PENGARUH PENDIDIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII PADA MATERI BENTUK ALJABAR I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep- konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Hudoyono, 1988:3). Kehirarkisan matematika menyebabkan konsep yang telah dipelajari berhubungan dengan konsep-konsep selanjutnya. Oleh karena itu jika ada salah satu konsep yang tidak dipahami maka akan mengakibatkan kesulitan siswa dalam memahami konsep selanjutnya. Materi aljabar terdapat tiga point penting. Yaitu bentuk aljabar, pemecahan bentuk aljabar, dan campuran. Masing-masing ketiga point tersebut terdapat operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan perpangkatan. Aljabar pertama kali diajarkan disekolah menengah saat kelas VII . Operasi bentuk aljabar yang dipelajari pada kelas VII merupakan dasar mempelajari aljabar ditingkatan selanjutnya. Sifat matematika yang abstrak membuat siswa sulit memahami operasi bentuk aljabar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika antara lain faktor intelektual dan faktor pedagogik (Soejono, 1984:3). Faktor intelektual mempengaruhi daya abstrak, 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH PENDIDIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
REALISTIK (PMR) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII
PADA MATERI BENTUK ALJABAR
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang
tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Hudoyono, 1988:3).
Kehirarkisan matematika menyebabkan konsep yang telah dipelajari berhubungan
dengan konsep-konsep selanjutnya. Oleh karena itu jika ada salah satu konsep
yang tidak dipahami maka akan mengakibatkan kesulitan siswa dalam memahami
konsep selanjutnya.
Materi aljabar terdapat tiga point penting. Yaitu bentuk aljabar, pemecahan
bentuk aljabar, dan campuran. Masing-masing ketiga point tersebut terdapat
operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan perpangkatan.
Aljabar pertama kali diajarkan disekolah menengah saat kelas VII . Operasi
bentuk aljabar yang dipelajari pada kelas VII merupakan dasar mempelajari
aljabar ditingkatan selanjutnya. Sifat matematika yang abstrak membuat siswa
sulit memahami operasi bentuk aljabar. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesulitan siswa dalam mempelajari matematika antara lain faktor intelektual dan
faktor pedagogik (Soejono, 1984:3). Faktor intelektual mempengaruhi daya
abstrak, generalisasi, numerik akan mendapat kesulitan belajar matematika.
Dalam dunia pendidikan pembelajaran matematika terdapat banyak problem yang
dialami siswa maupun guru, mulai dari hal yang sederhana sampai hal yang sulit.
Masalah tersebut muncul disebabkan cara guru mengajar, cara siswa menerima
pembelajaran, dan cara interaksi antara guru dengan siswa.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menghendaki bahwa suatu
pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari konsep, teori, dan fakta
tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, guru harus bijaksana
dalam menentukan suatu model yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas
yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan
1
tujuan yang diharapkan (kemendikbud:2006). Suatu inovasi yang mengiringi
perubahan paradigma tersebut adalah ditemukan dan diterapkannya strategi-
strategi pembelajaran inovatif dan kontrutif atau lebih tepat mengembangkan dan
menggali pengetahuan peserta didik secara kongkrit dan mandiri, salah satunya
model pembelajaran PMRI.
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah pendekatan pengajaran
yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi siswa, menekankan keterampilan ‘
proses of doing mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi
dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (‘student
inventing’ sebagai kebalikan dari ‘teacher telling’) dan pada akhirnya dapat
menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu
maupun kelompok.
Dalam PMR, proses belajar mempunyai peranan penting dimana siswa
mampu menemukan sendiri konsep dan ide matematika. Sebagai konsekuensinya,
guru harus mampu mengembangkan pengajaran yang interaktif dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memberikan kontribusi terhadap proses belajar
mereka.
Berdasarkan permasalahan di atas maka muncullah pemikiran untuk
menekankan pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk lebih melatih kemampuan berfikir, bernalar dan menggali segenap potensi
yang ada pada dirinya sehingga siswa mampu menempatkan dirinya sebagai
subjek aktif dalam pembelajaran aktif, demokratif, kreatif dan inovatif sehingga
dapat terwujud pembelajaran yang efektif dan berdampak pada meningkatnya
hasil belajar siswa. Pembelajaran yang dimaksud adalah “Pengaruh Pendidikan
Pembelajaran Matematika Realistik ( PMR ) Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas VII Pada Materi Bentuk Aljabar”.
2
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa kelas VII pada materi pada materi bentuk aljabar ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh pendekatan pendidikan matematika realistik
indonesia (PMRI) terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi bentuk
aljabar.
1.4 Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan mempunyai tujuan yang tepat sasarannya ,
maka penulis memberikan batasan-batasan yaitu:
1. Penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh Pendekatan Matematika Realistik
Indonesia ( PMRI )
2. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas VII
3. Yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang
menggunakan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia ( PMRI ) pada
materi bentuk aljabar.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa sebagai
peserta didik, guru sebagai pendidik, sekolah sebagai penyelenggara pendidikan,
dan peneliti.
1. Bagi Siswa
a. Membantu siswa dalam belajar matematika karena materi pelajaran yang
disajikan guru lebih menarik, kontekstual, dan mudah dipelajari dan
dipahami sehingga hasil belajar siswa meningkat.
b. Membantu siswa lebih termotivasi dan responsif dalam mendalami materi.
3
2. Bagi guru
a. Memberikan kemudahan dalam menyajikan pembelajaran dan
memberikan bimbingan belajar kepada siswa baik secara individual
maupun secara berkelompok ketika belajar matematika sehingga dapat
meminimalkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
b. Mengembangkan kreativitas, inovasi dan cakrawala berfikir yang luas
dalam menerapkan suatu teknik atau model pembelajaran yang lebih
menarik peserta didik dalam belajar matematika, lebih variatif, bermakna
dan menyenangkan sehingga mutu pembelajaran meningkat.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah yang dijadikan objek penelitian ini
dalam upaya peningkatan mutu dan kemampuan siswa dalam bidang studi
matematika.
4. Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat menerapkan ilmu
pengetahuan yang di dapat dari bangku kuliah.
b. Sebagai sumbangan informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan
siswa.
1.6 Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh
penelitian yang dirumuskan secara jelas, (Arikunto,2006:65).
Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah bahwa
Pendekatan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) salah satu model
pembelajaran yang dapat membuat siswa mampu meningkatkan pemahaman
konsep dan proses pembelajaran matematika.
4
1.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh Pendekatan
Pembelajaran Matematika Realistik ( PMR ) terhadap hasil belajar siswa kelas VII
pada materi bentuk aljabar”.
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar Mengajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat
dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang
belajar tidak dapat disaksikan dengan kasat mata. Kita hanya mungkin
menyaksikan hanya sekedar adanya gejala-gejala perubahan prilaku yang tampak.
(Wardhana, 2010:5) sedangkan menurut Trianto, (2009:17) Belajar diartikan
sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak
paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil dan dari kebiasaan
lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu
itu sendiri.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar didefinisikan
sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, perubahan-perubahan
tersebut nyata dalam aspek tingkah laku. Yang dimaksud perubahan prilaku disini
adalah perubahan yang dilakukan secara sadar dari reaksi dan situasi yang
dihadapi.
2.1.2 Prinsip-Prinsip Belajar
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli
yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2009:42-49), prinsip-prinsip belajar adalah sebagai
berikut.
1. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar.
Perhatian dalam pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai
dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai suatuyang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, maka akan membangkitkan motivasi untuk mempelajari.
Selain itu, Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang.
6
2. Keaktifan
Dalam setiap proses belajar, siswa perlu menampakkan keaktifan. Keaktifan
itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati
sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan dan sebagainya.
3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati
secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan,
dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
4. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barang kali yang
paling tua adalah dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini
belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya
mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang.
5. Tantangan
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah
untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah
yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
6. Balikan dan Penguatan
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi eksperimen, metode penemuan,
dan sebagainya merupakan cara belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya
balikan dan penguatan.
7. Perbedaan Individual
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran.
2.1.3 Pengertian Mengajar
Mengajar merupakan salah satu komponen kompetensi dari guru yang tidak
dapat dipisahkan dari proses belajar dan mengajar. Mengajar pada prinsipnya
7
adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang mengandung
pengertian bahwa mengajar merupakan usaha mengorganisasikan lingkungan
dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran, sehingga terjadi
proses belajar mengajar “Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada
generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah”. (Hamalik 2001:47).
Menurut Nasution (1935:5) dalam buku Sabri (2007:39) “Mengajar ialah aktivitas
guru dalam mengorganisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak
didik sehingga terjadi proses belajar”.
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah
kegiatan atau proses memberikan bantuan kepada anak didik, untuk
menyampaikan segala pengetahuan yang dimiliki serta mengatur lingkungan
belajar yang sebaik-baiknya akhirnya menciptakan proses belajar mengajar.
2.1.4 Ciri-Ciri Belajar Mengajar
Sebagian guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk
menciptakan kondisi belajar yang dapat mengantarkan anak didik ke tujuan
pengajaran. Sebagai kegiatan yang bernilai edukatif, maka belajar mempunyai
ciri. Ciri-ciri ini perlu betul guru ketahui guna menunjang tugas di medan
pengabdian.
Menurut Syaiful dan Aswan (2010:39), ciri-cirinya adalah sebagai berikut.
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni membentuk anank didik dalam suatu
perkembangan tertentu.
2. Ada suatu prosedur (jalannya reaksi) yang direncanakan, didesain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang
khusus.
4. Ditandai dengan aktivitas anak didik.
5. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin.
7. Ada batas waktu.
8. Evaluasi.
8
2.2 Proses Belajar Mengajar Matematika
2.2.1 Pengertian Matematika
Kline (E.T.Ruseffendi, 1992:28) dalam bukunya mengatakan, bahwa
matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena
dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia
dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Adam
dan Hamm(Ariyadi Wijaya, 2011:5) menyebutkan empat macam pandangan
tentang posisi dan peran matematika, yaitu:
1. Matematika sebagai suatu cara untuk berpikir
Pandangan ini berawal dari bagaimana karakter logis dan sistematis dari
matematika berperan dalam proses mengorganisasi gagasan, menganalisis
informasi, dan menarik kesimpulan antar data.
2. Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan
Dalam mempelajari matematika, siswa perlu menghubungkan suatu konsep
matematika dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Penekanan pada
hubungan ini sangat diperlukan untuk kesatuan dan kontinuitas konsep dalam
matematika sekolah sehingga siswa dapat dengan segera menyadari bahwa suatu
konsep yang mereka pelajari memiliki persamaan atau perbedaan dengan konsep
yang sudah mereka pelajari.
3. Matematika sebagai suatu alat (mathematics as a tool)
Pandangan ini sangat dipengaruhi oleh aspek aplikasi dan aspek sejarah dari
konsep matematika. Banyak konsep matematika yang bisa kita temukan dan
gunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar ataupun tidak. Selain
aspek aplikasi matematika pada masa sekarang, perkembangan matematika juga
sebenarnya disebabkan adanya kebutuhan manusia.
4. Matematika sebagai suatu bahasa atau alat untuk berkomunikasi
Matematika merupakan bahasa yang paling universal karena symbol
matematika memiliki makna yang sama untuk berbagai istilah dari bahasa yang
berbeda.
9
2.2.2 Tujuan Matematika
Tujuan diberikannya matematika pada hakekatnya dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.Tujuan umumnya adalah:
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam
kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif;
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalamkehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan. Jadi tujuan umum ini terutama menekankan pada penataan nalar
siswa, pembentukan sikap siswa, dan keterampilan siswa untuk menerapkan
matematika.
Tujuan khusus pengajaran matematika adalah :
1. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan
bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari;
2. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialih gunakan, melalui
kegiatan matematika;
3. Mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih
lanjut ,dan
4. Membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat dan disiplin.
2.2.3 Pembelajaran Matematika
Proses belajar mengajar (pembelajaran) adalah upaya yang dirancang guru
untuk memberikan pengalaman yang melibatkan proses mental dan fisik melalui
interaksi antara anak didik, anak didik dengan guru, lingkungan dan sumber
belajar lainnya untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Menurut Trianto
(2009:17) pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang
tidak sepenuhnya dapat dijelaskan , pembelajaran secara simpel dapat diartikan
sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman
hidup.
Sedangkan menurut Dimyanti dan Mudjiono (2009:297), “Pembelajran
adalah kegitan guru yang secara terprogram dalam desain intruksional, untuk
10
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar”. Suatu pembelajaran yang dikatakan baik apabila proses pembelajaran itu
menggunakan waktu yang cukup sekaligus dapat membuahkan hasil (pencapaian
tujuan instruksional) secara lebih cepat dan cermat secara optimal sehingga dapat
memberikan sesuatu yang berharga dan berhasil bagi peserta didik.
Matematika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena matematika
merupakan ilmu dasar yang diajarkan setiap jenjang pendidikan di Indonesia,
yaitu dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Cockroft sebagaimana
dikutip Jailani dalam Uno (2010:129), mengemukakan tentang mengapa
matematika diajarkan hal ini disebabkan matematika sangat dibutuhkan dan
berguna dalam kehidupan sehari-hari, bagi sains, perdagangan dan industri, dan
karena matematika menyediakan suatu daya, alat komunikasi yang singkat dan
tidak ambigius serta sebagai alat untuk mendeskripsikan dan memprediksi.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
matematika adalah terbentuknya kemampuan berpikir siswa yang diwujudkan
melalui kemampuan komunikasi, berpikir logis, praktis dan mampu
menyelesaikan permasalahan sehari-hari.
2.3 Pengertian Pendekatan PMRI
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang diawali dengan masalah kontekstual untuk
mengarahkan siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Gagasan PMRI
berawal dari Realistic Mathematics Education (RME) yang telah dikembangkan di
Belanda sejak awal 70-an yang menempatkan realitas dan pengalaman siswa
sebagai titik awal dalam pembelajaran.
Penerapan PMRI yang pertama kali diperkenalkan di Negeri Belanda sekitar
tahun 1970 oleh Institut Freudhental ini mengacu pada pemikiran Freudhental
yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan
matematika merupakan aktivitas manusia. Ini bermakna bahwa, matematika harus
dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.
Menurut Gravemeijer (dalam Susianto,2007) “matematika sebagai aktivitas
manusia”, hal ini berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan
11
kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Proses
menemukan kembali ide dan konsep matematika ini disebut dengan matematisasi.
Proses matematisasi itu dibedakan menjadi dua yaitu matematisasi horizontal dan
Hamalik. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Surabaya
Kencana
Prayogi,A.C.2007.Pembelajaran Matematika Realistik(RME). http://adechandraprayogi.blogspot.com/2007/12/pendidikan matematika realistik.html. yang diakses pada tanggal 18 Desember 2016
Susianto, Darmo. 2007. Matematika Realistik. http://darmosusianto.blogspot.com/2007/08/matematika-realistik.html. Diakses tanggal 22 Desember 2016