OMSET PENJUALAN PUPUK DITINJAU DARI MODAL DAN PEMBERIAN KREDIT PADA KELOMPOK TANI DESA GILIREJO KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI A. Latar Bel akang Masalah Pembangunan sering kali di artikan pada pertumbuhan dan perubahan. Jadi, pembangunan pertanian dapat di artikan jika terjadi pertumbuhan dalam sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan dalam masyarakat yang pada umumnya adalah petani yang kurang baik menjadi lebih baik. Seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat yang pesat, semakin besar pula ke mungkina n kebutu han ma nusia y ang tidakterbatas untuk bisa terpenuhi. Khususnya bagi masyarakat pedesaan yang masih memiliki lahan pertanian dan tidak mempunyai keahlian lain ataupun tingkat pendidikan yang rendah maka secara tidak langsung untuk mencukupi kebutuhannya dengan cara memanfaatkan lahan pertanian yang ada. Pertanian pada mulanya merupakan suatu yang sederhana dan sangat alami pada pembawaannya, melihat kenyataan tersebut tidak sedikit pula masyarakat yang menggantungkan hidupnya dalam sektor pertanian kurang bisa memaksimalkan hasil panen mereka. Karena sebagian dari sekian banyakpetani yang ada, sudah menggunakan berbagai macam kemajuan alat pertanian yang tentunya sangat mempengaruhi tingkat produktivitas hasil pertanian masih ada yang mengunakan alat-alat tradisional. Walaupun dengan alat tradisional tersebut dapat menghemat biaya akan tetapi kurang bisa
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI
A. Latar Belakang Masalah
Jadi, pembangunan pertanian dapat di artikan jika terjadi
pertumbuhan dalam
sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan
dalam
masyarakat yang pada umumnya adalah petani yang kurang baik
menjadi
lebih baik. Seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi masyarakat
yang
pesat, semakin besar pula kemungkinan kebutuhan manusia yang
tidak
terbatas untuk bisa terpenuhi. Khususnya bagi masyarakat pedesaan
yang
masih memiliki lahan pertanian dan tidak mempunyai keahlian lain
ataupun
tingkat pendidikan yang rendah maka secara tidak langsung untuk
mencukupi
kebutuhannya dengan cara memanfaatkan lahan pertanian yang
ada.
Pertanian pada mulanya merupakan suatu yang sederhana dan
sangat
alami pada pembawaannya, melihat kenyataan tersebut tidak sedikit
pula
masyarakat yang menggantungkan hidupnya dalam sektor pertanian
kurang
bisa memaksimalkan hasil panen mereka. Karena sebagian dari sekian
banyak
petani yang ada, sudah menggunakan berbagai macam kemajuan
alat
pertanian yang tentunya sangat mempengaruhi tingkat produktivitas
hasil
pertanian masih ada yang mengunakan alat-alat tradisional. Walaupun
dengan
memanfaatkan waktu dengan baik. Dengan melihat hal yang seperti itu
maka
kelompok tani juga memberikan kemudahan bagi petani dengan
cara
memberikan bantuan berupa alat-alat pertanian.
Kelompok tani itu sendiri secara tidak langsung dapat
dipergunakan
sebagai salah satu usahauntuk meningkatkan produktivitas usaha tani
melalui
pengelolaan usaha tani secara bersamaan. Kelompok tani juga
digunakan
sebagai media belajar organisasi dan kerjasama antar petani. Dengan
adanya
kelompok tani, para petani dapat bersama – sama
memecahkan permasalahan
yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian,
teknis
produksi dan pemasaran hasil. Kelompok tani sebagai wadah
organisasi dan
bekerja sama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting
dalam
kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan
dalam
berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Melihat
potensi
tersebut, maka kelompok tani perlu dibina dan diberdayakan lebih
lanjut agar
dapat berkembang secara optimal. Pentingnya pembinaan petani
dengan
pendekatan kelompok tani juga dikemukakan oleh Mosher (1994)
bahwa
salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya
kegiatan
petani yang tergabung dalam kelompok tani. Disamping itu agar
mereka
dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu
gerakan
kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama
menurut
pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan masalah-masalah
yang
apa yang telah direncanakan maka dalam proses penjualan barang atau
jasa
tersebut bisa mendapatkan omset yang memiliki potensi yang sangat
baik.
Pada dasarnya omset penjualan identik dengan volume
penjualan.
Omset penjualan akan meningkat jika diiringi dengan kegiatan
penjualan yang
efektif. Menurut Sutamto (1997) penjualan merupakan usaha yang
dilakukan
manusia untuk menyampaikan barang dan jasa kebutuhan yang
telah
dihasilkannya kepada mereka yang membutuhkan dengan imbalan
uang
menurut harga yang telah ditentukan sebelumnya. Maka usaha yang
dilakukan
kelompok tani untuk mencapai omset penjualan yang lebih baik
juga
memerlukan strategi yang baik untuk dapat menarik minat
petani.
Dalam mengupayakan peningkatan omset penjualan kelompok tani
setidaknya lebih mampu mengupayakan hal- hal yang dapat mendorong
dalam
kegiatan-kegiatan pertanian itu sendiri, sehingga timbulah
kesadaran pada
masyarakat yang khususnya petani kecil dalam upaya
meningkatkan
produktifitas pendapatan hasil tani mereka sehingga petani dapat
memenuhi
kebutuhannya. Menurut J.Ravianto (1990:4) bahwa: “kesesuaian
antara
kebutuhan individu (pekerja) dengan kebutuhan perusahaan merupakan
faktor
yang penting untuk menunjang produktivitas kerja”. Dalam
usaha
peningkatan produktivitas kerja petani memang tidak selalu dapat
berjalan
lancar. Untuk itu pihak perusahaan harus berupaya memadukan
antara
kebutuhan petani dengan kebutuhan kelompok tani, sehingga
dapat
menunjang semakin meningkatnya omset penjualan pada kelompok
tani.
yang berkualitas, pada umumnya petani khususnya petani kecil
mengalami
hambatan terutama dalam pengadaan dana untuk membeli berbagai
input
produksi, seperti pembelian pupuk yang harganya mudah dijangkau
dengan
tingkat kualitas yang memadai. Dalam kondisi ini petani dihadapkan
pada
dilema peningkatan hasil produksi usaha pertaniannya. Disatu pihak
petani
dituntut untuk meningkatkan produktivitas usaha tani pada luas
lahan yang
terbatas untuk dapat meningkatkan pendapatannya. Dilain pihak
untuk
meningkatkan produktivitas, petani harus mengeluarkan tambahan
biaya
akibat meningkatnya jumlah dan jenis input yang harus dibeli, serta
akibat
meningkatnya harga input karena berkurangnya subsidi pemerintah
terhadap
harga pupuk, obat-obatan dan benih unggul.
Pada kenyataanya, untuk mendapatkan bahan-bahan pertanian
masih
banyak yang bergantung pada pengecer yang harganya lebih
tinggi
dibandingkan dengan harga yang ditentukan oleh kelompok tani.
Selain itu
adanya perbedaan kualitas produk yang ditawarkan oleh kelompok
tani
dengan pengecer pada umumnya. Karena dalam kelompok tani
mempunyai
tiga tujuan umum dalam penjualan seperti yang dirumuskan oleh
Basu
Swastha dalam bukunya Azas-Azas Marketing (2008:27) adalah
sebagai
berikut: (a) Berusaha mencapai penjualan tertentu, (b) Berusaha
mendapatkan
laba, dan (c) Menunjang pertumbuhan perusahaan. Usaha untuk
mencapai
ketiga tujuan tersebut, tidak sepenuhnya hanya dilakukan oleh
pelaksana
tersedianya modal kerja.
Pada hakekatnya modal juga dapat dikatakan sebagai modal kerja
yang
merupakan salah satu faktor produksi usaha tani yang penting,
disamping
faktor lahan, tenaga kerja dan manajemen. Menurut Sofyan Safri
Harahap
(2007:288) Modal kerja bisa juga dianggap sebagai dana yang
tersedia untuk
diinvestasikan dalam aktiva lancar atau untuk membayar utang
lancar. Oleh
karena itu permodalan yang lemah akan membatasi ruang gerak dan
aktivitas
usaha untuk menunjang keberhasilan pembangunan pertanian,
terutama
meningkatkan kemampuan berusaha bagi petani. Jadi untuk
meningkatkan
kemampuan ruang gerak dan aktivitas dalam berusaha tani
khususnya
pelaksanaan intensifikasi, maka petani memerlukan pinjaman modal
berupa
kredit usaha tani. Dari pinjaman modal tersebut diharapkan kelompok
tani
mampu memanfaatkannya dengan maksimal sehingga tingkat
poduktivitas
pendapatan petani menjadi lebih baik dan tingkat penjualan pupuk
juga bisa
lebih maksimal. Produktivitas yang dimaksud adalah kemampuan
untuk
melakuan jual-beli barang dagangan yang khususnya pada penjualan
pupuk.
Dengan pola pemberian kredit usaha tani, petani dibimbing
untuk
menerapkan teknologi usaha tani sesuai dengan yang
direkomendasikan,
dengan bimbingan tersebut diharapkan petani dapat memanfaatkan
seefektif
dan seefisien mungkin, sehingga produksi dan pendapatan petani
diharapkan
akan meningkat, dengan meningkatnya pendapatan para petani
diharapkan
pada kenyataannya sering terjadi kelangkaan pupuk pada saat pupuk
itu
sendiri sedang dibutuhkan oleh petani.“Salah satu unsur yang selalu
melekat
dalam setiap pemberian kredit adalah adanya “ resiko “ sehingga
pemberian
kredit disebut juga sebagai penanaman dana dalam bentuk “ risk
assets “. Dan
sebagaimana juga diketahui bahwa resiko atas suatu hal, adalah
bersifat
merugikan, dan sebagai sesuatu musibah atau malapetaka, resiko
datangnya
tidak pasti dan tidak dapat diduga dan dapat terjadi dengan
tiba-tiba harus
terjadi” ( Hasanudin Rahman, 2008:5).
Melihat hal tersebut maka dalam sebuah bentuk kelompok tani
berusaha
memberikan kemudahan bagi petani untuk memperoleh modal yang
dapat
menunjang dalam pertanian. Kemudahan tersebut diberikan oleh
kelompok
tani dengan sistem pinjaman kredit yang sama-sama mendapatkan
keuntungan. Keuntungan tersebut dapat terbukti dengan sistem
pinjaman
kredit tersebut maka kelompok tani memperoleh omset penjualan pupuk
yang
sudah di targetkan dan bagi petani dapat memperoleh pupuk dengan
mudah
tanpa harus memiliki uang untuk membeli pupuk langsung pada
pengecer.
Dalam sistem pinjaman ini juga memberikan keamanan dan kemudahan
tanpa
adanya resiko yang sekiranya dapat merugikan para petani.
Kelompok tani sangatlah membantu dalam usaha yang dilakukan
petani
untuk meningkatkan hasil pertanian menjadi lebih baik. Dalam
meningkatkan
omset penjualan pupuk itu sendiri, kelompok tani bekerja keras
untuk bisa
merangkul masyarakat untuk bisa memilih pupuk yang berkualitas
dan
mampu memanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya.
judul “OMSET PENJUALAN PUPUK DITINJAU DARI MODAL DAN
PEMBERIAN KREDIT PADA KELOMPOK TANI DESA GILIREJO
KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI”.
yang dapat dipertanggung jawabkan, penelitian ini dibatasi hal-hal
sebagai
berikut:
Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali pada tahun 2009-
2011.
2. Modal (modal kerja) yang digunakan pada Kelompok Tani Desa
Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
3. Harga penjualan pupuk secara kredit pada kelompok tani
Desa
Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas agar dapat secara jelas, maka
yang
menjadi perumusan masalah adalah:
pupuk pada kelompok tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten Boyolali?
Kabupaten Boyolali?
menentukan omset penjualan pupuk pada kelompok tani Desa
Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui peningkatan omset penjualan pupuk tahun
2010-2011 pada kelompok tani Desa Gilirejo Kecamatan
Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
kerja) pada Kelompok Tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten Boyolali.
tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
pemberian kredit pada kelompok tani desa Gilirejo Kecamatan
Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
masalah yang dihadapi perusahaan / instansi.
b. Bagi Peneliti, Untuk menambah wawasan pengetahuan dan
dapat
mengembangkan untuk penelitian selanjutnya.
pengetahuan, informasi sekaligus sebagai bahan acuan
untuk
perbandingan dalam penelitian serupa.
menjual barang/jasa. Menurut Sutamto (1997:10) tentang
pengertian
penjualan: "Penjualan adalah usaha yang dilakukan manusia
untuk
menyampaikan barang dan jasa kebutuhan yang telah
dihasilkannya
kepada mereka yang membutuhkan dengan imbalan uang menurut
harga
yang dimana si penjual atai produsen memastikan mengaktifkan
dan
memuaskan kebutuhan atau keinginan pembeli/konsumen agar
dicapai
mufakat dan manfaat baik bagi si penjual maupun sipembeli
yang
berkelanjutan dan menguntungkan kedua belah pihak. Dari
pendapat
tersebut maka penjualan itu merupakan kegiatan
menawarkan/memasarkan
barang dan jasa kepada pembeli yang berminat yang nantinya akan
dibayar
jika telah terjadi kesepakatan mengenai harga barang/jasa
itu. A. Arifinal
Chaniago (1995:14) memberikan pendapat tentang omzet
penjualan
adalah: "Keseluruhan jumlah pendapatan yang didapat dari hasil
penjulan
suatu barang/jasa dalam kurun waktu tertentu". Basu Swastha
(1983:14)
memberikan pengertian omset penjualan adalah: "Akumulasi dari
kegiatan
penjualan suatu produk barang barang dan jasa yang dihitung
secara
keseluruhan selama kurun waktu tertentu secara terus menerus atau
dalam
satu proses akuntansi”.
adalah keseluruhan jumlah penjualan barang/jasa dalam kurun
waktu
tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh.
Seorang
pengelola usaha dituntut untuk selalu meningkatkan omzet penjualan
dari
hari kehari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan dan dar
tahun ke
tahun. Hal ini diperlukan kemampuan dalam memanajemen modal
terutama modal kerja agar kegiatan operasional perusahaan dapat
terjamin
kelangsungannya.
membiayai kegiatan operaionalnya sehari-hari, misalnya : gaji,
upah
buruh, uang muka pembelian bahan mentah, dan sebagainya.
Modal
likuiditas.
untuk membiayai operasi perusahaan yaitu yang merupakan
kelebihan
aktiva lancar di atas utang lancarnya″Menurut Bambang Riyanto
(2001:58).
jangka pendek, yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari
pinjaman
jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan″ Menurut
S.
Munawir (2002:115).
perusahaan pada aktiva jangka pendek, kas, sekuritas yang
mudah
dipasarkan, persediaan, dan piutang usaha”. Jadi modal kerja
merupakan investasi dalam bentuk uang tunai, kas, surat
berharga,
piutang, dan persediaan yang dapat digunakan untuk membiayai
aktiva lancar.
diinvestasikan dalam aktiva lancar atau untuk membayar utang
lancar″. Menurut Sofyan Safri Harahap (2007:288)
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian
modal kerja, maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja
merupakan
kelebihan dari aktiva lancar diatas hutang lancarnya yang
benar-benar
digunakan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan
sehari-
hari. seperti membiayai pembelian bahan mentah, membayar upah
buruh, gaji pegawai, dimana uang yang telah dikeluarkan itu
diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan
dalam
waktu jangka pendek.
dapat digolongkan sebagai berikut:
Modal kerja permanen adalah modal kerja yang harus tetap ada
pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau
dengan
kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukkan
untuk
kelancaran usaha. Permanent working capital ini dapat
dibedakan
menjadi:
harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas
usahanya.
Modal kerja normal adalah jumlah modal kerja yang
diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang
normal. Pengertian “normal” disini adalah dalam artian yang
dinamis.
Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja
ini dibedakan antara lain :
Modal kerja musiman adalah modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b) Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)
Modal kerja siklis adalah modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.
c) Modal Kerja Darurat ( Emergency Working Capital)
berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak
diketahui sebelumnya.
membiayai kegiatan operasionalnya baik dalam perusahaan yang
bergerak dalam bidang industri maupun jasa. Modal kerja harus
selalu dalam keadaan berputar selama masih melakukan kegiatan
usaha.
di masyarakat, sering dijumpai ada anggota masyarakat yang jual
beli
dengan kreditan. Jual beli tersebut tidak dilakukan secara
tunai
(kontan), tetapi dengan cara mengangsur. Selain itu banyak
anggota
yang banyak menerima kredit dari koperasi maupun bank
untuk
kebutuhannya. Mereka pada umumnya mengartikan kredit sama
dengan utang, karena dalam jangka waktu tertentu yang sudah
ditentukan makamereka harus membayar lunas.
Sebenernya kata “kredit” itu berasal dari bahasa Romawi yaitu
credere yang artinya “percaya”. Bila dihubungkan denga n bank,
maka
terkandung pengertian bahwa bank selaku kreditur percaya
meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah / debitur karena
debitur
dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya
setelah jangka waktu yang ditentukan.Dalam undang-undang No.7
tahun 1992 Pasal 1 butir 12 pengertian kredit adalah penyediaan
uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan
atu
pembagian hasil keuntungan.
merupakan perjanjian pinjam-meminjam antara kreditur kepada
debitur. Dalam perjanjian ini kelompok tani sebagai pemberi
kredit
percaya petani dalam jangka waktu yang ditentukan dan
disepakati
bersama antara kelompok tani dengan petani akan membayar
pinjaman tersebut tepat waktu.
menyalurkan atau meminjamkan dananya kepada masyarakat atau
pihak-pihak yang membutuhkan bantuan dana. Apa tujuan
pemberian
kredit itu? Tujuan pemberian kredit adalah untuk memperoleh
suatu
keuntungan, oleh karena itu lembaga kredit hanya boleh
meneruskan
simpanan masyarakat kepada nasabahnya, dalam bentuk kredit, jika
ia
benar-benar merasa yakin bahwa nasabah yang akan menerima
kredit
itu mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah
diterimanya.
Dari faktor kemampuan dan kemauan tersebut, tersimpul unsur
keamanan (safety), dan sekaligus juga unsur keuntungan
( profitability)
dari suatu kredit. Keamanan atau safety yang dimaksud adalah
prestasi
yang diberikan dalam bentuk uang, barang, atau jasa itu
betul-betul
terjamin pengemba1iannya, sehingga keuntungan atau
profitability
yang diharapkan itu menjadi kenyataan. Keuntungan atau
profitability
merupakan tujuan dari pemberian kredit yang terjelma dalam
bentuk
bunga yang diterima, dan karena Pancasila adalah sebagai dasar
dan
falsafah negara kita, maka tujuan kredit tidak semata-mata
untuk
mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan
negara
yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.
Melihat hal tersebut maka pemberian kredit dapat disimpulkan
suatu perjanjian jual beli barang atau jasa yang berbentuk
pinjaman
dan berdasarkan kesepakatan bersama antara kreditur dan
debitur
sanggup melunasi pinjaman tersebut dalam jangka waktu yang
ditentukan.
yang diharapkan,maka sangat penting untuk dibuat sebuah gambaran
yang
jelas mengenai arah penelitian ini dalam bentuk sebuah
kerangka teoritis
berupa bagan sebagai berikut:
terhadap rumusan masalah”.karena sifatnya masih sementara maka
perlu
dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul.
Dengan
demikian hipotesis yang diajukan oleh penulis adalah sebagai
berikut:
1. Diduga modal (modal kerja) dapat menentukan omset penjualan
pupuk
pada kelompok tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten
Boyolali.
pupuk pada kelompok tani Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten Boyolali.
3. Diduga adanya modal (modal kerja) dan pemberian kredit dapat
bersama-
sama menentukan omset penjualan pupuk pada kelompok tani Desa
Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
I. Jenis Penelitian
1. Jenis penelitian
a. Penelitian Kuantitatif
menggunakan instrument penelitian,analisis bersifat
kuantitatif
statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
b. Penelitian kualitatif
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat kualitatif dan
hasil
penelitian lebih menekankan akan generalisasi.
J. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian atau objek penelitian merupakan hal penting
dalam
penelitian, sebagai sumber informasi mengenai data-data yang akan
diambil
di dalam penelitian. Penelitian ini difokuskan pada Kelompok Tani
Desa
Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
K. Populasi, Sampel, dan Sampling
1. Populasi
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.
2. Sampel
jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Jumlah
sampel yang 100% mewakili populasi adlah sama dengan jumlah
populasi itu sendiri, makin besar jumlah sampel mendekati
populasi
maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan
sebaliknya
makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka semakin
besar
kesalahan generalisasi.
3. Sampling
pengambilan sampel”. Sampling merupakan cara yang
digunakan
seseorang peneliti dalam pengambilan sampel dari keseluruhan
subjek
dan objek yang diteliti guna memperoleh data yang akurat,
sehingga
penelitiannya tepat pada tujuan.
adalah secara acak atau random. Pengambilan sampel secara
acak
berarti setiap individu dalam populasi mempunyai peluang yang
sama
untuk dijadikan sampel (Sukmadinata, 2006:253). Sampel yang
representatif, cara pengambilan sampel menggunakan
proporsional
proporsi random sampling dengan cara diundi (Sugiyono, 2007:
68).
L. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
variabel bebasnya adalah modal (modal kerja) dan pemberian
kredit.
Variabel bebas adalah variabel yang memberi pengaruh pada
variabel terikat, variabel bebas yang terdiri dari:
a) Modal (X1) adalah kelebihan dari aktiva lancar diatas
hutang
lancarnya yang benar-benar digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.
b) Pemberian kredit (X2) adalah suatu perjanjian jual beli
barang
atau jasa yang berbentuk pinjaman dan berdasarkan
kesepakatan bersama antara kreditur dan debitur sanggup
melunasi pinjaman tersebut dalam jangka waktu yang
ditentukan.
oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
terikatnya
adalah omset penjualan. Yang dimaksud dengan omset penjualan
adalah
yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh.
M. Sumber data
1. Data Primer yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian
yang
diperoleh secara langsung dari sumber informasi yang
memberikan
jawaban terhadap peneliti. Data ini diperoleh dari responden
yang berasal
dari kuesioner yang dibuat oleh peneliti.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari pengelola Kelompok
Tani
Desa Gilirejo Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali. Data
tersebut
berupa catatan yang ada di Kelompok Tani Desa Gilirejo
Kecamatan
Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
termasuk juga buku tentang pendapat, teori, dalil, dan lainnya
yang
berhubungan dengan masalah penelitian”. Dapat disimpulkan
bahwa
metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data penelitian
melalui
data-data yang telah ada yang berbentuk tertulis.
Pengertian dokumentasi menurut Arikunto (2006:158)
“Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai
suatu
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar,
majalah, agenda, notulen rapat, jurnal jadwal dan
sebagainya”.
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-
hal yang ia ketahui”. Sedangkan menurut Sugiyono (2008 : 199)
“Angket
atau kuisioner merupakan teknik atau pengumpulan data yang
dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan
tertulis
kepada responden untuk dijawab”.
dijawab oleh orang yang menjadi sasaran angket. Melalui angket,
data
yang dibutuhkan akan mudah terkumpul dengan waktu yang
efisien..
Dalam menentukan skor angket, penilaian angket mengacu pada
skala likert 1 sampai 4, variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai
titik
tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pertanyaan
atau pernyataan. (Sugiyono, 2004:74). Skoring masing-masing
ítem
adalah:
Pemberian
kredit
(X2)
11, 12, 13, 14,
ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat kevalidan
tertentu atau
kesahihan suatu instrumen atau suatu test”. Instrumen yang
valid
mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrument yang kurang
valid
berarti mempunyai validitas yang rendah. Suatu instrumen
dikatakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
r xy = koefisien korelasi antara variabel x dan
variabel y serta
variabel yang di korelasikan.
x = skor masing-masing item
2. Uji Reliabilitas
ketepatan suatu tes apabila diuji cobakan terhadap subyek
yang
sama.Uji reliabilitas angket omset penjualan, modal, dan
pemberian
kredit dilakukan menggunakan rumus alpha. Alasannya menurut
Arikunto (2007) “untuk instrumen yang dapat diberikan skor
dan
skornya bukan 1 dan 0, ujicoba dapat dilakukan dengan teknik
“sekali
tembak” yaitu diberikan satu kali saja kemudian hasilnya
dianalisis
dengan rumus alpha”.
Selain itu jumlah butir pertanyaan setiap indikator angket
ada
yang ganjil dan ada yang genap. Dengan demikian jika dibelah
tidak
bisa seimbang antara belahan satu dengan belahan lainnya,
sehingga
syarat pemakaian rumus reliabilitas teknik belah dua tidak
terpenuhi.
Menurut Suharsimi Arikunto, persyaratan yang harus dipenuhi
apabila
hendak menggunakan teknik belah dua adalah:
1) Jumlah butir yang ada pada instrumen harus genap agar
dapat
dibelah menjadi dua.
persyaratan untuk dibelah. Teknik manakah yang akan diambil
disesuaikan dengan penyebaran atau pasangan butir-butirnya.
Untuk teknik undian misalnya maka butir-butir tes harus
homogin
(sama rata di segala tempat) sehingga apabila dibelah akan
menghasilkan belahan yang seimbang.
r11 :
k = Banyaknya butir pernyataan
Arikunto (2006: 276) adalah:
0,60 < r11 ≤ 0,80 reliabilitas tinggi
0,40 < r11 ≤ 0,60 reliabilitas cukup
0,20 < r11 ≤ 0,40 reliabilitas rendah
0,00 < r11 ≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah
Perhitungan uji reliabilitas butir soal dalam penelitian ini
menggunakan bantuan program SPSS for windows 15.
P. Uji Prasarat Analisis
yang dianalisis berbentuk sebaran normal atau tidak normal.
Menurut
Hadi (2004:1) “Uji normalitas bertujuan utuk mengetahui apakah
data
berdistribusi normal atau tidak sebaran data yang digunakan
dalam
penelitian.” Untuk menggunakan uji normalitas langkah –
langkah
yang harus dilakukan adalah:
a. Mencari nilai terbesar selisih F (Z1)-(S)-(Z1) dan dijadikan
L
hitung.
distribusi sebenarnya tidak normal.
distribusi sebenarnya normal.
SPSS V 15.0.
2. Uji Linieritas
persamaan linier yang kita peroleh cocok atau tidak. Menurut
Sudjana
(2003:330 – 337) langkah – langkah yang
digunakan adalah sebagai
berikut :
c. Kesimpulan:
1) Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak berarti persamaannya
tidak
linier.
linier.
SPSS for window versi 15.0.
menganalisis data digunakan serangkaian analisis sebagai
berikut:
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam Sugiyono (2004 : 211) dijelaskan analisis regresi ganda
dua prediktor menggunakan rumus sebagai berukut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana :
program SPSS V 15.0.
langkah yang digunakan adalah:
H0 : B1 = 0 (bahwa tidak ada hubungan antara modal dan
pemberian kredit terhadap omset penjualan pupuk).
H0 : B1 0 (bahwa ada pengaruh antara modal dan
pemberian
kredit terhadap omset penjualan pupuk).
b. Level of significant ( %5 )
c. Kriteria pengujian
H0 ditolak, jika thitung > ttabel atau thitung <
ttabel.
d. Nilai sebi
b t i
e. Kesimpulan
Jika thitung > ttabel atau thitung < -ttabel maka H0 ditolak
dan
menerima Hi.
Jika -ttabel hitungt ttabel maka menerima H0 dan
menolak Hi.
Gambar 3
Daerah diterima
dan terikat secara bersama-sama. Langkah-langkah pengujiannya
adalah:
a. H0 : B = B2 = 0 (tidak ada pengaruh antara X dengan Y)
H0 : B = B2 0 (ada pengaruh antara X dengan Y)
b. Level of significant ( %5 )
c. Kriteria pegujian
d. Perhitungan F
e. Kesimpulan
pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen.
Sebaliknya, jika Fhitung < Ftabel maka variabel independen
dengan
variabel dependen tidak ada pengaruh.
sumbangan yang diberikan variabel bebas terhadap variabel
terikat
yang ditunjukan dalam presentase. Adapun rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Dimana:
2 x = Pemberian kredit
Hadi (2000 : 40) mengatakan bahwa peneliti dapat menghitung
besar sumbangan relatif masing-masing prediktor terhadap
prediksi.
Hal ini membantu untuk melihat signifikansi suatu garis regresi
antara
kriterium dengan prediktor-prediktornya yang ditunjukkan
melalui
Daerah diterima
Daerah ditolak
sebagai berikut:
berikut: