HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG BAHAYA MEROKOK PADA SISWA DI SMP NEGRI 7 TAMBUN SELATAN PADA TAHUN 2013 DISUSUN OLEH : Haula sita fadhilah Nrp : 1010711096 FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS PEMBANGUN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG
BAHAYA MEROKOK PADA SISWA DI SMP NEGRI 7 TAMBUN SELATAN PADA
TAHUN 2013
DISUSUN OLEH :
Haula sita fadhilah
Nrp : 1010711096
FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2010
BAB 1
1.1 Latar Belakang
Merokok merupakan kegiatan yang berbahaya bagi kesehatan
tubuh. Karena menurut badan kesehatan dunia (WHO) rokok
merupakan zat aditif yang memiliki kandungan kurang lebih
4000 elemen, dimana 200 elemen di dalam nya berbahaya bagi
kesehatan tubuh (abadi, 2005). Jaya (2009) menambahkan bahwa
racun yang utama dan berbahaya pada rokok antara lain tar,
nikotin dan karbon monoksida. Racun itulah yang kemudian
akan membahayakan kesehatan perokok aktif dan perokok pasif
(murti, 2005).
Tingkat konsumsi rokok di Indonesia relative tinggi
dibandingkan Negara – Negara di Asia Tenggara. Berdasarkan
hasil survey WHO, Indonesia menempati urutan pertama di Asia
Tenggara dalam hal tingkat prevalensi perokok dewasa per
hari (WHO report on the global Tobacco Epidemic, 2011).
Jumlah perokok dari tahun ke tahun yang semakin meningkat,
hal ini berarti bahwa terdapat pertambahan perokok baru
setiap saat yang kemungkinan besar akan terus menjadi
perokok aktif seumur hidupnya. Perokok baru tersebut
sebagian besar adalah anak – anak dan remaja. Dari beberapa
hasil penelitian menunjukkan hampir 70% perokok Indonesia
memulai merokok sebelum mereka berumur 19 tahun. Berdasarkan
Riskesdas tahun 2007, perilaku penduduk Indonesia dalam
mengkonsumsi rokok menunjukkan bahwa masih lebih banyak
masyarakat yang tidak merokok dibandingkan dengan masyarakat
yang merokok dimana presentase penduduk umur 10 tahun ke
atas 23.7% merokok setiap hari, 5.5% merokok kadang –
kadang, 3.0% adalah mantan perokok dan 67.8% bukan perokok.
Namun presentase tertinggi penduduk yang merokok setiap hari
berada pada kelompok usia sekolah yaitu 15 – 19 tahun dengan
presentase sebesar 36.3% dan konsumsi terbesar kedua
berikutnya berada pada usia 20 – 24 tahun dengan presentase
sebesar 16.3%. fakta ini menunjukkan bahwa konsumsi rokok
justru sangat tinggi di kalangan penduduk usia sekolah yang
umurnya belum memiliki penghasilan sendiri untuk membeli
rokok.
Berdasarkan peraturan pemerintah republic Indonesia nomor
19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan, yang
dimaksud dengan rokok adalah hasil olahan tembakau
terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotianan
Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung
nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Tembakau
juga mengandung alkaloid yang beracun yaitu nikotin,
nikotein dan nikotelin. Gejala keracunan nya berupa diare,
muntah, kejang – kejang dan sesak nafas (Suryo Sukendro,
2007 : 28). Kandungan yang terdapat pada rokok yaitu :
a. Tar
Tar mengandung ratusan zat kimiawi yang kebanyakan
bersifat karsinogenik.
b. Nikotin
Nikotin merangsang pelepasan catecholamine yang bisa
meningkatkan denyut jantung.
c. Karbon monoksida (CO)
CO merupakan 1-5 % dari asap rokok. Zat ini mengusung
oksigen dalam darah (eritrosit) dan membentuk
carboxihaemoglobin. Seorang perokok akan mempunyai
carboxyhaemoglobin lebih tinggi dari orang normal,
sekitar 2-15%, pada orang normal carboxyhaemoglobin
hanya sekitar 0,5-2%. Selain itu CO merusak dinding
arteri yang pada akhirnya dapat menyebabkan
atherosclerosis dan penyakit jantung koroner. CO juga
merusak bayi dalam kandungan.
Berbagai macam anggota tubuh dapat terkena penyakit
yang disebabkan oleh rokok yaitu pada mata dapat menyebabkan
katarak dan kebutaan. Rokok dapat menyebabkan kanker pada
bagian tubuh mulut, tenggorokkan, pita suara dan esophagus.
Lebih dari 90% penderita kanker mulut adalah perokok dan
tingkat kematian penderita kanker mulut pada perokok lebih
besar 20 sampai dengan 30 kali dibandingkan dengan penderita
kanker mulut yang bukan perokok. Pada perokok, resiko
menderita periodontitis (gusi terbakar yang mengarah ke
infeksi) sebesar 10 kali lebih tinggi. Kanker paru – paru,
pneumonia, bronchitis, asma dan batuk kronis, kematian
akibat kanker paru – paru yang disebabkan oleh rokok
berkisar lebih dari 80%. Selain itu studi di finlandia
menunjukkan bahwa merokok pasif menyumbang timbulnya
penyakit asma pada orang dewasa. Dan di inggris, studi yang
dilakukan oleh National Asma Campaign menunjukkan bahwa
rokok memicu serangan asma pada 80% penderita. Kehamilan
pada ibu hamil, merokok dapat menyebabkan bayi lahir
premature, berat badan lahir rendah dan keguguran. Menurut
WHO, wanita merokok pada Negara maju adalah 15%, pada Negara
berkembang adalah 8%. Sedangkan di amerika serikat, wanita
perokok mencapai 15% - 30% dan sebagian dari mereka adalah
wanita hamil.
Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok pertama.
Kebiasaan merokok pada remaja dipengaruhi oleh orang tua,
teman sebaya, kepribadian dan media informasi yang
mengiklankan rokok. Perilaku merokok pada anak dapat
disebabkan karena mencotoh perilaku pada keluarga yang
merokok. Menurut Green, perilaku seseorang dipengaruhi oleh
factor pendahulu (predisposing) yang meliputi pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai dan tradisi. Pada
survey pendahuluan yang dilakukan terhadap 20 orang siswa
SMP, diperoleh data 17 orang (85.0%) diantaranya pernah
merokok dan umumnya mereka mempunyai pengetahuan yang kurang
tentang efek negative dari rokok terhadap kesehatan.
Keluarga mempunyai peran penting dalam pendidikan dan
pembentukan karakter anak. Karena sejak dilahirkan anak
diasuh dalam keluarga sehingga pertumbuhan dan perkembangan
hidupnya tidak akan terlepas dari apa yang akan disediakan
atau diberikan oleh keluarga. Factor keluarga yang
mempengaruhi perilaku merokok diantaranya hubungan orang tua
kurang harmonis, orang tua terlalu otoriter, kurangnya
komunikasi dengan orang tua, keuangan yang berlebihan atau
kekurangan, keluarga yang merokok khususnya pada orang tua
karena orang tua merupakan figure bagi anaknya. Peran orang
tua dalam pembentukan perilaku sangatlah dibutuhkan dalam
masa remaja. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa
transisi antara anak – anak kemasa dewasa, masa transisi ini
seringkali menghadapkan remaja pada situasi yang
membingungkan yang biasanya situasi membingungkan ini
diatasi dengan perilaku yang tidak terkontrol salah satunya
adalah merokok (Aula, 2010).
Peranan orang tua dalam mencegah atau menghindari remaja
untuk tidak merokok sangat besar, ini terbukti dengan orang
tua ataupun guru di sekolah selalu memberikan cara efektif
untuk terhindar dari perilaku merokok, seperti membatasi
kesempatan merokok di sekolah, tempat umum, kendaraan umum,
tempat kerja, dan terutama di rumah karena waktu yang paling
banyak dihabiskan seorang anak adalah di rumah. Peran orang
tua lebih ditingkatkan lagi dengan cara berkomunikasi dan
membantu untuk menemukan alasan merokok, serta cara untuk
menolak ajakan temannya dan sebisa mungkin menjauhkan diri
dari teman perokok. Anggota keluarga yang merokok disarankan
untuk tidak merokok di depan anak dan berusaha untuk
berhenti merokok. Peran keluarga sangat utama sekali dalam
mencegah hal tersebut sehingga perlu kita ketahui peran
orang ibu dan bapak dalam keluarga yaitu : peran ibu dalam
keluarga, yaitu : ibu sebagai pendidik, teladan sedangkan
peran ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak (Gunarsa,
2004).
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin
mengetahui tentang Hubungan Peran Orang tua dengan
pengetahuan remaja tentang bahaya merokok pada siswa di SMP
negri 7 Tambun Selatan pada tahun 2013.
1.2 Rumusan Masalah
Merokok merupakan kegiatan yang berbahaya bagi kesehatan
tubuh. Karena menurut badan kesehatan dunia (WHO) rokok
merupakan zat aditif yang memiliki kandungan kurang lebih
4000 elemen, dimana 200 elemen di dalam nya berbahaya bagi
kesehatan tubuh (abadi, 2005).
Perokok baru tersebut sebagian besar adalah anak – anak
dan remaja. Berdasarkan hasil survey WHO, Dari beberapa
hasil penelitian menunjukkan hampir 70% perokok Indonesia
memulai merokok sebelum mereka berumur 19 tahun. Berdasarkan
Riskesdas 2007 Namun presentase tertinggi penduduk yang
merokok setiap hari berada pada kelompok usia sekolah yaitu
15 – 19 tahun dengan presentase sebesar 36.3% dan konsumsi
terbesar kedua berikutnya berada pada usia 20 – 24 tahun
dengan presentase sebesar 16.3%. fakta ini menunjukkan bahwa
konsumsi rokok justru sangat tinggi di kalangan penduduk
usia sekolah yang umurnya belum memiliki penghasilan sendiri
untuk membeli rokok.
Kebiasaan merokok pada remaja dipengaruhi oleh orang tua,
teman sebaya, kepribadian dan media informasi yang
mengiklankan rokok. Perilaku merokok pada anak dapat
disebabkan karena mencotoh perilaku pada keluarga yang
merokok.
Keluarga mempunyai peran penting dalam pendidikan dan
pembentukan karakter anak. Karena sejak dilahirkan anak
diasuh dalam keluarga sehingga pertumbuhan dan perkembangan
hidupnya tidak akan terlepas dari apa yang akan disediakan
atau diberikan oleh keluarga. Factor keluarga yang
mempengaruhi perilaku merokok diantaranya hubungan orang tua
kurang harmonis, orang tua terlalu otoriter, kurangnya
komunikasi dengan orang tua, keuangan yang berlebihan atau
kekurangan, keluarga yang merokok khususnya pada orang tua
karena orang tua merupakan figure bagi anaknya.
Untuk itu peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan
peran orang tua terhadap upaya orang tua menjauhkan remaja
dari dampak bahaya merokok pada siswa di SMP negri 7 tambun
selatan pada tahun 2013.
1.3 Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimanakah peran orang tua dengan pengetahuan remaja
tentang bahaya merokok pada siswa di SMP Negri 7 tambun
selatan?
b. Apakah ada hubungan peran orang tua dengan pengetahuan
remaja tentang bahaya merokok pada siswa di SMP Negri 7
tambun selatan?
c. Apakah ada hubungan tentang pengetahuan remaja tentang
bahaya merokok pada siswa di SMP negri 7 tambun selatan?
d. Bagaimanakah sikap remaja pada bahaya merokok pada siswa
di SMP Negri 7 tambun selatan?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan peran orang tua dengan
pengetahuan remaja tentang bahaya merokok pada siswa
di SMP negri 7 tambun selatan.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Memperoleh informasi karakteristik (usia, jenis
kelamin) pada siswa di SMP negri 7 tambun selatan.
b. Memperoleh informasi tentang peran orang tua
dengan pengetahuan remaja tentang bahaya merokok
pada siswa SMP negri 7 tambun selatan.
c. Memperoleh informasi tentang pengetahuan remaja
terhadap bahaya merokok pada siswa di SMP negri 7
tambun selatan.
d. Memperoleh informasi tentang hubungan peran orang
tua dengan pengetahuan remaja tentang bahaya
merokok pada siswa SMP negri 7 tambun selatan.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Keluarga
Sebagai masukan bagi orang tua bahwa betapa pentingnya
peran orang tua dalam keluarga terhadap bahaya merokok
pada anak usia sekolah di SMP Negri 7 Tambun Selatan
b. Pendidikan
- Sebagai literature tambahan tentang karakteristik
remaja dan peran orang tua dengan tentang bahaya
merokok pada anak usia sekolah
- Diharapkan pendidikan mampu menciptakan remaja yang
mampu dan mengetahui tentang bahaya merokok
c. Profesi Keperawatan
- Bermanfaat bagi ilmu keperawatan khusus nya keperawatan
keluarga dan anak dalam mengidentifikasi pola
komunikasi efektif di dalam keluarga tentang bahaya
merokok di kalangan remaja tidak semakin banyak.
- Perawat mampu menyampaikan dan mengaplikasikan pola
komunikasi yang efktif dalam keluarga terhadap
pentingnya pengetahuan remaja tentang bahaya merokok.
d. Bagi SMP Negri 7 Tambun Selatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
tambahan kepada SMP Negri 7 Tambun selatan yang terdiri
dari murid kelas IX mengenai hubungan peran orang tua
dalam keluarga terhadap bahaya merokok pada anak usia
sekolah
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meneliti siswa/I di SMP Negri 7 tambun
selatan. Penelitian ini dilakukan di SMP Negri 7 tambun
selatan mengenai “ Hubungan Peran Orang tua dengan
pengetahuan remaja tentang Bahaya merokok pada siswa di SMP
negri 7 tambun selatan pada tahun 2013.”
BAB II
Tinjauan Pustaka
1. Remaja
1.1 Definisi
Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak –
kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak – anak baik
bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi
bukan pula orang dewasa yang telah matang (Hariyanto,
2010)
Menurut Potter, Perry (2005 : 690) dalam buku ajar
fundamental keperawatan bahwa remaja atau aolesens adalah
periode perkembangan selama di mana individu mengalami
perubahan dari masa kanak – kanak menuju dewasa, biasanya
antara usia 13 dan 20 tahun. Istilah adolesens biasanya
menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas
menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin dapat
terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan
perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan
mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan
berhadapan dengan abstraksi.
Depkes RI (2005), masa remaja merupakan suatu proses
tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan
massa peralihan dari kanak – kanak ke dewasa muda.
1.2 Tugas perkembangan remaja
Tugas – tugas perkembangan remaja menurut (Hariyanto,
2010) antara lain :
a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-
psikologis.
b. Belajar bersosialisasi dengan seorang laki-laki maupun
wanita.
c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua
dan orang dewasa lain.
d. Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang
bertanggung jawab.
e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis.
1.3 Masa rentang remaja ada tiga tahap yaitu :
berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya menurut
(Widyastuti dkk, 2009 dalam Satria, 2008) masa (rentang
waktu) remaja ada tiga tahap yaitu :
a. Masa remaja awal (10 – 12 tahun)
- tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman
sebaya
- tampak dan merasa ingin bebas
- tampak dan memang lebih banyak memperhatikan
keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal
(abstrak).
b. Masa remaja tengah (13 – 15 tahun)
- Tampak dan ingin mencari identitas diri
- Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan
pada lawan jenis
- Timbul perasaan cinta yang mendalam
c. Masa remaja akhir (16 – 19 tahun)
- Menampakkan pengungkapkan kebebasan diri
- Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
- Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan)
terhadap dirinya
- Dapat mewujudkan perasaan cinta
- Meiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak
2. Merokok
2.1 Definisi
Merokok merupakan kegiatan yang berbahaya bagi
kesehatan tubuh. Karena menurut badan kesehatan dunia
(WHO) rokok merupakan zat aditif yang memiliki kandungan
kurang lebih 4000 elemen, dimana 200 elemen di dalam nya
berbahaya bagi kesehatan tubuh (Abadi, 2005).
Perilaku merokok adalah perilku yang dinilai sangat
merugikan dilihat dari berbagai sudut pandang baik bagi
diri sendiri maupun orang lain disekitarnya (Aula, 2010,
dalam Fikriyah, Samrotul, dan Febrijanto 2012,hlm. 100).
Merokok merupakan suatu kebiasaan yang dapat
memberikan kenikmatan bagi siperokok namun di lain pihak
dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu
sendiri maupun orang di sekitarnya (soetjiningsih, 2004).
2.2 Faktor yang mempengaruhi merokok
Mu`tadin (2002, dalam Kemala: 9) mengemukakan faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok pada remaja diantaranya
sebagai berikut:
a. Pengaruh orang tua,
menurut Baer & Corado, remaja perokok adalah anak-
anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia,
di mana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-
anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang
berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit
untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan
dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang
paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri
menjadi figur contoh yaitu perokok berat, maka anak-
anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya.
Perilaku merokok lebih banyak didapati pada mereka yang
tinggal dengan orang tua tunggal (single parent).
Remaja berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok
daripada ayah yang merokok yang lebih terlihat pada
remaja putri.
b. Pengaruh teman,
berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak
remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-
temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya.
Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut,
pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya
atau sebaliknya. Diantara remaja perokok terdapat 87 %
mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat
yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok.
c. Faktor kepribadian,
orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu
atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan
kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat pada
pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas
sosial. Pendapat ini didukung Atkinson (1999) yang
menyatakan bahwa orang yang memiliki skor tinggi pada
berbagai tes konformitas sosial lebih menjadi perokok
dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang
rendah.
d. Pengaruh iklan,
melihat iklan di media masa dan elektronik yang
menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang
kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali
terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam
iklan tersebut.
2.3 Tipe – tipe perokok
Menurut Smet (1994, dalam Nasution, 2007) ada tiga tipe
perokok yang dapat diklasifikasikan menurut banyaknya
rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah :
a. perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok
dalam sehari
b. perokok sedang yang menghisap 5 – 14 batang rokok dalam
sehari
c. perokok ringan yang menghisap 1 – 4 batang rokok dalam
sehari
kategori perokok dibedakan menjadi perokok aktif dan
perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang
mengkonsumsi rokok secara rutin dengan sekecil apapun
walaupun itu cuma satu batang dalam sehari, dan perokok
pasif adalah orang yang bukan perokok tetapi menghirup
asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu
ruangan tertutup dengan orang yang merokok (Proverawati,
dan Rahmawati, 2012 hlm 103).
2.4 Bahaya merokok
Bahaya merokok terhadap remaja yang terutama adalah
terhadap fisiknya. Efek merokok tidak hanya mempengaruhi
kesehatan perokok saja tetapi juga mempengaruh kesehatan
orang sekitarnya yang itdak merokok karena terpapar asap
rokok tersebut yang disebut perokok pasif (Depkes RI,
2003).
Adapun bahaya merokok adalah sebagai berikut (Depkes RI,
2003) :
a) Bagi perokok aktif
1. Meningkatkan resiko dua kali lebih besar untuk
mengalami serangan jantung.
2. Meningkatkan resiko dua kali lebih besar mengalami
stroke.
3. Meningkatkan resiko mengalami serangan jantung dua
kali lebih besar pada mereka yang mengalami tekanan
darah tinggi atau kadar kolesterol tinggi.
4. Meningkatkan resiko 10 kali lebih besar untuk
mengalami serangan jantung bagi wanita pengguna pil
KB.
5. Meningkatkan resiko 5 kali lebih besar menderita
kerusakan jaringan anggota tubuh yang rentan.
b) Bagi perokok pasif
1. Bahaya kerusakan paru – paru. Kadar nikotin, karbon
monoksida serta zat – zat lain yang lebih tinggi
dalam darah mereka akan memperparah penyakit yang
sedang diderita, dan kemungkinan mendapat serangan
jantung yang lebih tinggi bagi mereka yang
berpenyakit jantung. Anak – anak yang orang tua nya
merokok akan mengalami batuk, pilek, dan radang
tenggorokkan serta penyakit paru – paru lebih
tinggi. Wanita hamil yang merokok beresiko
mendapatkan bayi mereka lahir kurus, cacat dan
kematian.
2. Jika suami perokok, maka asap rokok yang dihirup
oleh istrinya akan mempengaruhi bayi dalam
kandungan.
2.5 Kandungan rokok
Rokok terdapat tiga komponen utama yang sangat berbahaya
menurut Bustan (2007) antara lain :
a. Tar
Yang dimaksud dengan tar adalah senyawa polinuklir
hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Tar
terbentuk selama pemanasan tembakau dan kadar tar yang
terdapat asap rokok inilah yang menyebabkan adanya
resiko kanker (Suryo Sukendro, 2007 : 83)
b. Nikotin
Zat atau bahan senyawa pirolidin yang terdapat dalam
nikotiana Tobacum, Nicotiana Rustica dan spesies
lainnya atau sintesisnya yang bersifat adiktif dapat
mengakibatkan ketergantungan (PP RI No. 19 tahun 2003).
Formula kimia dari nikotin adalah C10H14N2 yaitu cairan
berminyak yang beracun dan tidak bewarna kekuningan.
Nikotin merupakan obat perangsang yang memiliki efek
berlawanan yaitu memberikan rangsangan sekaligus
menenangkan. Nikotin menyebabkan ketagihan karena dapat
memicu dopamine yaitu unsur kimia di dalam otak yang
berhubungan dengan perasaan senang (Yumaria, 2002 :
17).
c. Karbon monoksida
Merupakan gas beracun yang tidak berwarna dan terdapat
pada rokok dengan kandungan 2% - 6 %. Karbon monoksida
pada paru – paru mempunyai daya pengikat (afinitas)
dengan hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat
dibandingkan dengan daya ikat oksigen (O2) dengan Hb.
2.6 Dampak merokok bagi kesehatan
Dampak merokok menurut Poltekes Depkes (2012) antara lain
:
a. Dampak bagi paru-paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran
nafas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan
kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasia). Pada
saluran nafas kecil, terjadi radang ringan hingga
penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan
lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan
jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat
perubahan anatomi saluran nafas, akan timbul perubahan
pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala
klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya
Penyakit Obstruksi Paru Menahun (PPOM). Dikatakan bahwa
merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM,
termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis dan asma.
b. Dampak terhadap jantung
Banyak peneliti telah membuktikan adanya hubungan
merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11
juta kematian pertahun di negara industri maju. WHO
melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan oleh
gangguan sirkulasi darah, dimana 2,5 juta adalah
penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke.
Survey Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan
peningkatan kematian akibat penyakit jantung dari 9,7%
(peringkat ketiga) menjadi 16% (peringkat pertama).
Merokok menjadi factor utama penyebab penyakit pembuluh
darah dan jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan
penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk
bagi pembuluh darah otak dan perifer.
c. Stroke
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak
atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Resiko
stroke dan kematian lebih tinggi pada perokok
dibandingkan dengan bukan perokok. Dalam penelitian
yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris,
didapatkan kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan
timbulnya AIDS pada pengidap HIV. Pada kelompok
perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan,
sedangkan kelompok bukan perokok timbul setelah 14,5
bulan. Penurunan kekebalan tubuh pada perokok menjadi
pencetus lebih mudahnya terkena AIDS, sehingga berhenti
merokok merupakan langkah penting dalam pertahanan
melawan AIDS.
d. Mata
rokok dapat menyebabkam katarak dan menyebabkan
kebutaan. Resiko perokok adalah tiga kali lebih tinggi
dibanding dengan bukan perokok.
e. Mulut, tenggorokkan, pita suara dan esophagus
Rokok dapat menyebabkan kanker pada bagian tubuh mulut,
tenggorokkan, pita suara dan esophagus dan dapat
menyebabkan penyakit gusi, pilek dan kerongkongan
kering. Lebih dari 90% penderita kanker mulut adalah
perokok dan tingkat kematian penderita kanker mulut
pada perokok lebih besar 20 sampai dengan 30 kali
dibandigkan dengan penderita kanker mulut yang bukan
perokok.
f. Gigi
Pada perokok, resiko menderita periodontitis (gusi
terbakar yang mengarah ke infeksi dan akan merusak
jaringan halus dan tulang) sebesar 10 kali lebih
tinggi.
g. Perut
Penyakit akibat merokok yang menyerang perut adalah
kanker perut dan lambung. Penelitian menunjukkan bahwa
tingkat resiko kanker perut berbanding lurus dengan
jumlah dan lama merokok.
h. Ginjal
Kanker ginjal dapat juga menyerang perokok dan kanker
ini lebih sering ditemukan di antara perokok
dibandingkan dengan yang tidak merokok.
i. Pankreas
Tingkat kesembuhan kanker pancreas tidak lebih dari 4 %
pada penderita yang lebih dari lima tahun menderita
kanker ini.
j. Kandung kemih
Kanker kandung kemih merupakan salah satu resiko yang
dapat diderita oleh perokok
k. Leher Rahim
Kanker juga dapat menyerang di bagian leher Rahim pada
perokok
l. Kehamilan
Pada ibu hamil merokok dapat menyebabkan bayi lahir
premature, berat badan lahir rendah dan keguguran.
Menurut WHO, wanita merokok pada Negara maju adalah 15%
pada Negara berkembang adalah 8%. Sedangkan di amerika
serikat, wanita perokok mencapai 15% - 30% dan sebagian
dari mereka adalah wanita hamil.
3. Peran Orang Tua
Peran adalah suatu konsep perihal manusia yang saat
dialami masing – masing sebagai individu, dalam suatu
organisasi peran menciptakan perilaku individu dari bagian
dalam suatu struktur (Badau’un, 2002).
Modeling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu
determinan dalam memulai perilaku merokok (sarafino, 2004).
Keluarga mempunyai peran penting dalam pendidikan dan
pembentukan karakter anak. Karena sejak dilahirkan anak
diasuh dalam keluarga sehingga pertumbuhan dan perkembangan
hidupnya tidak akan terlepas dari apa yang akan disediakan
atau diberikan oleh keluarga. Faktor keluarga yang
mempengaruhi perilaku merokok diantaranya hubungan orang tua
kurang harmonis, orang tua terlalu otoriter, kurangnya
komunikasi dengan orang tua, keuangan yang berlebihan atau
kekurangan, keluarga yang merokok khususnya pada orang tua
karena orang tua merupakan figure bagi anaknya. Peran orang
tua dalam pembentukan perilaku sangatlah dibutuhkan dalam
masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Hal
ini disebabkan masa remaja merupakan masa transisi antara
anak – anak ke masa dewasa, masa transisi ini seringkali
menghadapkan remaja pada situasi yang membingungkan yang
biasanya situasi membingungkan ini diatasi dengan perilaku
yang tidak terkontrol salah satunya adalah perilaku merokok
(Aula, 2010).
Orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak –
anaknya, oleh karena itu dalam mengantarkan anak remajanya
ke alam dewasa ada beberapa peran yang harus dijalankan
orang tua antara lain (BKKBN,2009) :
a. Sebagai pendidik
Sebagai pendidik, orang tua wajib memberikan bimbingan
dan arahan kepada anak remajanya sebagai bekal dan
benteng mereka untuk menghadapi perubahan – perubahan
yang terjadi. Nilai agama yang ditanamkan orang tua
kepada anaknya sejak dini merupakan bekal dan benteng
mereka untuk menghadapi perubahan – perubahan yang
terjadi. Agar kelak remaja dapat membentuk rencana hidup
yang mandiri, disiplin dan bertanggung jawab, orang tua
perlu menanamkan kepada remaja arti penting dari
pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan dari
sekolah.
b. Sebagai panutan
Anak dan remaja memerlukan model panutan di
lingkungannya. Oarng tua merupakan model / panutan dan
menjadi tokoh teladan bagi remajanya. Pola tingkah
lakunya, cara berekspresi, cara berbicara orang tua yang
pertama kali dilihat mereka, yang kemudian akan dijadikan
panutan dalam kehidupannya. Orang tua harus selalu
memberi contoh dan keteladanan bagi anak dan remajanya,
baik perkataan, sikap maupun perbuatan.
c. Sebagai pendamping
Orang tua wajib mendampingi remaja agar mereka tidak
terjerumus ke dalam pergaulan yang membawanya ke dalam
kenakalan remaja dan tindakan yang merugikan diri
sendiri. Namun demikian, pendampingan hendaknya dilakukan
dengan bersahabat dan lemah lembut. Sikap curiga dari
orang tua serta kehilangan kesempatan untuk melakukan
dialog terbuka dengan anak dan remaja.
d. Sebagai konselor
Peran orang tua sangat penting dalam mendampingi remaja,
ketika menghadapi masa – masa sulit dalam mengambil
keputusan. Sebagai konselor orang tua dituntut untuk
tidak menghakimi, tetapi dengan jiwa besar justru harus
merangkul remaja bila sedang mengalami masalah dan
membantu menyelesaikan masalah tersebut.
e. Sebagai komunikator
Hubungan yang baik antara orang tua dengan anak dan
remajanya akan sangat membantu dalam pembinaan mereka.
Apabila hubungan antara orang tua dengan anaknya terjalin
dengan baik, maka satu sama lain akan terbuka dan saling
mempercayai. Segala kesulitan yang dihadapi anaknya akan
dapat teratasi, sehingga mereka tidak akan mencari
teman/orang lain dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Remaja akan merasa aman dan terlindungi, bila
orang tua dapat menjadi sumber informasi, serta teman
yang dapat diajak bicara tentang kesulitan atau masalah
mereka. Salah satu cara yang ideal untuk membina hubungan
dengan anak dan remajanya adalah menjadi sahabat atau
teman.
f. Sebagai teman/sahabat
Dengan peran orang tua sebagai teman/sahabat anak remaja
akan lebih terbuka dalam menyampaikan permasalahan yang
di hadapinya. Sebagai orang tua hendaknya mampu berperan
seperti pohon yang kuat dan rindang, akarnya menghujam ke
dalam tanah sehingga bisa memberikan makan pada dahan dan
daun dan sang pohon dapat menghasilkan buah yang segar,
tidak busuk dan berulat.
Beberapa peran orang tua dalam mencegah perilaku merokok
yaitu (Anonim, 2007) :
a. Sebagai pendengar : mendengarkan secara aktif menunjukkan
kasih saying dan perhatian orang tua kepada anak. Hindari
kata negative atau sikap anda yang negative, seperti
menghakimi, menuduh, mengkritik, mencela atau terlalu
banyak memberi nasihat pada anak seolah anda merasa benar
sendiri. Tunjukkan perhatian anda dengan cara memberi
dorongan non – verbal dan gunakan nada lembut dalam
menjawab pertanyaan nya.
b. Sebagai pendorong : tingkatkan percaya diri anak dengan
memberi pujian dan dorongan untuk hal – hal kecil atau
sepele yang dilakukannya. Mengarahkan keinginan atau cita
– citanya sesuai kemampuan dan berikan tanggung jawab
yang dapat membangung kepercayaan dirinya yang sesuai
kemampuan dirinya.
c. Sebagai pengarah : sejak dini ajarkan anak untuk bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Hal ini
memungkinkan anak berani mengambil keputusan atas
dorongan hati nuraninya, bukan karena tekanan atau
bujukan teman. Dengan begitu anak akan mampu menolak
tawaran untuk merokok, kalau perlu ajarkan juga cara
untuk menolak ajakan temannya.
d. Sebagai teladan : jika anda orang tua perokok maka
berusahalah untuk berhenti karena seribu kiat anda
menasehatinya, tidak akan didengar oleh anak anda jika
orang tua tidak mencontohkannya.
Menurut Rahayu Ginitasasi dalam penelitian peran orang tua
bahwa :
a. Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa
aman, kepala keluarga sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungan nya.
b. Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan
pendidik anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungan nya, serta bisa
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga
c. Peranan anak : melaksanakan peranan psiko social sesuai
dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental,
social dan spiritual.
Menurut Gunarsa (dikutip dari Soerjono Soekamto, 2004)
keluarga yang ideal atau lengkap maka ada dua individu yang
memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu,
secara umum peran kedua individu tersebut adalah :
a. Peran ibu adalah :
- Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik
- Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, kasih
sayangdan konsisten
- Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak
- Menjadi contoh dan teladan bagi anak
b. Peran ayah di dalam keluarga sebagaimana yang dinyatakan
oleh Najoela Shihab. Peran itu adalah :
- Player
Ayah menjadi teman bermain bagi anak – anaknya.
Permainan membuat anak merasa nyaman dan menjadi sarana
membangun ikatan. Semakin sering ayah bermain dengan
anak, biasanya semakin berkualitas mental anak.
- Teacher
Seorang ayah yang baik juga harus bisa berperan sebagai
guru. Guru itu berarti sumber pengetahuan bagi anak.
Peran penting ayah sebagai guru bukan hanya untuk
mentransfer pengetahuan, tetapi juga untuk memelihara
rasa keingintahuan anak.
- Protector
Fungsi ayah sebagai pelindung adalah mengajarkan anak –
anak untuk melindungi dirinya sendiri karena orang tua
tak mungkin bersama mereka setiap waktu. Ayah perlu
juga mengenali dunia anak : mengetahui apa kesukaannya,
apa yang dibencinya, teman – teman dekatnya, dan dunia
yang ditekuni anak. Semakin ayah mengetahui dunia anak,
semakin mudah menjalin komunikasi dan koneksi dengan
mereka dan sebaliknya.
- Partner
Fungsi ayah tidak bleh hanya berharap dan bergantung
pada ibu, tetapi juga terlihat aktif. Ayah juga
memiliki hak untuk bermain bersama anak, tak hanya
berfungsi sebagai “ bad cop” untuk menakut – nakuti
anak karena ayah dan ibu adalah partner maka peraturan
rumah tangga pun perlu disepakati dan tidak boleh
bersebrangan. Ayah dan ibu perlu punya suara sama. Jika
ayah mengatakan tidak ibu juga mengatakan yang sama.
4. Penelitian terkait
1. Penelitian terkait yang dilakukan oleh (Bayu Hendra
Sukma,2012) Peran orang tua dalam mencegah perilaku
merokok dengan perilaku merokok pada remaja putra hasil
penelitian menunjukkan desain penelitian yaitu korelasi.
Populasi semua remaja putra besar sampel 92 responden.
Pengambilan sample menggunakan teknik simple random
sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner
di analisis menggunakan uji mann whitney dengan α < 0.05.
setelah dilakukan uji statistic mann – whitney pada peran
orang tua dengan perilaku merokok pada remaja putra di
SMAN 3 kediri dengan taraf signifikansi yang ditetapkan α
< 0.05 maka di dapatkan p=0.170. p>a maka Ho diterima dan
Ha ditolak sehingga tidak ada hubungan peran orang tua
dengan perilaku merokok pada remaja putra di SMAN 3
kediri.
2. Penelitian terkait yang dilakukan oleh (Rahmadi, Afdol,
Yuniar Lestari,Yenita, 2013) hubungan pengetahuan dan
sikap terhadap rokok dengan kebiasaan merokok siswa SMP
di kota padang hasil penelitian ini adalah analitik
observasional dalm bentuk rancanagn cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP di
kota padang. Jumlah sample sebanyak 96 siswa yang diambil
secara cluster sampling dan simple random sampling.
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dan
analisis dengan uji chi – square pada α=0.05. hasil yang
didapatkan 32.30% siswa adalah perokok, 10.4% dengan
pengetahuan rendah dan 7.3% dengan sikap negative. Tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan
(p=1.000) dan sikap (1.000) dengan kebiasaan merokok pada
siswa di SMP di kota padang dengan (p=0.155)
3. Penelitian terkait yang dilakukan oleh (Septhin
E.Mukuan,2006) Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap TentangBahaya Merokok Bagi Kesehatan Dengan Tindakan Merokok Pelajar
Smk Kristen Kawangkoan Penelitian ini merupakan penelitian
survei analitik dengan rancangan potong lintang dengan
sampel 223 pelajar dari total populasi 412 pelajar. Data
pengetahuan, sikap, dan tindakan diukur menggunakan
kuesioner kemudian dianalisis menggunakan uji chi squre
pada CI= 95% dan α= 0,05. Hasil penelitian menyatakan
bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan sebesar
47%, sedangkan laki-laki sebesar 53%, dengan pelajar yang
memiliki pengetahuan baik sebesar 53,4% dan pelajar yang
memiliki pengetahuan tidak baik sebesar 56,6%, untuk
pelajar yang memiliki sikap baik sebesar 61,8% dan
pelajar yang memiliki sikap tidak baik sebesar 38,2%,
sedangkan untuk status merokok, responden yang merokok
sebesar 35,4% dan yang tidak merokok sebesar 64,5%.
Berdasarkan penelitian ini juga maka dapat dinyatakan
bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
bahaya merokok bagi kesehatan dengan tindakan merokok dan
ada hubungan antara sikap tentang bahaya merokok bagi
kesehatan dengan tindakan merokok.
KERANGKA TEORI
Remaja
Karakteristik
remaja (usia dan
jenis kelamin)
Definisi dari
remaja
Notoatmojo (2012)
BAB III
Kerangka Konsep, Hipotesis, Definisi Operasional
Peran orang tua
Definisi dari orang
tua
Peranan orang tua
ayah dan ibu
Peran pendidik
Peran panutan
Peran konselor
Rokok
Definisi dari rokok
Tipe – tipe perokok
Bahaya merokok
Kandungan dari
rokok
Dampak merokok bagi
kesehatan
Pengetahuan
remaja tentang
bahaya merokok
1.1 Kerangka Konsep
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh
generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena konsep
merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat langsung
diamati atau diukur. Kerangka konsep penelitian pada
dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep
yang ingin diamati atau diukur melalui penelitan-
penelitian yang akan dilakukan. Variabel adalah sesuatu
yang digunakan sebagai cirri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
suatu konsep tertentu ( Notoatmodjo, 2005 ). Pada
penelitian ini penulis mengelompokan variabel menjadi
variabel independent, variabel dependent yang akan
dijabarkan dibawah ini:
a. Variabel bebas yaitu variabel yang di manipulasi untuk
menciptakan suatu dampak pada dependen variabel.
Variabel ini biasanya diamati untuk diketahui
hubungannya dengan variabel lain. Yang termasuk
independent dalam penelitian ini adalah umur, jenis
b. Variabel tergantung, yaitu variabel respon atau output.
Sebagai variabel respon atau output berarti variabel
ini akn muncul sebagai akibat manipulasi variabel
bebas. Yang termasuk dalam variabel tergantung ini
adalah perilku mobilisasi dini.
Kerangka Konsep
Variabel perancu
Jenis kelamin
Usia
Variabel Independen
Peran orang tua :
Peran pendidik
Peran panutan
Peran pendamping
Peran komunikator
Variabel dependen
Pengetahuan remaja
tentang bahaya
merokok
- Pengetahuan Baik
- Pengetahuan
Lingkungan
Pengaruh teman sebaya
Keterangan :
= diteliti
= dihubungkan
1.2 Hipotesis
Hipotesis kerja ( Ha ) adalah pernyataan tentang
prediksi hasil penelitian berupa hubungan antar variabel
yang diteliti. Dalam hipotesis kerja menyatakan secara
langsung tentang prediksi hasil penelitian ( kelana, 2011
)
Hipotesis statistik ( Ho ) adalah pernyataan
hipotesis yang digunakan untuk kepentingan uji statistik
terhadap data hasil penelitian. Hipotesis ini dirumuskan
untuk menyatakan kesamaan, tidak adanya perbedaan atau
tidak adanya hubungan antar variabel independen dan
variabel dependen.
Ha dalam penilitian ini adalah :
Ada Hubungan peran orang tua dengan pengetahuan remaja
tentang bahaya merokok pada siswa di SMP Negri 7 Tambun
Selatan Tahun 2013
Ho dalam penelitian ini adalah :
Tidak ada hubungan peran orang tua dengan pengetahuan
remaja tentang bahaya merokok pada siswa di SMP Negri 7
Tambun Selatan Tahun 2013
1.3 Definisi Operasional
Variabel/
sub
variable
Definisi
operasiona
l
Alat dan
cara ukur
Hasil ukur Skala
ukur
Karakteris
tik :
a. Usia
Usia
responden
yang
terhitung
sejak
lahir
hingga
ulang
tahun
terakhir
Kuesioner
item
pertanyaa
n
demografi
tentang
umur
Yang
dinyatakan
dalam tahun
1. 12 – 13
2. 14 – 15
Ordinal
b. Jenis
Kelamin
Identitas
responden
sesuai
kondisi
biologis /
Kuesioner
item
pertanyaa
n
demografi
1. Laki –
laki
2. Perempuan
Nominal
fisiknya
yaitu laki
– laki dan
perempuan
tentang
jenis
kelamin
c. Lingkung
an
Lingkungan
responden
dilihat
dari
sekitar
tempat
tinggal
respondem
Kuesioner 1. Tidak
berpengar
uh
2. Berpengar
uh
Ordinal
d. Teman
sebaya
Remaja
yang
memiliki
tingkat
usia yang
sama serta
melibatkan
keakraban
yang
relative
besar
dalam
kelompokny
a
Kuesioner 1. Berpengar
uh
2. Tidak
berpengar
uh
Ordinal
Variabel
terikat Pemahaman Kuesioner 1. Baik Ordinal
Pengetahua
n tentang
bahaya
merokok
dan
pengetahua
n yang
diperoleh
dari
melalui
proses
belajar
dalam
pendidikan
tentang
bahaya
merokok
mengenai
definisi
rokok,
tipe –
tipe
perokok,
bahaya
merokok,
kandungan
dari rokok
dan dampak
merokok
bagi
kesehatan
2. Kurang
baik
Variabel
bebas
Peran
orang tua
Peran yang
diberikan
oleh orang
tua pada
remaja
untuk
mengetahui
apa saja
bahaya
dari
merokok
Kuesioner 1. Kurang
baik
2. Baik
Ordinal
Peran
pendidik
Orang tua
memberikan
bimbingan
dan arahan
kepada
anak
remajanya
sebagai
bekal
untuk
menghadapi
perubahan
Kuesioner 1. Kurang
baik
2. Baik
Ordinal
Peran
panutan
Orang tua
sebagai
panutan
dan
menjadi
Kuesioner 1. Kurang
baik
2. Baik
Ordinal
tokoh
teladan
bagi
anaknya
yang
kemudia
akan
dijadikan
panutan
dalam
kehidupan
nyaPeran
pendamping
Orang tua
wajib
mendamping
i anak
agar tidak
terjerumus
ke dalam
pergaulan
yang
membawanya
kedalam
kenakalan
remaja
Kuesioner 1. Kurang
baik
2. Baik
Ordinal
Peran
komunikato
r
Peran
orang tua
menjalin
Kuesioner 1. Kurang
baik
2. Baik
Ordinal
suatu
hubungan
yang baik
kepada
anaknya
untuk
membina
hubungan
salaing
percaya
dan aman
BAB IV
Metedologi Penelitian
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitan ini menggunakan adalah deskriptif
analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu
penelitian dimana variabel – variabel yang termasuk
faktor resiko dan variabel – variabel yang termasuk efek
diobservasi sekaligus pada waktu yang sama ( kelana, 2011
). Penelitian ini bertujuan untuk ada tidaknya hubungan
perang orang tua dengan pengetahuan remaja tentang bahaya
merokok pada siswa SMP Negri 7 Tambun Selatan pada tahun
2013. Data untuk menunjang penelitian tersebut didapatkan
dari kuesioner yang dibagikan oleh peneliti kepada
responden.
4.2 Populasi dan Sample
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan
karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya
objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh
karekteristik atau sifat yang dimilki subjek atau objek
tersebut (A. Aziz Alimun Hidayat, 2007). Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa SMP Negri 7 Tambun Selatan
yang berusia antara 12 – 15 tahun, dengan jumlah
populasi 160 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti (Arikunto, 2002). Jenis teknik sampling yg
digunakan adalah simple random sampling, simple random
sampling adalah metode pengambilan sampel secara acak
sederhana dengan asumsi bahwa karakteristik tertentu
yang dimiliki oleh populasi tidak dipertimbangkan
(kelana 2012). Rumus sampel yang digunakan adalah
Yamane.
Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan
rumus :
n= Keterangan :
N : Besar populasi
n : Besar Sampel
d : Presentase kelonggaran ketidaktelitian karena
kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat
ditolerir atau diinginkan, misalnya 2%, 5%, 10%
═
═
═
=
═
untuk antisipasi drop out, maka dimanipulasi 10%,
menjadi 108 responden. Dari perhitungan diatas maka
jumlah sampel wajib yang harus diambil peneliti adalah
108 orang pada saat menyebarkan kuesioner.
Kriteria Inklusi :
Sampel yang diambil harus memenuhi criteria antara lain
:
1) Anak remaja di SMP negri 7 tambun selatan
2) Bersedia menjadi responden
3) Responden usia anak remaja umur 12 – 15 tahun .
Kriteria Eksklusi :
Sampel tidak diambil bila :
1) Bukan merupakan anak remaja di SMP negri 7 tambun
selatan
2) Tidak bersedia menjadi responden
3) Responden selain usia anak remaja umur 12 – 15
tahun
4.3 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negri 7 Tambun
Selatan. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut sebagai
tempat penelitian karena peneliti melihat sebagian besar
siswa di sekoah tersebut mengkonsumsi rokok.
4.4 Etika Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti harus membuat
surat permohonan ijin meneliti dari pihak institusi,
peneliti harus membawa rekomendasi dari institusinya
untuk pihak lain dengan cara memberikan dan mengajukan
permohonan ijin kepada institusi atau lembaga tempat
penelitian yang akan dituju oleh peneliti, setelah
mendapatkan persetujuan barulah peneliti dapat
melaksanakan penelitian dengan menekankan masalah etika
yang meliputi :
1. Informed Consent
Sebelum dilakukan penelitian dalam pengambilan
sampel, penelitian harus memberikan lembar persetujuan
lalu diberikan kepada responden yang akan diteliti.
Lembar informed consent berisi permintaan persetujuan
responden untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini
serta dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat
penelitian. Bila salah satu dari responden menolak,
maka peneliti harus tetap menghargai dan menghormati
hak-hak subjek yang akan diteliti.
Peneliti akan memberikan lembar informed consent kepada
responden untuk meminta persetujuan dari responden
untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.
2. Anominity ( tanpa nama )
Pelaksanaan dalam penelitian ini peneliti harus
menjaga dan melindungi objek yang akan diteliti, dengan
merahasiakan identitas pribadi pelaku yang dijadikan
objek yang akan diteliti oleh peneliti. Peneliti harus
merahasiakan identitas responden pada lembar kuisoner
dengan tidak mencatumkan nama responden pada alat ukur
dan hanya memberikan kode lembar pengumpulan data.
3. Kerahasiaan ( confidentiality )
Peneliti harus bisa menghindari hal-hal yang akan
menjadikan ketidaknyamanan objek yang akan diteliti
dengan cara memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.
4.5 Instrumen Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan angket
atau kuesioner sebagai alat untuk pengumpulan data.
Kuesioner dibuat dalam empat bagian. Bagian pertama
berisi data demografi responden, sedangkan tiga bagian
lainnya berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang terkait
pada indikator-indikator dalam variabel yang akan
diteliti.
Adapun isi kuesioner tersebut adalah sebagai berikut :
a. Data demografi
b. Kuisioner pengetahuan anak tentang bahaya merokok
c. Kuisioner tentang peran orang tua
4.6 Metode Pengumpulan Data
Langkah awal yang dilakukan peneliti yaitu dengan
mengurus surat keterangan melakukan tugas riset dari
pihak FIKES UPN “Veteran” Jakarta, sebagai landasan
permohonan mengadakan riset di sekolah yang dipilih untuk
melaksanakan penelitian. Dan sebelumnya telah ditentukan
sekolah yang diinginkan berdasarkan pertimbangan yang
matang
Penelitian dapat dilanjutkan pada sekolah ini
setelah peneliti memperoleh izin dari pihak sekolah,
dilanjutkan dengan meminta data – data siswa. Kemudian
peneiti akan melakukan pendekatan langsung kepada tiap
siswa yang memenuhi kriteria sampel yang telah dilakukan
sebelumnya, untuk memperoleh kesediaannya menjadi
responden penelitian.
Responden akan memberikan kesediaannya menjadi
subjek penelitian setelah peneliti terlebih dahulu
menjelaskan mengenai penelitian ini kepada calon
responden, serta menjelaskan mengenai penelitian ini
kepada calon responden, serta menjalankan hak responden,
keuntungan dan kerugian ikut serta dalam penelitian ini.
Ketika calon responden menyetujui untuk ikut serta dalam
penelitian, responden diminta untuk menandatangani
informed consent tanpa paksaan.
Penandatanganan informed consent diikuti dengan
pembuatan kontrak waktu pengisian kuesioner antara
peneliti dan responden. Jika responden setuju maka
peneliti menyerahkan kuesioner kepada responden untuk
diisi. Dalam pengisiannya, responden berhak bertanya
kepada peneliti apabila mengalami kesulitan dalam
menjawab kuesioner.
Kuesioner yang telah diisi kemudian dikembalikan
kepada peneliti yang kemudian akan memastikan kelengkapan
data kuesioner. Selanjutnya peneliti mengucapkan terima
kasih atas kesediaan responden untuk menjawab kuesioner
dan memberi reward positif berupa kenang – kenangan kecil
kepada responden. Dan tentunya peneliti akan mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dan
memberikan kontribusinya dalam proses penelitian dari
awal hingga selesai.
4.7 Pengelohan Data
Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian
kegiatan penelitian setelah kegiatan penumpulan data.
Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang
benar, paling tidak ada empat tahapan pengolahan data
yang harus dilalui yaitu :
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian
formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di
kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan, konsisiten.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk
huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.
Kegunaan dari coding adalah mempermudah pada saat
analisis data dan juga mempercepat pada saat entry
data.
3. Processing
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar
dan juga sudah melewati pengkodingan, maka langkah
selanjutnya adalah memproses agar data dapat di
analisis. Pemprosesan data dilakukan dengan cara
memasukan data dari kuesioner ke paket program
computer.
4. Cleaning
Cleaning ( pembersihan data ) merupakan kegiatan
pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada
kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut di mungkinkan
terjadi pada saat mengentry data Komputer menggunkan
program SPSS ( Statistic Package for Social Sciences ) . dalam
penelitian ini peneliti menggunakan pengolahan data
dengan computer dengan program SPSS.
5. Tabulating
Tabulating yaitu hasil pengelompokan data kemudian
ditampilkan secara deskriptif dalam bentuk tabel
sebagai bahan informasi.
4.8 Analisa Data
Analisa data digunakan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan yaitu mempelajari hubunngan antar
variabel. Analisis data yang digunakan pada penelitian
ini adalah :
1. Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel
dari hasil penelitian. Analisis yang digunakan adalah
uji univariat. Tujuan dari analisis ini adalah untuk
mendeskripsikan atau menjelaskan karateristik masing-
masing variabel yang diteliti baik dari jenis data
numerik maupun kategorik.
Rumus yang digunakan: p ═ x100%
Keterangan:
P= presentase
F= Jumlah jawaban
n= Jumlah skor maksimal
2. Bivariat
Tujuan analisis bivariat yaitu untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen. Teknis analisis bivariat yang
digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian
adalah uji analisis chi square (x2) dengan rumus :
Keterangan :
X² : Chi Square
O : Frekuensi observasi
E : Frekuensi harapan
Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistic
digunakan batas kemaknaan (α) = 0,05 hasil uji
statistic dikatakan bermakna apabila mempunyai nilai p-
value < alpha dan tidak bermakna apabila mempunyai
nilai p-value ≥ alpha.
4.9 Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat
ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk
menguji validitas menggunakan kolerasi product moment.
Keterangan :
r : koefisien validitas item yang dicari
n : jumlah responden
X : Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item
Y : Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item
x²∑ : Jumlah kuadrat masing-masing skor X
Y²∑ : Jumlah kuadrat masing-masing skor Y
XY∑ : Jumlah variabel bebas dan variabel terikat
X∑ : Jumlah skor dalam variabel X
Y∑ : variabel skor dalam variabel Y
Uji kuesioner dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
kepada responden yang memenuhi kriteria sampel yang
ditetapkan. Selanjutnya hasil penelitian diolah. Uji
coba tersebut bertujuan untuk mengetahui pemahaman
responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam
kuesioner dan validitas pertanyaan dari kuesioner yang
telah dibuat. Dari hasil uji kuesioner tersebut maka
dapat ditemukan beberapa pertanyaan yang dikurangi atau
disesuaikan.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 30
responden. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan
menggunakan system computer dengan degree of freedom (df)
30 – 2 = 28 (0,361).
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh
mana suatu instrumen dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana
hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas
bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang
sama ( Notoadmodjo, 2005 ).
Keputusan uji : bila r hitung > r tabel, maka
variabel valid, sedangkan bila r hitung < dari r tabel
maka variabel tidak valid. Setelah semua pertanyaan
dikatakan valid dilakukan uji reliabilitas, yaitu untuk
melihat tingkat konsistensi suatu instrument.
Salah satu metode pengujian reliabilitas adalah
metode Alpha Chonbach. Standar yang digunakan dalam
menentukan reliable dan tidaknya suatu instrument
penelitian umumnya adalah perbandingan antara r hitung
dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat
signifikan 5%. Apabila dengan metode Alpha-Chonbach,
maka nilai r hitung bernilai positif, maka suatu
instrument dapat dikatakan reliabel.
Tingkat Reliabel Berdasarkan Nilai Alpha
Alpha Tingkat Reliabel0,00 s.d 0,20 Kurang reliabel>0,20 s.d 0,40 Agak reliabel>0,40 s.d 0,60 Cukup reliabel>0,60 s.d 0,80 Reliabel>0,80 s.d 1,00 Sangat reliabel
Rumus :
Keterangan :
α : Cronbach’s alpha
item : Variance dari pertanyaan
total : Variance dari skor
Daftar Pustaka
Rahmadi Afidol, Yuniar Lestari, Yenita. 2013. Dikutip dari
Artikel penelitian hubungan pengetahuan dan sikap terhadap