BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang menimbulkan masalah baik medik, psikologik, maupun sosial yang dapat menimbulkan disfungsi sosial, pekerjaan, maupun perawatan diri. 1,2 Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropiate) atau tumpul (bluntted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak
selalu bersifat kronis atau "deteriorating") yang luas, serta sejumlah akibat
yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial
budaya. Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik yang menimbulkan
masalah baik medik, psikologik, maupun sosial yang dapat menimbulkan
disfungsi sosial, pekerjaan, maupun perawatan diri.1,2
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropiate) atau tumpul (bluntted). Kesadaran yang jernih (clear
consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1
Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat
dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut
menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia)
karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-
budaya.3,4
1
Skizofrenia adalah kumpulan gejala yang bermanifestasi sebagai
gangguan yang masif pada proses pikir, mood, dan tingkah laku. Penyakit
ini dipengaruhi oleh faktor sosiokultural. Walaupun demikian beberapa
referensi menyebutkan adanya beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan pada penderita skizofrenia, antara lain kultur, umur dan
jenis kelamin. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995
menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75%
Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia
remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan
ini penuh stresor. 3,5
I. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan referensi dan latar belakang yang telah disebutkan
terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan pada penderita
skizofrenia, antara lain ras, umur, jenis kelamin,status perkawinan, jenis
pekerjaan dan tingkat pendidikan formal.
Luasnya cakupan penderita skizofrenia dan adanya tendensi
peningkatan jumlah penyakit ini dari tahun ke tahun membuat penulis
tertarik untuk meneliti karakteristik penderita skizofrenia.
I. 3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi populasi dalam periode
Januari- Mei 2013 serta lokasi pengambilan populasi dan sampel (pasien
yang di rawat inap di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan) serta beberapa faktor yang dianggap akan memberikan gambaran
2
khas tentang penderita skizofrenia, yaitu umur, jenis kelamin, suku,
pekerjaan, status perkawinan, tingkat pendidikan formal yang dimiliki
I. 4 Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum :
Untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita skizofernia
yang dirawat inap di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui distribusi penderita skizofrenia menurut golongan
umur.
b. Untuk mengetahui distribusi penderita skizofrenia menurut jenis kelamin.
c. Untuk mengetahui distribusi penderita skizofrenia menurut suku.
d. Untuk mengetahui distribusi penderita skizofrenia menurut status
perkawinan dan ada/tidaknya anak dalam keluarga.
e. Untuk mengetahui distribusi penderita skizofrenia menurut jenis
pekerjaan.
f. Untuk mengetahui distribusi penderita skizofrenia menurut tingkat
pendidikan formal yang dijalani.
3
I. 5 Manfaat penelitian
Penulis berharap agar sekiranya hasil penelitian ini dapat
memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi beberapa pihak antara lain:
1. Masyarakat umum, untuk memberikan gambaran umum kepada
masyarakat tentang karakteristik penderita skizofrenia, yang mungkin
dapat memperbaiki sikap dan pola pikir mereka terhadap penderita
skizofrenia.
2. Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, diharapkan agar
hasil penelitian ini dapat memberi masukan yang berarti bagi penanganan
pasien skizofrenia.
3. Instansi kesehatan lainnya, sebagai suatu bahan masukan demi
meningkatkan mutu pelayanan serta perbaikan program penanganan pasien
skizofrenia.
4. Penelitian ini juga semoga dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan, acuan,
ataupun perbandingan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
5. Bagi peneliti sendiri pada khususnya, semoga penelitian ini dapat menjadi
pembelajaran yang berharga terutama untuk perkembangan keilmuan
peneliti.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Gambaran Umum
Konsep gangguan jiwa adalah bahwa gangguan jiwa adalah suatu
sindrom atau pola perilaku atau psikologis seseorang yang secara klinis
cukup bermakna dan dihubungkan dengan suatu gejala penderitaan atau
disability atau dengan peningkatan resiko kematian, penderitaan,
disability, atau kehilangan kebebasan. Dari konsep tersebut di atas, dapat
dirumuskan bahwa di dalam konsep gangguan jiwa didapatkan butir-butir:1
1. Adanya gejala klinis yang bermakna berupa:
a. Sindrom atau pola perilaku
b. Sindrom atau pola psikologis
2. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan, antara lain dapat
berupa rasa nyeri, rasa tidak nyaman, terganggu, disfungsi organ
tubuh, dll
3. Gejala klinis tersebut menimbulkan disability dalam kehidupan
aktivitas sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan
diri dan kelangsungan hidup.
Berdasarkan ICD-10 1992 yang diterbitkan oleh WHO yang
dimuat dalam PPDGJ III, penyakit ini diklasifikasikan dalam gangguan
5
mental psikotik, chapter F20-29 yaitu skizofrenia, gangguan skizotipal dan
gangguan waham, nomor F20 yaitu skizofrenia1
II. 2 Epidemiologi
1. Internasional
Prevalensi skizofrenia adalah sekitar 1% di seluruh dunia. Studi
internasional telah menemukan bahwa orang dengan skizofrenia yang
tinggal di negara-negara berkembang memiliki prognosis yang lebih baik
daripada mereka yang tinggal di negara-negara dengan derajat yang lebih
tinggi di daerah perindustrian6
2. Mortalitas/Morbiditas
Orang dengan skizofrenia memiliki risiko untuk bunuh diri sebesar 10%.
Kematian juga meningkat karena penyakit medis, karena kombinasi dari
gaya hidup yang tidak sehat, efek samping obat, dan perawatan kesehatan
yang menurun.6
3. Ras
Belum diketahui perbedaan ras dalam prevalensi skizofrenia. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa skizofrenia didiagnosis lebih sering pada
orang kulit hitam dibandingkan orang kulit putih. Temuan ini telah
dikaitkan dengan bias budaya dari para praktisi.6
4. Jenis kelamin
6
Meskipun keseluruhan rasio hampir sama, laki-laki cenderung memiliki
onset awal dari perempuan7
5. Umur
Usia puncak onset adalah 10 sampai 25 tahun untuk pria dan 25 sampai 35
tahun bagi perempuan. Tidak seperti pria, wanita menampilkan distribusi
usia bimodal, dengan puncak kedua terjadi pada usia pertengahan. Sekitar
3 sampai 10 persen wanita dengan skizofrenia hadir dengan onset penyakit
setelah usia 40. Penelitian tentang karakteristik pasien skizofrenia juga
pernah dilakukan di RS Grhasia Yogyakarta pada periode 2007-2009 dan
didapatkan kelompok terbanyak penyakit skizofrenia pada pada tahun
2007,2008, dan 2009 berusia antara 31-50 tahun, mencapai 50 persen.
Pasien berusia 51-80 tahun, merupakan kelompok usia yang paling sedikit
mengalami skizofrenia dengan persentase 9 %. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa kelompok usia 31-50 tahun merupakan jumlah
terbanyak pasien skizofrenia di RS Grhasia.8,9
II. 3 Etiologi Skizofrenia
Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat
ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak.
Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri
hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari
hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi
(keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang
pancaindra). 3
7
Skizofrenia memiliki dasar kelainan organis, dengan pengaruh
factor keturunan yang tinggi. Faktor-faktor yang dianggap berperan
sebagai etiologi skizofrenia adalah:10
1. Faktor neurobiologis
a. CT scan dan MRI menunjukkan adanya pembesaran ventrikel dan
sulci serta atropi pada daerah limbus dan thalamus. Perubahan
anatomis ini lebih sering didapatkan pada pria
b. Selama pemeriksaan kognitif, pemeriksaan fungsi radiologis
menunjukkan penurunan aliran darah dan konsumsi glukosa pada
korteks prefrontal serta penurunan respon terhadap persepsi bicara
pada korteks temporal kiri, sedangkan yang kanan mengalami
peningkatan
c. Disfungsi neurotransmitter
2. Faktor genetik
a. Prevalensinya hampir 50% pada kembar monozigot
b. Adanya indikasi suatu faktor keturunan heterogen
3. Faktor lingkungan
a. Adanya stress dapat mempercepat onset penyakit
b. Insidens skizofrenia meningkat pada individu yang lahir pada
musim dingin dan awal musim semi, mungkin sebagai akibat
tingginya prevalensi dari penyakit viral dalam kandungan
II. 4 Gejala Klinis dan Penegakan Diagnosis Skizofrenia
Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia 1
8
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. “Thought echo” : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
“Thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing dari luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
“Thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya.
b. “Delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
“Delusion of influence” : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
“Delusion of passivity” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap sesuatu kekuatan dari luar.
“Delusional perception” : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c. Halusinasi auditorik:
9
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara).
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh
d. Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
2. Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over-
valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.
b. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme;
c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor;
10
d. Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
• Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih.
• Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku pribadi
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed
atitude), dan penarikan diri secara sosial.
II. 5 Klasifikasi Skizofrenia
Jenis-jenis skizofrenia menurut PPDGJ III adalah:1,4
1. F20.0 Skizofrenia paranoid
Pedoman diagnostik
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan:
- Sebagai tambahan :
Halusinasi dan/ waham arus menonjol;
11
(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau
lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity
(delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling khas;
·Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.
2. F20.1 Skizofrenia hebefrenik
Pedoman Diagnostik
Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia
Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).
Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri
(solitary), namun tidak harus demikian untuk memastikan bahwa
gambaran yang khas berikut ini
Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama
2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang
khas berikut ini memang benar bertahan :perilaku yang tidak
12
bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta manerisme, ada
kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan perilaku menunjukan
hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek pasien yang dangkal
(shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh cekikikan
(gigling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum
sendiri (self absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner),