USULAN PENELITIAN Inovasi Sinbiotik mikroenkapsulasi sebagai Alternatif Pengganti Antibiotic Growth Promoter (AGP) dalam Usaha Penyediaan Daging Ayam Bebas Residu Antibiotik Oleh Irfian Ikhtiaji 08/270043/PT/05529 Program Studi Ilmu dan Industri Pternakan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2012 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
USULAN PENELITIAN
Inovasi Sinbiotik mikroenkapsulasi sebagai Alternatif Pengganti Antibiotic Growth Promoter (AGP) dalam Usaha Penyediaan Daging
Ayam Bebas Residu Antibiotik
Oleh
Irfian Ikhtiaji 08/270043/PT/05529
Program Studi Ilmu dan Industri Pternakan
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS GADJAH MADA
2012
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan permintaan terhadap daging ayam dan penyediaan
daging ayam yang murah mendorong produksi daging ayam secara masal
dan modern untuk dapat mengimbangi permintaan daging ayam nasional.
Untuk mencapai hal tersebut digunakan berbagai cara untuk
meningkatkan produktifitas ayam pedaging yang umumnya digunakan
peternak ayam. Salah satu cara yang umum digunakan adalah
penggunaan Antibiotic Growth Promoter (AGP) sebagai pemacu
pertumbuhan. Penggunaan AGP bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan berat badan ayam dan meningkatkan konversi pakan
sehingga dapat meningkatkan produksi daging ayam dan menguntungkan
dari segi ekonomi.
Selama kurang lebih lima puluh tahun penggunaan antibiotik
sebagai pemacu pertumbuhan, akhirnya diketahui bahwa penggunaan
antibiotik memiliki pengaruh negatif terhadap kesehatan hewan dan hasil
produksinya seperti residu antibiotik yang berada dalam jaringan dan
perkembangan resistensi atau kekebalan mikroorganisme terhadap
antibiotik tersebut. Diketahui pula bahwa kekebalan mikroorganisme
terhadap antibiotik dapat berpindah dari hewan ke manusia. Jika daging
tersebut dikonsumsi dalam jangka panjang dapat beresiko munculnya
penyakit-penyakit baru.
Dua orang peneliti, Rusiana dan Iswarawanti, dalam Seminar
SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) dan
Tromed RCCN (Tropical Medicine Regional Center for Community
Nutrition) yang berlangsung di Universitas Indonesia, menjelaskan
penyakit yang ditimbulkan akibat mengonsumsi daging dan hati ayam
yang mengandung antibiotik secara berkepanjangan. Mengonsumsi
daging dan hati tersebut dapat menyebabkan teratogenic effect atau
menyebabkan efek buruk untuk ibu yang mengandung terutama untuk
2
janinnya. Ibu yang mengandung bisa mengalami keguguran atau bayi
yang dilahirkan cacat. Selain itu, mengonsumsi daging dan hati ayam
yang mengandung antibiotik menyebabkan munculnya penyakit kanker
(carcinogenic effect), dapat menimbulkan mutasi mikroorganisme seperti
bakteri (mutagenic effect), dan menyebabkan mikroorganisme resisten
terhadap antibiotik. Bagi mereka yang banyak mengonsumsi daging dan
hati ayam yang mengandung antibiotik, tubuhnya akan mengalami
kekebalan terhadap reaksi antibiotik tersebut sehingga antibiotik yang
dikonsumsi orang yang banyak makan hati ayam yang mengandung
antibiotik tidak akan menimbulkan efek apa pun. Ditambah lagi antibiotik
juga bisa menimbulkan alergi seperti menimbulkan bintik-bintik dan gatal-
gatal pada kulit.
Untuk itu harus diupayakan untuk menghasilkan produk baru yang
tidak berbahaya bagi kesehatan yang dapat digunakan sebagai alternatif
pengganti AGP. Produk pengganti AGP minimal harus menghasilkan
produktifitas yang sama dengan AGP sekaligus harus aman untuk hewan,
konsumen, dan lingkungan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan sinbiotik sebagai
alternatif pengganti AGP serta menguji keefektifannya sebagai pemacu
pertumbuhan dan penurun FCR ayam broiler.
Manfaat Peneitian
Diharapkan dari penelitian ini akan dihasilkan suatu produk yang
dapat digunakan sebagai alternatif pengganti AGP yang aman untuk
hewan, konsumen, dan lingkungan, murah, dapat diproduksi secara
masal, serta mudah dalam pemberiannya.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Broiler
Broiler adalah tipe ayam yang telah dikembangkan secara khusus
untuk menghasilkan daging (Williamson dan Payme, 1993). Ayam broiler
merupakan ayam hasil seleksi genetik dan persilangan dari berbagai jenis
ayam yang ada di dunia yang memiliki penampilan unggul seperti ayam
White Cornish, White Playmount Rock, dan New Hampshire.
Ayam broiler (pedaging) adalah ayam penghasil daging yang
dipelihara dengan umur 6 sampai 7 minggu dengan berat 1,5 samapi 2,0
kg dan konversi pakan 1,9 samapi 2,25 (Yuwanta, 2004). Industri
peternakan ayam broiler dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan
karena didukung oleh majunya industri pakan. Selama tahun 2003 DOC
ayam broiler diproduksi kira-kira sebanyak 20 juta ekor setiap minggunya
atau sebanyak 1,144 milyar ekor dalam setahun selama tahun 2003
(Katial, 2003).
Waktu pemeliharaan ayam broiler saat ini sangat singkat dengan
performance yang baik pula. Saat ini berat ayam broiler mampu mencapai
bobot badan diatas 1,5 kg/ekor dengan nilai konversi pakan 1,8 dalam
masa pemeliharaan 35 hari (Unandar, 2002). Ayam broiler sering
ditawarkan kepada konsumen dalam bentuk karkas dan jarang dalam
bentuk hidup (Katial, 2003).
Menurut Rasyaf (2003), Dalam pemeliharaan ayam broiler dikenal
ada 2 faktor pemeliharaan, yaitu periode awal dan periode akhir. Periode
awal dimulai saat anak ayam berumur satu hari sampai dengan empat
minggu dan periode akhir pada umur enam minggu yaitu saat ayam broiler
siap untuk dipotong.
Ayam broiler mempunyai sifat unggul yaitu tidak memerlukan
tempat yang luas untuk pemeliharaannya, pertumbuhannya cepat dan
cepat mencapai bobot jual dengan bobot badan yang tinggi (Syahrudin,
1996).
4
Pakan Ternak
Pakan merupakan faktor utama yang berperan penting pada
industri peternakan dalam menghasilkan suatu produk terutama dalam
daging. Hal ini dikarenakan sebanyak 65 sampai 70% biaya yang
dikeluarkan adalah biaya pakan (Zuprizal, 2005). Produk yang dihasilkan
dipengaruhi oleh kualitas pakan, kuantitas pakan dan teknik pemberian
pakan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ataupun produk. Pakan
merupakan campuran dari beberapa bahan baku pakan yang disusun
secara khusus untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.
Pakan unggas disusun sesuai dengan kebutuhan nutrien berdasarkan
umur dan tujuan pemeliharaan. Kandungan gizi yang diperlukan
diperhatikan dalam penyusunan pakan ayam adalah energi, protein, serat
kasar, lemak dan mineral (Rizal, 2006).
Tujuan utama pemberian pakan pada ayam adalah untuk
memenuhi kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan. Pemberian pakan
dalam jumlah yang cukup, baik kuantitas maupun kualitasnya perlu
dilakukan untuk mendapatkan produksi yang maksimum. Keseimbangan
antara energi dan protein dalam pakan harus diperhatikan karena
konsumsi pakan akan berhenti ketika kebutuhan energi telah terpenuhi.
Serat kasar dibutuhkan dalam jumlah kecil pada unggas untuk
memperlancar pengeluaran feses. Pencernaan serat kasar pada unggas
sangat terbatas sehingga penggunaan serat kasar pada ayam broiler
dibatasi yaitu antara 3 sampai 6% (Rizal, 2006).
Pemberian pakan dalam jumlah yang cukup baik kualitas maupun
kuantitasnya perlu dilakukan untuk mendapatkan produksi yang
maksimum. Keseimbangan energi dan protein dalam pakan harus
diperhatikan karena konsumsi pakan akan berhenti ketika kebutuhan
energi telah terpenuhi. Rasio protein dan Metabolizabled Energy (ME)
untuk ayam broiler di dalam pakannya adalah 1:150 yang berarti bahwa
satu bagian protein akan dipecah oleh 150 bagian energi dalam pakan
(Sidadolog dan Yuwanta, 2011).
5
Antibiotic Growth Promoter (AGP)
Growth promoter adalah zat kimia dan biologi yang ditambahkan
pada pakan yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan berat
badan ayam dan meningkatkan konversi pakan yang dengan cara ini
dapat meningkatkan hasil produksi dan hasil ekonomi yang lebih baik
(Peric, 2009). Berat badan dan Feed Convertion Rate (FCR) penting
artinya bagi peternak. Berat badan yang meningkat akan meningkatkan
hasil produksinya. Sebaliknya, semakin kecil FCR semakin baik hasilnya
karena FCR adalah ukuran berapa banyak pakan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 kg berat hidup ayam. Antibiotik sebagai pemacu
pertumbuhan mempengaruhi metabolisme mikroorganisme dan menekan
pertumbuhan mikroba dalam usus (Gadd, 1997). Beberapa penjelasan
mengenai kerja dari AGP seperti menjaga nutrisi dari perusakan oleh
bakteri, peningkatan penyerapan nutrisi karena penipisan penghalang
pada usus, menurunkan produksi racun yang dikeluarkan oleh bakteri,
dan mengurangi kejadian infeksi subklinis pada usus (Butaye et al., 2003).
Beberapa AGP yang sering digunakan seperti bacitracin methylene
disalicylate (BMD) dan virginiamycin.
Penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan memiliki efek
negatif terhadap kesehatan hewan dan hasil produksinya seperti residu
antibiotik dalam jaringan, waktu penetralan antibiotik yang lama, dan
perkembangan kekebalan pada mikroorganisme (Markovic, 2005).
Kekebalan terhadap antibiotik dapat berpindah dari mikroflora hewan ke
manusia (Greko, 2001). Jika daging tersebut dikonsumsi akan
menimbulkan efek negatif terhadap konsumen seperti kekebalan bakteri
terhadap obat, residu antibiotik dalam tubuh, dan ketidakseimbangan
mikroflora normal (Awad et a.l, 2009).
Penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan pada unggas
telah dilarang di beberapa negara (Fritts and Waldroup, 2003). Karena
berbahayanya resistensi mikroba terhadap antibiotik, The Europe Union
Commission memutuskan untuk menghilangkan dan menekankan
6
pelarangan penjualan dan penggunaan antibiotik sebagai pemacu
pertumbuhan. Larangan ini berlaku efektif mulai 1 Januari 2006 (Midilli et
al., 2008). Untuk menanggapi hal tersebut, menurut Patterson dan
Brukholder (2003), sebagai alternatif pengganti antibiotik pada industri
peternakan adalah penggunaan probiotik, prebiotik, atau sinbiotik.
Probiotik
Probiotik adalah mikroorganisme individual atau kelompok
mikroorganisme yang berguna untuk meningkatkan karakteristik mikroflora
intestinal. Probiotik atau yang disebut juga sebagai Direct-Fed Microbial
(DFM) merupakan asupan tambahan yang berupa mikroorganisme hidup
yang menguntungkan tubuh dengan meningkatkan keseimbangan
mikroorganisme dalam saluran pencernaan (Yang et al., 2005). Probiotik
berfungsi sebagai bioregulator mikroflora dalam usus dan menguatkan