PROPOSAL
PROPOSAL
HUBUNGAN ANTARA GIZI KURANG PADA BALITA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT
DIARE DI WILAYAH KERJA UPT. PUSKESMAS SARONGGI KEC. SARONGGI KAB.
SUMENEP
Oleh :
SELLINA RUKMAWATINPM. 711.6.1.0068
PROGARAM STUDI D-III KEBIDANAN FAKULTAS ILMU
KESEHATANUNIVERSITAS WIRARAJASUMENEP2014
PROPOSAL
HUBUNGAN ANTARA GIZI KURANG PADA BALITA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT
DIARE DI WILAYAH KERJA UPT. PUSKESMAS SARONGGI KEC. SARONGGI KAB.
SUMENEP
Oleh :SELLINA RUKMAWATINPM. 711.6.1.0068
PROGARAM STUDI D-III KEBIDANAN FAKULTAS ILMU
KESEHATANUNIVERSITAS WIRARAJASUMENEP2014
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal ini telah disetujui pada Bulan Maret 2014
Oleh:
Pembimbing IPembimbing II
Endang Susilowati, S.ST,MMDian Ika Puspitasari, S.Kep,NsNIDN :
0719095103 NIDN : 0727028401
LEMBAR PENGESAHAN
Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Proposal Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep Program Studi D-III
Kebidanan
Ketua: Endang Susilowati, S.ST, MM( .)Anggota I:Eko Mulyadi,
S.Kep,Ns, M.Kep( .... )Anggota II: Dian Ika Puspitasari, S.Kep, Ns(
. )
MengetahuiKetua Program Studi D-III KebidananFakultas Ilmu
KesehatanUniversitas Wiraraja Sumenep
(Endang Susilowati, S.ST., MM)NIDN : 0719095103
DekanFakultas Ilmu KesehatanUniversitas Wiraraja Sumenep
(dr. S. Susianto, M.Si) NIP:19560404 1985 12 1.001KATA
PENGANTARPuji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala
Rahmat dan KaruniaNya sehingga dapat terselesaikannya Proposal ini
dengan judul Hubungan antara Gizi Kurang pada Balita dengan
Kejadian Penyakit Diare di wilayah kerja UPT. Puskesmas Saronggi
Kec. Saronggi Kab. Sumenep, sebagai salah satu prasyarat dalam
rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Wiraraja Sumenep.Terima kasih dan penghargaan yang
setinggitingginya kami sampaikan kepada yang terhormat :1. Ibu Hj.
Alwiyah, SE, MM selaku Rektor Universitas Wiraraja Sumenep.2. dr.
S. Susianto, M.Si, selaku Dekan beserta staf Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep.3. Endang Susilowati, S.ST,
MM selaku ketua prodi D-III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Wiraraja Sumenep dan sekaligus selaku Pembimbing
Proposal I.4. Dian Ika Puspitasari, S.Kep.Ns selaku Pembimbing
Proposal II yang telah banyak memberikan bimbingan selama
penyusunan Proposal ini.5. Jajaran Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Wiraraja Sumenep dan semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan laporan penelitian ini.6. dr.Anugrah Riska
Rahadi, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep7.
Drg.Nurul Latifa, selaku Kepala Puskesmas Saronggi yang telah
memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Kec.
Saronggi.8. Hadiyati selaku petugas dibagian Gizi Puskesmas
Saronggi Kec. Saronggi Kab. Sumenep.9. Semua pihak yang tidak bisa
kami sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan
baik moril maupun materil.
Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan
sangat jauh dari sempurna karena keterbatasan wakru, tenaga dan
sumber pustaka yang peneliti miliki dalam penulisan Proposal ini,
oleh karena itu kritik dan saran sangat di harapkan untuk
perbaikan, peneliti berharap semoga Proposal ini nantinya
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Sumenep, Maret 2014
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL DALAMiLEMBAR PERSETUJUANiiLEMBAR
PENGESAHANiiiDAFTAR ISIivDAFTAR GAMBARvDAFTAR TABELviDAFTAR
LAMPIRANviiDAFTAR SINGAKATAN,SIMBOL DAN ISTILAHviiiBAB I
PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang11.2 Batasan Masalah61.3 Rumusan
Masalah61.4 TujuanPenelitian71.4.1 Tujuan Umum71.4.2 Tujuan
Khusus71.5 Manfaat71.5.1 Manfaat Teoritis71.5.2 Manfaat Praktis8BAB
II TINJAUAN PUSTAKA92.1 Konsep Dasar Status Gizi92.1.1 Definisi
Status Gizi92.1.2 Metode Penilaian Status Gizi92.1.3 Kriteria
status Gizi menurut KMS132.2 Konsep Dasar Gizi Kurang132.2.1
Definisi132.2.2 Etiologi142.2.3 Manifestasi Klinis Gizi
Kurang162.2.4 Tes Diagnostik182.2.5 Penatalaksanaan Gizi
Kurang192.2.6 Prognosis202.2.7 Dampak terhadap tumbang anak202.3
Konsep Dasar Balita212.3.1 Definisi212.3.2 Karakteristik
Balita212.3.3 Tumbuh Kembang Balita222.3.4 kebutuhan utama tumbuh
kembang252.4 Konsep Dasar Diare272.4.1 Definisi282.4.2
Etiologi282.4.3 Klasifikasi312.4.4 Patogenesis332.4.5
Patofisiologi342.4.6 Manifestasi Klinis352.4.7 Pemeriksaan
Laboratorium352.4.8 Komplikasi362.4.9 Pengobatan36BAB III KERANGKA
KONSEPTUAL373.1 Kerangka Konsep373.2 Hipotesis39BAB IV METODOLOGI
PENELITAIN404.1 Desain Penelitian404.2 Kerangka Kerja414.3 Sampling
Desain424.3.1 Populasi424.3.2 Sampel424.3.3 Teknik Sampling424.4
Variabel Penelitian434.4.1 Klasifikasi Variabel434.4.2 Definisi
Oprasional Variabel434.5 Instrumen Penelitian454.6 Lokasi dan Waktu
Penelitian454.7 Pengumpulan Data454.7.1 Proses Pengumpulan
Data454.8 Pengolahan Data464.8.1 Editing 464.8.2 coding464.8.3
Scoring484.8.4 Entri Data474.8.5 Tabulating474.8.6 Analisa
Data474.9 Masalah Etika Penelitian47DAFTAR PUSTAKA49LAMPIRAN
BAB 1PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang MasalahMasalah Gizi pada
hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan
sehari-hari manusia tidak terlepas dari makanan, karena makanan
adalah salah satu kebutuhan hidup, disamping udara (oksigen).
Selain itu makanan juga harus memiliki Gizi yang baik. Gizi yang
baik adalah Asupan makanan yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses kehidupan. Masalah gizi yang sering
terjadi pada balita antara lain adalah masalah gizi kurang (BB/U),
kependekan (TB/U), gizi lebih atau obesitas dan kurang vitamin A.
Kekurangan gizi ini pada umumnya terjadi pada balita karena pada
umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat, pada tahun
pertama hingga ketiga usia anak merupakan periode emas kehidupan
anak untuk tumbuh dan berkembang. Pada usia tersebut, otak
berkembang pesat dengan membentuk 1000 triliun hubungan sel-sel
otak yang dapat menyerap informasi serta stimulasi baru, dua kali
lebih cepat daripada otak orang dewasa. Sehingga dibutuhkan pula
gizi yang baik untuk menunjang tumbuh kembangnya.Malnutrisi adalah
istilah umum untuk suatu kondisi medis yang disebabkan oleh
pemberian atau cara makan yang tidak tepat atau tidak mencukupi.
Istilah ini seringkali lebih dikaitkan dengan keadaan
undernutrition (gizi kurang) yang diakibatkan oleh konsumsi makanan
yang kurang, penyerapan yang buruk, atau kehilangan zat gizi secara
berlebihan akibat dari suatu penyakit seperti Diare.Diare merupakan
salah satu masalah kesehatan di negara berkembang, terutama di
Indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare di
Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah satu penyakit
endemis dan masih sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di
masyarakat oleh karena seringnya terjadi peningkatan kasus-kasus
pada saat atau musim-musim tertentu yaitu pada musim kemarau dan
pada puncak musim hujan. Penyakit diare ini termasuk dalam 10
penyakit terbesar di Indonesia tahun 1999 sebesar 5 per 1000
penduduk dan menduduki urutan kelima dari 10 penyakit terbesar di
indonesia (Depkes RI, 2005). Penyakit diare yang menyerang balita
usia dibawah satu tahun di kabupaten sumenep tiga tahun terakhir
naik turun, pada tahun 2010 tercatat balita yang terkena diare 945
dan pada tahun 2011 balita yang terkena diare meningkat sebanyak
1349 sedangkan tahun 2012 turun drastis menjadi 391 atau sekitar
75%. Dimana angka tersebut merupakan jumlah keseluruhan dari 30
kecamatan yang ada di kabupaten sumenep.
1.1. Data tabel jumlah penderita diare diwilayah kerja UPT.
Puskesmas Saronggi tahun 2013DesaBulanjmlRt2
123456789101112
Saronggi1122171
Tanamerah2114
Nambakor2125
Muangan11422101
Kambingan timur21111171
Aengtong222151
Talang713843217363
Juluk1124
Saroka314
Langsar2411232151
Kedabar121151
Kedatim2112212111
Tanjung123
Pagarbatu321313333111252
Total211191715128815861114112
Berdasarkan data pada tabel 1.1 diketahui bahwa balita yang
mengalami diare selama 1 tahun adalah sebanyak 141 anak balita
dengan rata-rata 12 balita di wilayah kerja kecamatan Saronggi
kabupaten Sumenep tahun 2013.Data dari WHO pada tahun 2010
menunjukkan sebanyak 18% anak usia di bawah lima tahun di negara
berkembang mengalami underweight ( Gizi Kurang). Keadaan kurang
gizi dapat meningkatkan risiko terkena penyakit infeksi karena daya
tahan tubuh yang menurun. Sebaliknya, penyakit infeksi (Diare) juga
dapat mempengaruhi status gizi karena asupan makanan menurun,
malabsorpsi, dan katabolisme tubuh meningkat. Komisi Nasional
Perlindungan Anak (Komnas PA) mendata bahwa akhir 2012, Indonesia
berada di peringkat nomor lima di dunia untuk angka balita
kekurangan gizi. Angka itu tak bisa diacuhkan. Departemen Kesehatan
telah membuat berbagai program guna mengatasi masalah gizi buruk
dan kurang serta menargetkan menurunkan kasus gizi buruk menjadi
lima persen dan gizi kurang menjadi berturut-turut 20 persen pada
tahun 2009. Secara nasional sudah terjadi penurunan prevalensi
kurang gizi (berat badan menurut umur)pada balita dari 18,4 persen
tahun 2007 menjadi 17,9 persen tahun 2010. Walaupun secara nasional
sudah terjadi penurunan prevalensi masalah gizi pada balita, tetapi
masihterdapat kesenjangan antar provinsi. Terdapat 18 provinsi yang
memiliki prevalensi gizi kurangdan buruk diatas prevalensi
nasional. Menkes Nafsiah Mboi mengatakan Bahwa Dengan capaian ini
target MDGs sasaran 1 yaitu menurunnya prevalensi gizi kurang
menjadi 15,5 persen pada 2015 diperkirakan dapat dicapai ". Kepala
Dinas Kesehatan Jawa Timur Budi Rahaju mengungkapkan, status gizi
di Jawa Timur pada balita hingga saat ini masih menjadi
permasalahan tersendiri bagi Pemprov Jawa Timur. kasus gizi buruk
di Jawa Timur yang berimbas pada berat badan yang sangat kurang di
beberapa daearah rata-rata mencapai 1,5 persen, sedangkan berat
badan yang kurang mencapai 5,6 persen. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Jatim, Gizi sangat kurang di Jawa Timur mencapai 31.498
kasus, paling banyak ada di Kota Surabaya yakni mencapai 2.979
kasus. Sedangkan jika dilihat dari prosentase, Kabupaten Prbolinggo
menduduki peringkat pertama dalam kasus gizi buruk, yakni 3,7
persen.Gizi kurang saat ini terjadi hampir di semua Kabupaten dan
Kota di Indonesia yaitu 110 Kabupaten/Kota dari 440 Kabupaten/Kota
di Indonesia dengan prevalensi di atas 30%.Sebanyak 413 balita
Sumenep pada 1 November tahun 2011, diketahui mengidap kurang gizi
yang tersebar di 4 Kecamatan, yakni Bluto, Batang-batang, Kalianget
dan Saronggi. Data ini berdasarkan hasil survey yang dilakukan DPC
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Sumenep, bersama Said
Abdullah Institute (SAI).
Tabel 1.2 Data jumlah Balita Gizi Kurang dengan indikator BB/U
di Wilayah Kerja UPT.Puskesmas Saronggi Kec. Saronggi Kab. Sumenep
Tahun 2013NoDesaBulan
123456789101112JmlRata2
1Saronggi222202111121171
2Tana Mera300143055501272
3Saroka440433711311323
4Kebun dadapB11100010000150
5Kebun dadapT120150322012192
6Langsar772000000010171
7Tanjung Pustu9410705422211474
8Pagar Batu533100444300272
9Juluk00002000003050
10Talang Polindes636556644306545
11Aeng tong200000000004150
12Kmbingan T6000202311101171
13Muangan02100010000040
14Nambakor00000000000000
Jumlah44282523192130202018131527623
Dari tabel 1.2 didapatkan Data kejadian gizi kurang di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Saronggi terdapat rata-rata 23 balita mengalami
gizi kurang yang tersebar di 14 desa pada tahun 2013. Dimana data
hasil kegiatan pemantauan status gizi yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Sumenep pada tahun 2012 jumlah balita dengan
gizi kurang di Kecamatan Saronggi terdapat 14 balita dan meningkat
pada tahun 2013 menjadi 23 balita. Penyebab yang melatarbelakangi
kejadian Gizi kurang biasanya terjadi karena anak kurang mendapat
masukan makanan yang cukup lama. Tidak cukup asal anak mendapatkan
makanan yang banyak saja tetapi harus mengandung nutrient yang
cukup, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
Selain faktor penyebab diatas, terdapat faktor eksternal dan
internal yang mempengaruhi kejadian gizi kurang.Akibat dari
Malnutrisi atau Gizi kurang tersebut dapat menyebabkan terjadinya
penyakit dan kematian anak. Kurang kalori protein sesungguhnya
berpeluang menyerap siapa saja, terutama bayi dan anak yang tengah
tumbuh-kembang. Solusi penanggulangan masalah gizi Departemen
Kesehatan, meliputi peningkatan pendidikan gizi, pemberdayaan
masyarakat melalui pembentukan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi),
peningkatan surveilans gizi dan penanganan masalah kekurangan gizi
mikro. Semua itu dilakukan dengan tiga strategi utama yakni
pemberdayaan masyarakat, peningkatan akses terhadap layanan
kesehatan berkualitas dan peningkatan sistem surveilans, monitoring
dan informasi kesehatan. Untuk mendukung semua upaya tersebut,
pemerintah juga melakukan revitalisasi Posyandu dan Puskesmas.
Selain peran pemerintah maka peran masyarakat itu sendiri juga
mempengaruhi penurunan angka kejadian balita gizi kurang.
Masyarakat seharusnya menambah informasi kesehatan khususnya
mengenai gizi kurang pada balita. Informasi yang didapat oleh
masyarakat tersebut kemudian akan meningkatkan pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap status gizi kurang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Moehji (2005) bahwa sebagian besar gizi kurang bisa
dihindari apabila ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang cara
memelihara gizi dan mengatur makanan anak. Pengetahuan yang baik
diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap perilaku
kesehatan. Dengan pengetahuan tersebut ibu balita dapat memberikan
pola asuh yang baik kepada balitanya dengan memberikan makanan yang
bergizi dan memantau perkembangan serta pertumbuhan balitanya
sehingga dapat menurunkan kejadian gizi kurang pada balita.
Berdasarkan latar belakang diatas dan survei awal yang dilakukan
peneliti tanggal 19 desember 2013, dapat diketahui secara pasti
bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan kejadian gizi
kurang pada Balita, diantaranya terdiri dari faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor Eksternal terdiri dari beberapa faktor lagi
diantaranya Sosial ekonomi, Pelayanan Kesehatan, dan Budaya.
Sedangkan faktor internal terdiri dari Pengetahuan Ibu, Penyakit
Infeksi (Diare, ISPA), pola makan dan Pola asuh. Melihat keadaan
tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
Hubungan antara kejadian Gizi Kurang pada Balita dengan penyakit
Diare di Wilayah kerja Puskesmas saronggi Kecamatan Saronggi
Kabupaten Sumenep Tahun 2014.
1.2. Batasan Masalah Mengingat banyaknya faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah Gizi Kurang pada Balita dan efek yang terjadi
serta keterbatasan sumber daya (waktu, tenaga, dana), maka peneliti
membatasi penelitian ini pada kejadian Gizi Kurang pada Balita yang
mempengaruhi terjadinya Penyakit diare di Kecamatan Saronggi
Kabupaten Sumenep pada tahun 2014.1.3. Rumusan MasalahDari latar
belakang diatas ditarik suatu rumusan masalah yakni Apakah ada
hubungan antara Gizi Kurang pada Balita dengan kejadian penyakit
Diare di Wilayah Kerja UPT. Puskesmas Saronggi Kecamatan Saronggi
Kabupaten Sumenep pada Tahun 2014.1.4. Tujuan Penelitian1. Tujuan
Umum Untuk Menganalisis hubungan antara Gizi Kurang pada Balita
dengan kejadian penyakit Diare di Wilayah Kerja UPT. Puskesmas
Saronggi Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep pada Tahun 2014.2.
Tujuan Khusus1. Mengidentifikasi Gizi Kurang pada Balita di Wilayah
Kerja UPT. Puskesmas Saronggi Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep
pada Tahun 2014.2. Mengidentifikasi kejadian penyakit Diare di
Wilayah Kerja UPT. Puskesmas Saronggi Kecamatan Saronggi Kabupaten
Sumenep pada Tahun 2014.3. Menganalisis hubungan antara Gizi Kurang
pada Balita dengan Kejadian penyakit Diare di Wilayah Kerja UPT.
Puskesmas Saronggi Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep pada Tahun
2014.1.5. Manfaat PenelitianAdapun manfaat penelitian adalah:1.5.1
Manfaat Teoritis Secara teoritis yaitu Dapat memberikan sumbangan
pemikiran mengenai Gizi kurang dengan kejadian Diare sehingga
nantinya mendapat penanggulangan yang tepat, dan untuk tempat
penelitian (Puskesmas) bisa dijadikan sebagai bahan untuk melakukan
penyuluhan dilapangan tentang penanggulangan penyakit infeksi diare
sehingga tidak berlanjut menjadi Gizi kurang pada Balita.1.5.2.
Manfaat Praktis1. Bagi Masyarakat Dapat sebagai cerminan
pengetahuan kepada masyarakat tentang penyakit diare yang menjadi
salah satu faktor penyebab kejadian Gizi kurang pada Balita usia
1-5 tahun.2. Profesi Sebagai sumber informasi dan pengetahuan
kepada rekan-rekan seprofesi yang nantinya dapat menambah wawasan
dikalangan tingkat profesi.3. Bagi InstitusiSebagai bahan ajar
untuk proses belajar-mengajar bagi dosen atau mahasiswa fakultas
Kesehatan dan sebagai bahan bacaan dan pedoman dalam melakukan
penelitian selanjutnya.4. Peneliti Selanjutnya Dengan tema yang
sama dapat bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan penelitian
berikutnya .
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai konsep
dasar Status Gizi, gizi kurang, balita, dan juga konsep dasar diare
berikut penguraian faktor penyebabnya.2.1. Konsep Dasar Status
Gizi2.1.1 Definisi Status GiziStatus gizi adalah ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan
dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu(Supariasa, dkk,
2007). Menurut Sediaoetama (2010), Status gizi adalah keadaan tubuh
yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang
masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya. Sedangkan menurut Almatsier
(2005), Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi.2.1.2. Metode Penilaian Status
GiziSecara umum peniliaan status gizi dapat dilihat dengan metode
langsung dantidak langsung (Proverawati, 2010).1. Secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu:a. Antropometri Secara umum antropometri artinya
ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan jaringan tubuh seperti
lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.b. Klinis Pemeriksaan
klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan
mukosaoral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh
seperti kelenjar tiroid. Metode ini umumnya digunakan untuk survei
klinis secara tepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang
untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu, digunakan
untuk mengetahui tingkat gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda(sign) dan gejala (symptom) atau
riwayat penyakit.c. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia
adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang
dilakukan pada berbagai macam jaringantubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk
suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi
yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurangs pesifik,
maka penentuan kimia faali dapat banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.d. Biofisik Penentuan status gizi
secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan
struktur. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti
kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara
yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.2. Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga
(Proverawati,2010) yaitu :a. Survei Konsumsi Makanan Survei
konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.
Survei ini dapat mengindentifikasikan kelebihan dan kekurangan
gizi.b. Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik
vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan
seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan, dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan
dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari
indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.c.
Faktor Ekologi Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan
masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,
biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia
sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat
penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi.3. Berdasarkan KMSKMS
adalah alat sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk
memantau pertumbuhan dan kesehatan anak. Menurut Departemen
Kesehatan Republik Indoensia (2005) kurva pertumbuhan pada KMS
dapat mengikuti tiga arah sebagai berikut:a. Petumbuhan baikBila
berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut berada pada jalur
pertumbuhan normalnya yaitu: jika kurva pertumbuhan bergerak secara
horizontal pada jalur pita hijau.b. Pertumbuhan membaikBila berat
badan anak hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan adanya
pengejaran (cath-up) terdapat pada jalur pertumbuhan normal yaitu
jika kurva pertumbuhan menunjuk ke arah jalur pertumbuhan normalnya
atau bergerak ke arah pita hijau.c. Pertumbuhan memburukBila berat
badan anak hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan adanya
penyimpangan dari jalur pertumbuhan normalnya yaitu : jika kurva
pertumbuhan menunjuk keluar dari jalur pertumbuhan normalnya baik
ke arah atas (gizi lebih) atau ke arah bawah (BGM).2.1.3 Kriteria
Status Gizi Menurut KMS :1.Gizi baik, apabila titik temu berada di
area pita berwarna hijau2.Gizi kurang, apabila titik temu berada di
area pita berwarna kuning.3.Gizi Buruk, apabila titik temu berada
di bawah pita berwarna merah.4.Gizi Lebih, apabila titik temu
berada di atas pita berwarna hijau.2.2. Konsep Dasar Gizi
Kurang2.2.1. Definisi. Menurut Moehji, S (2005) Gizi kurang adalah
kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak
dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Menurut Ngastiyah (2005),
gizi kurang pada keadaan awalnya tidak ditentukan kelainan biokimia
tapi pada keadaan lanjut akan didapatkan kadar albumin rendah,
sedangkan globulin meninggi. Sedangkan menurut Almatsier (2005),
Gizi kurang disebabkan oleh kekurangan makanan sumber energi secara
umum dan kurang sumber protein. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa Gizi kurang adalah suatu keadaan yang diakibatkan
oleh konsumsi makanan yang kurang sumber protein, penyerapan yang
buruk atau kehilangan zat gizi secara berlebih.2.2.2. Etiologi gizi
kurang Menurut Soekirman (2005) Gizi kurang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain yaitu:1. Faktor Eksternal :a. Sosial
Ekonomi Status sosial ekonomi merupakan faktor risiko kejadian gizi
kurang dikarenakan rendahnya status sosial ekonomi akan berdampak
pada daya beli makanan. Rendahnya kualitas dan kuantitas makanan
merupakan penyebab langsung dari gizi kurang pada balita. Status
sosial ekonomi yang kurang sebenarnya dapat diatasi jika keluarga
tersebut mampu menggunakan sumber daya yang terbatas, seperti
kemampuan untuk memilih bahan yang murah tetapi bergizi dan
distribusi makanan yang merata dalam keluarga.b. Pelayanan
Kesehatan Pelayanan Kesehatan terhadap anak balita dapat meliputi
pelayanan kesehatan ditingkat Posyandu, Puskesmas dan pelayanan
Kesehatan lainnya serta terkait pula dengan peran tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang
kurang menjangkau masyarakat atau kurang handalnya pemberi
pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor kemungkinan
penyebab masalah Gizi Kurang pada Balita.c. BudayaDimasyarakat
pedesaan masih memegang tradisi yang sebenarnya salah bila dilihat
dari segi kesehatan, pantangan untuk menggunakan bahan makanan
tertentu banyak sekali di temukan, hal tersebut dapat mempengaruhi
status gizi terutama anak-anak ( balita ) yang masih dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan.2. Faktor Internal :a. Pengetahuan Ibu
Semakin banyak pengetahuan gizi, semakin diperhitungkan jenis dan
makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Orang awam yang tidak
mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling
menarik pancaindera, dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai
gizi makanan. Tingkat pengetahuan gizi seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu, tingakat pendidikan yang pernah dijalani,
faktor lingkungan sehat dan budaya, jumlah anggota keluarga, nilai
cerna makanan, dan seringnya seseorang kontak dengan media cetak,
radio, televisi, dan media masa.b. Penyakit DiarePenyakit Diare
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian gizi kurang.
Penyakit Diare ini merupakan salah satu dari faktor risiko kejadian
gizi kurang yang sangat berpengaruh. Penyakit Diare dapat
menyebabkan gizi kurang dikarenakan terdapat hubungan timbal balik
antara kejadian penyakit diare dan gizi kurang. Balita yang
menderita gizi kurang akan mengalami penurunan daya tahan sehingga
rentan terhadap penyakit. Selain itu anak yang menderita Diare akan
memperjelek keadaan gizi kurang melalui gangguan asupan makanan dan
meningkatnya kehilangan zat-zat gizi esensial. Hal ini dapat
terjadi gizi kurang pada balita yang mengalami diare karena balita
akan mengalami kehilangan asupan makanan dan banyak nutrisi yang
terbuang serta kekurangan cairan.c. Pola Makan Pola makan adalah
cara makan seseorang atau kelompok dalam memilih dana mengkonsumsi
makanan akibat dari pengaruh psikologi, fisiologi, sosial dan
budaya. Pola makan yang baik dapat mempengaruhi stamina dan
kesehatan tubuh seseorang. Pada umumnya, anak yang tidak memperoleh
makanan bergizi dalam jumlah yang memadai sangat rentan terhadap
penyakit dan kekurangan gizi. Keadaan kesehatan gizi balita
tergantung dari tingkat konsumsi, tingkat konsumsi ditentukan oleh
kualitas seta kuantitas makanan.d. Pola Asuh Pengasuhan merupakan
faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak berusia 1-5 tahun. Masa balita adalah masa dimana
anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan asupan gizi dalam
jumlah yang memadai. Pada masa ini juga, anak-anak masih sangat
tergantung pada perawatan dan pengasuhan ibunya. Oleh karena itu
pengasuhan kesehatan dan makanan pada tahun-tahun pertama kehidupan
sangat penting untuk perkembangan anak.2.2.3. Manifestasi klinis
gizi kurang Menurut Pudjiadi (2005), bahwa anak dengan gizi kurang
memiliki gejala klinis yang terbagi menjadi 3 tahap antara lain
:
1. Kurang energi protein ringan : Kurang energi ( malas ),
Kenaikan berat badan berkurang atau berhenti dan ada kalanya berat
badan menurun, ukuran lingkar lengan atas menurun, maturasi tulang
terhambat, rasio berat terhadap tinggi normal menurun, lipatan
kulit normal kurang, aktivitas dan perhatian anak berkurang
dibandingkan anak yang sehat, kelainan kulit dan rambut jarang
ditemukan.2. Kurang enargi protein sedang : Pucat karna anemia,
mata tampak besar dan dalam, ubun-ubun besar dan cekung, terjadi
atropi otot, perut membucit dan cekung, rambut tipis, kulit kusam,
kering dan bersisik.3. Kurang energi protein berat : Dibagi dalam
tiga klasifikasi yaitu :a. Kwashiokor : kekurangan
proteinTanda-tanda :1. Edema umumnya diseluruh tubuh terutama pada
kaki2. Wajah membulat dan sembab 3. Perubahan status mental :
cengeng, rewel kadang apatis4. Anak sering menolak jenis makanan5.
Rambut berwarna kemerahan, kusam dan mudah dicabut6. Otot-otot
mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan
duduk, anak lebih sering berbaring7. Sering disertai infeksi,
anemia serta diare8. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas
dan berubah menjadi hitam terkelupas9. Pandangan mata anak tampak
sayub. Marasmus: kekurangan energi dan proteinTanda-tanda :1. Anak
tampak kurus, tinggal tulang terbungkus kulit2. Cengeng, rewel dan
perut cekung3. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat
sedikit sampai tidak ada4. Wajah seperti orang tua5. Sering
disertai diare kronik / konstipasi serta penyakit kronik lainnya6.
Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan kurang c) Marasmus
Kwashiokor Tanda-tandanya merupakan gabungan dari ke dua jenis KEP
di atas (Moehji, 2005)2.2.4. Tes Diagnostik Untuk menegakkan
diagnosis kurang gizi bisa kita lihat melalui pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium:1. Dari pemeriksaan fisik yang pertama
adalah inspeksi, dapat kita lihat fisik penderita secara umum
seperti yang telah dijelaskan di atas.2. Pemeriksaan laboratorium
ada beberapa hal yang penting diperhatikan berupa:3. Tes darah (Hb,
glukosa, protein serum, albumin).4. Kadar enzim pencernaan.5.
Pemeriksaan tinja & urin6. Pemeriksaan lain adalah : Foto
thorak, dan EKG . Perubahan yang paling khas adalah penurunan
konsentrasi albumin dalam serum. Ketonuria lazim ditemukan pada
tingkat awal karena kekurangan makanan, tetapi sering kemudian
hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut. Kadar glukosa darah yang
rendah, kadar asam amino dalam plasma dapat menurun, jika
dibandingkan dengan asam-asam amino yang tidak essensial dan dapat
pula ditemukan aminoasiduria meningkat. Kerap kali juga ditemukan
kekurangan kalium dan magnesium. Terdapat juga penurunan aktifitas
enzim-enzim dari pankreas dan xantin oksidase, tetapi kadarnya akan
kembali menjadi normal segera setelah pengobatan dimulai.2.2.5.
Penatalaksanaan Gizi kurang Adapun cara mengatasi gizi kurang
menurut ngastiyah (2005), adalah :1. Pemberian makanan TKTP dengan
ukuran yang telah dianjurkan dan diberikan secara bertahap.2. Tetap
memberikan ASI sesuai dengan aturan secara terus-menerus bagi anak
dibawah usia 2 tahun.3. Pemberian makanan tambahan.4. Pemberian
terapi cairan dan elektrolit bila perlu.5. Kontrol berat badan
secara rutin.6. Berikan obat/ vitamin sesuai dengan anjuran
pengobatan.7. Penyuluhan tentang gizi seimbang terutama bagi orang
tua yang memiliki anak balita.
2.2.6. Prognosis Penanganan dini pada kasus-kasus kurang gizi
umumnya memberikan hasil yang baik. Penanganan yang buruk akan
mengakibatkan status kesehatan anak semakin buruk dan anak akan
mengalami gizi buruk.2.2.7. Dampak gizi kurang terhadap pertumbuhan
dan perkembangan anak Rendahnya status gizi berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan Balita, dampak gizi kurang (Supariasa, 2007)
sebagai berikut:1. Perkembangan motorik terganggu Fungsi zat gizi
pada masa Balita adalah untuk perkembangan dan pertumbuhan. Gizi
pada Balita juga digunakan untuk pemeliharaan tubuh. Kondisi kurang
gizi berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan khususnya
perkembangan motorik anak.2. Penyakit gizi Kondisi status gizi
kurang apa bila terus berlanjut dapat mengakibatkan penyakit gizi
seperti marasmus, kwashiokor dan marasmus kwashiorkor.3. Tingkat
kecerdasan Tingkat kecerdasan dipengaruhi oleh asupan zat-zat gizi
dari pra konsepsi sampai dengan masa Balita, karena pertumbuhan
otak paling cepat pada usia Balita. Oleh karena itu untuk
perkembangan otak yang optimal diperlukan kondisi status gizi yang
baik.2.3. Konsep Dasar Balita2.3.1. Pengertian Balita Anak balita
adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H,
2006). Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah
(3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada
orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang
air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah
baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan
dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa
tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat
dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden
age atau masa keemasan. 2.3.2 Karakteristik Balita Menurut
karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1
3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah. Anak usia 1-3 tahun
merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa
yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar
dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang
relatif besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan
jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih
kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola
makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah
dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai
bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga
anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini
anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan
mengatakan tidak terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan
anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang
mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.
Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak
mengalami gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak
laki-laki (BPS, 1999). 2.3.3. Tumbuh Kembang Balita Secara umum
tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya senantiasa
melalui tiga pola yang sama, yakni: 1. Pertumbuhan dimulai dari
tubuh bagian atas menuju bagian bawah (sefalokaudal).
Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan
berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan
kakinya. 2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.
Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak
tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan
jemarinya. 3. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak
belajar mengeksplorasi keterampilan-keterampilan lain. Seperti
melempar, menendang, berlari dan lain-lain. Pertumbuhan pada bayi
dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada konteks ini,
berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan
intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses
multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran
tubuhnya. Hal ini ditandai oleh: 1. Meningkatnya berat badan dan
tinggi badan. 2. Bertambahnya ukuran lingkar kepala. 3. Muncul dan
bertambahnya gigi dan geraham. 4. Menguatnya tulang dan membesarnya
otot-otot. 5. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti
rambut, kuku, dan sebagainya. Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini
tentu tidak harus drastis. Sebaliknya, berlangsung perlahan,
bertahap, dan terpola secara proporsional pada tiap bulannya.
Ketika didapati penambahan ukuran tubuhnya, artinya proses
pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya jika yang terlihat
gejala penurunan ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan atau
hambatan proses pertumbuhan. Cara mudah mengetahui baik tidaknya
pertumbuhan bayi dan balita adalah dengan mengamati grafik
pertambahan berat dan tinggi badan yang terdapat pada Kartu Menuju
Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia anak, harusnya bertambah pula
berat dan tinggi badannya. Cara lainnya yaitu dengan pemantauan
status gizi. Pemantauan status gizi pada bayi dan balita telah
dibuatkan standarisasinya oleh Harvard University dan Wolanski.
Penggunaan standar tersebut di Indonesia telah dimodifikasi agar
sesuai untuk kasus anak Indonesia. Perkembangan pada masa balita
merupakan gejala kualitatif, artinya pada diri balita berlangsung
proses peningkatan dan pematangan (maturasi) kemampuan personal dan
kemampuan sosial. 1. Kemampuan personal Ditandai pendayagunaan
segenap fungsi alat-alat pengindraan dan sistem organ tubuh lain
yang dimilikinya. Kemampuan fungsi pengindraan meliputi ; a.
Penglihatan, misalnya melihat, melirik, menonton, membaca dan
lain-lain. b. Pendengaran, misalnya reaksi mendengarkan bunyi,
menyimak pembicaraan dan lain-lain. c. Penciuman, misalnya mencium
dan membau sesuatu. d. Peraba, misalnya reaksi saat menyentuh atau
disentuh, meraba benda, dan lain-lain. e. Pengecap, misalnya
menghisap ASI, mengetahui rasa makanan dan minuman. Pada sistem
tubuh lainnya di antaranya meliputi : a. Tangan, misalnya
menggenggam, mengangkat, melempar, mencoret-coret, menulis dan
lain-lain. b. Kaki, misalnya menendang, berdiri, berjalan, berlari
dan lain-lain. c. Gigi, misalnya menggigit, mengunyah dan
lain-lain. d. Mulut, misalnya mengoceh, melafal, teriak,
bicara,menyannyi dan lain-lain. e. Emosi, misalnya menangis,
senyum, tertawa, gembira, bahagia, percaya diri, empati, rasa iba
dan lain-lain. f. Kognisi, misalnya mengenal objek, mengingat,
memahami, mengerti, membandingkan dan lain-lain. g. Kreativitas,
misalnya kemampuan imajinasi dalam membuat, merangkai, menciptakan
objek dan lain-lain. 2. Kemampuan sosial. Kemampuan sosial
(sosialisasi), sebenarnya efek dari kemampuan personal yang makin
meningkat. Dari situ lalu dihadapkan dengan beragam aspek
lingkungan sekitar, yang membuatnya secara sadar berinterkasi
dengan lingkungan itu. Sebagai contoh pada anak yang telah berusia
satu tahun dan mampu berjalan, dia akan senang jika diajak bermain
dengan anak-anak lainnya, meskipun ia belum pandai dalam berbicara,
ia akan merasa senang berkumpul dengan anak-anak tersebut. Dari
sinilah dunia sosialisasi pada ligkungan yang lebih luas sedang
dipupuk, dengan berusaha mengenal teman-temanya itu. 2.3.4.
Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang Dalam proses tumbuh kembang,
anak memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi, kebutuhan tersebut
yakni ; a. Kebutuhan akan gizi (asuh); b. Kebutuhan emosi dan kasih
sayang (asih); dan c. Kebutuhan stimulasi dini (asah)1. .Pemenuhan
kebutuhan gizi (asuh). Usia balita adalah periode penting dalam
proses tubuh kembang anak yang merupakan masa pertumbuhan dasar
anak. Pada usia ini, perkembangan kemampuan berbahasa,
berkreativitas, kesadaran social, emosional dan inteligensi anak
berjalan sangat cepat. Pemenuhan kebutuhan gizi dalam rangka
menopang tumbuh kembang fisik dan biologis balita perlu diberikan
secara tepat dan berimbang. Tepat berarti makanan yang diberikan
mengandung zat-zat gizi yang sesuai kebutuhannya, berdasarkan
tingkat usia. Berimbang berarti komposisi zat-zat gizinya menunjang
proses tumbuh kembang sesuai usianya. Dengan terpenuhinya kebutuhan
gizi secara baik, perkembangan otaknya akan berlangsung optimal.
Keterampilan fisiknya pun akan berkembang sebagai dampak
perkembangan bagian otak yang mengatur sistem sensorik dan
motoriknya. Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis yang baik, akan
berdampak pada sistem imunitas tubuhnya sehingga daya tahan
tubuhnya akan terjaga dengan baik dan tidak mudah terserang
penyakit. 1. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih).
Kebutuhan ini meliputi upaya orang tua mengekspresikan perhatian
dan kasih sayang, serta perlindungan yang aman dan nyaman kepada si
anak. Orang tua perlu menghargai segala keunikan dan potensi yang
ada pada anak. Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan emosi atau kasih
sayang akan menjadikan anak tumbuh cerdas secara emosi, terutama
dalam kemampuannya membina hubungan yang hangat dengan orang lain.
Orang tua harus menempatkan diri sebagai teladan yang baik bagi
anak-anaknya. Melalui keteladanan tersebut anak lebih mudah meniru
unsur-unsur positif, jauhi kebiasaan memberi hukuman pada anak
sepanjang hal tersebut dapat diarahkan melalui metode pendekatan
berlandaskan kasih sayang.
2. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah). Stimulasi dini
merupakan kegiatan orangtua memberikan rangsangan tertentu pada
anak sedini mungkin. Bahkan hal ini dianjurkan ketika anak masih
dalam kandungan dengan tujuan agar tumbuh kembang anak dapat
berjalan dengan optimal. Stimulasi dini meliputi kegiatan
merangsang melalui sentuhan-sentuhan lembut secara bervariasi dan
berkelanjutan, kegiatan mengajari anak berkomunikasi, mengenal
objek warna, mengenal huruf dan angka. Selain itu, stimulasi dini
dapat mendorong munculnya pikiran dan emosi positif, kemandirian,
kreativitas dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini
secara baik dan benar dapat merangsang kecerdasan majemuk (multiple
intelligences) anak. Kecerdasan majemuk ini meliputi, kecerdasan
linguistic, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan musical, kecerdasan intrapribadi
(intrapersonal), kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan
naturalis.2.4. Konsep Dasar Diare2.4.1. Definisi Diare Menurut
Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda
adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek
sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya
tiga kali atau lebih dalam sehari. Menurut Ngastiyah (2005) diare
adalah keluarnya tinja yang lunak atau cair sebanyak 3 kali atau
lebih per hari, atau yang lebih sering daripada orang yang sehat.
Diare biasanya merupakan gejala dari infeksi gastrointestinal, yang
bisa disebabkan oleh beragam bakteri, virus, maupun parasit.2.4.2.
EtiologiAda beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare
yaitu tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh
tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak
higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta
penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya. Banyak
faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi
faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent,
penjamu, lingkungan dan perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan
meningkatnya kerentanan terhadap diare, diantaranya tidak
memberikan ASI selama 2 tahun, kurang gizi, penyakit campak, dan
imunodefisiensi. Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana
penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka
penularan diare dengan mudah dapat terjadi. Hal yang menyebabkan
seseorang mudah terserang penyakit diare pada balita adalah
perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan sanitasi lingkungan
yang buruk. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani
secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air
dan daging, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena
dehidrasi. Menurut Nursalam (2010), penyebab utama diare adalah
beberapa kuman usus yang penting,yaitu Rotavirus, Escherichia coli,
Shigella, Cryptosporidium, Vibro cholera, serta Salmonella, selian
kuman,ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya diare,antara lain :1. Tidak memberikan Asi secara penuh
untuk bayi 4-6 bulan pertama dari kehidupan2. Menggunakan botol
susu yang tidak higienis3. Air minum yang tercemar oleh bakteri4.
Tidak mencuci tangan sesudah membuang air besar, sesudah membuang
tinja,dan sebelum menjamah makanan.Menurut Maryunani, A (2010),
diare dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya:1. Faktor
Infeksia. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan. Rotavirus
merupakan penyebab utama infeksi (70-80%) sedamgkan bakteri dan
parasit ditemukan 10-20% pada anak.Berikut nama-nama bakteri,virus
dan parasit penyebab diare:1) Golongan Bakteri: E.Coli,salmonella
sp,shigella sp,vibrio cholera2) Golongan Virus : Rotavirus,
Adenovirus,Minirotavirus3) Golongan Parasit : Balantidium
coli,Entamoeba histolyticab. Infeksi perenteral: infeksi diluar
saluran pencernaan, seperti otitis media akut
(OMA),Bronkopneumonia,Tonsilitis,Ensefalitis. Keadaan ini terutama
pada bayi dan anak yang berusia dibawah 2 tahun.2. Faktor
MalabsorbsiSeperti gangguan absorbsi karbohidrat (pada bayi dan
anak yang tersering adalah intoleransi laktosa), malabsorbsi lemak
dan malabsorbsi protein.3. Faktor makanan Seperti alergi makanan,
makanan basi,beracun4.Faktor psikologis Seperti rasa takut dan
cemas.Adapun penyebab diare menurut Pudjiani (2003) adalah:1.
Infeksi virus atau bakteri Virus yang paling banyak menyebabkan
diare adalah virus rotavirus. Diare juga dapat disebabkan oleh
bakteri, seperti Shigella, Vibrio Cholera, Salmonella dan E.Coli.2.
Intoleransi makanan Bayi mengalami intoleransi makanan bila tidak
cukup memproduksi enzim untuk mencerna makanan yang ia makan,
misalnya enzim laktase untuk mencerna laktosa (gula dalam susu sapi
dan produk susu lainnya). Gejala-gejala seperti diare,perut
kembung, dapat terjadi bila laktosa tidak terurai. Di Indonesia,
sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi
rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare.
Organisme organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di
usus halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk
ke usus besar. Makanan yang tidak di cerna dan tidak di serap usus
akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini
tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal ini yang menyebabkan
tinja berair pada diare. Sebenarnya usus besar tidak hanya
mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan
cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan
dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.
Diare juga bisa terjadi akibat kurang gizi, alergi, tidak tahan
terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi dan balita banyak memiliki
intoleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh tidak punya atau
hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna
laktosa yang terkandung dalam susu sapi. Lain halnya dengan bayi
yang menyusu ASI. Bayi tersebut tidak akan mengalami intoleransi
laktosa karena didalam ASI terkandung enzim laktose. Disamping itu,
ASI terjamin karena langsung diminum tanpa wadah seperti saat minum
susu formula dengan botol dan dot.3. Makanan dan minuman
Mengkonsumsi terlalu banyak jus, terutama jus buah yang mengandung
sorbitol dan fruktosa tinggi atau terlalu banyak minum minuman
manis dapat membuat perut bayi kaget dan mengalami diare.4.
Antibiotik Jika bayi mengalami diare selama penggunaan antibiotik
mungkin ini berhubungan dengan pengobatan yang sedang dijalani.
Antibiotik dapat membunuh bakteri baik dalam usus5. Alergi makanan
Alergi makanan pada bayi biasanya terjadi pada bayi ketika mulai
makan makanan padat. Alergi makanan dapat menyebabkan berbagai
reaksi, salah satunya adalah diare.
2.4.3. Klasifikasi Menurut pedoman dari laboratorium / UPF Ilmu
Kesehatan Anak Universitas Airlangga (2008) , diare dapat
dikelompok menjadi:1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak
dan berlangsung paling lama 3-5 hari2. Diare Kronis, yaitu diare
yang berlangsung lebih dari 7 hari3. Diare, yaitu bila diare
berlangsung lebih dari 14 hariKlasifikasi diare ke dalam akut dan
kronis bersifat mutlak, tetapi biasanya diare harus berlanggsung
paling sedikit 2 minggu untuk dapat disebut sebagai kronis
(Nelson,2003).Sedangkan menurut pedoman MTBS (2008), ciri-ciri
gejaka klinis tingkat diare dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:1. Diare Ringan Penderita tampak gelisah, suhu tubuh
meningkat,nafsu makan berkurang, tinja disertai lendir, kehilangan
cairan 2-5% dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan
syok. Dibutuhkan terapi cairan peroral sebanyak anak mau minum.
Biasanya pada dehidrasi ini hanya butuh perawatan dan pemulihan
maksimal 3 hari.2. Diare Sedang Terdapat luka lecet disekitar anus
karena sering defekasi, mual karena lambung ikut meradang, gejala
dehidrasi mulai nampak, kehilangan cairan 5-8% dari barat badan
dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,suara serak,penderita
jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. Pada kondisi ini dalam 1 jam
pertama di butuhkan cairan 25-50ml/kg BB peroral
(intragastrik):selanjutnya 125ml/kgBB/hari, biasanya waktu
pemulihan dalam kondisi ini adalah satu minggu.3. Diare BeratTinja
disertai lendir dan darah, warna tinja semakin lama berubah
kehijauan karena bercampur dengan empedu, muntah,tampakgejala
dehidrasi berat, kehilangan cairan 8-10% dari berat badan dengan
gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah
dengan keadaan menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis. Dalam kondisi ini dibutuhkan perawatan yang lama karena
anak kadang mengakami koma dan peradangan pada otak serta
febris.2.4.4.Patogenesis Menurut FKUI (2008), mekanisme dasar yang
dapat menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam,yaitu : gangguan
osmotik, gangguan sekresi, dan gangguan motilitas usus.1. Gangguan
osmotikTerjadi akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
di serap sehingga menyebabkan tingginya tekanan osmotik dalam
rongga usus, dimana isi rongga usus yang berlebihan akan
meerangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbullah diare
(FKUI, 2008). Diare osmotik bisa berhenti jika pemberian makanan
atau obat-obatan yang dapat menyebabkan diare di hentikan.Pada
diare osmotik ,tinja mempunyai kadarNa+ rendah (160 mOsm/L).(Nelson
, 2008).
2. Gangguan sekresiTerjadi akibat rangsangan tertentu (seperti
toksin) pada dinding usus sehingga terjadi peningkatan sekresi air
dan elektrolit ke dalam rongga usus sehingga terdapat peningkatan
isi rongga usus dan penyebab diare (FKUI, 2008). Diare sekretorik
jarang terjadi, jika terjadi kemungkinan adalah suatu kelainanpada
bayi.Diare sekretorik juga dapat terjadi pada penderita
enterokolitis sebagai komplikasi penyakit Hirschsprung atau pada
penderita obstruksi usus parsial akibat stenosis usu halus
(Nelson,2008).3. Gangguan motilitas halusAdanya hiperperistatik
usus dapat mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus dalam
menyerap makanan sehingga dapat menyebabkan diare,namun sebaliknya
jika gerak peristaltik usu menurun maka akan mengakibatkan semakin
berkembangnya bakteri yang dapat menibulkan diare.
(FKUI,2008).2.4.5. Patofisiologi Menurut FKUI (2008),sebagai akibat
yang dapat ditimbulkan diare baik akut maupun kronis dapat terjadi
hal-hal berikut :1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi
dehidrasi) yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia), dimana
secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan
pernafasan yang bersifat cepat, teratur dan dalam (kusmaul).2.
Adanya gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (asupan makanan
berkurang sedangkan pengeluaran makanan melalui diare bertambah).3.
Hipoglekemia, terjadi pad 2-3% dari anak-anak yang menderota diare.
Gejala Hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun
samapai 40% pada bayi 50% pada anak-anak. Hal tersebut dapat berupa
lemas,apatis,peka rangsang, termor, berkeringat, pucat, kejang
sampai moma.(Nursalam,2010).4. Gangguan sirkulasi darah, sebagai
akibat diare dengan atau tidak disertai muntah dapat trjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau syok
hipovolemik.Akibat dari perkusi jaringan yang berkurang dan terjadi
hipoksia serta asidosis yang bertambah berat maka dapat terjadi
perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan jika terlambat
dalam melakukan tindakan maka dapat menyebabkan kematian.(Nursalam,
2010).2.4.6. Manifestasi Klinis Diare yang berupa tinja cair dapat
disertai dengan lendir atau darah, kemudian warna tinja semakin
lama akan berubah warna menjadi kehijau-hijauan karena becampur
dengan empedu. Pada anus serta di daerah sekitar anus akan timbul
lecet yang di sebabkan seringnya defekasi serta tinja yang semakin
lama semakin asamsebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal
dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare yang
disebabkan lambung yang mengalami peradangan atau akibat dari
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
2.4.7. Pemeriksaan LaboratoriumMenurut FKUI (2008) pemeriksaan
laboratorium untuk diare yang dapat di lakukan antara lain :1.
Pemeriksaan tinja2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa
dalam darah3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk
mengetahui faal tinja4. Pemeriksaan elektrolit5. Pemeriksaan
intubasi duodenum2.4.8.KomplikasiMenurut Ngastiyah (2009), akibat
adanya diare dan kehilangan cairan serta elektrolit yang terjadi
secara mendadak, dapat mengakibatkan terjadinya berbagai komplikasi
antara lain:1. Dehidra (ringan, sedang,berat, hipotonik, isotonik,
atau hipertonik).2. Renjatan hipovolemik3. Hipokalemia, dengan
gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
elektrokardiogram.4. Hipoglikemia5. Intoleransi sekunder akibat
kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase.6. Kejang
terjadi pada keadaan dehidrasi hipertonik Malnutrisi energy protein
(akibat muntah dan diare,jika lama atau kronik).
2.4.9. PengobatanDasar pengobatan diare menurut FKUI (2008),
antara lain :1. Pemberian cairan (oral atau parental)2. Dietetik
(pemberian makanan)3. Pemberian obat-obatan seperti obat anti
sekresi, anti spasmolitik, obat pengeras tinja, antibiotik (jika
diketahui karena infeksi bakteri)
BAB 3KERANGKA KONSEPTUAL3.1 Kerangka Konsep Konsep merupakan
abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal yang
khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak
dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati
melalui konstruk atau yang lebig dikenal dengan nama variabel. Jadi
variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau
bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu yang bervariasi
(Notoadmodjo, 2012). Kerangka Konsep merupakan bagian penelitian
yang menyajikan konsep atau teori dalam bentuk kerangka konsep
penelitian. Cara membuat kerangka konsep ini adalah mengacu pada
masalah-masalah (bagian-bagian) yang akan diteliti atau berhubungan
dengan penelitian dan dibuat dalam bentuk diagram (Hidayat,
2010).
Faktor PsikologiFaktor InfeksiFaktor MakananFaktor
MalabsorbsiMalabsorbsi Karbohidrat, Lemak dan ProteinMeningkatkan
tekanan OsmotikPergeseran air dan elektrolit ke rongga ususNafsu
makan menurunDiare1.Diare Ringan2.Diare Sedang3.Diare BeratBB
MenurunKejadian Gizi Kurang
Keterangan :
Diteliti= Tidak diteliti=
Gambar 3.1Kerangka Konseptual Hubungan antara Gizi Kurang pada
Balita dengan Kejadian penyakit Diare diWilayah Kerja UPT.
Puskesmas Saronggi Kec. Saronggi Kab.Sumenep pada tahun 2014
Pada gambar 3.1 diatas menjelaskan bahwa Diare disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor
makanan dan faktor psikologi. Pada faktor malabsorbsi seperti
gangguan absorbsi karbohidrat, lemak dan protein sehingga makanan
tidak dapat dicerna dan proses penyerapan makanan di usus halus
terganggu. Dampaknya makanan yang tidak dapat dicerna tersebut
kemudian masuk ke usus besar dan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat. Dimana isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbullah diare.
Karena makanan yang tidak dicerna dan diserap tersebut akan menarik
air dan elektrolit dari dinding usus dan dipihak lain, pada keadaan
ini tidak sempat diserap oleh usus besar sehingga terjadilah diare.
Diare diklasifikasi menjadi 3 tahap, yaitu diare ringan, diare
sedang dan diare berat. Yang dapat menyebabkan nafsu makan menurun
dan penurunan Berat badan. Jika hal ini dibiarkan dalam waktu lama
dan terus berlanjut maka akan jatuh ke dalam kondisi Gizi Kurang.
3.2. Hipotesis Hipotesis untuk penelitian ini adalah Ada hubungan
antara Gizi Kurang pada Balita dengan kejadian penyakit Diare di
Wilayah Kerja UPT. Puskesmas Saronggi Kecamatan Saronggi Kabupaten
Sumenep tahun 2014.
BAB 4METODOLOGI PENELITIANDalam bab Metodologi Penelitian ini,
peneliti akan membahas tentang Desain penelitian, Kerangka kerja,
Populasi dan Sampel, Variabel penelitian dan definisi Operasional
serta pengumpulan dan analisis data.4.1 Desain PenelitianMenurut
Hidayat (2010), Secara umum terdapat berbagai jenis penelitian.
Penelitian tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan ruang
lingkup, tempat, cara pengumpulan data, ada atau tidaknya
perlakuan, waktu pengumpulan data, tujuan penelitian dan sumber
data.Dalam penelitian ini, berdasarkan tujuannya dapat
dikategorikan kedalam penelitian Analitik yang bertujuan untuk
mengetahui apakah ada hubungan antara penyakit Diare pada Balita
dengan kejadian Gizi kurang.Berdasarkan pengumpulan datanya,
penelitian ini termasuk dalam penelitian survei yang dilakukan
dengan cara memberikan kuesioner. Berdasarkan ada atau tidaknya
perlakuan, penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental
yang tidak memberikan intervensi tertentu pada objek dan hanya
mengamati kejadian yang sudah ada.Berdasarkan tempat, penelitian
ini termasuk penelitian lapangan yang dilakukan di lingkungan alam
dimana kegiatan dilakukan sehari-hari.Sedangkan berdasarkan sumber
datanya, penelitian ini termasuk penelitian Sekunder, dimana data
telah dikumpulkan oleh pihak lain (Puskesmas ) dan data sudah
ada.Selain itu, berdasarkan jenis datanya penelitian ini termasuk
kedalam penelitian kuantitatif yaitu penelitian korelasional.4.2
Kerangka Kerja (Frame Work)
Populasi : Semua Ibu yang mempunyai balita Gizi Kurang di
Kecamatan Saronggi di wilayah kerja Puskesmas Saronggi tahun 2014,
N=23Sampel : Semua Ibu yang mempunyai balita Gizi Kurang di
Kecamatan Saronggi di wilayah kerja Puskesmas Saronggi tahun 2014,
n=23Tekhnik sampling : Total Sampling Variabel penelitian :Variabel
Independent : Gizi Kurang pada balita Variabel Dependent : Kejadian
Penyakit diare Pengumpulan data : Lembar Observasi dan Kuesioner
Pengolahan data : editing, coding, scoring, entry data, tabulating,
analisa dataAnalisa Data: Uji SpearmanHasilPembahasanKesimpulan dan
saranKerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan
dalam penelitian yang berbentuk kerangka atau alur penelitian
(Hidayat, 2010).
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian4.3 Sampling Desain4.3.1
PopulasiPopulasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya ( Sugiyono, 2000 ).Populasi dalam penelitian ini
adalah semua balita Gizi Kurang di Kecamatan Saronggi tahun 2014
wilayah kerja Puskesmas Saronggi kabupaten Sumenep, dengan jumlah
23 orang.4.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel dalam penelitian ini adalah
semua balita Gizi Kurang di Kecamatan Saronggi tahun 2014 wilayah
kerja Puskesmas Saronggi kabupaten Sumenep, dengan jumlah 23
orang.4.3.3 Tekning Sampling Teknik sampling adalah cara atau
teknik-teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel sehingga
sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya (Notoatmodjo,
2005). Tekhnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Total Sampling atau Sampling Jenuh yaitu, mengambil semua anggota
populasi menjadi sample.
4.4 Identifikasi Variabel penelitian4.4.1 Klasifikasi
variabelVariabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki
oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012). Dalam Penelitian ini ada
dua Variabel yaitu:1. Variabel Independen yaitu variabel yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependent ( Terikat
). Variabel ini sering disebut variabel bebas artinya bebas dalam
mempengaruhi variabel lain ( Hidayat, 2010 ).Variabel Independen
dalam penelitian ini adalah Gizi Kurang pada Balita usia 1-5
tahun.2. Variabel Dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini sering disebut
variabel tergantung (Hidayat, 2010).Dalam penelitian ini variable
dependen yaitu Kejadian Penyakit Diare.4.4.2 Definisi Operasional
variabelDefinisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati,
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi
operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran
dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana
variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya (Hidayat,
2010).Tabel 4.1. Definisi Operasional VariabelVariabelDefinisi
OperasionalParameterAlat UkurSkala DataSkor
Gizi Kurangadalah kurangnya zat-zat penting yang diperlukan oleh
tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat dan vitamin.- Dikatakan
KEP Ringan jika Kurang energi (malas), BB menurun, LILA menurun,
maturasi tulang terhambat, aktivitas dan perhatian anak berkurang.-
Dikatakan KEP Sedang jika pucat (anemia), mata tampak besar dan
dalam, UU besar dan cekung, perut membuncit dan cekung, rambut
tipis, kusam, kering dan bersisik.- Dikatakan KEP Berat jika
memperlihatkan gejala kwashiorkor(oedema, wajah sembab, cengeng,
rewel dll), Marasmus (tampak kurus, wajah seperti orang tua, perut
cekung, kulit keriput, dll), Kwashiorkor-marasmus (gabungan dari
kedua gejala) Lembar observasi
Ordinal1. KEP Ringan = 32. KEP Sedang =23. KEP Berat =1
Penyakit DiareBuang air besar dengan frekuensi lebih dari 3x dan
dengan konsistensi yang cair.Tingkat diare diklasifikasi: Diare
Ringan : Gelisah Suhu tubuh meningkat Tinja disertai lendir
Kehilangan cairan 2-5% Diare Sedang : Luka lecet disekitaran anus
Kehilangan cairan 5-8% Turgor kulit jelek Diare Berat : Tinja
disertai lendir dan darah Tinja berwarna kehijauanKehilangan cairan
8-10%KuesionerOrdinal1. Diare Ringan (Skor 1-10)2. Diare Sedang
(Skor 11-20)3. Diare Berat (Skor 21-30)
4.5 Instrumen Penelitian Alat atau Instrumen pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan jenis
pertanyaan tertutup dan lembar observasi. Bentuk pertanyaan
tertutup mempunyai keuntungan mudah mengarahkan jawaban responden
dan mudah diolah (ditabulasi), tetapi kurang mencakup atau
mencerminkan detail jawaban semua responden. Dari hasil kuesioner
tersebut akan dicatat untuk dianalisis (Notoatmodjo, 2010).4.6
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Saronggi kecamatan Saronggi kabupaten Sumenep tahun
2014 dan akan dilaksanakan pada bulan mei tahun 2014.4.7
Pengumpulan Data4.7.1 Proses Pengumpulan Data Pengumpulan data
adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan
karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2003). Langkah-langkah pengambilan datanya adalah
sebagai berikut:1. Mengurus surat pengantar dari kampus untuk
pengambilan data, dan mengedarkan surat ke tempat yang dituju
yaitu: kampus ditujukan ke Dinkes dan kemudian ditembuskan ke
Puskesmas Saronggi.2. Memberikan penjelasan kepada responden
tentang tujuan penelitian dan bila bersedia menjadi responden
dipersilahkan menandatangani informed concent.3. Mengkaji data dari
responden tentang Hubungan Gizi Kurang dengan Kejadian Penyakit
Diare dengan menggunakan tekhnik wawancara dengan (kuesioner)
kepada responden yang dilakukan pada bulan mei tahun 2014 dan tiap
responden langsung menjawab pertanyaan yang diajukan Peneliti,
sedangkan peneliti mengisi kuesioner sesuai jawaban dari responden
dan untuk mengetahui gizi kurang pada balita, juga menggunakan
Kuesioner. 4. Peneliti melakukan pengolahan data sesuai hasil
penelitian.4.8 Pengolahan DataData yang terkumpul dari kuesioner
yang telah diisi, diolah dengan tahap sebagai berikut:4.8.1
EditingEditing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan.Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2010).4.8.2
CodingCoding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.(Hidayat,
2010).Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan
analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode
dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book)
untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variabel.
1. Kode Gizi KurangKode 1 = KEP RinganKode 2 = KEP SedangKode 3
= KEP Berat2. Kode Penyakit DiareKode 1 = Diare RinganKode 2 =
Diare SedangKode 3 = Diare Berat4.8.3 ScoringScoring adalah memberi
scor terhadap item-item yang perlu dibuat skor nilai tertinggi dari
semua item pertanyaan adalah 100% dan nilai terendah adalah 0.Pada
penelitian ini untuk variabel Independent menggunakan alat Ukur
Lembar Observasi. Sistem Scoring dari lembar observasi adalah :KEP
Ringan : 3KEP Sedang : 2KEP Berat : 1Untuk Variabel Dependent
menggunakan alat ukur Kuesioner. Sistem skoring dari Kuesioner
tersebut adalah :1. Skor 1-10 = Diare Ringan 2. Skor 12-20 = Diare
Sedang 3. Skor 22- 30 = Diare Berat
4.8.4 Entri DataEntri data merupakan kegiatan memasukkan data
yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database
komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau
dengan membuat tabel kontingensi (Hidayat, 2010).4.8.5 Tabulating
Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel. Langkah ini untuk
mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian
dimasukkan kedalam tabel yang sudah disiapkan. Selanjutnya data
dimasukkan ke komputer dan di analisis secara statistik menggunakan
rumus : P= Rx 100%Dimana :P: nilai persentaseQ : skor dalam
menjawabR : skor yang diharapkanHasil analisis data dalam bentuk
persentase kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan skala
sebagai berikut:100 % : Seluruhnya76-99% : Hampir seluruhnya51-75%
: Sebagian besar50% : Setengahnya26-49% : Hampir setengahnya1-25% :
Sebagian kecil0% : Tidak satupun (Arikunto, 2010) 4.8.6 Analisa
DataAnalisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa
Bivariate (dilakukan terhadap 2 variabel) dengan Uji Spearman dan
menggunakan tabel distribusi frekuensi dengan bantuan program
komputer SPSS versi 16.0 for Windows.4.9. Masalah Etika Penelitian
Masalah etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting.
Masalah etika penelitian meliputi :1. Informed Consent
(Persetujuan) Lembar persetujuan diberikan kepada responden sebelum
mengumpulkan data melalui angket dengan tujuan agar responden
mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Ibu yang bersedia untuk
diteliti, maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut dan
jika ibu menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak boleh memaksa
dan tetap menghormati hak-hak responden.2. Anonymity (Tanpa nama)
Dalam pengumpulan data, nama responden tidak perlu dicantumkan pada
lembar kuesioner sebagai alat pengumpulan data, cukup memberikan
nomor kode kepada masing-masing lembar kuesioner.3. Confidentiality
(Kerahasiaan) Kuesioner yang telah diisi responden kemudian
dikumpulkan dan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,S.(2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia
Pustaka UtamaArikunto. (2010). Prosedur Penelitian Pendkatan
Praktek. Jakarta: Rineka CiptaBPS. Konsumsi Kalori dan Protein
Penduduk Indonesia dan Propinsi 1999. Jakarta: Biro Pusat
Statistik, 2005Departemen Kesehatan RI.(2005). Balita BGM.
JakartaDepartemen Kesehatan RI. (2008). Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS). JakartaDepartemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat
FKM,UI (2008). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Raja
Grafindo PersadaFKUI.(2008). Imu Gizi Klinis pada Anak.Jakarta:
Balai Penerbit FKUIHidayat, AAA. ( 2010 ). Metode Penelitian
Kebidanan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta: Salemba
MedikaMaryunani, A.(2010). Asuhan pada ibu PostPartum.Jakarta:
EGCMoehji, S. ( 2005 ). Ilmu Gizi 2: Penanggulangan Gizi Buruk.
Jakarta: Papas Sinar Sinanti.Nelson.(2005). Ilmu Kedokteran nak
Edisi 15.Jakarta: EGCNgastiyah.(2005). Perawatan Anak
Sakit.Jakarta:EGCNgastiyah,(2005).Perawatan Anak
Sakit.ECG.Jakarta.Notoatmodjo, S. (2005), Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan , Jakarta, Rineka cipta.Notoadmodjo, S. (2010).
Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.Notoadmodjo,
S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan Cetakan Kedua. Jakarta:
Rineka CiptaNursalam.( 2010).Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.
Jakarta: Salemba Medika Pudjiadi.(2003). Ilmu Gizi Klinis. Jakarta:
Balai Penerbit FKUIProverawati. (2010). Buku Ajar Gizi untuk
Kebidanan. Jogjakarta: Nuha MedikaSediaoetoma.(2010). Ilmu Gizi
untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian RakjatSoekirman.(2000).
Ilmu Gizi dan Aplikasinya.Jakarta: Departemen PendidikanSugiyono. (
2004 ). Statistika untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.Supariasa ,
IGD., et al. ( 2007 ). Penilaian Status Gizi.Jakarta: EGC.
Lampiran 2
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
KepadaYth.Ibu Responden
Sebagai persyaratan tugas akhir Mahasiswi Prodi D-III Kebidanan
Universitas Wiraraja Sumenep, peneliti akan melakukan penelitian
tentang Hubungan antara Gizi Kurang pada Balita usia 1-5 tahun
dengan Kejadian Penyakit Diare di Wilayah Kerja UPT.Puskesmas
Saronggi Kec. Saronggi Kab. Sumenep tahun 2014.Demi terciptanya
tujuan penelitian ini dengan segala hormat dimohon kesedian Ibu
untuk menjadi responden dan bersedia mengisi format yang telah
disediakan peneliti dan mengenai data yang telah anda berikan akan
dijamin kerahasiannyaDemikian atas bantuan dan kerjasamanya, saya
sampaikan terima kasih.
Sumenep,Mei 2014Peneliti
SELLINA RUKMAWATI
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Peneliti: Sellina RukmawatiPembimbing: 1. Endang Susilowati,
S.ST,MM 2. Dian Ika Puspitasari, S.Kep.NsDengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk
turut berperan serta sebagai responden dalam penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswi Program D-III Kebidanan Universitas
Wiraraja Sumenep yang berjudul Hubungan antara Gizi Kurang pada
Balita usia 1-5 tahun dengan Kejadian Penyakit Diare di Wilayah
Kerja UPT.Puskesmas Saronggi Kec. Saronggi Kab. Sumenep tahun
2014.Tanda tangan saya dibawah ini menunjukkan bahwa saya diberi
informasi dan kebebasan untuk memutuskan dan berperan serta dalam
penelitian ini secara sadar dan suka rela serta tidak ada unsur
paksaan dari siapapun dan dari pihak manapun.Sumenep, Mei 2014
Responden
(.)Lampiran 4LEMBAR KUESIONER HUBUNGAN ANTARA GIZI KURANG PADA
BALITA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DIARE DI WILAYAH KERJA UPT.
PUSKESMAS SARONGGI KEC. SARONGGI KAB. SUMENEP Data Umum
Responden:Isilah identitas dibawah ini !1. Inisial :2. Jenis
Kelamin:3. Alamat:4. Umur:5. Pendidikan terakhir ?a. Tidak lulus
SDb. SDc. SMPd. SMAe. PT6. Pekerjaan Ibu ?a. Tidak bekerja / IRTb.
Buruh / tanic. Wiraswastad. PNSe. Lainnya Data Khusus Responden1.
Gizi Kurang KEP RinganTanda dan gejala :1. Kurang energi ( malas ),
2. Kenaikan berat badan berkurang atau berhenti dan ada kalanya
berat badan menurun, 3. ukuran lingkar lengan atas menurun, 4.
maturasi tulang terhambat, 5. Rasio berat terhadap tinggi normal
menurun, 6. lipatan kulit normal kurang, 7. aktivitas dan perhatian
anak berkurang dibandingkan anak yang sehat,8. kelainan kulit dan
rambut jarang ditemukan.
- Petunjuk Pengisian Contrenglah yang dianggap sesuai dengan
fisik dan keadaan responden ()RespondenKEP Ringan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
KEP Sedang1. Pucat karna anemia, 2. mata tampak besar dan
dalam,3. ubun-ubun besar dan cekung, 4. terjadi atropi otot, 5.
perut membucit dan cekung, 6. rambut tipis, 7. kulit kusam, kering
dan bersisik.
- Petunjuk Pengisian Contrenglah yang dianggap sesuai dengan
fisik dan keadaan responden ()RespondenKEP Sedang
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
KEP berat : Dibagi dalam tiga klasifikasi yaitu :a. Kwashiorkor
: kekurangan proteinTanda-tanda :1. Edema umumnya diseluruh tubuh
terutama pada kaki2. Wajah membulat dan sembab 3. Perubahan status
mental : cengeng, rewel kadang apatis4. Anak sering menolak jenis
makanan5. Rambut berwarna kemerahan, kusam dan mudah dicabut6.
Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi
berdiri dan duduk, anak lebih sering berbaring7. Sering disertai
infeksi, anemia serta diare8. Gangguan kulit berupa bercak merah
yang meluas dan berubah menjadi hitam terkelupas9. Pandangan mata
anak tampak sayub. MarasmusTanda-tanda :1. Anak tampak kurus,
tinggal tulang terbungkus kulit2. Cengeng, rewel dan perut cekung3.
Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak
ada4. Wajah seperti orang tua5. Sering disertai diare kronik /
konstipasi serta penyakit kronik lainnya6. Tekanan darah, detak
jantung dan pernafasan kurang c) Marasmus Kwashiokor Tanda-tandanya
merupakan gabungan dari ke dua jenis KEP di atas (Moehji, 2003)
- Petunjuk Pengisian Contrenglah yang dianggap sesuai dengan
fisik dan keadaan responden ()NoKEP Berat
KwashiorkorMarasmusKwashiorkor-Marasmus
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
2. Penyakit DiarePetunjuk Pengisian Bacalah pertanyaan dengan
teliti sebelum menjawab Pilihlah salah satu jawaban yang ibu anggap
benar dengan cara memberi tanda silang (x) pada jawaban yang
tersedia.1. Apakah anak ibu pernah diare?a). Pernahb). Tidak
Pernahc). Sering 2. Berapa kali anak anda diare dalam 1 hari ?a).
3-4 kalib). 4-6 kali c). >6 kali3. Bagaimana konsistensi tinja
anak ibu pada waktu diare?a). Cairb). Cair dan berampasc). Ada
lendir/darah dalam tinja4. Bagaimana keadaan anak ibu ketika
diare?a).Gelisah, badan panas, tidak enak makanb). Mual, suara
serak, sesak,nafsu makan menurunc)Muntah, nafsu makan menurun, syok
(semaput)5. Bagaimana warna tinja bayi anda pada waktu diare?a).
Kuningb). Merahc). Hijau6. Bagaimana Penanganan yang diberikan ibu
ketika anak mengalami diare ?a). Dibawa ke klinik untuk mendapat
pengobatan b.) Diberikan obat-obat yang didapat dari tokoc.)
Dibiarkan sampai sembuh dengan sendirinya
7. Biasanya selama anak ibu Diare, penyakit apa yang
menyertai?a.) Tubuh terasa Lemas b.) Mual dan muntahc.) Demam
tinggi8. Berapa lama proses kesembuhannya ketika anak ibu mengalami
Diare ?a). < 7 harib). 7-14 haric). > 14 hari9. Darimana
sumber air yang digunakan untuk anak ibu ?a. ) Air rebusanb.) Air
meneralc.) Air mentah10. Bagaimana pemulihan keadaan fisik anak ibu
setelah mengalami diare ?a.) Cepat pulih dan nafsu makan kembali
membaik, BB meningkatb.) Berangsur-angsur pulih dan BB meningkat
perlahanc.) Fisik lemah, Nafsu makan menurun dan BB tetap atau
menurun