PROPOSAL STRATEGI GURU AGAMA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 3 UNGGULAN KAYUAGUNG A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas adalah meliputi semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROPOSAL
STRATEGI
GURU AGAMA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
MATA
PELAJARAN AGAMA ISLAM
DI SMA
NEGERI 3 UNGGULAN KAYUAGUNG
A.
LatarBelakang Masalah
Pendidikan dalam arti luas adalah meliputi
semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan
(melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya
kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi
fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah.[1]
Sebagai usaha mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan kepada generasi
penerus, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan
eksistensi manusia. Tanpa pendidikan, maka mustahil peradaban manusia dapat
pusat secara sentralistik, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau yang
lebih dikenal dengan KTSP yang diberlakukan bagi seluruh anak bangsa di seluruh
tanah air Indonesia.
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi atau ada yang menyebut Kurikulum 2004. KTSP lahir
karena dianggap KBK masih sarat dengan beban belajar dari pemerintah pusat
dalam hal ini depdiknas masih dipandang terlalu intervensi dalam pengembangan
kurikulum. Oleh karena itu, dalam KTSP beban siswa sedikit berkurang dan
tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru, dan komite sekolah) diberikan
kewenangan untuk mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus,
dan beberapa komponen kurikulum lainnya.
Kebijakan
yang terus berubah-ubah walaupun dengan perencanaan matang, namun hal ini cukup
membuat pendidik dan pelaksana pendidikan merasa bosan, resah, dan akhirnya
lebih bersikap diam, bahkan bisa menjadi apatis dan membiarkan perubahan itu
berlalu saja. Misalnya saja dengan perubahan kurikulum pendidikan nasional,
mulai dari 1968, 1975, 1984, 1994, sampai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
yang konon disiapkan untuk membuat para lulusan terampil dan cerdas. Tetapi
pada kenyataannya dengan berubahnya kurikulum itu juga selama ini mutu
pendidikan tidak berubah untuk menjadi baik. Jangan-jangan itu sebuah
kekeliruan, dan jika demikian hanya membuang waktu dan biaya saja.
Hingga
kini banyak pengamat pendidikan, ahli pendidikan, dan para pejabat pendidikan
mengartikan pendidikan berkualitas dengan ukuran perolehan nilai ujian atau
prestasi akademik. Demikian pula di Indonesia, perolehan nilai berupa Nilai
Ebta Murni (NEM) atau Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sering kali dijadikan
jimat dalam kehidupan seseorang. Bagaimana tidak, NEM atau IPK itulah yang
kemudian menjadi senjata untuk melanjutkan sekolah atau melamar pekerjaan.
Apalagi
sejak beberapa tahun belakangan ini, Ujian Nasional (UN) masih menjadi momok
yang menakutkan bagi para siswa terutama SMA. Lalu dengan adanya ujian
nasional, kelulusan siswa ditentukan oleh pusat yang bahkan standar kelulusan
disamaratakan di semua daerah. Tujuan pemerintah memang bagus yaitu untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Namun tentunya tidak segampang itu,
situasi dan kondisi yang ada di setiap daerah dan sekolah berbeda-beda (apalagi
yang di pelosok), harus dipertimbangkan oleh pemerintah.
Ujian
nasional ini bukan hanya memberatkan siswa sebagai peserta namun juga guru dan
sekolah karena dituntut untuk bisa memberikan materi yang baik agar siswanya bisa
lulus. Orangtua siswa juga tak kalah bingungnya dengan nasib anaknya apakah
akan bisa lulus ujian nasional atau tidak.
Kualitas
pendidikan dapat ditingkatkan melalui beberapa cara, seperti:
a. meningkatkan ukuran prestasi akademikmelalui ujian nasional atau ujian daerah yang menyangkut kompetensi danpengetahuan, memperbaiki tes bakat (Scholastic Aptitude Test),sertifikasi kompetensi dan profil portofolio (Portfolio Profile).
b. Membentuk kelompok sebaya untukmeningkatkan gairah pembelajaran melalui belajar secara kooperatif (CooperativeLearning).
c. Menciptakan kesempatan belajar baru disekolah dengan mengubah jam sekolah menjadi pusat belajar sepanjang hari dantetap membuka sekolah pada jam-jam libur.
d. Meningkatkan pemahaman dan penghargaanbelajar melalui penguasaan materi (Mastery Learning).
e. Membantu siswa memperoleh pekerjaan denganmenawarkan kursus-kursus yang berkaitan dengan keterampilan memperolehpekerjaan, bertindak sebagai sumber kontak informal tenaga kerja, membimbingsiswa menilai pekerjaan-pekerjaan, membimbing siswa membuat daftar riwayat hidupnyadan mengembangkan portofolio pencarian pekerjaan.[3]
Meskipun
berbagai nusaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk memecahkan persoalan yang
ada, namun berdasarkan sinyalemen beberapa pihakl ternyata masih saja dijumpai
kelemahan dan kekurangan dalam penyelenggaraan pendidikan, baik di tingkat
dasar, menengah, maupun di jenjang pendidikan tinggi. Salah satu kekurangan
atau kelemahan yang mendasar tampak pada implementsi kurikulum, yang
notabenenya fungsi dan peranan ini berada di pundak para guru (praktisi
pendidikan). Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan dan keterampilan guru
dalam mengimplementasikankurikulum dianggap belum menggembirakan dan masih perlu
ditingkatkan, agar mereka dapat mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai
Berdasarkan pada latar belakangmasalah yang telah dipaparkan, maka permasalahan dalam penelitian skripsi inidapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan kurikulum tingkat satuan
pendidikan pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 3
Unggulan
Kayuagung?
2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam
penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada mata pelajaran agama Islam
di SMA Negeri 3 Unggulan Kayuagung?
3. Bagaimana strategi guru agama dalam
mengoptimalkan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata
pelajaran agama Islam di SMA Negeri 3 Unggulan Kayuagung?
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untukmenjawab dua permasalahan pokok sebagaimana telah dipaparkan pada rumusanmasalah di atas, tujuan penelitian skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui secara pasti bagaimana
pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran
agama Islam di SMA Negeri 3 Unggulan Kayuagung.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja
yang ditemukan dalam penerapan KTSP dan mencari alternatif pemecahannya.
3. Untuk mengetahui bagaimana strategi guru
agama dalam mengoptimalkan penerapan KTSP.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan
dapat berguna bagi insan akademis dalam menambah wawasan dan memperkaya
pengetahuan tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) khususnya
mata
pelajaran agama Islam.
2. Secara praktis penelitian ini dilakukan
untuk dijadikan bahan masukan bagi para guru di dalam mengimplementasikan
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
D. Kerangka Teori
Kurikulum memiliki pengertian yang cukup
kompleks, dan sudah banyak didefinisikan oleh para pakar. Esensinya, kurikulum
membicarakan proses penyelenggaraan pendidikan sekolah berupa acuan, rencana,
norma-norma yang dapat dipakai sebagai pegangan.
Dalam
pengertian yang lebih luas, kurikulum adalh semua pengalaman yang dengan
sengaja disediakan oleh sekolah bagi para siswanya untuk mencapai tujuan
pendidikan.[4] Definisi tentang kurikulum
secara umum tersebut mengacu kepada sejumlah pengalaman pendidikan yang
berpebgaruh dalam proses pendidikan. Sedangkan KTSP merupakan salah satu wujud
reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan
pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan
kebutuhan masing-masing. Kurikulum harus bisa menjawab kebutuhan masyarakat
luas dalam menghadapi persoalan kehidupan yang dihadapi.[5]
Dengan
demikian, ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam kaitannya dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut:
1.
KTSPdikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristikdaerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
2.
Sekolahdan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dansilabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan,di bawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yangbertanggung jawab di bidang pendidikan.
Kurikulumtingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggidikembangkan dan ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan mengacupada Standar Nasional Pendidikan.[6]
KTSP
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
KTSPmenekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan individual maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentukuntuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minatyang pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri.
2.
KTSPbeorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
3.
Penyampaiandalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
4.
Sumberbelajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi unsuredukatif.
5.
penilaianmenekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
Agar penelitian ini lebih terarahkepada permasalahan yang akan dibahas, maka perlu adanya batasan-batasan sertaruang lingkup pembahasan melalui definisi operasional sebagai berikut:
1.
Strategi
Implementasi
Dalam
pendidikan, strategio merupakan keseluruhan usaha termasuk perencanaan, cara,
teknik, media, dan taktik yang digunakan guru yang memungkinkan terjadinya
proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.[8]
Sedangkan implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik
berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai, dan sikap.[9]
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakangmasalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori,definisi operasional, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematikapembahasan.
Bab kedua membahas tentang konsep dasar
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang berisikan pengertian Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), karakteristik KTSP, prinsip dan acuan
pengembangan KTSP, komponen KTSP, standar kompetensi KTSP, dan sistem evaluasi
KTSP.
Bab ketiga membahas tentang deskripsi
wilayah penelitian, yang berisikan sejarah berdirinya SMA Negeri 3 Unggulan
Kayuagung, letak geografis, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan
prasarana, serta kegiatan-kegiatan di SMA Negeri 3 Unggulan Kayuagung.
Bab keempat merupakan bab inti pembahasan
yang mencoba melihat bagaimana strategi guru agama dalam mengimplementasikan
KTSP mata pelajaran agama Islam di SMA Negeri 3 Unggulan Kayuagung. Karena
fokus penelitian ini pada segi implementasi KTSP di SMA Negeri 3 Unggulan
Kayuagung, maka penulis juga berusaha dengan memberikan gambaran umum
sebab-sebab keberlangsungan dan kegagalan pelaksanaan KTSP.
Bab kelima akan diuraikan
kesimpulan-kesimpulan penelitian serta saran-saran yang mungkin dapat
bermanfaat dalam proses penerapan kurikulum ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat,Zakiyah. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. Ke-6. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzah B. Uno. 2007. ProfesiKependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia.Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2002. PerencanaanPengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik,Oemar, 2004, Pendidikan Guru; Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.Jakarta: Bumi Aksara
Jamarah,Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:Rineka Cipta.
Kunandar.2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan. Cet. Ke-1. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP DasarPemahaman dan Pengembangan; Pedoman bagi Pengelola Pendidikan, PengawasSekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah, dan Guru. Jakarta:Bumi Aksara.
Nurdin, Syafruddin, dan Basyiruddin Usman.2002. Guru Profesional & Implementasi Kurikulum. Jakarta: CiputatPers.
Muslich, Masnur. 2007. KTSPPembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Panduan bagi Guru, KepalaSekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model,dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Zuhairini, dkk.,
2004, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
[5] Kunandar, Guru ProfesionalImplementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses SertifikasiGuru, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 113
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan; Suatu Panduan Praktis, cet. 1, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2006), hlm. 20
[7] Kunandar, hlm. 138
[8] Oemar Hamlik, Sistem dan ProsedurPengembangan Kurikulum Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, (Bandung: TrigendaKarya, 1993), hlm. 59
[9]Kunandar, hlm.233
[10]Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, cet. 6, (Jakarta: Bumi Aksara,2006), hlm. 122
[11] E.Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis,cet. 1, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 19
[12]Kunandar, hlm. 125
[13]Huberman, A. Michael, Mathew B. Anderson, Analisis Data Kualitatif,(Jakarta, Universitas Indonesia Press, 1992), terj. Tjetjep Rohedi, hlm.,16-18.
BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN DAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PELAJARAN (KTSP)
Apr 28, '09 12:17 AMfor everyone
BAB II
STRATEGI PEMBELAJARAN
DAN
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PELAJARAN (KTSP)
A. Strategi Pembelajaran
1. Pengertian Strategi, Metode, dan Pendekatan Pembelajaran
Setiap orang mempunyai cara yang berbeda dalam melaksanakan suatu
kegiatan. Biasanya cara tersebut telah direncanakan sebelum pelaksanaan kegiatan.
Bila belum mencapai hasil yang optimal, dia berusaha mencari cara lain yang dapat
banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang
demikian strategi ini sering juga dinamakan strategi pembelajaran tidak langsung.
Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan,
kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan
individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya
didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar
melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio.
Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan
secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang guru atau beberapa orang guru.
Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau
pembelajaran klasikal; atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil
semacam buzz group. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar
individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok
dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang
mempunyai kemampuan biasa-biasa saja; sebaliknya siswa yang memiliki
kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan
tinggi.
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran
juga dapat dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran
induktif.
Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan
dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari
kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi; atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai dari
hal-hal yang abstrak, kemudian secara perlahan-lahan menuju hal yang konkrit.
Strategi ini disebut juga strategi pembelajaran dari umum ke khusus.
Sebaliknya, dengan strategi induktif, pada strategi ini bahan yang dipelajari
dimulai dari hal-hal yang konkrit atu contoh-contoh yang kemudian secara perlahan
siswa dihadapkan pada materi yang kompleks dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan
strategi pembelajaran dari khusus ke umum.
3. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan
kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus
dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang
harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat
penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana
cara mencapainya.
Sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada
beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan:
a. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
1) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif, atau psikomotor ?
2) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau tingkat rendah ?
3) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis ?
b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
1) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu ?
2) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak ?
3) Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu ?
c. Pertimbangan dari sudut siswa:
1) Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa ?
2) Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa ?
3) Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa ?
d. Pertimbangan-pertimbangan lainnya:
1) Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja ?
2) Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan ?
3) Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi ?[9]
Dari berbagai pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam
menetapkan strategi yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang
berhubungan dengan aspek kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan
upaya untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek afektif atau aspek
psikomotor, dll.
4. Posisi dan Peran Guru dalam Pembelajaran
Posisi dan peran guru dalam proses pembelajaran, dimana guru harus
menempatkan diri sebagai:
a. Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi, pelaksana dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik.
b. Fasilitator belajar, dalam arti guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai bentuk.
c. Moderator belajar, dalam arti guru sebagai pengatur arus kegiatan belajar peserta didik. Guru sebagai moderator tidak hanya mengatur arus kegiatan belajar, tetapi juga bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau jawaban masalah sebagai hasil belajar peserta didik, atas dasar semua pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta didik.
d. Evaluator belajar, dalam arti guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif. Sebagai evaluator, guru berkewajiban mengawasi, memantau proses pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. Guru juga berkewajiban untuk melakukan upaya perbaikan proses belajar peserta didik, menunjukkan kelemahan dan cara memperbaikinya, baik secara individual, kelompok, maupun secara klasikal.[10]
potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/madrasah, sosial budaya masyarakat
setempat dan karakteristik peserta didik. KTSP juga merupakan upaya untuk
menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak
dilibatkan dan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai. KTSP yang
merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan/sekolah. Departemen Pendidikan Nasional mengharapkan paling lambat
tahun 2009/2010, semua sekolah telah melaksanakan KTSP.[19]
Kurikulum ini disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) karena
menggunakan pendekatan kompetensi dan kemampuan minimal yang harus dicapai
oleh peserta didik pada setiap tingkatan kelas dan pada akhir satuan pendidikan
dirumuskan secara eksplisit.
KTSP juga dapat diartikan kurikulum operasional yang disusun,
dikembangkan dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan
mampu mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-undang No. 20 tahun
2003 tentang Sisdiknas pasal 36 yang berbunyi[20] :
1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republilk Indonesia dengan memerhatikan :
a. Peningkatan iman dan takwa;
b. Peningkatan akhlak mulia;
c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni;
h. Agama;
i. Dinamika perkembangan global; dan
j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
4) Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.[21]
Jadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan itu adalah kurikulum operasional
yang disusun dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang telah mampu atau
siap untuk melaksanakannya dengan mengacu pada Standar Pendidikan yang telah
ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Adapun komponen-komponen KTSP adalah sebagai berikut:
1. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan.
a. Visi Satuan Pendidikan, meliputi: berorientasi ke depan, dikembangkan
bersama oleh warga sekolah, merupakan perpaduan antara langkah strategis
dan sesuatu yang dicita-citakan, berbasis nilai dan mudah diingat dan
membumi (kontekstual).
b. Misi Satuan Pendidikan.
Berdasarkan visi satuan pendidikan, maka ditentukan misinya (sejumlah
langkah strategis menuju visi yang telah dirumuskan).
c. Tujuan Satuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan.
1). Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup
Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajaran didukung
oleh kinerja tim yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam
pendidikan.
Di sisi lain, Kunandar dalam bukunya yang berjudul “Guru Profesional,
Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru” mengemukakan bahwa sebagai
sebuah konsep sekaligus sebagai sebuah program KTSP memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat yang pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri.
2. KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.[25]
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristis KTSP itu, selain
memiliki kerja sama antara pihak sekolah dengan masyarakat, juga memiliki karakteristik
yang lebih ditekankan pada usaha pembentukan kompetensi peserta didik. Hal ini dapat
dilihat pada tujuan KTSP, yaitu untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, yang pada akhirnya akan
membentuk pribadi yang terampil dan mandiri.
3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Secara umum, ada beberapa prinsip dalam pengembangan kurikulum, diantaranya
pendidikan dasar dan menengah setelah memerhatikan pertimbangan dari komite Sekolah
atau Komite Madrasah (Pasal 1 ayat 5 Permen Diknas Nomor 24 Tahun 2006).
Dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah,
komite sekolah, dan dewan pendidikan. Tim pengembang ini ditetapkan berdasarkan
musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga kependidikan,
perwakilan orang tua siswa dan tokoh masyarakat.
Proses Pengembangan KTSP tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini pada
halaman selanjutnya: [32]
Bagan 3
Bagan Pengembangan Kurikulum
Konteks Pendidikan
Kebangkitan Islam, Clean and Good Governance, Otonomi Daerah, Millenium Goals 2015 (globalisasi), Demokratisasi, Pembangunan Berkelanjutan, Perkembangan
IPTEKS serta Ekonomi Berbasis Spiritual,Moral dan Intelektual
Dari gambar di atas, tampak bahwa pengembangan kurikulum mencakup beberapa
tingkat, yaitu :
1. Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional
Dalam kaitannya dengan KTSP pengembangan kurikulum tingkat nasional
dilakukan dalam rangka mengembangkan Standar Nasional Pendidikan, yang pada saat
ini mencakup standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi (SI) untuk setiap satuan
pendidikan pada masing-masing jenjang dan jenis pendidikan, terutama pada jalur
pendidikan sekolah.
2. Pengembangan KTSP
Pada tahap pengembangan KTSP, kegiatan yang dilakukan, antara lain :
a. Menganalisis dan mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar
Isi (SI).
b. Merumuskan visi dan misi serta merumuskan tujuan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan.
c. Berdasarkan SKL, SI, visi, misi serta tujuan satuan pendidikan, selanjutnya
dikembangkan pada bidang studi-bidang studi yang akan diberikan untuk
merealisasikan tujuan tersebut.
d. Mengembangkan dan mengidentifikasikan tenaga-tenaga kependidikan (guru dan non
guru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan dengan berpedoman pada standar
tenaga kependidikan yang ditetapkan oleh BSNP.
e. Mengidentifikasikan fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk memberi
kemudahan belajar sesuai dengan standar sarana dan prasarana pendidikan yang
ditetapkan oleh BSNP
3. Pengembangan Silabus
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tingkat ini, antara lain adalah:
a. Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar serta tujuan setiap bidang
studi.
b. Mengembangkan kompetensi dasar dan materi standar yang diperlukan dalam
pembelajaran.
c. Mendeskripsikan kompetensi dasar serta mengelompokkannya sesuai dengan ruang
lingkup dan urutannya.
d. Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria pencapaiannya dan
mengelompokkannya sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman, kemampuan,
nilai dan sikap.
e. Mengembangkan instrumen penilaian yang sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi.
4. Pengembangan RPP
Berdasarkan standar kompetensi dan standar isi dalam silabus yang telah
diidentifikasi dan diurutkan sesuai dengan tingkat pencapaiannya pada setiap bidang
studi, selanjutnya dikembangkan program-program pembelajaran. kegiatan
pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan mengembangkan
rencana pelaksanaan pembelajaran atau persiapan mengajar.
5. Kurikulum Aktual
Kurikulum aktual adalah interaksi antara peserta didik dengan guru dan lingkungan
pembelajaran. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa bagaimanapun bagusnya suatu
kurikulum maka aktualisasinya sangat ditentukan oleh profesionalisme guru dalam
melaksanakan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.[33]
Setelah dilakukan pengembangan kurikulum, tugas selanjutnya adalah penyusunan
kurikulum. Dalam penyusunan KTSP pada tingkat sekolah/madrasah tertentu dapat
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis SWOT (Strenght/kekuatan, Weakness/kelemahan, Opportunity/peluang, Threat/ancaman) terhadap konteks kondisi dan kebutuhan pada tingkat satuan pendidikan, visi, misi dan tujuan sekolah/madrasah, standar isi dan standar kompetensi lulusan. Hal ini dapat dilakukan oleh top manager, komite sekolah/madrasah, para konselor dan konsultan ahli bila diperlukan.
2. Penyiapan draf penyusunan isi KTSP sesuai hasil analisis dan model KTSP yang dikembangkan di satuan pendidikan masing-masing.
3. Melakukan pembahasan, review dan validasi model dan isi KTSP yang dihasilkan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan khusus atau forum-forum rapat kerja sekolah/madrasah dan konsultan ahli bila diperlukan.
4. Melakukan revisi dari hasil review dan validasi KTSP
5. Finalisasi produk KTSP yang akan dilaksanakan pada tahun ajaran yang ditetapkan setelah mendapatkan pengesahan dari komite sekolah/madrasah dan diketahui oleh dinas tingkat kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk tingkat SD dan SMP dan tingkat provinsi untuk tingkat SMA dan SMK. Sementara dokumen KTSP pada MI, Mts, MA dan MAK dinyatakan berlaku oleh kepala madrasah setelah mendapatkan pengesahan dari komite madrasah dan diketahui oleh Mapendais Kandepag Kotamadya/Kabupaten untuk MI dan MTs dan Kabid Mapendais KANWIL Depag untuk MA dan MAK.[34]
Langkah-langkah tersebut secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan 4
[10] Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, ed. 1, cet. 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 27-28
[11] Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), hal. 176