Top Banner
1 PROPOSAL SKRIPSI 6 ANALISIS NILAI KARAKTER PERMAINAN TRADISIONAL BENTENGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh MEYRNA PUTRI NUR HARSATI 201733113 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2021
45

PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

Oct 05, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

1

PROPOSAL SKRIPSI

6

ANALISIS NILAI KARAKTER PERMAINAN TRADISIONAL

BENTENGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh

MEYRNA PUTRI NUR HARSATI

201733113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2021

Page 2: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi yang pesat di era digital mendorong perubahan dalam

segala aspek kehidupan manusia, baik itu bersifat positif maupun bersifat negatif.

Setiap individu dengan mudah mengakses segala informasi di penjuru dunia hanya

melalui genggaman tangan. Namun, kemudahan tersebut, dapat memunculkan

lunturnya rasa solidaritas dan kebersamaan manusia. Selain perkembangan

teknologi, perubahan pada manusia juga diakibatkan oleh perkembangan ilmu

pengetahuan, psikologi dan transformasi nilai-nilai budaya (Uno & Lamatenggo,

2016:5).

Kemajuan teknologi memicu masuknya budaya asing di Indonesia. Hal

tersebut dapat mengubah pola pikir, gaya hidup dan pola interaksi manusia. Dewasa

ini, masyarakat Indonesia cenderung memiliki pola pikir instan, menganut gaya

hidup kebarat-baratan, dan bersikap individualis dimana mementingkan

kehidupannya sendiri daripada memedulikan sesama. Oleh karena itu, masuknya

budaya asing di Indonesia juga menjadi ancaman yang mampu mengikis karakter

anak bangsa.

Permasalahan karakter siswa dalam dunia pendidikan di Indonesia masih

memprihatinkan. Rendahnya karakter siswa dapat dilihat dari fakta yang terdapat

di media. Sebagaimana media online nasional Detiknews (26/03/2019) yang

memberitakan ada sejumlah siswa laki-laki mem-bully guru wanita di sekolah. Para

siswa mengitari guru sambil bernyanyi dan berjoged, sedangkan guru hanya

terdiam. Bahkan salah satu siswa naik ke atas meja guru. Peristiwa tersebut terekam

dalam sebuah video dan beredar luas di media sosial (Komara, 2019).

Lickona dalam (Barnawi & Arifin, 2016:12-13) juga mengemukakan sepuluh

tanda merosotnya karakter bangsa yaitu :

1) Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja/masyarakat, 2) Penggunaan

bahasa dan kata-kata yang tidak baku, 3) Pengaruh per-group (geng) dalam

tindak kekerasan menguat, 4) Meningkatnya perilaku merusak diri, 5)

Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, 6) Etos kerja yang

user
Sticky Note
paragraf ini apakah ada hubungannya dg permainan?
Page 3: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

3

menurun, 7) Semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 8)

Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok, 9) Budaya

kebohongan/ketidakjujuran, 10) Adanya rasa curiga dan kebencian antar

sesama.

Fenomena rusaknya karakter akan semakin cepat ketika masyarakat

pengguna teknologi tidak memahami filosofi teknologi, sehingga salah dalam

memanfaatkan dan memandang nilai fungsi teknologi (Barnawi & Arifin, 2016).

Misalnya, fungsi gadget yang seharusnya digunakan untuk komunikasi dan

menyimpan data penting, tetapi disalahgunakan untuk mengakses hal-hal yang

menyimpang oleh penggunanya. Fajrin (2015) berpendapat bahwa penggunaan

gadget oleh anak-anak kebanyakan digunakan sebagai media alat bermain, yakni

untuk memainkan aplikasi permainan (games).

Masa anak-anak tidak luput dari bermain. Setiap anak pasti menyukai

bermain, baik itu bermain sendiri maupun bermain bersama teman. Kemajuan

teknologi yang semakin pesat ternyata juga dapat mempengaruhi aktivitas bermain

anak (Nur, 2013). Perubahan aktivitas bermain dilihat dari anak-anak yang dulunya

bermain permainan tradisional, tetapi sekarang beralih bermain permainan modern

seperti game online, video game dan playstation. Eksistensi permainan tradisional

menjadi tergeser dan mulai dilupakan oleh anak-anak.

Sementara itu, permainan modern tidak selalu berdampak positif, tetapi juga

memberikan dampak negatif bagi anak. Seperti contoh kasus yang diberitakan pada

sebuah media online nasional Kompas (21/11/2019) dimana anak berusia 12 tahun

membolos sekolah selama 4 bulan karena kecanduan game online. Anak tersebut

bermain game online sepanjang sore hingga menjelang fajar, sehingga jarang keluar

kamar (Sukoco, 2019). Kasus tersebut menunjukkan bahwa kecanduan permainan

modern akut dapat mempengaruhi perilaku anak. Adanya permasalahan-

permasalahan tersebut maka diperlukan suatu upaya untuk mengatasinya.

Penyelenggaraan pendidikan karakter menjadi salah satu tuntutan untuk

mengatasi menurunnya kualitas moral siswa di Indonesia (Sudrajat, 2011).

Narwanti (2014:14) menjelaskan definisi pendidikan karakter yaitu suatu

penanaman sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang

meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk

Page 4: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

4

melaksanakan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai karakter yang akan ditanamkan dalam

diri siswa yaitu 18 karakter yang telah dirumuskan oleh Kementerian Pendidikan

Nasional (Kemendiknas) (Suyadi, 2013:7). Adanya internalisasi nilai-nilai karakter

tersebut, diharapkan kelak dapat membentuk karakter anak yang sesuai nilai-nilai

moral pancasila dan agama.

Penanaman nilai-nilai karakter melalui pendidikan karakter ini harus

diterapkan sejak dini kepada anak Sekolah Dasar sampai ke perguruan tinggi.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Saputra (2017) yaitu nilai-nilai karakter dapat

diinternalisasikan melalui lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Proses penanaman karakter dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan pikiran, hati

dan tindakan secara berkelanjutan, untuk membentuk, menumbuhkan,

mendewasakan kepribadian anak sehingga hasilnya dapat nampak dalam kegiatan

sehari-hari baik di sekolah, keluarga maupun masyarakat (Saputra, 2017).

Penanaman nilai-nilai karakter pada siswa Sekolah Dasar dapat dilakukan

melalui permainan edukatif sederhana, mengingat usia siswa Sekolah Dasar yang

berada dalam tahap bermain (Abdullah dkk, 2016). Anak-anak Sekolah Dasar

memperoleh manfaat yang dapat membentuk karakternya saat memainkan sebuah

permainan. Driyarkara (2006) mengemukakan bahwa jenis-jenis permainan yaitu

permainan kecil dengan alat, permainan kecil tanpa alat, permainan besar dengan

bola kecil dan permainan besar dengan bola besar.

Penanaman nilai-nilai karakter dapat dilakukan melalui permainan tradisional

(Rukiyah, 2019). Hal tersebut dikarenakan permainan tradisional mengandung

nilai-nilai yang dapat memengaruhi perkembangan karakter anak. Sebagaimana

hasil penelitian dari Kurniati (2011) yaitu melalui permainan tradisional anak

mampu mengembangkan kerjasama, mampu menyesuaikan diri, saling berinteraksi

secara positif, mampu mengontrol diri, mampu mengembangkan sikap empati

terhadap teman, memiliki kemampuan dalam menaati aturan, serta mampu

menghargai orang lain. Penelitian yang dilakukan Yudiwinata & Handoyo (2014)

juga menunjukkan bahwa anak-anak yang melakukan permainan tradisional jauh

lebih berkembang kemampuan dan karakternya.

Page 5: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

5

Permainan tradisional merupakan suatu aktivitas permainan yang

berkembang dari suatu daerah tertentu yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan

nilai kehidupan masyarakat serta diturunkan dari generasi ke generasi (Kurniati,

2016:2). Permainan tradisional telah menjadi identitas warisan budaya bangsa yang

turun menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Permainan tradisional

kebanyakan memanfaatkan media sederhana seperti bambu, kayu atau bahan alam

lainnya. Pemanfaatan bahan alam yang ada di lingkungan sekitar ini membuat anak-

anak zaman dahulu lebih kreatif.

Indonesia memiliki berbagai macam permainan tradisional. Setiap daerah

memiliki permainan yang serupa dengan daerah lain, namun penyebutan nama

permainan terdapat sedikit perbedaan. Syamsurrijal (2020) menjelaskan jenis-jenis

permainan yang ada di Indonesia yaitu :

“Gobak sodor, petak umpet, angkling atau engklek, dakon atau congklak,

egrang, lompat tali, lempar batu atau gatheng, bola bekel, ular naga, layang-

layang, cublak-cublak suweng, jamuran, kotak pos, sepak sekong, cendak

beralih, gundu atau kelereng, ABC lima dasar, benteng-bentengan, balap

karung, rumah-rumahan tanah, boi-boinan, gasingan, gatrik, lenggang rotan,

masak-masakan …”.

Salah satu jenis permainan tradisional yaitu bentengan. Nurastuti, dkk.

(2015) mengemukakan bahwa permainan tradisional bentengan merupakan

permainan yang memerlukan dua tim untuk bermain. Tujuan utama permainan

tradisional bentengan yaitu saling menyerang dan menduduki benteng lawan

dengan menyentuh pohon, pilar atau tiang yang telah dipilih oleh lawan serta

meneriakkan kata “benteng!”. Permainan ini sangat menyenangkan karena

termasuk permainan adu ketangkasan yang bersifat kompetisi serta ditentukan ada

pihak pemenang dan kalah (Sururiyah, 2019:23).

Alasan peneliti memfokuskan penelitian pada permainan tradisional

bentengan karena anak Sekolah Dasar belum pernah mengenal permainan ini.

Selain itu, permainan bentengan mengandung nilai-nilai karakter dan banyak

pelajaran yang dapat diaplikasikan oleh anak Sekolah Dasar dalam kehidupan

sehari-hari. Permainan bentengan sangat menarik, menyenangkan melatih

kecepatan, kelincahan, daya tahan dan kekuatan anak untuk berlari, sehingga

Page 6: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

6

kemampuan motorik anak dapat berkembang. Tidak hanya itu, permainan ini dapat

memupuk kerja sama antar tim yang baik dan harus dilestarikan di tengah kemajuan

teknologi seperti sekarang.

Berdasarkan observasi awal yang telah peneliti lakukan pada tanggal 13

September 2020 di Desa Trangkil RT 3 RW 3 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati,

anak-anak sekolah dasar sudah jarang bermain permainan tradisional termasuk

permainan tradisional bentengan. Anak lebih sering bermain permainan modern

seperti Free Fire, Mobile Legends, dan PUBG Mobile yang ada di gadget mereka

masing-masing. Mereka lebih sering menghabiskan waktunya di rumah untuk

bermain permainan yang ada di gadget. Anak-anak di wilayah tersebut juga tidak

ada yang terlihat bermain permainan tradisional bentengan (Lampiran halaman 39).

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti kepada anak-anak

sekolah dasar dan orang tua di Desa Trangkil RT 3 RW 3 Kecamatan Trangkil

Kabupaten Pati, bahwa anak-anak yang kurang mengetahui permainan tradisional

bentengan. Beberapa anak ada yang tidak mengetahui jenis dan cara bermain

permainan bentengan. Beberapa anak lainnya mengetahui jenis dan cara bermain

permainan tersebut. (Lampiran halaman 43 dan 45).

Berdasarkan observasi dan wawancara tersebut, menunjukkan bahwa

permainan tradisional khususnya permainan tradisional bentengan mulai

ditinggalkan. Perkembangan teknologi menuntun anak-anak sekolah dasar

cenderung lebih menyukai permainan modern untuk dimainkan. Padahal permainan

tradisional khususnya permainan tradisional bentengan terdapat pelajaran dan nilai-

nilai yang harus tetap dilestarikan untuk generasi selanjutnya.

Beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini yaitu Zulaeni, dkk

(2019) yang mengungkap bahwa dalam permainan tradisional boin-boin

terinternalisasi tujuh nilai karakter yaitu nilai religius, nilai rasa ingin tahu, nilai

jujur, nilai tanggungjawab, nilai kerja keras, nilai peduli sosial dan cinta damai.

Hasil penelitian Susilawati, dkk (2018) mengemukakan bahwa terdapat pengaruh

permainan tradisional bentengan terhadap peningkatan interaksi sosial pada siswa

kelas 3. Rejeki, dkk (2018) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa terdapat

nilai-nilai karakter pada permainan tradisional kadende sorong diantaranya yaitu

Page 7: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

7

nilai kedisiplinan, nilai ketangkasan, nilai sosial, nilai kesehatan, nilai kerjasama,

nilai kerukunan, nilai kreatifitas dan nilai pengaturan strategi.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, sangat penting dilakukan

penelitian dengan judul “Analisis Nilai Karakter Permainan Tradisional Bentengan

pada Siswa Sekolah Dasar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimana analisis

nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional bentengan pada siswa Sekolah

Dasar di wilayah Desa Trangkil RT 3 RW 3 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan analisis nilai-nilai yang terkandung

dalam permainan tradisional bentengan pada siswa Sekolah Dasar di wilayah Desa

Trangkil RT 3 RW 3 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan di atas, manfaat

penelitian ini sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai permainan

tradisional khususnya yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter bagi anak.

Selain itu, juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk

mengembangkan penelitian khususnya permainan tradisional bentengan.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa Sekolah Dasar

Memberikan pemahaman dan pengalaman mengenai permainan

tradisional bentengan dan anak dapat menjadi pribadi yang berkarakter baik di

masa yang akan datang.

user
Sticky Note
mendeskripsikan ap menganalisis? gunakan 1 KKO
Page 8: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

8

b. Bagi Orang Tua

Membantu orang tua agar tidak salah memilih permainan untuk anaknya

serta mendukung anak agar tetap bermain permainan tradisional terutama

permainan tradisional bentengan.

c. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman secara langsung dalam bidang penelitian

khususnya penelitian tentang nilai-nilai karakter yang terkandung dalam

permainan tradisional.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1.5.1 Penelitian ini meneliti tentang nilai-nilai karakter dalam permainan

tradisional bentengan. Penelitian dilakukan di wilayah Desa Trangkil

RT 3 RW 3, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati.

1.5.2 Subjek penelitian yaitu siswa Sekolah Dasar yang berdomisili di Desa

Trangkil RT 3 RW 3, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati. Penelitian

ini mengambil 6 anak dengan kategori siswa Sekolah Dasar kelas tinggi

berusia 9 tahun sampai 12 tahun dan kurang mengetahui permainan

tradisional bentengan. Selain itu, subjek penelitian lainnya yaitu

beberapa ahli yang dianggap mengetahui tentang nilai karakter dan

permainan tradisional. Peneliti memilih siswa Sekolah Dasar kelas

tinggi karena pada usia tersebut anak-anak senang bermain dan mampu

membentuk sebuah kelompok sebaya untuk diajak bermain bersama.

1.6 Definisi Operasional

Berdasarkan alasan pemilihan judul di atas, untuk menjaga agar tidak

terjadi salah peneliti membatasi istilah yaitu :

1.6.1 Nilai Karakter

Nilai karakter merupakan sesuatu yang dianggap penting untuk

mengarahkan atau menentukan sikap seseorang.

Page 9: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

9

1.6.2 Permainan Tradisional Bentengan

Permainan tradisional bentengan merupakan jenis permainan

tradisional yang dimainkan anak-anak secara berkelompok dengan

jumlah 8-16 orang dimana membutuhkan ketangkasan, kecepatan

berlari dan strategi untuk mempertahankan benteng serta merebut

benteng lawan agar mendapatkan kemenangan.

Page 10: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Konseptual

2.1.1 Pengertian Nilai

Nilai berasal dari kata vale’re (bahasa Latin), yang merupakan berguna,

mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang

dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau

sekelompok orang (Sulastri, 2018:11). Nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

berarti sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.

Menurut Nopitasari (2019:16), nilai atau value merupakan prinsip, standar atau

kualitas yang dianggap berharga atau diinginkan oleh orang yang memegangnya.

Nugrahastuti, dkk (2016) mengemukakan nilai merupakan suatu bobot atau kualitas

perbuatan kebaikan yang terdapat dalam berbagai hal yang dianggap sebagai

sesuatu yang berharga, berguna dan memiliki manfaat.

Berdasarkan uraian pengertian nilai di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai

merupakan sifat-sifat yang berharga dan dianggap penting bagi masyarakat. Nilai

merupakan salah satu bagian dari proses pembentukan karakter seseorang. Nilai

dipandang baik karena dapat memberikan makna hidup bagi kebanyakan orang.

Oleh karena itu, nilai menjadi sangat penting untuk ditanamkan sejak dini karena

sebagai acuan hidup manusia dalam bertingkah laku di kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana yang dikemukakan Sulastri (2018:58) bahwa nilai mempunyai tiga

tahapan sebagai acuan tingkah laku yaitu:

1) Values thinking, dimana nilai-nilai berada dalam tahap dipikirkan,

seseorang telah mengetahui hal yang benar dan salah untuk bertindak.

2) Values affective, dimana nilai-nilai telah berubah menjadi niat untuk

melakukan sesuatu.

3) Values action, dimana niat (komitmen) menjadi semakin kuat untuk

diwujudkan sebagai aksi nyata.

Page 11: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

11

2.1.2 Pengertian Karakter

Karakter berasal dari kata charassein (bahasa Yunani) yang berarti “to

mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai

kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku (Aeni, 2014). Jika seseorang

berbohong, jahat, rakus maka dikatakan sebagai orang berkarakter jelek, sedangkan

seseorang yang berperilaku sesuai dengan moral maka dikatakan sebagai orang

berkarakter mulia. Karakter menurut Listyono (2012) merupakan perwatakan yang

tergambar dan tertanam dalam diri seseorang serta membedakannya dengan orang

lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter merupakan sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

Karakter merupakan salah satu ciri khas yang terdapat dalam diri manusia

(Sukmayadi, 2016). Karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia

yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan,

diri sendiri, sesama manusia, maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam

pikiran, sikap, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum,

tata krama, budaya dan adat istiadat (Suyadi, 2013:5).

Berdasarkan uraian definisi di atas dapat disimpulkan bahwa karakter yaitu

ciri khas yang membedakan seseorang dalam bersosialisasi dengan orang lain di

kehidupan sehari-hari. Karakter tidak dapat muncul secara instan, tetapi perlu

dilakukan pembiasaan sehari-hari agar tampak pada perilaku seseorang. Apabila

pembiasaan tidak berjalan, akan memunculkan karakter yang buruk. Begitu pula

sebaliknya, jika karakter dikembangkan kualitasnya melalui pembiasaan maka akan

memunculkan karakter yang baik.

Lickona (dalam Idris, 2018) berpendapat bahwa karakter yang baik terdiri

dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik dan melakukan hal

yang baik, kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati dan kebiasaan

dalam tindakan. Hal tersebut diartikan bahwa karakter itu tidak hanya mengacu

kepada pengetahuan, tetapi juga kepada sikap dan perilaku yang baik, dimana

seseorang dapat mengaplikasikan dalam kehidupannya. Hilangnya karakter

mengakibatkan hilangnya generasi penerus bangsa, karena karakter merupakan

user
Sticky Note
Tambahkan teori tentang faktor yang mempengaruhi karakter siswa
Page 12: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

12

bagian yang sangat esensial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh

karena itu, untuk mencegah krisis tersebut pemerintah Indonesia berupaya

melakukan proses penanaman karakter melalui pendidikan karakter.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut (Hidayati, 2016).

Fitria, dkk (2019) juga menyatakan, “The educational character can be defined

strategies are from school life to help the character formation optimally”. Hal

tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan karakter didefinisikan sebagai strategi

dari sekolah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal. Strategi ini

diterapkan agar siswa mempunyai pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku

yang berakhlak mulia dan mempunyai daya saing global. Peserta didik diharapkan

mampu menginternalisasi nilai-nilai karakter dalam dirinya di kehidupan sehari-

hari untuk menjadi pribadi yang berkarakter baik.

2.1.3 Indikator Nilai-Nilai Karakter

Sukmayadi (2016) menjelaskan upaya penanaman karakter melalui

pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia dimana berasal dari nilai

moral universal (bersifat absolut) dan berasal dari agama (the golden rule). Nilai-

nilai karakter dasar menjadi pijakan penyelenggaraan pendidikan karakter di

sekolah maupun di universitas, yang kemudian dikembangkan menjadi nilai-nilai

yang lebih banyak (tidak bersifat absolut). Kemendiknas (dalam Wibowo, 2012)

mengemukakan terdapat 18 nilai karakter pada pendidikan karakter yang bersumber

dari agama, Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Indikator Nilai-nilai

karakter menurut Kemendiknas (dalam Wibowo, 2012) pada penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Indikator Nilai-Nilai Karakter Menurut Kemendiknas

No. Nilai-Nilai Karakter Deskripsi

1. Religius Sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup

rukun dengan pemeluk agama lain.

Page 13: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

13

Lanjutan Tabel 2.1 Indikator Nilai-Nilai Karakter Menurut Kemendiknas

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu

dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan

pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai

perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap

dan tindakan orang lain yang berbeda dari

dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib

dan patuh pada berbagai ketentuan dan

peraturan.

5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-

sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan

belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas

dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu

yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah

tergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang

menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan

orang lain.

9. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari

sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan

didengar.

10. Semangat

kebangsaan/nasionalisme

Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara

di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta tanah air Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang

menunjjukan kesetian, kepedulian, dan

perhargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan

politik bangsa.

Page 14: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

14

Lanjutan Tabel 2.1 Indikator Nilai-Nilai Karakter Menurut Kemendiknas

12. Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendororng dirinya

untuk menghasilkan sesuatu yang berguna

bagi masyarakat, dan mengakui, serta

menghormati keberhasilan orang lain.

13. Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang,

berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan

orang lain.

14. Cinta damai Sikap, perkataan dan tindakan yang

menyebabkan orang lain merasa senang dan

aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk

membaca berbagai bacaan yang memberikan

kebajikan bagi dirinya.

16. Pedulu lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di

sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya

untuk memperbaiki kerusaan alam yang sudah

terjadi.

17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan kepada orang lain dan masyarakat

yang membutuhkan.

18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang

seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan

budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa

2.1.4 Cara Membentuk Karakter pada Siswa Sekolah Dasar

Setiap anak khususnya siswa Sekolah Dasar mempunyai karakter yang

berbeda-beda. Peran pendidik, orang tua dan lingkungan sekitar sangat dibutuhkan

untuk membentuk karakter anak yang unggul. Penanaman karakter dapat dilakukan

dengan cara yang tepat, sehingga karakter anak dapat terbentuk menjadi lebih baik.

Helmawati (2017:25) menjelaskan bahwa metode, cara atau strategi yang dapat

membentuk anak berkarakter diantaranya yaitu :

Page 15: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

15

a. Sedikit pengajaran atau teori

Helmawati (2017:25) mengemukakan bahwa untuk membentuk seseorang

mempunyai karakter yang baik, minimal perlu contoh dan pembiasaan. Hal tersebut

diawali dari guru yang menerapkan pendidikan karakter di sekolah dengan sedikit

pengajaran (teori) dan memperbanyak praktik. Misal dengan menyisipkan nilai-

nilai karakter dalam pembelajaran. Adanya cara tersebut, siswa diharapkan

mempunyai perilaku dan karakter yang unggul (berakhlak mulia), sehingga tujuan

pendidikan karakter dapat tercapai.

b. Banyak peneladanan

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang paling

berpengaruh bagi anak (Helmawati, 2017:26). Keteladanan anak dapat diperoleh

dari orang tua, guru maupun tokoh masyarakat (public figure). Orang tua menjadi

teladan utama bagi anak. Sejak lahir anak tinggal bersama orang tuanya, sehingga

lisan dan perilaku orang tua akan dicontoh oleh anaknya. Apabila orang tua

mempunyai perilaku yang baik, maka anak akan berperilaku yang baik pula seperti

jujur, bertanggung jawab, ramah, dermawan dan lain sebagainya. Begitu pula

sebaliknya, apabila orang tua berperilaku tidak baik seperti sering berbohong, pelit,

tidak dapat dipercaya maka anak akan berperilaku sama seperti orang tuanya.

Adanya peneladanan yang baik bagi anak dapat membantu anak membentuk

karakter yang baik juga.

c. Banyak pembiasaan atau praktik

Pembiasaan merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengaplikasikan

perilaku-perilaku yang belum pernah atau jarang dilaksanakan menjadi sering

dilaksanakan, hingga pada akhirnya menjadi kebiasaan (Helmawati, 2017:28).

Pembiasaan baik di lingkungan keluarga misalnya rajin beribadah, berpamitan

kepada orang tua ketika datang dan pergi ke luar rumah, membiasakan berdoa

sebelum melakukan sesuatu, dan lain sebagainya. Pembiasaan baik di lingkungan

sekolah misalnya membiasakan menaati tata tertib sekolah, menjaga kebersihan

kelas, menyapa guru atau teman saat berpapasan, dan lain sebagainya. Pembiasaan

baik di lingkungan masyarakat misalnya membiasakan bergotong royong, menyapa

tetangga saat berpapasan, menaati tata tertib yang berlaku di masyarakat,

Page 16: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

16

membiasakan mengucapkan salam dan mengetuk pintu saat bertamu. Adanya

pembiasaan baik pada anak di setiap lingkungan, maka terbentuklah karakter anak.

d. Banyak motivasi

Motivasi jika diarahkan kepada hal yang baik akan membentuk anak atau

seorang individu memiliki karakter yang baik. (Helmawati, 2017:30). Jika anak

diberi motivasi lebih oleh orang tua ataupun guru, maka anak akan semangat dalam

mengerjakan sesuatu. Semakin banyak motivasi yang diberikan untuk

mengembangkan potensinya, semakin semangat pula anak untuk mengubah dirinya

menjadi individu yang lebih baik. Hal tersebut menjadikan anak mempunyai

karakter yang lebih tanggung dan berakhlak mulia.

e. Pengawasan dan penegakan aturan yang konsisten

Helmawati (2017:31) menjelaskan bahwa agar seseorang tetap menjadi

orang atau individu yang lurus dan benar, perlu ada pengawasan dan penegakan

aturan. Guru dan orang tua perlu memberikan pengawasan kepada anak-anak agar

tetap berperilaku baik dan benar. Apabila anak-anak melakukan hal-hal yang

menyimpang, guru maupun orang tua dapat membimbing dan memberikan sanksi.

Hal itu diterapkan kepada anak-anak yang berperilaku menyimpang agar mereka

bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Adanya pengawasan dan penegakan

aturan yang konsisten, diharapkan dapat menjaga anak agar tetap mempunyai

karakter yang baik.

2.1.5 Pentingnya Nilai Karakter untuk Siswa Sekolah Dasar

Ancaman hilangnya nilai karakter di era digital semakin nyata. Fenomena

tersebut terjadi ketika banyak orang yang menyalahgunakan penggunaan teknologi.

Arifin & Bernawi (2012:16) menjelaskan bahwa dampak merosotnya karakter yaitu

berpotensi bermasalah dengan hukum, terlibat kekerasan, hilangnya percaya diri,

menjadi individu yang tidak jelas dan tidak memiliki karakter.

Oleh karena itu, penanaman nilai karakter perlu dilakukan sejak usia

Sekolah Dasar bahkan mulai dari usia dini. Sebagaimana yang dijelaskan oleh

Mustadi (2011:6) bahwa mengingat pentingnya penanaman karakter usia di

Sekolah Dasar dan mengingat usia Sekolah Dasar merupakan masa awal

Page 17: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

17

pembentukan diri, maka penanaman karakter yang baik di usia Sekolah Dasar

merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Penanaman nilai karakter pada

siswa Sekolah Dasar dapat dilakukan melalui pelaksanaan pendidikan karakter di

sekolah, rumah maupun masyarakat.

Pendidikan karakter dilakukan secara konsisten agar kualitas generasi

penerus bangsa mengalami peningkatan. Hasil penanaman karakter pada siswa

Sekolah Dasar tidak dapat terbentuk secara instan, namun akan terlihat pada

perilaku sehari-hari di tahun-tahun berikutnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh

Nurfalah (2016) bahwa pendidikan karakter sangat penting untuk

diimplementasikan sebagai upaya pembentukan insan kamil yang memiliki

kepekaan sosial, akhlak mulia dan mampu berperan aktif dalam mewujudkan

masyarakat yang damai dan kondusif, serta bangsa yang maju dan bermartabat.

2.1.6 Pengertian Permainan

Permainan adalah situasi bermain yang berkaitan dengan aturan dan tujuan

tertentu, dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam bermain terdapat kegiatan

yang terikat dengan aturan untuk mencapai tujuan tertentu (Nur, 2013). Wijayanti

(2014) berpendapat bahwa permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi yang

menyenangkan, mengisi waktu senggang atau berolahraga ringan. Menurut Piaget,

permainan dapat membentuk konsep keterampilan dan kognisi anak serta

mengembangkan kognisi tersebut (Yudiwinata dan Handoyo, 2014).

Uraian di atas membuktikan bahwa permainan memiliki peran yang dapat

menumbuhkan kreatifitas, kecerdasan, keterampilan berbicara anak dan proses

interaksi dengan orang lain. Permainan digolongkan menjadi permainan tradisional

dan permainan modern. Permainan tradisional dimainkan secara turun temurun

sejak zaman dahulu, sedangkan permainan modern mulai dimainkan setelah abad

ke-20 dimana menggunakan alat berteknologi seperti handphone, gadget, laptop

dan komputer.

2.1.7 Jenis-Jenis Permainan

Driyarkara (2006) berpendapat bahwa permainan dibagi menjadi dua yaitu :

Page 18: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

18

a. Permainan kecil

Permainan kecil yaitu suatu bentuk permainan yang tidak mempunyai

peraturan yang baku, baik mengenai peraturan permainannya, pemimpin

permainan, media yang digunakan, ukuran lapangan maupun durasi

permainannya (Blegur & Wasak, 2018). Driyarkara (2006) menjelaskan

permainan kecil ada dua macam yaitu :

1) Permainan kecil tanpa alat, diantaranya lari bolak-balik, menjala ikan,

kucing dan tikus, gobak sodor dan lain-lain.

2) Permainan kecil dengan alat, diantaranya lari bolak-balik sambil

memindahkan benda, main tali, kasti, rounders dan lain-lain.

b. Permainan besar

Hartati (dalam Blegur & Wasak, 2018) mengemukakan bahwa permainan

besar memiliki peraturan permainan yang baku (standar), induk organisasi

resmi dan menggunakan media yang standar. Driyarkara (2006) menjelaskan

permainan besar ada dua macam yaitu :

1) Permainan besar dengan bola kecil, diantaranya tenis meja, bulutangkis,

golf, base ball, soft ball dan lain-lain.

2) Permainan besar dengan bola besar, diantaranya bola voli, bola basket,

sepakbola, polo air, bola tangan dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan di atas, permainan tradisional termasuk permainan

kecil. Hal tersebut dikarenakan permainan tradisional tidak mempunyai peraturan

tertentu, baik peraturan tentang pemimpin permainan, medianya, ukuran lapangan

dan durasi pelaksanaan permainan.

2.1.8 Pengertian Permainan Tradisional

Permainan tradisional merupakan suatu aktivitas permainan yang tumbuh

dan berkembang di suatu daerah, yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan tata nilai

kehidupan masyarakat dan diajarkan secara turun-temurun dari satu generasi ke

generasi selanjutnya (Kurniati, 2016). Permainan tradisional telah berkembang

sejak zaman dahulu sebagai warisan untuk generasi berikutnya. Setiap daerah di

Indonesia mempunyai permainan tradisional dengan sebutan yang berbeda-beda.

Page 19: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

19

Menurut Wijayanti (2014), permainan tradisional merupakan kegiatan bermain

yang dilakukan anak-anak yang berasal dari budaya Indonesia. Permainan

tradisional dimainkan anak-anak secara berkelompok dengan saling bekerja sama

untuk mencapai tujuan permainan. Namun, tidak semua jenis permainan tradisional

dapat dimainkan oleh anak semua usia.

Permainan tradisional merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang

beragam (Sukmayadi, 2016). Warisan budaya ini menunjukkan ciri khas dan

karakter suatu masyarakat. Selain itu, permainan tradisional juga sebagai alat untuk

memelihara hubungan dan kenyamanan sosial. Berdasarkan pengertian di atas,

dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional adalah permainan yang sudah ada

sejak zaman dahulu dan diwariskan secara turun temurun kepada generasi

selanjutnya. Permainan tradisional dapat dimainkan dengan menggunakan alat

bantu maupun tidak. Alat bantu permainan tersebut berupa benda sekitar, bambu,

kayu, batok dan lainnya, sehingga tidak memerlukan biaya yang besar untuk

memainkannya. Anak-anak biasanya memainkan permainan tradisional di lapangan

yang luas.

2.1.7 Pengertian Permainan Tradisional Bentengan

Setiap daerah memiliki berbagai jenis permainan tradisional dengan sebutan

yang berbeda-beda dengan daerah lainnya. Jenis-jenis permainan tradisional

diantaranya yaitu gobak sodor, engklek, congklak, benthik, balap karung, ular naga,

egrang, gasing, petak umpet, lompat tali, tarik tambang, bekelan dan yang lainnya.

Salah satu jenis permainan tradisional adalah permainan bentengan. Menurut

Mulyani (2013:22), bentengan adalah permainan yang membutuhkan ketangkasan,

kecepatan berlari dan strategi yang jitu. Efendi, dkk (2017) mengemukakan

permainan tradisional bentengan merupakan permainan yang merebut benteng

lawan sekaligus mempertahankan benteng kelompok.

Permainan ini dilakukan oleh dua tim yang jumlahnya seimbang. Setiap

kelompok terdiri dari 8-16 pemain yang dapat dilakukan oleh laki-laki maupun

perempuan. Tujuan permainan ini yaitu pemain dituntut untuk menyerang dan

mengambil alih benteng lawan sekaligus menjaga bentengnya sendiri.

Page 20: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

20

Benteng/markas yang digunakan untuk permainan bentengan dapat berupa tiang,

pohon, pilar rumah, tongkat kayu dan lainnya. Permainan bentengan dapat

dilakukan di lapangan, halaman rumah, pantai atau di dalam ruangan yang luas.

Bentuk lapangan permainan tradisional bentengan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Bentuk Lapangan Permainan Tradisional Bentengan

2.1.8 Cara Bermain Permainan Tradisional Bentengan

Sururiyah (2019:22) mengemukakan aturan dan cara bermain permainan

bentengan cukup mudah yaitu :

a. Membagi pemain menjadi dua tim dengan masing-masing tim berjumlah 4

sampai 8 pemain.

b. Setiap tim menyepakati daerah aman dan tempat pemain yang

tertangkap/tertawan terlebih dahulu, letaknya di sekitar benteng masing-

masing.

c. Permainan dimulai dengan salah satu pemain yang keluar dari bentengnya.

d. Pemain dari tim lawan mengejar untuk menyentuh pemain tersebut. Untuk

menghindari sentuhan dari tim lawan, pemain harus sering kembali dan

menyentuh bentengnya.

Benteng

Tempat tawanan/penjara

Page 21: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

21

e. Pemain harus sering kembali dan menyentuh bentengnya karena peran

“penangkap/penawan” dan “tawanan” ditentukan berdasarkan waktu

terakhir menyentuh benteng.

f. Pemain berperan menjadi penangkap/penawan ketika pemain tersebut

paling dekat waktunya dalam menyentuh benteng. Pemain yang tersentuh,

otomatis menjadi tawanan di benteng lawan.

g. Pemain lain yang satu anggota dengan tawanan dapat menyelamatkannya.

Caranya yaitu dengan mendatangi tim lawan untuk menyentuh tawanan

tersebut. Pemain juga harus waspada agar tidak tersentuh oleh tim lawan.

h. Pemenang ditentukan pada tim yang pemainnya dapat menyentuh tiang,

pohon atau pilar tim lawan dan meneriakkan kata “benteng!”.

Setiap tim dapat menerapkan strategi dalam memenangkan permainan.

Adapun strategi yang diterapkan seperti membagi pemain menjadi penyerang,

mata-mata, pengganggu dan penjaga benteng (Sururiyah, 2019). Tugas dari

penyerang yaitu mencari celah untuk menyentuh benteng lawan, tugas dari mata-

mata yaitu mencari lawan yang telah lama tidak menyentuh benteng, tugas dari

pengganggu yaitu memancing lawan untuk keluar dari daerah aman, sedangkan

tugas dari penjaga benteng yaitu menjaga benteng tim agar tidak tersentuh oleh

lawan.

2.1.8 Manfaat Permainan Tradisional Bentengan

Permainan tradisional dikenal sebagai identitas bangsa, anak-anak pada

zaman sekarang dapat melestarikan agar tidak punah dan dilupakan. Selain itu,

Misbach (2006) mengungkapkan bahwa permainan tradisional mempunyai manfaat

untuk mengoptimalkan perkembangan anak dari berbagai aspek, seperti :

a. Aspek motorik. Aspek ini dapat melatih daya tahan, daya lentur,

sensorimotorik, motorik kasar dan motorik halus.

b. Aspek kognitif. Aspek ini dapat mengembangkan imajinasi, kreatifitas,

problem solving, strategi, antisipatif dan pemahaman kontekstual.

c. Aspek emosi. Aspek ini dapat mengasah empati, pengendalian diri dan

kontrol emosi.

Page 22: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

22

d. Aspek bahasa. Aspek ini dapat mengembangkan pemahaman konsep-

konsep nilai.

e. Aspek sosial. Aspek ini dapat menjalin relasi, kerja sama, melatih

kematangan sosial dan teman sebaya, serta meletakkan pondasi untuk

melatih keterampilan sosialisasi berlatih peran dengan masyarakat.

f. Aspek spiritual. Aspek ini dapat mendorong anak untuk menyadari

keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat agung (transcendental).

g. Aspek ekologis. Aspek ini dapat memfasilitasi anak untuk dapat

memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana.

h. Aspek nilai-nilai/moral. Aspek ini dapat memfasilitasi anak untuk

menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi terdahulu

kepada generasi berikutnya.

Adapun manfaat permainan bentengan selain menyenangkan dan

menyehatkan yaitu dapat melatih kecepatan, kelincahan dan ketangkasan anak

dalam berlari, dapat memupuk kerjasama antar kelompok, dapat melatih daya tahan

dan kekuatan tubuh karena dalam permainan ini anak dituntut untuk terus berlari

menangkap lawannya. Menurut Sururiyah (2019:23) menjelaskan jika dilihat dari

aspek afektif atau sikap, permainan bentengan mengajarkan supaya kita lebih

menumbuhkan sikap tolong menolong. Selain itu, permainan bentengan juga dapat

melatih jiwa sportivitas dengan mau mengakui kekalahan dan kemenangan.

Khosasi, dkk (2018) mengemukakan bahwa permainan bentengan

mempunyai beberapa manfaat diantaranya yaitu :

Manfaat moral dari permainan bentengan yaitu melatih minat anak untuk

saling kerjasama dalam anggota kelompok, taat pada aturan yang berlaku.

Manfaat sosial emosional dari permainan bentengan yaitu anak mampu

berinteraksi baik dalam kelompok maupun dengan kelompok lawan,

mampu menyusun rencana bersama anggota kelompok untuk

memenangkan permainan, belajar berorganisasi dengan membagi peran

dalam permainan dan berpikir bersama serta belajar untuk menjaga

temannya dari serangan lawan. Manfaat gerak motorik permainan

bentengan adalah anak melatih motorik kasar dengan berlari dan

ketangkasan terlatih dengan menghindar dan menyerang kelompok lawan.

Page 23: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

23

2.1.9 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Jean Piaget (dalam Amrah, 2013) menjelaskan bahwa usia anak usia

Sekolah Dasar yaitu 7-11/12 tahun termasuk dalam tahap operasional konkret. Ada

empat tahapan perkembangan anak menurut Piaget, yakni :

a. Intelegensia sensimotor (masa lahir sampai 2 tahun)

Anak memeroleh pengetahuan melalui interaksi fisik dengan orang maupun

benda, seperti menggenggam dan menghisap.

b. Pemikiran pra operasional ( 2-7 tahun)

Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk mempresentasikan dunia

(lingkungan) secara kognitif, seperti kata-kata, bilangan dan kegiatan.

c. Operasional konkret (7-11 tahun)

Anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan

yang mereka miliki, seperti menambah, mengurangi dan mengubah. Anak

dapat memecahkan masalah konkret dengan berpikir secara logis.

d. Operasional formal (11 – 15 tahun)

Anak sudah dapat berhubungan dengan peristiwa yang abstrak maupun

konkret. Anak dapat memecahkan masalah dengan berpikir secara abstrak

melalui pengujian semua alternatif yang ada.

Fase perkembangan individu terdiri dari masa usia pra sekolah, masa usia

sekolah dasar, masa usia sekolah menengah dan masa usia mahasiswa (Yusuf,

2011:23). Yusuf (2011:24-25) menjelaskan bahwa masa usia Sekolah Dasar dibagi

menjadi dua fase yaitu :

a. Masa kelas rendah Sekolah Dasar, berusia sekitar 6 atau 7 tahun sampai usia

9 atau 10 tahun. Pada umumnya siswa kelas rendah berada pada kelas 1-3.

Adapun sifat khas siswa kelas rendah Sekolah Dasar yaitu :

1) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan

prestasi (apabila prestasinya sehat maka banyak prestasi yang akan

diraih).

2) Sikap tunduk pada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.

3) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.

4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.

5) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu tidak

dianggap tidak penting.

6) Pada masa ini (terutama 6-8 tahun) anak menghendaki nilai (angka rapor)

yang baik.

Page 24: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

24

b. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar, berusia sekitar 9 atau 10 tahun sampai usia

12 atau 13 tahun. Pada umumnya siswa kelas tinggi berada pada kelas 4-6.

Adapun sifat khas siswa kelas tinggi Sekolah Dasar yaitu :

1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.

2) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.

3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata

pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan

sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor (bakat-bakat khusus).

4) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-

orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi

keinginannya.

5) Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang

tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.

6) Anak-anak usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk

dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya anak tidak

lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional (yang sudah ada),

mereka membuat peraturan sendiri.

Berdasarkan teori-teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar adalah anak sekolah dengan

usia 7-11/12 tahun, dimana pada usia tersebut sudah mampu berpikir logis dan

mampu memecahkan masalah konkret serta lebih berisiniatif. Selain itu, siswa

Sekolah Dasar mempunyai salah satu sifat khas yaitu sangat gemar bermain dan

menaati peraturan pada permainan.

2.2 Penelitian Relevan

Berikut hasil penelitian relevan yang memperkuat peneliti untuk melakukan

penelitian ini diantaranya yaitu :

a. Zulaeni, dkk (2019) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Nilai

Karakter Disiplin Melalui Permainan Tradisional Boin-Boin di TK Kartini

Dempet Kelas A Tahun Ajaran 2018/2019” yang dipublikasikan dalam

Jurnal PAUDIA Volume 8 Nomor 2 Tahun 2019. Penelitian tersebut

mendapatkan hasil bahwa dalam permainan tradisional boin-boin

terinternalisasi tujuh nilai karakter yaitu nilai religius, nilai rasa ingin tahu,

nilai jujur, nilai tanggungjawab, nilai kerja keras, nilai peduli sosial dan

cinta damai.

Page 25: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

25

b. Susilawati, dkk (2018) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Permainan Tradisional Bentengan terhadap Peningkatan Interaksi Sosial

pada Siswa Kelas 3 di Sekolah Dasar Negeri Kunciran 9 Tangerang Tahun

2017” yang dipublikasikan dalam Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro

Volume 2 Nomor 2 Tahun 2018. Penelitian tersebut mendapatkan hasil

bahwa terdapat pengaruh permainan tradisional bentengan terhadap

peningkatan interaksi sosial pada siswa kelas 3.

c. Rejeki, dkk (2018) melakukan penelitian yang berjudul “Permainan

Tradisional Kadende Sorong dalam Membentuk Karakter Anak di Sekolah

Dasar” yang dipublikasikan dalam Tadulako Journal Sport Sciences and

Physical Education Volume 6 Nomor 1 Tahun 2018. Penelitian tersebut

mendapatkan hasil bahwa terdapat nilai-nilai karakter pada permainan

tradisional kadende sorong diantaranya yaitu nilai kedisiplinan, nilai

ketangkasan, nilai sosial, nilai kesehatan, nilai kerjasama, nilai kerukunan,

nilai kreatifitas dan nilai pengaturan strategi.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa terdapat nilai-nilai

karakter yang berbeda pada setiap permainan tradisional untuk membentuk dan

memengaruhi karakter anak di sekolah. Penelitian di atas digunakan untuk

memperkuat penelitian ini yang berjudul “Analisis Nilai-Nilai Karakter Permainan

Tradisional Bentengan pada Siswa Sekolah Dasar”.

Penelitian-penelitian yang relevan juga mempunyai persamaan dan

perbedaan. Persamaan dan perbedaan penelitian relevan pada penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan

Judul Nama Peneliti Tahun Persamaan Perbedaan

Analisis

Nilai

Karakter

Disiplin

Melalui

Permainan

Tradisional

Boin-Boin

di TK

Zulaeni, dkk 2019 Sama-sama

menggunakan

metode penelitian

deskriptif

kualitatif

Penelitian yang

dilakukan Zulaeni,

dkk meneliti tentang

nilai karakter disiplin

melalui permainan

tradisional boin-boin,

sedangkan peneliti

meneliti tentang nilai-

nilai karakter

Page 26: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

26

Lanjutan Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Relevan

Kartini

Dempet

Kelas A

Tahun

Ajaran

2018/2019

permainan tradisional

bentengan

Pengaruh

Permainan

Tradisional

Bentengan

Terhadap

Peningkatan

Interaksi

Sosial Pada

Siswa Kelas

3 di Sekolah

Dasar

Negeri

Kunciran 9

Tangerang

Tahun 2017

Susilawati, dkk 2018 Sama-sama

meneliti tentang

permainan

tradisional

bentengan

Penelitian yang

dilakukan

Susilawati, dkk

menggunakan

metode mixed

methods, sedangkan

peneliti

menggunakan

metode penelitian

deskriptif kualitatif.

Permainan

Tradisional

Kadende

Sorong

dalam

Membentuk

Karakter

Anak di

Sekolah

Dasar

Rejeki, dkk 2018 Sama-sama

menggunakan

metode penelitian

deskriptif

kualitatif

Penelitian yang

dilakukan oleh

Rejeki, dkk meneliti

tentang nilai-nilai

yang terdapat pada

permainan

tradisional kadende

sorong, sedangkan

peneliti meneliti

tentang nilai-nilai

karakter yang

terdapat pada

permainan

tradisional bentengan

2.2 Kerangka Teori

Berdasarkan uraian teori di atas, disusun kerangka teori dimana berisi

ringkasan teori yang digunakan peneliti. Kerangka teori pada penelitian ini dapat

dilihat pada Gambar 2.2.

Page 27: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

27

Gambar 2.2 Kerangka Teori

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian di atas, didapatkan pokok pemikiran bahwa penggunaan

permainan tradisional pada anak-anak usia Sekolah Dasar di Desa Trangkil RT 3

RW 3 belum optimal karena adanya kemajuan teknologi, sehingga dapat

Kemendiknas (dalam Wibowo, 2012),

nilai-nilai karakter yaitu religius, jujur,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,

mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

nasionalisme, cinta tanah air, menghargai

prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar

membaca, peduli lingkungan , peduli

sosial dan tanggung jawab.

Mulyani (2013:22) menyatakan

bahwa permainan tradisional

bentengan merupakan permainan

yang membutuhkan ketangkasan,

kecepatan berlari dan strategi

yang jitu.

Listyono (2012) menyatakan bahwa

karakter merupakan perwatakan

yang tergambar dan tertanam dalam

diri seseorang serta membedakannya

dengan orang lain.

Kurniati (2016) menyatakan bahwa

permainan tradisional merupakan

sebuah aktivitas permainan yang

berkembang di suatu daerah, yang

sarat dengan nilai-nilai budaya dan

diajarkan secara turun temurun dari

satu generasi ke generasi berikutnya.

INDIKATOR

NILAI KARAKTER

Sulastri (2018:11), nilai merupakan

sesuatu yang dipandang baik,

bermanfaat dan paling benar

menurut keyakinan seseorang atau

sekelompok orang.

NILAI KARAKTER PERMAINAN

TRADISIONAL

Wijayanti (2014) menyatakan bahwa

permainan merupakan sebuah

aktivitas rekreasi yang

menyenangkan, mengisi waktu

senggang atau berolahraga ringan.

PERMAINAN

TRADISIONAL

BENTENGAN

Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam

permainan tradisional bentengan

Page 28: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

28

mempengaruhi karakter anak. Hal ini terlihat pada anak-anak yang lebih sering

bermain permainan modern seperti Free Fire, Mobile Legends, PUBG Mobile di

rumah masing-masing. Mereka mulai meninggalkan permainan tradisional. Anak-

anak yang kecanduan permainan modern cenderung bersikap individualis dan

komunikasi dengan temannya kurang. Anak-anak kebanyakan tidak mengetahui

jenis-jenis permainan tradisional dan cara bermainnya. Selain itu, anak-anak juga

belum mengetahui bahwa permainan tradisional terkandung banyak nilai-nilai

karakter yang dapat memengaruhi perkembangan karakter mereka kelak.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memperbaiki krisis penurunan karakter

dengan menganalisis nilai-nilai karakter dalam permainan tradisional bentengan

dan menerapkannya pada siswa Sekolah Dasar. Adanya penelitian ini dapat

membantu anak untuk memahami permainan tradisional bentengan dan menjadi

pribadi yang berkarakter baik di masa depan serta dapat membantu orang tua agar

tidak salah memilih permainan untuk anaknya. Alur kerangka berpikir dalam

pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Krisis penurunan karakter

Permainan tradisional mulai ditinggalkan

Analisis Nilai-Nilai Karakter Permainan Tradisional Bentengan

Ditemukan nilai-nilai karakter yang muncul :

Jujur, toleransi, kerja keras, kerjasama, komunikatif,

peduli sosial dan tanggung jawab

Page 29: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Desa Trangkil RT 3 RW 3, Kecamatan

Trangkil, Kabupaten Pati. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena terdapat

anak usia Sekolah Dasar di Desa Trangkil RT 3 RW 3 yang sudah jarang bermain

permainan tradisional khususnya permainan tradisional bentengan. Anak-anak

lebih sering bermain game di gadget, menonton video di tiktok maupun di youtube.

Bahkan beberapa anak ada yang belum mengenal permainan tradisional bentengan

baik aturan dan bagaimana cara bermainnya. Penelitian dilakukan selama kurang

lebih tiga bulan yaitu Mei hingga Juli 2021. Pada jangka waktu tersebut peneliti

melakukan observasi pendahuluan, penelitian di lapangan, pengolahan data dan

penyusunan laporan penelitian.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode

penelitian kualitatif merupakan metode penelitian digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci dan hasil

penelitiannya lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2019:18).

Penelitian ini memuat fenomena mengenai nilai-nilai karakter pada permainan

tradisional bentengan, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek

apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa

dijelaskan berupa data (Setyosari, 2010:33). Penelitian ini termasuk penelitian

deskriptif karena bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai karakter permainan

tradisional bentengan pada siswa Sekolah Dasar yang ada di Desa Trangkil RT 3

RW 3, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati.

Page 30: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

30

3.3 Peranan Peneliti

Peneliti mempunyai peranan sebagai instrumen sekaligus pengumpul data.

Peranan peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat partisipan. Peneliti

mengamati semua aktivitas siswa Sekolah Dasar di Desa Trangkil RT 3 RW 3

dalam bermain permainan tradisional bentengan. Peneliti mengamati siswa Sekolah

Dasar dengan cara ikut hadir di tempat penelitian dan melakukan aktivitas mulai

dari observasi, pengumpulan data hingga pengambilan data.

3.4 Data dan Sumber Data

3.4.1 Data

Penelitian ini mengumpulkan data kualitatif secara lisan maupun tertulis

yang berupa hasil wawancara mendalam kepada informan, hasil observasi dan hasil

dokumentasi. Peneliti mengumpulkan data juga memeroleh dari berbagai teori atau

pendapat para ahli.

3.4.2 Sumber Data

Sugiyono (2019:296) menjelaskan bahwa sumber data terbagi menjadi dua

macam yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah sumber

data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sumber

data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen. Penelitian ini terdapat

sumber data primer dan sumber data sekunder yang didapatkan melalui observasi,

wawancara dan dokumentasi.

Sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu :

a. Sumber data primer

1) Siswa SD di Desa Trangkil RT 3 RW 3, Kecamatan Trangkil, Kabupaten

Pati. Siswa SD tersebut berjumlah 6 anak, dimana terdiri dari 4 anak

berusia 9 tahun dan 2 anak berusia 10 tahun. Kategori informan yaitu

siswa kelas tinggi Sekolah Dasar yang berusia 9 tahun sampai 12 tahun,

hal ini dikarenakan pada usia tersebut anak masih senang bermain dan

dapat membentuk sebuah kelompok sebaya untuk diajak bermain

Page 31: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

31

bersama, sehingga anak-anak tersebut mampu memainkan permainan

bentengan secara bersama-sama.

2) Ahli karakter dan ahli permainan tradisional yang paling tahu tentang

apa yang peneliti harapkan, sehingga memudahkan peneliti untuk

mendapatkan hasil yang relevan.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder berasal dari dokumentasi penelitian berupa foto-foto

yang mendukung penelitian ini. Selain itu, data pendukung lainnya berupa

buku-buku yang membahas tentang nilai karakter dan permainan tradisional

bentengan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Sugiyono (2019:296) berpendapat bahwa teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan penelitian

adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dilakukan secara langsung dan

sebanyak-banyaknya supaya penelitian ini mendapatkan hasil sesuai harapan.

Sugiyono (2019:295) juga mengemukakan bahwa pada penelitian kualitatif,

peneliti merupakan instrumen utama.

Awalnya permasalahan belum jelas dan pasti, oleh karena itu yang menjadi

instrumen yaitu peneliti sendiri. Namun, setelah fokus penelitian menjadi jelas,

kemungkinan akan dikembangkan menjadi instrumen penelitian sederhana.

Harapannya dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah

ditemukan melalui observasi dan wawancara. Teknik pengumpulan data dan

instrument penelitian yang akan digunakan peneliti yaitu sebagai berikut.

a. Observasi dan Lembar Observasi

Sukmadinata (2013:220) mengemukakan bahwa observasi merupakan

teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung. Peneliti akan melakukan observasi partisipatif, dimana

peneliti terlibat dengan jalannya kegiatan orang yang sedang diamati. Observasi

dilakukan sampai pengambilan data jenuh. Peneliti mengamati kegiatan anak-anak

saat bermain permainan tradisional bentengan dan nilai-nilai karakter yang muncul.

Page 32: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

32

Selain itu, mencakup sebagian kegiatan anak-anak di Desa Trangkil RT 3 RW 3

Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati. Instrumen penelitian ini yaitu lembar

observasi yang berisi proses pengamatan penelitian di desa tersebut yang berbentuk

deskripsi berupa nilai-nilai yang muncul dalam permainan tradisional bentengan

pada siswa Sekolah Dasar.

b. Wawancara dan Pedoman Wawancara

Wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data untuk

mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden (Fitrah

& Luthfiyah, 2017:65). Sugiyono (2019:305) berpendapat bahwa wawancara

dibagi menjadi tiga jenis yaitu :

1) Wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan secara terencana

dengan menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan

tertulis dan alternatif jawaban.

2) Wawancara semi terstruktur, bertujuan untuk menemukan masalah secara

terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-

idenya;

3) Wawancara tak terstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan secara bebas,

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman-pedoman wawancara yang

disusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data.

Berdasarkan pendapat di atas, penelitian ini menggunakan teknik

wawancara terstruktur dimana peneliti mewawancarai pendapat siswa sekolah

dasar, ahli karakter dan ahli permainan tradisional tentang nilai-nilai karakter dan

permainan tradisional bentengan. Wawancara dilakukan mulai bulan Juni 2021.

Instrumen penelitian ini yaitu pedoman wawancara yang digunakan berisi beberapa

pertanyaan yang akan diajukan kepada informan mengenai nilai-nilai karakter dan

permainan tradisional bentengan. Hal ini dilakukan untuk menggali data tentang

analisis nilai-nilai karakter permainan tradisional bentengan pada siswa Sekolah

Dasar.

c. Dokumentasi

Sidiq (2019:73) berpendapat bahwa dokumentasi merupakan teknik

pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian, namun

melalui dokumen. Teknik ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum Desa

Trangkil Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati, keadaan siswa Sekolah Dasar dan

Page 33: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

33

aktivitas lain yang berkaitan. Peneliti juga mengumpulkan dokumen atau catatan

penting yang berupa foto atau video yang berhubungan tentang nilai-nilai karakter

yang terkandung dalam permainan tradisional bentengan.

3.6 Teknik Keabsahan Data

Penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data triangulasi. Moloeng

(2012:330) mengemukakan bahwa triangulasi merupakan teknik pemeriksaan

keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi ada

empat macam diantaranya yaitu teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori (Moloeng, 2012:330).

Penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data triangulasi sumber dan

triangulasi metode. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam kualitatif (Moloeng, 2012:330). Peneliti dalam penelitian ini

membandingkan hasil wawancara masing-masing informan sebagai pembanding

untuk mengecek kebenaran mengenai informasi tersebut.

Moloeng (2012:330) menjelaskan bahwa triangulasi metode mempunyai dua

strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa

teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber

data dengan metode yang sama. Penelitian ini menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi untuk melakukan

pengecekan derajat hasil penelitian. Adanya triangulasi metode yang dilakukan

dalam penelitian ini, derajat kepercayaan data dapat dikatakan valid.

2.4 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam pola, memilah mana yang penting dan yang

akan dipelajari, membuat kesimpulan yang mudah dipahami oleh diri sendiri serta

orang lain (Sugiyono, 2019:320).

Page 34: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

34

Miles dan Huberman menjelaskan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas hingga datanya sudah jenuh (Sugiyono, 2019:321). Tahapan analisis data

pada penelitian kualitatif ada empat yaitu :

a. Pengumpulan data (data collection)

Pengumpulan data adalah kegiatan yang paling utama dalam setiap

penelitian. Penelitian ini dalam mengumpulkan data dengan observasi partisipatif,

wawancara terstruktur dan dokumentasi. Semua yang dilihat dan didengar pada

tahap melakukan penjelajahan secara umum terhadap objek harus direkam,

sehingga peneliti akan mendapatkan variasi data yang banyak.

b. Reduksi data (data reduction)

Sugiyono (2019:323) menjelaskan bahwa mereduksi data merupakan

kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting serta mencari tema dan polanya. Maka dari itu, data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk

mengumpulkan data selanjutnya.

c. Penyajian data (data display)

Langkah berikutnya yaitu menyajikan data. Tahapan penyajian data dalam

penelitian ini dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori dan sebagainya. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks

yang bersifat naratif (Sugiyono, 2019:325).

d. Verifikasi atau penyimpulan (conclusion drawing)

Miles dan Huberman mengemukakan bahwa langkah keempat dalam

analisis data kualitatif yaitu adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan (Sugiyono,

2019:329). Penyimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, namun

jika penyimpulan awal yang dikemukakan didukung oleh bukti-bukti yang valid

dan konsisten, maka data yang disimpulkan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Page 35: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

35

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Y., Hastuti, W., & Karmila, A. 2016. Lego (Puzzle Bingo) Games :

Media Edukatif Berbasis Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Sekolah

Dasar dalam Mewujudkan Generasi Indonesia Emas. Jurnal PENA, 2(1),

296-307.

Aeni, A. N. 2014. Pendidikan Karakter untuk Siswa SD dalam Perspektif Islam.

Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), 50-58.

Amrah, A. 2013. Perkembangan Moral Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Publikasi

Pendidikan, 3(1), 20-25.

Astuti, N. P. E. 2020. Permainan Tradisional Kancing Gumi dalam Tinjauan

Pendidikan Karakter (Studi Kualitatif pada Siswa SDN 1 Buahan, Tabanan

Bali). Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran,

10(1), 63-71.

Barnawi & Arifin, M. 2012. Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan

Karakter. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Blegur, J., & Wasak, M. R. P. 2018. Permainan Kecil: Teori dan Aplikasi. Kupang:

Jusuf Aryani Learning.

Efendi, D. I., & Ekayati, I. A. S. 2017. Pengaruh Permainan Tradisional Bentengan

Terhadap Kemampuan Fisik Motorik Anak Usia Dini. Pros. SNasPPM,

1(1), 28-32.

Fitrah, M. M & Luthfiyah. 2017. Metodologi Penelitian Penelitian Kualitatif

Tindakan Kelas & Studi Kasus. Sukabumi: Jejak.

Fitria, H., Kristiawan, M., & Rasyid, A. 2019. The Educational Character on

Instruction. Opción, 35, 964-979.

Helmawati. 2017. Pendidikan Karakter Sehari-hari. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hidayati, Abna. 2016. Desain Kurikulum Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana.

Idris, M. 2018. Pendidikan Karakter: Perspektif Islam dan Thomas Lickona. Ta’dibi

Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 7(1), 77-102.

Kemendikbud. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia, [online],

(kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nilai, diakses tanggal 12 Desember 2020).

Kemendikbud. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia, [online],

(kbbi.kemdikbud.go.id/entri/karakter, diakses tanggal 15 Desember 2020).

Komara, Indra. 2019. Viral Siswa Bully Guru Perempuan di SMP Jakut Disdik Beri

Pembinaan, [online], (https://news.detik.com/berita/d-4484228/viral-

siswa-bully-guru-perempuan-di-smp-jakut-disdik-beri-pembinaan, diakses

tanggal 3 November 2020).

Page 36: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

36

Kurniati, Euis. 2011. Program Bimbingan Untuk Mengembangkan Keterampilan

Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional. Pedagogia Jurnal Ilmu

Pendidikan, 4, 97-114.

Listyono. 2012. Pendidikan Karakter dan Pendekatan SETS (Science Environment

Technology and Society) dalam Perencanaan Pembelajaran Sains. Jurnal

Phenomenon, 2(1), 95-107.

Misbach, I. H. 2006. Peran Permainan Tradisional yang Bermuatan Edukatif dalam

Menyumbang Pembentukan Karakter dan Identitas Bangsa. Laporan

Penelitian.

Moloeng, L. J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyani, Sri. 2013. 45 Permainan Tradisional Anak Indonesia. Yogyakarta:

Langensari Publishing.

Narwanti, Sri. 2014. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Relasi Inti Media Group.

Nopitasari. 2019. Nilai-Nilai Desa yang Harus Kita Pelihara Sosial Moral Agama.

Yogyakarta: Hijaz Pustaka Mandiri.

Nugrahastuti, E., dkk. 2016. Nilai-Nilai Karakter Pada Permainan Tradisional. In

Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pendidikan, 265-273. Universitas

Negeri Sebelas Maret.

Nur, H. 2013. Membangun karakter anak melalui permainan anak tradisional.

Jurnal Pendidikan Karakter, 3(1), 87-94.

Nurastuti, M. F., Karini, S.M., & Yuliadi, I. 2015. Pengaruh Permainan Tradisional

Bentengan Terhadap Interaksi Sosial Anak Asuk di Panti Yatim Hajah

Maryam Kalibeber Wonosobo. Wacana, 7(2).

Nurfalah, Y. 2016. Urgensi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter. Tribakti: Jurnal

Pemikiran Keislaman, 27(1), 170-187.

Rejeki, H. S., & Ardiansyah, A. 2018. Permainan Tradisional Kadende Sorong

dalam Membentuk Karakter Anak di Sekolah Dasar. Tadaluko Journal

Sport Sciences and Physical Education, 6(1), 7-14.

Rukiyah, R. 2019. Penanaman Nilai-Nilai Karakter pada Anak Melalui Permainan

Tradisional. Anuva: Jurnal Kajian Budaya, Perpustakaan, dan

Informasi, 3(1), 65-70.

Saputra, T. 2017. Pendidikan Karakter pada Anak Usia 6-12 Tahun. Edukasi Islami:

Jurnal Pendidikan Islam, 2(03).

Setyosari, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:

Pranada Media Group.

Sidiq, U., & Choiri, M. M. 2019. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang

Page 37: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

37

Pendidikan. Ponorogo: Nata Karya.

Sudrajat, Ajat. 2011. Mengapa Pendidikan Karakter?. Jurnal Pendidikan

Karakter, 1(1).

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Sukmayadi, T. 2016. Penguatan Pendidikan Karakter di SD Melalui Permainan

Tradisional. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL “Optimalisasi Active

Learning dan Character Building dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa

di Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), 123-130. Prodi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar dan Prodi Bimbingan dan Konseling.

Sukoco. 2019. Siswa SD Kecanduan Game Online hingga 4 Bulan Bolos Sekolah,

[online], (regional.kompas.com/read/2019/11/21/09431731/siswa-sd-

kecanduan-game-online-hingga-4-bulan-bolos-sekolah-nenek-bangunnya,

diakses tanggal 3 November 2020).

Sulastri. 2018. Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kimia. Banda Aceh: Syiah

Kuala University Press.

Sururiyah. 2019. Ayo Lestarikan Permainan Tradisional. Jakarta: Mediantara

Semesta.

Susilawati, E. Meiesyah, N.S.L., & Soerawidjaja, R.A. 2018. Pengaruh Permainan

Tradisional Bentengan Terhadap Peningkatan Interaksi Sosial Pada Siswa

Kelas 3 di Sekolah Dasar Negeri Kunciran 9 Tangerang Tahun 2017. OJS

STIKes IMC Bintaro, 2(2), 129-129.

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja

Rosdayakarya.

Syamsurrijal, A. 2020. Bermain Sambil Belajar: Permainan Tradisional Sebagai

Media Penanaman Nilai Pendidikan Karakter. ZAHRA: Research and

Tought Elementary School of Islam Journal, 1(2), 1-14.

Tesaloka, C., & Munawar, M. 2016. Analisis Nilai Karakter dalam Permainan

Tradisional Kucing Tikus (Studi Deskriptif Analisis di Kelompok A TK IT

Harapan Bunda Semarang). PAUDIA: Jurnal Penelitian dalam Bidang

Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2).

Uno, H. B., & Lamatenggo, N. 2016. Landasan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter, Strategi Membangun Karakter Bangsa

Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wijayanti, Rina. 2014. Permainan Tradisional Sebagai Media Pengembangan

Kemampuan Sosial Anak. Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia

Dini, 5(1).

Page 38: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

38

Yudiwinata, H. P., & Handoyo, P. 2014. Permainan Tradisional dalam Budaya dan

Perkembangan Anak. Paradigma, 02, 1-5.

Yulita, Rizki. 2017. Permainan Tradisional Anak Nusantara. Jakarta: Badan

Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Yusuf, Syamsu. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Zulaeni, S. 2019. Analisis Nilai Karaketer Disiplin Melalui Permianan Tradisional

Boin-Boin di TK Kartini Dempet Kelas A Tahun Ajaran 2018/2019.

PAUDIA: Jurnal Penelitian dalam Bidang Pendidikan Anak Usia Dini,

8(2), 1-9.

Page 39: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

39

LEMBAR OBSERVASI

No. Aspek yang

diamati Hasil Observasi Keterangan

1. Lokasi

2. Kondisi

permainan

tradisional

di lokasi

3. Kondisi

permainan

modern di

lokasi

4. Pelaku

permainan

tradisional

5. Pelaksanaan

permainan

tradisional

6. Pengetahuan

tentang

permainan

tradisional

bentengan

7. Sikap saat

bermain

permainan

tradisional

bentengan

Pati,

Peneliti

MEYRNA PUTRI NUR HARSATI

201733113

user
Sticky Note
Hasil analisis kebutuhannya mana? Tlg lampirkan di lampiran hasil wawancaranya. Berikan bukti autentik degan meminta ttd infromannya
user
Sticky Note
Setiap instrumen didahului dg kisi2, baik itu lembar observasi maupu wawancara
user
Sticky Note
Perjelas lg indikator yg akan diamati dalam lembar observasi ini
user
Sticky Note
Apakah aspek2 ii sudah mampu mengukur rumusan masalah yg diajukan? drmn peneliti mampu menganalisis karakter dalam permainan itu?
user
Sticky Note
yg menganlisis nilai karakter pd permainan ini itu peneliti atau siswa?
Page 40: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

40

PEDOMAN WAWANCARA

Sumber Data : Siswa SD di Desa Trangkil RT 3 RW 3

Indikator Aspek Butir

Nomor

Permainan

Tradisional

Bentengan

Pengertian permainan tradisional 1

Jenis permainan tradisional yang diketahui informan 2

Asal informan mengetahui jenis-jenis permainan

tradisional

3

Permainan tradisional yang dimainkan informan di

rumah dan di sekolah

4,5

Permainan tradisional yang disukai informan 6

Keterlibatan informan dalam bermain permainan

modern dan permainan tradisional

7,8

Pemahaman tentang permainan tradisional bentengan 9,10

Cara bermain permainan tradisional bentengan 11

Perasaan informan setelah bermain permainan

tradisional bentengan

12,13

Nilai-Nilai

Karakter

Pengertian nilai-nilai karakter 14

Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam permainan

tradisional bentengan

15

user
Sticky Note
Cukupkah 2 pertanyaan ini menjawab rumusan masalah yg diajukan?
user
Sticky Note
seharusnya indikator lembar observasi sama dengan indikator wawancara sehingga nanti bisa dikroscekkan data yg diperoleh. mk bisa dilakukan keabsahan data dg cara triangulasi
Page 41: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

41

PEDOMAN WAWANCARA

Sumber Data :

Indikator Aspek Butir

Nomor

Permainan

Tradisional

Bentengan

Pengertian permainan tradisional 1

Jenis permainan tradisional yang diketahui informan 2

Pemahaman tentang permainan tradisional bentengan 3

Cara bermain permainan tradisional bentengan 4

Pelaksanaan permainan tradisional bentengan di Desa

Trangkil

5

Alasan permainan tradisional bentengan ditinggalkan 6

Keunggulan permainan tradisional bentengan jika

dibandingkan permainan modern

7

Pemahaman tentang pentingnya melestarikan

permainan tradisional bentengan

8

Pendapat tentang permainan tradisional bentengan

terkait karakter anak

9

Nilai-Nilai

Karakter

Karakter siswa sekolah dasar di desa Trangkil 10

Pengertian nilai-nilai karakter 11

Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam permainan

tradisional bentengan

12

user
Sticky Note
lebih banyak pertanyaannya lebih baik
Page 42: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

42

PEDOMAN WAWANCARA SISWA SD

Nama :

Alamat :

Hari/Tanggal :

Waktu :

Lokasi :

Daftar Pertanyaan

A. Pedoman Wawancara tentang Permainan Tradisional

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apa yang kamu ketahui tentang

permainan tradisional?

2. Apa saja permainan tradisional

yang kamu ketahui?

3. Darimana kamu tahu tentang

permainan tradisional tersebut?

4. Apa permainan yang kamu

mainkan saat berada di rumah?

5. Apa permainan yang kamu

mainkan saat berada di sekolah?

6. Apa permainan tradisional yang

kamu sukai?

7. Apakah kamu lebih sering

memainkan permainan modern

seperti game mobile dan

playstation atau permainan

tradisional? Mengapa?

8. Seberapa sering kamu bermain

permainan modern?

9. Apakah kamu mengetahui

permainan tradisional bentengan?

10. Pernahkah kamu bermain

permainan tradisional bentengan?

11. Bagaimana cara bermain

permainan tradisional bentengan?

Page 43: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

43

12. Apakah kamu menyukai

permainan tradisional bentengan?

13. Bagaimana perasaan adik setelah

bermain permainan tradisional

bentengan?

B. Pedoman Wawancara tentang Nilai Karakter

14. Apa yang kamu ketahui tentang

nilai karakter?

15. Apa nilai karakter yang

terkandung dalam permainan

tradisional bentengan bagi siswa

sekolah dasar?

KESIMPULAN

Pati,

Narasumber Pewawancara

……………. Meyrna Putri Nur Harsati

NIM. 201733113

Page 44: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

44

PEDOMAN WAWANCARA

Nama :

Alamat :

Hari/Tanggal :

Waktu :

Lokasi :

Daftar Pertanyaan

A. Pedoman Wawancara tentang Permainan Tradisional

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apa yang anda ketahui tentang

permainan tradisional?

2. Apa saja permainan tradisional

yang anda ketahui?

3. Apakah anda mengetahui

permainan tradisional bentengan?

4. Bagaimana cara bermain

permainan tradisional bentengan?

5. Apakah permainan tradisional

khususnya permainan tradisional

bentengan masih dimainkan anak-

anak di Desa Trangkil?

6. Menurut anda, mengapa

permainan tradisional bentengan

mulai ditinggalkan oleh anak-

anak?

7. Menurut anda, apa keunggulan

permainan tradisional bentengan

jika dibandingkan dengan

permainan modern?

8. Menurut anda, pentingkah

melestarikan permainan

tradisional bentengan? Mengapa?

9. Apakah permainan tradisional

bentengan dapat membentuk

karakter anak? Alasannya?

Page 45: PROPOSAL SKRIPSI - admin.ebimta.com

45

B. Pedoman Wawancara tentang Nilai Karakter

10. Bagaimana karakter anak-anak

Sekolah Dasar yang ada di Desa

Trangkil?

11. Apa yang kamu ketahui tentang

nilai karakter?

12. Apa nilai karakter yang

terkandung dalam permainan

tradisional bentengan bagi siswa

sekolah dasar?

KESIMPULAN

Pati,

Narasumber Pewawancara

……………. Meyrna Putri Nur Harsati

NIM. 201733113