BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, perkembangan Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) di bidang budidaya tanaman obat dan pembangunan hutan tanaman telah memungkinkan untuk melakukan manipulasi terhadap faktor lingkungan sebagai penunjang kehidupan masyarakat setempat. Salah satu kelompok tanaman yang berasosiasi dengan ekosistem hutan (konservasi, lindung dan atau produksi) adalah yang berkhasiat sebagai obat, bahan kosmetik dan berbagai produk bahan makanan dan minuman sehat. Kawasan tanaman hutan memiliki potensi besar untuk tempat pembudidayaan dan pengembangan berbagai jenis tanaman obat . Tanaman obat dengan penegakan hutan tanaman dapat mempercepat proses pembentukan tipe ekosistem yang kondusif bagi pengembangan hutan produktif dalam mencapai sasaran hutan yang mendekati hutan alam. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi ini, perkembangan Iptek (ilmu pengetahuan dan
teknologi) di bidang budidaya tanaman obat dan pembangunan hutan
tanaman telah memungkinkan untuk melakukan manipulasi terhadap faktor
lingkungan sebagai penunjang kehidupan masyarakat setempat. Salah satu
kelompok tanaman yang berasosiasi dengan ekosistem hutan (konservasi,
lindung dan atau produksi) adalah yang berkhasiat sebagai obat, bahan
kosmetik dan berbagai produk bahan makanan dan minuman sehat.
Kawasan tanaman hutan memiliki potensi besar untuk tempat
pembudidayaan dan pengembangan berbagai jenis tanaman obat . Tanaman
obat dengan penegakan hutan tanaman dapat mempercepat proses
pembentukan tipe ekosistem yang kondusif bagi pengembangan hutan
produktif dalam mencapai sasaran hutan yang mendekati hutan alam.
Tanaman hutan, yang diangkat dari pembangunan jenis hutan yang
memiliki daya guna tinggi dan berlanjut pada pengembangan bertahap
sebelum mencapai fungsinya sebagai kawasan hutan, turut mempengaruhi
perkembangan ekosistem dalam hutan tanaman dan pola pertanian
masyarakat yang berkembang di sekitarnya. Determinasi pokok terhadap
hasil ditentukan oleh keberhasilan pengembangan hutan tanaman menjadi
sumber pendapatan, sarana perbaikan ekosistem dan konservasi alam.
1
Seperti sudah kita ketahui bersama bahwa Bali memiliki banyak jenis
dan bentuk obat tradisional yang secara tertulis dapat didapatkan dalam
Lontar Usada. Aneka jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat (Usada)
di dalam lontar adalah “ harta karun “ yang belum banyak diungkap. Tidak
mudah mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan Usada dalam lontar, terlebih-
lebih dalam menentukan nama botaninya.
Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI banyak berkiprah dalam menjaring
informasi lisan pada setiap kegiatan eksplorasi di Bali. Banyak jenis
tumbuhan yang telah berhasil dikoleksi. Namun diperkirakan masih banyak
yang belum dikoleksi, yang potensinya diduga mencapai ribuan jenis.
Permasalahannya adalah tidak semua jenis tumbuhan Usada dapat tumbuh
dengan baik di Kebun Raya Bali yang memiliki habitat ekosistem
pegunungan. Beberapa diantaranya juga mulai sulit ditemui, terutama jenis-
jenis yang mengalami kelangkaan.
1.2Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1.2.1 Varietas tanaman obat apa saja yang dicontoh kembangkan di Kebun
Raya Eka Karya Bali LIPI?
1.2.2 Apa yang melatarbelakangi pengelola kebun tanaman obat untuk
meritis Taman Usada?
2
1.2.3 Sejauh mana manfaat percontohan pengembangan tanaman obat di
Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI terhadap konservasi hutan
disekitarnya?
1.2.4 Apa kendala dalam diversifikasi tanaman obat?
1.2.5 Apa kendala dalam konservasi hutan tanaman obat di Kebun Raya
Eka Karya Bali LIPI?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui varietas tanaman obat apa saja yang dicontoh
kembangkan di Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI.
1.3.2 Untuk mengetahui latar belakang dirintisnya Taman Usada.
1.3.3 Untuk mengetahui sejauh mana manfaat percontohan pengembangan
tanaman obat di Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI terhadap konservasi
hutan disekitarnya.
1.3.4 Untuk mengetahui kendala dalam diversifikasi tanaman obat.
1.3.5 Untuk mengetahui kendala dalam konservasi hutan tanaman obat di
Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI.
3
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1.4.1 Manfaat teoritis:
a. Dapat memberikan sumbangan perkembangan di bidang ilmu
pengetahuan khususnya di bidang konservasi dan diversifikasi
tanaman obat. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan konfirmasi atas teori tentang diversifikasi dan
konservasi tanaman atau hutan tanaman obat.
1.4.2 Manfaat praktis:
a. Bagi peneliti untuk memberikan wawasan keilmuan yang lebih luas
terutama di bidang diversifikasi dan konservasi tanaman obat.
b. Bagi lembaga, sebagai refrensi dalam memperkaya khasanah
pembelajaran di sekolah atau disamping itu dapat menjadi salah
satu acuan empiris yang nantinya dapat dikembangkan lewat
penelitian lanjutan.
c. Bagi masyarakat, merupakan informasi yang mendalam tentang
manfaat tanaman obat terutama di bidang diversifikasi dan
konservasi hutan tanaman obat.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Diversifikasi
Jenis atau spesies makhluk hidup yang dapat dijumpai dilingkungan
kita beranekaragam. Berbagai jenis tumbuhan, misalnya pohon jambu,
mangga, jeruk dan rerumputan, hidup disekitar kita. Setiap spesies makhluk
hidup memiliki cirri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman
makhluk hidup. Keanekaragaman makhluk hidup disebut sebagai
keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Indonesia termasuk Negara yang memiliki Biodiversitas besar di
dunia. Tumbuhan di Indonesia juga banyak yang bersifat endemik atau
hanya ada di Indonesia. Akan tetapi semakin lama keanekaragaman hayati
Indonesia semakin berkurang akibat adanya aktivitas manusia yang
merugikan maupun karena perubahan alam itu sendiri.
Ada dua faktor penyebab terjadinya keanekaragaman hayati yaitu:
faktor keturunan atau faktor genetik, dan faktor lingkungan. Faktor keturunan
disebabkan oleh adanya gen yang akan memberikan sifat dasar atau sifat
bawaan. Sifat bawaan ini diwariskan turun-temurun dari induk kepada
keturunannya. Akan tetapi, sifat bawaan terkadang tidak muncul (tidak
tampak) karena faktor lingkungan. Jika faktor bawaan sama tetapi
lingkungannya berbeda, sifat yang tampak menjadi tampak berbeda. Jadi,
5
terdapat interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan untuk
menentukan sifat organisme. Oleh karena adanya dua faktor tersebut, maka
muncullah keanekaragaman hayati.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Diversifikasi
berarti penganekaragaman. Diversifikasi sendiri tidak dapat terpisah dari
kemajuan ilmu dan teknologi yang sudah terbukti banyak menguntungkan
bagi manusia seperti contohnya dalam bidang pertanian dan perkebunan
yang membawa dampak seperti dibawah ini:
a. Dapat dihasilkannya bibit unggul yang berkemampuan berproduksi lebih
banyak dan berumur pendek.
b. Diperolehnya bibit-bibit yang tahan lama.
c. Ditemukannya pestisida dan obat-obatan untuk memberantas hama dan
penyakitan hama.
d. Dihasilkannya pupuk buatan yang dapat menyuburkan tanah, sehingga
produksi pertanian dapat ditingkatkan.
e. Dengan menggunakan radio isotop (benda radio aktif) dapat diketahui
waktu yang paling baik untuk pemupukan.
f. Dapat diciptakannya alat pengolahan, penyimpanan dan pengawetan hasil
pertanian, sehingga bila diperoleh kelebihan produksi dapat di atasi
dengan baik.
2.2 Pengertian Konservasi
Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang
terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki
6
pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save
what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan
oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama
yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi dalam
pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature
resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana).
Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana
konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya
alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan
alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.
Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam
beberapa batasan, sebagai berikut :
1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi
keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama
(American Dictionary).
2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi)
yang optimal secara sosial (Randall, 1982).
3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke
organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas
kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan
manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan,
pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).
4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia
sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar
7
dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang
(WCS, 1980).
Di Asia Timur, konservasi sumberdaya alam hayati (KSDAH) dimulai
saat Raja Asoka (252 SM) memerintah, dimana pada saat itu diumumkan
bahwa perlu dilakukan perlindungan terhadap binatang liar, ikan dan hutan.
Sedangkan di Inggris, Raja William I (1804 M) pada saat itu telah
memerintahkan para pembantunya untuk mempersiapkan sebuah buku
berjudul Doomsday Book yang berisi inventarisasi dari sumberdaya alam
milik kerajaan.
Kebijakan kedua raja tersebut dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk
konservasi sumberdaya alam hayati pada masa tersebut dimana Raja Asoka
melakukan konservasi untuk kegiatan pengawetan, sedangkan Raja William I
melakukan pengelolaan sumberdaya alam hayati atas dasar adanya data
yang akurat. Namun dari sejarah tersebut, dapat dilihat bahwa bahkan sejak
jaman dahulu, konsep konservasi telah ada dan diperkenalkan kepada
manusia meskipun konsep konservasi tersebut masih bersifat konservatif
dan eksklusif (kerajaan). Konsep tersebut adalah konsep kuno konservasi
yang merupakan cikal bakal dari konsep modern konservasi dimana konsep
modern konservasi menekankan pada upaya memelihara dan
memanfaatkan sumberdaya alam secara bijaksana.
Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk
evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk
daripada saat sekarang.
8
Secara keseluruhan, Konservasi Sumberdaya Alam Hayati (KSDAH)
adalah pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya
dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan
keanekaragamannya.
Di Indonesia, kegiatan konservasi seharusnya dilaksanakan secara
bersama oleh pemerintah dan masyarakat, mencakup masayarakat umum,
swasta, lembaga swadaya masayarakat, perguruan tinggi, serta pihak-pihak
lainnya. Sedangkan strategi konservasi nasional telah dirumuskan ke dalam
tiga hal berikut taktik pelaksanaannya, yaitu :
1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan (PSPK)
a. Penetapan wilayah PSPK.
b. Penetapan pola dasar pembinaan program PSPK.
c. Pengaturan cara pemanfaatan wilayah PSPK.
d. Penertiban penggunaan dan pengelolaan tanah dalam wilayah PSPK.
e. Penertiban maksimal pengusahaan di perairan dalam wilayah PSPK.
2. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya
a. Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya
b. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa (in-situ dan eks-situ
konservasi).
3. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
a. Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam.
9
b. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar (dalam bentuk :
pengkajian, penelitian dan pengembangan, penangkaran,