengarah keatas

-          Jarum dari permukaan kulit membentuksudut 45°

-          Menarik pengisap sedikit / aspirasiuntuk memeriksa apakah ada darah atau tidak ;bila tidak ada daerah semprokan cairanperlahan lahan sampai habis

-          Meletakkan kapas alkohol yang barudiatas jarum, kemudian menarik semprit danjarum dengan cepat sambil menegang pangkaljarum, lalu melakukan masase pada bekassuntikan

-          Merapikan pasien

24

Page 25: Prosedur Tindakan Kolaboratif

-          Membawa alat-alat ke meja suntikanuntuk di bersihkan

-          Mencuci tangan

  Suntikan Intramuskuler       Pengertian :

Yang dimaksud suntikan intra muskuler adalahmenyuntikkan obat ke dalam jaringan otot

  Tempat penyuntikan  Otot bokong ( musculus gluteus maximus )

kanan / kiri; yang tepat adalah pada bagian⅓ bagian dari spina iliaca anterior superiorke tulang ekor ( os coxygeus )

  Dorsogluteal  Ventrogluteal  Otot paha bagian luar ( musculus quadricep

femoris ) ;  Otot pangkal lengan ( musculus deltoideus )

  Persiapan alat-alat :Sama dengan pada pemberian suntikan secaraintrakutan, tetapi disediakan :

-          semprit 1 – 10 cc-          jarum no. 1 – 2

  Cara bekerja :Cara melaksanakan pekarjaan ini adalah sebagaiberikut :

-          Memberitahu dan menjelaskan padapasien

-          Membawa alat-alat ke dekat pasien-          Memasang sampiran bila perlu.-          Mengatur posisi pasien-          Mencuci tangan-          Membebaskan daerah yang akana

disuntik dari pakaian-          Menghapushamakan kulit pasien dengan

kapas alkohol, membuang kapas bekas kedalambengkok dan tunggu sampai kulit kering

25

Page 26: Prosedur Tindakan Kolaboratif

-          Menegangkan kulit dengan tangan kiripada daerah bokong, atau mengangkat otot padamusculus quardricep femoris / muskulusdeltoideus, kemudian menusukkan jarum kedalamotot tegak lurus dengan permukaan kulitsedalam ¾ panjang jarum. Menarik pengisapsedikit untuk memeriksa apakah ada darah atautidak, bila tidak ada daerah menyemprotkancairan obat perlahan – lahan

-          Setelah obat masuk seluruhnya, kulitdaerah penusukan jarum di tekan dengan kapasalkohol, jarum ditarik keluar dengan cepat,kemudian tempat penyuntikan dimasase

-          Merapikan pasien-          Membawa alat-alat ke meja suntikan

untuk di bersihkan-          Mencuci tangan

Perhatian :-          Tempat penyuntikan pada bokong harus

tepat ; bila salah akan mengenai sarafischiadicus

-          Bila pasien beberapa kali harusdisuntik, maka diusahakan agar penyuntikanpada tempat yang berlainan

-          Bila cairan obat mengandung minyak,jarum pengisap cairan harus diganti dengankering

-          Daerah bekas suntikan dimasase lebihlama

  Suntikan Intravena.       Pengertian :

Yang dimaksud dengan suntikan intravenaadalah menyuntikan cairan obat ke vena

       Tujuan :Tujuan suntikan intravena adalah :mempercepat reaksi, karena obat langsungmasuk ke peredaran darah

26

Page 27: Prosedur Tindakan Kolaboratif

  Tempat penyuntikan :Pada vena yang dangkal dan dekat dengan tulang,misalnya :

-          pada lengan ( vena mediana cubiti /vena cephalica ) ;

-          pada tungkai ( vena saphenous ) ;-          pada leher ( vena jugularis ),

khusus pada anak.-          Pada kepala(vena frontalis atau vena

temporalis) pada bayi.

  Persiapan alat-alat :Sama dengan pemberian suntikan intramuskulerditambah dengan :

-          karet pembendung ( torniket )-          pengalas ( perlak kecil + alasnya );

  Cara bekerja :Cara melaksanakan pekarjaan ini adalah sebagaiberikut :

-          Memberitahu dan menjelaskan padapasien

-          Membawa alat-alat ke dekat pasien-          Memasang sampiran bila perlu.

Mengatur posisi pasien-          Mencuci tangan-          Membebaskan daerah yang akana

disuntik dari pakaian-          Memasang pengalas di bawah daerah /

tempat yang akan disuntik-          Mengikat bagian di atas daerah yang

akan di suntik dengan karet pembendung agarvena mudah diraba / dilihat. Untuk di bagianlengan pasien dianjurkan untuk mengepalkantangan

27

Page 28: Prosedur Tindakan Kolaboratif

-          Menghapushamakan kulit pasien dengankapas alkohol, membuang kapas bekas kedalambengkok dan tunggu sampai kulit kering

-          Menegangkan kulit pasien dengantangan kiri, lalu menusukkan jarum kedalamvena dengan lobang jarum mengarah keatassejajar dengan vena

-          Menarik pengisap sedikit untukmemeriksa apakah jarum sudah masuk ke dalamvena, yang ditandai dengan masuknya darah kedalam semprit

-          Menganjurkan pasien membukakepalannya sambil membuka karet pembendung,kemudian secara perlahan – lahan memasukkancairan ke dalam vena sampai habis

-          Meletakkan kapas alkohol di atasjarum, kemudian menarik semprit + jarumdengan cepat sambil memegang pangkal jarum.Bekas tusukan ditekan dengan kapas alkoholsampai darah tidak keluar lagi

-          Merapikan pasien-          Membawa alat-alat ke meja suntikan

untuk di bersihkan-          Mencuci tangan

Perhatian :-          Jangan mencoba menusukkan jarum,

bila vena kurang jelas terlihat / teraba-          Bila terjadi infiltrat, jarum dan

smprit langsung dicabut dan untuk dipindahkan ke vena yang lain

-          Usahakan jangan sampai terjadiemboli udara

Perhatikan pada semua cara penyuntikan :-          Perhatikan reaksi pasien pada saat

dan sesudah pemberian suntikan-          Pemberian obat suntikan harus

dicatat di dalam buku catatan :

28

Page 29: Prosedur Tindakan Kolaboratif

- Jam dan tanggal pemberian suntikan,- dosis dan macam obat yang diberikan,- nama perawat yang melakukan perasat,- nama dokter yang memberi intruksi

-    Jangan menggunakan semprit yang bocor,retak pengisapnya longar serta jarum yangujungnya tumpu, bengkok dan tersumbat

-    Pada pasien hepatitis harus digunakansemprit dan jarum tersendiri. Bilamemungkinkan gunakan semprit dan jarum yangdisposibel

-    Bila obat didalam flakon pakailah 2 jarum;1 jarum besar ditusukan ke dalam flakon untukcairan suntikan kedalam semprit dan satujarum untuk menyuntik pasien

d.Cara Pemberian Obat Suppositoria

Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan

obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum

dalam bentuk suppositoria. Organ-organ yang dapat

diberi obat suppositoria adalah rectum dan

vagina.Suppositoria ini mudah meleleh, melunak, atau

melarut pada suhu tubuh. Umumnya berbentuk menyerupai

peluru atau torpedo dengan bobot sekitar 2 gram dan

panjang sekitar 1 – 1,5 inci.

Suppositoria biasanya diberikan kepada pasien-

pasien khusus yang tidak bisa mengonsumsi obat secara

oral lewat mulut. Hal ini bisa terjadi misalnya pada

pasien yang sedang tidak sadarkan diri, pasien yang

jika menerima sediaan oral akan muntah, pasien bayi,

dan pasien lanjut usia, yang juga sedang dalam keadaan

29

Page 30: Prosedur Tindakan Kolaboratif

tidak memungkinkan untuk menggunakan sediaan parenteral

(obat suntik).

Selain itu, suppositoria juga didesain untuk beberapa

zat aktif yang dapat mengiritasi lambung serta zat

aktif yang dapat terurai oleh kondisi saluran cerna,

jika digunakan secara oral. Misalnya, zat aktif yang

akan rusak dalam suasana asam lambung, rusak oleh

pengaruh enzim pencernaan, atau akan hilang efek

terapinya karena mengalami first pass effect.

Penggunaan suppositoria tidak hanya ditujukan untuk

efek lokal seperti pengobatan ambeien, anestesi lokal,

antiseptik, antibiotik, dan antijamur, tetapi juga bisa

ditujukan untuk efek sistemik sebagai analgesik, anti

muntah, anti asma, dan sebagainya.

Tujuan Pemberian Obat

o Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik.

o Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk

dikeluarkan.

Indikasi dan kontra indikasi

o Indikasi

Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa,

gout akut dan osteoritis.

o Kontra Indikasi

Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains

lain.

30

Page 31: Prosedur Tindakan Kolaboratif

Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau

peradangan aktif (inflamasi akut) pada saluran cerna.

Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma

bronchial atau alergi.

Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.

Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada

penderita piotitis atau hemoroid.

Pembedahan rektal.

Jenis Obat Supositoria

Pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat

dulcolac suppositoria yang berfungsi secara local untuk

meringankan defekasi. Dan efek sistemik seperti pada

obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi

mendilatasi bronkus. Pemberian obat suppositoria ini

diberikan tepat pada dinding rectal yang melewati

sfinkter ani interna.

Jika dikombinasikan dengan preparat obat oral, maka

pada umumnya dosis perhari adalah 1 supositoria yang

dimasukan ke dalam rectum. Jika tidak dikombinasikan,

dosis lazim adalah 1 dosis 2 kali sehari.

Contoh obat supositoria :

Kaltrofen supositoria

Profeid supositoria

Ketoprofen supositoria

Dulcolax supositoria

Profiretrik supositoria

31

Page 32: Prosedur Tindakan Kolaboratif

Stesolid supositoria

Boraginol supositoria

Tromos supositoria

Propis supositoria

Dumin supositoria

Bentuk dan berat supositoria

a. Supositoria untuk rektum

Bentuknya seperti peluru, torpedo/jari- jari tergantung

pada bobot jenis dan bahan obat dan basis yang di

gunakan.

b. Supositoria dari lemak coklat

Berat supositoria untuk dewasa kira-kira 2gr dan

biasanya lonjong seperti torpedo, sedangkan untuk anak-

anak 1gr dan ukrannya lebih kecil

c. Supositoria uretal (BOUGI)

Bentuknya seperti pensil, dan meruncing pada salah satu

ujungnya. Untuk laki-laki beratnya ±4gr dan wanita

2gr.

Keuntungan dan Kerugian

a. Keuntungan

a) Bisa mengobati secara bertahap

b) Kalau missal obat meinimbulkan kejang, atau panas

reaksinya lebih cepat, dapat memberikan efek local dan

sistemik.

c) Contoh memberikan efek local dulcolax untuk

meningkatkan defeksasi.

32

Page 33: Prosedur Tindakan Kolaboratif

b. Kerugian

a) Sakit tidak nyaman daya fiksasi lebih lama dari

pada IV.

b) Kalau pemasangan obat tidak benar, obat akan

keluar lagi.

c) Tidak boleh diberikan pada pasien yang

mengalami pembedahan rekrtal.

Prosedur Pemberian Obat Suppositoria

1. Persiapan Alat

•Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam,

supositoria)

•Aplikator untuk krim vagina

•Pelumas untuk supositoria

•Sarung tangan sekali pakai

•Pembalut

• Handuk bersih

•Gorden / sampiran

2. Persiapan Pasien dan Lingkungan

• Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan

dilakukan.

• Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.

• Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau

sketsel bila perlu.

• Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk

keluar ruangan.

3. Pelaksanaan

33

Page 34: Prosedur Tindakan Kolaboratif

•Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis

pengobatan waktu, jumlah dan dosis obat.

• Siapkan klien

Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya

Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi klien

Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai

bagian atas fleksi ke depan

Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal

saja

• Kenakan sarung tangan

•Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada

ujung bulatan dengan jeli, beri pelumas sarung tangan

pada jari telunjuk dan tangan dominan anda.

•Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut

dan untuk merelaksasikan sfingterani. Mendorong

supositoria melalui spinter yang kontriksi menyebabkan

timbulnya nyeri

•Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan

jari telunjuk yang tersarungi, masukan supusitoria ke

dalam anus melalui sfingterani dan mengenai dinding

rektal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan

anak-anak.

Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum

supaya pada kliennya di serap dan memberikan efek

terapeutik

34

Page 35: Prosedur Tindakan Kolaboratif

•Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan

tisu.

•Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau

miring selama 5 menit untuk mencegah keluarnya

suppositoria

•Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak

fases, letakan tombol pemanggil dalam jangkauan klien

agar klien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot

atau ke kamar mandi

•Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar

•Cuci tangan

•Kaji respon klien

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam keperawatan terdapat prosedur perawatan pada tindakan kolaboratif yang meliputi-Melakukan test alergi (skin test)-Memberikan obat oral,topikal,parenteral dan suppositoria

Skin test adalah suatu pengujian yang dilakukanpada kulit untuk mengidentifikasi substansi alergi(alergen) yang menjadi pemicu timbulnya reaksi alergi.

Skin test biasanya dilakukan pada pasien yang akandiberikan pengobatan dan dicurigai memiliki alergiterhadap bahan dan obat tertentu, misalnya padapenderita rhinitis alergika, asthma, alergi makanan,dan lain sebagainya.

35

Page 36: Prosedur Tindakan Kolaboratif

Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukanmelalui beberapa cara di antaranya: oral, parenteral,rektal, vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung,dengan menggunakan prinsip lima tepat yakni tepat namapasien, tepat nama obat, tepat dosis obat, tepat carapemberian dan tepat waktu pemberian.

a. Pemberian obat oral merupakan cara pemberianobat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati,mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi darijenis obat.

b.Pemberian obat secara topikal adalah pemberianobat secara lokal dengan cara mengoleskan obat padapermukaan kulit atau membran area mata, hidung, lubangtelinga, vagina dan rectum. Obat yang biasa digunakanuntuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obatyang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal inidilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atauluka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yangterjadi (contoh : lotion).

c.Pemberian obat parenteral adalah memasukan obattertentu kedalam jaringan tubuh denganpenyuntikan(injeksi).

Macam-macam cara penyuntikan adalah1.Intrakutan2.Subkutan3.Intramuskular4.Intravenad.Pemberian obat suppositoria adalah cara

memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anusatau rektum dalam bentuk suppositoria. Organ-organ yangdapat diberi obat suppositoria adalah rectum danvagina.Suppositoria ini mudah meleleh, melunak, ataumelarut pada suhu tubuh. Umumnya berbentuk menyerupaipeluru atau torpedo dengan bobot sekitar 2 gram danpanjang sekitar 1 – 1,5 inci.

B. Saran

36

Page 37: Prosedur Tindakan Kolaboratif

1)   Mahasiswa diharapkan dapat memahami pengertiantest alergi atau skin test.2)   Diharapkan dapat menambah pengetahuan kita carapemberian obat kepada klien.3)  Memperbanyak referensi sebagai bahan acuan bagipeneliti yang ingin lebih memperdalam kajian tentangtest alergi dan cara pemberian obat kepada klien.

37

Page 38: Prosedur Tindakan Kolaboratif

38