PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, FOREIGN OPERATION, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK Oleh : Bani Alkausar 156020301111004 A. PENDAHULUAN Perusahaan sebagai salah satu wajib pajak memiliki kewajiban dalam membayar pajak yang besarnya dihitung dari laba bersih yang diperolehnya. Semakin besar pajak yang dibayarkan maka penerimaan negara akan semakin besar. Namun antara pihak pemerintah dan wajib pajak (perusahaan) memiliki kepentingan yang berbeda. Dari pihak pemerintah menginginkan agar wajib pajak dapat maksimal dalam membayar pajak, namun dari segi wajib pajak perusahaan ingin mengefisienkan beban pajaknya sehingga memperoleh keuntungan yang lebih besar dalam rangka menyejahterakan pemilik dan untuk keberlanjutan hidup perusahaan (going concern). Mangoting (1999) dalam Maretta (2013) menyatakan bahwa bagi perusahaan, pajak dianggap sebagai biaya, sehingga perlu dilakukan usaha-usaha atau strategi-strategi tertentu untuk menguranginya. Usaha-usaha atau strategi-strategi yang dilakukan merupakan bagian dari tax planning. Tujuan yang diharapkan dengan adanya tax planning ini adalah meminimalkan pajak terutang untuk mencapai laba yang optimal. Penghematan pajak dapat dilakukan dengan cara legal (tax avoidance) maupun secara illegal (tax evasion). Maretta (2013)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, FOREIGN OPERATION, LEVERAGE,
DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK
Oleh :
Bani Alkausar 156020301111004
A. PENDAHULUAN
Perusahaan sebagai salah satu wajib pajak memiliki kewajiban dalam membayar pajak
yang besarnya dihitung dari laba bersih yang diperolehnya. Semakin besar pajak yang
dibayarkan maka penerimaan negara akan semakin besar. Namun antara pihak pemerintah
dan wajib pajak (perusahaan) memiliki kepentingan yang berbeda. Dari pihak pemerintah
menginginkan agar wajib pajak dapat maksimal dalam membayar pajak, namun dari segi
wajib pajak perusahaan ingin mengefisienkan beban pajaknya sehingga memperoleh
keuntungan yang lebih besar dalam rangka menyejahterakan pemilik dan untuk keberlanjutan
hidup perusahaan (going concern). Mangoting (1999) dalam Maretta (2013) menyatakan
bahwa bagi perusahaan, pajak dianggap sebagai biaya, sehingga perlu dilakukan usaha-usaha
atau strategi-strategi tertentu untuk menguranginya. Usaha-usaha atau strategi-strategi yang
dilakukan merupakan bagian dari tax planning. Tujuan yang diharapkan dengan adanya tax
planning ini adalah meminimalkan pajak terutang untuk mencapai laba yang optimal.
Penghematan pajak dapat dilakukan dengan cara legal (tax avoidance) maupun secara
illegal (tax evasion). Maretta (2013) menyatakan agresivitas pajak merupakan keinginan
perusahan untuk meminimalkan beban pajak melalui aktivitas tax planning dengan tujuan
untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Aktivitas tax planning dilakukan melalui cara yang
legal, ilegal, maupun kedua-duanya. Jadi, agresivitas pajak merupakan perilaku wajib pajak
yang memiliki kecenderungan untuk menghindari pajak agar beban pajak yang akan
dibayarkan minimal.
Kasus agresivitas pajak tidak hanya dijumpai di Indonesia namun diseluruh dunia. Hal ini
telah diucapkan oleh Basri saat ditemui oleh majalah Tempo disela-sela acara " 6th Meeting
of the Global Forum on Transparency and Exchange of Information for Tax Purposes ", ia
mengatakan bahwa penghindaran pajak tidak hanya menjadi masalah di Indonesia, namun di
semua negara. Ada perusahaan-perusahaan besar dengan sistem yang seolah-olah dapat
memindahkan pembayaran pajak ke negara lain dan pada akhirnya perusahaan tersebut tidak
membayar pajak (www.tempo.com).
Di Indonesia, salah satu kasus agresivitas pajak dengan melakukan penghindaran pajak
(tax avoidance) dilakukan oleh “ Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) ”. Pada
tahun 2004 TMMIN melakukan restrukturisasi perusahaan. Setelah adanya restrukturisasi
tersebut laba sebelum pajak (gross margin) TMMIN menjadi lebih kecil yang awalnya laba
sebelum pajak selalu mengalami peningkatan antara 11% hingga 14%, setelah restrukturisasi
laba sebelum pajak hanya sebesar 7%. Dengan laba sebelum pajak yang lebih kecil maka
beban pajak yang ditanggung juga akan semakin kecil.Dalam pemeriksaan oleh pihak fiskus
ditemukan bahwa terjadi transfer pricing yang tidak wajar dengan perusahaan afiliasi di
Singapura (kontan.co.id).
Sedangkan kasus agresivitas pajak dengan melakukan penggelapan pajak (tax evasion)
dilakukan oleh PT.Asian Agri Group (AAG). AAG melakukan transfer pricing ke
perusahaan afliasi di luar negeri dengan harga di bawah harga pasar untuk kemudian dijual
lagi ke pembeli riil dengan harga tinggi. Dengan begitu beban pajak di dalam negeri bisa
ditekan. Selain itu, perusahaan-perusahaan luar negeri yang menjadi rekanan AAG sebagian
adalah perusahaan fiktif. Berdasarkan pemeriksaan dari pihak fiskus, ditemukan terjadinya
penggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan
nilai (PPN). Pada tahun 2002-2005 terdapat Rp 2,62 triliun penyimpangan pencatatan
transaksi. Yaitu, penggelembungan biaya perusahaan hingga 1,5 triliun, mendongkrak
kerugian dari transaksi ekspor Rp 232 miliar, dan mengecilkan hasil penjualan sebesar Rp
889 miliar. (www.tempo.com).
Berdasarkan data pajak yang disampaikan oleh Dirjen Pajak pada tahun 2012 terdapat
50,9% perusahaan Penanaman Modal Asing yang melaporkan nihil nilai pajaknya,
perusahaan tersebut diketahui mengalami kerugian selama 7 tahun berturut-turut. Perusahaan
tersebut umumnya bergerak dalam bidang manufaktur dan pengolahan bahan baku (Dirjen
Pajak, 2013). Hal ini berpotensi merugikan negara karena menurut data Badan Pusat Statistik
(BPS) selama lima tahun berturut-turut penerimaan negara yang berasal dari pajak lebih dari
70% , sehingga dapat dikatakan bahwa pajak mempunyai peranan yang penting untuk
perekonomian negara serta kemakmuran rakyat bergantung pada pajak itu sendiri. Semakin
patuh seorang wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya maka akan semakin besar
MOWN : Perbandingan kepemilikan manajemen dengan total saham yang beredar
FO : Foreign Operation berdasarkan kepemilikan anak perusahaan di luar
negeri.
LEVERAGE : Perbandingan total utang dengan total asset
ROA : Perbandingan total laba (rugi) setelah pajak dengan total asset
ε : Error
2) Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013:160). Uji statistik dalam
normalitas yang umum digunakan adalah uji kolmogrov-smirnov. Adapun pengambilan
keputusan adalah :
a) Jika probabilitas > 0,05 maka menunjukkan distribusi normal pada model yang
digunakan.
b) Jika probabilitas < 0,05 maka menunjukkan distribusi yang tidak normal pada model
yang digunakan.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang
nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance
dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Variabel independen
menjadi variabel dependen dan diregres terhadap variabel lainnya. Tolerance mengukur
variabiltas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/
Tolerance). Nilat cutoff yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinieritas
adalah toleransi ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2013:105).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periodesebelumnya (t-1)
dalam model regresi linier. Untuk mengetahui apakah asumsi tidak terjadi autokorelasi telah
terpenuhi, maka dapat diuji dengan uji statistic Durbin-Watson. Jika nilai DW berada di
antara dU sampai dengan 4 - dU maka tidak ada autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).
3) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:97).
4) Pengujian Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2013:98). H0 yang akan diuji adalah apakah suatu parameter dalam model
sama dengan nol, atau :
H0 : bi = 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) parameter suatu
variabel tidak sama dengan nol, atau:
HA : bi ≠ 0
Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut:
1. Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan
sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar
dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif,
yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual
mempengaruhi variabel dependen.
2. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai
statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima
hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sartono, R. 2002. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi keempat. Yogyakarta : BPFE.
Ajzen, Icek. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processe. University of Massachusetts at Amherst. USA. DOI: 0749-5978/91Vol. 50, 179 – 211
Cravens, S.K. (1997). Examining The Role Of Transfer Pricing As A Strategy For Multinational Firms, International Business Review, 6 (2), 127-145. http://dx.doi.org/10.1016/S0969-5931(96)00042-X
Hartadinata, Okta S dan Heru Tjaraka. 2013. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax Aggressiveness. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXIII No. 3 Desember 2013.
Hidayanti. 2013. Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga Dan Corporate Governance Terhadap Tindakan Pajak Agresif. Jurnal Akuntansi dan Auditting.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). Pernyataan Standar Akuntansi Kuangan No. 10 (revisi 2010) Transaksi Dalam Mata Uang Asing. Jakarta
Imam, Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : BP Universitas Diponegoro
Jensen, M. and Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Finance Economics 3
Kamila, Putri Almainda dan Martani, Dwi. 2014. Analisis Hubungan Agresivitas Pelaporan dan Agresivitas Pajak. Jurnal Akuntansi Multi Paradigma (JAMAL)
Kurniasih, T., & Sari, M. M. (2013). Pengaruh Profitabilitass, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax Avoidance. Buletin Studi Ekonomi , 18, 58 - 66.
Permatasari. 2004. Transfer Pricing Sebagai Salah Satu Strategi Perencanaan Pajak Bagi Perusahaan Multi Nasional. Jurnal Bina Ekonomi.
Pohan, Chairil Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rustiarini. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility. AUDI (Jurnal Akuntansi dan Bisnis).
Sari, I. (2010). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perbankan Nasional, Skripsi Fakultas Ekonomi Univer-sitas Diponegoro Semarang.
Sekaran, Uma. 2007. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.