SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Oleh: RATIH WIDIANTI NIM : E2A607060 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011 1
63
Embed
proposal skripsi tingkat kepuasan peserta askes sosial terhadap pelayanan dokter keluarga
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Oleh:RATIH WIDIANTINIM : E2A607060
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG2011
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 yang berisi tentang kesehatan,
dimana kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam Undang-undang tersebut juga
dijelaskan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan dimana setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya
di bidang kesehatan, pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau serta berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.1
Upaya kesehatan merupakan pelayanan yang bersifat menyeluruh,
berjenjang, berkelanjutan, berkeadilan, merata, bermutu, terjangkau, saling
terkait, serta pelayanan kesehatan secara keseluruhan sesuai dengan
Sistem Pelayanan Kedokteran Terpadu (SPKT).2 Untuk mewujudkan tujuan
tersebut pemerintah telah mengupayakan dengan berbagai program, salah
satunya adalah dengan program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara
yang bertujuan untuk memberikan kepastian perlindungan dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.3
Untuk mensukseskan program tersebut, pemerintah bekerjasama
dengan PT Askes (Persero) dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan.
Sesuai dengan UU SJSN No. 40 Tahun 2004, PT Askes (Persero) telah
menyesuaikan Anggaran Dasar perusahaan menjadi not for profit sehingga
PT Askes (Persero) saat ini tidak lagi mengelola program Askes Komersial.
PT Askes (Persero)juga tidak lagi diwajibkan menyetor deviden kepada
pemerintah. Oleh karena itu, seluruh sisa hasil usaha PT Askes (Persero)
dikembalikan untuk pemanfaatan maksimal bagi peserta Askes.4
Salah satu program yang dikelola oleh PT Askes (Persero) adalah
program Askes sosial. Adapun yang menjadi peserta Askes sosial ini adalah
pegawai negeri sipil (PNS), penerima pensiunan pegawai negeri sipil,
1
3
penerima pensiunan TNI atau Polri, penerima pensiunan pejabat negara,
veteran dan perintis kemerdekaan beserta keluarganya yang telah
ditetapkan oleh PT Askes (Persero).5
Selama ini PT Askes (Persero) selaku badan penyelenggara
pelayanan kesehatan menjalankan program berdasarkan ‘managed care
system’. Konsep tersebut mengintegrasikan antara pelayanan kesehatan
yang bermutu dengan rasionalitas biaya. Pelayanan tingkat pertama
berperan sebagai gate keeper yang menentukan sejauh mana peserta
membutuhkan pelayanan pada tingkat lanjutan sesuai kebutuhan medisnya.6
Pada awalnya, Puskesmas merupakan Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan (PPK) dasar utama bagi peserta Askes. Akan tetapi, dalam
perkembangan selanjutnya, seiring dengan peran Puskesmas sebagai
penyangga upaya kesehatan masyarakat, muncul keluhan-keluhan peserta
menyangkut pelayanannya, khususnya pelayanan kuratif yang diberikan oleh
Puskesmas. Misalnya, sedikit peserta yang memiliki kesempatan untuk
ditangani langsung oleh dokter, lalu terbatasnya waktu pelayanan,
keterbatasan pelayanan obat, dan lain sebagainya.6
Untuk mengantisipasi permasalahan diatas, salah satu upaya yang
dikembangkan adalah dengan memperluas jaringan RJTP bagi peserta
Askes melalui pelayanan dokter keluarga selain melalui Puskesmas.
Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau merupakan sesuatu yang esensial, dengan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan model dokter keluarga diharapkan dapat menjadi
“ujung tombak” dalam pelayanan tingkat pertama, yang dapat berkolaborasi
dengan pelayanan kedokteran tingkat kedua dan dengan pelayanan
kesehatan yang lain.
Dengan pendekatan dokter keluarga dimana keluarga sebagai sasaran
inti maka hubungan antara peserta dengan dokternya diharapkan menjadi
lebih baik dan kesehatan keluarga bisa diketahui lebih mendalam. Oleh
karena itu, pelayanan dokter keluarga juga diarahkan pada upaya promotif
dan preventif disamping upaya kuratif.7
Pelayanan dokter keluarga yang berkualitas bisa dikatakan pelayanan
yang memenuhi syarat dan ketentuan yang telah disepakati oleh dokter
keluarga dengan PT Askes (Persero). Tidak hanya itu, dokter keluarga juga
4
patut mempertimbangkan harapan pasien dalam mendapatkan pelayanan,
karena setelah menerima jasa pelayanan kesehatan pasien akan
membandingkannya dengan apa yang diharapkan. Jika pelayanan yang
diterima memenuhi atau bahkan melebihi harapan, maka mereka akan
cenderung menggunakan kembali penyedia layanan kesehatan tersebut.
Setelah itu, mereka cenderung akan menceritakannya kesan positif kepada
orang lain sehingga jumlah pelanggan akan meningkat demikian pula
sebaliknya.8
Pelayanan RJTP oleh Dokter Keluarga mulai diberlakukan oleh PT
Askes (Persero) sejak tahun 2003. Harapannya adalah tercapainya
kepuasan peserta Askes dan optimalisasi peran PPK dasar sebagai gate
keeper. Namun di Kantor Cabang Utama Semarang mulai memperluas
target cakupan peserta pada pelayanan RJTP berbasis Dokter Keluarga
pada September 2010 lalu. Selain perluasan cakupan peserta, juga
dilakukan perluasan pelayanan gigi di dokter gigi keluarga.4
Hingga akhir tahun 2009, kira-kira sebanyak 15,7 juta jiwa peserta
Askes telah mendapatkan pelayanan RJTP di Dokter Keluarga di seluruh
Indonesia. Di Kota Semarang sendiri tercatat lebih 80.000 jiwa telah
bergabung dalam pelayanan RJTP dokter keluarga dari total peserta Askes
sosial sebanyak 240.644 jiwa. Jumlah tersebut akan terus ditingkatkan
sesuai strategi perusahaan untuk fokus kepada pelanggan sehingga
kepuasan pelanggan dapat terwujud. Namun, dalam implementasinya
apakah program Dokter Keluarga ini telah sesuai dengan yang diinginkan
kita tidak tahu. Sampai saat ini PT Askes (Persero) KCU Semarang belum
melakukan survey kepuasan peserta Askes sosial terhadap pelayanan
dokter keluarga di Kota Semarang.
Kepuasan konsumen merupakan reaksi perilaku sesudah
pembelian/pemanfaatan, hal itu dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan pembelian ulang yang sifatnya terus menerus terhadap
pembelian/pemanfaatan jasa yang sama dan akan mempengaruhi ucapan
konsumen terhadap pihak luar/lain tentang produksi yang dihasilkan.9
Komponen kepuasan pasien dari mutu layanan kesehatan menjadi
salah satu komponen penting. Kepuasan pasien adalah keluaran (outcome)
layanan kesehatan. Dengan demikian, kepuasan pasien merupakan salah
5
satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan. Dapat dibuktikan
bahwa pasien dan/atau masyarakat yang merasakan puas terhadap layanan
kesehatan yang diselenggarakan cenderung mematuhi nasihat, setia, atau
taat terhadap rencana pengobatan yang telah disepakati. Sebaliknya, pasien
dan/atau masyarakat yang tidak merasakan puas atau merasa kecewa
sewaktu memanfaatkan layanan kesehatan cenderung tidak mematuhi
rencana pengobatan, berganti dokter atau pindah ke fasilitas layanan
kesehatan yang lain.10
Tabel 1.1 Perluasan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) di
Dokter Keluarga tahun 2010 PT Askes (Persero) Cabang Utama
Semarang
No. Kab/KotaJumlah peserta
Askes sosial
Target peserta
RJTP dokkel
Des-10
Jml Peserta
di dokkel
% jml peserta
di dokkel
1. Kota Semarang 240.644 37 % 88.383 36,73 %
2. Kab. Semarang 60.532 50 % 34.241 56,57 %
3. Kab. Kendal 67.371 32 % 25.115 37,08 %
4. Kab. Grobogan 54.339 47 % 29.093 53,54 %
5. Kab. Demak 57.795 34 % 41.884 72,47 %
Jumlah 480.681 218.716
Sumber : Data Sekunder PT Askes (Persero) Kantor Cabang Utama Semarang
(2010)
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa peserta Askes dengan RJTP
dokter keluarga di Kota Semarang adalah 36,73 % dari jumlah keseluruhan
peserta askes sosial. Hal tersebut dapat dikatakan hampir mencapai target
peserta yang ditentukan, yaitu sebesar 37 %. Berbeda dengan wilayah kerja
lainnya, seperti di Kabupaten Semarang, Kendal, Grobogan, dan Demak,
dimana pencapaian kepesertaan RJTP dokter hingga Desember 2010 sudah
melebihi target yang ditentukan. Kota Semarang, letak dari Kantor Cabang
Utama, seharusnya dapat memperoleh pencapaian yang bagus setidaknya
dapat mencapai target yang ditetapkan. Dengan demikian diharapkan dapat
diikuti oleh kabupaten/kota lain yang termasuk di wilayah kerjanya.
Disamping masalah pencapaian target kepesertaan yang belum
terpenuhi, terdapat juga beberapa keluhan dari peserta Askes sosial
6
terhadap pelayanan dokter keluarga. Berdasarkan informasi dari petugas
PT. Askes (Persero) Kantor Cabang Utama Semarang, terdapat beberapa
kasus pindah kembalinya peserta Askes dari pelayanan RJTP dokter
keluarga ke puskesmas. Peserta tersebut mengeluhkan kurang puasnya
mereka dengan pelayanan yang ada di dokter keluarga. Peserta Askes yang
pindah rata-rata menilai bahwa pelayanan yang ada di dokter keluarga
kurang lengkap bila dibandingkan dengan pelayanan di Puskesmas,
diantaranya yaitu dengan tidak adanya laboratorium, klinik gigi, atau
pemeriksaan penglihatan/mata. Dalam pelayanan dokter keluarga,
laboratorium, klinik gigi, dan klinik mata berada di tempat yang terpisah
dengan tempat praktek dokter keluarga. Pelayanan-pelayanan tersebut
dapat dimanfaatkan sesuai dengan rujukan dari dokter keluarga yang
bersangkutan. Selain itu, ada pula peserta yang mengeluhkan tentang jam
praktek dokter yang hanya melayani pada waktu pagi atau sore hari saja dan
pada siang hari tutup serta kesulitan dalam permohonan rujukan. Keluhan
tersebut membuat peserta yang merasa tidak puas dengan pelayanan dokter
keluarga beralih ke pelayanan Puskesmas karena untuk pelayanan rawat
jalan tingkat pertama memang hanya ada dua pilihan yaitu di Dokter
Keluarga atau Puskesmas.
Kepuasan dari peserta askes akan menentukan sejauh mana
keberhasilan dari program dokter keluarga. Semakin tinggi tingkat kepuasan
menandakan semakin tinggi pemanfaatan pelayanan dokter keluarga. Dilihat
dari sisi dokter keluarga, kepuasan peserta askes sosial merupakan salah
satu hal yang menggambarkan bagaimana dokter keluarga melayani
pasiennya. Kepuasan tersebut juga akan mempengaruhi sisi persaingan
antar dokter keluarga untuk mendapatkan peserta tertanggung yang ideal.
Dengan kepuasan yang tinggi, maka pengguna jasa pun akan loyal terhadap
peyedia pelayanan kesehatan. Dengan demikian juga akan mempengaruhi
nilai dari kapitasi yang diperoleh jika peserta tertanggung dokter keluarga
bertambah banyak ataupun sebaliknya.
Berdasarkan hasil penelitian Nur Adnan Aga (2005) bahwa tingkat
kepuasan peserta Askes di puskesmas lebih tinggi dibanding yang berobat
pada dokter keluarga. Perbedaan ini berkaitan dengan aspek mutu
pelayanan dokter, peresepan obat, sistem rujukan dan akses pelayanan
7
kesehatan serta fasilitas lingkungan fisik yang dimiliki puskesmas dan dokter
keluarga.12
Dari berbagai hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang
tingkat kepuasan peserta Askes sosial PT. Askes (Persero) terhadap
pelayanan dokter keluarga di Kota Semarang.
B. Rumusan Masalah
Target pencapaian jumlah peserta Askes sosial Cabang Utama
Semarang untuk bergabung dalam pelayaan dokter keluarga hampir
mencapai target. Hal terserbut menunjukkan bahwa peserta tertarik dan
ingin memanfaatkan pelayanan dokter keluarga selain pelayanan dari
puskesmas. Namun masih terdapat beberapa kasus dimana peserta pindah
kembali dari pelayanan dokter keluarga ke pelayanan puskesmas
dikarenakan adanya keluhan seperti tidak tersedianya laboratorium, klinik
gigi, pemeriksaan penglihatan/mata, jam praktek dokter yang hanya
melayani pada waktu pagi atau sore hari saja dan pada siang hari tutup serta
kesulitan dalam permohonan rujukan. Dari permasalahan yang ada tersebut
maka disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut : bagaimanakah tingkat
kepuasan peserta Askes sosial PT Askes (Persero) terhadap pelayanan
dokter keluarga di Kota Semarang yang ditinjau dari dimensi kehandalan
pelayanan, daya tanggap, jaminan pelayanan, perhatian dan wujud/tampilan
pelayanan ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat kepuasan peserta Askes sosial PT Askes
(Persero) terhadap pelayanan dokter keluarga di Kota Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat kepuasan dalam keandalan pelayanan
(reliability) peserta Askes sosial PT Askes (Persero) terhadap
pelayanan dokter keluarga;
b. Mengetahui tingkat kepuasan dalam daya tanggap pelayanan
(responsiveness) peserta Askes sosial PT Askes (Persero)
terhadap dokter keluarga;
8
c. Mengetahui tingkat kepuasan dalam jaminan pelayanan
(assurance) peserta Askes sosial PT Askes (Persero) terhadap
dokter keluarga;
d. Mengetahui tingkat kepuasan dalam perhatian pelayanan (emphaty)
peserta Askes sosial PT Askes (Persero) terhadap pelayanan
dokter keluarga;
e. Mengetahui tingkat kepuasan dalam wujud / penampilan pelayanan
(tangibel) peserta Askes sosial PT Askes (Persero) terhadap
pelayanan dokter keluarga;
f. Mengetahui gap antara harapan dan pelayanan yang diterima oleh
peserta Askes sosial PT Askes (Persero) dalam memanfaatkan
pelayanan dokter keluarga.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi PT Askes (Persero)
Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan dan
pengembangan pelayanan askes sosial dari aspek pelayanan dokter
keluarga.
2. Manfaat Bagi Dokter Keluarga
Sebagai referensi mengenai kepuasaan pasien dari peserta Askes
sosial terhadap pelayanan dokter keluarga yang telah diberikan
sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan
3. Manfaat Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Sebagai penambah khasanah keilmuan guna penelitian lebih
lanjut mengenai asuransi kesehatan.
4. Manfaat Bagi Peneliti
Merupakan media belajar peneliti dalam menerapkan ilmu yang
telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan dan untuk meningkatkan
kemampuan dan ketrampilan peneliti dalam melakukan penelitian dan
penulisan ilmiah.
9
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Disiplin Ilmu
Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif, yang dilakukan untuk
mengukur tingkat kepuasan peserta Askes sosial dalam pelayanan
dokter keluarga yang meliputi dimensi mutu kehandalan pelayanan,
daya tanggap, jaminan pelayanan, perhatian dan wujud/tampilan
pelayanan di dokter keluarga.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di tempat praktek pelayanan dokter
keluarga yang berada di wilayah Kota Semarang.
3. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Febuari - Juli 2011.
4. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah peserta Askes sosial PT Askes
(Persero) Kantor Cabang Utama yang datang ke pelayanan dokter
keluarga untuk memanfaatkan jasa pengobatan dan telah
memanfaatkan pelayanan dokter keluarga sebelumnya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuransi Kesehatan
Belakangan ini, semakin terasa betapa biaya kesehatan semakin
mahal. Membayar dokter, membeli obat, dan biaya rawat inap adalah
sejumlah biaya yang harus dibayar ketika seseorang menderita sakit.
Asuransi dapat didefinisikan sesuai dengan sudut pandang dari mana cara
melihatnya, sudut pandang seorang ekonom, hukum, bisnis, maupun
kesehatan. Artinya, tidak ada definisi yang dapat memenuhi kepentingan
berbagai pihak secara sempurna. Namun, demi keseragaman pengertian di
Indonesia, definisi asuransi telah dituangkan dalam UU No.22 Tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian. Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak
atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertangung yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seorang yang
dipertanggungkan.13
Asuransi pada dasarnya adalah suatu mekanisme untuk mengalihkan
resiko (ekonomi) perorangan menjadi resiko kelompok. Datangnya suatu
resiko, termasuk resiko sakit, sering tidak dapat diperhitungkan, sehingga
apabila risko itu ditanggung masing-masing orang yang terkena resiko,
beban resiko (ekonomi) adalah berat.13
Tetapi, apabila resiko perorangan itu dialihkan menjadi resiko
kelompok (risk sharing), maka resiko itu dapat diperhitungkan. Hukum
bilangan banyak (the law of large number) mengatakan bahwa semakin
besar jumlah anggota kelompok, semakin pasti resiko yang diperkirakan
akan menjadi beban perorangan. Maka dapat dikatakan bahwa mekanisme
asuransi adalah suatu alat untuk mengubah resiko perorangan yang tidak
pasti menjadi pasti, dari ketidakpastian menjadi suatu kepastian.14
9
11
Sedangkan asuransi kesehatan merupakan suatu mekanisme
pengalihan resiko biaya (sakit) dari resiko perorangan menjadi resiko
kelompok. Dengan demikian, beban ekonomi yang harus dipikul oleh
masing-masing peserta asuransi akan lebih ringan tetapi mengandung
kepastian karena memperoleh perjanjian.15
Manifestasinya adalah bahwa kita diwajibkan membayar iuran/premi
dengan jumlah tertentu untuk dapat melindungi diri, apabila terkena suatu
resiko yang mungkin besar. Karena itu, dalam prinsip asuransi, menghitung
resiko (risk) adalah sangat penting. Teori untuk menghitung resiko dikenal
sebagai suatu ilmu tersendiri, yaitu aktuaris. Untuk menentukan/menghitung
resiko kita harus melakukan analisa aktuaria (actuarial analysis) dari suatu
kelompok masyarakat atas suatu kejadian, misalnya kecelakaan, kebakaran,
dan lain-lain.15
Di Indonesia terdapat dua jenis asuransi kesehatan, yaitu asuransi
kesehatan kolektif/kelompok dan asuransi kesehatan individu. Asuransi
individu biasanya diperuntukkan bagi pribadi atau keluarga, sementara
asuransi kolektif seperti yang terdapat di beberapa perusahaan yang telah
memberikan perlindungan kepada pegawainya. Premi asuransi individu yang
dibayarkan relatif lebih tinggi dari premi asuransi kesahatan kolektif. Hal itu
terjadi karena dalam asuransi kesehatan kolektif, jumlah individu atau
peserta yang ikut lebih besar sehingga resiko terjadinya klaim dapat dibagi
rata oleh seluruh individu di dalam kelompok. Semakin besar jumlah
kelompok atau anggota di dalam satu institusi atau perusahaan, akan
semakin rendah pula premi yang dibayarkan.13
1. Asuransi Kesehatan Sosial14
Asuransi kesehatan sosial merupakan prinsip asuransi yang paling
banyak dianut di berbagai negara. Jerman, dibawah Otto von Bismark,
yang pertama kali mengenalkan Asuransi Kesehatan Sosial (1883).
Pada waktu itu, Jerman memasuki era industrilisasi sehingga
memerlukan dukungan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja di
lingkungan industri. Pada 1900, jumlah peserta Askes di Jerman
mencapai 10 juta lebih.
12
Prinsip asuransi kesehatan sosial yang diterapkan pada waktu itu
adalah:
a. Kepesertaan bersifat sukarela;
b. Iuran/premi berdasar prosentasi pendapatan/gaji;
c. Iuran/premi ditanggung bersama oleh tempat kerja/perusahaan dan
tenaga kerja;
d. Peserta dan keluarganya memperoleh jaminan pemeliharaan
kesehatan;
e. Peserta memperoleh kompensasi selama sakit;
f. Peranan pemerintah besar.
Dengan prinsip-prinsip sebagaimana dikemukakan sebelumnya,
mekanisme asuransi berdasar suatu kelompok tenaga kerja, sehingga
tidak tergantung pada resiko perorangan. Actuarial analysis tidak
diterapkan pada perorangan, tetapi pada kelompok atau berdasarkan
kebutuhan anggaran. Prinsip-prinsip asuransi kesehatan sosial inilah
yang kemudian berkembang di berbagai negara Eropa lainnya dan
kemudian juga di Jepang (1922), Korea (1976) dan juga Philipina,
Thailand, Vietnam, India, dan lain-lain.
Konsep asuransi kesehatan sosial merupakan konsep asuransi
dimana prinsip “kesehatan” sebagai suatu pelayanan sosial masih
dijunjung tinggi. Ada suatu pinsip bahwa pelayanan kesehatan tidak
boleh semata-mata berdasar status sosial, sehingga masyarakat lapisan
bawah terhambat untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Prinsip ini
yang membedakan pelayanan kesehatan dengan komoditi jasa lainnya.
2. Asuransi Kesehatan Komersial16
Asuransi kesehatan komersial adalah prinsip asuransi kesehatan
yang diterapkan di Amerika Serikat. Amerika Serikat adalah satu-
satunya negara di dunia yang tulang punggung asuransi kesehatannnya
bersifat komersial. Prinsip-prinsip Askes komersial adalah:
a. Kepesertaan bersifat sukarela;
b. Iuran/premi berdasar angka absolut, sesuai dengan
perjanjian/kontrak;
c. Peserta dan keluarganya memperoleh santunan biaya
pelayanan kesehatan sesuai kontrak;
13
d. Peranan pemerintah kecil.
Dengan prinsip-prinsip tersebut, perhitungan resiko sakit
dilaksankan benar-benar atas actuarial analysis. Prinsip ini sangat
dinamis, membuka peluang kompetisi yang luar biasa dan membuka
peluang sejumlah perusahaan asuransi kesehatan yang jumlahnya
sangat banyak.
Ternyata, justru masalah inilah yang merupakan kelemahan pada