Top Banner
TUGAS AKHIR PROPOSAL PENELITIAN Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Metodologi Penelitian OLEH: Abdul Hamid: 2413.001 PMTK V A Dosen pembimbing : Imamuddin, M.Pd JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
51

Proposal

Jan 07, 2017

Download

Education

Abdul Hamid
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Proposal

TUGAS AKHIR

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Metodologi Penelitian

OLEH:

Abdul Hamid: 2413.001

PMTK V A

Dosen pembimbing:

Imamuddin, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BUKITTINGGI

2015/2016

Page 2: Proposal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalani oleh seseorang untuk

dapat menjadi manusia sempurna. Proses pendidikan yang berjalan dengan

lancar atau ideal merupakan harapan dari setiap komponen pendidikan yang

ada seperti guru, siswa, dan sebagainya. Keidealan atau kelancaran proses

pendidikan yang sesuai dengan harapan sangat jarang terjadi, hal itu mungkin

disebabkan oleh beberapa faktor. Di samping itu, tuntutan untuk mencapai

tujuan pendidikan nasional harus diupayakan, namun hal ini belum tercapai

secara maksimal. Sebagaimana telah diketahui bahwa tujuan pendidikan

nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang bertakwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokrat serta bertanggung jawab.

Melihat begitu banyaknya harapan yang terdapat pada tujuan

pendidikan nasional tersebut, semua itu hendaknya tercapai secara maksimal

sesuai dengan yang diinginkan. Proses pendidikan yang berjalan sesuai

dengan harapan, tentunya tidak terlepas dari komponen pendidikan yang ada.

Termasuk proses pendidikan dalam pembelajaran yang lebih spesifiknya yaitu

pembelajaran matematika.

Page 3: Proposal

Mengingat begitu besarnya peranan matematika dalam perkembangan

ilmu pendidikan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam

meningkatkan mutu pendidikan matematika ini, diantaranya dengan perbaikan

dan pengembangan kurikulum. Namun kenyataannya, peningkatan mutu

pendidikan matematika ini tidak semudah yang dibayangkan.

Tinggi rendahnya mutu pendidikan matematika ini salah satunya dapat

dilihat dari hasil belajar matematika yang dicapai. Siswa dapat memperoleh

hasil yang baik dalam pembelajaran, jika ia memang benar–benar serius dalam

mengikuti pelajaran. Hal ini tidak ditemukan pada waktu sekarang, dimana

siswanya kurang serius dalam mengikuti pelajaran, karena kegiatan

pembelajaran di kelas masih berlangsung satu arah, yaitu dari guru ke siswa.

Siswa hanya menerima apa yang dikatakan gurunya, menjawab pertanyaan

jika guru mengajukan pertanyaan, tidak ada inisiatif siswa sendiri bertanya

jika mengalami kesulitan. Guru belum melibatkan siswa secara keseluruhan,

seperti saat guru memberikan beberapa pertanyaan, guru hanya memberikan

kesempatan kepada orang yang sama setiap kalinya.

Berdasarkan pengetahuan saya dilapangan, bahwa siswa hanya

menggunakan sumber belajar berupa buku pegangan yang sama dengan buku

pegangan yang dipakai guru. Materi yang diberikan guru hanya bersumber

dari buku pegangan ini.

Informasi ini diperoleh berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan

siswa kelas XI IPA SMA N 5 BUKITTINGGI bahwa bagi siswa yang

paham, pengetahuan itu tidak bertahan lama dalam ingatan siswa karena

Page 4: Proposal

konsep itu tidak ditemukannya sendiri. Selain itu, contoh soal yang dijelaskan

juga sesuai dengan yang ada di buku, guru menjelaskan contoh soal yang ada

tanpa menuntut siswa untuk menemukannya, sehingga siswa sulit

menyelesaikan soal-soal yang berbeda dengan contoh soal yang telah

dijelaskan. Ketika guru memberikan latihan, hanya sebagian siswa yang

berusaha mencari atau mengerjakannya, sedangkan siswa yang lain hanya

menunggu jawaban temannya, tanpa berusaha mencari sendiri. Jika ada siswa

yang kurang memahami materi, mereka enggan untuk bertanya atau hanya

menyimpan pertanyaannya. Disinilah terlihat aktivitas belajar siswa masih

sangat rendah yang kadangkala dapat menyebabkan hasil belajar siswa juga

rendah.

Pada KTSP, siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran. Dalam

KTSP, tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Oleh karena itu, siswa harus

aktif mencari dan membaca informasi dari sumber lain, untuk menambah

pengetahuan matematika dan meningkatkan pemahaman konsepnya. Materi

matematika tidak akan bisa dipahami jika hanya membaca sekali saja, tetapi

harus berulang-ulang kali.

Untuk membantu siswa agar lebih mudah memahami materi

matematika diperlukan suatu sumber pendamping dalam pembelajaran dan

memungkinkan untuk dipelajari secara mandiri. Berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan pada siswa diperoleh informasi bahwa belum ada guru

Page 5: Proposal

memakai sumber pendamping sebagai sumber belajar selain buku paket yang

ada. Padahal sumber pendamping tersebut bisa dibuat sendiri oleh guru

dengan melihat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Disinilah

kemampuan guru sangat dituntut untuk membuat pembelajaran matematika

tidak monoton dan siswa bisa memahami materi tanpa guru langsung yang

menjelaskan. Salah satu bentuk sumber pendamping sebagai sumber belajar

yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa yang bisa dibuat guru

adalah Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas

yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan siswa (LKS) dapat

digunakan untuk penanaman konsep atau untuk meningkatkan pemahaman

siswa terhadap konsep atau materi pembelajaran. Lembar kegiatan siswa dapat

membantu siswa untuk lebih memahami materi yang belum dipahami siswa

dari penjelasan guru pada proses pembelajaran. Selain itu, LKS juga bisa

membantu siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran karena dengan

adanya LKS, siswa akan lebih termotivasi melakukan kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran di sekolah dapat terlaksana jika ada komponen-

komponen yang saling terkait dan saling membutuhkan, yaitu ada siswa, ada

guru, dan ada materi yang akan dipelajari. Dari hasil wawancara dengan guru

matematika dan siswa, diperoleh informasi bahwa materi peluang ini

merupakan salah satu materi yang susah dipahami oleh siswa, karena materi

peluang sangat membutuhkan kemampuan berfikir yang tinggi dan siswa

harus benar-benar memahami soal-soal yang akan dikerjakan, sedangkan

Page 6: Proposal

siswa malas untuk melakukan semua itu. Di samping itu, kurang bermaknanya

kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru juga akan membuat siswa susah

memahami materi peluang, dimana guru langsung memberikan konsep

mengenai materi, tanpa meminta siswa terlebih dahulu menemukan konsep

tersebut, sehingga ketika siswa mengerjakan soal-soal yang agak berbeda dari

soal yang telah dicontohkan, siswa tersebut tidak mampu untuk

menyelesaikannya. Proses pembelajaran matematika seperti itu akan terus

membuat matematika monoton dan membosankan. Menurut pendekatan

konstruktivisme, belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara

aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika.

Untuk membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika

dalam pembelajaran, maka lembar kegiatan siswa yang dibuat dengan

menggunakan pendekatan konstruktivisme. Lembar kegiatan siswa ini

berisikan materi dengan contoh-contoh yang mendorong siswa untuk

menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan yang

ada¸ dimana cara-cara yang ditemukan oleh siswa tersebut, diarahkan oleh

guru kepada jawaban yang sebenarnya, tanpa langsung memvonis bahwa

jawaban siswa itu salah, sehingga siswa tidak akan takut untuk mengeluarkan

pendapatnya dalam belajar. Hal inilah yang akan membuat pengetahuan itu

akan terus teringat oleh siswa, karena siswa sendiri yang membangun

(mengkonstruksi) pengetahuannya. Pembelajaran seperti ini akan membuat

siswa aktif dan hasil belajar siswa akan meningkat dari yang sebelumnya.

Page 7: Proposal

Tidak hanya itu, dalam penggunaan lembar kegiatan siswa berbasis

pendekatan konstruktivisme ini peran guru tidak lagi sebagai informator,

tetapi sebagai fasilitator yang akan membimbing siswa dalam belajar. Selain

itu, siswa bisa belajar mandiri atau berkelompok dengan panduan LKS yang

disediakan dan pemahaman siswa terhadap materi menjadi lebih baik karena

adanya panduan yang jelas.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang lembar kegiatan siswa berbasis pendekatan konstruktivisme. Materi

yang dijadikan bahan kajian dalam lembar kegiatan siswa berbasis pendekatan

konstruktivisme adalah materi peluang. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul

“Pengembangan LKS Pembelajaran Matematika berbasis Pendekatan

Konstruktivisme pada Materi Peluang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah validitas LKS pembelajaran matematika berbasis

pendekatan konstruktivisme pada materi peluang?

C. Tujuan Pengembangan

Tujuan dari pengembangan lembar kegiatan siswa ini adalah:

1. Untuk menentukan validitas dari LKS pembelajaran matematika berbasis

pendekatan konstruktivisme pada materi peluang.

Page 8: Proposal

D. Pentingnya Pengembangan

Pentingnya pengembangan ini adalah:

1. Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru dalam

pembelajaran matematika, khususnya materi peluang.

E. Spesifikasi Produk

LKS pembelajaran matematika berbasis pendekatan konstruktivisme untuk

siswa memiliki spesifikasi yaitu pengembangan LKS dirancang sedemikian rupa

sehingga penyajiannya memakai prinsip-prinsip pembelajaran pendekatan

konstruktivisme. LKS pembelajaran matematika berbasis pendekatan kontruktivisme

memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. LKS dibagi menjadi 5 kali pertemuan sesuai dengan indikator

pembelajaran dan tujuan pembelajaran

2. Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pembelajaran dibuat satu

lembar dalam gambar berawan di awal LKS setelah cover LKS.

3. Tujuan pembelajaran dituliskan pada setiap lembar kegiatan siswa (LKS)

4. Setiap lembar kegiatan siswa (LKS) diberi petunjuk penggunaannya sehingga

jelas apa yang akan dilakukan siswa.

5. Setiap indikator disajikan prosedur penggunaan lembar kegiatan siswa yang

berisikan :

a. Ilustrasi-ilustrasi untuk membangun (mengkonstruk) pengetahuan

siswa sekaligus penemuan konsep, dimana ilustrasi tersebut dibubuhi

titik-titik yang akan diisi oleh siswa dan perintah mengenai ilustrasi.

b. Adanya pertanyaan-pertanyaan dari ilustrasi yang diberikan agar siswa

mampu untuk mengeluarkan ide-idenya mengenai materi.

Page 9: Proposal

c. Meminta pendapat siswa tentang konsep yang dipelajari agar siswa

tidak kaku dalam memahami materi atau bisa menyampaikan materi

dengan bahasanya sendiri.

d. Adanya contoh soal dari materi yang bertujuan agar siswa lebih

memahami materi dan bentuk-bentuk soal yang berkaitan dengan

materi.

e. Adanya soal-soal yang berhubungan dengan materi yang berbeda

dengan contoh soal yang ada, untuk soal pertama diberikan langkah

penyelesaian yang tidak lengkap.

f. Ruang untuk kesimpulan mengenai materi yang bertujuan untuk

melihat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan dan konsep

yang telah diperolehnya yang nantinya akan berbeda-beda bahasa

kesimpulan yang dibuat siswa, sehingga siswa merasa dihargai dari

apa yang telah diperolehnya.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam memahami judul

serta pembahasan dalam proposal ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa

istilah yang terdapat pada proposal ini.

Lembar kegiatan siswa (LKS) berbasis pendekatan konstruktivisme

adalah salah satu sumber belajar yang berisi ilustrasi-ilustrasi yang

membantu siswa dalam membangun (mengkonstruk) sendiri

pengetahuannya, pertanyaan mengenai ilustrasi yang diberikan, contoh

soal dan soal-soal yang dikembangkan dengan pendekatan

Page 10: Proposal

konstruktivisme dan membutuhkan ide-ide atau pendapat masing-masing

siswa dalam menyelesaikan persoalan yang ada pada lembar kegiatan

siswa tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah dan Cucu Suhana

bahwa Pendekatan Konstruktivisme adalah suatu pendekatan dalam belajar

mengajar yang mengarahkan pada penemuan suatu konsep yang lahir dari

pandangan, dan gambaran serta insiatif peserta didik”.1

Lembar kegiatan siswa berbasis pendekatan konstruktivisme yang

dirancang harus valid dan praktis. Valid dengan memenuhi kriteria

validasi yaitu validasi isi dan validasi konstruk. Validasi isi yaitu apakah

LKS pembelajaran matematika yang telah dirancang sesuai dengan

kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang telah ditetapkan.

Validasi konstruk yaitu kesesuaian komponen-komponen LKS dengan

unsur-unsur pengembangan yang telah ditetapkan.

1Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung : PT Refika Aditama, 2009), h.62

Page 11: Proposal

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Matematika

Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh

pengalaman atau pengetahuan baru, sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku,

misalnya setelah belajar matematika siswa itu mampu mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan matematikanya dimana sebelumnya mereka tidak

dapat melakukannya.2 Selanjutnya, Slameto mengemukakan belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksinya dengan lingkungan.3 Senada dengan itu, Oemar Hamalik

mendefinisikan bahwa:” belajar adalah terjadinya perubahan dari persepsi dan

prilaku, termasuk juga perbaikan prilaku, misal pemuasan kebutuhan masyarakat dan

prilaku dan prilaku secara lebih lengkap.4

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu

proses dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan yang menghasilkan

perubahan tingkah laku, dimana perubahan yang terjadi itu, tidak semuanya dapat

dikategorikan pada perubahan akibat belajar. Belajar ini tidak terlepas sebagai suatu

proses sehingga prosesnya sering disebut pembelajaran.

2Herman Hudoyo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, ( Malang : Universitas Negeri Malang, 2001), h. 83 3 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) h. 24 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002) h. 45

Page 12: Proposal

Untuk memahami apa itu pembelajaran, Undang-Undang SISDIKNAS No.

20 tahun 2003 dijelaskan bahwa:“ pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.5 Selanjutnya,

pengertian pembelajaran menurut Trianto adalah interaksi dua arah dari seorang guru

dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens

dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.6

mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip matematika dengan

kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu

terbangun kembali”.7 Berdasarkan definisi di atas, pembelajaran matematika yang

dimaksud peneliti yaitu siswalah yang mengkonstruksi pengetahuannya sendiri,

sedangkan guru tetap berperan sebagai motivator dan fasilitator, sehingga seorang

guru harus mampu menciptakan suasana yang bisa melibatkan siswa secara aktif

dalam belajar baik secara mental, fisik maupun secara sosial.

Pembelajaran matematika yang melibatkan siswa secara mental adalah

pembelajaran yang membentuk kepribadian siswa. Pembelajaran matematika yang

melibatkan siswa aktif secara fisik adalah pembelajaran yang membuat siswa

melakukan aktivitas membaca, menulis, dan berbicara, sedangkan pembelajaran

matematika yang melibatkan siswa aktif secara sosial adalah pembelajaran yang

dapat mengajak siswa untuk saling berhubungan dengan siswa lain. Dengan kata lain,

dapat mengajak siswa berinteraksi dengan sesamanya dan melatih siswa untuk belajar

sendiri, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab di dalam diri siswa, untuk itu perlu

5 SISDIKNAS, Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, (Bandung : Fokus media 2006), h. 4

6Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 17

7 Muliyardi, Strategi Pembelajaran, (Padang: FMIPA, 2003) h. 3

Page 13: Proposal

digunakan metode pembelajaran baru yang diyakini dapat meningkatkan keaktifan

siswa sehingga hasil belajar siswa tinggi.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat

pembelajaran matematika sebagai ilmu deduktif, ilmu terstruktur, serta sebagai ratu

dan pelayan ilmu. Hakikat pembelajaran matematika berkaitan dengan lembar

kegiatan siswa berbasis pendekatan konstruktivisme, karena melalui LKS berbasis

pendekatan konstruktivisme inilah matematika sebagai ilmu deduktif yang menuntut

siswa untuk bisa mempelajari matematika tidak diterima begitu saja tetapi harus

siswa menemukan (mengkonstruk) sendiri pengetahuannya.

B. Objek Dasar Pembelajaran Matematika

Menurut Merril, ada 4 objek dasar pembelajaran matematika yang harus

diperhatikan, yaitu :

a. Fakta adalah informasi yang digunakan benda atau konsep-konsep

tertentu, seperti nama orang, tanggal, peristiwa, nama tempat, dan

sebagainya.

Dalam matematika menurut Gagne, Fakta adalah objek matematika yang

tinggal menerimanya seperti lambang bilangan, sudut, dan notasi-notasi

matematika lainnya.

b. Konsep adalah sekelompok benda, peristiwa, atau simbol yang

mempunyai ciri yang sama.

Dalam matematika menurut Gagne, konsep adalah ide abstrak yang

memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan

Page 14: Proposal

non contoh. Misalkan konsep bujur sangkar, bilangan prima, himpunan

dan vektor.

c. Prosedur adalah susunan suatu langkah-langkah yang harus dilakukan

dalam mencapai tujuan

d. Prinsip adalah penjelasan tentang hubungan sebab akibat atau hubungan

korelasional.

Dalam materi peluang contoh-contoh objek dasar pembelajaran matematika

yang berupa :

a. Fakta berupa:

n! :notasi faktorial , P: permutasi ,C :kombinasi , r : kegiatan yang dilakukan ,

b. Konsep berupa:

1) Aturan pengisian tempat adalah jika tersedia r tempat dengan:

n1 cara untuk mengisi tempat pertaman2 cara untuk mengisi tempat keduan1 cara untuk mengisi tempat ketiga..nr cara untuk mengisi tempat pertama, kedua, sampai r-1 terisi, maka banyaknya cara untuk mengisi r tempat yang tersedia itu adalah :

n1 xn2 x…. x nr cara

2) Permutasi adalah suatu r unsur dari n unsur yang tersedia adalah semua

urutan yang berbeda yang mungkin dari r unsur diambil dari n unsur

yang berbeda, dan memperhatikan urutannya.

Page 15: Proposal

3) Kombinasi adalah r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia (tiap

unsur berbeda) adalah suatu pilihan dari r unsur tanpa memperhatikan

urutannya (r ≤ n)

c. Prinsip berupa :

1) Banyak permutasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia

ditentukan dengan aturan :

Prn=n× (n−1 )× (n−2 ) ×…× (n−r+1 )= n !

(n−r )!

2) Banyak kombinasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia

ditentukan dengan aturan: C rn= n !

r ! (n−r )!

d. Prosedur, berupa:

Menentukan banyaknya cara dari sebuah persoalan atau sebuah kasus, dengan

cara menentukan terlebih dahulu apakah soal atau kasus tersebut termasuk

permutasi atau kombinasi.

C. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran

berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Berdasarkan pengertian diatas,

dapat disimpulkan bahwa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran

yang berisi tugas-tugs yang harus dikerjakan siswa yang dapat membantu siswa

untuk meningkatkan pemahaman konsepnya.

Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan

mampu memanfaatkan lembar kegiatan siswa yang ada, dimana guru tersebut harus

menjadi fasilitator bagi siswa sehingga apa yang dipelajari bisa dipahami siswa

Page 16: Proposal

dengan mudah. Selanjutnya menurut Endang Widjajanti, lembar kegiatan siswa ini

juga mempunyai beberapa fungsi dalam proses belajar mengajar yaitu:

1. Dapat mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai siswa. 2. Membantu siswa dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar.3. Dapat membangkitkan minat siswa jika LKS disusun secara

rapi, sistematis mudah dipahami oleh siswa sehingga mudah menarik perhatian siswa.

4. Dapat digunakan untuk melatih siswa menggunakan waktu seefektif mungkin.

5. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.5

Lembar kegiatan siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan

aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran

dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. Lembar kegiatan siswa dapat

digunakan sebagai sarana untuk penanaman konsep atau untuk meningkatkan

pemahaman siswa terhadap konsep atau materi pelajaran.

Dalam penelitian ini LKS yang dirancang berisi petunjuk penggunaan LKS,

adanya tujuan dari pembelajaran, prosedur lembar kegiatan siswa yang berisikan

ilustrasi-ilustrasi dari materi, berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai ilustrasi

dan meminta pendapat siswa mengenai suatu konsep yang sedang dipelajari,

kemudian adanya contoh soal mengenai materi dan soal-soal mengenai materi

tersebut. Sebagai tambahannya pada LKS ini ada kesimpulan terhadap materi yang

dipelajari yang akan diisi oleh siswa itu sendiri. Soal-soal yang ada pada LKS

tersebut dibedakan dengan soal yang telah diberikan sehingga memunculkan

pendekatan konstruktivisme sebagai karakteristik dari lembar kegiatan siswa.

Page 17: Proposal

D. Pendekatan Konstruktivisme

1. Pengertian Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu

pendekatan yang lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses

pembelajaran. Pendekatan ini disajikan supaya lebih merangsang dan memberi

peluang kepada peserta didik untuk belajar berfikir inovatif dan mengembangkan

potensinya secara optimal. Menurut Paul Suparno, konstruktivisme adalah salah

satu filsafat pengetahuan yangmenekankan bahwa pengetahuan kita adalah

konstruksi (bentukan) kita sendiri.6

Dalam teori belajar konstruktivis, ciri khas belajar konstruktivis adalah

pembelajaran bukan sesuatu yang bersifat individual semata, belajar juga

dikonstruksikan secara sosial dengan mendorong kerja sama dan diskusi

kelompok melalui interaksi dengan teman sebaya, guru, orang tua dan

sebagainya.

Selanjutnya Syaiful Sagala mendefinisikan konstruktivisme adalah “ide

bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi

kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik

mereka sendiri”. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

pendekatan konstruktivisme adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk

menemukan sendiri pengetahuannya melalui pengamatan dan pemahamannya.

2. Karakteristik Pendekatan Konstruktivisme.

Pendekatan konstruktivisme sebagai suatu pendekatan dalam proses

pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:

Page 18: Proposal

a. Proses pembelajaran berpusat pada siswa sehingga siswa diberi peluang besar untuk aktif dalam proses pembelajaran.

b. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang dimiliki siswa.

c. Berbagai pandangan yang berbeda di antara siswa dihargai dan sebagai tradisi dalam proses pembelajaran.

d. Siswa di dorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi.

e. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong siswa dalam proses pencarian (inkuiri) yang lebih alami.

f. Proses pembelajaran mendorong terjadinya kooperatif dan kompetitif dikalangan siswa secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.

g. Proses pembelajaran dilakukan secara konstektual, yaitu siswa dihadapkan ke dalam pengalaman nyata.

Dari karakteristik konstruktivisme di atas dapat dilihat bahwa proses

pada pembelajaran ini berpusat kepada siswa, dimana siswa dituntut untuk dapat

membangun sendiri pengetahuannya baik dari pengalaman dan pengamatannya

terutama dalam bidang sains dan matematika. Pembelajaran matematika pada

prinsipnya telah banyak menggunakan prinsip-prinsip konstruktivisme, yaitu :

a. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif b. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswac. Mengajar adalah membantu siswa belajard. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan

pada hasil akhir e. Kurikulum menekankan partisipasi siswaf. Guru adalah fasilitator.

Prinsip konstruktivisme di atas, sangat membantu siswa dalam proses

pembelajaran karena siswa dituntut untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran

dan mampu untuk mengkonstruk (membangun) pengetahuan siswa itu sendiri.

Hal ini mengakibatkan konsep atau pengetahuan yang telah dipelajari bertahan

lama dalam ingatan siswa.

Page 19: Proposal

3. Format Pembelajaran Pendekatan Konstruktivisme

Menurut sifatnya, konstruktivisme seharusnya mendorong

eksperimentasi, kontingensi, dan kecairan dalam pelajaran. Ada empat

langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pembelajaran

konstruktivisme yaitu :

a. Fase start

Pada fase ini guru memulai pelajaran dengan sebuah masalah yang

relevan dengan kehidupan murid sehari-hari.

b. Fase eksplorasi

Pada fase ini guru memberikan murid kesempatan untuk kerja

kelompok yang melibatkan situasi riil atau bahan-bahan riil.

c. Fase refleksi

Pada fase ini murid diminta untuk menganalisis serta mendiskusikan

apa yang telah mereka kerjakan, baik dengan kelompok lain atau

dengan guru. Guru bisa memberikan pertanyaan dan komentar

terhadap kegiatan siswa.

d. Fase aplikasi dan diskusi

Pada fase ini guru dapat meminta seluruh kelas untuk mendiskusikan

berbagai temuan dan menarik kesimpulan.

Beberapa bentuk pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivis adalah:

Page 20: Proposal

a. Pembelajaran top-down

Pembelajaran ini dimulai dengan masalah (sering muncul dari siswa

sendiri) dan selanjutnya guru membantu siswa menyelesaikan

bagaimana menemukan langkah-langkah memcahkan masalah.

b. Pembelajaran kooperatif

Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran

kooperatif secara luas, berdasarkan teori bahwa siswa lebih mudah

menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka

saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.

c. Pembelajaran generatif (generative learning)

Strategi pembelajaran generatif mengajarkan siswa metode-metode

spesifik melakukan kerja mental menangani informasi baru. Misalnya,

siswa mengucapkan dengan kata-kata sendiri apa yang telah mereka

dengar tentang materi yang diberikan.

d. Pembelajaran dengan penemuan

Dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar

sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk

memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan

mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

e. Pembelajaran dengan pengaturan diri

Pembelajaran dengan pengaturan diri adalah siswa yang memiliki

pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan

Page 21: Proposal

menggunakan pengetahuan itu. Misalnya siswa mengetahui bagaimana

memecahkan masalah kompleks menjadi langkah-langkah lebih

sederhana atau mengujicobakan solusi alternatif.

f. Scaffolding

Scaffolding termasuk pemberian kepada siswa bantuan yang lebih

terstruktur pada awal pelajaran dan secara bertahap mengalihkan

tanggung jawab belajar kepada siswa untuk bekerja atas arahan diri

mereka sendiri.

E. LKS Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan Konstruktivisme

Lembar kegiatan siswa berbasis pendekatan konstruktivisme adalah lembar

kegiatan siswa yang dikembangkan dengan menggunakan karakteristik

konstruktivisme yang menuntut ide-ide atau pendapat-pendapat siswa dalam

menyelesaikan soal-soal yang ada pada lembar kegiatan siswa tersebut. Soal-soal

yang ada pada LKS harus berisi masalah-masalah yang dapat diselesaikan dengan

pendekatan konstruktivisme.

LKS dirancang sedemikian rupa sesuai dengan komponen-komponen LKS

yang telah ditetapkan. LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus

dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman konsep sesuai dengan

indikator pencapaian hasil belajar. LKS berbasis pendekatan konstruktivisme dibagi

menjadi beberapa kegiatan belajar sesuai dengan indikator pembelajaran, setiap

indikator disajikan masalah-masalah yang dapat mengkonstruk pengetahuan siswa itu

sendiri.

Setiap indikator dicapai dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang ada dalam

LKS. Kegiatan tersebut bisa dilakukan siswa dengan cara yang berbeda dan kegiatan

Page 22: Proposal

itu dilakukan bersama di dalam kelompok kecil, sehingga siswa bisa menemukan

sendiri konsep atau materi pembelajaran.

F. Peluang

Materi peluang secara sederhana mulai dikenalkan di SMP lebih

diperdalam di SMA dan ditingkatkan lagi di perguruan tinggi. Peluang

merupakan bagian dari matematika yang membahas tentang ketidakpastian

terjadinya suatu peristiwa yang ada dalam kehidupan.8 Dalam pengertian lain,

peluang merupakan ukuran tentang besar kecilnya suatu atau beberapa

kejadian yang dapat terjadi dalam suatu populasi atau dalam sekelompok

contoh yang mewakili suatu populasi.9 Dari pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa peluang merupakan materi yang membutuhkan analisa

yang tinggi dalam mempelajarinya karena membahas tentang ketidakpastian

suatu peristiwa. Hal ini menyebabkan kesulitan siswa dalam mempelajari

materi peluang.

Menurut Kemas Ali Hanafiah, teori peluang ini merupakan teori yang

berasal dari meja judi, yaitu melalui surat Chevalier de Mere seorang

bangsawan perancis yang bertanya tentang pembagian uang taruhan dalam

suatu perjudian yang belum selesai. Pertanyaan ini kemudian dibahas tuntas

melalui diskusi intensif antara Pascal (1623-1662) dan Fermat (1601-1685),

sehingga melahirkan teori peluang yang dikenal saat ini.

8Marsudi Raharjo. Peluang.( disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar dari tanggal 6-19 Agustus 2004), (Yogyakarta: PPPG Matematika, 2004), h. 3. Tersedia di http://p4tkmatematika.org/downloads/sma/peluang.pdf, diakses pada tanggal 19 Mei 2012

9Kemas Ali Hanafiah. Dasar-Dasar Statistika. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), h 137

Page 23: Proposal

Materi peluang yang dipelajari di SMA kelas XI IPA mempunyai

indikator, tujuan, dan ruang lingkup yang harus dicapai. Indikator-indikator

materi peluang yang digunakan di SMAN 5 Bukittinggi adalah :

1. Menggunakan aturan perkalian dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan aturan permutasi dalam pemecahan masalah

3. Menggunakan aturan kombinasi dalam pemecahan masalah

Dari indikator di atas, salah satu konsep yang harus dipahami siswa

dalam mempelajari materi peluang mengenai aturan pengisian tempat (aturan

perkalian) dapat dicari dengan beberapa cara yaitu diagram pohon, dengan

tabel silang, dan dengan pasangan terurut. Permutasi merupakan penyusunan

kejadian-kejadian majemuk berunsur r yang dapat ditata dari keseluruhan atau

sebagian n unsur populasi. Kombinasi merupakan penggabungan n kejadian-

kejadian dasar menjadi kejadian-kejadian majemuk berunsur r tanpa

memperhatikan susunan atau tata letaknya.

Page 24: Proposal

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Menurut Sugiyono,

metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.10

B. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian pengembangan ini terdiri dari 3 tahap, yaitu:

1. Analisis muka-belakang (front-end analysis)

2. Tahap prototype (prototype)

3. Tahap Penilaian (assessment)

Pada penelitian ini hanya dilakukan 2 tahap pengembangan yaitu

analisis muka-belakang (front-end analysis) dan tahap prototype (prototype).

C. Prosedur Penelitian

Berdasarkan rancangan penelitian di atas, maka prosedur penelitian ini hanya

terdiri dari 2 tahap, yaitu:

1. Analisis muka-belakang (front-end analysis)

Tahap analisis muka-belakang dilakukan untuk mengetahui keadaan

dilapangan.Tahap ini bisa disebut sebagai tahap analisis kebutuhan.

Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

10Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 407

Page 25: Proposal

a. Melakukan wawancara dengan guru dan siswa

Wawancara dengan guru dan siswa dilakukan untuk mengetahui

masalah/hambatan apa saja yang dihadapi dilapangan yang berkaitan

dengan pembelajaran matematika, meliputi pendekatan pembelajaran,

aktivitas siswa, sumber belajar, dan hasil belajar.

b. Menganalisis silabus pembelajaran matematika siswa

Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah materi yang akan diajarkan

sudah sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta

menyesuaikan materi pada lembar kegiatan siswa (LKS) dengan apa

yang telah dirumuskan pada silabus. Materi yang akan disampaikan

pada lembar kegiatan siswa (LKS) pembelajaran matematika berbasis

pendekatan konstruktivisme adalah aturan perkalian, aturan permutasi

dan aturan kombinasi. Selain itu juga melihat kegiatan pembelajaran

yang telah direncanakan, apakah bersifat teachercentered atau

studentcentered.

c. Menganalisis sumber belajar matematika yang biasa digunakan seperti

buku paket.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah sumber belajar matematika

yang biasa digunakan seperti buku paket telah sesuai dengan

karakteristik siswa atau belum.

Page 26: Proposal

d. Mereview literatur tentang lembar kegiatan siswa (LKS)

Hal ini bertujuan untuk mengetahui format penulisan lembar kegiatan

siswa (LKS), agar LKS yang akan dikembangkan dapat dirancang

dengan baik dan semenarik mungkin. Dimana LKS tersebut harus

dapat dipelajari siswa tanpa bantuan guru. Oleh sebab itu, dalam LKS

harus memuat contoh soal serta soal-soal yang mudah dipahami siswa.

2. Tahap prototipe (prototype)

Pada tahap ini meliputi kegiatan menyusun kerangka dan format

LKS, jenis tulisan, bahasa, dan lainnya. Proses penyusunan LKS akan

dilakukan diskusi, konsultasi dengan pakar pendidikan matematika.

Setelah ini, dilakukan validasi terhadap LKS yang dikembangkan.Validasi

LKS yang telah dikembangkan meliputi validasi isi dan validasi

konstruk.Validasi isi yaitu apakah LKS pembelajaran matematika berbasis

pendekatan konstruktivsme yang telah dirancang sesuai dengan

kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan.Validasi konstruk

yaitu kesesuaian komponen-komponen LKS berbasis pendekatan

konstruktivisme dengan unsur-unsur pengembangan yang telah ditetapkan.

Setiap validator diminta untuk menilai LKS tersebut, sehingga diketahui

kekurangannya.Setelah itu melakukan revisi terhadap LKS berdasarkan pendapat

para pakar, sehingga dihasilkan produk akhir yang valid. Kegiatan validasi

dilakukan dalam bentuk tertulis dan diskusi (wawancara) sampai tercapai suatu

kondisi dimana pakar sependapat bahwa LKS berbasis pendekatan

konstruktivisme yang dibuat telah valid.

Page 27: Proposal

Tabel 1. Validasi LKS Berbasis Pendekatan Konstruktivisme

No Aspek Metode

Pengumpulan Data

Instrumen

1 Tujuan Diskusi dengan pakar pendidikan matematika

Lembar validasi

2 Rasional

3 Isi LKS

4 Karakteristik

5 Kesesuaian dan Bahasa

6 Bentuk fisik

Rancangan penelitian di atas digambarkan dalam prosedur yang

dapat dilihat dari bagan berikut:

Hasil Studi Pendahuluan

Buku paket belum membantu siswa dalam memahami pelajaran matematika

Belum ada LKS yang membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan matematikanya

Kesulitansiswa dalam menyelesaikan soal

Analisis Kebutuhan

Wawancara dengan guru dan siswa

Analisis silabus dan sumber belajar matematika

Review literatur tentang LKS

Merancang prototipe LKS berbasispendekatan konstruktivisme

Page 28: Proposal

Tidak

Ya

Tidak

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.11 Dalam penelitian ini

observasi bertujuan untuk mengetahui praktikalitas penggunaan LKS berbasis

11Sugiyono, Op.Cit, hal 203

Validasi pakar

Valid Revisi

PraktikalRevisi

LKS berbasis pendekatan konstruktivisme yang valid

Page 29: Proposal

pendekatan konstruktivisme. Alat pengumpul data yang digunakan untuk

mengobservasi adalah lembar observasi.

2.Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab12.

Dalam penelitian ini angket yang diberikan yaitu angket tanggapan siswa yang

bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang kepraktisan LKS berbasis

pendekatan konstruktivisme.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi,

lembar observasi dan angket tertutup.

1. Lembar validasi

Lembar validasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang

validitas LKS pembelajaran matematika berbasis pendekatan

konstruktivisme.

2. Lembar observasi

Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang

praktikalitas LKS berbasis pendekatan konstruktivisme dalam

pembelajaran. Lembar observasi berisikan pernyataan tentang

keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis

pendekatan konstruktivisme.

3. Angket tertutup12Ibid, h. 199

Page 30: Proposal

Angket tertutup disusun untuk meminta tanggapan siswatentang kemudahan

penggunaan LKS berbasis pendekatan konstruktivisme.

Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian ini adalah :

a. Merancang tujuan dari masing-masing instrumen penelitian

b. Membuat kisi-kisi dari lembar validasi dan angket tertutup

Tabel 3. Kisi-kisi lembar validasi LKS berbasis pendekatan konstruktivisme

No Aspek Indikator

1. Tujuan Memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang jelasMemuat indikator yang sistematisMemuat tujuan pembelajaran yang diharapkan melalui indikator pembelajaran

2. Rasional Memiliki ciri khas konstruktivismeMemberikan manfaat bagi siswa

3. Isi LKS Penulisan LKS sesuai dengan format bakuMemuat langkah-langkah pembelajaran untuk menemukan konsepMemuat soal-soal untuk tugas atau latihan bagi siswa yang menunjang pemahaman konsep

4. Karakteristik Penyajian materi dengan menggunakan ilustrasi yang membantu siswa mengkonstruk pengetahuannya.Soal yang diberikan berbeda dengan contoh soal yang ada yang memuat konstruktivis.Memuat tujuan pembelajaran yang diharapkanDapat membantu siswa untuk menemukan konsep sendiriDapat membantu siswa mengembangkan model matematika sendiri untuk menyelesaikan suatu masalahMemunculkan interaksi antar siswa karena bekerja dalam kelompok.Penyelesaian masalah didukung dengan konsep penbelajaran sebelumnya.

Kesesuaian Memuat kesesuaian tujuan dan materiMemuat kesesuaian materi dan soal latihan

Page 31: Proposal

5. dan bahasa Kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa IndonesiaKalimat-kalimat yang melibatkan kemampuan berfikir logisKalimat yang digunakan mudah dipahamiMenggunakan bentuk dan ukuran huruf yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa

6. Bentuk fisik Penyajian isi LKSKemasan LKS yang dihasilkan menarik

Tabel 4. Kisi-kisi angket tanggapan siswa terhadap LKS berbasis pendekatan konstruktivisme

No Indikator Nomor Butir Pernyataan1. Petunjuk 12. Isi 2,4,5,6, dan 83. Bahasa 3 dan 7

c. Memvalidasi instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang divalidasi untuk lembar validasi

LKS berbasis pendekatan konstruktivisme terdiri dari validasi isi dan

validasi konstruk. Validasi isi adalah kesesuaian antaraLKS berbasis

pendekatan konstruktivisme yang telah dirancang dengan kompetensi

dasar dan indikator pembelajaran yang telah ditetapkan, sedangkan

validasi konstruk adalah kesesuaian antara LKS berbasis pendekatan

konstruktivisme yang telah dirancang dengan unsur-unsur

pengembangan yang telah ditetapkan.

Skala penilaian untuk lembar validasi menggunakan skala Likert.

Aspek penilaian meliputi format angket, bahasa yang digunakan dan

butir pernyataan angket.

Rekapitulasinya terdapat pada tabel 5 berikut:

Page 32: Proposal

Tabel 5. Data Hasil Validasi Angket Tanggapan Siswa

No Aspek yang divalidasi

Validator Jml SkorMaks %

Kes1 2 3

1 Format angket 4 4 4 12 15 80 Valid2 Bahasa yang

digunakan6 8 8 22 30 73,3 Valid

3 Butir pernyataan angket

7 8 8 23 30 76,7 Valid

Jumlah 17 20 20 57 75 76 Valid

Berdasarkan Tabel 5, dapat dikatakan bahwa format angket, bahasa

yang digunakan dan butir pernyataan angket telah valid. Sesuai dengan

saran validator, dilakukan revisi terhadap angket tanggapan siswa.

Perubahan yang dilakukan sesuai saran yang diberikan validator adalah:

1) Pada angket, perbaiki pernyataan soal-soal angket dengan

pernyataan angket.

2) Butir pernyataan angket agar ditambah

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Lembar validasi

Data hasil validasi yang terkumpul kemudian ditabulasi. Hasil tabulasi kemudian

dicari persentasenya dengan rumus 13:

P=∑ skorperitemskormaksimal

x 100 %

Berdasarkan hasil persentase, tagihan dapat dikategorikan menjadi :

Tabel 6. Kategori Validitas LKS Berbasis Pendekatan Konstruktivisme

13Riduwan, Belajar Mudah Penelitian, (Jakarta: Alfabeta, 2007).h. 89

Page 33: Proposal

% Kategori0-20 Tidak valid21-40 Kurang valid41-60 Cukup valid61-80 Valid81-100 Sangat valid

2. Lembar observasi

Data yang diperoleh dari observer dianalisis secara deskriptif naratif. Analisa

dilakukan untuk menggambarkan data hasil observermengenai praktikalitas LKS

berbasis pendekatan konstruktivisme.

3. Angket

Data hasil tanggapan siswa melalui angket yang terkumpul, kemudian

ditabulasi. Hasil tabulasi tiap tagihan dicari dengan rumus :

P=∑ skorperitemskormaksimal

x 100 %

Berdasarkan hasil persentase, setiap tagihan dikategorikan menjadi :

Tabel 7. Kategori Praktikalitas LKS Berbasis Pendekatan Konstruktivisme

% Kategori0-20 Tidak praktis21-40 Kurang praktis41-60 Cukup praktis61-80 Praktis81-100 Sangat praktis

Sumber: Riduwan