Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang, tetapi juga sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela. Ada beberapa faktor yang dapat menggerakkan orang untuk berbuat secara sukarela yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan. Kepemimpinan dapat pula dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Terdapat tiga implikasi penting dalam hal tersebut yaitu, pertama, kepemimpinan itu melibatkan orang lain, kedua kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang karena kelompok bukanlah tanpa daya, ketiga adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku bawahannya melalui berbagai cara. Seorang pemimpin haruslah dapat mempengaruhi, menuntun atau membimbing, mengepalai serta melatih orang lain atau bawahannya untuk dapat melaksanakan 1
62

Proposal Kepemimpinan

Jun 25, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Proposal Kepemimpinan

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk

menggerakkan dan mempengaruhi orang, tetapi juga sebagai sebuah alat, sarana

atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara

sukarela. Ada beberapa faktor yang dapat menggerakkan orang untuk berbuat

secara sukarela yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan.

Kepemimpinan dapat pula dikatakan sebagai proses mengarahkan dan

mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para

anggota kelompok. Terdapat tiga implikasi penting dalam hal tersebut yaitu,

pertama, kepemimpinan itu melibatkan orang lain, kedua kepemimpinan

melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok

secara seimbang karena kelompok bukanlah tanpa daya, ketiga adanya

kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk

mempengaruhi tingkah laku bawahannya melalui berbagai cara.

Seorang pemimpin haruslah dapat mempengaruhi, menuntun atau

membimbing, mengepalai serta melatih orang lain atau bawahannya untuk dapat

melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab bawahannya serta pemimpin

harus dapat memberikan kegairahan kerja bawahan ataupun karyawannya.

Pemimpin juga harus mendidik karyawan atau bawahannya dan mengantarkan

bawahannya itu menuju kesempurnaan baik kesempurnaan kerja bawahan tersebut

maupun kesempurnaan pikiran dari karyawan atau bawahannya itu dengan

memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas dan mudah dimengerti oleh bawahan

agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu seorang

pemimpin memerlukan kemampuan atau kelebihan di atas orang lain atau

bawahannya (yang dipimpinnya) agar dapat mempengaruhi bawahan untuk

bekerja sesuai dengan rencana. Adapun kelebihan yang harus dimiliki oleh

1

Page 2: Proposal Kepemimpinan

seorang pemimpin dalam buku ajar PENGANTAR MANAJEMEN oleh Dr H.

Sulistriyo,Drs. Ign. Wagimin, dan Drs. Hery Sawiji (2003: 114) adalah:

1. Kelebihan dalam menggunakan ratioKelebihan dalam menggunakan ratio adalah kelebihan dalam memiliki kemampuan tentang hakikat tujuan dan asas-asas organisasi yang dipimpinnya

2. Kelebihan dalam rokhaniahKelebihan dalam rokhaniah adalah kelebihan dalam memiliki sifat sifat memancarkan keluhuran budi pekerti, ketinggian moralitas dan berdedikasi tinggi

3. Kelebihan dalam jasmaniahKelebihan dalam jasmaniah adalah kelebihan dalam hal kesehatan jasmani.

Pemimpin harus dapat mempengaruhi bawahannya untuk dapat bekerja

sesuai dengan keinginan sang pemimpin yang disesuaikan dengan batas

kemampuan bawahannya tersebut. Disamping itu juga memberikan stimulus

(rangsangan) kepada bawahannya untuk bekerja secara efektif, efisien dan

produktif serta professional dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas dan

dimengerti. Apabila petunjuk atau instruksi dari pemimpin tersebut sulit

dimengerti oleh bawahannya maka kepemimpinan pemimpin tersebut gagal. Oleh

karena itu pada hakikatnya kepemimpinan merupakan

1. Proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada

bawahnnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi

2. Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepauhan,

kepercayaan, kehormatan dan kerjasama yang bersemangat dalam mencapai

tujuan bersama.

3. Kemampuan untuk mempangaruhi, memberi inspirasi, dan mengarahkan

tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan

4. Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut dan situasi tertentu

5. Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai

tujuan yang bersumber pada formal maupun informal. Pengaruh formal ada

apabila seorang pemimpin memiliki posisi manajerial didalam sebuah

organisasi. Sedangkan pengaruh informal muncul dari luar struktur organisasi

formal

2

Page 3: Proposal Kepemimpinan

Pada era desentralisasi sekarang ini pemerintah daerah juga ikut andil

dalam mengelola pendidikan agar tercapai tujuan pendidikan nasional, yang pada

akhirnya tercapai peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar desentralisasi

dan otonomi pendidikan berhasil dengan baik, kepemimpinan kepala sekolah

perlu diberdayakan. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara

fungsional sehingga kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas,

wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan proses dan program pemberdayaan,

mereka akhirnya memiliki kinerja yang profesional dan fungsional. Kepala

sekolah harus bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai

manajer yang baik, kepala sekolah harus mampu mengatur agar semua potensi

sekolah dapat berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan

sekolah. Hal ini dapat dilakukan jika kepala sekolah mampu melakukan fungsi-

fungsi manajemen sekolah dengan baik yang meliputi antara lain: (1)

perencanaan; (2) pengorganisasian; (3) pengarahan; dan (4) pengawasan.

Dari segi kepemimpinan, seorang kepala sekolah mungkin perlu

mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional agar semua potensi yang ada di

sekolah dapat berfungsi secara optimal. Kepemimpinaan transformasional dapat

didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian

kesempatan dan atau mendorong semua unsur yang ada dalam sekolah untuk

bekerja atas dasar sistem nilai (values system) yang luhur sehingga semua unsur

yang ada di sekolah (guru, siswa, pegawai, orangtua siswa, masyarakat, dan

sebagainya.) bersedia, tanpa paksaan, berpartisipasi secara optimal dalam

mencapai tujuan ideal sekolah

Mengingat pentingnya usaha yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam

meningkatkan profesionalisme guru maka penulis mencoba membahas dan

meneliti profesionalisme guru. Dari latar belakang tersebut penulis mengajukan

judul penelitian sebagai berikut: “ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN

KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME

GURU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 WONOSARI

TAHUN 2008”.

3

Page 4: Proposal Kepemimpinan

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasar latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Apa saja peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme

guru dengan didasarkan pada gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh

Kepala Sekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wonosari?

2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi kepala sekolah dalam

meningkatkan profesionalisme guru yang didasarkan pada gaya

kepemimpinan kepala sekolah?

3. Upaya apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengatasi

hambatan-hambatan dalam meningkatakan profesionalisme guru?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini

bertujuan :

1. Untuk mengetahui peranan Kepala Sekolah dalam meningkatkan

profesionalisme guru dengan didasarkan pada gaya kepemimpinan yang

dijalankan oleh Kepala Sekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Wonosari Klaten

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi kepala sekolah dalam

menempuh guna meningkatkan profesionalisme guru yang didasarkan pada

gaya kepemimpinan kepala sekolah

3. Untuk mengetahui upaya yang ditempuh kepala sekolah dalam mengatasi

hambatan-hambatan dalam meningkatakan profesionalisme guru

4

Page 5: Proposal Kepemimpinan

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini penting dilakukan dengan harapan dapat memberikan

manfaat. Manfaat yang diharapakan dari penelitian ini antara lain :

4. Manfaat secara teoritis

a. Untuk menambah dan meperluas ilmu pengetahuan

manajemen terutama di bidang Kepemimpinan

b. Untuk menambah wawasan mengenai gaya

kepemimpinan

5. Menambah secara praktis

a. Masukan pengetahuan dan pengalaman sebagai peneliti

dalam bidang kepemimpinan khususnya pada gaya kepemimpinan

b. Sebaga informasi pihak lain yang ingin menggunakannya

sebagai pelengkap mengenai studi tentang kepemimpinan ataupun

kepustakaan

c. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program

pada studi strata satu

5

Page 6: Proposal Kepemimpinan

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Kepemimpinan

a. Pengertian Kepemimpinan

Banyak ahli yang mendefinisikan pengertian kepemimpinan, sejak masa

“kepemimpinan” yang muncul pada abad 18 diantaranya yaitu :

1) Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).

2) Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).

3) Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).

4) Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.

5) Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).Definisi kepemimpinan menurut     George Terry, “Kepemimpinan”

adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan kelompok. Cyriel O'Donnell, “Kepemimpinan” adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum. Serta dalam buku ajar Pengantar Manajemen (oleh H. Sulistriyo, Ign. Wagimin, Hery Sawiji) (2003: 113) menyebutkan bahwa “Kepemimpinan” atau leadership didefinisikan sebagai tingkah laku manusia yang mengandung unsur-unsur kemampuan yang melebihi kemampuan orang lain di dalam suatu lingkungan kerja sama yang dapat mempengaruhi orang lain untuk dapat bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

adalah suatu proses komunikasi orang satu untuk mempengaruhi orang lain untuk

bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya dengan

menggunakan pengaruh yang ada pada dirinya melalui kemampuan-kemampuan

6

Page 7: Proposal Kepemimpinan

yang dimilikinya pada suatu lingkungan, dan dalam situasi tertentu guna

mencapai tujuan bersama.

Ciri ciri kepemimpinan menurut Drs. Sondang Siagian MPA (1979: 86) mengemukakan sejumlah persyaratan yang pada dasarnya merupakan ciri-ciri kepemimpinan sebagai berikut:

1) Pendidikan Umum Yang Luas

Seorang pemimpin hendaknya mempunyai kemampuan yang untuk mengembangkan keahlian managerial yang dituntut oleh tugasnya dan tidak perlu menjadi seorang spesialis dengan pemilikan keahlian teknik yang mendalam.

2) Kemampuan Analitis

Kemampuan analitis adalah kemampuan menganalisa situasi yang dihadapi secara teliti, matang, dan mantap. Hal ini merupakan prasyarat untuk suksesnya kepemimpinan seseorang.

3) Ketrampilan Komunikasi

Dalam memberikan perintah, petunjuk, pedoman, dan nasihat, seorang pemimpin hendaknya menguasai teknik-teknik komunikasi. Dalam hubungannya dengan ini, perlu diperhatikan penggunaan bahasa dengan baik, kejelasan ide yang disampaikan dan teknik penyampaiannya baik secara lisan maupun tertulis.

4) Ketrampilan Mendidik

Seorang pemimpin akan menjadi tempat bagi para bawahan meminta petunjuk dan memperoleh pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan tugasnya dengan baik.

5) Keberanian

Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi, ia perlu memiliki pula keberanian dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya.

6) Ketegasan

Ketegasan dalam menghadapi bawahan dan menghadapi situasi didalam maupun diluar organisasi sangat penting bagi seorang pemimpin. Ketegasan itu diperlukan dalam usaha menjaga stabilitas oragnisasi yang dipimpinnya.

7

Page 8: Proposal Kepemimpinan

7) Memiliki Daya Ingat Yang Kuat

Seorang pemimpin seringkali dihadapkan pada informasi yang volumenya besar dan iapun berinteraksi dengan banyak orang. Dengan daya ingat yang kuat, diharapkan ia dapat menyaring hal-hal yang relevan baginya dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya

8) Kapabilitas Integratif

Kapabilitas integratif merupakan kemampuan yang mencakup berbagai aspek. Ini sangat penting artinya, karena dengan adanya kapabilitas integratif maka administrasi dan organisasi sungguh-sungguh dapat digerakkkan sebagai satu kesatuan ke arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

9) Rasa Ingin Tahu

Mengingat bahwa satu-satunya yang konstan di dunia ini adalah perubahan itu sendiri, maka kesadaran pemimpin tentang perubahan dan perkembangan lingkungan, prosedur kerja, dan teknologi dan sebagainya memungkinkan seorang pemimpin menjadi kreatif dan inovatif.

10) Kesederhanaan

Seorang pemimpin hendaknya memberikan teladan pada bawahannya berkenaan dengan kesederhanaan dan kewajaran dalam cara hidup mereka.

b. Teori-Teori Kepemimpinan

Dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Edisi Kedua halaman 11 Prof..Dr. Vethzal Rivai M.B.A (2002: 11) menyebutkan teori teori mengenai kepemimpinan. Teori-teori kepemimpinan tersebut antara lain :

1. Teori Sifat

Teori ini menekankan pada asumsi bahwa beberapa orang merupakan pemimpin alamiah dan dianugerahi beberapa ciri yang tidak dimiliki orang lain seperti energi yang tiada habis-habisnya, intuisi yang mendalam, pandangan masa depan yang luar biasa dan kekuatan persuasive yang tidak tertahankan. Keberhasilan manajerial disebabkan karena pemimpin tersebut memiliki kmampuan-kemampuan yang luar biasa yang dikaitkan dengan karakteristik khas (fisik, mental, kepribadian)

a) Intelegensia

8

Page 9: Proposal Kepemimpinan

Ralph Stogdill mengemukakan bahwa antara pemimpin dan bawahan (pengikutnya) lebih pintar pemimpin tersebut. Perbedaan intelegensia antara keduanya dapat menimbulkan gangguan. Sebagai contoh pemimpin dengan IQ tinggi mempengaruhi bawahannya yang memiliki IQ rata-rata kemungkinan tidak akan mengerti yang disampaikan oleh pemimpin tersebut.

b) Kepribadian

Beberapa hasil penelitian menyiratkan sifat kepribadian (kesiagaan, integritas pribadi, dan percaya diri) mempunyai hubungan dengan kepemimpinan yang efektif.

c) Karakteristik Fisik

Hubungan antara kepemimpinan yang efektif dan karakteristik fisik ( usia, tinggi badan, berat badan dan penampilan) mepunyai hasil yang bertolak belakang.

2. Teori Kepribadian Perilaku

Akhir tahun 1940-an para peneliti mulai mengeksplorasi pemikiran bahwa perilaku seseorang dapat menentukan keefektifan kepemimpinan seseorang.

a) Study dari University of Michigan

Pada penelitian yang dilakukan oleh PUSAT Riset Universitas Michigan dengan sasaran melokasi karakteristik perilaku kepemimpinan yang tampaknya dikaitkan dengan keefektifan kinerja diperoleh hasil dua gaya kepemimpinan yang berbeda yaitu (2002: 12)

1) Pemimpin yang job-centered

Pemimpin yang berorientasi pada tugas menerapkan pengawasan ketat sehinnga bawahan melakukan tugasnya dengan menggunakan prosedur yang telah ditentukan dengan mengandalkan kekuatan paksaan, imbalan dan hukuman dalam memepangaruhi sifat-sifat dan prestasi pengikutnya.

2) Pemimpin yang berpusat pada bawahan

Mendelegasikan pengambilan keputusan pada bawahan dan membantu pengikutnya dalam memuaskan kebutuhannya dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang suportif.

b) Studi dari Ohio State University

Setelah Perang dunia II peneliti Fleishman dan rekan-rekannya di Ohio State University melakukan penelitian kepemimpinan dan menghasilkan teori dua

9

Page 10: Proposal Kepemimpinan

factor dari kepemimpinan. Suatu seri penelitian mengisolasikan dua factor kepemimpinan yaitu (2002: 13)

1) Membentuk struktur

Melibatkan perilaku dimana pemimpin mengisolasilakan dan mendefinisikan hubungan_hubungan di dalam kelompok membentuk pola dan saluran kominukasi yang jelas dan menjelaskan cara-cara mengerjakan tugas.

2) Konsiderasi

Melibatkan perilaku yang menunjukkan persahabatan , saling percaya, menghargai, kehangatan dan komunikasi anatara pemimpin dan bawahannya.

3. Teori Kepemimpinan Situasional

Suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. (2002: 14)

4. Pendekatan Terbaru Dalam Kepemimpinan

a) Teori Atribusi KepemimpinanTeori mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata suatu atribusi (alat) yang dibuat orang mengenai individu-individu lain

b) Teori Kepemimpinan KharismatikTeori ini mengemukakan bahwa para pengikut membuat atribusi (hubungan) dari kepemapuan pemimpin yang luar biasa dalam mengamati perilaku pemimpinnya.

c) Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional1) Pemimpin Transaksional, pemimpin yang memadu

atau memotivasi bawahan dalam arah tujuan ynag ditegakkan dengan memerjelas peran dan tuntutan tugas

2) Pemimpin transformasional, pemimpin yang memberika pertimbangan dan rangsangan intelektual yang individual dan yang memiliki kharismatik.(Sumber Veithzal Rivai, 2002: 14)

5. Dasar Konseptual Kepemimpinan Perspektif Islam

10

Page 11: Proposal Kepemimpinan

Selain teori diatas Islam juga memperkenalkan konsep mengenai kepemimpinan. Untuk memahami konsep kepemimpinan Islam paling tidak harus digunakan tiga pendekatan yaitu antara lain: (2002: 15)a) Pendekatan Normatif

Dasar konseptual kepemimpinan Islam secara normative bersumber pada Al Qur”an dan Hadist yang terdiri dari empat prinsip pokok, yaitu:1) Prinsip Tanggung Jawab dalam Organisasi

Dalam Islam telah digarikan bahwa setiap diri adalah Pemimpin (minimal dirinya sendiri) dan untuk kepemimpinan itu ia dituntut untutk bertanggung jawab . untuk memehami makana tanggung jawab adalah substansi uatama yang harus dipahamai oleh seorang calon pemimpin agara amanah yang diserahkan kepadanya tidak disia-siakan

2) Prinsip etika tauhidPersyaratan utama seorang pemimpin yang telah digariskan oleh Allah pada Al Qur’an surat Ali Imran ayat 118 dalam artinya :Hai orang yang beriman, janganlah kamu menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudhratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah kami terangkan kepdamu ayat-ayat Kami, jika kamu memahaminya.

3) Prinsip KeadilanUntuk menjaga keseimbangan kepentingan, maka asas keadilan harus benar-benar dijaga agar tidak muncul stgma-stigma ketidakadilan.

4) Prinsip KesederhanaanRasulullah Saw. Menegaskan bahwa serang pemimpin itu harus melayani dan tidak meminta u tuk dilayani sebagaiman dalam sabdanya :“Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka”( H.R Abu Na’im)

b) Pendekatan HistorisAl Qur’an begitu kaya dengan kisah-kisah umat masa lalu sebagai pelajaran dan bahan pertimbangan (perenungan) bagi umat-yang akan datang. Dengan pendekatan histories ini diharapkan akan lahir pemimpin-pemimpin Islam yang melilki sifat Islami sebagai syarat keberhasilannya dalam memimpin

c) Pendekatan teoritisIdeologi Islam adalah ideology yang terbuka. Hal ini mengandung arti walaupun dasar-dasar konseptual yang ada di dalam bangunan ideology Islam sendiri sudah sempurna, namum, Islam tidak menutup kesempatan mengkomunikasikan ide-ide dan pemikiran dari luar Islam selama pemikiran tersebut tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunah Rasulullah Saw.

11

Page 12: Proposal Kepemimpinan

2. Gaya Kepemimpinan

a. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya artinya sukap gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-gerik

yang bagus, kekuatan , kesanggupan untuk berbuat baik.

Sedangkan arti (definisi) dari Gaya kepemimpinan menurut Prof. Dr.

Veithzal Rivai, M.B.A menyebutkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri

yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi

tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola

perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin.

Gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe

kepemimpinan. Terdapat tiga pola pokok pada gaya kepemimpinan yaitu yang

mementingkan pelaksanaan tugas, yang mementingkan hubungan kerjasama, yang

terakhir mementingkan hasil yang dapat dicapai.

Pada tahun 1930-an ada yang berpendapat bahwa gaya kepemimpinan

sebagai suatu rangkaian kesatuan yang didasarkan pada derajat pembagian

kekuasaan dan pengaruh antara pimpinan dan bawahan. Dalam rangkaian tersebut

dapat diidentifikasikan empat gaya kepemimpinan dasar yaitu, mengatakan,

menjual, konsultasi, dan bergabung. Mengatakan adalah gaya kepemimpinan

otokratis, sedangkan bergabung adalah gaya kepemimpinan demokratis. Menurut

pendapat ini gaya kepemimpinan demokratis bukanlah pendekatan yang terbaik

semua kondisi (situasi), para ahli saat itu lebih menyarankan penggunaan semua

gaya mulai dari mengatakan sampai bergabung. Menurut para ahli saat itu juga

untuk menentukan gaya yang paling efektif dalam menghadapi keadaan tertentu

maka perlu mempertimbangkan kekuatan yang ada dalam tiga unsur yaitu dari diri

pemimpin, bawahan dan situasi yang menyeluruh

Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1960-an yang dinamakan

“pola manajerial”. Kepemimpinan dipengaruhi oleh dua perhatian manajerial yang

mendasar, yaitu perhatian terhadap produksi atyau tugas dan perhatian terhadap

12

Page 13: Proposal Kepemimpinan

manusia. Menurut teori ini ada empat gaya dasar kepemimpinan : (1) gaya

manajemen tugas, pemimpin menunjukkan perhatian tinggi terhadap produksi

terhadap perhatian rendah terhadap manusia, (2) gaya manajemen country club,

pemimpin memperlihatkan perhatian yang tinggi terhadap manusia tetapi

perhatian rendah terhadap produksi/tugas, (3) gaya manajemen miskin. Pemimpin

tidak terlalu menunjukkan perhatian, baik terhadap produksi/ tugas maupun

manusia (4) gaya manajemen tim, pemimpin menunjukkan perhatian yang tinggi

terhadap produksi/tugas maupun manusia. Menurut teori ini gaya menajemen tim,

yang pada dasarnya sama dengan gaya demokratis merupakan gaya

kepemimpinan yang terbaik untuk semua orang dalam esgala situaasi yang dapat

dilihat dari tabel dibawah ini

Daftar Gambar 1.Gaya Dasar Kepemimpinan

Gaya Dasar

kepemimpinan

Perhatian Manjerial

Produksi Manusia

Manajemen Tugas

Manjemen Country Club

Manajemen Miskin

Manajemen Tim

Tinggi

Rendah

Rendah

Tinggi

Rendah

Tinggi

Rendah

Tinggi

Sementara itu menurut Contigency Theory leadership menyatakan bahwa

ada kaitan antara gaya kepemimpinan dengan situasi tertentu yang dipersyaratkan.

Menurut teori ini pemimpin akan efektif jika gaya kepemimpinannya akan sesuai

dngan situasi yang terjadi. Pendekatan ini menyarankan bahwa diperlukan dua

perangkat perilaku untuk kepemimpinan yang efektif yaitu perilaku tugas dan

perilaku hubungan. Dengan kedua perangkat ini maka akan melahirkan gaya

kepemimpinan, yaitu (1) mengarahkan, gaya kepemimpinan ini perilaku tugas

tinggi, perilaku hubungan rendah, (2) menjual, perilaku tugas maupun perilaku

hubungan hubungan sama tinggi, (3) ikut serta, perilaku tugas rendah sedangkan

perilaku hubungan tinggi, (4) mendelegasikan, baik perilaku tugas maupun

perilaku hubungan sama rendah.

13

Page 14: Proposal Kepemimpinan

Daftar Gambar 2.Perangkat Perilaku Kepemimpinan

Gaya

Kepemimpinan

Perilaku

Tugas Hubungan

Mengarahkan Tinggi Rendah

Menjual Tinggi Tinggi

Ikut serta Rendah Tunggi

mendelegasikan Rendah Rendah

Sedang pakar manajemen modern berpendapat bahwa gaya kepemimpinan

yang tepat adalah suatu gaya yang dapat menyatukan tiga variabel situasional,

yaitu hubungan pimpinan dan bawahan dan anggota, struktur tugas, sert posisi

kekuasaan, sehingga dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan yang terbaik

adalah jika posisi kekuasaan itu moderat. Path-Goal model sepaham dengan

pendapat di atas, bahwa suksesnya seorang pemimpin tergantung pada

kemampuannya dalam menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan lingkungan

dan karakteristik individual bawahannya. Pengembangan baru dari teori ini yang

dapat dikatakan sebgi kalangan moderat, menggambarkan bahwa ada empat gaya

kepemimpinan yaitu (1) mengarahkan, gaya ini sama dengan gaya otokratis, jadi

bawahan mengetahui secara persis apa yang diharapkan dari bawahan, (2)

mendukung, pemimpin bersifat ramah pada bawahan, (3) berpartisipasi,

pemimpin bertanya dan menggunakan saran bawahan, (4) berorientasi pada

tugas, pemimpin menyusun serangkaian tujuan yang menantang untuk

bawahannya.

Seorang pemimpin yang efektif harus menggunakan gaya kepemimpinan

yang berbeda dalam situasi yang berbeda, jadi tidak tergantung pada satu

pendekatan untuk semua situasi. Pandangan ini mensyaratkan agar seorang

pemimpin mampu membedakan gaya-gaya kepemimpinan, membedakan situasi,

14

Page 15: Proposal Kepemimpinan

menentukan gaya yang sesuai untuk situaasi tertentu serta mampu menggunakan

gaya tersebut secara benar

Dengan demikian berdasarkan uraian diatas, secara konseptual gaya

kepemimpinan didefinisikan sebagai perilaku dan strategi, yang merupakan hasil

kombinasi dari falsafah, ketrampilan, sifat,sikap, yang sering diterapkan seorang

pemimpin dalam berinteraksi dengan orang lain, dalam mengambil keputusan,

dan dalam melaksanakan kegiatan pengendalian

Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa jenis/macam dari gaya

kepemimpinan. Gaya-gaya kepemimpinan tersebut antara lain :

1. Gaya Kepemimpinan Otokratik

Gaya kepemimpinan otokratik adalah gaya pemimpin yang memusatkan

segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara

penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si

pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya

melaksanakan tugas yang telah diberikan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan

wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan

selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam

gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi

tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

3. Gaya Kepemimpinan Bebas

Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para

bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian

masalah yang dihadapi.

4. Gaya Kepemimpinan Transformasional

15

Page 16: Proposal Kepemimpinan

Gaya Kepemimpinaan transformasional yaitu sebagai gaya kepemimpinan

yang mengutamakan pemberian kesempatan dan atau mendorong semua

unsur yang ada dalam sekolah untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values

system) yang luhur sehingga semua unsur yang ada bersedia, tanpa

paksaan, berpartisipasi secara optimal dalam mencapai tujuan

5. Gaya Kepemimpinan Paternalitik

Gaya kepemimpinan yang bersifat kebapakan. Pemimpin bertindak

sebagai seorang bapak yang selalu memberikan perlindungan kepada para

bawahannya dalam batas-batas kewajaran

6. Gaya Kepemimpinan Militeristik

Gaya kepemimpian tidak hanya terdapat di dalam militer saja, tetapi

banyak pemimpin instansi non militer (sipil) yang menerapkan

kepemimpinan gaya ini

2. Tinjauan Tentang Profesionalisme Guru

a. Pengertian Profesi Piet A. Saherfian (1994: 26) mengemukakan bahwa "Profesi pada

hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka (to profess artinya

menyatakan), yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada

suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk

menjabat pekerjaan itu". Mengenai istilah profesi ini Everett Hughes yang di kutip

oleh Piet A. Sahertian (1994: 26) menjelaskan. bahwa "istilah profesi rnerupakan

simbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri.

Sedangkan, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 897) profesi di artikan

sebagai "Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan,

kejujuran, dan sebagainya) tertentu".

Dalam buku profesi kependidikan dikutip Ahmad Sanusi (2002: 2)

menyebutkan istilah profesi berasal dari bahasa Inggris profession dalam kamus,

16

Page 17: Proposal Kepemimpinan

profession adalah "a calling requiring specialized knowledge and often

long and intensive academic preparation". Profesi merupakan sebuah

pekerjaan yang mensyaratkan pengetahuan terspesialisasi dan sering

mensyaratkan persiapan akademik yang lama dan intensif. Dari ketiga definisi

tersebut dapat disimpulan bahwa profesi adalah suatu pernyataan bahwa

seseorang akan mengabdikan dirinya kepada jabatan atau pekerjaan tertentu.

Profesi menuntut adanya kependidikan keahlian, terspesialisasi, adanya persiapan

akademik. yang lama dan intensif.

b. Persyaratan profesi

Mengingat tugas dan tanggungjawab guru yang begitu kompleksnya,

maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain dikemukakan berikut

ini :

1) Menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu

pengetahuan yang mendalam

2) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang-bidang tertentu sesuai dengan

bidang profesinya.

3) Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

4) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang

dilaksanakannya.

5) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. (Moh. Ali,

1985)

Selain pernyataan tersebut, menurut Moh. Uzer Usman masih ada

persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong dalam suatu

profesi antara lain : 1). Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan

tugas dan fungsinya. 2). Memiliki klien / objek layanan yang tetap, seperti dokter

dengan pasiennya, guru dengan muridnya. 3).Diakui oleh masyarakat kerena

memang diperlukan jasanya di masyarakat.

Atas dasar persyaratan tersebut jelaslah jabatan profesional harus di

tempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan itu.

Demikianpun dengan profesi guru, harus ditempuh dengan jenjang pendidikan pre

17

Page 18: Proposal Kepemimpinan

service education seperti Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), KIP, dan

Fakultas Keguruan di luar lembaga kependidikan.

c. Pengertian Kompetensi, Profesional dan Profesionalisme Guru

Menurut Broke and Stone yang dikutip oleh E. Mulyasa (2007: 25)

mengemukakan bahwa, " Kompetensi guru sebagai ... descriptive of qualitative

nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful... kompetensi guru

merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti".

Menurut Charles yang juga dikutip oleh E. Mulyasa (2007: 25) mengemukakan

bahwa kompetensi merupakan, "Perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan

yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan". Sedangkan dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, dijelaskan bahwa, "Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru

atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan".

Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada

kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan;

kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional

untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan.

Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance

merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati, tetapi juga

menyangkut scsuatu yang tidak kasat mata.

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 897) makna dari

profesional adalah "Bersangkutan dengan profesi; memerlukan kepandaian

khusus untuk menjalankannya; mengharuskan adanya pembayaran untuk

melakuannya (lawan amatir)". Sedangkan menurut Wagiman.dkk istilah

profesional menunjukkan pada dua hal, yang pertama; profesional berarti

orang yang menyandang suatu profesi dan yang kedua; profesional berarti

penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan

profesinya. Samana A (1994: 27) berpendapat bahwa "Seorang pekerja

profesional dalam bahasa keseharian tersebut adalah seorang pekerja yang

18

Page 19: Proposal Kepemimpinan

terampil atau cakap dalam kerjanya, biarpun keterampilan atau kecakapan

tersebut sekedar produk dari fungsi minat dan belajar dari kebiasaan".

Dari ketiga definisi tsrsebut dapat disimpulkan bahwa pada intinya

profesional berarti sesuatu yang berhubungan dengan profesi, yang dalam

menjalankan profesinya diperlukan suatu kepandaian khusus yang berpijak

pada landasan intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana,

terampil dan cakap dalam kerjanya yang di pergunakan demi kemaslahatan

orang lain.

Mengenai pengertian dari kata profesionalisme Wagimin, dkk (2002:

1) mengatakan "Istilah profesionalisme menunjukkan pada komitmen para

anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan

terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakanya dalam

melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya". Menurut Muhibbin

Syah (2006: 230) " Profesionalisme dapat dipahami sebagai kualitas dan tindak

tanduk khusus yang merupakan ciri orang profesional". Sedangkan menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 897) kata profesionalisme

menunjukkan kata benda yang berarti mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang

merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Dari ketiga

pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian dari

profesionalisme adalah komitmen dari anggota suatu profesi untuk

meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan

strategi-straleginya agar mutu atau kualitas dan tindak-tanduk yang dimiliki

benar-benar bisa diterapkan dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan

profesinya

d. Pengertian Guru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 158) guru diartikan

sebagai "Orang yang kerjanya mengajar". Sedangkan Moh. Uzer Usman (2005:

6) mengemukakan bahwa, "Guru merupakan profesi / jabatan / pekerjaan yang

memerlukan keahlian khusus sebagai guru.

Pendapat lain menyatakan bahwa:

Guru adalah pribadi dewasa yang mempersiapkan diri secara khusus melalui lembaga pendidikan guru (LPTK), agar dengan keahliannya

19

Page 20: Proposal Kepemimpinan

mampu mengajar sekaligus mendidik siswanya untuk menjadi warga negara yang baik (susila), berilmu, produktif, sosial, sehat, dan mampu berperan aktif dalam peningkatan sumber daya manusia / investasi kemanusiaan. (A. Samaria 1994, 115)

Jadi guru dapat menunjuk kepada jabatan profesional yang memerlukan

keahlian khusus atau dapat pula berarti orang yang berprofesi sebagai

pengajar dan pendidik yang menjadikan bidang pendidikan tak sekedar sumber

pendidikan tetapi juga sebagai sarana pengabdian. Guru merupakan pribadi

dewasa yang mempersiapkan diri secara khusus melalui lembaga

pendidikan guru, menggunakan keahliannya mengajar sekaligus mendidik

siswanya menjadi warga negara yang baik, berilmu, produktif, sosial, sehat,

dan mampu berperan aktif dalam peningkatan SDM.

e. Tugas Guru

Menurut Piet A. Saherlian (199-1: 12-13)," Tugas guru umumnya

dibedakan: a) Tugas Personal, b) Tugas Sosial, dan c) Tugas Profesional".

Sedangkan Moh. Uzer Usman (2005: 6-7) berpendapat bahwa, " Terdapat

tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas

dalam bidang kemasyarakatan". Macam-macam tugas tersebut dijelaskan

sebagai berikut:

1). Tugas Personal

Yang dimaksud dengan tugas personal adalah tugas guru yang

menyangkut dirinya sendiri, setiap guru harus mendalami konsep dirinya dan

menatap dirinya, mampu berkaca pada diri sendiri, dengan begitu dia akan

melihat bahwa apa yang ada pada dirinya bukan lainnya. satu pribadi, melainkan

tiga pribadi yaitu: Saya dengan konsep diri saya {self concept), saya dengan

ide diri saya (self idea), saya dengan realita diri saya (self reality).

2). Tugas Sosial

Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan, mendidik dan

mengajar adalah tugas pemanusiaan manusia. Guru harus dapat menjadikan

dirinya scbagai orang tua kedua di sekolah, harus dapat menarik simpati

20

Page 21: Proposal Kepemimpinan

sehingga dia menjadi idola para siswanya. Pembelajaran apapun yang

diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.

3). Tugas Profesional

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.

Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar

berarti meneruskan dan mengembangkan iilmu pengetahuan dan teknologi,

sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan -ketrampilan kepada

siswa.

4). Tugas guru dalam Bidang Kemasyarakatan

Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan meliputi dua hal . yaitu:

1) mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia

yang bermoral agama. 2) mencerdaskan bangsa Indonesia. Masyarakat

menempatkan guru pada tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat

yakni di depan memberi suri tauladan, di ditengah-tengah membangun, dan di

belakang memberi dorongan dan motivasi Ing Ngarso sung tuladha, ing madya

mangun karsa, tut wuri handayani. Selain itu guru juga mempunyai peran yang

strategis dalam menentukkan gerak maju pertumbuhan bangsa.

f. Guru yang professional

Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 2, guru yang

profesional adalah "guru yang telah memiliki sertifikat pendidik setelah mengikuti

pendidikan profesi". Pedidikan yang dimaksud wajib diikuti oleh setiap calon

guru sebagai pendidikan lanjutan setelah sarjana. Pendidikan profesi dapat

ditempuh dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun atau dengan beban belajar

antara 36-40 SKS. Untuk mencapai sebulan guru profesional, setiap calon guru

harus memiliki:

1) Kualifikasi akademik sekurang-kurangnya sarjana (S-l) atau diploma (D-

IV)

2) Lulus uji kompetensi yang meliputi kompetensi paedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi

profesional.

3) Sertifikasi pendidikan yang ditlempuh melalui pendidikan profesi. Di

21

Page 22: Proposal Kepemimpinan

samping itu, calon guru harus sehat jasmani dan rohani serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (Subijanto,

2006)

Menurut Glickman yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal (2003: 5)," Seorang guru

bisa dikatakan profesional bilamana memiliki kemampuan tinggi (high level of

abstract) dan rnotivasi kerja yang tinggi Qiigh level of commitment) ".Apabila

ditelaah lebih mendalam temyata kata komitmen memiliki makna lebih luas

daripada concern sebab komitmen mencakup waktu dan usaha. Tingkat komitmen

guru terbentang dalam satu garis kontinum, bergerak dari yang paling rendah

menuju yang paling tinggi. Guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya

wajib, memberikan perhatian kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga

yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran pun sangat sedikit.

Sebaliknya, seorang guru yang memiliki komitmen tinggi biasanya tinggi sekali

pecrhatiannya kepada murid, demikian pula waktu yang disediakan untuk

peningkatan mutu pendidikan sangat banyak. Menurut Piet A. Saherlian (1994:

30) " makna profesional dapat dipandung dari tiga dimensi, yaitii ahli (ekspert),

rasa tanggung jawab (responsibility), dan memiliki rasa kesejawatan". Ketiga hal

tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut:

1) Ahli (Ekspert)

Maksud dari ahli adalah ahli dalam bidang pengetahuan yang diajarkan

dan ahli dalam fungsi mendidik. Seorang guru tidak saja menguasai isi pengajaran

yang diajarkan tetapi juga mampu dalam menanamkan konsep mengenai

pengetahuan yang diajarkan.

Pemahaman konsep dapat dikuasai bila guru juga memahami psikologi

belajar. Psikologi belajar membantu guru menguasai cara membimbing subjek

belajar dalam memahami konsep tentang apa yang di ajarkan. Selain itu, guru juga

menyampaikan pesan-pesan didik. Guru yang ahli memiliki pengalaman tentang

cara mengajar (leaching is a skill) dan mengerti bahwa mengajar adalah juga

suatu seni (teaching is an art). Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga, mendidik.

Dengan mengajar maka guru membentuk konsep berfikir, sikap jiwa, dan

menyentuh afeksi yang terdalam dari inti kemanusiaan subjek didik. Selain itu,

dengan mengajar berarti guru memberikan pengetahuan, mengembangkan

22

Page 23: Proposal Kepemimpinan

pengetahuan, dan menumbuhkan apresiasi, sehingga inti kemanusiaan subjek

didik dapat berkembang.

Guru yang ahli mampu menciptakan situasi belajar yang mengandung

makna relasi interpersonal. Relasi interpersonal harus diciptakan sehingga subjek

didik merasa "diorangkan", subjek didik mempunyai jati dirinya, selain itu guru

yang ahli juga harus dapat menyentuh inti kemanusiaan subjek didik melalui

pelajaran yang diberikan. Ini berarti bahwa cara mengajar guru harus diubah

dengan cara yang bersifat dialogis. Praktek pengalaman calon guru harus lebih

lama sekurang-kurangnya satu tahun agar mereka memperoleh peningkatan dan

kelengkapan profesional yang mantap sebelum terjun dalam dunia mengajar.

Sehingga seorang guru yang dapat memainkan perannya dengan baik, baik

sebagai pengajar ataupun pendidik maka guru tersebut ahli dalam mengajar

ataupun mendidik.

2). Memiliki otonomi dan rasa tanggungjawab.

Yang dimaksud dengan otonomi adalah suatu sikap yang pofesional yang

disebut mandiri. Sikap otonomi atau mandiri ini, dia wujudkan dalam

mengemukakan hal-hal yang harus dikatakan berdasarkan keahliannya. Pada

awalnya, guru belum mempunyai kebebasan otonomi melalui proses belajar dan

perkembangan profesi maka pada suatu saat ia akan memiliki sikap mandiri. Piet

A. Sahertian (1994: 34), mengemukakan ciri mandiri antara lain: a) Dapat

mengamalkan nilai-nilai hidup. b) Dapat membuat pilihan nilai. c) Dapat

menentukkan dan mengambil keputusan sendiri. e) Dapat bertanggungjawab

terhadap keputusan tadi. Pengertian tanggungjawab dalam teori ilmu mendidik

adalah guru mampu memberi pertanggungjawaban dan kesediaan untuk dimintai

pertanggungjawaban, baik terhadap diri sendiri, terhadap siswa, terhadap orang

tua, lingkungan sekitarnya, masyarakat, bangsa dan negara, sesama manusia dan

akhirnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Rasa tanggungjawab yang dimiliki oleh guru meliputi lima aspek, yaitu

aspek individual, sosial, etis, religius, dan intelektual. Aspek individu artinya

yang bertanggungjawab adalah orang secara pribadi, berdiri sendiri sebagai

makhluk yang utuh, untuk mengambil keputusan dan mempertanggungjawabkan

keputusan itu, dan juga harus punya kesadaran untuk dimintai

23

Page 24: Proposal Kepemimpinan

pertanggungjawaban. Aspek sosial artinya, guru harus mampu

mempertanggungjawaban kepada orang lain. Aspek etis maksudnya

tanggungjawab itu sendiri adalah perbuatan. yang baik (etic). Sedangkan

tanggungjawab dari aspek religius maksudnya guru mempunyai tanggungjawab

terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.

3). Memiliki Rasa Kesejawatan

Salah satu kriteria jabatan profesional adalah jabatan profesi harus

mempunyai wadah untuk menyatukan gerak langkah dan mengendalikan

keseluruhan profesi, yakni organisasi profesi. Dalam Undang-Undang Republik

Idonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa:

"Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang

didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas guru".

Salah satu tugas dari organisasi profesi adalah menciptakan rasa

kesejawatan sehingga ada rasa aman dan perlindungan jabatan. Etik profesi ini

dikembangkan melalui organisasi profesi. Melalui organisasi profesi diciptakan

rasa kesejawatan sehingga harkat dan martabat guru dapat di junjung tinggi, baik

oleh guru sendiri maupun oleh masyarakat pada umumnya. Bagi guru di Indonesia

wadah organisasi profesi bagi guru sudah ada, yakni Persatuan Guru Republik

Indonesia (PGRI). Selain PGRl sebagai satu-satunya organisasi guru yang diakui

oleh pemerintah sampai saat ini, ada organisasi guru yang disebut Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP), Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI),

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Profesi Indonesia (AKBIN), Ikatan Pengurus

Bimbingan Indonesia (IPBI), dan lain-lain. Hubungan oranisasi-organisasi

tersebut dengan PGRI masih belum tampak nyata secara formal, sehingga nampak

kerjasama mutualisma dalam peningkatan kualitas guru. Dengan diberlakukannya

standar kompetensi dan sertifikasi guru, organisasi-organisasi profesi tersebut ;

akan sangat berperan dalam meningkatkan kualitas guru, melalui berbagai

kegiatan sesuai dengan visi dan misinya masing-rnasing.

Menurut Sadiman AM (1990: 133-134) guru sebagai tenaga professional

mempunyai kualifikasi sebagai berikut:

a) Capable Personal

24

Page 25: Proposal Kepemimpinan

Maksudnya guru di harapkan memiliki pengetalnian, kecakapan, dan

ketrampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu

mengelola proses belajar mengajar secara efektif.

b) Inovator

Tenaga kependidikan yang mempunyai komitmen terhadap upaya

perubahan dan reformasi, guru diharapkan memiliki pengetahuan kecakapan dan

ketrampilan serta sikap yang tepat terhadap perubahan dan sekaligus sebagai

penyebar ide pembaharuan yang efektif.

c) Developer

Guru yang memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya.

Guru harus mampu dan mau melihat jauh kedepan menjawab tantangan-

tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai sistem.

Faktor-faktor lain, selain faktor-faktor pengetahuan, kecakapan,

ketrampilan dan tanggap terhadap ide pembaharuan dan wawasan yang lebih luas

sesuai dengan keprofesiannya, pada diri guru sebenarnya masih memerlukan

persyaratan khusus yang bersifat mental. Persyaratan khusus itu adalah faktor

yang menyebabkan seseorani itu rnerasa senang, karena merasa terpanggil

hati nuraninya untuk menjadi pendidikatau guru.

Menurut Oemar Hamalik (2006: 27) "Guru profesional merupakan

orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat

master serta telah memiliki ijazah negara dan telah berpengalaman dalam

mengajar pada kelas-kelas besar". Secara lebih rinci, beliau menyampaikan

bahwa, guru profesional mempuyai kriteria sebagai berikut :

a) Fisik

1) Sehat jasmani dan rohani

1) Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan

atau cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik

b) Mental aiau kepribadian

1) Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang

kepada anak didik

2) Berbudi pekerti yang luhur

25

Page 26: Proposal Kepemimpinan

3) Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan sarana pendidikan yang

ada secara maksimal

4) Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang

rasa

5) Mampu mengembangkan kreatifitas dan tanggungjawab yang

besar akan tugasnya

6) Mampu mengembangkan

kecerdasan yang tinggi

7) Bersifat terbuka, peka, dan

inovatif

8) Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya

9) Ketaatannya akan disiplin

10) Memiliki sense of humany

c) Keilmiahan atau pengetahuan :

1) Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi

2) Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu

menerapkannya dalam tugas sebagai pendidik

3) Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan

yang di ajarkan

4) Mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup tentang bidang -

bidang lain

5) Senang membaca buku-buku ilmiah

6) Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama

yang berhubungan dengan bidang studi

7) Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar

d. Ketrampilan

1) Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar

2) Mampu menyusun bahan pelajarun atas dasar pendekatan

struktural, interdisipliner, fungsional, behaviour, dan teknologi.

3) Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik

4) Mampu mercanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan,

memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dari pendidikan

26

Page 27: Proposal Kepemimpinan

luar sekolah. (Oemar Hamalik , 2004)

Dari keterangan di atas dapat diperoleh kualifiasi dari guru profesional

yaitu : memiliki sertifikat pendidik setelah mengikuti pendidikan profesi, ahli

(ekspert), memiliki otonomi dan rasa tanggungjawab, memiliki rasa

kesejawatan, capable personal, inovator, developer dan telah menempuh

program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah memiliki

ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas

besar.”

g. Peranan Guru yang Profesional

Sebagai suatu profesi, guru melaksanakan peran profesi ( professional-

role). Dalam menjalankan peran profesinya, guru memiliki kualifikasi

profesional, yaitu : menguasai pengetahuan yang diharapkan sehingga dapat

memberi sejumlah pengetahuan kepada siswa, menguasai psikologi

perkembangan dan psikologi belajar, menjadi penanggungjawab dalam

pemberian disiplin.

Peran profesi yang lainnya adaluh guru sebagai penilai atau konselor

kegiatan siswa juga pengembang kurikulum yang sedang dilaksanakan,

sebagai , penghubung antara sekolah dan masyarakat, orang tua, dan juga

terus menerus mencari pengetahuan yang baru dan ide-ide baru untuk

disampaikan kepada siswanya.

Menurut Cole & Chan (1994: 17)," Ada beberapa dimensi yang

dibutuhkan untuk menjalankan pedoman guru secara profesional dalam

mengajar, antara lain: 1) komitmen pada standar dan profesi; 2) percaya diri;

3) strategi analitik dan gaya refleksi; 4) pengetahuan tentang isi kurikulum; 5)

kemampuan lebih dalam memahami simbol, baik huruf atau angka.

Peranan guru secara profesional harus terus dilatih. Lima hal pokok yang telah

disebutkan di atas merupakan suatu keharusan yang dipunyai oleh seorang

guru terutama adalah komitmen pada profesi yang bertujuan untuk menaikkan

standard dalam pembelajaran siswa agar lebih baik dan juga potensi diri siswa

secara umum.Termasuk pada pula di dalam pengajaran yang pada ukuran etika,

khususnya hal yang berhubungan dengan integritas siswa konsep

27

Page 28: Proposal Kepemimpinan

tentang hubungan inasyarakat, dan penolakan terhadap semua pola

penyalahgunaan dan diskriminasi. Kedua adalah percaya diri,

kepercayaan terhadap diri sendiri bahwa tindakan guru dapat membawa

siswa sedapat mungkin. Mendapat kesempatan dalam kegiatan belajar

mengajar. Ketiga, kemampuan analitik dan refleksi, berhubungan dengan

penerapan pengetahuan praktis atau prinsip evaluasi dalam situasi

pengajaran. Keempat, guru seharusnya memahami pelajaran yang

diajarkan dan yang kelima, berhubungan dengan standar yang dipakai

guru dalam memahami simbol harus lebih baik dan juga potensi dari

siswa secara umum.Termasuk pada pula di dalam pengajaran yang pada

ukuran etika, khususnya hal yang berhubungan dengan integritas siswa

konsep tentang hubungan masyarakat, dan penolakan terhadap semua pola

penyalahgunaan dan diskriminasi. Kedua adalah percaya diri, kepercayaan

terhadap diri sendiri bahwa tidakan guru dapat membawa siswa sedapat

mungkin. Mendapat kesempatan dalam kegiatan belajar mengajar. Ketiga,

kemampuan analitik dan refleksi, berhubungan dengan penerapan

pengetahuan praktis atau prinsip evaluasi dalam situasi pengajaran.

Keempat, guru seharusnya memahami pelajaran yang diajarkan dan yang

kelima, berhugungan dengan standar yang dipakai guru dalam memahami

symbol harus lebih baik

h. Profil Guru dalam Konteks Profesional

Menurut Piet A. Sahertian (1994: 24), " Guru yang profesional

mempunyai kualifikasi professional”. Penjabaran dari hal tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Kualifikasi personal

Ada beberapa ungkapan untuk melukiskan kualifikasi personal,

antra lain yang pertama yaitu, guru yang baik (a good teacher), baik

dalam artian ini punya konotasi sifat atau atribut-atribut moral yang baik.

Sifat-sifat ini diutamakan dari asumsi bahwa manusia itu sejak lahir sudah

membawa sifat-sifat yang baik. Kedua guru yang berhasil (a succcessfull

teacher), seorang guru dikatakan berhasil bila dalam mengajar ia dapat

28

Page 29: Proposal Kepemimpinan

menunujukkan kemampuannya sehingga tujuan tujuan yang telah

ditentukan dapat dicapai oleh subyek belajar. Ketiga , guru yang efektif

(an effective teacher). Guru dikatakan efektif bila ia dapat

mendayagunakan waktu dan tenaga yang sedikit tetapi dapat mencapai

hasil yang banyak. Guru yang pandai menggunakan strategi mengajar dan

mampu menerapkan metode-metode mengajar secara berdaya guna dan

berhasil guna.

2) Kualifikasi Profesional

Guru yang berkualitas professional yaitu guru yang tahu secara

mendalam tentang apay yang diajarkannya, cakap dalam mengajarkan

secara efektif dan efisien dan guru tersebut berkepribadian mantap.

Menurut Soekartawi (1995: 33)disebutkan bahwa, “Profil pengakar

dituntut serba bisa”, antara lain meliputi peran:

a) Mempunyai keahlian terhadap ilmu pengetahuan (bahan ajar) yang

diberikan kepada siswanya;

b) Mempunyai keahlian dalam dalam memberikan pengajaran:

c) Mampu memberikan motivasi kepada siswa

d) Mampu bertindak sebagai manajer di kelas (kadang-kadang juga

dikantor dimana dia bekerja)

e) Mampu bertindak sebagai pemimpin;

f) Mempunyai keahlian dalam memberikan bimbingan

g) mempunyai keahlian sebagai "ahli lingkungan" dalam arti bahwa

bila di lingkungan di mana pengajar tersebut bekerja dirasakan

terjadi situasi yang kurang menyenangkan, atau bila di kelas

dimana ia mengajar terjadi situasi kurang mendukung proses

belajar mengajar, maka pengajar harus pula mengubahnya;

h) Mampu sebagai figur yang berwatak- ing ngarso sung tulodho ing

madaya mangun karsa lan tut wuri handayani (di depan pengajar

mampu berperan sebagai figur teladan atau panutan, di tengah ia

dituntut untuk mampu sebagai penggerak inisiatif dan di belakang

harus mampu melaksanakan dengnn baik);

29

Page 30: Proposal Kepemimpinan

i) Mampu membuat suasana di kelas tetap terkontrol dalam arti

bahwa siswa tetap aktif mengikuti pengajaran dengan baik

(misalnya siswa tidak ada yang mengantuk, gaduh, atau

menganggu siswa yan lain)

j) Mampu membuat atau memberikan humor kepada siswa yang

bekajar tidak merasa bosan mengikuti pengajaran, disamping itu

juga dimaksudkan agar topik bahan ajar dapat diterima dengan

baik. Dengan humor mungkin dapat menciptakan suasana hangat

dan akrab dan mampu mendorong siswa senang dan dapat

menyerap bahan ajar dengan baik;

k) Mampu menerima umpan balik (feed back) dari siswa atau dari

teman sejawatnya dengan maksud agar proses belalar megajar

dapat terus ditingkatkan

l) Mau menerapkan hasil penelitiannya di dalam bahan ajar yang

diberikan , dimaksudkan agar kualitas bahan ajar terus mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

m) Mampu melaksankan instructional design (ID) terbaru (atau paling

tidak ID yang dipakai sekarang adalaha lebih baik dari ID yang

digunakana sebelumnya). Dengan memelihara atau menggunakan

ID yang terus diperbaiki (up to date), maka proses belajar mengajar

akan menjadi lebih baik

B. Kerangka Berfikir

Kepala sekolah dalam hal ini sebagai pemimpin di lingkugan sekolah

harus dapat memberikan contoh, penjelasan, serta pelaksanaan kewajiban kepada

guru, agar tercipta adanya keprofesioala guru menunaikan tugasnya senagai

pendidik yang bermoral, yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta

mampu menjalankan fungsinya dengan baik

Guru yang professional tidak pernah lepas dari tugasnya mendidik peserta

didiknya untuk itu seorang guru harus mematuhi perintah dari kepala sekolah

30

Page 31: Proposal Kepemimpinan

yang dimana perintah dari kepala sekolah tersebut sesuai pada kaedah/aturan

sekolah

Sebagai seorang pemimpin di lingkungan sekolah seorang kepala sekolah

ditutuntut untuk memberikan yang terbaik kepada keprofesionalan guruuntuk

selalu ditingkatkan dengan berbagai cara, yang disesuiakan dengan kemampuan

dan aturan-atturan yang ada di sekolah tersebut. Sebagai contoh yang dapat

dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru adalah

dengan mengikutsertakan guru pada pelatihan-pelatihan yang dapat meningktaka

profesipnalisme guru.

Berdasarkan kajian teori diatas, dapat disusun suatu kerangka pemikiran

yang mengarah pada penemuan jawaban sementara. Adapun kerangka pemikiran

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3. Kerangka Berfikir

31

Kepemimpinan Kepala sekolah

Guru

Profesionalisme Guru

Karyawan di lingkungan

Sekolah

Page 32: Proposal Kepemimpinan

BAB III

METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan sumber diperolehnya data yang dibutuhkan

dari masalah yang sedang diteliti. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah

Atas Negeri 1 Wonosari. Alasan peneliti memilih Sekolah Menengah Atas Negeri

1 Wonosari untuk dijadikan sebagai tempat penelitian karena di sana tersedia data

mengenai gaya kepemimpinan yang dibutuhkan oleh peniliti

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dari persiapan, tahap

pelaksanaan sampai dengan tahap penyusunan laporan.

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti melakukan kagiatan seperti permohonan

pembimbing, pengajuan proposal penelitian, permohonan ijin penelitianke

Sekolah Menengah Atas negeri 1 Wonosari, Klaten dilaksanakan pada

bulan Januari sampai dengan Februari 2009

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pengambilan data. Kegiatan ini

akan dilaksankan mulai bulan April sampai bulan Mei 2009

c. Tahap Penyelesaian

32

Page 33: Proposal Kepemimpinan

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis data hasil penelitian, penulisan

laporan hasil penelitian dan konsultasi dosen pembimbing, dilaksanakan

pada bulan Juni sampai Juli 2009

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Berdsarkan pada tujuan penelitian yang ingin dicapai, penelitian ini

termasuk penelitian kualitatif, dimana penelitian ini bertujuan untuk memahami

suatu masalah. Adapun pengertian kualitatif menurut Sugiyono (2005:1) yang

mengemukakan bahwa:

“penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannnya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument kunci, tekhnik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.

2. Strategi Penelitian

Strategi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

startegi penelitian tunggal terpancang, dimana peneliti hanya mengkaji satu

masalah saja yaitu tentang bagaimana meningkatkan profesionalisme guru di

Sekolah Menengah Atas negeri 1 Wonosari yang didasarkan pada gaya

kepemimpinan kepala sekolah. Jadi strategi tunggal terpancang yang digunakan

dalam penelitian ini mengandung pengertian sebagai tunggal dalam arti hanya ada

datu ruang lingkup penelitian di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wonosari.

Sedangkan terpancang pada tujuan penelitian maksudnya yaitu, bahwa yang harus

diteliti dibatasi pada aspek-aspek yang sudah dipilih sebelum melakukan

penelitian di lapangan. Penelitian deskriptif tunggal terpancang bertujuan agar

33

Page 34: Proposal Kepemimpinan

penelitian dilakukan secara lebih mendalam sehingga hasilnya mempunyai mutu

yang tidak disangkal (Smith dalam Miles and Hubberman, 1992:2)

C. Sumber Data

Lofland dan Lofland yang dikutip Lexy J. Moleong (2003:112)

mengemukakan bahwa “sumber data utama penelitian kualitatif adalah kata-kata

dan tindakan, selebihnya seperti dokummen dan lain-lainnya.

Perlu dijelaskan bahwa peran dari sumber data sangatlah penting, karena

berkatian dengan bias atau tidaknya data penelitian diperoleh. Oleh karena itu

pada penelitian ini peneliti menggunkan data sebagai berikut:

1. Informan

Adalah orang yang dipandang mengetahui peraslahan yang akan dikaji

peneliti. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:116) “Responden atau

informan penelitian adalah orang yang dapat merespon dan memberikan

informasi tentang data penelitian”. Dalam penelitian ini yang dijadikan

informan adalah Kepala Sekolah dan guru di Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Wonosari

2. Lokasi

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian mengenai gaya

kepemimpinan ini adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wonosari

3. Arsip dan Dokumen

Merupakan sumber data dalam penelitian kualitaif, terutama apabila

sasarannya terarah pada latar belakang peristiwa masa lalu yang sekarang

sedang dipelajari. Arsip dan dokumen yang digunakan oleh peneliti yang

sesuai dengsn tema dan masalah penelitian ini berupa buku, data dari

internet dan data dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wonosari .

D. Teknik Pengumpulan Data

34

Page 35: Proposal Kepemimpinan

Sutrisno Hadi (1993:131) menyatakan bahwa baik burukny suatu hasil

research sebagian tergantung pada tekni pengumpilan datanya, akuat dan reliable

pekerjaan research menggunakan teknik-teknik, prosedur-prosedur, alat-alat, serta

kegiatan yang dependable tang dapat diandalkan”.

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitaif dan jenis sumber data yang

digunakan, maka penelitian ini teknik pengumpulan yang peneliti gunakan adalah:

1. Wawancara

Lexy J Moleong (2003 :135) menyatkan bahwa, “Wawancara Adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawanara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan”. Dengan wawancara yang mendalam diharapkan penliti

mampu memperoleh acara detail informasi-informasi dari informan

sehingga data yang diperoleh benar-benar akurat dan obyektif.

2. Observasi

Menurut Kerlinger yang dikutip dari Suharsimi Arikunto (2002: 171)

bahwa “Metode Observasi adalan suatu usaha sadar untuk mengumpulkan

data yang dilakukan secar sistematis, dengan prosedur yang terstandar”.

Observasi sebagaimana halnya dengan wawancara adalah termasuk teknik

pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kulaitatif

sebagai pelengkap dari teknik wawancara.

3. Analisis Dokumen

Teknik ini dilakukan untuk pengumpulan data yang besumber dari arsip

dan dokumen yang ada di lokasi penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto

(2002: 202), “Metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variable

yang catatan, transkrip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat dan

sebagainya

E. Teknik Sampling

Menurut Burhan Bungin (2003: 44), :Prinsip-prinsip penentuan sample

mengacu pada maslah teknis pelaksanaan dan kualitas porduk yang dihasilkan.

35

Page 36: Proposal Kepemimpinan

Berkaitan dengan masalah teknis pelaksanaan, cara-cara penentuan sample

haruslah sederhana, tidak terlalu rumit, sehingga mudah dipahami oleh khusunya

petugas lapangan dan mudah diaplikasikan”. Cara yang sederhana pada dasarnya

juga mendukung prinsip efisiensi dimana selain mudah dilaksanakan juga

berbiaya rendah.

Dalam penelitian ini penentuan dampel dilakukan dengan cara purposive

Sampling yaitu teknik penentuan sample untuk tujuan tertentu saja (Budiono,

1998: 56). Peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu dan dapat

dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya

secara mendalam

Peneliti juga dapat menggunakan tekni Snowball Sampling yaitu peneliti

pertama-tama datang pada seseoang yang menurut pengetahuannya dapat dipakai

sebagai key informan, tetapi setelah berbicara cukup, informan tersebut

menunjukkan informasi lain yang dipandang mengetahui lebih banyak

masalahnya sehingga peneliti menunjuknya sebagai informan baru dan demikian

seterusnya sampai data dirasa cukup.

F. Validitas Data

Suharsimi Arikunto (2002: 136) menyatakan bahwa “Validitas adalah

suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keabsahan ssuatu

instrument”. Sehingga dikatakan pula “Sebuah instrument dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa uang diinginkan. Sebuah instrument dikatakan valid

apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi

rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul

tidak menyimpang dari gambaran tentsng variabel yang dimaksud”.

Dalam penelitian ini pemeriksaan data yang digunakan adalah triangulasi.

“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang diluar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding

terhadap data itu”. (Lexy J. Moleong, 2003: 78).

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Sugiyono

(2005: 125) terdapat triangulasi sumber, triangulasi tekhnik, triangulasi waktu

36

Page 37: Proposal Kepemimpinan

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi Sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber

Gambar 4. Triangulasi Sumber

(Sumber Sugiyono, 2005: 125)

2. Triangulasi Tekhnik

Triangulasi tekhnik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan tekhnik yang berbeda

Gambar 5. Triangulasi Tekhnik

(Sumber Sugiyono, 2005: 126)

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan tekhnik wawancara di pagi hari pada saat sumber

masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan daya yang lebih

valid sehingga lebih kredibel.

37

Atasan

Bawahan

Teman

Wawancara Observasi

Kuisioner/ Dokumen

Siang Sore

Page 38: Proposal Kepemimpinan

Gambar 6. Triangulasi Waktu

(Sumber Sugiyono, 2005: 126)

Dalam penelitian ini jenis triangulasi yang dilakukan dengan cara

triangulasi tekhnik, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dengan cara

menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan

wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber, dilakukan dengan

cara menanyakan hal yang sama melalui sumber data yang berbeda, dalam hal ini

sumber datanya adalah Kepala Sekolah. Triangulasi waktu artinya pengumpulan

data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang dan sore hari

G. Analisis Data

Menurut Miles & Huberman (1992: 16), “Dalam proses analisis terdapat

tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami oleh setiap peneliti

kualitatif yaitu, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi”. Ketiga komponen tersebut terlibat dalam proses analisis dan saling

berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis. Pada penelitian ini digunakan

ketiga komponen tersebut., yaitu :

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas,

memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting

dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan peneliti dapat

dilakukan

2. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam

bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan.

Penyajian data ini mengacu pada perumusan masalah narasi yang tersaji

merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan

menjawab permasalahan yang ada.

38

Pagi

Page 39: Proposal Kepemimpinan

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah dimana peneliti menafsirkan kategori-

kategori sehingga menjadi kesimpulan yang bermakna. Penafsiran

terhadap data dilakukan berdasarkan kategorisasi-kategorisasi ataupun

gabungannya sesuai dengan kelompok permasalaha yang akan dicari

jawabannya

Berikut keterangan gambar mengenai ketiga hal diatas

gambar 7. Analisis data

(Sumber Mathew B. Miles & A. Michael Huberman, 1992: 18)

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan sekumpulan langkah-langkah secara urut

dari awaal hingga akhir yang digunakan dalan penelitian. Adapun kegiatan

penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahap sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dilaksanakan dimulai dari pembuatan rancangan

penelitian, memilih lokasi, dan megurus perijinan

39

Penyajian dataPengumpulan

data

Penarikan kesimpulan

Reduksi data

Page 40: Proposal Kepemimpinan

2. Tahap Pengumpulan Data

Tahap ini meliputi berbagai aktivitas yang ada di lapangan untuk

mengumpulkan data yang relevan dengan tujuan penelitian.

3. Tahap Analisis Data

Untuk analisis data awal dilakukan sejak pengumpulan data di lapangan,

sedanga analisis data akhir dilakukan setelah penggalian data dianggap

cukup mendukung maksud dan tujuan penelitian. Dengan demikian

diharapkan data yang dihasilkan benar-benar valid.

4. Tahap Penarikan Kesimpulan

Setelah diadakan analisis data yang diperoleh selanjutnya diadakan

penarikan kesimpulan yang harus didasarkan pada tujuan penelitian

dengan didukung data yang valid, sehingga akan diperoleh hasil penelitian

yang dapat dipertanggungjawabkan

5. Tahap penulisan dan Penggandaan Laporan

Pada tahap ini, semua data yang telah diolah dan analisis disusun dan

ditulis dalam bentuk laporan hasil penelitian. Dari hasil penelitian

diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

40

Page 41: Proposal Kepemimpinan

DAFTAR PUSTAKA

Anomius. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: Fakultas Kegururan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

A. Samana. 1994. Profesionalisme Kuguruan. Yogyakarta: Kanisius

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis

ke Arah Perkembangan Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Pratama

Cece Rahmat& Dedi Suherdi.. 2001. Evaluasi Pengajaran. Bandung: Maulana

E. Mulyasa. 2006 Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

. . 2007. standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Hamalik, Oemar. 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

. 2003 Perancanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara

H. Sulistriyo, Ign.Wagimin& Hery Sawiji. 2003. Pengantar. Manajemen.

Universitas Sebelas Maret.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda

Pedoman Penulisan Skripsi. 2007. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret.

Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

.3002. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Adi Cita

Karya Nusa

Rivai, Vethzal. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Edisi Kedua.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sahertian, Piet A. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Aksara

Siagian, Sondang, 1979. Sistem Informasi Untuk Pengambilan Keputusan.

Jakarta: Jaya Agung.

41