Top Banner
PROPOSAL KERJA PRAKTEK VARIASI KESETIMBANGAN KECEPATAN SIRKULASI DAN DENSITAS LUMPUR TERHADAP KECEPATAN PEMBORAN Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kurikulum pada jurusan teknik pertambangan Disusun Oleh : BUDI SANTOSO 12 306 093
28

Proposal kp tugas mpkt 2013

Aug 10, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Proposal  kp tugas mpkt 2013

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

VARIASI KESETIMBANGAN KECEPATAN SIRKULASI DAN DENSITAS LUMPUR TERHADAP KECEPATAN PEMBORAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kurikulum pada jurusan teknik pertambangan

Disusun Oleh :

BUDI SANTOSO12 306 093

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN2015

Page 2: Proposal  kp tugas mpkt 2013

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

VARIASI KESETIMBANGAN KECEPATAN SIRKULASI DAN DENSITAS LUMPUR TERHADAP KECEPATAN PEMBORAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kurikulum pada jurusan teknik pertambangan

Disetujui oleh :

Ketua Jurusan Dosen Pembimbing

(Ir. M. Eka Onwardana, MT) (Ir. Sedarata Sebayang, MT)

Page 3: Proposal  kp tugas mpkt 2013

KATA PENGANTAR

Yang pertama saya panjatkan puji dan syukur kehadirat ALLOH Swt, yang telah

memberikan saya kesehatan dan rezeki sehingga saya dapat membuat serta

melaksanakan proposal bimbingan kerja praktek.

Adapun dasar pembutan proposal ini adalah untuk memenuhi kurikulum yang

berlaku pada jurusan teknik pertambangan di Institut Teknologi Medan.

Dalam pembuatan proposal ini, penulis banyak mengalami kesulitan, namun

berkat bantuan dari berbagai pihak, proposal ini akhirnya dapat selesai dengan

baik.

Maka pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati ingin menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan moril dan

materil kepada penulis sehingga propsal ini dapat tersusun tersusun.

2. Bapak Sedarta Sebayang Ir, MT sebagai dosen metodologi penelitian dan

komputasi tambang.

3. Rekan-rekankelompok/seangkatan yang telah banyak membantu

penyusunan hingga selesai propsal ini.

4. Beserta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun

proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangannya, baik

penulisan kalimat, bahasa, maupun isi, dikarenakan pengetahuan dan pengalaman

penulis yang masih terbatas dalam pembuatan proposal.Namun demikian penulis

telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun proposal ini dengan sebaik-

baiknya.

Untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun

demi menjadikan proposal ini semakin baik.

Medan, 4 februai 2015

Peserta KP,

(Budi santoso)

Page 4: Proposal  kp tugas mpkt 2013

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDULLEMBAR PENGESAHANKATA PENGANTAR.......................................................................................DAFTAR ISI......................................................................................................DAFTAR GAMBAR.........................................................................................DAFTAR TABEL..............................................................................................Bab I. PENDAHULUAN..................................................................................

1.1 Latar Belakang Masaalah................................................................1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian.........................................................

1.4.1. Maksud...................................................................................1.4.2. Tujuan.....................................................................................

1.3 Perumusan Masaalah.......................................................................1.4 Batasan masaalah..............................................................................1.5 Luaran (Output) Penelitian...............................................................1.6 Manfaat penelitian...........................................................................

Bab II. LANDASAN TEORI............................................................................2.1. Lumpur Bor .....................................................................................2.2. Fungsi lumpur..................................................................................2.3. Sifat-sifat fisik lumpur.....................................................................2.4. Sifat lumpur lainnya.........................................................................2.5. Sistem Sirkulasi................................................................................

2.5.1. sirkulasi lumpur pada rotary...................................................2.5.2. Fluida pemboran.....................................................................2.5.3. Mud Pump..............................................................................2.5.4. Prime mover...........................................................................

2.6. Bit/ Mata bor....................................................................................

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN......................................................3.1. Metode Penelitian.............................................................................3.2. Diagram Alir penelitian....................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Proposal  kp tugas mpkt 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian.................................................................

DAFTAR TABEL

Page 6: Proposal  kp tugas mpkt 2013

Tabel 2.1.Mineral Sulfida yang Berpotensi Menimbulkan Air Asam TambangTabel 2.2.Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara................Tabel 3.1. Form rekapitulasi data pengujian penetralan air asam tambang........

BAB I. PENDAHULUAN

Page 7: Proposal  kp tugas mpkt 2013

1.1. Latar Belakang MasalahAir asam tambang – AAT (Acid Mine Drainage - AMD atau air asam batuan Acid Rock Drainage - ARD) adalah air yang bersifat asam (tingkat keasaman yang tinggi dan sering ditandai dengan nilai pH yang rendah di bawah 5) sebagai hasil dari oksidasi mineral sulfide yang terpajan atau terdedah (exposed) di udara dengan kehadiran air (Sayaoga, Rudy 2001). Salah satu dampak negatif dari proses penambangan adalah timbulnya air asam tambang. Timbulnya air asam tambang ini tentu tidak bisa diabaikan begitu saja karena dampaknya yang besar bagi kelestarian lingkungan serta bagi masyarakat sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung, dan ini merupakan tantangan besar bagi perusahaan pertambangan yang berwawasan lingkungan. Air asam tambang terbentuk dari proses tersingkapnya batuan sulfida yang kaya akanpyrite dan mineral sulfide lainnya yang bereaksi dengan air dan udara. Air asam tambang dapat terbentuk secara alamiah dimanapun pada setiap kondisi yang cocok (Sayoga, Rudy, 2001).Dalam kegiatan penambangan terbentuknya air asam tambang tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya penambangan merupakan kegiatan pembongkaran mineral dari batuan induk untuk kemudian diangkut, diolah dan dimanfaatkan sehingga dalam proses penambangan ini terjadi penyingkapan batuan. Untuk penambangan batubara sangat potensial terbentuk air asam tambang karena sifat batubara yang berasosiasi dengan pyrite dan air asam tambang akan semakin besar dan akan terbentuknya pada sistem tambang terbuka karena sifatnya yang berhubungan langsung dengan udara bebas akan mempermudah bereaksi dengan udara dan air, serta dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Sistem penambangan yang digunakan biasa adalah sistem tambang terbuka, dimana terjadi pembukaan lahan dan penggalian tanah dan batuan penutup.Tanah dan batuan tersebut kemudian ditimbun pada suatu disposal area atau ditimbun kembali ke lubang bekas galian sebelumnya (backfilling). Mineral – mineral sulfida yang terkandung di batuan penutup dan batubara akan terekspos sehingga terjadi peningkatan kecepatan reaksi antara mineral – mineral trsebut dengan udara dan air asam yang kemudian menghasilkan air asam tambang (Muchjidin, 2006). Pada daerah galian, penanganan dilakukan dengan memompakan air yang terakumulasi di dasar tambang kemudian menampungnya ke kolam pengendap lumpur.Selanjutnya air tersebut diberi kapur silica (CaSiO3) yang bertujuan untuk meningkatkan pH.Sedangkan pada daerah timbunan, penanganan dilakukan dengan pola pengaliran pada permukaan timbunan sehingga air limpasan mengalir ke dalam kolam pengendap lumpur. Kemudian dilakukan dengan cara yang sama seperti penanganan pada daerah galian (Anonymous, 2009).Air yang terakumulasi pada kolam pengendap lumpur tersebut memiliki nilai pH yang rendah, nilai pH yang rendah ini merupakan nilai yang masih dibawah standar baku mutu lingkungan. Untuk menanggulanginya, dilakukan pengapuran

Page 8: Proposal  kp tugas mpkt 2013

dengan kapur silica (CaSiO3) pada saluran keluar (outlet) dari kolam pengendap lumpur tersebut untuk menaikkan nilai pH agar sesuai dengan baku mutu lingkungan. Selain itu pengapuran juga ada yang dilakukan di saluran masuk (inlet) pada kolam pengendap lumpur. Penanganan air asam tambang dengan cara pemberian kapur secara langsung ke badan air cukup efektif dalam menaikkan pH, tetapi penambahan kapur harus dilakukan secara terus menerus dan dengan ukuran dosis yang tepat (Anonymous, 2009).

1.2. Perumusan MasalahAdapun perumusan masalahan yang akan di amatiadalah :

1. Bagaimana pemilihan dosis penggunaan kapur silica (CaSiO3) yang efektif dalam menetralkan air asam tambang pada saluran inlet dan outlet di kolam pengendap lumpur Tambang, sehingga sesuai dengan baku mutu lingkungan.

2. Bagaimana tingkat efisiensinya terhadap biaya operasional dalam penggunaan kapur silica.

3. Bagaimana kondisi air yang tercemar, sehingga proses mixing tersebut akan dilakukan.

4. Bagaimana kondisi air jika kapur silica (CaSiO3)berlebih.5. Bagaimana kondisi air jika kapur silica (CaSiO3) kurang.6. Berapa lamaair kolamakanmenjadinetral.7. Bagaimana seharusnyakapur silica (CaSiO3)disiapkan.

1.3. Batasan MasalahAdapun Pembatasan masalah yang akan dibahas adalah :

1. pemilihan dosis penggunaan kapur slica(CaSiO3) yang efektif dalam menetralkan air asam tambang pada saluran inlet dan outlet di kolam pengendap lumpur Tambang, sehingga sesuai dengan baku mutu lingkungan,

2. mengamati berapa lama waktu yang dibuhkan agar air asam tambang menjadi netral,

3. menghitung berapa banyak waktu yang dibutuhkan dalam penetralan dengan mempertimbangkan bahan baku pencampuran sehingga nantinya dapat menghasilkan waktu yang lebih efisien dan

4. menghitung tingkat efisiensinya terhadap biaya operasional dalam penggunaan kapur silica (CaSiO3).

1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian1.4.1. Maksud

Melakukan percobaan penetralan kedalam suatu kolam dengan variasi waktu dan volum lumpur tambang.

Page 9: Proposal  kp tugas mpkt 2013

Mengukur berapa banyak kapur silica (CaSiO3) yang harus disediakan dalam setiap percobaan.

Menghitung berapa banyak cost dalam setiap percobaan. Menganalisa kondisi kapur silica (CaSiO3)yang akan diuji.

1.4.2. Tujuan

Untuk mengetahui karakteristik kapur silica (CaSiO3) yang digunakan serta efektifitas dosis kapur silica, dan banyaknya waktu untuk penetralan kolam dan besar biaya.

1.5. Luaran (Output) PenelitianBerdasarkan dari hasil penelitian percobaan serta pengolahan data dengan variasi waktu yang berbeda dalam penetralisasian air asam tambang, maka dapat disimpulkan bahwa banyaknya kapur silica (CaSiO3) dapat menentukan hasil bahwasanya air asam akan menjadi netral begitu juga sebaliknya, komposisi kapur yang hanya tersusun dari CaSiO3 yang mudah larut menunjukkan lamanya proses reaksi kapur dengan lumpur yang dalam kondisi asam bisa dengan cepat hanya butuh waktu beberapa menit saja dalam setiap percobaan.

1.6. Manfaat PenelitianManfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menentukan kebijakan perusahaan dalam melakukan perancangan bentuk kolam endapan lumpur dan pemilihan metode penetralan air asam tambang.

2. Dapat digunakan sebagai bahan studi perbandingan bagi penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian penetralan pH air asam tambang menggunakan kapur.

3. Dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan buat perusahaan dalam pemilihan metode penetralan air asam tambang dengan metode penetralan air asam lainnya.

BAB II. LANDASAN TEORI

2.1. Proses Pembentukan Air Asam tambangAir asam tambang adalah salah satu permasalahan lingkungan yang dihasilkan oleh industri pertambangan.Air asam tambang merupakan hasil dari oksidasi batuan yang mengandung pirit (FeS2) dan mineral sulfida dari sisa batuan yang

terpapar oleh oksigen yang berada dalam air.

Page 10: Proposal  kp tugas mpkt 2013

Seperti diketahui beberapa komponen atau kegiatan pertambangan menghasilkan dampak yang serius terhadap lingkungan.Kolam tailing (tailing impoundment) dan penempatan batuan sisa (waste rock piles) merupakan bagian yang harus benar-benar diperhatikan karena menghasilkan dampak negatif terhadap saluran air, tanah dan air permukaan. Dimana pembentukannya dipengaruhi oleh tiga factor utama yaitu air, oksigen, dan batuan yang mengandung mineral – mineral sulfida seperti yang tertera pada tabel berikut (Tabel 2.1)

Tabel 2.1. Mineral sulfida yang berpotensi menimbulkan air asam tambangMineral Komposisi

Pirit FeS2

Marcasite FeS2

Calcopirirt CuFeS2

Calcosite Cu2SSphalerit ZnSMillerit NiSPirotit Fe1-Xs (dimana 0<x<0,2)

Arsenpirit FeAsSCinnabar HgSGalena PbS

Pembentukan air asam cenderung intensif terjadi pada daerah penambangan, hal ini dapat dicegah dengan menghindari terpaparnya bahan mengandung sulfida pada udara bebas.Secara kimia kecepatan pembentukan asam tergantung pada pH, suhu, kadar oksigen udara dan air, kejenuhan air, aktifitas kimia Fe3+, dan luas permukaan dari mineral sulfida yang terpapar pada udara. Sementara kondisi fisika yang mempengaruhi kecepatan pembentukan asam, yaitu cuaca, permeabilitas dari batuan, pori-pori batuan, tekanan air pori, dan kondisi hidrologi. Penanganan air asam tambang dapat dilakukan dengan mencegah pembentukannya dan menetralisir air asam yang tidak terhindarkan terbentuk.Pencegahan pembentukan air asam tambang dengan melokalisir sebaran mineral sulfida sebagai bahan potensial pembentuk air asam dan menghindarkan agar tidak terpapar pada udara bebas. Sebaran sulfida ditutup dengan bahan impermeable antara lain lempung, serta dihindari terjadinya proses pelarutan, baik oleh air permukaan maupun air tanah.Produksi air asam sulit untuk dihentikan sama sekali, akan tetapi dapat ditangani untuk mencegah dampak negatif terhadap lingkungan. Air asam diolah pada instalasi pengolah untuk menghasilkan keluaran air yang aman untuk dibuang ke dalam badan air.Penanganan dapat dilakukan juga dengan bahan penetral, umumnya menggunakan batugamping, yaitu air asam dialirkan melewati bahan penetral untuk menurunkan tingkat keasaman.

Page 11: Proposal  kp tugas mpkt 2013

Air yang berasal dari tambang batubara akan memiliki karakteristik berwarna merah kecoklatan, kuning dan kadang - kadang putih. Air tersebut bisa saja bersifat asam maupun basa tergantung dari tingkat konsentrasi sulfat (SO42-), besi (Fe), mangan (Mn) juga di pengaruhi elemen-elemen seperti kalsium, sodium, potassium, dan magnesium.Air asam tambang timbul apabila mineral-mineral sulfida yang terkandung dalam batuan terpapar sebagai akibat pembukaan lahan atau pembongkaran batuan pada saat penambangan berlangsung dan bereaksi dengan air dan oksigen.Bakteria yang ada secara alami dapat mempercepat reaksi yang bisa menyebabkan terjadinya air asam. Tanpa kehadiran mineral sulfida pada batuan seperti pyrite atau besi sulfida, udara dan air, air asam tambang tidak akan muncul. Secara umum reaksi pembentukan air asam tambang adalah sebagai berikut :

4 FeS2 + 15 O2 + 14 H2O → 4 Fe(OH)3 + 8 H2SO4Pyrite + Oxygen + Water → “Yellowboy” + Sulfuric Acid

Reaksi antara pyrite, oksigen, dan air akan membentuk asam sulfat dan endapan besi hidroksida. Warna kekuningan yang mengendap di dasar saluran tambang atau pada dinding kolam pengendap lumpur merupakan gambaran visual dari endapan besi hidroksida (yellowboy).Didalam reaksi umum pembentukan air asam tambang, terjadi empat reaksi pada pyrite yang menghasilkan ion - ion hidrogen yang bila berikatan dengan ion - ion negatif dapat membentuk asam. Oksida terhadap pyriteakan menghasilkan besi (II) dan sulfat. Selanjutnya besi (II) teroksidasi lagi menjadi besi (III). Reaksi akan berlangsung lambat dalam kondisi asam dan semakin cepat dengan kenaikan besi hidroksida. Besi (III) yang belum mengendap akan mengoksidasi pyrite yang belum mengalami oksidasi.

2.2. Dasar Hukum Pengeloaan Lingkungan Dasar hukum pengelolaan lingkungan di Indonesia adalah Undang-Undang No. 23 tahun 1997. Industri batubara sebagai salah satu perusahaan pertambangan dimana dalam kegiatannya tidak terlepas dari dampak-dampak yang ditimbulkannya dan menjadikan undang-undang no. 23 tahun 1997 sebagai dasar hukum pengelolaan lingkungan.Selain itu juga digunakan Baku Mutu Ambien Air Golongan B yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan KEK-02/MENKHLH/1988 untuk mengetahui air yang dialirkan ke sungai telah memenuhi standar atau tidak.

2.3. Metode Pencegahan Air Asam TambangPencegahan terjadinya air asam tambang dapat dilakukan dengan menghindari faktor-faktor pembentuk air asam tambang, seperti mineral-mineral sulfida. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mencegah air asam tambang :

2.3.1. Hidrologi

Page 12: Proposal  kp tugas mpkt 2013

Pergerakan terhadap air di atas atau yang melewatidaerah timbunan merupakan faktor yang menentukan dalam upaya pencegahan dan pegendalian air asam tambang.Pada umumnya prioritas dan hantaran hidrolik (konduktivitas hidrolik) mterial pada daerah timbunan lebih besar dari pada batuan pada tanah penutup sebelum digali. Selain itu juga akibat penggalian juga akan mengubah pola dan kecepatan aliran.

2.3.2.Pelapisan dan PenutupanPelapisan dan penutupan dimaksudkan untuk mencegah masuknya air kedalam timbunan.Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai pelapis atau penutup adalah material liat atau bahan sintetik.a. Liat

Jenis material liat yang efektif sbagai pelapis adalah bentinit, karena material ini memiliki sifat mengembang dan melapisi/menutup.Akan tetapi bentonit mempunyai kecendrungan retak pada musim kemarau.Pelapis liat ditempatkan pada material sulfida kemudian dipadatkan.Hal yang perlu diperhatikan adalah terjadinya infiltrasi air kedalam timbunan.Oleh karena itu pemadatanya harus benar-benar diperhatikan dan rata, agar tidak terjadi pengumpulan air pada suatu tempat.Upaya stabilitas lapisan lapisan pada timbunan dari erosi dan longsordilakukan dengan memperhatikan kemengkinan penetrasi akar tanaman yang ditanam.

b. Bahan SintetikDenagn bahan sintetik harga dan biaya pemasangannya mahal serta rentanterhadap pelapukan kimia.Pada umumnya digunakan untuk pelapisan kegiatan tambang dalam.Keuntungan dari bahan sintetik ini adalah dapat mencegah terjadinya ifiltrasi (impermiable).Bahan sintetik yang biasa digunakan adalah aspal, tir, semen, plastik film dan geotekstil.

2.3.3.Kandungan OksigenPemakaian nitrogen, metana atau karbon sebagai gas penyelimut dapat mengurangi terjadinya air asam tambang, tetapi air asam tambang masih dapat terjadi akibat adanya oksigen terlarut dalam air.Penempatan material tanah diatas material sulfida tidak seluruhnya dapat mencegah difusi oksigen.Akan tetapi tingkat ketebalan dan kepadatan permukaan secara efektif dapat mengurangi jumlah dan laju masuknya oksigen.

Page 13: Proposal  kp tugas mpkt 2013

Pelapisan material sulfida denagn lapisan pengkonsumsi oksigen (tanah pucuk yang mengandung mikro organisme yang aktif) merupakan strategi yang baik untuk mengurangi kandungan oksigen.Tiga (3) langkah untuk menguragi oksigen dalam timbunan adalah :1. Material timbunan harus dikubur dan dilapisi dengan tanah pucuk

sesegaera mungkin.2. Material timbunan harus dipadatkan selama konstruksinya, terutama

pada saat penempatan material sulfida.3. Pemadatan pada permukaan dan lereng bagian luar adalah sangat

penting dalam mengurangi oksigen dan konveksi udara ke dalam timbunan.

2.3.4.Bakterisida Surfaktan anion, asam organik alam pengawet makanan sudah umum digunakan sebagai senyawa anti bakterial.Surfaktan bekerja denagn pelepasan ion hidrogen kedalam membran sel bakteri sehingga menyebabkan kerusakan sel dan matinya bakteri. Salah satu jenis surfaktan sodium laurit sulfat (SLS) mampu mengurangi terbentuknya air asam tambang 60 % - 90 % dalam percobaan lapangan pada timbunan batubara buangan (coal rifusi). Kebanyakan dari surfaktan anionik bersifat sangat mudah larut.

2.4. Proses Penetralan Acid Mine Drinage Dengan Kapur Silica (CaSiO3)Kolam yang telah dibentuk sebagai tempat pengendap lumpur berfungsi sebagai tempat mengendapkan lumpur, atau material padatan yang bercampur dari limpasan yang disebabkan adanya aktifitas penambangan maupun karena erosi. Selain tempat pengendapan, kolam pengendap juga akan dialirkan keluar kolam pengendapan, baik itu kandungan materialnya, tingkat keasaman maupun kandungan material lain yang dapat membahayakan lingkungan.Dengan pembutan adanya kolam pengendap lumpur diharapkan semua air yang ada keluardari daerah penambangan benar - benar air yang sudah memenuhi ambang batasyang diizinkan sesuai dengan baku mutu lingkungan. Pemerintah telah menetapkan baku mutu air dan baku mutu limbah cair sebagai rambu - rambu dalam pengendalian kualitas air. Untuk menentukan kualitas air, digunakan beberapa parameter fisika dan kimia. Parameter fisika yang biasa digunakan dalam penentuan kualitas air adalah cahaya, suhu, kejernihan dan kekeruhan, warna konduktivitas dan padatan. Sedangkan parameter kimia yang digunakan adalah pH, asiditas, kesadahan, alkalinitas, potensi reduksi oksidasi, oksigen terlarut, karbondioksida dan bahan organic.Selain itu terdapat ion - ion didalam perairan yang dapat mempengaruhi kualitas air.Ion utama diantaranya adalah kalsium, magnesium, natrium, klorida dan sulfur.

Page 14: Proposal  kp tugas mpkt 2013

Dalam kegiatan penambangan bijih ataupun batubara yang biasanya selalu terdapat terbentuknya air asam tambang terutama yang bergerak dalam industri tambang batubara, pemerintah telah menetapkan Baku Mutu Lingkungan Cair Tambang Batubara melalui keputusan menteri Lingkungan Hidup Nomor 113 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah bagi usaha atau kegiatan pertambangan batubara pada pasal 2 ayat (1). Parameter yang diamati antaranya adalah angka pH, residu tersuspensi, kadar besi total dan kadar mangan total (Tabel 2).

Tabel 2.2. Baku mutu air limbah kegiatan penambangan batubaraParameter Satuan Kadar Maksimum

pH 6-9Zata padat tersuspensi Mg/liter 400

Besi total Mg/liter 7Mangan total Mg/liter 4

Pada umumnya banyak metode yang digunakan untuk proses penetralan air asam tambang salah satunya dengan menggunakan kapur karena kapur mempunyaikandungan karbonat yang bisa dengan cepat bereaksi dengan air dan air yang terkontaminasi sehingga menjadi asam. Beberapa jenis kapur yang digunakan salah satunya adalah kapur silica (CaSiO3).

2.4.1. Pengertian Kapur dan Jenis-Jenis Kapur Kapur merupakan salah satu batuan yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan pH secara praktis, murah dan aman sekaligus dapat mengurangi kandungan-kandungan logam berat yang terkandung dalam air asam tambang. Ada beberapa macam kapur yang dapat digunakan, yaitu :

1. kapur pertanian (CaCo3). 2. Kapur tohor (CaO), 3. Kapur tembok (Ca(OH)2), 4. Dolomite (CaMg(CO3)2) dan 5. kapur silica (CaSiO3).

Setiap jenis tersebut memiliki tingkat penetrasi yang berbeda-beda.Makin tinggi nilai penetrasi suatu kapur, makin tinggi daya peningkatan pH dan berarti makin sedikit jumlah kapur yang digunakan untuk meningkatkan pH dalam satu satuan.

2.4.2. Reaksi Kapur Silica (CaSiO3) Dengan Air AsamKapur silica yang terdiri dari senyawa karbonat yang dimana hampir seluruh senyawanya tersusun oleh carbonat yang apabila direaksikan dengan air asam akan lebih cepat bereaksi, sehingga pH asamnya akan lebih cepat meningkat.Karbonat adalah batuan kapur, yang bila dibakar pada suhu 11000 C akan menghasilkan Proses reaksi kimia:

Page 15: Proposal  kp tugas mpkt 2013

CaCO3 + SiO2 CaSiO3 + CO2 CaSiO3 Cepat bereaksi dengan airCa(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O

CaSiO3 dan Ca(OH)2memiliki tingkat kecepatan yang tinggi yang dengan cepat bereaksi. CaSiO3 bereaksi dengan air dan langsung dapat menetralkan larutan asam.

CaSiO3 + H2O CaSiO(OH)2

CaSiO(OH)2 + 2H+ CaSiO2+ + 2H2OCaSiO3 + 2H+ CaSiO2

2+ + H2O

CaSiO3 akan lebih cepat bereaksi dengan asam apabila standar ukuran daripada kapur silica dengan volume lumpur pengendapatn memiliki ukuran perbandingan yang sama.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh kapur silica terhadap penetralan pH air asam tambang berdasarkan data pengamatan proses penetralan air asam tambang dan tujuan penggunaan kapur silica sebagai penetral yang digunakan oleh perusahaan berdasarkan metode pencampuran kapur silica (CaSiO3).

3.2. Lokasi/Tempat PenelitianPenelitian ini dilakukan di PT. Karya Bumi Baratama Sarolangun, Propinsi Jambi.

3.3. Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh lingkup lingkungan pertambangan Pt. Karya Bumi Bratama yang terdapat air asam tambang pH <7 dengan kolam lumpur yang telah dibuat oleh perusaan.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapur silica (CaSiO3) dengan ukuran serta karakteristik kapur tersebut.

3.4. Data dan Jenis Data

Page 16: Proposal  kp tugas mpkt 2013

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data langsung hasil pengamatan di lapangan berdasarkan berapa lama proses reaksi kapur silica tersebut dengan air asam tambang dalam menetralkannya.Adapun data-data yang akan di ambil adalah:

1. Bentuk dan ukuran kolam pengendapan lumpur.2. Lama waktu dalam setiap penetralan air asam yang dilakukan percobaan

secara bertahap.3. Volume kolam pengendapan lumpur untuk setiap penetralan air asam

dalam sekali percobaan.

3.5. Metode Analisis DataAnalisis data dilakukan dengan cara mengamati dan merekap hasil keseluruhan dari percobaan berdasarkan dosis kapur silica, ukuran dan bentuk kolam pengendapan lumpur, volume lumpur setiap percobaan beserta waktunya. Kemudian dari hasil data tersebut akan dibuat perbandingan berdasarkan lama waktu penetralan dengan volume serta dosis sampel dalam setiap pengujian.

Tabel 3.1. Form rekapitulasi data pengujian penetralan air asam tambangWaktu

(1)Dosis sampel

(2)Volume lumpur

(3)Bentuk dan ukuran kolam

pengendapan lumpur (4)

Berdasarkan hasil rekap dalam setiap pengujian dilakukan analisa tingkat kesesuaiannya antara banyaknya dosis sampel dengan volume lumpur serta bentuk dan ukuran kolam lumpur pengendapan berdasarkan lama waktu penetralan.

3.6. Teknik Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan dengan caramelakukan pengujian pencampuran kapur silica dalam kolam pengendapan lumpur secara bertahap dengan ukuran dosis kapur silica yang berbeda dan bentuk serta ukuran kolam pengendapan lumpur yang berbeda. Proses dokumentasi dilakukan dengan cara mencatat hasil percobaan penetralan secara bertahap ke Tabel 3.1.

Page 17: Proposal  kp tugas mpkt 2013

3.7. Diagram Alir PenelitianDiagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1.

Mulai

Mixing

Study literatur

Pengambilan

Uji Penetralan asam

Pengolahan data

Koreksi data

Laporan akhir

Tabel Data pengujian penetralan

Page 18: Proposal  kp tugas mpkt 2013

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

BAB IV.JADWAL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

Tahapan Nama KegiatanBulan September

Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV

PersiapanStudi literatur

Pengenalan lapangan

PelaksanaanPengumpulan DataPengolahan DataAnalisis Kesesuaian

PenyelesaianPembahasan

Penyusunan Laporan

Selesai

Page 19: Proposal  kp tugas mpkt 2013

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2009.“Pengelolaan Lingkungan dan Reklamasi”, Unit Pertambangan Tanjung Enim, PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.

Anonymous, 2009. “Pengawasan Lingkungan K3L”, Unit Pertambangan Tanjung Enim,PT. Bukit Asam (Persero, Tbk).

C.A.J. Appelo D. Postma,1996, “Geochemistry, Grounwater and Pollution” Amsterdam.

Elberling. Et.el, (2008). “High-Arctic Ecosystem Dynamics in a Changing Climate”

F.Gunarwan Suratmo, Prof.Dr.Ir, “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan” IPB,Bogor.

Muchjidin, 2006 “Pengendalian Mutu dalam Industri Batubara”, Penerbit ITB, Bandung

Sayoga, Rudy, 2001. “ Pengetahuan Lingkungan “, Kerjasama PT. Bukit Asam (Persero), Tbk dengan Departemen Teknik Pertambangan KIKTK-ITB; Tanjung enim.

Suprapto, S.J., 2006. Pemanfaatan dan Permasalahan Endapan Mineral Sulfida pada Kegiatan Pertambangan. Buletin Sumber Daya Geologi. Vol. 1 No. 2.

Thomas F. Edgar , “Coal Processing and Pollution Control”.

Page 20: Proposal  kp tugas mpkt 2013