BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Dengan demikian, seseorang dapat dikatakan sebagai perawat dan mempunyai tanggung jawab sebagai perawat manakala yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa dirinya telah menyelesaikan pendidikan perawat baik diluar maupun di dalam negeri yang biasanya dibuktikan dengan ijazah atau surat tanda tamat belajar. Dalam keperawatan terdapat prosedur perawatan pada tindakan kolaboratif yang meliputi -Melakukan test alergi (skin test) -Memberikan obat oral,topikal,parenteral dan suppositoria Dan untuk menjadi seorang perawat yang professional seorang perawat harus mempunyai wawasan tentang test alergi dan macam-macam cara pemberian obat tersebut. B. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa Rumusan Masalah sebagai berikut : 1. Apa yang di maksud dengan test alergi ( skin test ) ? 2. Apa saja cara pemberian obat secara oral ? 3. Apa saja cara pemberian obat secara topikal ? 4. Apa saja cara pemberian obat secara parenteral ? 5. Apa saja cara pemberian obat secara suppositoria ? C. Tujuan Pembahasan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
A.Latar Belakang MasalahPerawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu
dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
Dengan demikian, seseorang dapat dikatakan sebagaiperawat dan mempunyai tanggung jawab sebagai perawat manakala yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa dirinya telah menyelesaikan pendidikan perawat baik diluar maupun di dalam negeri yang biasanya dibuktikan dengan ijazah atau surat tanda tamat belajar.
Dalam keperawatan terdapat prosedur perawatan padatindakan kolaboratif yang meliputi-Melakukan test alergi (skin test)-Memberikan obat oral,topikal,parenteral dan suppositoriaDan untuk menjadi seorang perawat yang professional seorang perawat harus mempunyai wawasan tentang test alergi dan macam-macam cara pemberian obat tersebut.
B. Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa Rumusan Masalah sebagai berikut :1. Apa yang di maksud dengan test alergi ( skin test) ?2. Apa saja cara pemberian obat secara oral ?3. Apa saja cara pemberian obat secara topikal ?4. Apa saja cara pemberian obat secara parenteral ?5. Apa saja cara pemberian obat secara suppositoria ?
C. Tujuan Pembahasan
1
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pengertian test alergi ( skin test ) .2. Mendeskripsikan dan menjelaskan cara pemberian obatoral kepada klien .3. Mendeskripsikan dan menjelaskan cara pemberian obat topikal kepada klien .4. Mendeskripsikan dan menjelaskan cara pemberian obat parenteral kepada klien .5. Mendeskripsikan dan menjelaskan cara pemberian obat suppositoria kepada klien .
BAB IIPEMBAHASAN
A. Test Alergi (Skin Test)
Skin test merupakan salah satu dari dua
macam pengujian reaksi alergi yangdianggap valid
dan sudah diterapkan selama bertahun-tahun.
Skin test adalah suatu pengujian yang dilakukan
pada kulit untuk mengidentifikasi substansi alergi
(alergen) yang menjadi pemicu timbulnya reaksi alergi.
Skin test biasanya dilakukan pada pasien yang akan
diberikan pengobatan dan dicurigai memiliki alergi
terhadap bahan dan obat tertentu, misalnya pada
penderita rhinitis alergika, asthma, alergi
makanan, dan lainsebagainya.
2
Alasan mengapa skin test merupakan pengujian
yang sering dan harusdilakukan terhadap pasien di
rumah sakit maupun klinik adalah bahwa setiap individu
memiliki sensitivitas yang berbeda-beda terhadap
berbagai macam bahan maupun obat.Selain itu, skin
test relatif mudah dilakukan, nyaman bagi pasien,
tidak mahal, dan hasil pemeriksaan bisa didapatkan
hanya dalam waktu 15-20 menit
Pengujian dimulai dengan menggores atau menusuk
kulit dengan jarum steril khusus, dan depositkan
sejumlah kecil ekstrak alergen ke dalam kulit. Tunggu
15-20menit, kemudian evaluasi reaksi kulit. Jika pada
kulit muncul bentol kemerahan, seperti gigitan nyamuk,
artinya hasil pengujian positif dan pasien alergi
terhadap bahan yang diujikan. Jika kulit tidak
menimbulkan reaksi, artinya rencana pengobatan aman
untuk dilanjutkan. Pengujian ini tidak
menimbulkan rasa sakit dan tidak
menyebabkan perdarahan pada pasien karena jarum
hanya masuk ke permukaan kulit saja
Skintest juga dapat dilakukan dengan cara
menginjeksikan alergen ke bawah kulit, ataudengan
menempelkan alergen pada kulit dalam periode waktu spesifik
(48 jam)
a.Pengertian Skin Test
3
Memberikan obat melalui suntikan intracutan/
intradermal adalah suatu tindakan membantu proses
penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit
atau intra dermis.
Injeksi ini dilakukan dengan menyuntikkan obat
dibawah permukaan kulit antebrachii bagian dalam
Digunakan untuk skin test atau tes tuberculin
Intradermal memiliki sirkulasi darah yang minimal
dan obat obat akan diabsorbsi secara perlahan
(sangat lambat).
Bermanfaat untuk skin tes karena beberapa klien
akan mengalami reaksi anafilaktik jika obat masuk
kedalam tubuh secara cepat
Menggunakan jarum ukuran kecil (1/4-1/2 inci) atau
jarum khusus tes tuberculin
Sudut penyuntikan 5-15o
Tempat penyuntikan: permukaan kulit yang terang,
sedikit rambut, tidak ada lesi dan oedem
Jumlah cairan yang disuntikkan 0,01-0,1 cc
Contoh: 1 gram ampicillin diencerkan 5 cc aquades.
Ambil larutan tersebut 0,1 cc kemudian diencerkan
himgga 1 cc. Masukkan obat secara
intradermal/intracutan 0,01-0,1 cc
b.Tujuan Melakukan Skin Test
4
1.Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program
pengobatan dokter.
2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari
kesalahan dalam pemberian obat.
3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit
tertentu (misalnya tuberculin tes).
4. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat ( dengan
skin test).
c.Prinsip Melakukan Skin Test
1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui
diagnosa medis pasien, indikasi pemberian obat, dan
efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar
pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu
pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian
keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat
pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat
alergi obat pada pasien, benar tentang reaksi
pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan
bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.
2. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc
dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari saat penyuntikan
obat.
5
3. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan
desinfektan.
4. Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan
obatnya, bila ada penolakan pada suatu jenis obat,
maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan
dapat mengkolaborasikannya dengan dokter yang
menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap
menolak pengobatan setelah pemberian inform consent,
maka pasien maupun keluarga yang bertanggungjawab
menandatangani surat penolakan untuk pembuktian
penolakan therapi.
5. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan
tes pada jenis antibiotik, dilakukan dengan cara
melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu
mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan
aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada
pasien hanya 0,1cc.
6. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test
mantoux, PPD diambil 0,1 cc dalam spuit, untuk
langsung disuntikan pada pasien.
d.Prosedur Melakukan Skin Test
1. Persiapan
a. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemberian obat
b. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien
c. Alat dan bahan
6
1) Obat-obatan yang sesuai program pengobatan
dokter
2) Daftar obat pasien
3) Spuit 1 cc atau 0,5 cc disposible.
4) Jarum sesuai kebutuhan, gergaji ampul bila
perlu.
5) Perlak dan alas
6) Kapas alkohol atau kapas yang sudah dibasahi
NaCl 0,9% dalam tempatnya
7) Handschoen
8) Nierbeken
2. Pelaksanaan
1) Mencuci tangan
2) Berdiri di sebelah kanan/kiri pasien sesuai
kebutuhan.
3) Cek daftar obat pasien untuk memberikan obat
4) Membawa obat dan daftar obat ke hadapan pasien
sambil mencocokkan nama pada tempat tidur dengan nama
pada daftar obat.
5) Meenginjeksi pasien sesuai dengan nama pada
daftar obat
6) Jaga privasi pasien
7) Injeksi intrakutan dilakukan dengan cara spuit
diisi oleh obat sesuai dosisnya.
8) Menentukan lokasi injeksi yaitu 1/3 atas lengan
bawah bagian dalam.
7
9) Membersihkan lokasi tusukan dengan kapas normal
saline atau kapas alcohol bila diperlukan, kulit
diregangkan tunggu sampai kering.
10) Lubang jarum menghadap keatas dan membuat sudut
antara 5-150 dari permukaan kulit
11) Memasukan obat perlahan-lahan sampai berbentuk
gelembung kecil, dosis yang diberikan 0,1 cc atau
sesuai jenis obat.
12) Setelah penyuntikan area penyuntikan tidak boleh
didesinfeksi.
13) Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test
antibiotik, lakukan penandaan pada area penyutikan
dengan melingkari area penyuntikan dengan diameter
kira kira 1inchi atau diameter 2,5 cm. Penilaian
reaksi dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai
positif jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor
melebihi daerah yang sudah ditandai, artinya pasien
alergi dengan antibiotik tersebut.
14) Bila injeksi ditujukan untuk mantoux test
tuberkulin test, dapat dinilai hasilnya dalam 2
sampai 3 kali 24 jam, positif bila terdapat rubor
dolor kalor melebihi diameter 1 cm pada area
penyuntikan.
15) Beri penjelasan pada pasien atau keluarga untuk
tentang penilaian pada daerah penyuntikan dan anjurkan
untuk tidak menggaruk, memasage atau memberi apapun
8
pada daerah penyutikan. Menyimpan obat obat sisa dan
daftar obat pasien ketempatnya
16) Mengobservasi keadaan umum pasien
17) melepaskan handschoen, mencuci tangan.
18) Membuat pendokumentasian mencakup:
· Tindakan dan respon pasien
· Nama jelas perawat yang melakukan tindakan,
waktu penyuntikan dan waktu penilaian, dan lokasi
penyuntikan.
B.Cara Pemberian Obat
Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara di antaranya: oral, parenteral, rektal, vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung, dengan menggunakan prinsip lima tepat yakni tepat nama pasien, tepat nama obat, tepat dosis obat, tepat cara pemberian dan tepat waktu pemberian.
a. Pemberian Obat Oral
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
Alat dan Bahan:1. Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat.2. Obat dan tempatnya.3. Air minum dalam tempatnya.
Prosedur Kerja:1. Cuci tangan.2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
9
3. Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu dan tepat tempat.4. Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau
kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang
dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke
tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan.
Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan
pembungkusnya.
Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet
dalam bentuk bubuk dan campur dengan minuman.
Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum
pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.
5. Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian, dan evaluasi respon terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.6. Cuci tangan.
Pemberian Obat Per oral
Pemberian obat per oral merupakan cara yangpaling banyak dipakai karena merupakan cara yang palingmudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagaibentuk obat dapat diberikan secara oral baik dalambentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantuabsorbsi, maka pemberian obat per oral dapat disertaidengan pemberian setengah gelas air atau cairan yanglain (Gbr. 40-2). Kelemahan dari pemberian obat per oraladalah pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidakdapat dipakai pada keadaan gawat. Obat yang diberikanper oral biasanya membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45menit sebelum diabsorbs dan efek puncaknya dicapai
10
setelah 1 sampai 1 jam. Rasa dan bau obat yang tidakenak sering menganggu pasien. Cara per oral tidak dapatdipakai pada pasien yang mengalami mual- mual, muntah,semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan cairanlambung serta pada pasien yang mempunyai gangguanmenelan. Beberapa jenis obat dapat mengakibatkaniritasi lambung dan menyebabkan muntah (missal garambesi dan salisilat). Untuk mencegah hal ini, obatdipersiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetaputuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadihancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalammemberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak bolehdibuka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien diberitahu untuk tidak minum antacid atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat. Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup,maka pemberian harus dilakukan dengan cara yang palingnyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanyatidak enak. Pasien dapat diberi minuman sirup pasien(es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum siruppasien dapat diberi minum, pencuci mulut atau kembanggula.
Persiapan obat per oral dan cara lainnya merupakan hal yangpenting.
A, Kartu pesanan obat harus diperiksa secara hati- hatitentang pesanan obatnya. Sebelum mengambil/mengeluarkan obat, perawat harus mencocokkan kartupesanan obat dengan label pada botol kemasan obat.Setiap label harus dibaca tiga kali untuk menyakinkanobat yang diberi (1) Pada saat botol obat diambil darialmari, (2) Pada saat mencocokkan dengan kartu pesananobat, (3) Pada saat dikembalikan. B, Obat dalam bentuk cair dituangkan menjauhi sisilabel, sejajar dengan mata pada permukaan yang datar.Sebelum mengembalikan obat ke dalam almari atau lemari
11
es, perawat harus mengusap bibir botol sehingga obattidak lengket atau merusak label. C, Tablet dan kapsuldikeluarkan dari botolnya pada tutupnya kemudian padamangkok yang dialasi kertas untuk diberikan padapasien. Kapsul dan tablet tidak boleh dipegang.(Diadaptasikan dari :Pagliaro, 1986, PharmacologicAspects of Nursing, The CV Mosby co, St Louis).
Cara kerja pemberian obat per oralPeralatan :
1. Baki berisi obat- obatan atau kereta sorongobat- obat (tergantung sarana yang ada)
2. Kartu rencana pengobatan3. Cangkir disposable untuk tempat obat4. Martil dan lumping penggerus (bila
diperlukan).Tahap kerja :
1. Siapan peralatan dan cuci tangan2. Kaji kemammpuan pasien untuk dapat minum
obat per oral (kemapuan menelan, mual dan muntah,akan dilakuakn penghisapan caiaran lambung, atautidak boleh makan/ minum).
3. Periksa kembali order pengobatan (namapasien,nama dan dosis obat, waktu dan carapemberian). Bila ada keragu- raguan laporkan keperawat jaga atau dokter.
4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (Bacaorder pengobatan dan ambil obat di almari, rakatau lemari es sesuai yang di perlukan).
5. Siapkan obat- obatan yang akan diberikan(gunakan teknik asptik, jangan menyentuh obat dancocokkan dengan order pengobatan) (lihat Gbr. 4-1).
6. Berikan obat pada waktu dan cara yang benaryaitu dengan cara :
Yakin bahwa tidak pada pasien yang salahAtur posisi pasien duduk bila mungkinBerikan cairan/ aiar yang cukup untuk membantu
menelan, bila sulit menelan anjurkan pasien
12
meletakkan obat di lidah bagian belakang,kemudian pasien dianjurkan minum.
Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beripasien berapa butir es batu untuk diisapsebelumnya, atau berikan obat denganmenggunakan lumatan apael atau pisang.
Tetap bersama pasien sampai obat ditelan. 7. Catat tindakkan yang telah dilakukan
meliputi nama dan dosis obat yang diberikan,setiap keluhan dan hasil pengkajian pada pasien.Bila obat tidak dapat masuk, catat secara jelasdan tulis tanda tangan anda dengan jelas.
8. Kemudian semua peralatan yang dipakai dengantepat dan benar kemudian cuci tangan.
9. Lakukan evaluasi mengenai efek obat padapasien kurang lebih 30 menit sewaktu pemberian.
Pemberian Secara Sublingual
Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingualyaitu dengan cara meletakkan obat di bawah lidah.Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun perawat harusmampu melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obatlebih cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah makaobat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah.Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidakmengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk tidakmenelan obat karena bila ditelan, obat menjadi tidakaktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung.Untuk mencegah obat tidak di telan, maka pasiendiberitahu untuk membiarkan obat tetap di bawah lidahsampai obat menjadi hancur dan terserap. Obat yangsering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserinyaitu obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasipembuluh darah. Obat ini banyak diberikan pada padapasien yang mengalami nyeri dada akibat anginapectoris. Dengan cara sublingual, obat bereaksi dalamsatu menit dan pasien dapat merasakan efeknya dalamwaktu tiga menit (Rodman dan Smith, 1979).
13
b.Pemberian Obat Secara Topikal
Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat secara lokal dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum. Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh : lotion).
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan pengobatantopical pada kulit tergantung pada: umur, pemilihan agen topikal yang tepat, lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit, stadium penyakit, konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum, metode aplikasi, penentuanlama pemakaian obat, penetrasi obat topical pada kulit.
Klasifikasi Obat TopikalBerdasarkan bentuk1. LotionLotion ini mirip dengan shake lotion tapi lebih tebal dan cenderung lebih emollient di alam dibandingkan dengan shake lotion. Lotion biasanya terdiri dari minyak dicampur dengan air, dan tidak memiliki kandungan alkohol. Bisanya lotion akan cepat mengering jika mengandung alkohol yang tinggi.2. Shake lotionShake lotion merupakan campuran yang memisah menjadi dua atau tiga bagian apabila didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Minyak sering dicampur dengan larutan berbasis air.Perlu dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.3. Cream/ KrimCream adalah campuran yang lebih tebal dari lotion dan akan mempertahankan bentuknya apabila dikeluarkan
14
wadahnya. Cream biasanya digunakan untuk melembabkan kulit. Cream memiliki risiko yang signifikan karena dapat menyebabkan sensitifitas imunologi yang tinggi. Cream memiliki tingkat penerimaan yang tinggi oleh pasien. Cream memiliki variasi dalam bahan, komposisi, pH, dan toleransi antara merek generik.4. SalepSalep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan viskositas tinggi, untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lendir.Salep digunakan sebagai pelembaban atau perlindungan, terapi,atau profilaksis sesuai dengan tingkat oklusi yang diinginkan.Salep digunakan pada kulit dan selaput lendir yang terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus dan hidung.Salep biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga memiliki risikorendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak.(Jean Smith, Joyce Young dan patricia carr, 2005 : 684)
a. Pada KulitObat yang biasa digunakan untuk pemberian obat
topikal pada kulit adalah obat yang berbentuk krim, lotion, sprei atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh :lotion). Krim, dapat mengandung zat anti fungal (jamur), kortikosteorid, atau antibiotic yang dioleskanpada kulit dengan menggunakan kapas lidi steril.Krim dengan antibiotic sering digunakan pada luka bakaratau ulkus dekubitus. Krim adalah produk berbasis air dengan efek mendinginkan dan emolien. Mereka mengandungbahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, tetapi bahan pengawet tertentu dapat menyebabkansensitisasi dan dermatitis kontak alergi.Krim kurang berminyak dibandingkan salep dan secara kosmetik lebih baik ditoleransi.
15
Sedangkan salep, dapat digunakan untuk melindungi kulit dari iritasi atau laserasi kulit akibat kelembaban kulit pada kasus inkontenansia urin atau fekal. Salep tidak mengandung air, mereka adalah produk berbasis minyak yang dapat membentuk lapisan penutup diatas permukaan kulit yang membantu kulit untuk mempertahankan air. Salep nenghidrasi kulit yang kering dan bersisik serta meningkatkan penyerapan zat aktif, dan karena itu berguna dalam kondisi kulit kering kronis. Salep tidak mengandung bahan pengawet.
Losion adalah suspensi berair yang dapat digunakanpada permukaan tubuh yang luas dan pada daerah berbulu.Losion memiliki efek mengeringkan dan mendinginkan.Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larutkedalam kulit untuk mendapatkan efek sistemik.Tersedia dalam bentuk lembaran.Lembaran obat tersebut dibuat dengan membran khusus yang membuat zat obat menyerap perlahan kedalam kulit. Lembaran ini juga dapat sekaligus mengontrol frekuensi penggunaan obat selama 24 ± 72 jamTujuan pemberian pada kulit, yaitu :
Untuk mempertahankan hidrasi Melindungi permukaan kulit Mengurangi iritasi kulit Mengatasi infeksi
TindakanAlat &Bahan :a. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim, aerosal, sprei)b. Pinset anatomisc. Kain kasad. Balutane. Pengalasf. Air sabun, air hangatg. Sarung tanganProsedur Kerja :1. Cuci tangan
16
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan3. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan4. Gunakan sarung tangan5. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan atau mengompres7. Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati8. Cuci tangan
b. Pada MataPemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau mengoleskan salep mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan dengan cara mendilatasi pupil, untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian dapatjuga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata Obat mata biasanya berbentuk cairan dan ointment/ obat salep mata yang dikemas dalam tabung kecil.Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kakuatan yang rendah misalnya 2 %.
TindakanAlat &Bahan :a. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau beruupa salepb. Pipetc. Pinset anatomi dalam tempatnyad. Korentang dalam tempatnyae. Plesterf. Kain kasag. Kertas tisuh. Balutani. Sarung tangan
17
j. Air hangat atau kapas pelembab
Prosedur Kerja :1. Cuci tangan2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah, dengan posisi perawat di samping kanan4. Gunakan sarung tangan 5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata kearah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di ataas tulang orbita7. Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva . Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan8. Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata kemudian pijat tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai anjurkan pesian untuk melihat kebawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak mata9. Tutup mata dengan kasa bila perlu10. Cuci tangan11. Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian
c. Pada TelingaPemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan tetes telinga atau salep. Obat tetes telingaini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya pada telinga tengah (otitis eksternal) dan dapat berupa obat antibiotik. TindakanAlat &Bahan :a. Obat dalam tempatnya b. Penetes
18
c. Spekulum telingad. Pinset anatomi dalam tempatnyae. Korentang dalam tempatnya f. Plesterg. Kain kasah. Kertas tisui. BalutanProsedur Kerja :1. Cuci tangan2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan3. Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien diatas4. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau ke belakang (pada orang dewasa), kebawah pada anak-anak5. Apabila obat berupa tetes maka teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh gelembungudara dengan jumlah tetesan sesuai dosis6. Apabila obat berupa salep maka ambil kapas lidihdan oleskan salep kemudian masukan atau oleskan pada liang telinga 7. Pertahankan posisi kepala kurang lebih selama 2-3 menit8. Tutup telingan dengan pembalut dan plester jikadiperlukan9.Cuci tangan 10. Catat jumlah, tanggal dan dosis pemberian
d. Pada HidungPemberian obat pada hidung dilakukan dengan cara memberikan tetes hidung yang dapat dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring Efek samping sistemik hampir tidak ada, kecuali pada bayi/anak dan usia lanjut yang lebih peka terhadap efek sistemik. Namun ada efek samping lain akibat vasokonstriksi lokal secara cepat yaitu, jika pemberian obat tetes hidung ini dihentikan, dapat
19
terjadi sumbatan hidung yang lebih berat. Sumbatan sekunder in dapat menyebabkan kerusakan jaringan setempat dan mengganggu bulu hidung.
Bentuk-bentuknya :a. Tetes hidung (nasal drops).ditujukan untuk bayi, anak-anak dan dewasa. contohnya Breathy, Alfrin, Iliadin, Otrivin.b. Semprot hidung (nasal spray).ditujukan untuk orang dewasa. contohnya Afrin, Iliadin, Otrivin.c. Semprot hidung dengan dosis terukur (metered-dose nasal spray), ditujukan untuk anak-anak usia tidakkurang dari 4 tahun dan dewasa. contohnya Beconase, Flixonase, Nasacort AQ, Nasonex, Rhinocort Aqua.
TindakanAlat &Bahan :a. Obat dalam tempatnyab. Pipetc. Spekulum hidungd. Pinset anatomi dalam tempatnyae. Korentang dalam tempatnyaf. Plesterg. Kain kasah. Kertas tisui. BalutanProsedur Kerja :1. Cuci tangan2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan3. Atur posisi pasien dengan cara :• Duduk dikursi dengan kepala mengadah ke belakang• Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur• Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke belakang4. Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan dosis)
20
5. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit6. Cuci tangan7. Catat, cara, tanggal dan dosis pemberian obat
Indikasi pengobatan secara topical
a. Pada pasien dengan mata merah akibat iritasi ringanb. Pada pasien radang atau alergi mata.c. Infeksi saluran napas,d. Otitis media (radang rongga gendang telinga),e. infeksi kulit.
Kontra indikasi pengobatan secara topikala. Pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter.b. Hipersensitivitas.c. Diare, gangguan fungsi hati & ginjal.d. Pada pasien ulkuse. Individu yang atopi (hipersensitifitas atau alergi berdasarkan kecenderungan yang ditemurunkan).
Keuntungan pengobatan secara topicalUntuk efek lokal, mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek samping sistemik. Untuk efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui intravena (zero-order)
Kerugian pengobatan secara topical• Secara kosmetik kurang menarik• Absorbsinya tidak menentu
21
c. Cara Pemberian Obat Parenteral
Suntikan intrakutan Pengertian :
Yang dimaksud dengan suntikan intrakutanadalah memasukkan obat kedalam jaringan kulit.
Tujuan :- mendapatkan reaksi setempat ;- mendapatkan / menambahkan kekebalan
misalnya, suntikan B.C.G. Tempat penyuntikan :
- di lengan bawah : bagian lengan bawah sepertigadari lekukan siku ( dua per tiga daripergelangan tangan ) pada kulit yangsehat, jauh dari pembulu darah( untuk Mauntox ).
- di lengan atas : 3 jari di bawah sendibahu di tengah – tengah daerahmuskulus deltoideus, untuk B.C.G.
Persiapan alat-alatAlat yang harus digunakan untuk melaksanakanintrakutan adalah sebagai berikut:
- baki berisi : bak semprit yang didalamnya
terdapat semprit seteril 1cc + jarum no.18 atau no. 20 berisi cairan suntikandan kapas alkohol,
bengkok kosong, daftar / buku suntikan.
- sampiran.
Cara bekerja :Cara melaksanakan pekerjaan ini adalah sebagaiberikut :
- Memberitahu dan menjelaskan padapasien
22
- Membawa alat-alat ke dekat pasien- Memasang sampiran bila perlu dan
mengatur posisi pasien- Mencuci tangan- Membebaskan daerah yang akan
disuntik dari pakaian- Menghapus hamakan kulit pasien
dengan kapas alkohol, membuang kapas bekaskedalam bengkok, tunggu sampai kulit kering
- Menegangkan kulit pasien dengantangan kiri, kemudian jarum disuntikkanperlahan – lahan dengan lobang jarum mengarahkeatas
- Jarum dari permukaan kulit membentuksudut 15°-20°
- Menyemprotkan cairan sampai terjadigelembung berwarna putih pada kulit, lalujarum ditarik dengan cepat, tidak dihapushamakan dengan kapas alkohol dan tidak bolehdilakukan pengurutan ( masase )
- Merapikan pasien- Membawa alat-alat ke meja suntikan
untuk di bersihkan- Mencuci tanganPerhatian :- Pada pemberian vaksin B.C.G dan
cacar kulit dibersihkan dengan kapas yangtelah di rebus ( tidak boleh dengan alkohol)
Suntikan subkutan Pengertian :
Yang dimaksud suntikan sub kutan adalahmenyuntikkan obat di bawah kulit.
Tempat penyuntikaan :- Pada lengan atas sebelah luar ⅓
bagian dari bahu ;
23
- Pada paha sebelah luar,⅓ bagiandari sendi panggul ;
- Pada daerah perut sekitar pusat( umbilicus ),skapula, ventrogluteal dandorsogluteal
Persiapan alat-alat :- Sama dengan memberikan suntikan
Cara bekerja :Cara melaksanakan pekarjaan ini adalah sebagaiberikut :
- Memberitahu dan menjelaskan padapasien
- Membawa alat-alat ke dekat pasien- Memasang sampiran bila perlu- Mengatur posisi pasien serta
membebaskan daerah yang akan disuntik daripakaian
- Mencuci tangan- Menghapus hamakan kulit pasien
dengan kapas alkohol dan membuang kapas bekaskedalam bengkok, tunggu sampai kulit kering
- Menegangkan / mengangkat kulitpasien dengan jari telunjuk dan ibu jari,kemudian menusukkan jarum perlahan – lahandengan lobang jarum mengarah keatas
- Jarum dari permukaan kulit membentuksudut 45°
- Menarik pengisap sedikit / aspirasiuntuk memeriksa apakah ada darah atau tidak ;bila tidak ada daerah semprokan cairanperlahan lahan sampai habis
- Meletakkan kapas alkohol yang barudiatas jarum, kemudian menarik semprit danjarum dengan cepat sambil menegang pangkaljarum, lalu melakukan masase pada bekassuntikan
- Merapikan pasien
24
- Membawa alat-alat ke meja suntikanuntuk di bersihkan
- Mencuci tangan
Suntikan Intramuskuler Pengertian :
Yang dimaksud suntikan intra muskuler adalahmenyuntikkan obat ke dalam jaringan otot
Tempat penyuntikan Otot bokong ( musculus gluteus maximus )
kanan / kiri; yang tepat adalah pada bagian⅓ bagian dari spina iliaca anterior superiorke tulang ekor ( os coxygeus )
Dorsogluteal Ventrogluteal Otot paha bagian luar ( musculus quadricep
Persiapan alat-alat :Sama dengan pada pemberian suntikan secaraintrakutan, tetapi disediakan :
- semprit 1 – 10 cc- jarum no. 1 – 2
Cara bekerja :Cara melaksanakan pekarjaan ini adalah sebagaiberikut :
- Memberitahu dan menjelaskan padapasien
- Membawa alat-alat ke dekat pasien- Memasang sampiran bila perlu.- Mengatur posisi pasien- Mencuci tangan- Membebaskan daerah yang akana
disuntik dari pakaian- Menghapushamakan kulit pasien dengan
kapas alkohol, membuang kapas bekas kedalambengkok dan tunggu sampai kulit kering
25
- Menegangkan kulit dengan tangan kiripada daerah bokong, atau mengangkat otot padamusculus quardricep femoris / muskulusdeltoideus, kemudian menusukkan jarum kedalamotot tegak lurus dengan permukaan kulitsedalam ¾ panjang jarum. Menarik pengisapsedikit untuk memeriksa apakah ada darah atautidak, bila tidak ada daerah menyemprotkancairan obat perlahan – lahan
- Setelah obat masuk seluruhnya, kulitdaerah penusukan jarum di tekan dengan kapasalkohol, jarum ditarik keluar dengan cepat,kemudian tempat penyuntikan dimasase
- Merapikan pasien- Membawa alat-alat ke meja suntikan
untuk di bersihkan- Mencuci tangan
Perhatian :- Tempat penyuntikan pada bokong harus
tepat ; bila salah akan mengenai sarafischiadicus
- Bila pasien beberapa kali harusdisuntik, maka diusahakan agar penyuntikanpada tempat yang berlainan
- Bila cairan obat mengandung minyak,jarum pengisap cairan harus diganti dengankering
- Daerah bekas suntikan dimasase lebihlama
Suntikan Intravena. Pengertian :
Yang dimaksud dengan suntikan intravenaadalah menyuntikan cairan obat ke vena
Tujuan :Tujuan suntikan intravena adalah :mempercepat reaksi, karena obat langsungmasuk ke peredaran darah
26
Tempat penyuntikan :Pada vena yang dangkal dan dekat dengan tulang,misalnya :
Cara bekerja :Cara melaksanakan pekarjaan ini adalah sebagaiberikut :
- Memberitahu dan menjelaskan padapasien
- Membawa alat-alat ke dekat pasien- Memasang sampiran bila perlu.
Mengatur posisi pasien- Mencuci tangan- Membebaskan daerah yang akana
disuntik dari pakaian- Memasang pengalas di bawah daerah /
tempat yang akan disuntik- Mengikat bagian di atas daerah yang
akan di suntik dengan karet pembendung agarvena mudah diraba / dilihat. Untuk di bagianlengan pasien dianjurkan untuk mengepalkantangan
27
- Menghapushamakan kulit pasien dengankapas alkohol, membuang kapas bekas kedalambengkok dan tunggu sampai kulit kering
- Menegangkan kulit pasien dengantangan kiri, lalu menusukkan jarum kedalamvena dengan lobang jarum mengarah keatassejajar dengan vena
- Menarik pengisap sedikit untukmemeriksa apakah jarum sudah masuk ke dalamvena, yang ditandai dengan masuknya darah kedalam semprit
- Menganjurkan pasien membukakepalannya sambil membuka karet pembendung,kemudian secara perlahan – lahan memasukkancairan ke dalam vena sampai habis
- Meletakkan kapas alkohol di atasjarum, kemudian menarik semprit + jarumdengan cepat sambil memegang pangkal jarum.Bekas tusukan ditekan dengan kapas alkoholsampai darah tidak keluar lagi
- Merapikan pasien- Membawa alat-alat ke meja suntikan
untuk di bersihkan- Mencuci tangan
Perhatian :- Jangan mencoba menusukkan jarum,
bila vena kurang jelas terlihat / teraba- Bila terjadi infiltrat, jarum dan
smprit langsung dicabut dan untuk dipindahkan ke vena yang lain
- Usahakan jangan sampai terjadiemboli udara
Perhatikan pada semua cara penyuntikan :- Perhatikan reaksi pasien pada saat
dan sesudah pemberian suntikan- Pemberian obat suntikan harus
dicatat di dalam buku catatan :
28
- Jam dan tanggal pemberian suntikan,- dosis dan macam obat yang diberikan,- nama perawat yang melakukan perasat,- nama dokter yang memberi intruksi
- Jangan menggunakan semprit yang bocor,retak pengisapnya longar serta jarum yangujungnya tumpu, bengkok dan tersumbat
- Pada pasien hepatitis harus digunakansemprit dan jarum tersendiri. Bilamemungkinkan gunakan semprit dan jarum yangdisposibel
- Bila obat didalam flakon pakailah 2 jarum;1 jarum besar ditusukan ke dalam flakon untukcairan suntikan kedalam semprit dan satujarum untuk menyuntik pasien
d.Cara Pemberian Obat Suppositoria
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan
obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum
dalam bentuk suppositoria. Organ-organ yang dapat
diberi obat suppositoria adalah rectum dan
vagina.Suppositoria ini mudah meleleh, melunak, atau
melarut pada suhu tubuh. Umumnya berbentuk menyerupai
peluru atau torpedo dengan bobot sekitar 2 gram dan
panjang sekitar 1 – 1,5 inci.
Suppositoria biasanya diberikan kepada pasien-
pasien khusus yang tidak bisa mengonsumsi obat secara
oral lewat mulut. Hal ini bisa terjadi misalnya pada
pasien yang sedang tidak sadarkan diri, pasien yang
jika menerima sediaan oral akan muntah, pasien bayi,
dan pasien lanjut usia, yang juga sedang dalam keadaan
29
tidak memungkinkan untuk menggunakan sediaan parenteral
(obat suntik).
Selain itu, suppositoria juga didesain untuk beberapa
zat aktif yang dapat mengiritasi lambung serta zat
aktif yang dapat terurai oleh kondisi saluran cerna,
jika digunakan secara oral. Misalnya, zat aktif yang
akan rusak dalam suasana asam lambung, rusak oleh
pengaruh enzim pencernaan, atau akan hilang efek
terapinya karena mengalami first pass effect.
Penggunaan suppositoria tidak hanya ditujukan untuk
efek lokal seperti pengobatan ambeien, anestesi lokal,
antiseptik, antibiotik, dan antijamur, tetapi juga bisa
ditujukan untuk efek sistemik sebagai analgesik, anti
muntah, anti asma, dan sebagainya.
Tujuan Pemberian Obat
o Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik.
Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains
lain.
30
Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau
peradangan aktif (inflamasi akut) pada saluran cerna.
Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma
bronchial atau alergi.
Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.
Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada
penderita piotitis atau hemoroid.
Pembedahan rektal.
Jenis Obat Supositoria
Pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat
dulcolac suppositoria yang berfungsi secara local untuk
meringankan defekasi. Dan efek sistemik seperti pada
obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi
mendilatasi bronkus. Pemberian obat suppositoria ini
diberikan tepat pada dinding rectal yang melewati
sfinkter ani interna.
Jika dikombinasikan dengan preparat obat oral, maka
pada umumnya dosis perhari adalah 1 supositoria yang
dimasukan ke dalam rectum. Jika tidak dikombinasikan,
dosis lazim adalah 1 dosis 2 kali sehari.
Contoh obat supositoria :
Kaltrofen supositoria
Profeid supositoria
Ketoprofen supositoria
Dulcolax supositoria
Profiretrik supositoria
31
Stesolid supositoria
Boraginol supositoria
Tromos supositoria
Propis supositoria
Dumin supositoria
Bentuk dan berat supositoria
a. Supositoria untuk rektum
Bentuknya seperti peluru, torpedo/jari- jari tergantung
pada bobot jenis dan bahan obat dan basis yang di
gunakan.
b. Supositoria dari lemak coklat
Berat supositoria untuk dewasa kira-kira 2gr dan
biasanya lonjong seperti torpedo, sedangkan untuk anak-
anak 1gr dan ukrannya lebih kecil
c. Supositoria uretal (BOUGI)
Bentuknya seperti pensil, dan meruncing pada salah satu
ujungnya. Untuk laki-laki beratnya ±4gr dan wanita
2gr.
Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan
a) Bisa mengobati secara bertahap
b) Kalau missal obat meinimbulkan kejang, atau panas
reaksinya lebih cepat, dapat memberikan efek local dan
sistemik.
c) Contoh memberikan efek local dulcolax untuk
meningkatkan defeksasi.
32
b. Kerugian
a) Sakit tidak nyaman daya fiksasi lebih lama dari
pada IV.
b) Kalau pemasangan obat tidak benar, obat akan
keluar lagi.
c) Tidak boleh diberikan pada pasien yang
mengalami pembedahan rekrtal.
Prosedur Pemberian Obat Suppositoria
1. Persiapan Alat
•Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam,
supositoria)
•Aplikator untuk krim vagina
•Pelumas untuk supositoria
•Sarung tangan sekali pakai
•Pembalut
• Handuk bersih
•Gorden / sampiran
2. Persiapan Pasien dan Lingkungan
• Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan
dilakukan.
• Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
• Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau
sketsel bila perlu.
• Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk
keluar ruangan.
3. Pelaksanaan
33
•Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis
pengobatan waktu, jumlah dan dosis obat.
• Siapkan klien
Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi klien
Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai
bagian atas fleksi ke depan
Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal
saja
• Kenakan sarung tangan
•Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada
ujung bulatan dengan jeli, beri pelumas sarung tangan
pada jari telunjuk dan tangan dominan anda.
•Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut
dan untuk merelaksasikan sfingterani. Mendorong
supositoria melalui spinter yang kontriksi menyebabkan
timbulnya nyeri
•Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan
jari telunjuk yang tersarungi, masukan supusitoria ke
dalam anus melalui sfingterani dan mengenai dinding
rektal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan
anak-anak.
Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum
supaya pada kliennya di serap dan memberikan efek
terapeutik
34
•Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan
tisu.
•Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau
miring selama 5 menit untuk mencegah keluarnya
suppositoria
•Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak
fases, letakan tombol pemanggil dalam jangkauan klien
agar klien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot
atau ke kamar mandi
•Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
•Cuci tangan
•Kaji respon klien
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam keperawatan terdapat prosedur perawatan pada tindakan kolaboratif yang meliputi-Melakukan test alergi (skin test)-Memberikan obat oral,topikal,parenteral dan suppositoria
Skin test adalah suatu pengujian yang dilakukanpada kulit untuk mengidentifikasi substansi alergi(alergen) yang menjadi pemicu timbulnya reaksi alergi.
Skin test biasanya dilakukan pada pasien yang akandiberikan pengobatan dan dicurigai memiliki alergiterhadap bahan dan obat tertentu, misalnya padapenderita rhinitis alergika, asthma, alergi makanan,dan lain sebagainya.
35
Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukanmelalui beberapa cara di antaranya: oral, parenteral,rektal, vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung,dengan menggunakan prinsip lima tepat yakni tepat namapasien, tepat nama obat, tepat dosis obat, tepat carapemberian dan tepat waktu pemberian.
a. Pemberian obat oral merupakan cara pemberianobat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati,mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi darijenis obat.
b.Pemberian obat secara topikal adalah pemberianobat secara lokal dengan cara mengoleskan obat padapermukaan kulit atau membran area mata, hidung, lubangtelinga, vagina dan rectum. Obat yang biasa digunakanuntuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obatyang berbentuk krim, lotion, atau salep. Hal inidilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit atauluka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yangterjadi (contoh : lotion).
c.Pemberian obat parenteral adalah memasukan obattertentu kedalam jaringan tubuh denganpenyuntikan(injeksi).
Macam-macam cara penyuntikan adalah1.Intrakutan2.Subkutan3.Intramuskular4.Intravenad.Pemberian obat suppositoria adalah cara
memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anusatau rektum dalam bentuk suppositoria. Organ-organ yangdapat diberi obat suppositoria adalah rectum danvagina.Suppositoria ini mudah meleleh, melunak, ataumelarut pada suhu tubuh. Umumnya berbentuk menyerupaipeluru atau torpedo dengan bobot sekitar 2 gram danpanjang sekitar 1 – 1,5 inci.
B. Saran
36
1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami pengertiantest alergi atau skin test.2) Diharapkan dapat menambah pengetahuan kita carapemberian obat kepada klien.3) Memperbanyak referensi sebagai bahan acuan bagipeneliti yang ingin lebih memperdalam kajian tentangtest alergi dan cara pemberian obat kepada klien.