Jan 18, 2016
SEMINAR
PROPOSAL PRAKTEK LAPANG
Judul : Analisis Komparatif Usahatani Buah Naga Berdaging Super Merah (Studi Kasus
Komparatif Buah Naga Milik M. Garu dan Pakcin di Kelurahan Bontomanai, Kecamatan Bontomanrannu, Kabupaten Gowa)
Nama : NURFAISAH BAHARUDDIN
Stambuk : G 211 11 907
Hari / Tgl :
Waktu :
Tempat :
Dosen Pembimbing: 1. Dr. Ir. Eymal B. Demmalino, M.Si
2. Ir. Idris Summase, M.Si
Dosen Penguji :1.
2.
Panitia Seminar :
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan
perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu sekitar 14,72 persen pada
tahun 2011 atau merupakan urutan kedua setelah sektor industri pengolahan. Pada
waktu krisis ekonomi, sektor pertanian yang cukup kuat menghadapi goncangan
ekonomi dan ternyata dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian nasional.
Dalam sektor pertanian, salah satu subsektor yang cukup besar potensinya adalah
subsektor perkebunan. Meskipun kontribusi subsektor perkebunan terhadap
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 2,07 persen pada tahun 2011
atau merupakan urutan ketiga di sektor pertanian setelah subsektor tanaman bahan
makanan dan perikanan, akan tetapi subsektor ini merupakan penyedia bahan
baku untuk sektor industri, penyerap tenaga kerja, dan penghasil devisa
(Badan Pusat Statistik, 2011).
Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional mempunyai peranan strategis dalam pemulihan ekonomi nasional.
Peranan strategis tersebut khususnya adalah dalam penyediaan pangan,
penyediaan bahan baku industri, peningkatan ekspor, devisa negara, penyediaan
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan petani dan
kesejahteraan masyarakat. Prioritas pembangunan pertanian dewasa ini adalah
melestarikan swasembada pangan, peningkatan ekspor non migas dan mengurangi
pengeluaran devisa yang sekaligus memperluas lapangan kerja, meningkatkan
kesejahteraan petani serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu
pengembangan wilayah pedesaan merupakan salah satu tujuan utama
pembangunan pertanian, maka sangat diharapkan perkembangan agribisnis daerah
yang berdaya saing sesuai dengan keunggulan komparatif masing-masing daerah,
berkelanjutan, berkeadilan dan demokrasi (Nahriyanti, 2008).
Pembangunan pertanian subsektor perkebunan memiliki arti penting,
terutama di negara berkembang yang selalu berupaya untuk memanfaatkan
kekayaan sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan. Subsektor perkebuan
mendorong pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja,
perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam
negeri, bahan baku industri dalam negeri, serta optimalisasi pengelolaan sumber
daya alam secara berkelanjutan.
Agrobisnis pertanian ialah salah satu peluang usaha nan cukup menjanjikan.
Disadari atau tidak, peluang agrobisnis pertanian selalu terbuka lebar. Mengingat
kebutuhan akan produk pertanian akan selau meningkat setiap tahunnya seiring
dengan meningkatnya populasi dan kebutuhan penduduk. Jadi, peluang bisnis di
sektor ini cukup menjanjikan dan tak dapat dipandang sebelah mata. Salah satu
peluang agrobisnis pertanian nan cukup menjanjikan ialah agrobisnis buah naga.
Buah eksotik ini mulai dilirik oleh pelaku usaha sebab harga jualnya nan tinggi,
perawatannya nan gampang dan peluang pasar nan masih terbuka lebar. Cukup
banyak peluang agrobisnis pertanian buah naga nan cukup potensial. Diantaranya
yaitu; bisnis buah segar, bisnis bibit, pasar ekspor, agrowisata dan bisnis produk
olahan (Bina syifa, 2014).
Buah naga masuk atau mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 2000, dan
bukan dari budidaya sendiri melainkan di impor dari Thailand. Padahal
pembudidayaan tanaman ini relatif mudah dan iklim tropis di Indonesia sangat
mendukung pengembangannya. Tanaman ini mulai dikembangkan sekitar tahun
2001, dibeberapa daerah di Jawa Timur di antaranya Mojokerto, Pasuruan, Jember
dan sekitarnya. Tetapi sampai saat inipun areal penanaman buah naga masih bisa
dibilang sedikit dan hanya ada di daerah tertentu karena memang masih tergolong
langka dan belum dikenal masyarakat luas (Anonim, 2014).
Buah naga (Inggris: pitaya) adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari
marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal dari Meksiko, Amerika
Tengah dan Amerika Selatan namun sekarang juga dibudidayakan di negara-
negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Buah ini juga dapat
ditemui di Okinawa, Israel, Australia Utara dan Tiongkok selatan (Anonim,
2008). Selain sebagai buah segar, buah naga pun dapat digunakan sebagai bahan
pewarna dan olahan es krim. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan buah
naga ini dikembangkan menjadi buah yang memasyarakat. Buah naga memang
belum banyak dikenal diIndonesia. Sejak diperkenalkan sebagai buah naga yang
enak dan memiliki banyak khasiat buah naga kian populer dan banyak diburu
orang. Pada pertengahan tahun 2000, di beberapa swalayan Jakarta pernah
dibanjiri buah naga yang diimpor dari Thailand. Saat itu, promosi dilakukan
besar-besaran. Kehadirannya pun mengejutkan karena buah ini dipromosikan
sebagai buah yang rasanya lebih manis dari semangka walaupun agak asam.
Trend buah naga bukan saja hanya dimiliki masyarakat Jakarta, tetapi lambat laun
merambah hingga ke daerah-daerah lain di Indonesia. Di beberapa kota besar
Indonesia sudah terlihat kecendrungan peningkatan permintaan akan buah naga
seperti Surabaya, Denpasar, dan Semarang (Kristanto, 2008).
Buah naga saat ini sudah merambah pasaran di Indonesia. Namun pasar
lokal aat ini masih dibanjiri oleh produk buah naga impor. Secara keseluruhan,
buah naga ini baik untuk kesehatan dan dapat memenuhi kebutuhan akan zat gizi
sehari-hari. Ini telah dibuktikan melalui analisis laboratorium yang dilakukan oleh
Taiwan Food industry Develop dan research authoritis. Buah naga yang masak
langsung dapat dikonsumsi sedangkan yang belum masak dapat dibuat sup bunga
naga, digoreng atau dapat dijadikan teh (BKP,2014).
Saat ini Thailand dan Vietnam merupakan pemasok buah terbesar dunia,
tetapi permintaan yang dapat dipenuhi masih kurang dari 50 persen. Pasar lokal
saat ini dibanjiri produk ekspor berdasarkan catatan dari eksportir buah di
Indonesia, buah naga ini masuk ke tanah air mencapai antara 200- 400 ton/tahun
asal Thailand dan Vietnam. Tingginya permintaan buah naga ini di sebabkan oleh
promosi yang menyebutnya sebagai buah meja (sangat menarik dan menggiurkan
bila di sajikan di meja makan) berkhasiat mujarab untuk berbagai penyakit dan
bermanfaat sebagai bahan baku di bidang industri pengolahan makanan,
minuman, kosmetik serta produk kesehatan (Wikipedia, 2008).
Buah naga merupakan produk hortikultura yang unik karena bentuk dan
warnanya atraktif. Jenis buah naga umumnya yang dibudidayakan ada 4, yakni
buah naga berdaging putih, berdaging merah, berdaging super merah, dan
berdaging putih berkulit kuning. Buah naga berdaging putih beratnya 400-
500gram dan berdaging merah maksimum 400 gram,. Buah naga yang paling
manis dan yang paling mahal yakni buah naga berdaging super merah. Rasanya
manis dengan berat mencapai 900 gram. Buah naga yang berkulit kuning
berdaging putih mempunyai ukuran paling kecil yakni sekitar 80-100gram
(BKP, 2014).
Buah naga termasuk tanaman yang peluang usahanya menjanjikan dan
proses budidayanyapun cukup mudah. Buah naga sangat cocok dikembangkan
saat ini karena juga memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan tubuh. Namun
saat ini, masih sedikit yang berusaha tani buah naga, hal ini dikarenakan
masyarakat yang tidak mengetahui keunggulan buah naga tersebut. Baik dari segi
kesehatan maupun peluang usahanya yang menjanjikan.
Dikabupaten Gowa dikenal dengan 2 musim yakni musim hujan dan
musim panas. Sebagian besar lahan yang ada di kabupaten Gowa termasuk lahan
kering dan termasuk daerah tropis. Oleh karena itu, keadaan tanah di kabupaten
Gowa cocok untuk pengembangan agribisnis buah naga. Tumbuhan buah naga
dapat hidup dipegunungan maupun perkotaan, hingga ketinggian 0 sampai dengan
900 dpl. Buah naga dapat tumbuh disemua jenis tanah kecuali rawa-rawa sehingga
buah naga ini dapat tumbuh di kabupaten Gowa karena ini juga bukan termasuk
daerah yang penuh rawa-rawa. Selain itu, peluang usaha di kabupaten Gowa
termasuk menjanjikan sehingga sudah ada beberapa petani yang berusahatani
buah naga. Serta buah naga termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan.
Di Kabupaten Gowa usahatani buah naga mulai diusahakan sejak tahun
2002 hingga saat ini, dan telah berkembang dengan baik. Wilayah pengembangan
usahatani buah naga terdapat di 2 kecamatan antara lain : Kecamatan Bontomanai,
Kecamatan Pallangga. Dalam upaya pengembangan buah naga, keadaan iklim di
Kabupaten Gowa sangat mendukung pembudidayaannya. Budidaya buah naga
sangat cocok dengan kondisi iklim dan alam di kabupaten Gowa. Tanaman ini
tumbuh optimal pada ketinggian 0-350 meter dpl dengan curah hujan sekitar 720
mm per tahun. Suhu udara ideal bagi pertumbuhan buah naga berkisar 26-36
derajat celcius. Jenis buah naga yang dibudidayakan di Kabupaten Gowa yaitu
jenis buah naga berdaging putih, berdaging merah dan buah naga berdaging super
merah. Tanaman yang buahnya berwarna merah menyala dan bersisik hijau ini
memang belum lama diusahakan. Hal ini disebabkan karena tanaman buah naga
merupakan tanaman pendatang baru bagi dunia pertanian dan melengkapi koleksi
tanaman yang diusahakan (BPS Gowa, 2014).
Kabupaten Gowa merupakan daerah strategis karena dekat dengan kota
Makassar sehingga petani buah naga yang ada di Kabupaten Gowa dapat dengan
mudah memasarkan buah naganya di Minimarket ataupun pasar swalayan yang
ada di Makassar sehingga dapat dikatakan bahwa berbisnis buah naga di
Kabupaten gowa sangat menjanjikan selain karena dekat dengan kota Makassar
dan menguntungkan, juga tanah ataupun iklim di Kabupaten Gowa sangat cocok
untuk pengembangan agribisnis buah naga.
Usahatani buah naga di Kabupaten Gowa masih tergolong baru dan daerah
pengembangannya juga masih terbatas. Buah ini masih sulit diperoleh dipasar-
pasar tradisional dan hanya dijumpai dipasar wilayah tertentu. Selain karena
masih sedikit yang menanamnya, juga disebabkan masyarakat yang belum
mengetahui cara pembudidayan buah naga serta masyarakat belum menyadari
khasiat dan peluang usaha buah naga yang menjanjikan ini.
Pengembangan perkebunan buah naga di kab. Gowa perlu dilakukan suatu
penilaian dalam hal finansial untuk memperbaiki investasi atau memilih dari
berbagai macam alternatif sumberdaya yang tersedia untuk memeperoleh
keuntungan, sehingga keseluruhan aktifitas yang menggunakan sumberdaya
dalam memperoleh benefit dikeluarkan dengan harapan untuk mendapatkan hasil
diwaktu yang akan datang dan dapat direncanakan, dibiayai dan dillaksanakan
dalam 1 unit.
Perkebunan buah naga milik M.Garu dimulai sejak tahun 2005 sedangkan
perkebunan buah naga milik Pakcin dimulai sejak tahun 2010. Dilihat dari
pemasaran yang dilakukan oleh pak M.Garu dan Pakcin itu berbeda yakni M.Garu
memasarkan buah naganya dilahan sedangkan Pakcin memasarkan buah naganya
diminimarket. Selain itu, dari teknis budidaya yang dilakukan oleh pak M.Garu
dan Pakcin juga berbeda yakni dari segi pupuk, tiang, penyiraman, dosis pupuk.
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui yang mana paling menguntungkan
antara perkebunan buah naga milik M.Garu dan Pakcin.
Sehubungan dengan uraian tersebut, maka penulis menganggap perlu
melakukan suatu penelitian dengan judul “Analisis Komparatif Usahatani Buah
Naga Berdaging Super Merah (Studi Kasus Komparatif Buah Naga Milik
M.Garu Dan Pakcin Di Kelurahan Bontomanai, Kecamatan Bontomarannu,
Kabupaten Gowa)”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana teknologi budidaya (agroteknologi) buah naga milik M.Garu dan
pakcin di Kabupaten Gowa, kecamatan Bontomarannu, Kelurahan
Bontomanai?
2. Bagaimana biaya, tingkat pendapatan dan yang manakah lebih
menguntungkan antara buah naga milik M.Garu atau Pakcin secara finansial?
3. Yang manakah lebih efisien dalam pemasaran buah naga dilahan milik
M.Garu dan Pakcin disupermarket di Kabupaten Gowa, kecamatan
Bontomarannu, Kelurahan Bontomanai ?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari uraian latar belakang dan rumusan masalah maka yang
menjadi tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui teknis budidaya buah naga milik M.Garu dan pakcin di
Kabupaten Gowa, kecamatan Bontomarannu, Kelurahan Bontomanai.
2. Untuk mengetahui yang mana lebih menguntungkan antara buah naga
milik M.Garu atau Pakcin secara finansial.
3. Untuk mengetahui biaya, tingkat pendapatan dan yang manakah lebih
efisien dalam pemasaran buah naga dilahan milik M.Garu dan
disupermarket milik Pakcin di Kabupaten Gowa, kecamatan
Bontomarannu, Kelurahan Bontomanai.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan didapat dari penelitian ini, yaitu:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi petani
Strategi pengembangan perkebunan buah naga di Kecamatan Bonto
Marannu, KabupatenGowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada
peneliti dalam bidang usaha tani khususnya yang berhubungan dengan
Strategi pengembangan perkebunan buah naga
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi peneliti
selanjutnya dan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan
datang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Komparatif
Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan.
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua
atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka
pemikiran tertentu. Pada penelitian ini variabelnya masih mandiri tetapi untuk
sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda. Menurut
Nazir (2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang
ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan
menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu
fenomena tertentu. Jadi peneitian komparatif adalah jenis penelitian yang
digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu
variabel tertentu.
Penelitian komparatif bersifat “expost facto”, artinya data yang
dikumpulkan setelah peristiwa yang dipermasalahkan terjadi. Expost fackto
merupakan suatu penelitian emperis yang sistematis dimana peneliti tidak
mengendalikan variabel bebas secara langsung karena perwujudann variabel
tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut pada dasarnya memang tidak
dapat dimanipulasi. Peneliti tidak melakukan perlakuan dalam membandingkan
dan mencari hubungan sebab-akibat dari variabelnya. Peneliti hanya mencari satu
atau lebih akibat-akibat yang ditimbulkan dan mengujinya dengan menelusuri
kembali masa lalu untuk mencari sebab-sebab, kemungkinan hubungan, dan
maknanya. Penelitian ini cenderung menggunakan data kuantitatif (Andi, 2011).
Desain dasar penelitian komparatif adalah sangat sederhana dan walaupun
variabel bebas tidak dimanipulasi, ada prosedur kontrol yang dapat diterapkan.
Studi komparatif juga melibatkan variasi teknik statistik yang luas. Desain dasar
penelitian komparatif melibatkan pemilihan dua kelompok yang berbeda pada
beberapa variabel bebas dan membandingkan mereka pada beberapa variabel
terikat. Kedua kelompok mungkin berbeda, satu kelompok memiliki karakteristik
yang tidak dimiliki kelompok lain atau satu kelompok memiliki pengalaman yang
tidak dimiliki kelompok lain. Atau kedua kelompok berbeda dalam tingkatan; satu
kelompok memiliki lebih dari satu karakteristik daripada kelompok lain atau
kedua koelompok mungkin memiliki perbedaan jenis pengalaman (Raden, 2013).
2.2 Wiratani
Wiratani adalah merupakan pejuang dalam berbagai jenis kegiatan
pertanian.Apakah itu dalam bidang benih padi,jagung,ikan,dll.Perlu kita ketahui
bahwa negara Indonesia adalah negara agraris dan maritim, yang selayaknya
masyarakat dapat hidup sejahtera karena kedua bidang tersebut di atas merupakan
sumber yang sangat potensial dalam memenuhi kebutuhan hidup seperti sandang,
pangan dan papan semuanya telah terhampar dengan subur di bumi
Nusantara.Sehingga tidak layak jika masyarakat Indonesia masih banyak yang
miskin. Kemiskinan bukan karena hasil bumi yang tandus tetapi karena faktor
sumber daya manusia yang masih sangat rendah kualitas moral, pengetahuan,
ketrampilan dan etos kerjanya. Indonesia dapat menjadi negara adi daya di bidang
pertanian, perikanan, perkebunan dan pertambangan dengan syarat utama
masyarakat berkomitmen untuk menningkatkan kualitas diri, bersatu padu
(poniranahong, 2008).
Wiratani secara umum adalah orang yang menjalankan usaha atau
perusahaan dengan kemungkinan untung atau rugi dalam bidang pertanian. Oleh
karena itu wiratani perlu memiliki kesiapan mental, baik untuk menghadapi
keadaan merugi maupun untung besar. Wirausaha dan profesional bisnis juga
sama-sama perlu kompetensi mengelola bisnis. Kalaupun dalam perjalanan waktu
di kemudian hari wirausaha tersebut menjadi pengusaha besar dan menyerahkan
peengelolaan usahanya pada profesional bisnis, tetap saja pengusaha bersangkutan
membutuhkan kompetensi pengelolaan bisnis khususnya dalam hal pengawasan.
Karenanya tidaklah perlu buang-buang enerji membandingkan ciri khas
profesional bisnis dan wirausaha. Keduanya adalah manusia. Keduanya sama-
sama ada di dunia usaha, dan bahkan acapkali mereka berganti posisi dengan
begitu mudah. Profesional yang biasa menjalankan bisnis secara profesional
dengan relatif mudah ‘berganti baju’ menjadi seorang wirausaha begitu yang
bersangkutan berhenti bekerja. Bahkan ada juga profesional bisnis yang setelah
seharian bekerja sebagai karyawan langsung ‘berganti baju’ menjadi wirausaha
ketika sampai di rumah atau ketika hari libur. Banyak cara untuk menjadi
wirausaha kreatif seperti Heru Budihartono dari HWT (badrina, 2011).
2.3 Tanaman Buah Naga Berdaging Super Merah
Buah naga (Inggris: pitaya) adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari
marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal dari Meksiko, Amerika
Tengah dan Amerika Selatan namun sekarang juga dibudidayakan di negara-
negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, Indonesia dan Malaysia. Buah ini
juga dapat ditemui di Okinawa, Israel, Australia utara dan Tiongkok selatan.
Hylocereus hanya mekar pada malam hari. Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa
orang Perancis dari Guyana ke Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang
Vietnam dan orang Cina buahnya dianggap membawa berkah. Oleh sebab itu,
buah ini selalu diletakkan di antara dua ekor patung naga berwarna hijau di atas
meja altar. Warna merah buah terlihat mencolok di antara warna naga-naga yang
hijau. Dari kebiasaan inilah buah itu di kalangan orang Vietnam yang sangat
terpengaruh budaya Cina dikenal sebagai thang loy (buah naga). Istilah Thang loy
kemudian diterjemahkan di Eropa dan negara lain yang berbahasa Inggris sebagai
dragon fruit (Wikipedia, 2014).
Buah naga termasuk tanaman tropis bisa tumbuh pada curah hujan 600-
1.300 mm per tahun. Temperatur maksimum berkisar 38-40 derajat celcius
dengan berat rata-rata berkisar antara 300-500 gram. Buah naga termasuk dalam
keluarga kaktus tetapi bukan kaktus biasa melainkan kaktus pemanjat hylocereus
undatus, disebut pemanjat karena batangnya memanjat batang tanaman lain ketika
ditemukan pertamakali di dalam hutan. orang vietnam dan china buah naga
dianggap membawa berkah. Kebiasaan mereka selalu meletakan si buah merah ini
diantara dua ekor patung naga berwarna hijau diatas meja altar. Warna buah ini
sangat mencolok sekali merah menyala karena itulah orang vietnam kemudian
menyebutnya dengan buah naga merah atau thang loy. Pada umumnya buah naga
dimakan sebagai pelepas dahaga karena kandungan airnya yang sangat tinggi.
Seikitar 90 persen dari berat buah yang rata rata mencapai 0,5-1kg. Rasanya juga
cukup manis karena kadar gulanya mencapai 13-18 briks. Nama buah ini
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dengan dragon fruit, sumber
lain mengatakan mengapa buah ini disebut buah naga? karena kulit buahnya yang
dipenuhi jumbai jumbai menyerupai sisik seekor naga. Batang buah berbentuk
segitiga dengan duri yang cukup pendek dan tidak mencolok. Sebutan lain yang
tak kalah populer untuk buah naga ialah "kaktus tak berduri". Sampai disini belum
ada informasi kapan dan bagaimana sejarah buah naga merah bisa sampai ke
indonesia. Demikian sekilas tentang asal muasal buah naga (Petani Majalengka,
2013).
Buah naga berdaging super merah merupakan buah naga yang paling
mahal diantara ketiga jenis buah naga seperti buah naga berdaging putih,
berdaging merah dan berdaging putih berkulit kuning karena rasanya yang paling
manis. Selain itu, buah naga super merah merupakan buah naga yang paling berat
diantara ketiga jenis buah naga yakni dapat mencapai 900 gram. Buah naga super
merah ini berasal dari Costa Rica dan Nikaragua hingga peru. Buah naga super
merah ini memiliki batang berlilin, hijau keputih-putihan dengan tepian tajam,
memilikiduri-duri yang sangat kecil. Panjang bunganya sekitar 30cm dengan
bunga putih dengan tepian ungu (BKPPG, 2014).
2.4 Agroteknologi Buah Naga
Agroteknologi merupakan teknologi pertanian. Tetapi, perlu dipahami
bahwa teknologi yang dimaksud di sini itu bukan teknologi berupa mesin-mesin
pengolahan hasil pertanian, atau hubungannya sama teknik pertanian. kalau ada
istilah hulu sama hilir, agroteknologi lebih fokus ke hulu, walaupun sebenarnya
hilir juga menjadi pokok bahasan di program studi ini. Pada dasarnya,
Agroteknologi mempelajari mengenai bagaimana cara mengelola suatu komoditas
dari berbentuk bibit sampai berbentuk hasil dan selanjutnya produk dan
mempelajari tanaman dan tumbuhan, pangan ataupun hortikultura. Selain itu,
dalam agroteknologi mempelajari tentang proses menanam yang baik, proses
panen, proses pengolahan, hingga proses produksi sehingga agroteknologi akan
lebih fokus ke hal-hal yang berkaitan dengan tanamannya itu sendiri dan juga
mengenai hal-hal yang menyangkut dengan proses penanamannya. Antara lain
fokus kepada bagaimana cara membudidayakan tanaman, memuliakan tanaman,
tanaman perkebunan, atau bagaimana cara membuat dan menghasilkan serta
menggunakan pupuk dan pestisida dengan baik, serta meneliti tentang baik
tidaknya suatu tanah di suatu wilayah untuk ditanami oleh suatu komoditas. Jadi,
Agroteknologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai hal-hal yang berbau
bahan pangan secara mentah , yang masih dalam bentuk mesin produksi serta hal-
hal yang berkaitan dengannya: tanah sebagai media tanam, pupuk sebagai pemberi
nutrisi dan poses pengolahannya (Riyanti, 2013).
Agroteknologi berasal dari 2 kata agro serta teknologi. Agro berasal dari
agronomi yaitu ilmu yang mempelajari gejala (fenomena) dalam hubungannya
dengan pertanian atau teori serta praktek dalam pengelolaan tanah serta produksi
tanaman. Teknologi berkaitan erat dengan sains serta perekayasaan. Sains
mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai
ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi serta energi dalam interaksinya
satu terhadap lainnya. Dalam perkembangannya sains merupakan
sarana pemecahan masalah mendasar dari setiap peradaban. Sudah terbukti bahwa
Negara yang sainsnya baik serta sangat maju dalam persaingan global serta
akhirnya lebih maju serta berhasil meningkatkan kemakmuran rakyatnya.
Hubungannya dengan bahagia apa? Mungkin ada salah satu pembaca mau
berkontribusi dalam hal ini, karena bahagia menurut kami sudah didominasi
hubungannya dengan hati (Anonim, 2012).
2.4.1 Teknis Budidaya Buah Naga
Kebutuhan bibit untuk budidaya buah naga seluas satu hektar sekitar 6000-
1000 bibit. Jumlah bibit yang diperlukan tergantung pada metode tanam dan
pengaturan jarak tanam. Kali ini alamtani membahas metode budidaya buah naga
dengan tiang panjat tunggal. Dengan sistem ini dibutuhkan tiang panjat sebanyak
1600 batang dengan kebutuhan bibit tanaman sebanyak 6400 bibit per hektar.
a. Pembuatan tiang panjat
Dalam budidaya buah naga tiang panjat sangat diperlukan untuk
menopang tumbuhnya tanaman. Tiang panjat biasanya dibuat permanen dari
beton. Bentuk tiangnya bisap pilar segi empat atau silinder dengan diameter
sekitar 10-15 cm. Tinggi tiang panjat untuk budidaya buah naga biasanya 2-2,5
meter. Tiang tersebut ditanam sedalam 50 cm agar kuat berdiri. Di ujung bagian
atas diberikan penopang berupa batang kayu atau besi membentuk ‘+’. Kemudian
tambahkan besi berbentuk lingkaran atau bisa juga ban motor bekas. Sehingga
bagian ujung atasnya berbentuk seperti stir mobil. Buatlah tiang panjat tersebut
secara berbaris, jarak tiang dalam satu baris 2,5 meter sedangkan jarak antar baris
3 meter. Jarak ini juga sekaligus menjadi jarak tanam. Di antara barisan buat
saluran drainase sedalam 25 cm.
b. Pengolahan tanah
Setelah tiang panjat disiapkan, buatlah lubang tanam dengan ukuran 60×60
cm dengan kedalaman 25 cm. Posisi tiang panjat persis terletak ditengah-tengah
lubang tanam tersebut. Campurkan 10 kg pasir dengan tanah galian untuk
menambah porositas tanah. Tambahkan pupuk kompos atau pupuk kandang yang
telah matang sebanyak 10-20 kg. Tambahkan juga dolomit atau kapur pertanian
sebanyak 300 gram, karena buah naga memerlukan banyak kalsium. Aduk bahan-
bahan tersebut hingga merata. Timbun kembali lubang tanam dengan campuran
media di atas. Kemudian siram dengan air hingga basah tapi jangan sampai
tergenang. Biarkan lubang tanam yang telah ditimbun kembali tersinari matahari
dan mengering.
Setelah 2-3 hari, berikan pupuk TSP sebanyak 25 gram. Pemberian pupuk
melingkari tiang panjat dengan jarak sekitar 10 cm dari tiang. Biarkan selama
kurang lebih 1 hari. Kini lubang tanam siap untuk ditanami.
c. Penanaman bibit buah naga
Untuk satu tiang panjat dibutuhkan 4 bibit tanaman buah naga.
Bibit ditanam mengitari tiang panjat, jarak antar tiang panjat dengan bibit tanaman
sekitar 10 cm. Bibit dipindahkan dari bedeng penyemaian atau polybag. Gali
tanah sedalam 10-15 cm, atau disesuaikan dengan ukuran bibit. Kemudian bibit
diletakkan pada galian tersebut dan ditimbun dengan tanah sambil dipadatkan.
Setelah ke-4 bibit ditanam, ikat batang bibit tanaman tersebut sehingga menempel
pada tiang panjat. Lakukan pengikatan setiap tanaman tumbuh menjulur
sepanjang 20-30 cm. Pengikatan jangan terlalu kencang untuk memberi ruang
gerak pertumbuhan tanaman dan agar tidak melukai batang.
d.Pemupukan dan perawatan
a. Pemupukan
Pada masa awal pertumbuhan pupuk yang dibutuhkan harus mengandung
banyak unsur nitrogen (N). Pada fase berbunga atau berbuah gunakan pupuk yang
banyak mengandung fosfor (P) dan kalium (K). Pemakaian urea tidak dianjurkan
untuk memupuk buah naga, karena sering mengakibatkan busuk batang.
Pemupukan dengan pupuk kompos atau pupuk kandang dilakukan setiap 3 bulan
sekali dengan dosis 5-10 kg per lubang tanam. Pada saat berbunga dan berbuah
berikan pupuk tambahan NPK dan ZK masing-masing 50 dan 20 gram per lubang
tanam. Pada tahun berikutnya perbanyak dosis pemberian pupuk sesuai dengan
ukuran tanaman. Pupuk tambahan berupa pupuk organik cair, pupuk hayati atau
hormon perangsang buah bisa diberikan untuk memaksimalkan hasil.
b. Penyiraman
Penyiraman bisa dilakukan dengan mengalirkan air pada parit-parit
drainase. Selain itu juga bisa menggunakan gembor atau irigasi tetes. Sistem
irigasi tetes lebih hemat air dan tenaga kerja namun perlu investasi yang cukup
besar. Penyiraman dengan parit drainase dilakukan dengan merendam parit
selama kurang lebih 2 jam. Bila penyiraman dilakukan dengan gembor, setiap
lubang tanam disiram dengan air sebanyak 4-5 liter. Frekuensi penyiraman 3 kali
sehari di musim kering, atau sesuai dengan kondisi tanah.
Penyiraman bisa dikurangi atau dihentikan ketika tanaman mulai berbunga
dan berbuah. Pengurangan atau penghentian penyiraman bertujuan untuk menekan
pertumbuhan tunas baru sehingga pertumbuhan buah bisa maksimal. Penyiraman
tetap dilakukan apabila tanah terlihat kering dan tanaman layu karena kurang air.
c. Pemangkasan
Terdapat setidaknya tiga tipe pemangkasan dalam budidaya buah naga,
yakni pemangkasan untuk membentuk batang pokok, pemangkasan membentuk
cabang produksi dan pemangkasan peremajaan. Pemangkasan untuk membentuk
batang pokok dilakukan pada batang bibit tanaman. Tanaman yang baik memiliki
batang pokok yang panjang, besar dan kokoh. Untuk mendapatkan itu pilih tunas
yang tumbuh di bagian paling atas batang awal. Tunas yang tumbuh dibawahnya
sebaiknya dipotong saja. Pemangkasan untuk membentuk cabang produksi
dilakukan pada tunas yang tumbuh pada batang pokok. Pilihlah 3-4 tunas untuk
ditumbuhkan. Nantinya tunas ini akan menjadi batang produksi dan tumbuh
menjuntai ke bawah. Tunas yang ditumbuhkan sebaiknya yang ada di bagian atas,
sekitar 30 cm dari ujung atas.
Pemangkasan peremajaan dilakukan terhadap cabang produksi yang kurang
produktif. Biasanya sudah berbuah 3-4 kali. Hasil pangkasan peremajaan ini bisa
dijadikan sumber bibit tanaman. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemangkasan
adalah bentuk tanaman. Biasanya tanaman buah naga tumbuh tidak teratur.
Upayakan agar tunas-tunas yang dipilih bisa membentuk tanaman dengan baik.
Sehingga percabangan tidak terlalu rimbun dan batang yang ada dibawah tajuk
bisa terkena sinar matahari dengan maksimal.
e. Pemanenan
Tanaman buah naga berumur panjang. Siklus produktifnya bisa mencapai
15-20 tahun. Budidaya buah naga mulai berbuah untuk pertama kali pada bulan ke
10 hingga 12 terhitung setelah tanam. Namun apabila ukuran bibit tanamannya
lebih kecil, panen pertamanya bisa mencapai 1,5-2 tahun terhitung setelah
tanam. Produktivitas pada panen pertama biasanya tidak langsung optimal. Satu
tanaman biasanya menghasilkan 1 kg buah. Dalam satu tiang panjat terdapat 4
tanaman. Berarti dengan jumlah tonggal 1600 dalam satu hektar akan dihasilkan
sekitar 6-7 ton buah naga sekali musim panen. Usaha budidaya buah naga yang
sukses bisa menghasilkan lebih dari 50 ton buah per hektar per tahun.
Ciri-ciri buah yang siap panen adalah kulitnya sudah mulai berwarna
merah mengkilap. Jumbai buah berwarna kemerahan, warna hijaunya sudah mulai
berkurang. Mahkota buah mengecil dan pangkal buah menguncup atau berkeriput.
Ukuran buah membulat dengan berat sekitar 400-600 gram (Alamtani, 2014).
2.4.2 Hama dan Penyakit Buah Naga
Hama yang ditemukan dalam buah naga bug bertepung (Hemiptera:
Pseudococcidae) spesies Pseudococcus jackbeardsleyi, Ferrisia virgata, dan
Planococcus sp, kutu daun (Hemiptera: Aphididae).. Spesies Aphis gossypii,
Branchycaudus helichrysi, dan Toxoptera odinae, semut (Hymenoptera:
Formicidae) spesies Oecophylla sp, Camponotus sp, Euprenolepis sp, dan
Polycharis sp, belalang (Orthoptera: Acrididae) spesies Valanga sp, Oxya sp, dan
Atractomorpha sp, tungau (Acarina: Tetranycidae); bekicot (Acathina fulica) , dan
burung. Ayam tidak dianggap sebagai hama, namun mereka dapat menyebabkan
kerusakan parah pada buah jika mereka diizinkan untuk hadir di kebun. Penyakit
yang ditemukan dalam buah naga adalah ganggang merah karat (Cephaleuros sp.),
Anggur tempat oranye (Fusarium sp.), Anggur putih (Botryosphaeria sp. Dan
Phomopsis sp.), Batang hawar (Helminthosporium sp.) Dan antraknosa
(Colletotrichum sp.) , Dothiorella spot, kecoklatan busuk batang, batang
menguning, busuk buah (Colletotrichum sp. dan Helminthosporium sp.) Buah
jeruk spot (Alternaria sp.). Sebuah penyakit bercak hitam pada batang belum
diidentifikasi. Hama dan penyakit belum dikendalikan dalam sistem tertentu,
mungkin karena kejadian mereka tidak mengakibatkan kerugian yang signifikan
(Wikipedia, 2014).
2.4.3 Produksi Buah Naga
Pemanenan tanaman buah naga dilakukan apabila sudah menunjukkan ciri
khas nya yaitu warna kulit merah mengkilap, jumbai atau sisik berubah warna dari
hijau menjadi kemerahan. Saat yang tepat untuk memanen buahnya sebaiknya
ditunggu sampai buah benar-benar matang dan menimbulkan bau wangi dan di
anginkan beberapa waktu sebelum siap dikonsumsi. Buah yang mengalami
conditioning ini akan menambah rasa manis buahnya pada saat dikonsumsi.
Pemanenan dapat dilakukan dengan cara menggunting tangkai buahnya dengan
hati-hati. Pada suhu kamar buah naga dapat bertahan hingga 14 hari penyimpanan,
walau kulitnya mulai mengering tetapi isi buah naga tetap segar. Kesegaran buah
naga disebabkan antara lain karena pada bagian kulit terdapat lapisan lilin yang
menyelimuti kulit buah secara alami. Pada kondisi penyimpanan dengan suhu
ruang lebih dari 20° C, buah naga dapat bertahan hingga 2 (dua) bulan lebih
(Wahyu, 2010).
Buah naga yang sudah dipanen akan mengalami kehilangan air yang tidak
dapat digantikan, karena produk tidak dapat mengambil air dari lingkungannya.
Demikian juga kehilangan substrat juga tidak dapat digantikan, sehingga
menyebabkan perubahan kualitas dari produk yang telah dipanen atau dikenal
sebagai kemunduran kualitas dari produk, tetapi pada suatu keadaan perubahan
tersebut justru meningkatkan kualitas produk tersebut.
Pada umumnya kemunduran kualitas dari suatu produk hortikultura yang
telah dipanen biasanya diikuti dengan meningkatnya kepekaan produk tersebut
terhadap infeksi mikroorganisme sehingga akan semakin mempercepat kerusakan
atau menjadi busuk, sehingga mutu serta nilai jualnya menjadi rendah bahkan
tidak bernilai sama sekali (Anonim,2012).
Buah naga setelah melalui proses panen, kemudian buah naga dipilih atau
disortir berdasarkan ukuran buahnya. Sortasi atau seleksi merupakan salah satu
rangkaian dari kegiatan setelah panen yang umumnya dikerjakan di bangsal
pengemasan atau di kebun dengan tujuan memisahkan buah yang layak dan tidak
layak untuk dipasarkan (busuk, terserang penyakit, cacat, terlalu muda/tua dan
lain-lain). Sortasi juga dilakukan untuk memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan oleh pemerintah atau pasar. Untuk mengemas buah naga dilakukan
dengan menggunakan kardus yang kokoh dengan kapasitas berisi sekitar 20 kg
buah naga. Selanjutnya buah naga yang telah dikemas tersebut dapat di
distribusikan berdasarkan lokasi tujuan pasarnya, apakah untuk dipasok ke
Supermarket atau toko buah. Untuk harga buah naga biasa dijual dengan kisaran
Rp 20.000,. - Rp 30.000,. /kg nya. Bahkan untuk yang lebih eksotik seperti buah
merah hitam, kuning, merah bias melampaui harga jual tersebut. Harga buah naga
tergantung pula dari mutu yang ditampilkan oleh buah naga tersebut, semakin
baik kualitasnya maka harga yang ditawarkan juga akan semakin tinggi
(Sri Purwanti, 2014).
2.5 Efisiensi Pemasaran Buah Naga
Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi
besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang
dijalankan.pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar
arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan
maksud untuk menciptakan permintaan efektif. Menurut Soekartawi (2002),
biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran,
meliputi biaya pengangkutan, biaya sortir, biaya pengemasan, dan biaya tenaga
kerja yang digunakan. Makin efisien pemasaran yang dilakukan, makin kecil
biaya pemasaran yang dikeluarkan. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama
lain disebabkan oleh : (a) macam komoditi, (b) lokasi pemasaran, (c) macam
lembaga pemasaran dan (4) efektivitas pemasaran yang dilakukan. Pemasaran
buah naga semakin sukses apabila buah naga yang akan dipasarkan mempunyai
kualitas prima, yang diperoleh melalui pola budidaya yang baik dan benar. Para
petani buah naga sekarang ini biasanya hanya mengejar kuantitas tanpa
meningkatkan kualitas buahnya, jumlah panen buah memang banyak, tetapi
ukurannya kecil-kecil sehingga banyak ditolak para pedagang buah naga, atau
dibeli dengan harga yang rendah untuk dilempar ke pasar tradisional. Para petani
buah naga banyak yang tidak melakukan seleksi kuntum bunga, pada satu sulur
sering dibiarkan tumbuh buah yang berdekatan dan satu sulur dibiarkan tumbuh
lebih dari tiga buah. Hal yang demikian memperjelek hasil buahnya. Pemasaran
buah naga pada prinsipnya merupakan kegiatan yang diarahkan pada usaha
memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran buah naga
dengan nilai uang yang disepakati. Pemasaran merupakan kegiatan yang penting
dalam siklus produksi. Dalam setiap pemasaran tidak lepas dari saluran maupun
lembaga pemasaran karena keduanya saling berkaitan satu sama lain. Dengan
adanya saluran dan lembaga pemasaran maka produksi buah naga yang dihasilkan
dapat didistribusikan kepada para konsumen. Melalui lembaga pemasaran
produsen dapat menjual buah naga merah dan konsumen akan dapat memenuhi
kebutuhan akan buah.
Panjangnya saluran pemasaran buah naga akan ditentukan oleh banyaknya
tingkat perantara yang dilalui oleh komoditi buah naga tersebut. Beberapa saluran
pemasaran buah naga dapat diidentifikasi sebagai berikut : (a). Saluran pemasaran
langsung, yang merupakan saluran pemasaran yang produsennya secara langsung
menjual produknya kepada konsumen, (b). Pengecer merupakan saluran perantara
yang dalam pasar yang disebut juga agen-agen penjualan, (c). Distributor, yang
merupakan saluran dua tingkat dan (d). Saluran tiga tingkat dimana terdapat tiga
perantara yaitu grosir, pengecer, dan pedagang pemborong. Pemborong tersebut
membeli buah naga pada pengecer kecil, yang pada umumnya tidak dapat dilayani
oleh pedagang grosir (Sri Purwanti, 2014).
2.6 Kerangka Pemikiran
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Bontomanai, Kecamatan
Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi di
lakukan dengan cara purposive sampling (sengaja) dengan pertimbangan bahwa
wilayah tersebut merupakan salah satu daerah pengembangan usahatani buah
naga. Penelitian dilaksanakan pada November 2014 sampai dengan Januari 2015.
3.2 Objek Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
studi kasus yakni berpusat pada perbandingan kebun buah naga milik M.Garu dan
Pakcin dengan pertimbangan kebun buah naga memiliki perbedaan dan
persamaan, dimana persamaan kedua kebun tersebut yakni sama-sama
berusahatani buah naga berdaging super merah dan memiliki luas lahan 3 Ha.
Sedangkan perbedaannya dari segi pemasaran yakni kebun buah naga milik
M.Garu memasarkan buah naganya dilahan sedangkan Pakcin memasarkan buah
naganya di Supermarket dan terdapat perbedaan teknologi budidaya yang
digunakan pada kebun buah naga milik M.Garu dan Pakcin. Selain itu, kebun
buah naga tersebut cukup berhasil dan berkembang. Menurut Jacobs Dkk (1985)
bahwa dalam metode studi kasus hendaknya menguji unit atau individu secara
mendalam dan para peneliti menemukan semua variabel yang penting.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara observasi lapangan
dan wawancara langsung dengan responden dan menggunakan daftar
pertanyaan.
2. Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang berhubungan
dengan penelitian ini diantaranya badan pusat statistik Gowa.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan ini, teknik pengumpuan data yang digunakan ialah:
a) Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
berdasarkan pengamatan langsung terhadap unsur-unsur yang
berhubungan dengan usahatani buah naga.
b) Wawancara mendalam dilakukan dengan cara mewawancarai langsung
responden yang dilaksanakan secara sistematis dan berdasarkan tujuan
penelitian. Wawancara dilakukan dengan dengan meminta responden
untuk menjelaskan, menguraikan ragam kejadian, pengalaman yang terjadi
pada lokasi penelitian serta dengan menggunakan daftar pertanyaan
sebagai panduan wawancara yang telah disusun sebelumnya.
3.5. Analisis Data
Pendekatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif yakni dengan menggambarkan teknologi budidaya (agroteknologi) yang
digunakan pada buah naga, strategi pemasaran pada buah naga dan keuntungan
yang diperoleh dari buah naga tersebut. Data yang diperoleh dari praktek lapang
akan diolah dengan menggunakan analisis sebagai berikut :
1. Analisis teknologi budidaya (agroteknologi) akan dilakukan dengan
menggunakan analisis deskriptif. yakni dengan menggambarkan
perbandingan antara teknologi budidaya (agroteknologi) yang digunakan pada
buah naga milik M.Garu dan Pakcin. Yakni mulai dari teknis budidaya, hama
dan penyakit, panen dan pasca panen buah naga.
2. Untuk mengetahui besarnya biaya, tingkat pendapatan dan keuntungan buah
naga milik M.Garu atau Pakcin secara finansial dianalisis menggunakan
metode financial dengan rumus menurut (Riyanto, 1995):
TC= A + BTR= C + D
I = TR – TC
Keterangan :
A = Biaya Variabel
B = Biaya Tetap
C = Jumlah produksi Buah naga
D = Harga buah naga (Kg)
I = Income (keuntungan)
TC = Total Cost (Biaya)
TR = Total Revenue (penghasilan)
3. Analisis efisiensi pemasaran akan dilakukan dengan menggunakan analisis
EP = BpHe
x 100%
Keterangan :
Ep : Efisiensi pemasaran
Bp : Biaya Pemasaran buah naga
He : Harga penjualan buah naga
Semakin kecil presentase efisiensi pemasaran, maka semakin
efisien sistem pemasaran tersebut.
3.5KonsepOperasional