Top Banner
PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012 JUDUL RPTP : PENGGUNAAN PAKAN TAMBAHAN ASAL CENDAWAN UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERNAK I. KETERANGAN UMUM 1. KEMENTRIAN/LEMBAGA : (018) Kementrian Pertanian 2. UNIT ORGANISASI : (09) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3. NAMA UNIT KERJA : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 4. NAMA UPT/SATKER : (648737) Loka Penelitian Kambing Potong 5. PROGRAM : (018.09.12) Program Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing 6. SUMBER PEMBIAYAAN : DIPA Loka Kambing Potong Sungei Putih Tahun Anggaran 2012 7. NOMOR KODE DIPA : 1806.014.002 8. ALAMAT DAN KODE POS : Jl. Raya Pajajaran Kav E 59 Bogor 16151 9. NOMOR TELEPON : (0251) 322185, 328383, 322138 10. NOMOR FAX : (0251) 328382, 380588 II. DATA USULAN KEGIATAN 1. SIFAT USULAN KEGIATAN : Lanjutan Baru 2. TAHUN AWAL KEGIATAN : 2011 3. JENIS KEGIATAN : Laboratorium Lapangan 4. PENELITI UTAMA/ PENJAB : Rantan Krisnan, SPt., M.Si. 5. PERSONALIA Peneliti/Pelaksana : 0 5 18 Orang Bulan Teknisi/pembantu pelaksana : 0 4 12 Orang Bulan x x x
29

PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

Mar 02, 2019

Download

Documents

trinhthuan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012

JUDUL RPTP :

PENGGUNAAN PAKAN TAMBAHAN ASAL CENDAWAN UNTUK

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TERNAK I. KETERANGAN UMUM

1. KEMENTRIAN/LEMBAGA : (018) Kementrian Pertanian

2. UNIT ORGANISASI : (09) Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian

3. NAMA UNIT KERJA : Pusat Penelitian dan Pengembangan

Peternakan

4. NAMA UPT/SATKER : (648737) Loka Penelitian Kambing Potong

5. PROGRAM : (018.09.12) Program Penciptaan Teknologi

dan Varietas Unggul Berdaya Saing

6. SUMBER PEMBIAYAAN : DIPA Loka Kambing Potong Sungei Putih

Tahun Anggaran 2012

7. NOMOR KODE DIPA : 1806.014.002

8. ALAMAT DAN KODE POS : Jl. Raya Pajajaran Kav E 59 Bogor 16151

9. NOMOR TELEPON : (0251) 322185, 328383, 322138

10. NOMOR FAX : (0251) 328382, 380588

II. DATA USULAN KEGIATAN

1. SIFAT USULAN KEGIATAN : Lanjutan Baru

2. TAHUN AWAL KEGIATAN : 2011

3. JENIS KEGIATAN : Laboratorium Lapangan

4. PENELITI UTAMA/ PENJAB : Rantan Krisnan, SPt., M.Si.

5. PERSONALIA

Peneliti/Pelaksana : 0 5 18 Orang Bulan

Teknisi/pembantu pelaksana : 0 4 12 Orang Bulan

x x

x

Page 2: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

2

6. BIAYA KEGIATAN

SUMBER DANA 2012 JUMLAH

Rp. Murni 113.500.000 113.500.000

BLN

Jumlah 113.500.000 113.500.000

Medan, Januari 2012 MENYETUJUI KEPALA LOKA PENELITIAN PENELITI UTAMA/ KAMBING POTONG PENANGGUNG JAWAB Dr. Ir. Aron Batubara, MSc. Rantan Krisnan, SPt.,M.Si. NIP. 19680522 199503 1 002 NIP. 19790507 200312 1 001

MENGETAHUI: KEPALA PUSAT PENELITIAN

DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN

Dr. Bess Tiesnamurti NIP. 19570524 198303 2 001

Page 3: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

3

ABSTRAK

Ketersediaan bahan baku pakan yang terjamin dengan harga kompetitif merupakan salah satu pilar usaha produksi ternak. Mengingat biaya pakan merupakan salah satu komponen terbesar dalam struktur biaya produksi ternak yang dikelola secara intensif, maka efisiensi penggunaan pakan akan berpengaruh langsung kepada efisiensi usaha secara keseluruhan. Pemanfaatan sumber daya lokal secara maksimal merupakan langkah strategis dalam upaya mencapai efisiensi usaha, terlebih apabila sumberdaya tersebut bukan merupakan kebutuhan langsung bagi kompetitor lain, yang dalam hal ini adalah manusia atau jenis ternak lain. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan efisiensi dan kompetisi bahan pakan tersebut, yaitu tersedia secara kontinyu, murah dan mudah didapat, mempunyai nilai gizi yang cukup, mudah dicerna serta tidak mengganggu kesehatan ternak. Produk yang berpotensi sebagai bahan pakan alternatif yang tersedia dalam volume besar dan tersedia sepanjang tahun umumnya terkait dengan sektor industri agro yang menghasilkan berbagai produk, baik yang sifatnya sampingan, sisa, maupun limbah. Pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sawit (serat perasan buah) perlu di eksplorasi sebagai sumber serat maupun sebagai komponen campuran pakan untuk ternak kambing. Nilai nutrisi serat perasan buah kelapa sawit relatif sebanding dengan rumput alam. Limbah tersebut memiliki faktor pembatas untuk digunakan sebagai pakan ternak kambing, karena kandungan serat terutama lignin relatif tinggi. Fermentasi dengan menggunakan beberapa jenis cendawan memungkinkan terjadinya perombakan bahan yang sulit dicerna oleh ternak menjadi bahan yang mudah dicerna sehingga nilai manfaatnya meningkat. Cendawan ini selain merugikan karena menimbulkanpenyakit seperti aspergilosis dan aflatoksikosis, banyak pula yang tergolong menguntungkan dan dipakai untuk kepentingan manusia misalnya kapang sebagai kontrol biologi cacing dan ragi khamir sebagai probiotik dan imunostimulan. Diantara banyaknya jenis kapang dan khamir ada yang namanya Saccharomyces cerevisiae dan Marasmius sp. Kedua jenis cendawan ini banyak dikaji secara terpisah, sehingga

timbul pemikiran untuk mengkombinasikan kedua jenis cendawan ini dalam satu produk pakan tambahan yang berbasis bahan lokal yaitu serat perasan buah sawit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menciptakan teknologi produk tersebut dan pemanfaatannya pada kambing Kata-kata kunci: serat perasan buah kelapa sawit, Saccharomyces cerevisiae,

Marasmius sp, kambing

Page 4: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

4

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pakan marupakan faktor penting dalam keberhasilan pengembangan

ruminansia termasuk ternak kambing. Pada umumnya sistem pemberian pakan

pada usaha kambing di Indonesia masih bersifat tradisional yaitu hanya

memberikan rumput sebagai sumber pakan sehingga produktivitas dan kualitas

dagingnyapun belum optimal. Penggunaan bahan baku pakan yang bernilai gizi

tinggi (konvensional) dinilai tidak efesien karena harganya mahal sehingga harga

ransum yang dihasilkan relatif tinggi. Upaya pemanfaatan pakan berbasis lokal

terutama berasal dari limbah agro masih terus dikaji karena dinilai mempunyai

potensi cukup besar bila dilihat dari segi kuantitas. Namun pemanfaatan

biomassa ini sering terkendala dengan kandungan nutriennya terutama

kandungan serat yang cukup tinggi. Pada umumnya bahan pakan yang

mengandung serat kasar yang tinggi memiliki nilai kecernaan yang rendah,

sehingga penggunaannya menjadi terbatas. Penggunaan serat kasar yang tinggi,

selain dapat menurunkan komponen yang mudah dicerna juga menyebabkan

penurunan aktivitas enzim pemecah zat-zat makanan, seperti enzim yang

membantu pencernaan karbohidrat, protein dan lemak (Parrakasi, 1983; Tulung,

1987).

Pemanfaatan zat gizi oleh ternak ruminansia khususnya ternak kambing

selain dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia zat gizi yang terkandung di dalam

bahan pakan tersebut, juga sangat dipengaruhi oleh aktivitas enzimatis mikroba

rumen. Oleh karena itu secara biologis produktivitas ternak tersebut

ditentukan oleh kinerja sistem rumen dalam mencerna bahan pakan

terutama serat yang diberikan kepada ternak. Kinerja fermentasi rumen

dapat ditingkatkan melalui berbagai pendekatan, antara lain dengan

pemberian suplemen mikroorganisme atau probiotik (Fallon & Harte 1987;

Mutsvangwa et al. 1992; Haryanto et al. 1998) dan faktor pertumbuhan

mikroba (Hungate & Stack 1982; Thalib 2002).

Penggunaan suplemen mikroorganisme (probiotik) sebagai bahan pakan

aditif mulai digunakan kembali setelah diabaikan sejak dikembangkannya produk

antibiotik pada awal abad 20 (Hobson & Jouany 1988). Kesadaran para

konsumen dan pengusaha peternakan akan resiko yang ditimbulkan oleh

Page 5: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

5

antibiotik, maka beberapa tahun belakangan ini probiotik mulai digunakan untuk

menggantikan antibiotik. Beberapa jenis cendawan seperti S. cerevisiae sudah

umum dijadikan sebagai mikroorganisme utama dalam probiotik dan

imunostimulan untuk ternak (Agarwal et al., 2000; Kompiang, 2002; Ahmad,

2005). Dewasa ini diketahui ada jenis cendawan lainnya yang mempunyai

efektivitas cukup tinggi dalam mendegradasi kandungan serat kasar (lignin) yaitu

dikenal dengan nama Marasmius sp. Sebelum diidentifikasi menyeluruh,

cendawan ini dikenal dengan nama CULH (Colombia Unindentified Lignophilic

Hymenomycetes). Cendawan yang termasuk ke dalam kelas basiodimiycetes

yang memiliki kemampuan mendegradasi lignin secara efisien. Hal ini karena

kemampuannya menghasilkan enzim ekstraseluller phenoloksidase yaitu enzim

yang terlibat dalam proses biodegradasi lignin.

Berdasarkan uraian di atas, maka muncul suatu pertimbangan untuk

mengkombinasikan kedua jenis cendawan tersebut yaitu S. cerevisiae dan

Marasmius sp dalam kemasan khusus dengan harapan terjadinya efek sinergis

dalam mengoptimalkan aktivitas kinerja rumen yang pada akhirnya produktivitas

ternak akan menjadi meningkat

1.2. Dasar Pertimbangan

Pakan merupakan biaya terbesar dari seluruh biaya produksi, yaitu

sekitar 70-80% (Wahyu, 1988). Pemanfaatan bahan pakan lokal produk

pertanian ataupun hasil ikutannya dengan seoptimal mungkin diharapkan dapat

mengurangi biaya pakan. Dengan demikian, diperlukan suatu upaya untuk

mencari alternatif sumber bahan pakan yang murah, mudah didapat, kualitasnya

baik, serta tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Salah satunya adalah

serat perasan buah sawit yang merupakan hasil ikutan dari industri pengolahan

minyak sawit.

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia tergolong cukup luas dan

menyebar hampir di seluruh wilayah. Kondisi ini memberikan potensi biomasa

bahan pakan lokal bagi ternak khususnya ruminansia. Proporsi penggunaan

limbah kelapa sawit sebagai komponen pakan cukup beragam. Misalnya saja

penggunaan serat perasan buah (SPB) relatif masih rendah dibandingkan limbah

pabrik pengolahan buah sawit lainnya seperti bungkil inti sawit (BIS). Hal ini

dikarenakan kandungan lignin yang tinggi yang ada di SPB. Perlakuan fisik

diduga tidak dapat memecah ikatan lignin tersebut. Oleh karena itu perlu

Page 6: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

6

alternatif lain seperti perlakuan biologi dengan menggunakan mikro organisme

pendegradasi lignin.

Kemajuan teknologi di bidang pengolahan bahan makanan yang ada saat

ini dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas limbah argo-industri menjadi

bahan pakan yang bermutu, yaitu dengan bioteknologi. Kemajuan teknologi di

berbagai sektor seperti bidang pertanian, peternakan, kesehatan merupakan

suatu terobosan yang dapat memecahkan atau menghasilkan jawaban terhadap

perubahan kebutuhan (Admadilaga, 1991). Sementara itu, proses biokonversi

substrat limbah perkebunan kelapa sawit melalui fermentasi menawarkan

alternatif yang menarik dan bermanfaat dalam pengembangan sumber bahan

baku ransum. Upaya untuk memperbaiki kualitas gizi, mengurangi, atau

menghilangkan pengaruh negatif dari bahan pakan tertentu dapat dilakukan

dengan penggunaan mikroorganisme melalui proses fermentasi. Fermentasi juga

dapat meningkatkan nilai kecernaan (Saono,1976; Jay,1978; Winarno, 1980),

menambah rasa dan aroma, serta meningkatkan kandungan vitamin dan mineral

(Pelczar dkk., 1996; Kuhad dkk., 1997; Brum dkk,.1999). Pada proses fermentasi

dihasilkan pula enzim hidrolitik serta membuat mineral lebih mudah untuk

diabsorbsi oleh ternak (Esposito, dkk., 2001).

Fermentasi dengan menggunakan beberapa jenis cendawan

memungkinkan terjadinya perombakan bahan yang sulit dicerna oleh ternak

menjadi bahan yang mudah dicerna sehingga nilai manfaatnya meningkat.

Cendawan ini selain merugikan karena menimbulkanpenyakit seperti aspergilosis

dan aflatoksikosis, banyak pula yang tergolong menguntungkan dan dipakai

untuk kepentingan manusia misalnya kapang sebagai kontrol biologi cacing dan

ragi khamir sebagai probiotik dan imunostimulan. Sebagai contoh adalah

Saccharomyces cerevisiae. Khamir tersebut dipakai untuk meningkatkan

kesehatan ternak yaitu sebagai probiotik dan imunostimulan dalam bentuk feed

additive. Keuntungan penggunaan S. cerevisiae sebagai probiotik adalah tidak

membunuh mikroba bahkan menambah jumlah mikroba yang menguntungkan,

berbeda dengan antibiotika dapat membunuh mikroba yang merugikan maupun

menguntungkan tubuh, dan mempunyai efek resistensi.

Selain S. cerevisia ada juga golongan kapang yang lazim dimanfaatkan

dalam proses bioteknologi. Jamur CULH (Colombia Unindentified Lignophilic

Hymenomycetes) yang dewasa ini dikenal dengan nama Marasmius sp.

merupakan salah satu mokroba yang dapat mendegradasi kandungan serat

Page 7: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

7

kasar (lignin) pada limbah sawit. Jamur tersebut termasuk kelas Basidiomycetes

yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim “lignoperoksidases” dan

“manganperoksidase” yang dapat merombak dan melarutkan lignin yang

terkandung di dalam limbah sawit. Marasmium sp. juga dapat menghasilkan

enzim glukosidase yang dapat memecah ikatan glikosidik sehingga serat kasar

tergredasi menjadi ikatan yang lebih sederhana seperti gula-gula sederhana

(polisakarida) yang merupakan sumber energi bagi ternak. Beberapa peneliti

melaporkan adanya perubahan komposisi za t-zat makanan dalam substrat

melalui fermentasi dengan menggunakan jamur. Fermentasi sabut sawit dengan

menggunakan jamur Marasmius sp. pada dosis inokulum 7,5% dan lama

fermentasi 3 minggu, nyata dapat menurunkan kandungan serat kasar dan

meningkatkan protein kasar (Musnandar, 2003). Hasil fermentasi kulit buah

kakao oleh jamur Marasmius sp. pada dosis inokulum 7,5% dan lama fermentasi

1 minggu dapat menurunkan serat kasar dari 38,45% menjadi 23,29%, selulosa

dari 22,90% menjadi 17,72%, dan lignin dari 15,54% menjadi 2,97% (Shermiyati,

2003).

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dilakukan suatu kajian

penelitian untuk menciptakan produk pakan tambahan berbasis serat perasan

buah sawit yang diperkaya dua jenis cendawan melalui kombinasi

Saccharomyces cerevisiae dan Maramius sp. Serta pemanfaatannya pada

kambing.

1.3. Tujuan

Tujuan Umum penelitain ini adalah untuk menciptakan produk pakan

tambahan dengan mengkombinasikan dua jenis cendawan yaitu Saccharomyces

cerevisiae dan Marasmius sp. (SARAS) untuk meningkatkan produktivitas ternak.

Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah :

Mendapatkan standar baku pembuatan pakan tambahan berbasis serat

perasan buah sawit yang diperkaya dua jenis cendawan yaitu

Saccharomyces cerevisiae dan Marasmius sp. (SARAS).

Mendapatakan informasi data produktivitas kambing yang memanfaatkan

produk pakan tambahan (SARAS).

1.4. Luaran

Keluaran kegiatan penelitian ini adalah berupa produk dan teknologi

pembuatan dan pemanfaatan pakan tambahan yang meliputi :

Page 8: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

8

Teknologi pembuatan pakan tambahan berbasis serat perasan buah sawit

yang diperkaya S. cerevisiae dan Marasmius sp. (“SARAS”).

Teknologi pemanfaatan produk pakan tambahan berbasis serat perasan

buah sawit yang diperkaya S. cerevisiae dan Marasmius sp. (“SARAS”)

pada kambing.

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Target utama dari pengembangan teknologi ini adalah petani/peternak

yaitu melalui penyediaan pakan tambahan yang murah dan aman dalam

upaya meningkatkan produktivitas ternak lebih baik. Namun secara tidak

langsung membuka peluang kepada stakeholder atau pihak pengembang yang

berminat untuk mengkomersialisasikan produk pakan tambahan dari hasil

teknologi ini.

Page 9: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Serat Perasan Buah Sawit

Kelapa sawit (Elais guineensis) merupakan golongan yang dapat

menghasilkan minyak dan tumbuh baik di daerah tropis. Kelapa sawit berasal

dari afrika barat yang mempunyai iklim tropis sejalan dengan perdagangan budak

dari Afrika, bangsa Inggris dan Portugis membawa kelapa sawit ke Amerika

(Hartley, 1967 dalam Simanjuntak, 1998), di Indonesia kelapa sawit banyak

terdapat di daerah Sumetera utara, Aceh, Lampung, Jawa Barat bagian barat,

Riau, Jambi, Kalimantan Barat dan Timur, serta Irian Jaya namun yang paling

menonjol terdapat di pulau Sumatera.

Kelapa sawit dapat berbuah pada ketinggian 1000 m diatas permukaan

laut, tetapi secara ekonomis sebaiknya dibawah ketinggian 500 m. Iklim yang

baik untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah daerah yang memiliki curah hujan

1500 mm per tahun. Adapun susunan taksonomi kelapa sawit adalah sebagai

berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Principes

Family : Palmaceae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guneensis

Kelapa sawit mempunyai tinggi mencapai 6,5 meter, batangnya kasar dan

melingkar-lingkar serta tidak bercabang. Daunnya lurus dan ramping, pinggir

daun berduri, mempunyai warna yang sama pada pangkal dan ujungnya, serta

mempunyai panjang antara 360-510 cm. Kelapa sawit mempunyai bunga yang

terdapat dalam satu tandan dan bergerombol. Buah kelapa sawit berwarna

merah kehitaman dan mengkilap. Bagian luar dinding buah tebal dan sangat

berserat sedangkan bagian dalam buah berwarna putih (Simanjuntak, 1998).

Tanaman kelapa sawit mulai dipanen pada umur 3,5-4,5 tahun sejak pembibitan.

Tanaman ini menghasilkan buah sepanjang tahun dan umur ekonomisnya sekitar

25 tahun. Kelapa sawit memiliki buah yang terdiri dari tiga bagian yaitu daging

buah (mesocarp), tempurung (cangkang atau shell), dan inti (kernel). Dalam

buah kelapa sawit terdapat biji dan didalam biji tersebut terdapat inti sawit sekitar

Page 10: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

10

4-4,5 % dari berat tandan segar, produksi tahun pertama panen sekitar 10-15 ton

tandan per hektar per tahun, produksi ini meningkat setiap tahunnya dan

mencapai puncak pada umur 8-9 tahun dengan tingkat produksi sekitar 20-30 ton

tandan buah segar (Aritonang,1984).

Pengolahan tandan buah segar kelapa sawit dihasilkan berupa minyak

sawit dan minyak inti sawit sebagai hasil utama yang diperoleh selain itu

didapatkan pula hasil ikutan dari pengolahan kelapa sawit yaitu berupa bungkil

inti sawit, serat perasan buah, lumpur sawit kering, tandan buah kosong serta

tempurung.

Serat perasan buah sawit (SPB) merupakan hasil ikutan pada proses

ekstraksi atau penekanan buah sawit menjadi minyak kasar (CPO). Menurut

Devendra (1978) proporsi serat perasan buah sawit mencapai 12% dari tandah

buah segar. Komposisi kimia SPB berdasarkan bahan kering adalah: Bahan

kering 91,2%, Protein kasar 5,4%, Serat kasar 41,2%, Lemak 3,5%, NDF 84,5%,

ADF 69,3%, dan Abu 5,3% (Wong dan Zahari, 1992). Limbah ini berpotensi

sebagai sumber energi bagi ternak ruminansia. Namun tigginya kandungan serat

dan rendahnya kandungan protein mengharuskan dilakukan teknologi

pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan pada ternak.

2.2. Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses oksidasi karbohidrat anaerob atau

anaerob fakultatif. Istilah fermentasi tersebut itu sendiri telah mengalami evolusi,

istilah tersebut digunakan untuk menerangkan terjadinya penggelembungan atau

pendidihan yang terlihat dalam pembuatan anggur, yaitu pada saat sebelum

ditemukannya khamir. Bahkan istilah yang berlaku sekarang dipakai untuk

menjelaskan pengeluaran gas karbondioksida selama sel-sel hidup bekerja

(Desrosier,1988). Menurut winarno, et.al (1980), mengatakan fermentasi dapat

terjadi karena aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang

sesuai. Fermentasi juga dapat menyebabkan perubahan sifat bahan makanan

sebagai akibat pemecahan kandungan zat makanan oleh enzim yang dihasilkan

oleh mikroba.Proses fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan

bahan-bahan organik oleh mikroorganisme sehingga diperoleh bahan-bahan

organik yang diinginkan (Fardiaz,1988). Mikroorganisme ini sangat berperan

dalam proses fermentasi karena memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim

dalam jumlah besar, biasanya mikroorganisme yang berperan dalam proses

Page 11: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

11

fermentasi yaitu dari golongan bakteri, khamir, dan cendawan, mikroorganisme

tersebut memiliki sel tunggal dan mempunyai kapasitas fungsional pertumbuhan,

reproduksi, pencernaan, asimilasi, dan memperbaiki isi dalam sel dimana bagi

kehidupan tingkat tinggi sudah didistribusikan ke jaringan-jaringan, oleh karena

itu dapat diantisipasi bahwa sel tunggal merupakan wujud kehidupan yang

lengkap seperti khamir yang memiliki produktivitas enzim dan kapasitas

fermentatif yang tinggi dibandingkan dengan mahluk hidup yang lainnya

(Desrosier,1988).

Pada proses fermentasi peristiwa yang terjadi adalah suatu rangkaian

kerja enzim yang dibantu oleh energi-energi metabolit yang khas berada dalam

sistem biologis hidup. Perubahan kimia oleh aktivitas enzim yang dihasilkan oleh

mikroorganisme tersebut meliputi perubahan molekul-molekul kompleks atau

senyawa-senyawa organik seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi

molekul sederhana dan mudah dicerna (Setiyatwan, 2001). Menurut Desrosier

(1988), ada tiga kriteria penting yang harus dimiliki oleh mikrobia bila akan

digunakan dalam proses fermentasi diantaranya yaitu : 1) Mikrobia harus mampu

tumbuh dengan cepat dalam suatu substrat dan lingkungan yang cocok serta

mudah untuk dibudidayakan dalam jumlah besar, 2) organisme harus memiliki

kemampuan untuk mengatur ketahanan fisiologis dalam kondisi seperti tersebut

di atas, dan menghasilkan enzim-enzim essensial dengan mudah dan dalam

jumlah besar agar perubahan-perubahan kimia yang dikehendaki dapat terjadi, 3)

kondisi lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan produksi maksimum

dan komparatif harus sederhana.

Proses fermentasi dapat dibedakan berdasarkan jenis mediumnya, yaitu

fermentasi substrat padat dan substrat cair. Fermentasi substrat padat adalah

fermentasi dengan menggunakan substrat yang tidak larut tetapi mengandung air

yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme yang di

inokulasikan kedalam substrat itu sendiri sedangkan fermentasi substrat cair

adalah proses fermentasi yang substratnya larut atau tersuspensi dalam fase

cair. Menurut smith (1990) menyatakan bahwa fermentasi substrat padat

berkaitan dengan pertumbuhan mikroba pada bahan padat dengan tidak atau

hampir tidak adanya air bebas. Substrat yang paling banyak digunakan dalam

fermentasi substrat padat biasanya berupa biji-bijian, sekam dan bahan yang

mengandung lignoselulosa. Menurut Knaap dan Howel (1980), beberapa hal

yang harus di perhatikan sehubungan dengan penggunaan medium padat

Page 12: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

12

diantaranya yaitu :1) Sifat media terutama yang ada hubungannya dengan

kistalisasi dan derajat polimerisasi, 2) Sifat mikoorganisme, masing -masing

mikroorganisme mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam memecah

komponen media untuk keperluan metabolisme dari mikroorganisme itu sendiri,

3) Sifat kimetika metabolisme dan kinetika enzim.

2.3. Karakteristik Marasmius Sp

Marasmius sp. merupakan jamur saprofit yang hidup pada batang kayu

tumbuhan yang sudah mati. Jamur ini digolongkan sebagai jamur busuk putih

pada kayu yang diperoleh dari areal hutan tropik di Colombia Amerika Selatan

yang memiliki kelembaban udara sekitar 90 – 100 %. Jamur ini di isolasi pada

bulan Maret tahun 1909 dan sebelum teridentifikasi secara menyeluruh jamur ini

dikenal dengan nama jamur CULH (Colombia Unindentified Lignophilic

Hymenomycetes). Hasil identifikasi jamur Marasmius sp. adalah sebagai berikut :

Divisio : Mycota

Sub division : Eumycotina

Clasiss : Basidiomycetes

Sub clasiss : Hymenomyceteae

Ordo : Agaricales

Familia : Tricholomataceae

Marga : Marasmius

Species : Marasmius sp

Jamur ini memiliki kemampuan dalam mendegradasi lignin dan selulosa.

Jamur ini memiliki basidia yang ditandai dengan hymenium, memiliki tubuh buah

yang tidak berklorofil berwarna putih, bulat memiliki lamella seperti insang pada

bagian tudung. Tubuh buah disusun oleh bagian akar semu, tangkai dan tudung.

Marasmius sp termasuk kedalam jamur busuk putih yang tumbuh baik

pada suhu 300C dengan kelembaban 60-70 % pada suasana aerob. Jamur ini

masuk kedalam kelas basiodimiycetes yang memiliki kemampuan mendegradasi

lignin secara efisien. Dikemukakan pula bahwa jamur ini memiliki karakteristik

penghasil enzim ekstraseluller phenoloksidase yaitu enzim yang terlibat dalam

proses biodegradasi lignin. Terdapat tiga tipe enzim phenoloksidase, yaitu

laccase, peroksidase dan tyrosinase (Crawford,1981). Dengan adanya

karakteristik Marasmius sp tersebut maka jamur ini dimasukkan ke dalam kelas

Basidiomycetes yang diduga dapat memecah ikatan lignin dengan karbohidrat

Page 13: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

13

dan ikatan lignin dengan protein pada SPB sawit sehingga bahan pakan tersebut

dapat digunakan sebagai bahan pakan kambing dengan baik. Selama

pertumbuhan vegetatif pertama, ditandai dengan pertumbuhan miselia yang

cepat diatas substrat. Pertumbuhan jamur Marasmius sp pada skala laboratorium

menggunakan media potato dextrose agar dengan pemberian sedikit ekstrak

yeast, didalam media ini dibagi tiga fase, yaitu fase pertama adalah fase

penyesuaian dengan kondisi media dan lingkungan, kemudian fase logaritma,

pada fase ini se-lsel mengembangkan diri secara eksponensial sampai

pertumbuhan maksimal tercapai, fase ini lamanya sekitar 3-10 hari, setelah fase

logaritma kemudian ke fase selanjutnya yaitu fase stasioner dimana fase ini akan

terjadi jumlah koloni yang stagnan dan menuju kepada penurunan jumlah koloni

yang disebabkan oleh pengurangan nutrient yang ada pada media sehingga

pertumbuhan miselia jamur terhambat dan pada akhirnya pertumbuhan berhenti.

Menurut Joetono (1989) serta Garraway dan Evans (1984), lamanya waktu yang

dibutuhkan dalam masing-masing fase tergantung beberapa faktor diantaranya

kosentrasi nutrient dan faktor eksternal seperti suhu, kelembaban, dan tingkat

keasaman media atau substrat, kadar air dan ketersedian oksigen. Mengetahui

fase logaritma sangat penting untuk pembuatan inokulum, juga untuk mengetahui

saat kandungan substrat didegradasi dalam hal ini fraksi-fraksi serat kasar seperi

lignin dan selulosa.

2.4. Peranan Marasmius sp dalam Proses Fermentasi

Jenis cendawan yang bermanfaat untuk pengolahan bahan pakan yang

berlignoselulosa adalah jamur (pelczar dan Chan, 1986). Jamur bersifat

vilamentus (berbentuk benang-benang, dimana terdapat bagian-bagian berupa

miselium, kumpulan beberpa vilamen yang disebut hifa) dan spora. Jamur

merupakan organisme heterotrofik, dimana kapang atau jamur memerlukan

senyawa organik untuk nutrisinya. Jamur hanya dapat tumbuh dalam keadaan

aerobik sehingga sering kali disebut mikroorganisme aerobik sejati. Pada spesies

saprofitik, jamur tumbuh pada kisaran suhu optimal 22-30 oC (Pelczar dan

Chan,1986). Secara alamiah cendawan atau jamur dapat berkembang biak

dengan berbagai cara secara aseksual dengan pembelahan, penguncupan, atau

pembentukan spora, dan dapat pula secara seksual dengan peleburan nucleus

dari dua sel induknya. Pada pembelahan, suatu sel membelah diri untuk

Page 14: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

14

membentuk dua sel anak yang serupa, sedangkan pada penguncupan suatu sel

anak tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inang.

Jamur yang dapat diinokulasikan ke dalam bahan yang memiliki

lignosellulosa yang tinggi biasanya jamur yang dapat memiliki atau dapat

memproduksi enzim ekstra seluler seperti enzim selulase atau enzim ligno

peroksidase dimana enzim tersebut dapat memecah ikatan komplek pada bahan

yang berlignoselulosa menjadi suatu senyawa yang sederhana, salah satu jamur

yang dapat diinokulasikan pada bahan berlignoselulosa diantaranya adalah

Marasmius sp. Hasil penelitian Trahayu (1994) dan Hendritomo (1995) bahwa

jamur ini mampu mendegradasi lignin dalam kayu albazia dan kayu kamper.

Jamur ini juga mampu mendegradasi lignin dalam sekam dan jerami padi.

Pertumbuhan jamur Marasmius sp telah diteliti oleh Trahayu (1994) pada

serbuk gergaji kayu albasia dan kayu kapur. Selama pertumbuhannya pada

substrat serbuk kayu albasia dan kayu kapur jamur ini memerlukan gizi

tambahan berupa nitrogen serta karbohidrat mudah dicerna sebagai sumber

energi berupa ampas tapioca sebesar 15-25 %. Jamur ini dapat mendekomposisi

selulosa kayu albasia dan kayu kapur masing-masing 71,23 % dan 54,45 %,

sedangkan dekomposisi lignin akan meningkat sekitar 30,78 % jika ditambahkan

0,5 % nitrogen yang siap pakai dan 10 %ampas tapioka, sedangkan pada kayu

kapur meningkat 40,95 % dengan penambahan 2 % nitrogen dan 25 % ampas

tapioka. Dalam hal pendegradasian fraksi serat kasar berupa lignin dan selulosa

penggunaan nitrogen dalam senyawa lain dan mineral Mn2+ sangat diperlukan

untuk pertumbuhan jamur tersebut. Sumber nitrogen yang dapat ditambahkan

bisa menggunakan 1,75 % KNO3 dan 0,5 % urea atau berupa NH4N03 sebanyak

0,5 % serta dengan penambahan Mn2+ menunjukkan degradsi lignin dan

selulosa yang cepat dengan menggunakan mineral KNO3 dibandingkan dengan

penambahan urea yaitu sekitar 68,5 % pada lignin dan 18,3 % pada selulosa.

(Hendritomo, 1995).

Pada proses pendegradasian senyawa lignin merupakan proses

ekstraseluler dimana Marasmius sp menghasilkan enzim lignin peroksidase dan

mangan peroksidase, serta H2O2 yang dikeluarkan oleh aktivitas enzim glikosal

oksidase (dikeluarkan oleh hifa). Proses yang berlaku ketika lignin akan

didegradai oleh enzim yang dihasilkan oleh jamur tersebut, yaitu mula-mula

veratil alcohol yang dihasilkan dalam hifa berperan penting dalam

penyeimbangan ligin peroksidase yang berlawanan dengan tidak aktifnya H2O2.

Page 15: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

15

Lignin peroksidase melepaskan satu elektron pada molekul lignin yang bukan

phenol kemudian membentuk kation radikal, yang memulai reaksi kimia oksidatif

yang secara tidak beraturan dan hasil akhirnya pemotongan lignin dengan O2,

kemudian enzim mangan peroksidase akan merubah Mn2+ menjadi Mn3+ yang

mempunyai bobot molekul yang lebih rendah dan berfungsi sebagai mediator

yang dapat berdifusi ke bagian yang tipis dari molekul lignin dan memulai proses

oksidasi.

Beberapa species jamur memiliki kemampuan untuk dapat mendegradasi

komponen serat kasar terutama lignin dan selulosa tetapi dari kesemuanya

hanya yang termasuk ke dalam kelas jamur busuk putihlah yang memiliki

kemampuan mendegradasi lignin dan selulosa secara efisien hal ini dikarenakan

jamur tersebut mampu memproduksi enzim ekstraseluler. Selulosa dapat

didegradasi menjadi selobiosa melaui rantai panjang 1-4 anhidroglukosa oleh

enzim ekstraseluler pada beberapa jamur yang termasuk kelas Ascomcyetes,

Imperfectic dan Basidiomycetes terutama yang termasuk ke dalam

Homobasidiomycetes. Dekomposisi selulosa terjadi di dalam sel jamur dimana

selubiose memecah selobiosa, hemiselulosa sebagai sumber energi dan karbon

dimanfaatkan oleh jamur tersebut yang akhirnya membentuk karbondioksida dan

air (Hardjo,et aI,.1989). Proses pemecahan selulosa dibagi menjadi tiga tahapan

diantaranya, yaitu :

1. Anyaman fiber sudah lebih basah dan regang oleh adanya kerja enzim

selulase terhadap substrat sehingga memudahkan kerja enzim berikutnya.

2. Selulosa dipecah menjadi disacharida selubiosa.

3. Selubiosa dihidrolisis menjadi glukosa oleh mekanisme kerja enzim β-

glukosidase yang disebut selubiose.

2.5. Karakteristik Saccharomyces cerevisiae

S. cerevisiae merupakan khamir sejati tergolong eukariot yang secara

morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval

atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Dapat berkembang biak dengan

membelah diri melalui "budding cell" . Reproduksinya dapat dipengaruhi oleh

keadaan lingkungan serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan sel .

Penampilan makroskopik mempunyai koloni berbentuk bulat, warna kuning

muda, permukaan berkilau, licin, tekstur lunak dan memiliki sel bulat dengan

Page 16: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

16

askospora 1-8 buah (Nikon, 2004 ; Landecker, 1972 ; Lodder, 1970) . Taksonomi

Saccharomyces spp. menurut Sanger (2004), sebagai berikut :

Super Kingdom : Eukaryota

Phylum : Fungi

Subphylum : Ascomycota

Class : Saccharomycetes

Order : Saccharomycetales

Family : Saccharomycetaceae

Genus : Saccharomyces

Species : Saccharomyces cerevisiae

Khamir dapat berkembang biak dalam gula sederhana seperti glukosa,

maupun gula kompleks disakarida yaitu sukrosa (MARX, 1991). Selain itu untuk

menunjang kebutuhan hidup diperlukan oksigen, karbohidrat, dan nitrogen . Pada

uji fermentasi gulagula mempunyai reaksi positif pada gula dekstrosa, galaktosa,

sukrosa, maltosa, raffinosa, trehalosa, dan negatif pada gula laktosa (Lodder,

1970). Komposisi kimia S. cerevisiae terdiri atas : protein kasar 50-52%,

karbohidrat ; 30-37%; lemase 4-5%; dan mineral 7-8% (Reed dan

Nagodawithana, 1991) .

2.6. Peranan Saccharomyces cerevisiae sebagai probiotik

Menurut definisi Fuller (1992) dan Karpinska et al. (2001), probiotik

adalah imbuhan pakan berbentuk mikroba hidup yang menguntungkan dan

mempengaruhi induk semang melalui perbaikan keseimbangan mikroorganisme

dalam saluran pencernaan. produksi dan pencegahan penyakit . Selanjutnya

Soeharsono (1994) mengemukakan bahwa mikroba yang termasuk dalam

kelompok probiotik bila mempunyai ciri sebagai berikut yaitu : dapat diproduksi

dalam skala industri, jika disimpan di lapangan akan stabil dalam jangka waktu

yang lama, mikroorganisme harus dapat hidup kembali di dalam saluran

pencernaan, dan memberikan manfaat pada induk semang . Shin et al. (1989)

menyatakan bahwa S. cerevisiae termasuk salah satu mikroba yang umum

dipakai untuk ternak sebagai probiotik, bersama-sama dengan bakteri dan

cendawan lainnya seperti Aspergillus niger, A. oryzae, Bacillus pumilus, B.

centuss, Lactobacillus acidophilus, Saccharomyces crimers, Streptococcus lactis

dan S. termophilus .

Page 17: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

17

Pengujian terhadap S. cerevisiae yang dipakai sebagai feed additive

dalam bentuk probiotik terlebih dahulu diuji secara in vitro dengan melakukan uji

kemampuan daya hidup terhadap asam-asam organik, garam empedu, dan pH

rendah (Agarwal et al., 2000) . Tedesco et. al. (1994) mendapatkan korelasi dari

pemberian S. cerevisiae terhadap bakteri pada kelinci, yaitu dengan cara

mengurangi jumlah bakteri patogen dan meningkatkan jumlah bakteri aerob,

anaerob yang menguntungkan di dalam usus. Kumprecht et al. (1994)

memberikan campuran S. cerevisiae dengan Streptococcus faecum pada ayam

broiler sehingga jumlah kuman Eschericha coli berkurang sebesar 50% di dalam

sekumnya.

Pemberian S. cerevisiae pada ternak ruminansia akan akan

meningkatkan bakteri selulolitik dan asam laktat pada saluran pencernaan. Meski

tidak semua memberikan respon positif terhadap pemberian pakan imbuhan ini

namun pada sapi dapat meningkatkan produksi susu rata-rata sebesar 4,3% dan

pertambahan bobot badan rata-rata sebesar 8,7%. Sementara ini beberapa

produk khamir komersial yang diperjual belikan di Indonesia adalah Diamond V

(USA), CYC- 100 (Korsel), Yea-Sacc (USA) (Wina, 2000) .

Pada ternak domba dilakukan pencampuran S cerevisiae dengan Bioplus

di dalam ransum untuk mendapatkan peningkatan bobot badan serta

menurunkan konversi pakan (Ratnaningsih, 2000) dan basil yang diperoleh

menunjukkan korelasi yang positif yaitu dengan dosis 4 g/hari (1 g S. cerevisiae

ekivalen mengandung 14 x 1010 koloni) menghasilkan konversi pakan sebesar 6

kg/kg pertambahan bobot badan . Namun tidak semua isolat S. cerevisiae dapat

digunakan sebagai probiotik, karena harus melalui beberapa macam seleksi dan

dari sejumlah khamir tersebut hanya sedikit yang dapat digunakan, misalnya

seperti yang diteliti oleh Agarwal et al. (2000), dari 9 isolat yang diuji hanya 1

yang dapat digunakan sebagai probiotik .

Page 18: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

18

BAB III METODE PENELITIAN

Kerangka pemikiran penelitian ini dijabarkan dalam tahapan kegiatan

penelitian yang akan dilakukan seperti pada diagram berikut ( Gambar 1).

Gambar 1. Kerangka Penelitian

Dipadatkan / Dicetak

Diuji

Diuji : Karakterisasi pertumbuhan S. cerevisiae dan Marasmius sp

PERSIAPAN : a. Perbanyakan dan persiapan agen hayati

Pembuatan Media Agar

Pembuatan Larutan Mineral Standar. b. Pembuatan Inokulum

PAKAN KOMPLIT yang diperkaya PAKAN TAMBAHAN SARAS

Evaluasi Fisik Pelet:

Stabilitas air, absorpsi air, densisitas, rasio ekspansi,

tahan benturan

Kandungan Nutrisi ;

Analisa Proksimat (Kadar air, Bahan kering, Protein kasar, ADF, Energi)

Uji In vitro:

Kec. Bahan Kering dan Kec. Bahan

Organik

TAHUN 2012 TAHUN 2013

Uji In vivo ;

Pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, kecernaan pakan. Karakteristik rumen (NH3, pH, VFA), Income over feed cost (IOFC).

+ Serat Perasan

Buah Sawit (SPBS)

5% Marasmius sp.

+ SPBS

Terfermentasi

S. cerevisiae (spora 1 x 107)

Unsur Konsentrat : Bungki inti sawit /bungkil kelapa,

Tepung jagung, Dedak, Ultra mineral, Garam

Page 19: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

19

Dalam pelaksanaannya, kerangka penelitian ini dijabarkan pada dua

tahapan utama yaitu Pembuatan pakan tambahan berbasis serat perasan buah

sawit yang diperkaya dua jenis cendawan Saccharomyces cerevisiae dan

Marasmius sp “SARAS” dan Pemanfaatan produk pakan tambahantersebut pada

kambing. Mengingat banyaknya parameter yang akan diamati, maka penelitian

ini direncanakan selama dua tahun yang dimulai tahun 2012 dan berakhir di

tahun 2013. Di tahun2012 penelitian berfokus pada Karakterisasi pertumbuhan

S. cerevisiae dan Marasmius sp baik yang ditumbuhkan secara sendiri maupun

kombinasi diantara keduanya. Selain itu penelitian juga berfokus pada uji atau

evaluasi karakteristik fisik pelet dari produk pakan yang dihasilkan serta

pengujian secara in vitro pada cairan rumen kambing. Sedankan fokus kegiatan

di tahun 2013 yaitu pengujian secara in vivo yang meliputi pertambahan bobot

badan, konsumsi pakan, kecernaan pakan. Karakteristik rumen (NH3, pH, VFA),

Income over feed cost (IOFC). Prosedur kegiatannya dijelaskan sebagai berikut.

3.1. Kegiatan 1: Pembuatan pakan tambahan berbasis serat perasan buah sawit yang diperkaya dua jenis cendawan Saccharomyces cerevisiae dan Marasmius sp “SARAS”.

3.1.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Loka Penelitian Kambing

Potong Sei Putih dan Laboratorium Mikologi BB Balitvet Bogor. Waktu

pelaksanaan selama 8 bulan yang meliputi; 1) Persiapan dan Perbanyakan

Agen hayati, 2) Karakterisasi dan Perbanyakan Marasmius sp dan S.

cerevisiae, 3) Persiapan pakan terdegradasi dengan Marasmuis sp, dan 4)

Formulasi dan pengemasan dalam bentuk bolus.

3.1.2. Materi Penelitian

Beberapa bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: biakan

murni Marasmius sp yang diperoleh dari Laborarotarium Mikrobiologi dan

Fermentasi ITB Bandung dan Saccharomyces cerevisiae yang diperoleh dari

Laboratorium Mikologi BB Balitvet Bogor, media agar Potato (PDA), media agar

Sabouraud (SDA), aquades dan serat perasan buah sawit. Sedangkan alat yang

digunakan meliputi; cawan petri, tabung reaksi, autoclave, microscope, alat

penghitung spora, alat cetak pakan berbentuk bolus, dan perlatan lainnya seperti

timbangan OHAUS kapasitas 310 gram, sendok pengaduk, plastik lemari

Page 20: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

20

incubator, kapas steril, pemanas spirtus, kawat oase, blender, gelas ukur,

alumunium foil dan termometer.

3.1.3. Metode Penelitian

Sebagian besar prosedur pembuatan kombinasi Saccharomyces

cerevisiae dan Marasmius sp mengikuti metode pembuatan kapsul anti cacing

dan probiotik (ANCAPRO) yang dilakukan Ahmad, RZ. (2008) yang dimodifikasi.

Tahapan kegiatan dijabarkan sebagai berikut:

Perbanyakan dan persiapan agen hayati

a. Pembuatan Media Agar

Media agar buatan pabrik ditimbang sesuai dengan petunjuk yang ada

pada labelnya. Setelah itu ditambahkan air steril. Kemudian direbus dan

disterilisasi dengan autoklave pada tekanan 120 kPa (17 psi) selama 25

menit, kemudian didinginkan dengan meletakan pada posisi miring pada

tabung reaksi atau merata pada cawan petri dan setelah itu media agar

siap untuk diinokulasi oleh cendawan.

b. Teknik perbanyakan

Sebelum S.cerevisiae atau Marasmius sp digunakan, cendawan ini

diperbanyak dengan cara menginokulasikan isolat tersebut (digoreskan)

pada media PDA, SDA dan CMA yang telah ditambahkan Bacto agar.

Selanjutnya kultur diinkubasi pada suhu dan lama inkubasi yang berbeda

baik dengan atau tanpa cahaya. Perlakauan inilah yang menjadi salah

satu indikator dalam menentukan standar baku terbaik pembuatan pakan

tambahan SARAS.

Karakterisasi pertumbuhan S. cerevisiae dan Marasmius sp

a. Perlakuan Inkubasi

Karakterisasi pertumbuhan S.cerevisiae dan Marasmius sp dilakukan

dengan pengujian beberapa perlakuan pada proses inkubasi sebagai

berikut:

Media : Potatos Dekstrosa Agar (PDA)

Lama Inkubasi : 3 dan 7 hari

Suhu : (25-30 “C) dan 37 “C

b. Peubah atau parameter karakterisasi yang diamati

Pertumbuhan S.cerevisiae pada dua perlakuan lama inkubasi dan dua

perlakuan suhu (4 perlakuan x 3 ulangan).

Page 21: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

21

Pertumbuhan Marasmius sp dua perlakuan lama inkubasi dan dua

perlakuan suhu (4 perlakuan x 3 ulangan).

Pertumbuhan kombinasi S.cerevisiae dengan Marasmius sp pada dua

perlakuan lama inkubasi dan dua perlakuan suhu (4 perlakuan x 3

ulangan).

c. Rancangan Percobaan Penelitian

Penelitian tahap ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (Stell dan Torrie, 1993) pola

faktorial dengan tiga ulangan. Yang menjadi faktor penelitian adalah lama

inkubasi dan suhu. Data yang diperoleh diolah dengan analisis

keragaman (ANOVA) menurut petunjuk SAS (SAS, 1998), dan bila hasil

analisis keragaman menunjukkan terdapat pengaruh nyata (P<0,05) dari

perlakuan terhadap peubah yang diukur, maka akan dilanjutkan dengan uji

jarak berganda Duncan.

Persiapan serat perasan buah sawit terdegradasi Marasmuis sp

a. Pembuatan Inokulum Marasmius Sp.

Larutan inokulum terlebih dahulu dibuat dengan cara mengencerkan

biakan murni dengan aquadest steril kemudian larutan inokulum

diinokulasikan pada 80 gram SPB sawit dan 15 gram tepung jagung steril

serta 5% mineral, kemudian diinkubasi selama 2 minggu pada suhu 300C,

dipanen dan dikeringkan pada suhu 400C, digiling dan siap diinokulasi.

b. Pembuatan Larutan Mineral Standar.

Larutan mineral standar dibuat dengan melarutkan mineral yang terdiri

atas mineral NH4NO3 0,5 %, KCL 0,05 %, MgSO4.7H2O 0,05 %,

FeSO4.7H2O 0,01 % dan mineral CuSO4.5H2O 0,001 kedalam 1000ml

aqudest. Larutan mineral standar ditambahkan kedalam masing-masing

perlakuan, kemudian diaduk sampai homogen.

c. Fermentasi Serat Perasan Buah Sawit (SPBS)

Serat perasan buah sawit (SPBS) sebanyak 100 gram dimasukkan dalam

kantong plastik 15 x 25 cm, ditambahkan air sebanyak 60 ml kemudian

dikukus selama 1 jam sejak air kukusan mendidih, didinginkan dan

ditambahkan larutan mineral standar. Substrat yang telah ditambahkan

larutan mineral standar kemudian diinokulasi dengan dosis inokulum

Marasmius Sp. sebanyak 5,0 %, kemudian diinkubasi dengan suhu kamar

selama 3 minggu. Setelah masa inkubasi selesai, SPBS yang telah

Page 22: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

22

difermentasi dikeringkan didalam oven dengan suhu 60 0C selama 24 jam,

setelah kering digiling dan ditambahkan saccharomyces cerevisiae yang

mengandung spora 1 x 10 7. Selanjutnya substrat ini siap untuk

dicampurkan dengan bahan pakan lain untuk selanjutnya dicetak dalam

kemasan bolus.

d. Teknik perhitungan spora

Jumlah sel spora S.cerevisiae ditumbuhkan pada media padat dihitung

dengan cara menambahkan 2 ml aquades steril pada media, lalu kultur

dikerok dan dihomogenkan. Sebanyak 1 ml larutan kultur diencerkan

sampai 100 kali pengenceran. Selanjutnya 0,2 mm2 larutan kultur

dimasukan ke dalam hemositometer dan jumlah spora dihitung dengan

pembesaran 400 kali.

Pencampuran isolat dan pemasukannya ke dalam kemasan pelet

Pada kegiatan ini diawali dengan mencampurkan serat perasan buah

sawit yang sudah terfermentasi Marasmius Sp. dengan Saccharomyces

cerevisiae yang mengandung spora 1 x 10 7. Campuran inilah yang kemudian

disebut sebagai pakan tambahan “SARAS”. Selanjutnya saras dicampurkan

dengan beberapa bahan pakan penyusun konsentrat yang terdiri dari bungkil

kelapa, tepung jagung, dedak, mineral dan garam dengan tujuan untuk

mengetahui komposisi terbaik sebagai pakan komplit. Komposisi campuran

saras dengan unsur konsentrat adalah : 40:60, 50:50, 60:40, dan 70:30.

Masing-masing campuran dari beberapa komposisi tersebut dicetak

berbentuk pelet/bolus. Produk pelet/bolus dari keempat campuran tersebut

selanjutnya akan digunakan pada uji in-vitro sebagaimana akan dijelaskan

pada Kegiatan 2.

3.2. Kegiatan 2: Pemanfaatan pakan tambahan berbasis serat perasan buah sawit yang diperkaya dua jenis cendawan Saccharomyces cerevisiae dan Marasmius sp “SARAS” pada kambing

3.2.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Loka Penelitian Kambing

Potong Sei Putih dan Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Waktu

pelaksanaan selama 2 bulan yang meliputi uji kualitas nutrien dan uji kecernaan

pakan tambahan berbasis serat perasan buah sawit yang diperkaya dengan

kombinasi dua cendawan yaitu S.cerevisiae dengan Marasmius sp.

Page 23: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

23

3.2.2. Materi Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian tahap ini terdiri dari: pakan

tambahan berbentuk pelet/bolus yang dibuat dalam lima komposisi campuran

antara produk pakan tambahan Saras dengan bahan konsentrat sehingga

menjadi pakan komplit. Bahan lainnya dipergunakan pada tahap kegiatan ini

adalah cairan rumen kambing untuk uji in-vitro.

3.2.3. Metode Penelitian

Untuk menguji efektivitas produk maka dilakukan terlebih dahulu uji invitro

pada cairan rumen kambing dengan lima perlakuan sebagai berikut :

P1 : Pakan tambahan Saras (SPBS-F) 30% + Unsur konsentrat 70% P2 : Pakan tambahan Saras (SPBS-F) 40% + Unsur konsentrat 60% P3 : Pakan tambahan Saras (SPBS-F) 50% + Unsur konsentrat 50% P4 : Pakan tambahan Saras (SPBS-F) 60% + Unsur konsentrat 40% P5 : Pakan tambahan Saras (SPBS-F) 70% + Unsur konsentrat 30%

3.2.4. Peubah yang Diukur

Peubah yang diamati meliputi karakteristik fisik pelet dan kualitas nutrisi

serta nilai kecernaan produk pakan tambahan. Evaluasi karakteristik fisik pelet

meliputi uji stabilitas air (Misra et al.,2002), Absorpsi air (Anderson et al.,1969),

Densitas pelet (USDA, 1999), Rasio Ekspansi (Conway and Anderson, 1973),

dan Tahan Benturan (Balogopalan et al., 1988). Kualitas nutrisi dilihat melalui

analisis proksimat yang terdiri dari kandungan bahan kering, kadar air, protein,

ADF dan energi. Sedangkan nilai kecernaan diperoleh melalui uji in-vitro pada

cairan rumen kambing dengan parameter yang diamati terdiri dari: kecernaan

bahan kering dan kecernaan bahan organik.

3.2.5. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian tahap ini adalah

Rancangan Acak Lengkap dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Bentuk

umum model linear Rancangan Acak Lengkap adalah:

Yij = µ + τi + εij

Keterangan: Yij = nilai pengamatan akibat pemberian ransum

µ = nilai tengah populasi

τi = pengaruh perlakuan ransum ke-i

εij = pengaruh acak pada perlakuan ransum ke-i dan ulangan ke-j

Page 24: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

24

Data yang diperoleh kemudian dianalisis ragam dan bila berbeda nyata

diuji Uji Jarak Berganda Duncan (Steel dan Torrie 1991) dengan menggunakan

software SPSS versi 13.

Page 25: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

25

BAB IV TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

4.1. Tenaga yang terlibat dalam kegiatan

(1) No

(2) Nama Lengkap

(3) Pria/Wanita

(4) Pend. Akhir

(5) Bid.Pendidikan

(6) Bidang

Keahlian

(7) Kualifikasi

(8) Alokasi

Waktu (OJ)

(9) Unit Kerja

(10) Nama Lembaga

1 Nutrisi dan

Pakan ternak

Rantan Krisnan, SPt., MSi.

Peneliti Muda

Pria 400

S2 Lolit kambing

Nutrisi Puslitbangnak

2 Nutrisi

Ruminansia

Ir. Junjungan Sianipar, MP Peneliti Muda

Pria 300

S2 Lolit Kambing

Ilmu Ternak Puslitbangnak

3 Mikologi

Dr. drh.Riza Zainuddin Ahmad

MSi Peneliti utama

Pria 240

S3 Balitvet

Virologi BB Veteriner

4 Nutrisi dan

Pakan ternak

Dr. Simon P. Ginting, MSc

Peneliti Madya

Pria 240

S3 Lolit kambing

Nutrisi Puslitbangnak

5 Teknisi

Sari Gusti teknisi

Pria 250

Analis Kimia Lolit Kambing

Teknisi Puslitbangnak

6 Teknisi

Analis Kimia

Imanianto Teknisi

Pria 250

SLTA Lolit Kambing

Analis Kimia Puslitbangnak

4.2. Jangka waktu kegiatan

4.2.1. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

No Kegiatan Bulan Ke- Tahun 2012

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan

Kegiatan

Pengamatan

Seminar Hasil

Laporan Ilmiah

3. Penggandaan

Page 26: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

26

4.2.2. Waktu Pencapaian Keluaran

Lokasi Kegiatan Lamanya Indikator kinerja

Kantor Persiapan proposal

pembuatan dan penandatanganan proposal

Persiapan materi penelitian

1 bulan Proposal dan materi penelitian

Laboratorium Persiapan dan Perbanyakan Agen hayati,

Karakterisasi dan Perbanyakan Marasmius sp dan S. cerevisiae,

Persiapan pakan terdegradasi dengan Marasmuis sp, dan

Formulasi dan pengemasan dalam bentuk bolus

7 bulan Isolat Marasmius sp dan S.cerevisiae dalam tepung siap untuk formulasi

Laboratorium Analsis Proksimat terhadap Uji kualitas nutrien pakan tambahan berbasis serat perasan buah sawit yang diperkaya dengan kombinasi dua cendawan yaitu S.cerevisiae dengan Marasmius sp.

1 bulan Nilai Nutrisi produk pakan tambahan

Laboratorium Uji in-vitro pada cairan rumen kambing terhadap kecernaan pakan tambahan berbasis serat perasan buah sawit yang diperkaya dengan kombinasi dua cendawan yaitu S.cerevisiae dengan Marasmius sp.

1 bulan Nilai kecernaan produk pakan tambahan

Kantor Analisa data dan membuat laporan

2 bulan Data, laporan dan publikasi ilmiah

4.3. Pembiayaan

Kegiatan penelitian ini dibiayai oleh DIPA Loka Penelitian Kambing

Potong TA. 2012 sebesar Rp. 114.500.000 (seratut empat belas juta lima ratus

ribu rupiah). Rincian anggaran biaya (RAB) dapat dijabarkan dalam rincian

berikut ini :

Page 27: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

27

Rincian Anggaran Biaya (RAB) penelitian

Jenis Belanja Vol. Sat. Nilai Sat. Jumlah

Belanja Bahan

Pakan Ternak 6 BLN 3.000.000 18.000.000

Perlengkapan Kandang 1 PKT 5.000.000 5.000.000

Obat-Obatan 1 PKT 4.500.000 4.500.000

Foto Copy 10.000 LBR 200 2.000.000

ATK, Bahan Komputer 1 PKT 5.000.000 5.000.000

Bahan Kimia 1 PKT 15.000.000 15.000.000

Jumlah 49.500.000

Honor Yang Terkait Dengan Output Kegiatan

Upah Harian Lepas 1.400 OH 30.000 42.000.000

Jumlah 42.000.000

Belanja Perjalanan Lainnya (DN)

Dalam rangka persiapan, pelakasanaan dan persiapan kegiatan

22 OP 1.000.000 22.000.000

Jumlah 22.000.000

Total Biaya 113.500.000

Page 28: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

28

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, N ., D .N . Kamra, L .C.Chaudhary, A. Sahoo And Pathak. 2000. Selection Of Saccharomyces Cerevisae Strains For Use As A Microbial Feed Additive .Http :/Www .B L Ackwell .Synergy.Com/Links/Doi / 10 .1046 /J .1472-765x.2000 .00826.X/Full / (15 Oktober 2003) .

Atmadilaga, D. 1991. Rekayasa Genetika Dan Bioteknologi Mutakir Terobosan Kelambanan Bioteknologi Konvesional Dan Meningkatkan Produksi Pertanian. Universitas Putra Bangsa, Surabaya.

Devendra, C. 1978. The Utilization Of Feedingstuffs From The Oil Falm Plant. Proc. Symp. On Feedingstuffs For Livestock In South East Asia, 17-19 October 1977. Kualalumpur. Pp. 116-131.

Fallon Rj, Harte Fj. 1987. The Effect Of Yeast Culture Inclusion In The Concentrate Diet On Calf Performance. J Dairy Sci 70 Supl 1:143.

Fuller, R. 1992 . Probiotics The Scientific Basis . Chapman & Hall . The University Press Cambridge .

Haryanto B, Thalib A, Isbandi. 1998. Pemanfaatan Probiotik Dalam Upaya Peningkatan Efisiensi Pakan Di Dalam Rumen. Prosiding Semnas Peternakan Dan Veteriner. Bogor: Puslitbangnak. Hlm. 496-502.

Hobson Pn, Jouany Jp. 1988. Models, Mathematical And Biological Of The Rumen Function. Di Dalam: Hobson Pn, Editor. The Rumen Microbial Ecosystem. London: Elsevier Science Publishers. Hlm. 461-511.

Hungate Re, Stack Rj. 1982. Phenylpropionic Acid: Growth Factor For Ruminococcus Albus. Appl Environ Microbiol 44:79-83.

Jay,L.M. 1978. Modern Food Microbiologi. D Van Nostrund Company, New York, Toronto, London.

Karspinska, E ., B . Blaszcak, G . Kosowska, A . Degrski, M . Binek And W .B . Borzemska . 2001 . Growth Of The Intestinal Anaerobes In The Newly Hatched Chicks According To The Feeding And Providing With Normal Gut Flora. Bull . Vet. Pulawy. 45 : 105-109.

Kompiang, I.P . 2002 . Pengaruh Ragi Saccharomyces Cereviae Dan Ragi Laut Sebagai Pakan Imbuhan Probiotik Terhadap Kinerja Unggas. Jitv 7(1) 18-21

Kuhad, R.C., A. Singh, K.K. Triphati, R.K. Saxena, Dan K. Eriksson. 1997. Mikroorganisms As Alternative Source Prorein. Nutr. Rev 55, 65-75.

Kumprecht, I., P. Zobac ; Z . Gasnarek Dan E . Robosova 1994 The Effect Of Continues Applications Of Probiotics Preparations Based On S. Cerevisae Var Elipsoideus And Streptococcus Faecium C-68 (Sf-68) On Chicken Broiler Yield . Zivocisma-Yroba 39(6) 491-503

Landecker, E.M . 1972 . Fundamental Of The Fungi . Prentice Hall Inc . Newyork University. Newyork . Usa . Pp 59-61

Lodder, J . 1970 . The Yeast : A Taxonomic Study Second Revised And Enlarged Edition . The Netherland, Northolland Publishing Co ., Amsterdam .

Marx Jean, L . 1991 . Revolusi Bioteknologi . Terjemahan : Wilder Yatim . Edisi I, Cetakan L, Kota : Jakarta . Yayasan Obor Indonesia : 69-73 .

Musnandar,E. 2003. Rumput Hayati Sabut Sawit Oleh Jamur Marasmius Sp. Serta Pemanfaatanya Pada Kambi Ng Kacang. Disertasi, Pascasarjana Unpad, Bandung.

Page 29: PROPOSAL USULAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/RPTP2012/rptp saras... · Hasil fermentasi kulit buah kakao oleh jamur Marasmius sp. pada

RPTP Saras 2012

29

Mutsvangwa T, Edwards Ie, Topps Jh, Paterson Gfm. 1992. The Effect Of Dietary Inclusion Of Yeast Culture (Yea-Sacc) On Patterns Of Rumen Fermentation, Food Intake And Growth Of Intensively Fed Bulls. Anim Prod 55:35-40.

Nikon . 2004 Saccharomyeces Yeast Cells : Nikon Microscopy . Phase Contrast Lmagegailery.Http//www.Microscopyu.com/Galleries/Pliasecontrast/Sacch Aromvcessmall .Html (15 Juni 2004)

Parakasi. 1983 . Ilmu Gizi Dan Makanan Ternak Monogastrik. Angkasa , Bandung.

Ratnaningsih, A. 2000. Pengaruh Pemberian Probiotik S. Cerevisiae Dan Bioplus Pads Ransum Ternak Domba Terhadap Konsumsi Bahan Kering, Kecernaan Dan Konversi Ransum (In Vivo). Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran . Bandung .

Reed, G And T.W Nagodawithana. 1991 Yeast Technology . G Od Edition Van Nostrad, Rein Hold.Newyork . Usa

Sanger . 2004. Peptidase Of Saccharomyces Cerevisae . Http //Merops . Sanger.Ac. Uk/Speccards/Peptidase/Spoo 0895 .Htm . (20 Desember 2004) .

Saono, S. 1976. Pemanfaatan Jasad Renik Dalam Pengolahan Hasil Sampingan Atau Sisa-Sisa Produk Pertanian. Berita Iptek, Jakarta.

Shin, T., S. Hyung, K . Kyun And A . Choong . 1989 . Effects Of Cyc On The Performance Of Dairy, Beef Cattle And Swine . Seoul, Korea

Statistics Analytical System. 1987. SAS User’s Guide: Statistic. 6th ed.,SAS Institute Inc.,Cary,NC,USA.

Steel, R.G.D., and J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Sumantri B, penerjemah. Jakarta: Gramedia. Terjemahan dari: Principles and Procedures of Statistics.

Suhermiyati, S. 2003. Biokonversi Limbah Kakao Oleh Marasmius Sp. Dan Saccharomyces Cerevisae Serta Implikasi Efeknya Terhadap Produksi Ayam Broiler. Disertasi, Pascasarjana, Unpad, Bandung.

Tedesco, D ., C .Castrovilli, G . Coni, D . Bartoli, V. Vollrto Polidori . Dan F . 1994 . Use Of Probiotics In The Feeding Of Meat Rabbits : Effects On Performance And Intestinal Microorganism . Rivista Dj. Coniglicoltura 31(10) : 41-46.

Thalib A. 2002. Pengaruh Imbuhan Faktor Pertumbuhan Mikroba Dengan Tanpa Sediaan Mikroba Terhadap Performans Kambing Peranakan Etawah (Pe). J Ilmu Ternak Dan Veteriner 7(4):220-226.

Tulung, B. 1987. Efek Fisiologis Serat Kasar Di Dalam Alat Pencernaan Bagian Bawah Hewan Monogastrik. Makalah Simposium Biologi, Unstrat Menado.

Wahju, J. 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Kedua. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Wina, E . 2000 Pemanfaatan Ragi (Yeast) Sebagai Pakan Imbuhan Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Ruminansia. Wartazoa 9(2) : 50-56

Winarno, F.G. 1980. Bahan Pangan Terfermentasi. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Pangan, Ipb, Bogor.

Wong, H. K And Wan Zahari, W.M. 1992. Oil Palm By Products As Animal Feed. Proceedings Of Th Masp Ann. Conf. Kuala Trengganu Pp. 58-61.