Top Banner

of 20

Proposal Baru

Mar 02, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PROPOSAL

HALAMAN PENGESAHAN

Mahasiswa yang berikut ini akan melakukan kegiatan pengukuran. Atas perhatian dan bimbingannya kami ucapkan terima kasih.

Makassar,25 September 2011

PRAKTIKANM.SANDI SURAPATI S A R I E F SUKARNO HAMID A.R

D51110901 D51108885 D51108288ASISTEN

Muhammad.Cora.ST

TIM DOSEN

Ir. Waluya Hadi, MTIr. Samsuddin Amin, MTNIP. 130 748 305 NIP. 132 094 169

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ilmu ukur tanah adalah salah satu mata kuliah yang berorientasi pada masalah pengukuran dan pemetaan suatu daerah, ilmu ini termasuk kategori ilmu pendukung. Mata kuliah ini diberikan dalam bentuk teori dan dalam perkuliahan ditambah dengan praktikum sebagai pelaksanaan dari teori-teori yang diberikan sehingga mahasiswa dapat mengerti secara langsung.

Perbedaan tinggi permukaan tanah pada suatu daerah di muka bumi sering menjadi masalah dalam beberapa aspek kehidupan. Oleh karena itu, maka dilakukan pengukuran dan pemetaan terhadap beda tinggi dari bentuk bumi yang tidak beraturan. Pengukuran dilakukan bukan hanya untuk menentukan luasan sebuah lahan atau suatu wilayah tertentu, tetapi lebih mendetail lagi untuk mendapatkan data yang spesifik mengenai ketinggian (kontur) tanah, jarak antara titik-titik polygon, komponen pendukung ( bangunan, sungai, dan lain-lain ).

Dalam sisi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang teknik, maka sepantasnya mahasiswa arsitektur juga perlu mengetahui proses dan tata cara pengukuran dalam ilmu ukur ini dimana pada realitanya dalam proses ke depan akan ditemukan banyak hal yang akan berhubungan dengan mata kuliah ini. Kaitan dari bidang displin ilmu Arsitektur tentu saja berhubungan dengan displin ilmu ini, sebagai contoh : bentuk permukaan bumi ini tidak beraturan, maka untuk dapat melakukan survey yang akurat, maka digunakan peta kontur agar diperoleh perletakan bangunan yang baik dan efisien nantinya.

Kegiatan pengukuran juga sangat diperlukan dengan maksud untuk keperluan membuat proyek teknis pengairan, jalan raya, agrarian, transmigrasi lalu memetakannya pada bidang yang datar.

Sehingga diharapkan praktikum ini dapat menjadi tempat pengasahan keahlian dan kemampuan untuk menganalisis hasil data-data yang pada akhirnya dapat dijadikan sebagai penghasil ahli-ahli dalam pengukuran.

B.Dasar Kegiatan

Realisasi dari teori mata kuliah Pengukuran dan Pemetaan.

C.Maksud dan Tujuan

Ilmu ukur tanah merupakan bagian dari ilmu yang lebih luas yang disebut ilmu Geodesi. Tujuan dari ilmu geodesi adalah :

a. Tujuan ilmiah : mempelajari bentuk dari permukaan bumi

b. Tujuan praktis : membuat gambar atau peta dari sebagian besar atau sebagian kecil dari permukaan bumi.

Maksud dari praktikum ilmu ukur tanah, yaitu diharapkan agar dalam penggunaan alat-alat yang digunakan ketika pengukuran dapat diketahui secara jelas cara pemakaiannya dan terampil dalam mengoperasikannya atau agar dapat mengaplikasikan pengetahuan teori ilmu ukur tanah yang telah didapatkan di bangku kuliah pada kegiatan praktik lapangan.

Tujuan dari praktikum Ilmu Ukur Tanah dibagi menjadi :

1. Tujuan Makro

Mengetahui cara-cara menggunakan alat ukur waterpass dan theodolit.

Untuk menentukan beda tinggi dari suatu titik permukaan tanah yang ketinggiannya telah diketahui dengan titik lain yang tidak diketahui ketinggiannya.

2. Tujuan Mikro

Untuk menentukan beda tinggi dari suatu titik permukaan tanah yang ketinggiannya telah diketahui dengan titik lain yang tidak diketahui ketinggiannya .

Agar mahasiswa dapat lebih mengetahui bentuk-bentuk permukaan bumi dan mampu memetakannya pada bidang datar berupa peta.

Untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh dalam perkuliahan pengukuran dan pemetaan serta mampu mengadakan neraca perbandingan.

D.Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan praktikum pengukuran adalah sebagai berikut :

1. Waterpass dan Theodolit merupakan alat utama yang digunakan dalam proses pengukuran. Alat ini digunakan untuk mengetahui sudut horizontal, titik yang diukur, jarak optis melalui pembacaan benang, dan juga untuk mengukur beda tinggi elevasi antara satu titik dengan titik yang lain.

2. Statif, alat ini berfungsi sebagai wadah untuk meletakkan waterpass atau theodolit dimana alat ini dilengkapi dengan sebuah sekrup penahan alat dan 3 buah kaki untuk mengatur ketinggian alat.

3. Roll meter, alat yang digunakan untuk mengukur jarak langsung di lapangan atau titik yang diukur. Gunanya untuk mengukur jarak tiap patok utama, patok detail, dan menentukan kedudukan pesawat.4. Bak ukur, merupakan tempat pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama dan detail yang digunakan untuk mengetahui ketinggian dan suatu titik yang diukur. Bak ukur ini dilengkapi dengan skala yang dapat dibaca secara langsung dalam pesawat waterpass dan theodolit.

5. Patok, Alat yang digunakan pada daerah/tempat berdiri pesawat sekaligus titik poligon yang diukur dan juga untuk mempermudah melakukan koreksi apabila terdapat kesalahan pengukuran tersebut dan juga digunakan untuk stasiun pengukuran beda tinggi.

6. Payung, untuk melindungi waterpass dan theodolit dari sinar matahari dan hujan terutama terhadap bagian alat yang peka terhadap sinar matahari langsung.7. Tabel data, untuk mempermudah pengisian hasil-hasil pengukuran di lapangan.

8. Kalkulator, alat ini digunakan untuk mendapatkan hasil perhitungan rumus yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan.E. Metode Pelaksanaan dan Pelaporan

1. Metode pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

a. Survei lapangan, yaitu:

1) pemilihan lokasi dan menganalisis lokasi yang baik dan memenuhi syarat.

2) setelah memilih lokasi dilakukan penggambaran kasar lokasi yang ditentukan yang meliputi titik ikat, rancana patok, luasan tanah, dan kontur tanah.

3) Pemastian lokasi yang akan diukur nantinya.

b. Deskripsi Awal, meliputi penggambaran kasar mengenai lokasi yang akan diukur dan penentuan letak serta keadaan daerah tersebut juga penentuan kontur tanah.

2. Metode pelaporan dilakukan dengan cara:

a. asistensi hasil pengukuran yang meliputi:

1) Analisis matematis hasil pengukuran2) Analisis grafik hasil pengukuran

b. pemantapan

F.Analisis Lokasi

Dari lokasi yang akan kami ukur dari kelompok kami, kami menemukan lahan kosong yang berada di Kompleks Universitas Hasanuddin yang terletak di sebelah timur fakultas ekonomi. Perkiraan luas lahan yang kami akan ukur luasnya 1,5 Ha. Lahan memiliki kontur tanah yang berbukit. Disekitar lahan terdapat jalan kampus unhas, dan fakultas hukum.

Foto Sebelah selatan dimana Tipe tanah dan daya dukungmya Lahan yang telah di survey memiliki kekerasan tidak begitu keras dan padat. Tanah pada lahan berada pada kondisi sedang, dipenuhi rumput, dan tidak berbatu. Kecuali pada daerah yang berdekatan dengan jalan raya, yang memiliki kondisi yang agak keras dan padat, juga berbatu.

Foto Sebelah timur Permukaan tanah relatif rata di seluruh bagian (tidak terdapat perbedaan kontras tinggi-rendah tanah) di seluruh bagian lahan dan dipenuhi dengan rumput-rumput liar dan daun yang berguguran. Lahan memiliki perbedaan yang cukup bervariasi, namun tidak begitu mencolok. Kondisi lahan mulai agak datar pada daerah yang berdekatan dengan lapangan sepak bola dan Fakultas Hukum.

.Foto Sebelah timur Permukaan tanah relatif rata di seluruh bagian (tidak terdapat perbedaan kontras tinggi-rendah tanah) Bagian utara kontur tanah yang kering,kasar, keras dan terdapat banyak pohon jati.

Foto Sebelah timur Permukaan tanah berbukit bagian timur kontur tanah yang kering,kasar, keras dan berbatasan dengan parkiran humum unhas.

G. Sketsa Kontur

Jarak antar patok 0 dengan 1 adalah 50 m, DPL patok 1 = 21,95 m Jarak antar patok 1 dengan 2 adalah 50 m, DPL patok 2 = 21,55 mJarak antar patok 2 dengan 3 adalah 50 m, DPL patok 3 = 21.20 mJarak antar patok 3 dengan 4 adalah 50 m BPL patok 4 = 20.25 mJarak antar patok 4 dengan 5 adalah 50 m BPL patok 5 = 20.25 mJarak antar patok 5 dengan 6 adalah 50 m BPL patok 6 = 20.50 mJarak antar patok 6 dengan 7 adalah 50 m BPL patok 7 = 20.80 mJarak antar patok 7 dengan 8 adalah 37 m BPL patok 8

Jarak antar patok 8 dengan 9 adalah 50 m BPL patok 8

Jarak antar patok 9 dengan 10 adalah 50 m BPL patok 10

Jarak antar patok 10 dengan 0 adalah 18 m BPL patok 11

H. Deskripsi LokasiUtara

: Parkiran Hukum Universitas Hasanuddin

Selatan: Pohon Jati

Timur

: Jalan Unhas, Ramsis Universitas Hasanuddin

Barat

: Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin

I.Waktu Pelaksanaan PengukuranWaktu pelaksanaan pengukuran direncanakan pada tanggal Oktober 2011 dalam waktu satu hari, yaitu:

1. Pagi hari (pukul 07.00-11.00), melakukan pengukuran pertama.2. Siang hari (pukul 11.00-15.30), analisis hasil pengukuran.

3. Sore hari (pukul 15.30-selesai), melakukan pengukuran kedua.

Dimana meliputi pengukuran dari titik ikat dengan pengukuran depan dan pengukuran belakang.

J. Rencana Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan mulai minggu ke 7 perkuliahan semester, yang pelaksanaannya dimulai pada bulan Oktober 2008. Adapun pembagian waktu kegiatan adalah sebagai berikut :

a. Persiapan

Kegiatan persiapan ini dilakukan untuk menunjang segala kegiatan yang akan dilaksanakan di lapangan, dan mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan dalam praktik nantinya. Adapun kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah persiapan program praktik dan hal-hal yang dianggap penting dan membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan pengukuran luas lapangan yang digunakan dan pemasangan patok-patok.

b. Pelaksanaan

Kegiatan pelaksaan dilakukan oleh mahasiswa secara berkelompok langsung di lapangan di luar jam mata kuliah dengan menggunakan alat-alat yang dipinjam dari jurusanK.Prosedur Kerja

a. Rencana Kerja

1. Menentukan lokasi, menetapkan titik-titik / stasiun-stasiun pengamatan dan selanjutnya merencanakan jalur polygon.

2. Mengontrol polygon rencana, menyelesaikan dengan rencana tataletak bangunan pada lay out sementara.

3. Memperhatiakn kondisi yang memungkinkan, dalam hal ini jika ditemui kendala keterbatasan areal polygon mungkin kita harus merubah jalur polygon atau harus merevisi lay out yang telah direncanakan.

4. Mengkonsultasi dengan asisten untuk rencana pengukuran dalam hal ini sudut yang akan dipakai, arah pengukuran polygon dan rencana-rencana detail.

5. Dalam merencanakan detail hendaknya diperhatikan peranan detail serta kemudahan untuk pengamatan. Memasang peralatan sesuai dengan kedudukan sehubungan dengan fungsi masing-masing peralatan. Memulai dengan pengukuran awal pada patok awal dan melanjutkan hingga akhir.

6. Mengusahakan dalam pengambilan data perlu diperhatikan ketelitian dan kecermatan dalam pengamatan.

b. Pelaksanaan Pengukuran

1. Pesawat diletakkan pada daerah yang akan di ukur arah depan.

2. Letakkan statif tepat di atas patok.

3. Pasang alat ukur waterpass atau theodolit di atas statif, kemudian kunci dengan menggunakan sekrup. Gantungkan bandul atau unting-unting pada statif untuk mengetahui apakah posisi statif tepat di atas patok atau tidak.

4. Penyetelan alat untuk memastikan keadaannya telah siap digunakan, caranya yaitu dengan penyetelan nivo. Penyetelan ini bertujuan untuk menepatkan agar sumbu tabung gelembung dari Nivo kotak berada pada tengah-tengah dari lingkaran yang ada. Apabila syarat ini terpenuhi, maka sumbu vertikal dapat ditempatkan pada posisi yang betul-betul horizontal. Pengaturan Nivo ini dilakukan dengan cara mengatur sekrup pengepit yang terdiri dari tiga buah.

5. Pesawat dibidikkan pada patok arah depan dengan menggunakan bantuan bidik kasar kemudian pada patok belakang.

6. Bak ukur diletakkan tegak lurus pada bidang horizontal.

7. Kontrol atau paskan sumbu vertikal pada as bak ukur (apabila objek yang diamati kurang jelas atau berbayang, maka dapat diperjelas dengan menyetel lensa sumbu).

8. Setel piringan sudut ke arah angka nol untuk pembacaan patok depan, sedangkan untuk patok belakang dibaca besaran sudutnya.

9. Data-data yang diperoleh dimasukkan ke daftar hasil pengukuran. Untuk waterpass data yang dicatat adalah pembacaan benang dan pembacaan sudut. Sedangkan untuk theodolit data yang dicatat adalah pembacaan benang, sudut vertikal, sudut horizontal, pembacaan biasa, dan pembacaan luar biasa.

10. Dengan tidak mengubah posisi kaki pesawat diputar untuk membaca arah bak yang di belakang.

11. Prosedur pembacaan sama dengan patok depan.

12. Pesawat kembali diputar untuk membidik bacaan pada detail.

13. Pesawat dipindahkan ke patok berikutnya.

14. Pengukuran dilakukan sampai patok terakhir dengan cara yang sama.

15. Untuk theodolit dilakukan pembacaan luar biasa yang berguna untuk mengontrol pembacaan biasa.

L.Anggaran Biaya

Adapun rincian anggaran baiya pengukuran dan pemetaan adalah sebagai berikut :

1. Biaya proposal

Rp.

2. Sewa alat

Rp. 3. Patok

Rp. 4. Konsumsi

Rp.

5. Lain-lain

Rp.

Rp.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Definisi Peta Dan Macam-Macam Peta

1. Definisi Peta

Peta ialah gambaran konvensional yang memberi informasi gambaran keadaan pada dari permukaan bumi yang dilukiskan dengan skala tertentu, untuk menggambarkan situasi tersebut atau keadaan permukaan bumi yang sangat luas ini, tidak mungkin dilakukan sesuai dengan luas yang sebenarnya. Oleh sebab itu, dalam menggambarkannya perlu diperkecil dengan perbandingan dan hasilnya digambarkan pada bidang datar jika dilihat dari atas.

2. Macam-Macam Peta

Macam - macam peta dapat dikelompokkan berdasarkan pada :

Skalanya, antara lain :

1) Peta kadaster berskala antara 1 : (100 s.d : 5000)

2) Peta skala besar berskala antara 1 > 5000 s.d 1 : 250000

3) Peta skala sedang berskala antara 1 : > 250000 s.d 1 : 500000

4) Peta skala kecil berskala antara 1 : > 500000 s.d 1 : 1000000

5) Peta geografi berskala 1 : > 1000000 atau lebih.B. Bagian-Bagian Peta

a. Judul peta yang mencerminkan isi dan ide yang dituangkan pada peta

b. Skala peta, Peta adalah bayangan yang diperkecil dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi. Perkecilan ini adalah perbandingan antara suatu jarak di atas peta dan jarak yang sama. di atas permukaan bumi, dan perbandingan ini dinamakan skala dari peta.

Misalkan jarak antara dua titik di atas peta ada 1 cm dan jarak sebenarnya di atas permukaan. bumi antara dua titik itu ada 1 km, maka. skala peta. ada 1 cm : 1 km 1 cm : 100.000 cm = 1 : 100.000.

Jalan lain untuk menyatakan skala peta. ialah memberitahukan, berapa cm di atas peta yang sama, dengan satu kilometer di atas permukaan bumi.

Cara ketiga untuk menyatakan. skala peta ialah dengan menarik suatu garis, di atas garis mana dibuat suatu skala dengan bagian-bagian yang menyatakan satu km di atas permukaan bumi.

c. Legenda berguna untuk memberikan keterangan tentang simbol-simbol yang ada agar peta lebih mudah dipahami dan mudah dibaca, maka digunakan tanda-tanda untuk menyatakan bangunan-bangunan yang ada di permukaan bumi seperti jalan raya, jalan kereta, api, dan sebagainya. Perlu pula diterangkan bahwa untuk bermacam-macam keadaan dan bermacam-macam tanaman yang berada pada permukaan bumi misalkan ladang, padang rumput, atau alang-alang, untuk tiap macam pohon digunakan tanda-tanda yang satu sama lain berbeda-beda. Untuk tiap macam bangunan digunakan tanda, seperti gedung dari batu digunakan warna, merah.

d. Mata angin sebagai petunjuk arah

e. Garis astronomi, yaitu garis lintang dan garis buju untuk menentukan letak atau lokasi pada peta.

f. Tahun pembuatan peta berkaitan dengan data-data yang disajikan

g. Penulisan atau lettering nama perairan ditulis miring dan nama tempat yang lain ditulis tegak.A. DASAR-DASAR PENGUKURAN

1. Menentukan Titik di Lapangan

Dalam pengukuran jarak maupun penentuan sudut, diperlukan penentuan titik dilapangan. Titik yang ditetapkan di lapangan bersifat sementara dan tetap. Titik yang bersifat sementara dapat berupa patok-patok yang terbuat dari kayu atau bamboo, yang ditancapkan kedalam tanah dan menyisahkan beberapa sentimeter dipermukaan tanah dan ditandai agar mudah terlihat. Sedangkan titik yang bersifat tetap, dapat berupa rumah dari beton atau batu bata, atau bangunan lainnya yang bersifat permanen, yang kemudian dijadikan sebagai Titik Ikat.

Ada beberapa cara dalam menentukan titik di lapangan,

a. Menentukan titik dalam garis lurus

b. Menentukan titik yang tidak terletak dalam garis lurus

c. Menentukan titik dengan satu garis tertentu

2. Pengukuran Jarak Langsung

a. Peralatan pengukuran jarak langsung

Dalam pengukuraN jarak langung, dibutuhkan alat-alat yaitu : pita ukur, rantai ukur, kompas, dan pegas ukur. Panjang alat ukur tersebut antara 10, 20, 50, dan 100 meter.

b. Pelaksanaan pengukuran jarak langsung

Jarak antara dua titik di lapangan merupakan panjang yang berhubungan langsung secara horizontal (mendatar). Terdapat dua pola yang digunakan dalam pengukuran jarak langsung, yaitu pola pada daerah datar dan pola pada daerah yang miring.

Pola pada daerah datar

12

3 4

Pola pada daerah yang tidak datar

3. Kesalahan-kesalahan Dalam Pengukuran Jarak Langsung

a. Meteran / Pita ukur tidak dibentangkan secara horizontal dengan baik.

b. Panjang Pegas ukur yang kurang benar.

c. Adanya angin yang meniup pita ukur.

d. Ketidaktepatan unting-unting menunjuk titik patok.

e. Kesalahan pencatatan hasil akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Mongsotjitro, Soetomo. 1989. Ilmu Ukur Tanah. Jakarta: Kanisius.P

1

2

3

Q

PAGE 1