1 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pembuatan jurnal berjudul ”Hubungan Aktivitas Pelaku dengan Pola Ruang pada Art and Culture Center Surabaya” ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Seminar Arsitektur di Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya. Penyelesaian proposal skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Abraham M. Ridjal, ST. MT selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Seminar Arsitektur, atas ilmu serta bimbingan yang telah diberikan selama penyusunan tugas akhir ini; kedua orang tua, atas kasih sayang serta dukungan moril dan materiil; serta teman-teman Jurusan Arsitektur Angkatan 2010, atas dukungan dan bantuannya. Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan jurnal ini. Karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Malang, 20 November 2013 Penyusun
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
pembuatan jurnal berjudul ”Hubungan Aktivitas Pelaku dengan Pola Ruang pada Art and
Culture Center Surabaya” ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini diajukan sebagai
Tugas Mata Kuliah Seminar Arsitektur di Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya.
Penyelesaian proposal skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Abraham M. Ridjal, ST. MT selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Seminar Arsitektur, atas
ilmu serta bimbingan yang telah diberikan selama penyusunan tugas akhir ini; kedua orang
tua, atas kasih sayang serta dukungan moril dan materiil; serta teman-teman Jurusan
Arsitektur Angkatan 2010, atas dukungan dan bantuannya.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
jurnal ini. Karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Malang, 20 November 2013
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................................... 1
Daftar Isi ................................................................................................................................. 2
Daftar Skema .......................................................................................................................... 3
Daftar Gambar ....................................................................................................................... 4
Bab I Pendahuluan ................................................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 6
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 7
1.4 Kegunaan ......................................................................................................................... 7
Bab II Tinjauan Teori .............................................................................................................. 8
2.1 Perilaku Dalam Arsitektur ................................................................................................ 8
2.2 Karakteristik Generasi Muda ......................................................................................... 19
2.3 Desain Bangunan .......................................................................................................... 21
2.4 Studi Komparasi ............................................................................................................ 23
Bab III Metodologi ............................................................................................................... 37
konstruksi, warna, bahan, pola, konstruksi, dan tekstur
dikumpulkan dengan cara pengamatan, pemotretan, dan
pendiagraman, sedangkan parameter jarak, tinggi, dimensi,
dan lebar dikumpulkan dengan cara pengukuran. Cara
analisis dilakukan dengan metode induktif. Data yang
diperoleh diolah dengan cara kategorisasi yang disusun
dalam tabel. Kategorisasi didiskripsikan atas dasar
karakteristik yang relatif sama dan mendukung parameter
teknis arsitektural atas dasar aspek psikologis. Hasil
kategorisasi, kemudian ditransformasikan ke dalam
rancangan, baik dari sisi tata ruang dan penampilan
bangunan.
34
Yang dapat diambil dari komparasi ini adalah proses desain
mulai dari pengumpulan data hingga hasil berupa kategorisasi
yang dapat ditranformasikan dalam desain.
3 Komparasi 3
Pengaruh Tata Ruang
Bangsal Rumah Sakit Jiwa
Terhadap Keselamatan dan
Keamanan Pasien
Analisis dilakukan dengan melakukan superimposed dari
pemetaan perilaku (behavioral mapping) dari Sommer dan
Sommer (1980). Menurut Sommer dan Sommer (1980: 160-
161) pemetaan perilaku ini disebut juga pemetaan kegiatan
(activity mapping). Dari tujuan penelitian yang dirumuskan,
maka pemetaan perilaku ini terfokus pada placecentered
mapping, yaitu menunjukkan bagaimana orang-orang
menata dirinya di dalam suatu setting atau ruang tertentu.
Jadi superimposed terhadap pemetaan perilaku ini meliputi
pemetaan pelaku, kegiatan serta sirkulasinya, ruang, dan
elemen-elemen tata ruang dalamnya.
Yang dapat diambil dari komparasi ini adalah cara analisa yang
menggunakan pemetaan perilaku terhadap pola ruangnya.
4 Komparasi 4
Selasar Sunaryo Art Space
Untuk merepresentasikan karakter dan identitas karya-karya
Sunaryo, arsitek menggunakan pendekatan desain dengan
berkolaborasi langsung dengan Sunaryo dan memahami
karakter karya-karyanya. Karena kuatnya karakter karya-
karya Sunaryo, akhirnya desain yang muncul adalah
bangunan sebagai latar belakang karya-karyanya, dengan
kesederhanaan tata ruang dan fleksibilitas untuk
mengakmodasi berbagai karyanya yang penuh dengan
energi.
Yang dapat diambil dari komparasi ini adalah pendekatan
desain dan konsep desain yang diterapkan dalam fungsi ruang
seni.
35
BAB III
METODOLOGI
3.1 Kerangka Berpikir
a. Pengolahan Data
Proses pengolahan data dilakukan dengan menganalisa berdasarkan tinjauan teori.
Berikut adalah kebutuhan data, analisis data dan hasil sintesa data:
DATA ANALISIS HASIL
data karakteristik generasi muda yang akan menjadi
mengidentifikasi karakter generasi muda yang akan
mendapatkan karakter khusus generasi muda yang nantinya akan
PENGUMPULAN
DATA
ANALISA
DATA
KOMPARASI
TINJAUAN TEORI
KRITERIA DESAIN
KONSEP DESAIN
HASIL DESAIN
Proses berpikir dalam perancangan dimulai dari
pengumpulan data-data yang dibutuhkan; data
yang terkumpul dianalisa berdasarkan tinjauan
teori yang didapat; mencari obyek komparasi
yang mendukung topik utama; hasil analisa
data, tinjauan teori dan analisa komparasi
diolah hingga menghasilkan kriteria desain;
konsep desain dibuat berdasarkan kriteria
desain yang sudah dirumuskan; hasil desain
dibuat berdasarkan konsep desain.
Skema 3.1 Kerangka Berpikir
Sumber: Hasil Analisa
36
sasaran utama dalam art & culture centre.
diwadahi dalam art & culture center.
diperhatikan dalam perancangan desain.
data kondisi generasi muda di Kota Surabaya, jumlah, pendidikan, prestasi, dan permasalahannya.
mengidentifikasi kondisi generasi muda di Kota Surabaya, yang merupakan lokasi perancangan art & culture center.
mendapatkan hasil analisa yang berguna untuk membuat solusi desain yang dibutuhkan dalam perancangan berkaitan dengan kondisi generasi muda di Surabaya.
data aktivitas dan kegiatan yang digeluti generasi muda di Surabaya dalam keseharian mereka.
analisa aktivitas pelaku dengan metode pemetaan kegiatan (activity mapping).
hasil pemetaan kegiatan dapat menjadi landasan untuk menentukan kebutuhan ruang dalam art & culture center.
data lingkungan sosial dan budaya Surabaya yang dekat dengan generasi muda setempat.
analisa lingkungan sosial dan budaya sebagai pendekatan desain simbolik.
hasil analisa menjadi landasan perilaku sebagai pendekatan desain dengan cara pendekatan simbolik yang dapat diterapkan dalam desain fasad atau ruang dalam.
data kondisi bangunan seni dan budaya yang sudah ada di Kota Surabaya.
menganalisa kelebihan dan kekurangan dari fungsi bangunan serupa yang sudah terlebih dahulu ada di Surabaya.
hasil analisa berguna untuk menentukan solusi desain yang tepat dalam perancangan dengan memenuhi kekurangan yang masih ditemukan pada fungsi bangunan serupa di Surabaya.
data bangunan seni & budaya lain yang sudah ada.
menganalisa bangunan seni dan budaya lain yang sudah ada sebagai obyek komparasi, baik dari metode perancangannya hingga konsep desainnya.
hasil komparasi dapat menjadi masukan dalam perancangan.
data tapak yang digunakan dalam perancangan art & culture center.
menganalisa kondisi tapak yang digunakan dalam perancangan art & culture center.
hasil analisa tapak berguna dalam peletakan massa, orientasi bangunan, sirkulasi dan lain-lain pada perancangan art & culture center.
37
b. Metode
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain:
1. Metode behavior mapping (pemetaan perilaku) dengan melakukan pengamatan
langsung di lapangan dan mendata semua aktvititas pelaku. Pemetaan perilaku
digambarkan dengan sketsa dan diagram mengenai suatu area dimana manusia
melakukan berbagai kegiatannya. Pemetaan perilaku akan mengikuti 5 prosedur: (1)
sketsa dasar area atau setting yang akan diobservasi, (2) definisi yang jelas tentang
bentuk-bentuk perilaku yang akan diamati, dihitung, dideskripsikan dan didiagramkan,
(3) satu rancana waktu yang jelas kapan pengamatan akan dilakukan, (4) prosedur
sistematis yang jelas harus diikuti selama observasi, (5) serta sistem coding yang efisien
untuk mengefisiensikan pekerjaan selama observasi.
2. Metode pendekatan fenomenologis yang menekankan pada pemahaman yang holistik
terhadap suatu fenomena yang pada akhirnya menghasilkan suatu hipotesis.
3. Wawancara dilakukan terutama untuk mengetahui pendapat atau opini responden
secara lebih luas, atau menggali berbagai kemungkinan jawaban tentang mengapa dan
bagaimana suatu kejadian terjadi. Wawancara dilakukan dengan terstruktur.
permasalahan pendekatan teknik riset
memperoleh informasi perilaku
manusia dan tempat umum
mengamati yang bersangkutan observasi natural
menemukan bagaimana manusia
berperilaku dalam kegiatan
pribadi
meminta sampel untuk mencatat di
buku harian
dokumen-dokumen
pribadi
mengetahui kemana orang pergi menggambaran pergerakan mereka pemetaan perilaku
mengevaluasi hasil rancangan evaluasi purnahuni observasi dan wawancara
memahami/mempelajari hasil
rancangan
precendent analisis isi/ dokumen
Sumber: Sommer, 1986 dalam Haryadi,2010
38
Metode Analisa
Metode yang digunakan dalam menganalisis data antara lain metode korelasional
yang mendeteksi kaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam obyek studi
terpilih dan komparasi. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan panduan perencanaan
dan perancangan.
Analisis juga diakukan dengan metode superimposed dari pemetaan perilaku yang
terfokus pada place centered mapping, yaitu menunjukkan bagaimana orang-orang
menata dirinya di dalam suatu setting atau ruang tertentu.
Selain itu metode induktif juga dapat digunakan dalam melakukan analisis. Secara
sederhana metode induktif ini dilakukan dengan membandingkan dan
mengkomparasikan unit-unit data (fakta dan informasi) yang dipandang mempunyai
kesamaan dalam kategori-kategori. Data yang diperoleh diolah dengan cara kategorisasi
yang disusun dalam tabel. Kategorisasi ini dideskripsikan atas dasar karakteristik yang
relatif sama dan mendukung parameter teknis arsitektural. Hasil kategorisasi kemudian
ditransformasikan ke dalam rancangan.
Metode Desain
Metode desain yang digunakan dalam perancangan ini adalah metode
antropometrik yang memperhatikan proporsi dan dimensi tubuh, serta karakteristik
fisiologis lainnya yang mempengaruhi perancangan unsur-unsur arsitektural; metode
perancangan lima langkah yang terdiri dari permulaan, persiapan, pengajuan usul,
evaluasi dan tindakan; pendekatan simbolik dimana simbol adalah unsur khusus suatu
lingkungan binaan yang dapat diintepretasi artinya melalui latar belakang budaya
manusia.
Proses Desain
1. Model Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dalam perancangan merupakan bagian penting. Ada
beberapa model yang biasa dipakai para arsitek dan perencana. Proses ini melibatkan
beberapa tahap, yaitu tahap analisis untuk mengidentifikasi dan memahami masalah
39
yang ada; tahap desain atau pembuatan alternatif dan evaluasi solusi desain; tahap
pilihan, yaitu tahap untuk pemilihan alternatif.
Skema 3.2 Model Pengambilan Keputusan
Model pengambilan keputudan tidak dapat dianggap sepenuhnya linier ataupun
sepenuhnya siklis karena terdapat interaksi antar tahapan yang perlu dipertimbangkan.
Masing-masing tahap terdiri atas analisis, desain dan pemilihan. Artinya, pada setiap
tahap itu terdapat proses pengambilan keputusan.
2. Model Perancangan
Pada model desain berikut ini, terlihat perlunya dibuat beberapa kelompok aktivitas
dalam proses desain untuk menghindari terjadinya kegagalan bangunan.
Skema 3.3 Model Perancangan
Sumber: Laurens, 2004
Sumber: Laurens, 2004
40
a. Tahap Intelegensi
Dimulai dengan persepsi akan sebuah kebutuhan dan diakhiri dengan suatu program
mengenai kebutuhan fungsional dn psikologikal yang harus dapat dipenuhi oleh desain.
Persepsi kebutuhan akan bergantung pada situasi yang ada dan orang yang terlibat,
dengan pertimbangan bahwa setiap orang mempunyai tujuan dan sasaran yang unik.
Orang yang terlibat dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Pertama, kelompok
alien, sponsor proyek atau pengembang. Kedua, kelompok bukan pengguna yang terlibat
dalam proyek, yaitu arsitek dan para profesional terkait, pemerintah kota atau daerah,
kontraktor, dan kelompok terakhir adalah kelompok pengguna.
Pada tahap ini, kontribusi studi perilaku-lingkungan pada desain arsitektur adalah
memberi masukan mengenai masalah-masalah yang sesungguhnya harus diselesaikan.
Tanpa mengetahui hal ini, desain arsitektur akan membuat solusi yang tidak bermanfaat.
Hasil observasi dan penelitian dapat memberi pengertian mengenai perilaku
pengguna dan bagaimana hal itu dapat diakomodasikan dalam desain. Selain
pengumpulan informasi tersebut, pada tahap ini juga ditekankan perlunya pengetahuan
tentang ekologi dalam tapak, finansial, bahan bangunan, teknologi dan kemungkinan
perkembangan di masa mendatang.
b. Tahap desain
Adalah tahap sintesis yang kompleks dan aktif. Suatu proses konseptualisasi. Terdapat
dua pendekatan dalam proses sintesis ini. Pertama, pendekatan desain berdasarkan
kebiasaan dan kedua pendekatan yang melibatkan usaha kreatif. Karena persyaratan
desain sering kali kontradiktif, usaha kreatif sangat diperlukan. Perencana harus dapat
menekankan sasaran dan tujuan dari masing-masing kelompok yang terkait. Tahap
desain ini dimulai dengan analisis mengenai sistem dan komponen program dan
mengorganisasikannya ke dalam satu daftar hirarki kepentingan.
Untuk sampai pada solusi, seorang arsitek membutuhkan loncatan kreativitas. Arsitek
yang kreatif sering kali melihat adanya serangkaian affordances, dan melihat struktur
masalah dengan baik. Kendala bagi arsitek dalam membuat solusi yang kreatif adalah
keterampilan metodologis dan pengetahuan secara kuantitatif ataupun kualitatif.
41
Klarifikasi tentang hubungan dasar antara perilaku manusia dengan lingkungan yang
dirancang dapat dipakai untuk mengembangkan alternatif solusi.
c. Tahap pilihan
Tahap ini meliputi evaluasi solusi dan keputusan tentang alternatif desain yang sesuai
dengan persyaratan dan yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Apabila ternyata tidak ada
alternatif yang sesuai maka proses berikutnya harus kembali ke tahap analisis atau
desain. Evaluasi dan pilihan desain yang baik bergantung pada prediksi dan pengertian
tentang pengguna dan perkembangannya.
Penampilan desain dapat dievaluasi dengan beberapa cara. Pertama, secara
tradisional berdasarkan logika. Kedua, melalui eksperimen yang hanya berlaku untuk
konstruksi prototipe. Ketiga, melalui simulasi.
d. Tahap implementasi
Biasanya tahap ini menjadi tidak terlalu penting lagi apabila pada tahap sebelumnya,
yaitu tahap analisis, desain dan pilihan telah dijalankan dengan baik. Namun mengenal
perilaku dan komunikasi di antara pihak terkait dalam proses desain tetap penting seperti
mengenal siapa pengguna dan bagaimana penggunaan dari hasil desain.
e. Tahap evaluasi
Produk dan proses biasanya merupakan tahapan yang diabaikan oleh arsitek. Namun,
dengan berkembangnya minat dan perhatian arsitek terhadap kepuasan pengguna, kini
semakin banyak dilakukan penelitian pasca penghunian.
Penggunaan model desain ini memberi keuntungan, antara lain memungkinkan
arsitek untuk mengerti, mengstrukturisasi, dan memeriksa desainnya sendiri sehingga
arsitek dapat mengetahui kapan ia bebas mengekspresikan diri dan kapan ia terkait pada
persyaratan tertentu.
Dengan cara ini, arsitek juga dapat menghayati keterbatasan pengetahuannya
mengenai hubungan antara manusia dan lingkungannya. Hal ini dapat menjadi masukan
bagi studi perilaku-lingkungan untuk melakukan penelitian mana yang menjadi minta
42
arsitek. Melalui model ini maka pendekatan desain tidak lagi dilakukan secara intuitif
semata, tetapi dengan pendekatan yang sadar dan eksplisit.
43
DAFTAR PUSTAKA
Laurens, Joyce Marcella. 2004. Jakarta: Grasindo. Arsitektur dan Perilaku Manusia
Haryadi & B. Setiawan. 2010. Yogyakarta: UGM Press. Arsitektur, Lingkungan dan
Perilaku. Pengantar ke Teori, Metodologi dan Aplikasi
Snyder, James C. 1991. Jakarta: Penerbit Erlangga. Pengantar Arsitektur