BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga dapat memengaruhi system keluarga tersebut dan memengaruhi komunitas setempat, bahkan komunitas global. Membangun Indonesia sehat sehat seharusnya dimulai dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga (Sudiharto, 2012). Peran perawat keluarga sangat di butuhkan oleh keluarga untuk membangun keluarga sehat sesuai dengan budayanya. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan, konselor pendidik atau peneliti agar keluarga dapat mengenal tanda bahaya dini gangguan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat, akan
tercipta komunitas yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu
anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang dialami oleh sebuah keluarga
dapat memengaruhi system keluarga tersebut dan memengaruhi komunitas
setempat, bahkan komunitas global. Membangun Indonesia sehat sehat
seharusnya dimulai dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya
keluarga (Sudiharto, 2012).
Peran perawat keluarga sangat di butuhkan oleh keluarga untuk
membangun keluarga sehat sesuai dengan budayanya. Perawat berperan sebagai
pemberi asuhan keperawatan, konselor pendidik atau peneliti agar keluarga dapat
mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya.
Perawat keluarga memiliki peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan
kesehatan keluarga sehingga tercapai Indonesia sehat 2010. Program
pemerintahan dalam pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan belum mengikut
sertakan perawat keluarga secara optimal (Sudiharto, 2012).
Keluarga memiliki tahap perkembangan, Tahap perkembangan keluarga
adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi perubahan
pola interaksi dan hubungan antara anggotanya sepanjang waktu. Menggambarkan
siklus perkembangan keluarga merupakan komponen kunci dalam setiap kerangka
1
2
kerja yang memandang keluarga sebagai suatu sistem. Perkembangan ini terbagi
menjadi beberapa tahap atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapnya keluarga
memiliki tugas perkembangan yang harus di penuhi agar tahapan itu dapat dilalui
dengan sukses. Kerangka perkembangan keluarga memberikan pedoman untuk
memeriksa dan menganalisa perubahan dan perkembangan tugas-tugas dasar yang
ada dalam keluarga selama siklus kehidupan mereka. Tingkat perkembangan
keluarga di tandai oleh umur anak tertua (Wahit Iqbal, 2012).
Tahap perkembangan yang dilalui oleh suatu keluarga di antaranya tahap
perkembangan keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool). Tahap
perkembangan ini dimulai pada anak berusia 2,5 tahun dan berakhir pada 5 tahun.
Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat
dari anak prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga
pada tahap ini sangat sibuk dan sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang
tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami
istri, dan pekerjaan (purna waktu / paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua
menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan
keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara
menguatkan kerja antara suami dan istri. Orang tua mempunyai peran untuk
menstimulasi perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar
tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Pada tahap perkembangan pra sekolah ini banyak dilema yang dihadapi
oleh keluarga dalam mempertahankan kesehatan anggota keluarganya,
kuranganya pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yang
3
dialami oleh anggota keluarga, sulitnya keluarga mengambil keputusan tindakan
yang tepat, tidak mampunya keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
sulitnya mempertahankan lingkungan yang sehat, dan tidak menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada, sehingga mempengaruhi kesehatan anggota keluarga
khususnya pada tahap pra sekolah. Masa pra sekolah ini anak mengalami
lompatan kemajuan yang menakjubkan. Tidak hanya kemajuan fisik tetapi juga
secara sosial dan emosional. Pada masa ini anak pra sekolah banyak melakukan
aktivitas di luar rumah seperti mandi hujan – hujanan, bermain kotor – kotoran,
makanan yang tidak sehat. Sehingga masa pra sekolah rentan dengan berbagai
masalah kesehatan, masalah kesehatan yang sering dialami oleh anak adalah
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) (Soetjiningsih, 2004).
ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh balita, baik di
negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia (Rasmaliah,
2004). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Indonesia merupakan penyakit
yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di
Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali per tahun (Yamin dkk, 2007).
Tingginya angka kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang
dialami oleh anak-anak tersebut disebabkan oleh pola makan yang tidak tepat,
makanan yang tidak sehat, lingkungan yang tidak sehat.
Dalam hal ini di perlukan tugas keluarga dan perawat untuk meningkatkan
kesehatan terutama dengan masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada
pra sekolah. Tugas perawat diantaranya membantu keluarga mengenal masalah
kesehatan anggota keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),
4
membantu keluarga mengambil keputusan yang tepat dengan masalah Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA), mengajarkan keluarga cara merawat anggota
keluarga dengan masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), menyarankan
memodifikasikan lingkungan terhadap keluarga Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA), dan memberikan dorongan kepada keluarga untuk menggunakan fasilitas
kesehatan.
World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian
balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada
golongan usia balita. Menurut WHO 13 juta anak balita di dunia meninggal
setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di Negara berkembang,
dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan
membunuh 4 juta anak balita setiap tahun (Depkes, 2000 dalam Asrun, 2006).
Di Indonesia, ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama terutama balita (1-4 tahun). Diperkirakan kejadian ISPA
pada balita di Indonesia yaitu sebesar 10-20%. Hasil SKRT pada tahun 2001
menunjukkan bahwa prevalensi tinggi ISPA yaitu sebesar 42% pada balita
(Depkes RI, 2001).
Puskesmas Anak Air Padang merupakan suatu pelayanan kesehatan
masyarakat Kota Padang. Pada tahun 2013 dari jumlah kunjungan penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menempati urutan ke-1 penyakit
terbanyak. Berdasarkan data jumlah kunjungan pada bulan Desember 2012-
Desember 2013 dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) berjumlah 930
5
kasus dan 754 kasus diantaranya dialami oleh usia pra sekolah (Profil Pukesmas
Anak Air, 2013).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus
“Asuhan Keperawatan Keluarga pada tahap pra sekolah dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan
gambaran tentang asuhan keperawata keluarga pada anak dengan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) Pada anak Usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada anak usia 1-5 Tahun di
Kelurahan
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu malakukan pengkajian pada keluarga pada tahap
perkembangan balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada keluarga pada tahap
perkembangan balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air.
6
c. Mahasiswa mampu malakukan intervensi pada keluarga pada tahap
perkembangan balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air.
d. Mahasiswa mampu malakukan implementasi pada keluarga pada tahap
perkembangan balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air.
e. Mahasiswa mampu malakukan evaluasi pada keluarga pada tahap
perkembangan balita dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Pada anak usia 1-5 Tahun di Kelurahan Anak Air.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan tentang kejadian infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) dan menerapkan mata kuliah metodeologi penelitian
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan bahan bacaan untuk
manambah pengetahuan mahasiswa dan akademik yang berkaitan dengan
hubungan kejadian infeksi saluran pernapan akut (ISPA)
3. Bagi Puskesmas
Untuk menambah informasi kepada tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan dan penyuluhan tentang kejadian Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) khususnya di Ruangan KIA.
7
E. Ruang Lingkup Penelitian
Studi kasus ini hanya membahas kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) pada anak usia 1-5 Tahun bulan di Kelurahan. Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) sebagai variabel dependen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Desember 2013 sampai Januari Tahun 2014.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
1. Definisi
Adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Nasrul Effendi,
1998).
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Nurul Chayatin, 2009).
2. Struktur Keluarga
Macam – macam struktur keluarga
a) Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ayah.
b) Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
8
9
c) Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d) Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e) Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi Pembinaan keluarga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri.
Ciri-ciri struktur keluarga
1) Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
2) Ada keterbatasan
Dimana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
masing-masing.
3) Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-
masing.
3. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari
berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan social,
10
maka tipe keluarga berkembang mengikuti. Agar dapat mengupayakan
peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat
perlu memahami dan mengetahui berbagai tipe keluarga.
1. Tradisional Nuclear
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam
satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2. Extended Family
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan
anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
dari perkawinan baru. Satu atau keduanya bekerja di luar rumah.
4. Middle Age /Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah /kedua-duanya bekerja
dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah /
perkawinan /meniti karier.
5. Dyanic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,
keduanya /salah satu bekerja diluar rumah.
11
6. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian /kematian pasangannya dan
anak-anak dapat tinggal dirumah /diluar rumah.
7. Dual Carrier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8. Commuter Married
Suami istri /keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
10. Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11. Institusional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
12. Communalu
Satu rumah terdiri atas dua /lebih pasangan yang monogami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13. Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah manikah dengan yang lain
dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
12
14. Ummaried Parent and Child
Ibu dan anak dimna perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi
15. Cohibing Couple
Dua orang /satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.
Di Indonesia undang – undang No.10 Tahun 1992 disebutkan bahwa
keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri atas suami
istri dan anak atau ayah /ibu dan anak. Dalam konteks pembangunan,di
Indonesia bertujuan menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Keluarga sejahtera dalam Undang-Undang No. 10 disebut sebagai
keluarga yang di bentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, dan
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras,
seimbang antar anggota dan dalam masyarakat.
4. Peran Keluarga Dan Peran Perawat Keluarga
a) Teori dan Defenisi Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Ada
dua perspektif dasar menyangkut peran orientasi structuralis yang
menekankan pengaruh normative (cultural), yaitu pengaruh yang
berkaitan dengan status-status tertentu dan peran-peran terkaitnya.
Orientasi interaksi dan turner, yang menekankan timbulnya kualitas
peran yang lahir dari interkasi sosial. Dalam teks ini peran
didefenisikan dalam pemahaman yang lebih struktural, karena
13
preskripsi-preskripsi normative dalam keluarga, meskipun berbeda –
beda, secara relative masih didefenisikan lebih baik.
b) Peran perawat keluarga
Perawat keluarga memilki peran untuk memandirikan keluarga
dalam merawat anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu
melakukan fungsi dan tugas kesehatan, Fridman menyatakan bahwa
keluarga mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, di antara nya:
fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan
keluarga. Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan
yang ditunjukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk
mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawtan membantu
keluarga untuk menyelesaikan kesehatan dengan cara menigkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga. Peran perawat dalam melakukan perawatn
kesehatan keluarga antara lain:
1) Pendidik ( educator )
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga agar keluarga dapat melakukan program
asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab
terhadap masalah kesehatan keluarganya. Kemampuan pendidik
perlu didukung oleh kemampuan memahami bagaimana keluarga
dapat melakukan proses belajar mengajar.
14
2) Koordinator ( coordinator )
Menurut ANA, praktik keperawatan komunitas merupakan praktik
keperawatn yang umum, menyeluruh dan berlanjut. Keperawatan
berkelanjut dapat dilaksanakan jika direncanakan dan
dikoordinasikan dengan baik. Koordinasi merupakan salah satu
peran utama perawat yang bekerja dengan keluarga. Klien yang
pulang dari rumah sakit memerlukan perawatan lanjutan dirumah,
maka kita diperlukan koordinasi lanjutan asuhan keperawatan di
rumah. Program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin pada
keluarga perlu pula dikoordinasikan agar tidak terjadi tumpang
tindih dalam pelaksanaannya. Koordinasi diperlukan pada
perawatan berkelanjutan agar tercapai pelayanan komprehensif.
3) Pelaksana perawat dan pengawas perawatan langsung
Kontak pertama perawat kepada keluarga dapat melalui anggota
keluarganya yang sakit. Perawat yang bekerja dengan klien dan
keluarga, baik dirumah, klinik, maupun di rumah sakit, perawat
melakukan perawatan langsung atau demonstrasi asuhan yang
disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga mampu
melakukannya dirumah, perawat dapat mendemostrasikan dan
mengawasi keluarga untuk melakukan peran langsung selama di
rumah sakit atau di rumah oleh perawat kesahatan masyarakat.
4) Pengawas kesehatan
Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur
untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang
kesehatan keluarga.
15
5) Konsultan atau penasihat
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan. Hubungan perawta keluarga harus dibina
dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
Dengan demikian, keluarga mau meminta nasihat kepada perawat
tentang maslah yang bersifat pribadi. Pada situasi ini perawat sanga
dipercaya sebagai narasumber untuk mengatasi masalah kesehatan
keluarga.
6) Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan
rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai
tahap kesehatan keluarga yang optimal.
7) Advokasi
Keluarga sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di
masyarakat, kadang kala keluarga tidak menyadari mereka telah
dirugikan.Sebagai advokat klien, perawat berkewajiban untuk
melindungi hak keluarga. Misalnya keluarga dengan social
ekonomi lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka
perawat dapat membantu keluarga mencari bantuan.
8) Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga
meningkatkan derajat kesehatannya. Keluarga sering tidak dapat
menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai kendala yang
16
ada. Kendala yang sering dialamai keluarga adalah keraguan dalam
menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan
masalah sosial budaya. Agar dapat melaksanakan pern fasilitator
denga baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem
pelayanan kesehatan, misalnya system rujukan dan dana sehat.
9) Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah
mengidentifikasi maslah kesehatan secara dini, sehingga tidak
terjadi ledakan penyakit atau wabah.
10) Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, sehingga
tercipta lingkungan sehat.
5. Tahap perkembanga keluarga
Perkembanga keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada
system keluarga. Perkembangan keluarga meliputi perubahan pola
interaksi dan hubungan antara anggotanya di sepanjang waktu. Siklus
perkembangan keluarga merupakan komponen kunci dalam setiap
kerangka kerja yang memandang keluarga sebagai suatu system.
Perkembangan ini terbagi menjadi beberapa tahap atau kurun waktu
tertentu. Pada setiap tahapnya keluarga memiliki tugas perkembanga yang
harus di penuhi agar tahapan tersebut dapat dulalui dengan sukses.
17
Kerangka perkembangan keluarga menurut Evelyn Duvall
memberikan pedoman untuk memeriksa serta menganalisis perubahan dan
perkembangan tugas-tugas dasar yang ada dalam keluarga selam siklus
kehidupan mereka. Tingkat perkembangan keluarga ditandai oleh usia
anak yang tertua. Keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga
dengan remaja. Meskipun setiap keluarga melalui tahapan
perkembangannya secara unik, namun secara umum seluruh keluarga
mengikuti pola yang sama. Berikut tahap-tahap perkembangan di sertai
dengan fungsi atau tugas perawat pada setiap tahap perkembangan.
a) Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga
tersebut sudah memiliki keluarga baru. Suami dan istri yang
membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan
yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan
fungsi sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan
dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru
dengan keluarga dan kelompok social pasangan masing-masing.
Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur,
bangun pagi, bekerja, dan sebagainya. Hal yang lain perlu diputuskan
adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa
jumlah anak yang diharapkan.
18
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:
1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok
social
4) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi oarng tua
Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik, 1998, Duval dan
Miller, 1985 tugas perkembangan keluarga meliputi:
(a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan
(b) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
(c) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang
tua).
Fungsi perawat pada tahap ini adalah selain melakukan kegiatan
asuahan keperawatan, perawat juga melakukan konsultasi. Misalnya
konsultasi tentang KB,perawatan prenatal, dan komunikasi. Kurangnya
informasi tentang berbagai hal tersebut dapat menimbulkan masalah
seksual, emosional, rasa takut, atau cemas, rasa bersalah, dan
kehamilan yang tidak direncanakan.
b) Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family)
Keluarga yang menantikan dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertamadan berlanjut sampai anak pertama berusia 30
19
bulan (2,5 tahun ). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan
oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang
penting.
Kelahiran bayi pertama member perubahan yang besar dalam
keluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk
memenuhi kebutuhan bayi. Masalahnya yang sering terjadi dengan
kelahiran bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena focus
perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap
menjadi ayah atau sebaliknya istri belum siap menjadi ibu.
Tugas perkembangan pada masa ini antara lain:
1) Persiapan menjadi oarng tua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan
4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
5) Memfasilitasi role lerning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7) Mengadakan keagamaan secara rutin
Sedangkan menurut Carter dan MC.Goldrik, 1998, Duval dan
Miller, 1985 tugas perkembangan keluarga meliputi:
(a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang menetap
(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga)
(b) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga
20
(c) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
(d) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambah peran-peran orang tua, kakek, dan nenek.
Fungsi perawat dalam tahap ini adalah melakukan perawatan dan
konsultasi terutama bagaimana merawat bayi, mengenali gangguan
kesehatan bayi secara dini dan cara mengatasinya, imunisasi, tumbuh
kembang anak, interaksi keluarga, keluarga berencana, serta
pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu yang bekerja.
c) Tahap III keluarga dengan anak prasekolah ( families with preschool )
Keluarga ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat kelahiran anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua
beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak
prasekolah dalam meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga
pada tahap ini sangat sibuk dan sangat bergantung pada orang tua.
Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga
kebutuhan ank, suami istri, dan pekerjaan (purna waktu / paruh waktu)
dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang
dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan
tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja antara suami
dan istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi
perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar
tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
21
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (tahap
paling repot).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik,(1988) serta duval
dan miller,(1985) tugas perkembangan keluarga meliputi hal-hal
berikut:
(a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang
bermain, privasi, dan keamanan.
(b) Mensosialisasikan anak
(c) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.
(d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) serta diluar
keluarga (keluarga besar dan komunitas),
22
Fungsi perawat tahap ini adalah melakukan perawatan dan
penyuluhan kepada orang tua tentang penyakit serta kecelakaan yang
biasanya terjadi pada anak-anak. Sibling rivaly tumbuh kembang anak,
keluarga berencana, peningkatan kesehatan, dan mensosialisasikan
anak.
d) Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with school
children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah
pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini
umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,
sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-
masing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula
orang tua yang mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak. Untuk
itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan.
Pada tahap ini keluarga perlu belajar berpisah dengan anak, memberi
kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik, aktivitas di sekolah
maupun diluar sekolah. Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah
sebagai berikut:
1) Memberi perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan, dan
semangat belajar.
2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dan perkawinan.
3) Mendorong anak untuk mencapai perkembangan daya intelektual.
4) Menyediakan aktivitas untuk anak.
23
5) Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan mengikutsertakan
anak.
Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik ( 1988 ) serta Duval
dan Miller ( 1985 ) tugas perkembangan keluarga meliputi:
(a) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang
sehat
(b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
(c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan dan
konsultasi, baik dalam keluarga maupun di sekolah. Misalnya pada
anak yang mengalami gangguan kesehata.perawat bekerja sama
dengan guru sekolah dan orang tua anak.
e) Tahap V keluarga dengan anak remaja ( families with teenagers )
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas
anak remaja memberi tangging jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit, karena orang tua
melepas otoritas dan membimbing anak untuk bertanggung jawab.
Anak harus mempunyai otoritas sendiri yang berkaitan dengan peran
dan fungsinya. Sering kali muncul konflik antara orang tua dan remaja
24
karena anka mengingikan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya,
sementara orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka,
menghindarai kecurigaan, dan permusuhan sehingga hubungan orang
tua dan remaja tetap harmonis. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antara lain sebagai berikut.
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuahan.
4) Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik (1988) serta Duval
dan Miller (1985), tugas perkembangan keluarga tahap ini meliputi:
(a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri.
(b) Menfokuskan kembali hubungan perkawinan
(c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada
peningkatan dan pencegahan penyakit. Penyuluhan tentang
penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut, penyuluhan obat-obatan
terlarang, minuman keras, seks, pencegahan kecelakaan pada
25
remaja, serta membantu terciptanya komunikasi yang lebih efektif
antara orang tua dengan anak remajanya.
f) Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching
center families )
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga dalam
keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah
mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas
anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga mempersiapkan anaknya yang
tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak
terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak meningagalkan rumah,
pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri
seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam
merawat anak dan merada kosong karena anak-anaknya sudah tidak
tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua
melakukan aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan
tetap memelihara hubungan dengan anak. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua.
26
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan suami istri, kakek, dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.
Sedangkan menurut carter dan Mc.Goldrik (1988) serta Duval
dan Miller (1985) tugas perkembangan keluarga tahap ini meliputi hal-
hal berikut:
(a) Memperluas siklus keluarga dangan memasukkan anggota keluarga
baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
(b) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan.
(c) Membantu orang tua usia lanjut dan sakit-sakitan dari pihak suami
maupun istri.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah sebagai pemberi konsultasi
penyakit-penyakit yang juga dapat timbul. Misalnya penyakit kronis
atau faktor-faktor predisposisi seperti kolestrol tinggi, obesitas,
hipertensi, menopause, serta peningkatan kesehatan dan pola hidup
sehat yang juga perlu diperhatikan.
g) Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.
27
Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah
usia lanjut, perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang
tua.
Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan
berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas.
Pola hidup sehat, diet seimbang olahraga rutin, menikmati hidup, dan
mengisi waktu dengan pekerjaan. Pasangan juga mempertahakan
hubungan dengan teman sebaya dan keluarga anaknya dengan cara
mengadakan pertemuan keluarga antar generasi atau anak cucu,
sehingga pasangan dapat merasakan kebahagiaan sebagai kakek nenek.
Hubungan antar pasangan perlu semakin dieratkan dengan
memperhatikan ketergantungan dan kemandirian masing-masing
pasangan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat social dan waktu santai.
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua.
4) Keakraban dengan pasangan.
5) Memelihara hubungan /kontak dengan anak dan keluarga.
6) Persiapan masa tua atau pensiun dan meningkatkan keakraban
pasangan.
28
Sedangkan menurut Carter dan Mc.Goldrik (1988) serta Duval
dan Miller (1985) tugas perkembangan keluaraga meliputi:
(a) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
(b) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan
penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak.
(c) Memperkokoh hubungan perkawianan.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melaksanakan perawatan
dan konsultasi yang terkait dengan upaya menigkatan kesehatan,
sepetri: kebutuhan istirahat yang cukup, aktivitas yang ringan sesuai
dengan kemampuan, nutrusi yang baik, berat badan yang sesuai, dan
sebagainya.
h) Tahap VIII keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembanga keluarga dimulai pada saat salah
satu pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal,
sampai keduanya meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun
merupakan realitas yang tidak dapat dihindari kerena berbagai proses
stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stresor tersebut
adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan
social, kehilangan pekerjaan, serta perasaan menurunnya produktivitas
dan fungsi kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan yang
memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia
lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal dirumah sendiri dari
pada tinggal bersama anaknya.
29
Hasil riset day (1993), wanita yang tinggal dengan pasangan-
pasangannya memperlihatkan adaptasi yang lebih positif dalam
memasuki masa tuanya dibandingkan wanita yang tinggal dengan
teman-teman sebayanya. Orang tua juga perlu melakukan file review
dengan mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan di masa lalu
agar orang tua merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan berarti.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan,teman,kekuatan
fisik, dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5) Melakukan file review.
6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan
kematian.
Sedangkan menurut Carter dan MC.Goldrik ( 1988 ) serta Duval
dan Miller ( 1985 ) tugas perkembangan keluarga meliputi:
(a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
(b) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
(c) Mempertahankan hubungan perkawinan.
(d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
(e) Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi.
30
(f) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelahan dan
integrasi hidup).
Fungsi perawat pada fase ini adalah melakukan parawatan pada orang
tua, terutama terhadap penyakit-penyakit kronis dari fase akut sampai
akut-penanggulangan-dan-pengobatan-ispa-balita.html) : diakses pada
tanggal 14-02-2012
44
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. Pengkajian
I. Data Umum
1. Nama KK :
2. Alamat :
3. Pekerjaan :
4. Pendidikan :
5. Komposisi keluarga :
No
Nama
Hub
L/P
Usia
Pddk
Imunisasi KetBC
GDPT
Polio
HEPATITIS
CAMPAK
6. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/ tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan tipe/bentuk keluarga tersebut.
7. Suku Bangsa
Mengkaji asal suku tersebut serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa yang terkait dengan kesehatan. Kalau ada perbedaan dalam
keluarga bagaimana keluarga beradaptasi terhadap perberbedaan
45
tersebut, apakah berhasil atau tidak dan kesulitan-kesulitan yang masih
di rasakan sampai saat ini sehubungan dengan proses adaptasi tersebut.
8. Agama
Mengkaji agama yang di anut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan. Apakah berasal dari agama dan
kepercayaan yang sama, kalau tidak bagaimana proses adaptasi
dilakukan dan bagaimana hasilnya.
9. Status Social Ekonomi
Status social ekonomi keluarga di tentukan oleh pendapatan baik oleh
kepala keluarga maupun oleh anggota keluarga yang lain. Selain itu
status social ekonomi keluarga di tentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang
dimiliki oleh keluarga.
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu bersama-
sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan
menonton TV dan mendengarkan musik atau radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.Seberapa sering rekreasi dilakukan dan apa kegiatan
yang dilakukan baik oleh keluarga secara keseluruhan maupun seluruh
anggota keluarganya. Eksplorasi perasaan keluarga setelah bereaksi,
apakah keluarga puas/ tidak. Rekreasi dibutuhkan untuk memperkokoh
dan mempertahankan ikatan keluarga, memperbaiki perasaan masing-
46
masing anggota keluarga, curah pendapat sharing, menurunkan
ketegangan dan untuk bersenang-senang.
II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga di tentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembanga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
tercapai.
3. Riwayat Keluarga Inti
Menjelaskan mengenai riwayat pada keluarga inti, yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi),
sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan serta pengalaman –
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
III. Pengkajian Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah di identifikasikan dengan luasrumha, tipe rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan
perabot rumah tangga, jenis septitenk dengan sumber air minum yang
digunakan serta denah rumah. Apakah rumah dan lingkuangan sekitar
telah memenuhi syarat lingkungan sehat, tingkat keamanan dalam
47
penggunaan fasilitas yang ada dirumah, apakah privasi masing –
masing anggota tentang keadaan rumah puas/ tidak, memadai / tidak.
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat
yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan
penduduk setempat, budaya yang mempengaruhi kesehatan.
3. Mobilitas Geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat. Tinggal di daerah sekarang sudah berapa lama dan
apakah sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan setempat.
4. Perkumpulan Keluarga dari Interaksi dengan Masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga.
5. Sistem Pendukung keluarga
Yang termasuk sistem pendukung adalah jumlah anggota keluarga
yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik, psikologis, atau
dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan
masyarakat setempat.
IV. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga
48
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk mengibah perilaku
3. Struktur Peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal
4. Nilai atau Norma Keluarga
Menjelaskan mengenai nilai norma yang di anut keluarga, yang
berhubungan dengan kesehatan
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Mengkaji gambaran dari anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki keluarga, dukunga keluarga terhadap anggota keluarga
lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai.
2. Fungsi Sosialisasi
Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma atau budaya dan perilaku.
VI. Stres dan Koping Keluarga
1. Stessor Jangkan Pendek
Yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih kurang 6 bulan dan jangka panjang yaitu dengan
memerlukan penyelesaian dari 6 bulan
2. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi atau Stresor
49
Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stresor
3. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
4. Stategi Adaptasi Difungsional
Dijelaskan mengenai adaptasi difungsional yang digunakan keluarga
bila menghadapi permasalahan
VII.Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.metode yang
digunakan pada pemeriksaan, tidak berbeda dengan di klinik.
VIII. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian,perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.
B. Perumusan Diagnosa Keperawatan ( Mubarak, 2010)
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis, mengenai individu,
keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data
dan analisis cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan
dimana perawat bertanggungjawab melaksanakannya.
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap
adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga,
struktur keluarga, fungsi - fungsi keluarga dan koping kelaurga, baik bersifat
50
aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan
tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan
keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga. Diagnosis
keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada
pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan yang dikenal dengan (PES)
meliputi :
a) Problem atau masalah (P)
Adalah suatu penyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yang dialami oleh keluarga atau anggota (individu) keluarga.
b) Etiologi atau penyebab (E)
Adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan
mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah,
mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga,
memelihara lingkungan, dan memanfaatakan fasilitas pelayanan
kesehatan.
c) Sign atau tanda (S)
Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat
dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan
penyebab.
Tipologi dari diagnosis keperawatan :
1. Diagnosis aktual
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan dimana masalah kesehatan yang dialami oleh
51
keluarga memerlukan bantuan untuk segera di tangani dengan cepat. Pada
diagnosis keperawatan aktual, faktor yang berhubungan merupakan
etiologi, atau faktor penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan
status kesehatan. Sedangkan faktor tersebut dapat dikelompokkan kedalam
4 kategori yaitu :
a) Patofisiologi (biologi atau psikologi)
b) Tindakan yang berhubungan
c) Situasional (lingkungan, personal)
d) Maturasional
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari
diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya :
a) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan
persepsi)
b) Ketidakmauan (sikap dan motivasi)
c) Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur
atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga baik finansial,
fasilitas, sistem pendukung, lingkungan fisik dan psikologis
2. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi
tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila tidak segera
mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan.
Faktor-faktor resiko untuk diagnosis resiko dan resiko tinggi
memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien
52
atau kelompok. Faktor ini membedakan klien atau kelompok resiko tinggi
dari yang lainnya pada populasi yang sama yang mempunyai resiko.
3. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau “wellness”)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Diagnosis keperawatan sejahtera
tidak mencakup faktor-faktor yang berhubungan. Perawat dapat
memperkirakan kemampuan atau potensi keluarga dapat ditingkatkan ke
arah yang lebih baik.
Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan :
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih
dari satu. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh
bailon dan Maglaya (1978).
Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawata
a) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
b) Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan
bobot.
skoreAngka tertinggi
xbobot
c) Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan
jumlah bobot
53
NO KRITERIA SKOR BOBOT
1.
2.
3.
4.
Sifat masalah.
Skala : Aktual
Resiko
Potensial
Kemungkinan masalah dapat
diubah
Skala : Dengan mudah
Hanya sebagian
Tidak dapat
Potensi masalah untuk dicegah
Skala : Tinggi
Cukup
Rendah
Menonjolnya masalah.
Skala : Masalah berat harus
ditangani.
Masalah yang tidak perlu segera
ditangani.
Masalah tidak dirasakan
3
2
1
2
1
0
3
2
1
2
1
0
1
2
1
1
54
C. Rencana Asuhan Keperawatan keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ).
No Diagnosa keperawatan
Tujuan umum Tujuan khusus Kriteria evaluasi
Standar evaluasi Intervensi
1. Bersihan jalan nafas pada An. A keluarga Tn. B berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA )
Setelah dilakukan intervensi keperwatan selama 5 x 45 menit di harapkan keluarga mampu mengatasi masalah bersihan jalan nafas pada keluarga dengan masalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA )
Setelah dilakukan intervensi selama 1x45 menit di harapkan keluarga mampu :1. Mengenal masalah
Infeksi saluran Pernafasan Akut
1.1 menyebutkan pengertian Infeksi Saluran Pernafasamn Akut
1.2 Menyebutkan penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Respon verbal
Respon verbal
(keluarga mamapu menyebutkan pengertian ISPA dengan bahasa sendiri atau dengan bantuan minimal/laeflet )ISPA merupakan suatu keadaan peradangan atau infeksi pada salah satu alat pernafasan yang terjadi secara akut
(Keluarga mampu menyebutkan penyebab ISPA dengan bahasa sendiri atau dengan
1.1.1 Kaji pengetahuan pasien tentang pengertian ISPA
1.1.2 beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
1.1.3 diskusikan pengertian ISPA dengan keluarga
1.1.4 beri kesempatan keluarga untuk bertanya
1.1.5 jawab pertanyaan keluarga1.1.6 minta kembali keluarga
menyebutkan pengertian ISPA
1.1.7 berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga.
1.2.1 kaji pengetahuan pasien tentang pengertian penyebab ISPA
1.2.2 beri reinforcement positif
55
1.3 Menyebutkan tanda dan gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Respon verbal
bantuan minimal /leaflet )Penyebab ISPA :
1. cuaca2. daya tahan tubuh3. makanan yang
kurang sehat
(Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 tanda dan gejala ISPA dengan bahasa sendiri atau dengan bantuan leaflet )Tanda dan gejala ISPA:a. batuk
b. pilek
c. demam
atas jawaban keluarga1.2.3 diskusikan penyebab ISPA
dengan keluarga1.2.4 beri kesempatan keluarga
untuk bertanya1.2.5 jawab pertanyaan keluarga1.2.6 minta kembali keluarga
menyebutkan penyebab ISPA
1.2.7 berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga
1.3.1 kaji pengetahuan pasien tentang tanda dan gejala ISPA
1.3.2 beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
1.3.3 diskusikan tanda dan gejala ISPA dengan keluarga
1.3.4 beri kesempatan keluarga untuk bertanya
1.3.5 jawab pertanyaan keluarga1.3.6 minta kembali keluarga
menyebutkan tanda dan gejala ISPA
1.3.7 berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga.
56
1.4 Mengidentifikasi tanda dan gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada keluarga
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x 45 m3nit diharapkan keluarga mampu:2. mengambil
keputusan yang tepat untuk merawat anggota keluarga dengan masalah Infeksi Saluran pernafasan Akut.2.1 menyebutkan
akibat lanjut Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Respon verbal
Respon verbal
keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala ISPA yang dialami keluarga
(keluarga mampu menyebutkan akibat lanjut ISPA dengan bahasa sendiri atau dengan bantuan leaflet)Akibat lanjut ISPA:
a. pneumonia
1.4.1 Tanyakan pada keluarga tanda dan gejala ISPA yang dialami anggota keluarga.
1.4.2 berikan reinforcement positif atas identifikasi yang diberikan keluarga.
2.1.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang akibat lanjut ISPA
2.1.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
2.1.3 Diskusikan akibat lanjut ISPA dengan keluarga
2.1.4 beri kesempatan keluarga untuk bertanya
2.1.5 jawab pertanyaan keluarga2.1.6 minta kembali keluarga
menyebutkan akibat lanjut ISPA
2.1.7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga
57
2.2 memutuskan merawat anggota keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2X 45menit diharapkan keluarga mampu :3. Merawat anggota
keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
3.1 menyebutkan cara perawatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Afektif
Respon verbal
Keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah ISPA.
(Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara perawatan ISPA dengan bahasa sendiri atau dengan bantuan leaflet)Cara perawatan ISPA:
2.2.1 Beri kesempatan keluarga untuk mengambil keputusan
2.2.2 Bimbing keluarga untuk mengambil keputusan
2.2.3 Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga
3.1.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan ISPA
3.1.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarg
3.1.3 Diskusikan cara perawatan ISPA dengan keluarga
3.1.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
3.1.5 Jawab pertanyaan keluarga3.1.6 Minta kembali keluarga
menyebutkan cara perawtan ISPA
3.1.7 berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga
58
3.2 menyebutkan diit bagi penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
3.3 menyebutkan keuntungan obat tradisional
Respon verbal
Responverbal
3.2.1 Kaji pengetahuan pasien tentang penanganan ISPA
3.2.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
3.2.3 Diskusikan penanganan ISPA dengan keluarga
3.2.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
3.2.5 Jawab pertanyaan keluarga3.2.6 Minta kembali keluarga
menyebutkan penanganan pada ISPA.
3.2.7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga
3.3.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang keuntungan obat tradisional .
3.3.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
3.3.3 Diskusikan keuntungan obat tradisional dengan keluarga
3.3.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
3.3.5 Jawab pertanyaan keluarga3.3.6 Minta kembali keluarga
menyebutkan keuntungan
59
3.4 menyebutkan obat tradisional untuk Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Psikomootor
obat tradisional3.3.7 Berikan reinforcement
positif atas keberhasilam keluarga
3.4.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang obat tradisional pada ISPA
3.4.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
3.4.3 Diskusikan obat tradisional ISPA dengan keluarga
3.4.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
3.4.5 Jawab pertanyaan keluarga3.4.6 Minta kembali keluarga
menyebutkan obat tradisional bagi penderita ISPA
3.4.7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga
60
3.5 membuat obat tradisional bagi penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Psikomotor 3.5.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang cara membuat obat tradisional bagi penderita ISPA
3.5.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
3.5.3 Diskusikan cara membuat obat tradisional bagi penderita ISPA dengan keluarga .
3.5.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
3.5.5 Jawab pertanyaan keluarga3.5.6 Minta kembali keluarga
menyebutkan cara membuat obat ISPA
3.5.7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga
61
Setelah di lakukan intervensi keperawtan selama 1 X 45 menit diharapkan keluarga mampu :4. Memodifikasi
lingkungan bagi pendertia Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Psikomotor4.1.1 Kaji pengetahuan pasien
tentang cara memodifikasi lingkungan pada penderita ISPA
4.1.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
4.1.3 Diskusikan cara memodifikasi lingkungan bagi ISPA dengan keluarga
4.1.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
4.1.5 Jawab pertanyaan keluarga4.1.6 Minta kembali keluarga
menyebutkan cara memodifikasi lingkungan pada penderita ISPA
4.1.7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga
62
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x45 menit keluarga mampu :5. memanfaatkan
pelayanan kesehatan
5.1 menyebutkan manfaat pelayanan kesehatan
Afektif
Respon verbal
5.1.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan.
5.1.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
5.1.3 Diskusikan manfaat pelayanan kesehatan dengan keluarga
5.1.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
5.1.5 Jawab pertanyaan keluarga5.1.6 Minta kembali keluarga
menyebutkan manfaat pelayanan kesehatan.
5.1.7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga
63
5.2 menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat di gunakan dan waktu kunjungan
5.3 memberi dukungan pada keluarga untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan
Respon verbal
Respon verbal
5.1.1 Kaji pengetahuan keluarga tentang pelayanan kesehatan yang dapat di kujungi.
5.1.2 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
5.1.3 Diskusikan pelayanan keesehatan yang dapat di kunjungi dan waktu kinjungan dengan keluarga.
5.1.4 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya
5.1.5 Jawab pertanyaan keluarga5.1.6 Minta kembali keluarga
menyebutkan pelayanan kesehatan yang dapat di kunjungi oleh keluarga.
5.1.7 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga
5.3.1 Dukung keluarga memutuskan tindakan.
5.3.2 Evaluasi adanya penurunan sakit setelah menggunakan fasilitas pelayanan.
64
5.4 memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Respon Verbal
5.3.3 Berikan reinforcement positif atas keberhasilam keluarga
5.4.1 Minta keluarga untuk menunjukan kartu berobat atau obat-obat yang di resepkan dari fasilitas pelayanan kesehatan.
5.4.2 Berikan reinforcement positif.
65
D. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan ( mubarak, 2010)
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan dan membangkitkan minat keluarga
untuk mengadakan perbaikan ke arah prilaku hidup sehat.
Guna membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku hidup sehat,
maka perawat harus memahami teknik-teknik motivasi. Tindakan keperawatan
keluarga mencakup hal-hal dibawah ini :
a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara:
1. Memberikan informasi yang tepat.
2. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
3. Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan.
b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara :
1. Mengidentifikasi konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan.
2. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar
keluarga.
3. Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan.
c) Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara :
1. Mendemonstrasikan cara perawatan.
2. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah.
3. Mengawasi keluarga melakukan perawatan
66
4. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan
yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga dengan cara :
a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
b. Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal
mungkin.
c. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada disekitarnya dengan cara :
1) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar
lingkungan keluarga.
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
E. Evaluasi ( Mubarak, 2010 )
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian
dilakukan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil, maka perlu
disusun rencana baru yang sesuai. Kunjungan dapat dilaksanakan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang
diberikan, baik kepada individu maupun keluarga adalah sebagai berikut :
1. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana
keluarga mengatasi masalah tersebut.
2. Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai.
3. Tentukan kriteria dan standar evaluasi.
4. Tentukan metode dan teknik evaluasi .
67
5. Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan
standar untuk evaluasi.
6. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal.
7. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu ditentukan
alasan kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan tidak tepat, atau
kemungkinan ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
Evaluasi disususun dengan menggunakan SOAP secara operasional.
S : Hal-hal yang dikemukakan keluarga secara subjektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan
O : Hal-hal yang di temukan oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan.
A : Analisa dari Hasil yang telah di capai dengan mengacu kepada
tujuan terkait dengan diagnosa keperawatan.
P : Perencana yang akan datang setelah melhat respon dari keluarga
pada tahp evaluasi
Macam-macam Evaluasi
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu :
a. Evaluasi kuantitatif
Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah pelayanan, atau
kegiatan yang telah dikerjakan.
b. Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada
salah satu dari tiga dimensi yang saling terkait.
68
1. Struktur atau sumber
Evaluasi struktur atau sumber terkait dengan tenaga manusia atau bahan-
bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan.
2. Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan. Misalnya mutu penyuluhan kesehatan yang diberikan
kepada keluarga lansia dengan masalah nutrisi.
3. Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan keluarga
dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan.
Luasnya Evaluasi
Evaluasi dapat dipusatkan pada tiga dimensi, yaitu :
a) Efeseinsi atau tepat guna
b) Kecocokan (appropriateness)
c) Kecukupan (adequacy)
Kegiatan dan evaluasi
Hasil dari perawatan klien dapat diukur melalui tiga bidang.
a. Keadaan fisik
b. Psikologis sikap
c. Pengetahuan tentang perilaku
69
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metoda penelitian
Penelitian ini dengan metoda deskriptif dengan tipe study kasus yang
dilaksanakan terhadap keluarga dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA ).
B. Lokasi
Lokasi pengambilan kasus adalah, Puskesmas Anak Air Padang, dengan
beberapa pertimbangan yaitu :
a. Puskesmas Anak Air Padang merupakan suatu pelayanan masyarakat yang
melakukan kegiatan kujungan keluarga dengan masalah kesehatan secara
terjadwal.
b. Puskesma Anak Air Padang merupakan pukesmas lahan praktek
mahasiswa Pendidikan Ahli Madya Keperawatan Padang.
C. Teknik Pengumpulan Data.
a. Teknik Wawancara
Wawacaran dilakukan langsung pada klien dan keluarga dengan
menggunakan format pengkajian asuhan keperawatn keluarga dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) yaitu mengenai pengkajian data
umum keluarga, riwayat perkembangan keluarga, struktur keluarga, fungsi
keluarga, stres dan koping keluarga, harapan keluarga.
69
70
b. Teknik Observasi dan Pengukuran
c. Observasi dilakukan dengan cara inspeksi dan pengukuran dilakukan
dengan menggunakan alat seperti thermometer, dan timbangan yang
dilakukan pada pemeriksaan fisik.
d. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yaitu
dengan melihat data-data tentang klien yang telah didokumentasikan baik
dari hasil pemeriksaan laboratorium, rontgen, catatan keperawatan dan
catatan tim kesehatan lainnya.
D. Sumber Data
a. Sumber data Primer
Sumber data primer adalah keluarga . Dari sumber data primer ini dapat
diperoleh data Subjektif dengan melakukan wawancara langsung dengan
keluarga dan data objektif dengan melakukan observasi ataupun
pemeriksaan fisik secara langsung terhadap keluarga.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah semua orang yang mengetahui keadaan
keluarga yang akan kita kaji, yang dapat diwawancarai, dan anggota tim
kesehatan serta semua informasi dari hasil pencatatan. Data yang diperoleh
dari sumber sekunder adalah data objektif.
71
E. Jenis Data
a. Data Subjektif
Data Subjektif adalah data yang diperoleh dari keluarga itu sendiri , yang
merupakan segala perasaan keluarga tersebut atau keluhan yang dirasakan.
b. Data objektif
Data Objektif adalah data yang didapatkan dari hasil observasi atau
pengamatan, hasil pemeriksaan ataupun hasil pengukuran.
F. Pengolahan Data
Data subjektif dan data objektif yang telah dikumpulkan kemudian diolah
secara manual dengan jalan mengklasifikasikan, menginterprestasikan dan
mendokumentasikan, selanjutnya disajikan secara tekstular.