BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Dalam system kesehatan yang optimal agar dapat bekerja serta hidup layak sesuai dengan martabat manusia. Tidak terkecuali warga Negara yang telah berusia lanjut (Depkes RI, 1994:1). Usia lanjut merupakan golongan yang dihormati sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya. Kelompok ini menjadi sumber daya manusia yang potensial dan bermanfaat bagi peningkatan kehidupan masyarakat namun secara alami kelompok tersebut 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia adalah penyelenggaraan
upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Dalam
system kesehatan yang optimal agar dapat bekerja serta hidup layak
sesuai dengan martabat manusia. Tidak terkecuali warga Negara yang
telah berusia lanjut (Depkes RI, 1994:1).
Usia lanjut merupakan golongan yang dihormati sesuai dengan
pengetahuan dan pengalamannya. Kelompok ini menjadi sumber daya
manusia yang potensial dan bermanfaat bagi peningkatan kehidupan
masyarakat namun secara alami kelompok tersebut mengalami
kemunduran fisik, biologik, mental maupun sosialnya. Perjalanan
penyakit pada usia lanjut pun mempunyai ciri tersendiri, yaitu bersifat
menahun, semakin berat dan sering penyakit jantung dan pembuluh
darah, kanker dan penyakit degeneratif lainnya merupakan penyakit
yang banyak ditemukan pada orang berusia lanjut, sebagai akibat
proses ketuaan yang dialaminya. Oleh karena itu kelompok usia lanjut
1
memerlukan perhatian dan upaya khusus di bidang kesehatan
(Depkes RI, 1994:2).
Pada umumnya pada usia lanjut menganggap penyakit sebagai
hal biasa, sehingga jarang memeriksakan diri, di samping itu masih
banyak petugas kesehatan yang belum memperhatikan gejala awal
menurunnya kondisi ini, meskipun umumnya angka kesakitan
cenderung menurun, namun karena usia lanjut meningkat, maka hal ini
tetap merupakan masalah yang memerlukan perhatian, karena di
harapkan usia lanjut tidak menjadi beban dikemudian hari. Melainkan
tetap berdaya guna bagi dirinya, keluarga dan masyarakat untuk
melaksanakan upaya kesehatan usia lanjut secara efekti, data dan
informasi yang ada pada saat ini sangat terbatas. Disamping ini
gerontologi dan geriatri belum tercantum dalam kurikulum pendidikan
kesehatan, baik di lingkungan departemen kesehatan. Sehingga
pengetahuan dasar petugas kesehatan untuk pengembangan upaya
kesehatan usia lanjut masih perlu ditingkatkan (Depkes RI: 4-6).
Salah satu kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam pembinaan
usia lanjut adalah dengan upaya peningkatan kesehatan dan
kemampuan untuk mandiri agar selama mungkin untuk dapat produktif
dan berperan aktif dalam pembangunan. Bentuk partisipasi aktif
masyarakat yang diharapkan berupa partisipasi dalam pendataan,
2
pemanfaatan pelayanan (Puskesmas, Posyandu). Pengenalan diri
masalah kesehatan lanjut usia dan serta pendanaan bagi rujukan yang
diperlukan (Depkes RI, 2000:20).
Menurut WHO “lansia aktif” adalah suatu proses yang memberikan
kesempatan optimal untuk memperoleh kesejateraan fisik, sosial dan
mental dalam rangkaian seluruh kehidupan, agar meningkatkan usia
harapan hidupnya dengan sehat , produktif dan berkualitas. Sehingga
diharapkan lansia tidak hanya aktif secara fisik akan tetapi juga terlibat
aktif dalam kegiatan social, spiritual kebudayaan maupun ekonomi
(Nugroho, 2000:18).
Menyadari akan proporsi penduduk berusia 55 tahun ke atas akan
meningkat sejalan dengan peningkatan dan membaiknya kondisi sosial
ekonomi dan sosial budaya bangsa di masa-masa yang akan datang
maka perlu dilakukan pengkajian lebih mendalam dengan demikian
diharapakan petugas kesehatan mengadakan posyandu lansia guna
membantu lansia untuk mendapatkan informasi-informasi tentang
kesehatan. Selain itu lansia dapat melakukan pemeriksaan kesehatan
di posyandu tersebut (Depkes RI, 1991:3).
3
Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada
500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan ada 500 juta
dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025
akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti Amerika Serikat
pertambahan orang lanjut usia + 1.000 orang per hari pada tahun 1985
dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun.
Secara demografis, berdasarkan sensus penduduk tahun 1971,
jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas sebesar 5,3 juta (4,5 %)
dari jumlah penduduk. Selanjutnya pada tahun1980, jumlah ini
meningkat menjadi 8 juta (5,5%) dari jumlah penduduk dan pada
tahun 1990, jumlah ini meningkat menjadi 11,3 juta (6,4%). Pada
tahun 2000, diperkirakan meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dari
jumlah penduduk, dan pada tahun 2005, jumlah ini diperkirakan
meningkat menjadi 18,3 juta (8,5%).
Jumlah lanjut usia terus meningkat dan menurut proyeksi WHO
pada 1995 dimana, pada tahun 2050 dibandingkan dengan tahun 1990
bahwa pertumbuhan penduduk lanjut usia Indonesia mengalami
pertumbuhan terbesar di Asia, yaitu sebesar 414%, Thailand 337%,
India 242%, dan China 220%.
4
Jumlah lanjut usia Indonesia, menurut sumber BPS bahwa pada
tahun 2004 sebesar 16.522.311, tahun 2006 sebesar 17.478.282, dan
pada tahun 2008 sebesar 19.502.355 (8,55% dari total penduduk
sebesar 228.018.900), sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan
jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jiwa. Sungguh suatu jumlah yang
sangat besar sehingga jika tidak dilakukan upaya peningkatan
kesejateraan lanjut usia sejak sekarang akan menimbulkan
permasalahan dan bisa jadi merupakan bom waktu di kemudian hari.
Kecenderungan timbulnya masalah ini ditandai pula dengan angka
ketergantung lanjut usia sesuai Susenas BPS 2008 sebesar
13,72%. Angka ketergantungan penduduk akan menjadi tinggi dan
dirasakan oleh penduduk usia produktif jika ditambah dengan angka
ketergantungan penduduk usia kurang dari 15 tahun, dimana saat ini
jumlah penduduk kurang dari 15 tahun sebesar 29,13%.
Berdasarkan data yang di peroleh (tahun 2009, data sensus
penduduk 2010) jumlah total lansia di Sulsel adalah 721.353 jiwa
(9,19% dari total jumlah penduduk Sulsel). Adapun data yang
diperoleh dari Puskesmas Mangasa Kecamatan Rappocini Kelurahan
Mangasa Kota Makassar, jumlah lansia yang mendapat pelayanan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Mangasa Kelurahan Mangasa,
pada tahun 2014 sebanyak 3.680 lansia (93,07%) pada tahun 2015
5
jumlah lansia yang mendapat pelayanan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Mangasa sebanyak 2.652 lansia.
Posyandu atau pos pelayanan terpadu merupakan program
Puskesmas melalui kegiatan peran serta masyarakat yang ditujukan
pada masyarakat setempat, khususnya balita, wanita usia subur,
maupun lansia. Pelayanan kesehatan di posyandu lanjut usia metiputi
pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan
dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih
awal penyakit yang diderita atau ancaman salah satu kesehatan yang
dihadapi. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu
lansia antara lain pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari,
pemeriksaan status inental, pemeriksaan status gizi, pengukuran
tekanan darah, pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan protein
dalam urin, pelayanan rujukan ke puskesmas dan penyuluhan
kesehatan. Kegiatan lain yang sesuai kebutuhan dan kondisi setempat
seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan
aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan olahraga seperti senam lanjut
usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran (Pemkot
Yogyakarta, 2007).
Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan
memberi bagi lansia kemudahan pelayanan kesehatan dasar,
6
sehingga kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan
baik dan optimal. Berbagai kegiatan dan program posyandu lansia
tersebut sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi para orang
tua di wilayahnya. Seharusnya para lansia berupaya memanfaafkan
adanya posyandu tersebut sebaik mungkin, agar kesehatan para
lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal. Lansia yang
tidak aktif dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu
lansia, maka kondisi kesehatan mereka tidak dapat terpantau dengan
baik, sehingga apabila mengalami suatu resiko penyakit akibat
penurunan kondisi tubuh dan proses penuaan dikhawatirkan dapat
berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka. Penyuluhan dan
sosialisasi tentang manfaat posyandu lansia perlu terus ditingkatkan
dan perlu mendapat dukungan berbagai pihak, baik keluarga,
pemeritah maupun masyarakat itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah
pengetahuan lansia mengenai pemanfaatan posyandu lansia di RW.05
Kel.Mangasa Kota Makassar?”
7
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui pengetahuan lansia mengenai
pemanfaatan posyandu lansia di RW.05 Kel.Mangasa Kota
Makassar.
1.3.1.2 Tujuan khusus
Untuk mengetahui secara deskriptif pengetahuan
lansia mengenai Posyandu lansia di RW.05 Kel.Mangasa
Kota Makassar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi media untuk
penerapan berbagai konsep ilmu pengetahuan gerontik dan
dapat dijadikan sebagai kajian ilmiah penelitian tentang
pengetahuan lansia mengenai pemanfaatan Posyandu
lansia .
1.4.2 Manfaat praktis
1.4.2.1 Bagi Puskesmas Mangasa.
8
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Posyandu
Lansia , diharapkan dapat menjadi masukan untuk
perencanaan dan pengembangan program lanjut usia dalam
pelayanan kesehatan lansia secara optimal.
1.4.2.2 Bagi Profesi Keperawatan.
Dapat dijadikan referensi pengembangan ilmu
keperawatan khususnya di bidang keperawatan gerontik.
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
bacaan dan referensi perpustakaan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan panduan bagi
mahasiswa yang melakukan penelitian.
1.4.2.4 Bagi Peneliti selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dan
pembelajaran untuk dijadikan informasi awal bagi peneliti
lain yang berminat melakukan penelitian selanjutnya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca
indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
(Notoatmojo, 2003)
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya seseorang (ovent behavior). Dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
disadari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam
10
domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu : (Notoatmodjo,
2003)
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu
yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini
adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan
dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang
dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil
11
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situsi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih
didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu
kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.
12
2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari
Notoadmojo,2003:11 adalah sebagai berikut :
1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba
salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan
itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain
sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan dengan cara ini dapat berupa
pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau
informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan
berbagai prinsip orang lain yang menerima atau
mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau
membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta
empiris maupun penalaran sendiri.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang
13
kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih
popular disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula
dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian
dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir
suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita
kenal dengan penelitian ilmiah.
2.1.4 Proses Perilaku TAHU
Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo
(2003), perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia
baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati
oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru
di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yakni:
1. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi
(objek).
2. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh
perhatian dan tertarik pada stimulus.
14
3. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan
mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap
stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik lagi.
4. Trial dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
5. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Faktor Internal
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju
kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk
berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang
menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip
Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku seseorang untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003).
Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi.
15
2. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),
pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan,
tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak tantangan.
Sedangkan bekerja pada umumnya merupakan kegiatan
yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
3. Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip oleh Nursalam
(2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai
saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan
menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat, seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari
orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai
dari pengalaman dan kematangan jiwa.
b. Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
16
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam
(2003), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok.
2. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat
dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima
informasi.
2.1.6 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang
dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang
bersifat kualitatif, yaitu :
1. Baik : Hasil presentase 76%-100%
2. Cukup : Hasil presentase 56%-75%
3. Kurang : Hasil presentase >56%
2.2Posyandu Lansia
2.2.1 Pengertian Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk
masyarakat lansia di wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang
17
digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Posyandu lansia adalah bentuk pelayanan kesehatan
bersumber daya masyarakat atau UKBM yang dibentuk oleh
masyarakat berdasarkan insiatif dan kebutuhan masyarakat,
khususnya pada penduduk lanjut usia. (Erpandi,2015)
Disamping pelayan kesehatan, di posyandu lansia juga
dapat diberikan pelayan social, agama, pendidikan, keterampilan,
olahraga, dan seni budaya serta pelayan lain yang dibutuhkan para
lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Selain itu
mereka dapat beraktifitas dapat mengembangkan potensi diri.
(Komnas Lansia, 2010)
2.2.2 Tujuan Posyandu Lansia
Menurut Erpandi (2015) tujuan pembentukan Posyandu Lansia
adalah :
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan lansia.
b. Mendekatkan keterpaduan pelayanan lintas program dan
lintas sektor serta meningkatkan peran serta masyarakat
dan swasta dalam pelayanan kesehatan.
18
c. Mendorong dan memfasilitasi lansia untuk tetap aktif,
produktif, dan mandiri serta meningkatkan komunikasi di
antara masyarakat lansia.
2.2.3 Manfaat Posyandu Lansia
Secara umum Posyandu Lansia mempunyai beberapa manfaat
yaitu : (Depkes, 2010)
a. Meningkatkan status kesehatan lansia.
b. Meningkatkan kemandirian lansia.
c. Deteksi dini gangguan kesehatan pada lansia.
d. Meningkatkan harapan hidup.
2.2.4 Pengelola Posyandu
Pengelola posyandu meliputi unsure masyarakat,
lembaga kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan,
lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra-pemerintah,
dan dunia usaha terpilih. Semua elemen tersebut
mempunyai kesediaan, kemampuan, dan waktu serta
kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di
posyandu. (Erpandi, 2015)
Penjabaran dari penyelenggara posyandu adalah
sebagai berikut:
19
1. Pelaksana kegiatan adalah anggota masyarakat yang telah di
latih menjadi kader kesehatan setempat di bawah bimbingan
puskesmas dan sector lain di kecamatan.
2. Kader posyandu adalah anggota masyarakat yang bersedia,
mampu, dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan
posyandu lansia secara sukarela.
3. Kader posyandu terlatih adalah kader yang telah mengikuti
pelatihan terkait bidang layanan posyandu lansia.
4. Kelompok kerja posyandu (Pokja Posyandu) adalah kelompok
kerja yang tugas dan fungsinya mempunyai keterkaitan dengan
pembinaan penyelenggaraan atau pengelolaan posyandu lansia
yang berkedudukan di desa atau kelurahan.
2.2.5 Sasaran Posyandu Lansia
Sasaran posyandu lansia (Erpandi, 2015) terdiri dari sasaran
langsung dan tidak langsung. Adapun sasaran yang di maksud
adalah :
1. Sasaran langsung
a. Kelompok Pra Lanjut Usia (45-59 tahun).
b. Kelompok Lanjut Usia (lebih dari 60 tahun).
c. Kelompok lanjut usia dengan resiko tinggi (70 tahun
keatas).
2. Sasaran tidak langsung
20
a. Keluarga dimana lanjut usia berada.
b. Organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan
kesehatan lanjut usia.
c. Masyarakat luas.
2.2.6 Alasan Pendirian Posyandu Lansia
Adapun alasan didirikan posyandu lansia yaitu: (Erpandi,
2015)
1. Jumlah populasi lansia semakin meningkat.
2. Masalah kesehatan dan kehidupan sosial ekonomi
yang banyak pada lansia seiring dengan kemunduran
fungsi tubuh.
3. Posyandu dapat memberi pelayanan kesehatan dan
bimbingan lain, khususnya dalam upaya mengurangi
atau mengatasi dampak penuaan, mendorong lansia
untuk tetap aktif, produktf, dan mandiri.
4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dampak
globalisasi memungkinkan setiap orang mandiri
sehingga kelompok lansia terpisah jarak dengan
anak-anaknya, sedangkan para lansia tetap
membutuhkan sarana untuk hidup sehat dan
bersosialisasi.
21
5. Posyandu berlandaskan semboyan, dari masyarakat,
“untuk masyarakat, dan oleh masyarakat”, sehingga
timbul rasa memiliki dari masyarakat terhadap sarana
pelayanan yang berbasis masyarakat tersebut.
2.2.7 Ruang Lingkup Posyandu
Ruang lingkup kegiatan posyandu menurut Peraturan
Menteri Dalam Negeri atau Permendagri No.19 Tahun 2011
Pasal 5 adalah mengintegrasikan layanan sosial dasar, yang
meliputi: (Erpandi, 2015)
1. Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.