Page 1
i
HALAMAN JUDUL
PENGARUH SUHU PENYIMPANAN KUNING TELUR CAIR
TERHADAP SIFAT MIKROBIOLOGI, KIMIA, DAN SENSORI
SKRIPSI
Diajukan sebagai persyaratan dalam mencapai
Gelar Sarjana S-1 Program Studi Teknologi Hasil Pertanian
Disusun oleh:
ELYS MUZAKIYAH
D.111.15.0087
PROGRAM STUDI S-1 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS SEMARANG
2020
Page 5
v
ABSTRAK
Elys Muzakiyah, NIM D.111.15.087. 2020. Pengaruh Suhu
Penyimpanan Kuning Telur Cair Terhadap Sifat Mikrobiologi, Kimia, Dan
Sensori. Pembimbing : Maria Sudjatinah dan C. Hari Wibowo.
Kuning telur merupakan sumber dari lemak dan juga satu perlima kandungan
protein telur.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu
penyimpanan pada pasteurisasi kuning telur cair terhadap sifat mikrobiologi,
kimia, dan sensori serta perelakuan terbaik. Kuning telur cair adalah telur dengan
umur 0 hari yang dipisah antara putih dan kuningnya dan di pasteurisasi. Asam
benzoat adalah suatu senyawa kimia dengan rumus kimia C7H6O2 yang sering
digunakan sebagai pengawet makanan. Kulkas atau lemari pendingin adalah
tempat penyimpanan dengan menggunakan suhu rendah.Metode penelitian
exsperimental ini dengan rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor yaitu suhu
penyimpanan. Adapun perlakuan yang diterapkan P1= suhu 24ᵒC (suhu ruang), P2
= suhu 10ᵒC(suhu refrigerator), P3 = suhu 5ᵒC (suhu chiller), dan P4 = suhu -18ᵒC
(suhu freezer). Penelitian ini diawali dengan persiapan telur yang berusia 1 hari,
kemudian dilakukan pencucian, dipisahkan antara kuning dan putih telur,
dipasteurisasi selama 5 menit dengan suhu 65ᵒC dengan penambahan asam
benzoat sebanyak 2,1 gram. Lalu dilakukan penyimpanan dengan perbedaan suhu.
P1 dengan penyimpanan suhu24ᵒC (suhu ruang), P2 penyimpanan suhu 10ᵒC
(suhu refrigerator), P3 penyimpanan suhu 5ᵒC (suhu chiller), dan P4 penyimpanan
pada freezer dengan suhu -18ᵒC. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan sidik ragam. Jika terdapat perbedaan akibat perlakuan dilanjutan
dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) menggunakan program SPSS
Versi 23. Adapun variabel yang diamati yaitu Sifat Kimia (pH, kadar air, dan
kadar lemak), Uji Sensori warna, dan Total Plate Count.Hasil penelitian
menunjukkan pH kuning telur cair pada P1: 7,45, P2: 7,45, P3: 7,45, P4: 7,45.
Kadar air kuning telur cair P1: 46,80%, P2: 46,49%, P3: 46,17%, P4: 44,33%.
Kadar lemak kuning telur cair P1: 9,31%, P2: 9,35%, P3: 9,22%, P4: 9,21%.
Sensori warna P1: skor 2,60 kriteria tidak suka, P2: skor 3,17 kriteria agak tidak
suka, P3: skor 4,23kriteria netral/biasa saja, P4: skor 5,17 kriteria suka. Total Plat
Count kuning telur cair P1 : 5,17 cfu/ml, P2 : 4,54 cfu/ml, P3 : 4,70 cfu/ml, P4 :
4,78 cfu/ml. Dari hasil yang didapat menunjukkan ada pengaruh nyata (p<0,05)
terhadap kadar air, sensori warna, total plate count, dan tidak berpengaruh nyata
pada pH dan kadar lemak. Hasil evaluasi pengamatan dipilih perlakuan terbaik
adalah P4 yaitu dengan penyimpanan pada suhu -18ᵒC. Dengan rerata jumlah pH
7,45, kadar air 44,33%, kadar lemak 9,21%, tpc 4,78 CFU/ml, dan skor sensori
warna 5,17 dengan kriteria suka.
Kata kunci : Kuning Telur,pasteurisasi, asam benzoat, suhu penyimpanan,
karakteristik kimia
Page 6
vi
ABSTRACT
Elys Muzakiyah, NIM D.111.15.087. 2020. Effect Of Storage Temperature Of
Liquid Egg Yolks On Microbiological, Chemical, And Sensory Properties.
Advisor :Maria Sudjatinah And C. Hari Wibowo.
Egg yolk isa source of egg fat and cholesterol and also one fifth of the egg protein
content..This study aims to determine the effect of storage temperature on
pasteurization of liquid egg yolk on microbiological, chemical, and sensory
properties. Liquid egg yolks are eggs with a age of 0 days separated from whites
and yolks and pasteurized. Benzoic acid is a chemical compound with the
chemical formula C7H6O2 which is often used as a food preservative.
Refrigerator or refrigerator is a storage area using low temperature.This
experimental research method with a completely randomized design (CRD) one
factor, namely storage temperature. The treatments applied P1 = temperature 24ᵒC
(room temperature), P2 = temperature 10ᵒC (refrigerator temperature), P3 =
temperature 5ᵒC (chiller temperature), and P4 = temperature -18ᵒC (freezer
temperature). The study began with egg preparation that was 1 day old, then was
washed, separated from the yolk and white of the egg, pasteurized for 5 minutes at
a temperature of 65ᵒC with the addition of 2.1 grams of benzoic acid. Then do the
storage with a temperature difference. P1 with a storage temperature of 24ᵒC
(room temperature), P2 a storage temperature of 10ᵒC (refrigerator temperature),
P3 a storage temperature of 5ᵒC (chiller temperature), and P4 storage in a freezer
with a temperature of -18ᵒC. The data obtained were analyzed using variance
analysis. If there are differences due to continued treatment with Duncan's
Multiple Range Test (DMRT) using SPSS Version 23. The observed variables are
Chemical Characteristics (pH, water content, and fat content), Color Sensory Test,
and Total Plate Count. The results showed the pH of liquid egg yolk at P1: 7.45,
P2: 7.45, P3: 7.45, P4: 7.45. Liquid egg yolk water content P1: 46.80%, P2:
46.49%, P3: 46.17%, P4: 44.33%. Liquid egg yolk fat content P1: 9.31%, P2:
9.35%, P3: 9.22%, P4: 9.21%. Color sensory P1: score 2.60 criteria dislike, P2:
score 3.17 criteria rather dislike, P3: score 4.23 neutral / normal criteria, P4: score
5.17 criteria like. Total Liquid Egg Yolk Count Plate P1: 5,17 cfu/ml, P2 : 4,54
cfu/ml, P3 : 4,70 cfu/ml, P4 : 4,78 cfu/ml.From the results obtained there was a
significant effect (p <0.05) on water content, color sensory, total plate count, and
no significant effect on pH and fat content. The results of the evaluation of
observations selected the best treatment is P4 with storage at -18 ° C. With an
average pH of 7.45, a moisture content of 44.33%, a fat content of 9.21%,
TPC4,78 cfu / ml, and a color sensory score of 5,17 with the like criteria.
Keywords: Egg Yolk, pasteurization, benzoic acid, storage temperature, chemical
characteristics
Page 7
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Suhu
Penyimpanan Kuning Telur Cair Terhadap Sifat Mikrobiologi, Kimia, Fisik, dan
Sensori” dengan baik meskipun selalu dekat dengan berbagai rintangan yang
senantiasa selalu dapat dilalui.
Laporan skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam
mencapai gelar sarjana S-1 di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Semarang. Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Ir. Maria Sudjatinah, M.Si sebagai dosen pembimbing yang selalu
memberikan masukan terkait penelitian dan penulisan laporan skripsi secara
langsung dan tidak langsung sehingga sangat membantu dari segi efisiensi
waktu saat bimbingan.
2. C. Hari Wibowo, S.Pt.,MP sebagai dosen pembimbing kedua yang senantiasa
memberikan masukan mulai dari penelitian hingga pembuatan laporan skripsi
terkait isi dan format.
3. Ir. Adi Sampurno, M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan
apresiasi, dukungan serta senantiasa menuangkan pemikiran kritis dan
masukan yang membangun sehingga menjadikan laporan skripsi ini lebih
baik.
4. Dr. Ir. Haslina, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian yang telah
memberikan ijin terkait penelitian yang dilakukan.
Page 8
viii
5. Ir. Dewi Larasati, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Semarang.
6. Ir. Sri Haryati, M.Si selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Semarang sekaligus panitia ujian skripsi.
7. Ika Fitriana, S.TP, M.Sc selaku Sekretaris Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Semarang.
8. Kedua orang tua dan adik yang selalu memberi semangat dan mendukung
secara psikis dan material.
9. Diri penulis sendiri yang telah bersusah payah menyingkirkan rasa malas,
membangun semangat, menjauhkan diri dari hal hal yang membuat berantakan
juga kekacauan, serta yang telah belajar menerima dan sabar dalam kondisi
apapun. Proud of me.
10. Teman sepenelitian penulis, Diah Dwi Lestari. Banyak yang kita lalui bersama
dan terimakasih sudah saling membantu sampai akhir.
11. Meliani Pujiastuti, Siti Irmawati, Yulinar Nurul Annisa, Noviana Dzulqo’dah,
Noven Nindya, Yazid Mansur A, Jeremia Manik, Fandi Ahmad, Fransiska
Welly yang telah meberikan support secara verbal maupun secara action pada
saat penelitian dan penyusunan laporan skripsi.
12. Dewi Saidatul M, Putut Panji, Bustanul, Fajar Bustomy yang selalu
mengingatkan untuk mempercepat penulisan skripsi ini dengan iming-iming
supaya cepet nikah dan yang mengajak refreshing dikala suntuk.
13. Seluruh anggota group wa “Kost Keluarga Cemara” (Bapak dan Ibu Agus,
Mba Arum, Mba Afit, Mba Puput, Mba Arina, Irma, Desty, Meli, dan Tania)
Page 9
ix
yang sudah menjadi keluarga keduaku selama saya berjuang menempuh
sarjana ini.
14. Seluruh staff tata usaha beserta laboran Fakultas Teknologi Pertanian,
terimakasih telah membantu selama menjalani kehidupan di kampus terlebih
saat proses penelitian berlangsung.
15. Teman – teman FTP B 2015 dan Semua pihak yang tidak penulis sebutkan,
mohon maaf atas keterbatasan ini dan terimakasih atas support kalian.
Dengan segala kerendahan hati, semoga laporan skripsi yang telah disusun
ini dapat bermanfaat untuk penulis pribadi, para pembaca dan masyarakat umum
serta berguna pula bagi perkembangan dunia pendidikan Teknologi Pertanian.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna maka penyusun
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar penulis dapat
memperoleh wawasan yang bermanfaat. Akhir kata, kembali penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, semoga bantuan dan bimbingan
yang telah diberikan selama ini akan mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin.
Semarang, Januari 2019
Penulis
Page 10
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN I .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN II ............................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
E. Hipotesis ....................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
A. Kuning Telur ................................................................................................ 4
B. Telur Cair ..................................................................................................... 7
C. Pasteurisasi ................................................................................................... 7
D. Asam Benzoat .............................................................................................. 8
E. Analisis Pengujian ...................................................................................... 10
1. TPC (Total Plate Count) .......................................................................... 10
2. pH ............................................................................................................. 12
3. Kadar Air ................................................................................................. 13
4. Kadar Lemak ............................................................................................ 14
5. Uji Sensori ............................................................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 18
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 18
Page 11
xi
B. Alat dan Bahan ........................................................................................... 18
C. Rancangan Percobaan ................................................................................ 18
D. Prosedur Penelitian..................................................................................... 19
E. Prosedur Analisis ....................................................................................... 22
1. TPC (Total Plate Count) ......................................................................... 22
2. pH ............................................................................................................ 23
3. Analisis Kadar Air (AOAC, 2005). ........................................................ 23
4. Kadar Lemak Metode Sokhlet (OAOC, 2005) ....................................... 24
5. Uji Sensori ............................................................................................. 25
6. Analisis Data ........................................................................................... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 27
A. TPC ............................................................................................................ 27
B. pH ............................................................................................................... 29
C. Kadar Air ................................................................................................... 30
D. Kadar Lemak .............................................................................................. 32
E. Skor Warna................................................................................................. 34
F. Evaluasi Hasil............................................................................................. 36
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 39
A. Kesimpulan ................................................................................................ 39
B. Saran ........................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39
LAMPIRAN .......................................................................................................... 41
Page 12
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Kuisioner Penilaian Uji Kesukaan warna ............................................... 26
Tabel 2. Hasil Analisis TPC Kuning Telur Cair ................................................... 27
Tabel 3. Hasil Analisis pH Kuning Telur Cair ...................................................... 29
Tabel 4. Hasil Analisis Kadar Air Kuning Telur Cair .......................................... 31
Tabel 5. Hasil Analisis Kadar Lemak Kuning Telur Cair ..................................... 33
Tabel 6. Hasil Analisis Sensori Skor Warna Kuning Telur Cair .......................... 35
Tabel 7. Evaluasi Hasil Kuning Telur Cair ........................................................... 36
Page 13
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Kuning telur ayam ................................................................................. 4
Gambar 2. Diagram alir proses ............................................................................. 21
Gambar 3. Grafik Hasil Total Plat Count.............................................................. 28
Gambar 4. Grafik Hasil Analisis pH Kuning Telur Cair ...................................... 30
Gambar 5. Grafik Analisis Kadar Air ................................................................... 31
Gambar 6. Grafik Analisis Kadar Lemak ............................................................. 34
Gambar 7. Grafik Hasil Analisis Sensori Warna .................................................. 35
Page 14
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Telur Umur 1 Hari ...................................................................................... 41
2. Pemisahan Kuning Telur ............................................................................ 41
3. Penyaringan ................................................................................................ 41
4. Kuning Telur .............................................................................................. 41
5. Proses Pasteurisasi ..................................................................................... 41
6. Kuning Telur Kemas .................................................................................. 41
7. Hasil Penyimanan....................................................................................... 42
8. Proses Uji Sensori ...................................................................................... 42
9. Data Dan Hasil Analisis TPC ..................................................................... 43
10. Data Dan Hasil Analisis pH ....................................................................... 45
11. Data Dan Hasilanalisis Kadar Air .............................................................. 47
12. Data dan Hasil Analisis Kadar Lemak ....................................................... 50
13. Data Dan Hasil Analisis Sensori Warna .................................................... 53
Page 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telur adalah makanan yang memberikan banyak manfaat. Dengan
kandungan 72 kalori untuk sebutir telur utuh, makanan ini kaya akan protein
dan membantu menstabilkan kadar gula darah. Protein telur juga berkualitas
tinggi karena mengandung semua asam amino yang esensial. Telur
merupakan bahan makanan bergizi tinggi karena kandungan proteinnya yang
sempurna, vitamin A, thiamin, riboflavin, dan juga mengandung vitamin D.
Vitamin D dari telur merupakan penyumbang terpenting bagi tubuh, karena
bahan makanan lainnya umumnya mempunyai kandungan vitamin D yang
rendah.
Kuning telur adalah satu bagian dari telur yang merupakan makanan
dari embrio. Sebagai makanan, kuning telur adalah salah satu sumber vitamin
dan mineral yang baik. Kuning telur juga merupakan sumber dari lemak dan
kolesterol telur dan juga satu perlima kandungan protein telur.
Pengolahan makanan pada dasarnyadapat memperpanjang masa
simpan ataupun ada nilai tambah, dan sebagai sarana diversifikasi produk.
Pasteurisasi merupakan salah satu pengolahan yang bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan makanan. Telur cair adalah telur yang telah
dipisahkan dari cangkang dan telah dipisahkan antara kuning dan putihnya,
atau bisa pencampuran keduanya yang kemudian diproses
Page 16
2
pasteurisasi dengan suhu antara 61ᵒC sampai 70ᵒC dengan tujuan untuk
membunuh bakteri patogen yang ada. Proses ini selain untuk menghilangkan
bakteri yang ada pada telur juga dapat memperpanjang umur simpan. Telur
cair dikemas dengan menggunakan wadah plastik pouchsehingga lebih
mudah dan lebih praktis. Dengan demikian maka telur cair dapat
mempertahankan kandungannya namun ada nilai lebih karena telah dikemas
dengan praktis yang mempermudah penyimpanan juga dapat dengan mudah
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Setelah proses pengemasan telur cair
di simpan dengan menggunkan suhu yang berbeda untuk mengetahui
penyimpanan terbaik yang dapat mendukung kualitas produk. Suhu yang
digunakan adalah suhu ruang (25ᵒC), suhu chiller (5ᵒC), suhu refrigerator
(10ᵒ), dan suhu freezer (-18ᵒ) dengan dan dilakukan pengujian pada hari ke 7,
karena pada telur utuh kandungan gizi akan bertahan selama 2 minggu atau
kisaran 14 hari dalam suhu simpan 25ᵒC atau suhu ruang.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh suhu penyimpanan kuning telur cair terhadap
TPC, kadar lemak, kadar air, pH, serta warna pada pasteurisasi kuning telur
cair.
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh suhu penyimpanan kuning telur cair terhadap sifat
mikrobiologi, kimia, dan sensori.
2. Mengetahui perlakuan terbaik.
Page 17
3
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan adalah
mendapatkan suhu yang tepat untuk penyimpanan sehingga dapat menjaga
kualitas kuning telur cair dengan baik.
E. Hipotesis
Diduga perbedaan suhu penyimpanan berpengaruh pada kualitas
kuning telur cair.
H0 : Tidak terdapat pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati
H1 : Ada pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati
Dengan kriteria keputusan:
F hitung <F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak dengan artian ada
pengaruh yang signifikan terhadap perlakuan yang diamati.
F hitung ≥F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti tidak ada
pengaruh yang signifikan terhadan peubahan yang diamati.
(Sumber : Sugiyono, 2017).
Page 18
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kuning Telur
Telur secara fisik dibagi menjadi tiga komponen yaitu kerabang telur
(egg shell) 12,3%, putih telur (allbumin)55,8%, dan kuning telur (yolk)31,9%
(Stadelman dan Cotterril, 1995). Kerabang telur merupakan bagian paling
keras dan kaku. Kerabang memiliki fungsi utama sebagai pelindung isi telur
terhadap kontaminasi mikroorganisme (Sirait, 1986). Kerabang telur sebagian
besar terdiri dari kalsium karbonat. Kerabang telur memiliki banyak pori-pori.
Jumlah pori-pori pada kerabang bervariasi antara 100-200 buah per cm2
(Winarno dan Sutrisno, 2002).
Gambar 1. Kuning telur ayam
Kuningtelur berbentuk bulat dengan warna kuning atau oranye dan
terletak pada pusat telur dan bersifat elastis. Warna kuning pada kuning telur
disebabkan oleh kandungan pigmen karotenoid yang berasal dari pakan.
Posisi kuning telur akan bergeser bila telur mengalami penurunan kualitas
(Buckle et al., 1987).
Page 19
5
Kuning telur adalah satu bagian dari telur yang merupakan makanan
dari embrio. Kuning telur terapung pada putih telur (albumin) oleh satu atau
dua tali kuning telur atau kalaza. Sebagai makanan, kuning telur adalah salah
satu sumber vitamin dan mineral yang baik. Kuning telur terdiri dari
membran kuning telur (vitellin) dan kuning telur sendiri. Kuning telur
merupakan makanan dan sumber lemak bagi perkembangan embrio. Warna
kuning telur dipengaruhi oleh pakan. Apabila pakan mengandung lebih
banyak karoten, yaitu sentofil, maka warna kuning telur semakin berwarna
jingga kemerahan (Yamamoto et al., 1997).
Lama dan suhu dalam penyimpanan telur mempengaruhi kualitas fisik
telur. SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008) menyatakan bahwa penyimpanan telur
konsumsi pada suhu ruang dengan kelembaban 80%-90% dapat
mempertahankan kualitas telur selama empat belas hari setelah ditelurkan.
Telur yang disimpan pada suhu 4-7 ºC dengan kelembaban 60%-70% dapat
bertahan selama tiga puluh hari setelah ditelurkan. Perubahan bobot telur
selama penyimpanan disebabkan oleh penguapan air dari ribuan pori-pori
pada permukaan kerabang telur yang mengakibatkan penurunan kualitas telur
(Park et al., 2003).
Indeks kuning telur dapat dihitung dengan perbandingan tinggi dan
diameter rata-rata kuning telur serta mengalikan hasilnya dengan 100
(Mountney, 1976). Indeks kuning telur merupakan perbandingan antara tinggi
kuning telur dengan diameter kuning telur. SNI 01-3926-2008 (BSN, 2008)
menyatakan bahwa indeks kuning telur segar berkisar antara 0,33-0,52.
Page 20
6
Penyimpanan telur menyebabkan terjadinya pemindahan air dari putih telur
menuju kuning telur sebanyak 10 mg/hari pada suhu 10 ºC. Tekanan osmotik
kuning telur lebih besar dari putih telur sehingga air dari putih telur berpindah
menuju kuning telur. Perpindahan air secara terus meneurs akan
menyebabkan viskositas kuning telur menurun sehingga kuning telur menjadi
pipih kemudian akan pecah (Romanoff dan Romanoff, 1963). Pemindahan air
ini tergantung pada kekentalan putih telur. Kuning telur akan menjadi
semakin lembek sehingga indeks kuning telur menurun, kemudian membran
vitelin akan rusak dan menyebabkan kuning telur pecah. Yuwanta (2010)
menyatakan bahwa indeks kuning telur akan menurun dari 0,45 menjadi 0,30
apabila disimpan selama 25 hari pada suhu 25 ºC. Semakin tua umur telur
maka kuning telur semakin besar sehingga indeks kuning telur semakin kecil.
Penurunan tinggi kuning telur akan terjadi setelah tiga bulan penyimpanan
pada suhu 2 ºC. Namun demikian tinggi kuning telur menurun lebih cepat
setelah tiga minggu penyimpanan ketika disimpan pada suhu 25 ºC
(Romanoff dan Romanoff, 1963).
Lemak kuning telur tersusun atas komplek lemak-protein dalam bentuk
Low Density Lipoprotein (LDL). Lemak telur mengandung 65% trigliserida,
28,3% fosfolipid dan 5,2% kolesterol. Asam lemak trigliserida pada kuning
telur adalah asam linoleat, oleat dan stearat. Asam lemak bebas pada kuning
telur segar sebesar 1,72% tetapi setelah penyimpanan selama satu tahun
kandungan asam lemak bebas meningkat perlahan menjadi 3,12%. Telur yang
disimpan pada suhu 37,5 ºC mengalami penurunan lemak kuning telur karena
Page 21
7
lemak berdifusi dari kuning telur menuju putih telur (Romanoff dan
Romanoff, 1963).
B. Telur Cair
Telur cair di Indonesia masih minim dan untuk memproduksi telur cair
pasteurisasi membutuhkan teknologi yang tidak mudah serta investasi yang
besar. Kebanyakan para pengusaha takut memproduksi telur cair di Indonesia
karena dua faktor, pertama karena memang investasinya besar, kedua karena
marketnya yang belum ada dan masih mengandalkan impor dari luar negri
sehingga membuat para pengusaha takut untuk memulainya.
Telur cair adalah telur yang dikupas dari cangkangnya dan dikemas.
Untuk mencegah kontaminasi salmonella, telur harus dipasteurisasi (Sutrisno
Kuswara, 2009). Mula-mula produk telur cair dibuat untuk memanfaatkan
telur-telur yang dipasarkan dalam bentuk utuh misalnya karena rusak, cacat,
dan ukuran upnormal terkecuali ukuran terlalu kecil dan terlalu besar. Produk
telur cair dipisah antara putih dan kuning telur. Pengemasan telur cair bisa
berupa kantong plastik (model bantal), karton tetrapak, dan galon plastik.
Telur cair memerlukan penyimpanan dingin untuk menjaga masa simpan.
C. Pasteurisasi
Pateurisasi adalah pemanasan terhadap suatu bahan atau produk pada
waktu atau suhu tertentu sehingga diperoleh produk yang secara microbiologi
terbebas dari mikroba yang merugikan atau kuantitas mikroba dapat
terkurangi, secara kimia kandungan gizi dapat dipertahankan dan tidak
Page 22
8
mengalami perubahan secara fisik. Perlakuan panas pada bahan baku dengan
suhu dibawah titik didih (Nur Hidyat, 2007).
Pasteurisasi adalah suatu cara pemanasan dengan suhu tertentu yang
dimaksudkan membunuh sebagian kuman patogenik yang ada dalam produk,
dengan seminimum mungkin kehilangan gizi dan mempertahankan
semaksimal mungkin sifat fisik dan cita rasa tetap terjaga (Abubakar, dkk.,
2000).
Pasteurisasi telur merupakan pemanasan pada telur cair yang telah
dikeluarkan dari cangkangnya, untuk membunuh bakteri patogen yang
terkandung didalam telur tersebut, termasuk bakteri salmonella. Telur yang
dipasteurisasi dapat berupa kuning telurnya saja, putih telurnya saja, atau utuh
yaitu campuran keduanya. Proses pasteurisasi ini kurang lebih sama dengan
pasteurisasi susu tetapi telur lebih sensitif terhadap suhu dibanding dengan
susu. Temperatur pasteurisasi yang tepat untuk telur adalah 61ᵒC sampai
70ᵒC, maksimal adalah 72ᵒC. Jika lebih dari suhu tersebut, telur akan matang
dan akan timbul kerak pada saat dipasteurisasi, sedang apabila terlalu rendah
bakteri patogen tidak akan mati. Oleh karena itu kontrol temperatur menjadi
sangat penting dalam proses pasteurisasi telur ini.
D. Asam Benzoat
Asam benzoat adalah senyawa yang sering digunakan sebagai pengawet
makanan. Bahan pengawet tersebut berfungsi untuk memperlambat proses
kerusakan makanan, baik yang disebabkan mikroba, bakteri, ragi maupun
Page 23
9
jamur. Cara kerjanya yaitu dengan menghambat, mencegah, menghentikan
proses pembusukan dan fermentasi dari bahan makanan.
Asam benzoat/asam benzene karboksilat/ asam phenil karboksilat
merupakan senyawa kimia yang umumnya digunakan sebagai bahan
pengawet yang dianggap GRAS oleh FDA, dan secara kimia dapat dihasilkan
melalui oksidasi fase cair dari toulena (Srour, 1989; WHO, 2000). Asam
benzoat adalah padatan kristal berwarna putih dan merupakan asam
karboksilat aromatik yang paling sederhana, dengan rumus senyawa kimia
C7H6O2 (atau C6H5COOH). Termasuk dalam kategori asam lemah, yang biasa
digunakan sebagai pengawet makanan. Selain itu asam ini juga merupakan
prekursor (bahan awal) yang penting dalam sintesis berbagai bahan-bahan
kimia lainnya. Asam ini secara alami terdapat dalam rempah-rempah seperti
cengkeh dan kayu manis.
Mekanisme kerja asam benzoat didasarkan pada tingkat permeabilitas
membran sel mikroba terhadap molekul-molekul asam. Pada mulanya, sel
mikroba mempunyai pH yang netral, lalu asam benzoat dapat menembus
membran sel sehingga membuat pH didalam sel mikroba menjadi lebih asam.
Kondisi asam ini mengakibatkan gangguan pada organ-organ sel sehingga
metabolisme terhambat dan akhirnya mati.
Didalam tubuh manusia terdapat mekanisme detoksifikasi terhadap
asam benzoat, sehingga tidak terjadi penumpukan didalam tubuh selama
jumlahnya masih dalam ambang batas tersedia.
Page 24
10
Metabolisme asam benzoat didalam tubuh ini meliputi dua tahap reaksi,
pertama dikatalisis oleh enzym syntetase dan pada reaksi kedua dikatalisis
oleh enzim acytransferase. Benzoat akan bereaksi dengan glisin menjadi
asam hipurat yang akan dibuang oleh tubuh melalui urin. Berdasarkan
PerMenKes RI No. 7222/MenKes/Per/IX/88, batas maksimum penggunaan
asam benzoat dalam emulsi lemak tipe emulsi minyak dalam air adalah 1000
mg/kg, dengan demikian maka penambahan yang digunakan dalam penelitian
adalah 600 mg/kg yang mana tidak melebihi batas maksimum.
E. Analisis Pengujian
Analisis pengujian yang diamati pada penelitian ini yaitu meliputi
pengamatan terhadap TPC, pH, Kadar Air, Kadar Lemak, dan Sensori Warna.
1. TPC (Total Plate Count)
Total Plate Count dimaksudkan untuk menunjukkan jumlah
mikroorganisme dalam suatu sampel, yang pada prinsipnya jika sel
mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel
mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang
dapat diamati secara makroskopis tanpa menggunakan mikroskop (Badan
Standardisasi Nasional 1994, dalam Susianawati, 2006). Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba adalah
metoda hitungan cawan. (Fardiaz, 1989 dalam Susianawati, 2006)
Cara perhitungan jumlah mikroorganisme merupakan cara yang
lazim dilakukan di laboratorium. Perhitungan jumlah mikroorganisme
merupakan indikator terjadinya proses biodegradasi minyak mentah.
Page 25
11
Jumlah mikroorganisme akan meningkat bila mikroorganisme
tersebutmampu hidup dengan memanfaatkan substrat yang ada dalam
senyawa hidrokarbon tersebut (Munawar et al., 2007 dalam Sumarsono,
2009 ).
Total plate count dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu Pour plate
methode (metode tuang) dan surface or spread plate method (metode
permukaan atau metode sebar). Jumlah koloni yang diperoleh dinyatakan
dengan colony forming unit (CFU). Menurut Lukman dan Purnawarman
2009 dalam Sibarani, 2011 ketepatan metode ini dipengaruhi beberapa
faktor, antara lain :
a) Media dan kondisi inkubasi (ketersediaan oksigen, suhu dan waktu
inkubasi),
b) Kondisi sel mikroorganisme (cedera atau injured cell),
c) Adanya zat penghambat pada peralatan atau media yang dipakai, atau
yang diproduksi oleh mikroorganisme lainnya,
d) Kemampuan pemeriksa untuk mengenal koloni,
e) Peralatan, pelarut dan media yang kurang steril, ruang kerja yang
tercemar,
f) Pengocokan pada saat pengenceran yang kurang sempurna,
g) Kesalahan menghitung koloni dan perhitungan yang kurang tepat
terhadap koloni yang menyebar atau yang sangat kecil (Lukman dan
Purnawarman 2009 dalam Sibarani, 2011).
Page 26
12
2. pH
pH adalah derajat keasaman untuk menyatakan tingkat keasaman
atau kebebasan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH didefinisakan sebagai
inus logaritma dari aktivitas ion hidrogen dalam larutan. pH merupakan
kuantitas tak berdimensi. pH umumnya diukur menggunakan elektroda
gelas yang mengukur perbedaan potensi E antara elektron yang sensitif
dengan aktifitas ion hidrogen dengan elektroda referensi (Charles, 1984).
Sifat asam basa suatu larutan dapat ditentukan menggunakan
indikator kertas lakmus yaitu melalui indikator warna yang akan
menunjukkan sifat dari suatu larutan. pH merupakan indikator yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam
memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7,
sedangkan larutan netral memiliki pH =7 (Ralp H Petrucci, 1987).
Menurut teori Stave August Arrhenius (1859-1927) asam adalah zat yang
melepaskan ion H+
dan basa merupakan zat yang menghasilkan ion
hidroksida OH (Hiskia, 1998).
Faktor - faktor yang mempengaruhi penurunan pH telur adalah
suhu pada penyimpanan telur (Agustina, 2013). pH telur segar kira-kira
7,6-7,9 dan meningkat sampai nilai maksimal 9,7 tergantung temperatur
dan lama penyimpanan.pH meningkat karena disebabkan oleh lepasnya
CO2 melalui pori-pori cangkang yang menyebabkan pH meningkat dan
berubah menjadi basadidukung dengan putih telur dibagian yang kental
mengalami pengenceran yang akhirnya akan merembers ke kuning
Page 27
13
telur(Agustina, 2013).Semakin tinggi suhu maka CO2 yang hilang lebih
banyak sehingga menyebabkan pH putih dan kuning telur meningkat.
3. Kadar Air
Air merupakan bahan yang sangat pentng bagi kehidupan manusia
dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga
merupakan komponen penting dalam bahan makanan, karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita.
Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan bebrapa cara. Hal ini
tergantung pada sifat bahnnya. Pada umumnya penentuan kadar air
dilakukan dengan pengeringan dalam oven pada suhu 105-110ᵒC selama 3
jam atau didapat berat konstan (Winarso, 1997).
Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan
bobot bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar
aair bahan tersebut yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan
berdasarkan bobot basah (wet basis). Dalam penentuan kadar air bahan
hasil pertanian biasanya dilakukan berdasarkan obot basah. Dalam
perhitungan ini berlaku rumus sebagai berikut: KA = (Wa / Wb) x
100% (Taib, 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air bahan pangan
diantaranya adalah daya simpan bahan; air terikat dan air bebas; kadar air
basis basah dan kadar air basis kering; aktivitas air; kelembaban mutlak
dan kelembaban relatif; serta sifat fisik dari bahan.
Page 28
14
4. Kadar Lemak
Lemak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan
lipida. Satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah daya
larutnya dalam pelarut organik (misalnya ether, benzenez hloroform) atau
sebaliknya ketidak larutanya dalam pelarut air. Penentuan kadar lemak
dengan pelarut juga terikat fosfolipid, sterol, asam lemak bebas.
Karatoinede pihmen yang lain, karena hasil analisisnya disebut lemak
kasar “crude fat” (Sudarmadji dkk, 1989).
Lemak merupakan suatu senyawa ester yang terbentuk dari gliserol asam
lemak (asam karboksilat) secara umum lemak (Fat) dan minyak (oil)
merupakan golongan lipida yaitu senyawa organik yang terdapat
dalamalam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-
polar seperti suatu hidrokarbon atau dietileter.
Faktor-faktor yang memengaruhi kadar lemak adalah tipe
persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut, dan tipe
pelarut. Dibandingkan dengan cara maserasi, ekstraksi dengan Soxhlet
memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi karena pada cara ini digunakan
pemanasan yang diduga memperbaiki kelarutan ekstrak. Makin polar
pelarut, bahan terekstrak yang dihasilkan tidak berbeda untuk kedua
macam cara ekstraksi. Fenolat total yang tertinggi didapatkan pada proses
ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat. Sifat antibakteri tertinggi terjadi
pada ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat
untuk ketiga macam bakteri uji Gram-positif. Semua ekstrak tidak
Page 29
15
menunjukkan daya hambat yang berarti pada semua bakteri uji Gram-
negatif.
5. Uji Sensori
Uji sensori adalah cara untuk mengukur, menilai atau menguji
mutu komoditas dengan menggunakan kepekaan alat indra manusia, yaitu
mata, hidung, mulut dan ujung jari tangan. Uji sensori juga disebut
pengukuran subjektif karena didasarkan pada respon subyektif manusia
sebagai alat ukur (Soekarto, 1990). Rahayu (1998), menjelaskan bahwa
untuk melaksanakan penilaian sensori diperlukan panelis. Dalam penilaian
suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensorik atau kamoditi, panelis
bertindak sebagai instrument atau alat.
Sistem penilaian sensori telah dibakukan dan dijadikan alat
penilaian di dalam Laboratorium. Penilaian sensori juga telah digunakan
sebagai metode dalam penelitian dan pengembangan produk, dalam hal ini
prosedur penilaian memerlukan pembakuan yang baik dalam cara
penginderaan maupun dalam melakukan analisis data. Indera yang
berperan dalam uji sensori adalah indera penglihatan, penciuman,
pencicipan, peraba dan pendengaran. Panel diperlukan untuk
melaksanakan penilaian organoleptik dalam penilaian mutu atau sifat-sifat
sensori suatu komoditi, panel bertindak sebagi instrumen atau alat. Panel
ini terdiri atas orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat dari suatu
komoditi, orang yang menjadi anggota panel disebut panelis (Okatavia,
2010 ).
Page 30
16
Uji sensori merupakan bagian dari uji efektif yang mana
merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui produk-produk yag
disukai maupun yang tidak disukai. Uji sensori bertujuan untuk mengukur
tingkat kesukaan konsumen atau penguji terhadap suatu produk.
Skala yang tersedia pada uji sensori adalah mulai dari sangat tidak suka
sampai sangat suka terhadap sampel yang diberikan. Penguji diminta
untuk mengevaluasi setiap sampel produk dan menentukan skala kesukaan
mereka terhadap sampel produk tersebut. Uji ini biasanya dilakukan oleh
panelis umum, yang sudah maupun yang belum terlatih (Sarastani, 2012).
Contoh uji sensori disajikan secara acak dan dalam memberikan
penilaian panelis tidak boleh mengulanag-ulang penilaian atau
membanding-bandingkan contoh yang disajikan. Sehingga untuk satu
panelis yang tidak terlatih, sebaiknya contoh disajikan satu persatu
sehingga panelis tidak akan membanding-bandingkan satu contoh dengan
lainnya. Penilaian uji sensori dilakukan secara spontan. Kemudian
diisikan pada formulir uji sensori dengan kriteria penilaian sangat tidak
suka, tidak suka, agak tidak suka, netral, agak suka, suka, dan sangat suka.
Hasil penilaian kemudian dikonversi ke dalam angka dari rentang nilai 1-
7. Dalam uji sensori, panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Tingkat-tingkat kesukaan
disebut sebagai skala sensori. Skala sensori dapat direntangkan atau
diciutkan menurut rentangan skala yang dikehendakinya. Skala yang
digunakan dapat juga diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu
Page 31
17
menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat dilakukan
analisis data secara parametrik (Lestari, 2015).
Page 32
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi,
Laboratorium Kimia, dan Laboratorium Uji Inderawi Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Semarang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama bulan November 2019 sampai
dengan bulan Desember 2019.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan
analitik, pemisah telur, baskom, alat pasteurisasi (waterbath), plastik
pouch, kulkas, cawan petri, pipet, sendok, autoclave, kompor gas, sarung
tangan, erlenmayer, pinset, oven, bunsen, incubator, dan kulkas.
2. Bahan
Bahan baku yang digunakan adalah kuning telur dari umur 1 hari,
asam benzoat, media Plate Count Agar (PCA), dan aquadest.
C. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah 1 faktor dengan suhu
Page 33
19
penyimpanan yang berbeda sebagai perlakuan. Adapun perlakuan-
perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:
P1 : Penyimpanan pada suhu ruang (24ᵒC)
P2 : Penyimpanan pada suhu chiller (5ᵒC)
P3 : Penyimpanan pada suhu refrigerator (10ᵒC)
P4 : Penyimpanan pada suhu freezer (-18ᵒC)
Ulangan sebanyak 6 kali.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian kuning telur cair diawali dengan :
1. Persiapan bahan baku berupa telur dengan umur 1 hari
2. Pembersihan telur. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan air
mengalir.
3. Setelah pencucian dilakukan pemecahan telur dengan hasil limbah padat
berupa cangkang telur.
4. Pemisahan dilakukan untuk memisahkan bagian kuning telur dan putih
telurnya. Pada penelitian yang dilakukan hanya menggunakan kuning
telur.
5. Kuning telur digunakan adalah 3,5 kg kuning telur.
6. Penyaringan dilakukan untuk membersihkan telur apabila ada cangkang
atau benda lain yang akan menyebabkan kontaminasi agar tidak ikut
dalam proses pasteurisasi.
7. Setelah kuning telur selesai disaring dimasukkanlah asam benzoat
sebanyak 2,1 gram kedalam telur cair.
Page 34
20
8. Kuning telur dipasteurisasi, pasteurisasi dilakukan dengan menggunakan
waterbath selama 5 menit dalam suhu 65ᵒC.
9. Setelah selesai pasteurisasi kuning telur dapat dikemas dengan
menggunakan plastik pouch ukuran 17,6 x 10 dengan ketebalan 0.1
mikrometer.
10. Kuning telur yang sudah melalui proses pasteurisasi disimpan pada suhu
ruang (24ᵒC), refrigerator (10ᵒC), chiller (5ᵒC), freezer (-18ᵒC).
11. Pada hari ke 7 dilakukan pengujian TPC, kadar lemak, kadar air, pH dan
pengujian sensori warna. Pegujian sensori warna dilakukan dengan
bantuan 30 orang panelis tidak terlatih dengan skala pengujian 7 yaitu 7
poin: 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 =
netral/biasa saja, 5 = agak suka, 6 = suka, 7 = sangat suka.
Page 35
21
Prosedur penelitian dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini :
TELUR
Gambar 2. Diagram alir proses
Sumber : http://panganhewani.blog.unseod.ac.id
Pembersihan telur
Pemecahan Cangkang
Pemisahan
Penyaringan
Pasteurisasi
5 menit ; 65ᵒC
Pengemasan
(plastik pouch)
Penyimpanan
suhu ruang (24ᵒC)
refrigerator (10ᵒC)
chiller (5ᵒC)
freezer (-18ᵒC)
Yolk (3,5kg) Albumen
Pengujian :
1. TPC
2. pH
3. Kadar air
4. Kadar lemak
5. Uji
sensori(warna)
Pengamatan
dilakukan pada hari
ke 7
Asam benzoat
2,1 gram
Page 36
22
E. Prosedur Analisis
1. TPC (Total Plate Count)
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Menyemprot meja kerja dan tangan praktikan dengan alcohol 80%
c. Membungkus cawan petri, tabung reaksi, pipet ukur dengan kertas
buram, (tabung reaksi masing – masing diisi 9 mL Buffered Peptone
Water (BPW) dan lubang tabung reaksi ditutup dengan kapas).
d. Membuat media Potatoes Dextrose Agar ( PDA ).
e. Mensterilisasi semua alat yang telah dibungkus kertas buram pada
autoclave selama 15 menit pada suhu 121˚C.
f. Mendinginkan alat dan bahan yang telah disterilisasi.
g. Melakukan pengenceran, sampel dimasukan ke dalam tabung reaksi
yang berisi 9 mL BPW yang telah steril (101) dilakukan secara
aseptis, mengocok 25 kali dengan vortex.
h. Melakukan pengenceran berikutnya yaitu memipet 1 mL dari
tabung reaksi 101 dimasukan ke tabung reaksi pengenceran 10
2,
memvortex dan memipet 1 mL lagi di masukan ke cawan petri
dilakukan secra aseptis.
i. Melakukan pengenceran berikutnya hingga pengenceran 105
j. Cawan petri yang telah terisi digoyang-goyangkan.
k. Menuangkan media ke masing-masing cawan, tungu hingga media
padat lalu balikkan posisi cawan
Page 37
23
l. Memasukan cawan petri ke dalam incubator dengan posisi terbalik
pada suhu 35±1˚C selama 24-48 jam
m. Mencatat pertumbuhan koloni pada masing-masing cawan yang
mengandung 25-250 koloni dan melihat bentuknya dengan colony
counter.
2. pH
Pengujian pH pada sampel menggunakan pH meter dengan tahapan
pengujian :
a. Siapkan sampel yang akan diukur menggunakan pH meter (900
ISW).
b. Nyalakan dengan menekan tombol on pada pH meter.
c. Masukkan pH meter ke dalam wadah yang berisi sampel.
d. Tunggu hingga pH meter berhenti dan tidak berubah-ubah skala
angkanya.
e. Hasil akan terlihat di display digital.
Apabila pH meter akan digunakan untuk sampel selanjutnya maka
pH perlu dinetralkan dengan merendam pH meter pada aquades sehingga
pH meter mendapatkan pH normal dan dapat digunakan untuk pengujian
selanjutnya.
3. Analisis Kadar Air (AOAC, 2005).
Analisis kadar air dilakukan dengan menggunakan metode
oven. Prinsipnya dengan menguapkan molekul air bebas yang ada
dalam sampel. Sampel ditimbang sampai didapat bobot konstan
Page 38
24
dengan asumsi semua air yang terkandung dalam sampel sudah
diuapkan. Banyaknya air yang diuapkan merupakan selisih bobot
sebelum dan sesudah pengeringan. Cawan yang akan digunakan
dioven terlebih dahulu selama 30 menit pada suhu 100-105ºC. Cawan
didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan
ditimbang (A). Sampel ditimbang sebanyak 2 g dalam cawan yang
sudah dikeringkan (B). kemudian dioven pada suhu 100-105ºC selama
6 jam. Sampel didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan
ditimbang (C). Tahap ini diulangi hingga dicapai bobot yang konstan.
Penentuan kadar air dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Kadar Air (%)
Keterangan :
A = berat cawan kosong (g)
B = berat cawan + sampel awal (g)
C = berat cawan + sampel kering (g)
4. Kadar Lemak Metode Sokhlet (OAOC, 2005)
Analisis kadar lemak dilakukan dengan metode sokhlet.Prinsipnya
adalah lemak yang terdapat dalam sampel diekstrakdengan menggunakan
pelarut non polar. Labu lemak yang akandigunakan dioven selama 30
menit pada suhu 100-105ºC. Labulemak didinginkan dalam desikator
untuk menghilangkan uap airdan ditimbang (A). Sampel ditimbang
sebanyak 2 g (B) kemudiandibungkus dengan kertas saring, ditutup
dengan kapas bebas lemakdan dimasukkan ke dalam sokhlet yang telah
Page 39
25
dihubungkan denganlabu lemak. Sampel sebelumnya telah dioven dan
diketahuibobotnya. Pelarut heksan dituangkan sampai sampel terendam
dandilakukan refluks atau ektraksi selama 5 - 6 jam atau sampai
palarutlemak yang turun ke labu lemak berwarna jernih. Pelarut
lemakyang telah digunakan, disuling, dan ditampung. Ekstrak lemak
yang9 ada dalam labu lemak dikeringkan dalam oven bersuhu 100-
105ºCselama 1 jam. Labu lemak didinginkan dalam desikator
danditimbang (C). Tahap pengeringan labu lemak diulangi
sampaidiperoleh bobot yang konstan. Penentuan kadar lemak
dihitungdengan rumus sebagai berikut.
Lemak total (%)
Keterangan :
A : berat labu alas bulat kosong (g)
B : berat sampel (g)
C : berat labu alas bulat dan lemak hasil ekstraksi (g)
5. Uji Sensori
Uji sensori rating hedonik pada penelitian ini merupakan metode
pengujian utama. Tujuan dari uji rating hedonik adalah untuk melihat
penerimaan dan kesukaan konsumen terhadap produk kuning telur cair.
Jumlah panelis yang digunakan adalah 30 orang panelis tidak terlatih.
Sampel yang diujikan adalah kuning telur cair. Produk disajikan dengan
cara menyiapkan sekitar 10 ml sampel kuning telur cair yang telah
dikemas dalam plastik pouch, yang ditandai dengan 3 digit kode acak.
Page 40
26
Panelis diminta untuk mengevaluasi sampel tersebut dan memberikan
penilaian dengan menggunakan skala hedonik 7 poin: 1 = sangat tidak
suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral/biasa saja, 5 = agak
suka, 6 = suka, 7 = sangat suka (Meilgaard 1999 dalam Susanto 2103).
Pengujian hedonik dilakukan pada kondisi ruangan yang bersih,
sirkulasiudara yang baik, tempat dan peralatan yang sama, sehingga
persepsi terhadapproduk yang diuji adalah sama. Panelis memberikan
penilaian pada kuisioneryang telah disediakan. Uji hedonik hanya
dilakukan pada kesukaan rasa dimanakriteria penilaian dapat dilihat pada
tabel 1 :
Tabel 1. Kuisioner Penilaian Uji Kesukaan warna
PENILAIAN Skor KODE SAMPEL
170 272 374 476
Sangat Tidak Suka 1
Tidak Suka 2
Agak Tidak Suka 3
Netral/ Biasa Saja 4
Agak Suka 5
Suka 6
Sangat Suka 7
6. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam. Jika
terdapat perbedaan antar perlakuan, yang berarti ada pengaruh perlakuan
maka dilanjutkan dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan
taraf signifikasi 5% untuk mengetahui tingkat perbedaan antar perlakuan
tersebut menggunakan program SPSS Versi 23. (Anwar, 2006).
Page 41
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis hasil merupakan hasil dari pengujian produk akhir kuning telur
cair dengan perlakuan berbagai macam suhu penyimpanan. Pengujian dilakukan
untuk mengetahui karakteristik dari produk yang meliputi sifat kimia (kadar
lemak, kadar air, dan pH), sifat mikrobiologi (TPC), serta sensori konsumen pada
30 orang panelis terhadap warna. Adapun hasil uji dapat dilihat :
A. TPC
TPC (Total Plate Count) dimaksudkan untuk menunjukkan jumlah
mikroorganisme dalam suatu sampel, yang pada prinsipnya jika sel mikroba
yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba
tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat diamati
secara makroskopis tanpa menggunakan mikroskop (Badan Standardisasi
Nasional 1994, dalam Susianawati, 2006). Berdasarkan hasil sidik ragam
menujukan adanya perbedaan nyata dilihat pada tabel 2:
Tabel 2. Hasil Analisis TPCKuning Telur Cair
Perlakuan TPC (cfu/ml)
P1 5,17b± 0,1469
P2 4,54a± 0,3628
P3 4,70a ± 0,3561
P4 4,78a± 0,1983
Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada kolom yang
sama menunjukkan adanya perbedaan nyata (p<0,05).
Page 42
28
Perbedaannyata (p>0,05) terhadap total plate count(lampiran 9) diuji
lanjut dengan menggunakan Duncan pada taraf 5%. Adapun grafik rerata total
plat count pada kuning telur cair adalah sebagai berikut :
Gambar 3. Grafik Hasil Total Plat Count
Pasteurisasi sendiri dimaksudkan untuk menghilangkan mikroba yang
ada pada telur dengan proses pemanasan. Pada grafik yang ada menunjukkan
bahwa mikroba yang ada pada telur mengalami naik turun selama
penyimpanan. Telur yang di pasteurisasi dengan suhu 65ᵒC dengan lama
waktu 5 menit dengan penambahan asam benzoat ini dapat membunuh
mikroba meskipun tidak semua mikroba mati. Pada perlakuan suhu rendah
total bakteri lebih rendah yaitu 4,54 (P2 : 10ᵒC), 4,70 (P3 : 5ᵒC), dan 4,78 (P4
: -18ᵒC) dibanding pada suhu ruang (24ᵒC) dengan rerata 5,17. Menurut
Bobyda (2009) di suhu kamar, telur ayam hanya mempunyai masa simpan
lebih pendek yaitu 7 hari sedangkan pada suhu rendah bisa bertahan sampai 3
minggu. Menurut Fardiaz (1993) hal ini disebabkan karena penyimpanan
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
5
5.1
5.2
P1 P2 P3 P4
HA
SILT
PC
PERLAKUAN
Page 43
29
telur pada suhu rendah dapat memperlambat reaksi metabolisme,
memperlambat pertumbuhan bakteri, dan selain itu juga mencegah reaksi
kimia dan hilangnya kadar air dari telur dibanding dengan suhu ruang, pada
suhu ruang kecepatan metabolisme dan pertumbuhan bakteri dipercepat.
Selain suhu diduga lama penyimpanan juga mempengaruhi pertumbuhan
mikroba dikarenakan kuning telur mengalami proses pertumbuhan logaritmik.
Menurut suardana dan swacita (2009) fase logaritmik merupakan fase dimana
bakteri tersebut akan tumbuh dan membelah diri secara eksponensial sampai
jumlah maksimum yang dibantu oleh kondisi lingkungan yang sesuai. Pada
fase ini kecepatan medium tempat tumbuhnya seperti kandungan zat dan juga
lingkungan termasuk suhu dan kelembaban udara. Pada fase ini sel
membutuhkan energi lebih banyak dibanding dengan fase lain.
B. pH
pH atau derajat keasaman adalah nilai yang digunakan untuk
menyatakan keasaman yang dimiliki oleh suatu larutan (Setiyono, 2011).
Produk kuning telur cair memiliki pH yang normal yaitu 7,45. Berdasarkan
hasil sidik ragam menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata (p>0,05) tabel
3 :
Tabel 3 : Hasil Analisis pH Kuning Telur Cair
Perlakuan pH
P1 7,45a ± 0,0051
P2 7,45a ± 0,0054
P3 7,45a ± 0,0040
P4 7,45a ± 0,0054
Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata (p>0,05).
Page 44
30
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pH tidak memiliki
perbedaan nyata (p>0,05) (lampiran 10). Adapun grafik dapat dilihat
sebagaimana pada gambar 4 :
Gambar 4. Grafik Hasil Analisis pH Kuning Telur Cair
Pada penelitian yang dilakukan oleh R.A Rihastuti didapat pH kuning
telur setelah pasteurisasi tanpa penyimpanan adalah 6,63. Lama penyimpanan
mengakibatkan kenaikan pH kuning telur cair. Hal ini diduga pH meningkat
disebabkan oleh lepasnya CO2 yang menyebabkan pH meningkat dan
berubah menjadi asamdidukung adanya penambahan asam benzoat yang
bersifat asam. Semakin tinggi suhu penyimpanan maka CO2 yang hilang lebih
banyak sehingga menyebabkan pH kuning telur meningkat. (B. Rizal, et.al,
2012). Menurut Gaman dan Sherrington (1994) pH optimal adalah sekitar 7
(netral) dan jika medium menjadi sangat asam.
C. Kadar Air
Kadar air adalah persentase kandungan air yang terdapat pada bahan
pangan. Kadar air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, citarasa pada
0
1
2
3
4
5
6
7
8
P1 P2 P3 P4
HA
SIL
pH
PERLAKUAN
Page 45
31
bahan pangan serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan
tersebut. Kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang dan
khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan
pangan. Hasil penelitian diperoleh data rerata kadar air kuning telur cair pada
tabel 4:
Tabel 4. Hasil Analisis Kadar Air Kuning Telur Cair
Perlakuan Kadar Air (%)
P1 46,80c± 0,3595
P2 46,49b± 0,6294
P3 46,17b± 0,3947
P4 44,33a± 0,3791
Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada kolom yang
sama menunjukkan adanya perbedaan nyata (p<0,05).
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan hasil berbeda nyata
(p<0,05) terhadap kadar air kuning telur cair (lampiran 11). Tabel 4
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan dengan
menggunakan uji lanjut Duncan taraf 5%. Adapun grafik rerata kadar air
dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik Analisis Kadar Air
43
43.5
44
44.5
45
45.5
46
46.5
47
P1 P2 P3 P4
HA
SLIL
KA
DA
R A
IR
PERLAKUAN
Page 46
32
Kehilangan air dapat terjadi karena lama penyimpanan telur, penguapan
air mengakibatkan pula terjadinya perluasan rongga udara. Dari hasil
perhitungan statistik (lampiran 11) yang terlihat pada grafik gambar 5
menunjukkan penurunan yang signifikan dari perlakuan P1 dengan
penyimpanan suhu ruang (24ᵒC) dan perlakuan P4 dengan penyimpanan suhu
freezer (-18ᵒC). Menurut Rifadha Hafid (2017) pada penelitiannya kadar air
kuning telur pasca pasteurisasi adalah 64,25 %. Pada penelitian ini di dapat
hasil rerata setelah penyimpanan adalah P1: 46,80%, P2: 46,49%, P3:
46,17%, dan P4: 44,33% yang menunjukkan penurunan kadar air. Pada suhu
rendah telur pada keadaan beku sehingga kadar air mengalami penurunan
yang signifikan. Hal ini diduga disebabkan karena masa simpan yang panjang
sehingga kandungan kadar air mulai mengalami penguapan. Kadar air dapat
mengalami penurunan akibat adanya perubahan glukosa menghasilkan air
yang mudah menguap. Kandungan air yang rendah dapat menghambat proses
hidrolisasi, sehingga akan mempertahankan kadar air yang ada dan
memperlambat pembusukan suatu produk pangan. (B. Rizal, et.al, 2012).
D. Kadar Lemak
Lemak merupakan salah satu golongan lipida yang memiliki sifat
tidak larut air. Dalam analisis kadar lemak, seringkali disebut sebagai analisis
lemak kasar karena selain asam lemak terdapat pula senyawa-senyawa lain
(Legowo, et, al., 2004). Hasil penelitian diperoleh data rerata kadar lemak
kuning telur cair dapat dilihat pada table 5 :
Page 47
33
Tabel 5. Hasil Analisis Kadar Lemak Kuning Telur Cair
P
erlakua
n
Kadar Lemak (%)
P
1
P
2
Perlakuan Kadar Air (%)
P1 46,80c± 0,3595
P2 46,49b± 0,6294
P3 46,17b± 0,3947
P4 44,33a± 0,3791
Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada
kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata
(p<0,05).
P
3
P
4
Perlakuan Kadar Air (%)
P1 46,80c± 0,3595
P2 46,49b± 0,6294
P3 46,17b± 0,3947
P4 44,33a± 0,3791
Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada
kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan nyata
(p<0,05).
Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata (p>0,05).
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tidak adanya
pengaruh nyata (p>0,05) terhadap kadar lemak kuning telur cair. Hasil
analisis dapat dilihat sesuai grafik pada gambar 6 :
9.1
9.15
9.2
9.25
9.3
9.35
P1 P2 P3 P4
HA
SIL
KA
DA
R L
EMA
K
PERLAKUAN
Page 48
34
Gambar 6. Grafik Analisis Kadar Lemak
Berdasarkan hasil sidik ragam yang dilakukan didapatkan hasil
(lampiran 12) bahwa kadar lemak yang terkandung pada kuning telur cair
dengan suhu penyimpanan yang berbeda tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata. Bila diamati pada tabel 5 kandungan lemak yang ada pada kuning telur
cair megalami penurunan dari kandungan sebelemu penyimpanan sebanyak
10,5% (Alfiah, et.a.l, 2015). Diduga peningkatan pH kuning telur
mempengaruhi penurunan kadar lemak. Pada penelitian yang dilakuakan
menghasilkan pH kuning meningkat menjadi 7,45 sehingga kuning telur
menjadi asam. Asam cenderung merusak lemak sehingga menurunkan
kandungan lemak yang ada pada kuning telur cair meskipun tidak signifikan.
Dan pada dasarnya kandungan lemak sulit rusak oleh panas maupun
lingkungan. (B. Rizal, et.al, 2012)..
E. Skor Warna
Skor warna diperoleh dari tingkat kesukaan panelis dari sangat suka
hingga sangat tidak suka. Panelis diminta untuk menilai sesuai dengan
kriteria kesukaan yang telah ditetapkan. Warna merupakan sifat sensori
pertama yang dapat dilihat langsung oleh panelis. Penentuan warna bahan
makanan umumnya bergantung pada warna yang dimilikinya, yaitu tidak
menyimpang dari warna yang seharusnya. Menurut Winarno (2008) sebelum
faktor – faktor yang lain dipertimbangkan secara visual, faktor warna lebih
berpengaruh dan kadang – kadang sangat menentukan suatu bahan pangan
Page 49
35
yang dinilai dibandingkan rasa enak dan bergizi. Rata – rata skor kesukaan
warna kuning telur cair dapat dilihat pada tabel 6:
Tabel 6. Hasil Analisis Sensori Skor WarnaKuning Telur Cair
Perlakuan Skor Warna Keterangan
P1 2,60a ± 1,673 Tidak Suka
P2 3,17a ± 1,234 Tidak Suka
P3 4,23b
± 1,431 Agak Tidak Suka
P4 5,17c ± 1,147 Agak Suka
Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda pada kolom yang
sama menunjukkan adanya perbedaan nyata (p<0,05).
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan perberbeda nyata pada
warna kuning telur. Pada tabel 6 menunjukkan bahwa warna memiliki
perbedaan nyata dengan pengujian lanjut duncan pada taraf 5%. Sesuai hasil
statistika (lampiran 13) di ketahui p<0,05 dengan demikian maka hasil yang
didapat adalah berbeda nyata. Adapun grafik dapat dilihat sebagaimana pada
gambar 6 :
Gambar 7. Grafik Hasil Analisis Sensori Warna
Gambar 6 menunjukkan presentase rerata skor warna kuning telur cair
berkisar dari 2,60 – 5,17 dengan kriteria tidak suka hingga suka. Hasil skor
0
1
2
3
4
5
6
P1 P2 P3 P4
SKO
R W
AR
NA
PERLAKUAN
Page 50
36
warna tertinggi adalah 5,17 dengan kriteria agak suka diperoleh dari
perlakuan 4 dengan penyimpanan suhu freezer (-18ºC). Pada penyimpanan
suhu rendah kuning telur memadat karena pembekuan sehingga warna kuning
pada telur memudar dan berubah pucat. Memucatnya kuning telur diduga
karena lemak yang terkandung pada telur menurun sehingga warna kuningnya
memudar. Sedangkan pada perlakuan suhu ruang kuning telur mengalami
penguapan dengan mudah sehingga mikroba dapat berkembang biak lebih
cepat dan mengakibatkan pembusukan lebih cepat sehingga warna kuning
telur sedikit berubah menjadi kehitaman. (Rifadha, 2017). Skor yang didapat
adalah hasil pengujian sensori yang dilakukan oleh 30 orang panelis tidak
terlatih dan hasil rekap tertinggi adalah pada perlakuan suhu -18ºC atau
penyimpanan suhu freezer dengan warna kuning sedikit pucat.
F. Evaluasi Hasil
Mutu suatu bahan pangan dapat diketahui ada tiga sifat yaitu kimia,
fisik, dan organoleptik. Diterima tidaknya bahan atau produk pangan oleh
konsumen lebih banyak ditentukan oleh sifat organoleptik, karena
berhubungan langsung dengan selera konsumen (Mangkoesubroto, 2008).
Data – data yang diperlukan untuk analisis keputusan adalah aspek
kuantitas dan aspek kualitas. Aspek kuantitas meliputi kadar air, kadar lemak,
dan pH sedangkan aspek kualitas meliputi mutu warna. Pada masing-masing
data tersebut dicari perlakuan yang terbaik dari parameter kimia dan fisik
serta organoleptik. Berikut adalah evaluasi hasil pengamatan telur cair :
Tabel 7. Evaluasi Hasil pengamatanKuning Telur Cair
Page 51
37
Penilaian Perlakuan
P1 P2 P3 P4
Analisa
Mikrobiologi
TPC 5,17
4,54 4,70 4,78
Skor 1 4 3 2
Analisa Kimia
(%)
pH 7,45 7,45 7,45 7,45
Skor 1 2 3 4
Kadar Air 46,80
46,49 46,17 44,33
Skor 1 2 3 4
Kadar Lemak 9,31 9,35 9,22 9,21
Skor 3 4 2 1
Penilaian Sensori
Warna 2,60
3,17 4,23 5,17
Skor 1 2 3 4
Jumlah 7 11 14 15
Pada tabel 7 menghasilkan perlakuan terbaik pada perlakuan 4 dengan
rerata kadar lemak yang dihasilkan 9,21%, kada air 44,33%, pH 7,45, dan
TPC 4,78 cfu/ml. Skor kesukaan terhadap warna 5,17 dengan kriteria agak
suka. Pada perlakuan 4 membuktikan penyimpanan suhu rendah juga
mendukung pengawetan sehingga dapat dikatakan penyimpanan terbaik dapat
dilakukan dengan menggunakan suhu rendah (-18ºC).
Page 52
39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil
evaluasi pengamatan dipilih perlakuan terbaik pada perlakuan 4 yaitu dengan
penyimpanan pada suhu -18ᵒC, dengan rerata pH 7,45, kadar air 44,33%,
kadar lemak 9,21%, hasil sensori warna dengan skor 5,17 dengan kriteria
agak suka, dan mikroorganisme yang tersisa 4,78 cfu/ml.
B. Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang kuning telur cair dengan
bahan tambahan pangan lain seperti sodium benzoat atau asam propionate
yang aman dari segi kesehatan dan ramah lingkungan sesuai dengan peraturan
mentri kesehatan.
Page 53
39
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. 2005. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Badan Penerbit UNM. Makassar.
Badan Standar Nasional (BSN). 2008. SNI 3926:2008. Telur Ayam Konsumsi.
BSN. Jakarta.
Buckle, K. A., R. A. Edward, G. H. Fleet, and M. Wooton. 1987. Ilmu pangan.
Universitas Indonesia. Jakarta. (Diterjemahkan oleh Hadi Purnomo dan
Adiono).
Cahyadi,W. 2088, Bahan Tambahan Pangan, Jakarta:Bumi Aksara
Chan, E,C,S. Michael J. Pelczar, Jr. 11988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI.2012. Daftar Komposisi Bahan
Makanan. Jakarta : Penerbit Bhatara Karya Aksara.
Haryanto,1996. Pengawetan Telur Segar. Kanisius. Yogyakarta.
Hintono, A. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Telur. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Hou, H., R. K. Singh, P. M. Muriana, and W.J. Stadelman. 1996. Pasteurization
Of Intact Sell Eggs. Food Microbiol. 13: 93-101.
Koswara. 2002. Telur: Komposisi, Penanganan danPengolahan, Embrio press.
Jakarta.
Lukman, D.W. 2009. Penghitungan jumlah mikroorganisme dengan metode
hitungan cawan. Di dalam: Lukman DW, Purnawarman T, editor.
Penuntun Praktikum Higiene Pangan Asal Hewan. Bogor: Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. hlm 10–17.
Nys.L.et al (Editors). 2011. Improving the safety and quality off eggs and egg
products. Vol 1&2. Woodhead Publisihing, Cambridge Uk.
Oktavia, Armaida. 2010. Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta: Pangan dan
Gizi UGM.
Rahayu, W.P. 1998. Diktat Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Fakultas
Teknologi Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Page 54
40
Rifadha Hafid, Nuhariah, Farida Nur Y. Pengaruh Suhu Dan Waktu Pasteurisasi
Yang Berbeda Terhadap Karakteristik Fisikokimia Telur Ayam Ras
Konsumsi. 2017.
Rizal, B. Hintono, Nurwantoro. Pertumbuhan Mikroba pada Telur Pasca
Pasteurisasi (The Growth Of Microbes on Eggs After Pasteurization).
2012.
RSNI . 2015. Rancangan Revisi Sni 01-1902-1995. Badan Standarisasi Nasional.
Safrizal Refli, 2011. Laporan Praktikum Satuan Oprasi Kadar Air Bahan.
Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala.
Sarastani D. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Organoleptik. Bogor: Program
Diploma IPB.
Soekarto. 1990. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Jakarta : Bhatara Aksara.
Stadelman, W.J, Newkirk, D., & Newby, L. 1995. Egg Science and Tecnology.
CRC Press.
Sudaryani, T. 2000. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sulistyowati, Rini. 2012. Kenali Protein Pada Telur Ayam.
Sutrisno Koswara. 2009. Teknologi Pengolahan Telur (Teori dan Praktik).
eBookPangan.com
Winarno, F.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: Embrio Press.
Wisaniyasa, N.,Sugita,I., dan Puspawati,N. 2017. Petunjuk Praktikum
Pengetahuan Bahan Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas
Udayana. Bali.
Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah MadaUniversity Press,
Yogyakarta.
Page 55
41
LAMPIRAN
1. Telur umur 1 hari
2. Pemisahan kuning telur
3. Penyaringan
4. Kuning telur
5. Proses pasteurisasi
6. Kuning telur kemas
Page 56
42
7. Hasil penyimanan
8. Proses uji sensori
Page 57
43
9. Data Dan Hasil Analisis TPC
Perlakuan Ulangan TPC(koloni/gram)
P1 U1 9,5 X 104
U2 17,5 X 104 U3 11,5 X 104 U4 18,5 X 104
U5 24 X 104 U6 14 X 104
P2 U1 7,5 X 104 U2 5 X 104 U3 5,5 X 104
U4 6 X 104 U5 1,5 X 104
U6 1 X 104 P3 U1 2,5 X 104 U2 5 X 104
U3 7 X 104 U4 1,5 X 104
U5 12,5 X 104
U6 10 X 104 P4 U1 5,5 X 104
U2 6 X 104 U3 3 X 104
U4 10 X 104 U5 5 X 104 U6 10 X 104
Page 58
44
Descriptives
TPC
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximu
m Lower Bound
Upper Bound
P1 6 5,1791618 ,14693474 ,05998586 5,0249632 5,3333603 4,97772 5,38021
P2 6 4,7025016 ,35616713 ,14540462 4,3287271 5,0762760 4,17609 5,09691
P3 6 4,5447727 ,36284753 ,14813188 4,1639876 4,9255579 4,00000 4,87506
P4 6 4,7824342 ,19831307 ,08096097 4,5743174 4,9905510 4,47712 5,00000
Total 24 4,8022176 ,35565938 ,07259867 4,6520358 4,9523993 4,00000 5,38021
Test of Homogeneity of Variances
TPC
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,865 3 20 ,062
ANOVA
TPC
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1,312 3 ,437 5,477 ,007
Within Groups 1,597 20 ,080
Total 2,909 23
TPC
Duncana
SUHU PENYIMPANAN N
Subset for alpha = 0.05
1 2
P2 6 4,5447727
P3 6 4,7025016
P4 6 4,7824342
P1 6 5,1791618
Sig. ,183 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.
Page 59
45
10. Data Dan Hasil Analisis pH
Perlakuan Ulangan pH
P1 U1 7,45 U2 7,45 U3 7,45 U4 7,45 U5 7,46 U6 7,46 P2 U1 7,45 U2 7,45 U3 7,46 U4 7,46 U5 7,46 U6 7,45 P3 U1 7,45 U2 7,46 U3 7,46 U4 7,46 U5 7,46 U6 7,46 P4 U1 7,46 U2 7,46 U3 7,45 U4 7,45 U5 7,45 U6 7,46
Page 60
46
Descriptives
pH
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
P1 6 7,45333 ,005164 ,002108 7,44791 7,45875 7,450 7,460
P2 6 7,45500 ,005477 ,002236 7,44925 7,46075 7,450 7,460
P3 6 7,45833 ,004082 ,001667 7,45405 7,46262 7,450 7,460
P4 6 7,45500 ,005477 ,002236 7,44925 7,46075 7,450 7,460
Total 24 7,45542 ,005090 ,001039 7,45327 7,45757 7,450 7,460
Test of Homogeneity of Variances
pH
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,560 3 20 ,084
ANOVA
pH
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,000 3 ,000 1,022 ,404
Within Groups ,001 20 ,000
Total ,001 23
Homogeneous Subsets
pH
Duncana
SUHU PENYIMPANAN N
Subset for alpha
= 0.05
1
P1 6 7,45333
P2 6 7,45500
P4 6 7,45500
P3 6 7,45833
Sig. ,133
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.
Page 61
47
11. Data Dan HasilAnalisis Kadar Air
Perlakuan Ulangan Kadar Air (%) Rata-Rata
P1 U1 47,293 46,808
U2 46,935
U3 46,218
U4 46,631
U5 46,929
U6 46,84
P2 U1 46,934 46,491
U2 46,601
U3 46,267
U4 45,946
U5 46,284
U6 46,916
P3 U1 46,993 46,175
U2 45,638
U3 45,261
U4 46,315
U5 46,268
U6 46,575
P4 U1 44,082 44,340
U2 44,344
U3 44,348
U4 44,949
U5 43,830
U6 44,485
Page 62
48
Test of Homogeneity of Variances
Kadar Air
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,067 3 20 ,385
ANOVA
KADAR AIR
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 22,034 3 7,345 35,609 ,000
Within Groups 4,125 20 ,206
Total 26,160 23
Descriptives
KADAR AIR N Mean
Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower Bound
Upper Bound
P1 6 46,80767 ,359568 ,146793 46,43032 47,18501 46,218 47,293
P2 6 46,17500 ,629466 ,256978 45,51442 46,83558 45,261 46,993
P3 6 46,49133 ,394721 ,161144 46,07710 46,90557 45,946 46,934
P4 6 44,33967 ,379117 ,154774 43,94181 44,73753 43,830 44,949
Total 24 45,95342 1,066477 ,217694 45,50308 46,40375 43,830 47,293
Page 63
49
Homogeneous Subsets
KADAR AIR
Duncana
SUHU PENYIMPANAN N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P4 6 44,33967
P3 6 46,17500
P2 6 46,49133 46,49133
P1 6 46,80767
Sig. 1,000 ,242 ,242
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.
Page 64
50
12. Data dan Hasil Analisis Kadar Lemak
Perlakuan Ulangan Kadar Lemak (%) Rata-Rata
P1 U1 9,082 9,315
U2 9,373
U3 9,230
U4 9,312
U5 9,537
U6 9,354
P2 U1 9,161 9,352
U2 9,859
U3 8,701
U4 9,770
U5 8,937
U6 9,685
P3 U1 9,385 9,221
U2 9,114
U3 9,039
U4 9,249
U5 9,240
U6 9,301
P4 U1 8,803 9,218
U2 9,455
U3 8,856
U4 9,770
U5 8,753
U6 9,669
Page 65
51
Descriptives
Kadar
Lemak N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
P1 6 9,31467 ,152113 ,062100 9,15503 9,47430 9,082 9,537
P2 6 9,22133 ,125709 ,051320 9,08941 9,35326 9,039 9,385
P3 6 9,35217 ,484803 ,197920 8,84340 9,86094 8,701 9,859
P4 6 9,21767 ,465568 ,190067 8,72908 9,70625 8,753 9,770
Total 24 9,27646 ,332040 ,067777 9,13625 9,41667 8,701 9,859
a. Warning: Between-component variance is negative. It was replaced by 0.0 in computing this random
effects measure.
Test of Homogeneity of Variances
Kadar Lemak
Levene Statistic df1 df2 Sig.
15,962 3 20 ,000
ANOVA
Kadar Lemak
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,082 3 ,027 ,223 ,879
Within Groups 2,454 20 ,123
Total 2,536 23
Page 66
52
Homogeneous Subsets
Kadar Lemak
Duncana
Suhu Penyimpanan N
Subset for alpha =
0.05
1
P4 6 9,21767
P3 6 9,22133
P1 6 9,31467
P2 6 9,35217
Sig. ,550
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.
Page 67
53
13. Data Dan Hasil Analisis Sensori Warna
DATA SENSORI WARNA
NAMA KODE SAMPEL
170 272 374 476
Devy luwi. A 1 2 3 5
Titania 2 3 5 6
Yuyun masudah 1 2 3 5
RMA nurrochmah 2 4 5 6
Fatihah 1 2 3 5
Riska P 2 3 4 4
Siti eka S 2 5 6 6
Tika Nadya P 3 5 4 6
Noviana Dz 4 3 1 5
Yazid M.A 2 4 3 4
Syaiful A 1 2 3 6
Anita Rizki 2 1 3 7
Ahmad choirul 7 4 5 2
Atika 4 5 6 5
Ahmad Maulana Ahsan 4 3 5 4
Noven Nindya 2 3 4 5
Joko rosmianto 5 3 6 4
Moh. Farid Nurul A 6 4 7 5
Febry Arif P 3 1 5 5
Yulinar Nurul A 1 3 4 6
Jeremia manik 2 5 4 7
Siti Irmawati 1 2 4 4
Ifan subianto 1 3 2 7
Bowo 3 2 5 4
Meliani puji A 1 4 6 4
Rr Erlys 1 2 3 6
Fransisca welly A.T 4 5 6 5
Kholil Rahman 1 2 3 5
Moh. Fahmi 5 3 6 7
Fandi Ahmad 4 5 3 5
TOTAL 78 95 127 155
Page 68
54
Between-Subjects Factors
Value Label N
PERLAKUAN 170 170 30
272 272 30
374 374 30
476 476 30
PANELIS 1 PANELIS 1 4
2 PANELIS 2 4
3 PANELIS 3 4
4 PANELIS 4 4
5 PANELIS 5 4
6 PANELIS 6 4
7 PANELIS 7 4
8 PANELIS 8 4
9 PANELIS 9 4
10 PANELIS 10 4
11 PANELIS 11 4
12 PANELIS 12 4
13 PANELIS 13 4
14 PANELIS 14 4
15 PANELIS 15 4
16 PANELIS 16 4
17 PANELIS 17 4
18 PANELIS 18 4
19 PANELIS 19 4
20 PANELIS 20 4
21 PANELIS 21 4
22 PANELIS 22 4
23 PANELIS 23 4
24 PANELIS 24 4
25 PANELIS 25 4
26 PANELIS 26 4
27 PANELIS 27 4
28 PANELIS 28 4
29 PANELIS 29 4
30 PANELIS 30 4
Page 69
55
Descriptive Statistics
Dependent Variable: WARNA
PERLAKUAN PANELIS Mean Std. Deviation N
170 PANELIS 1 1,00 . 1
PANELIS 2 2,00 . 1
PANELIS 3 1,00 . 1
PANELIS 4 2,00 . 1
PANELIS 5 1,00 . 1
PANELIS 6 2,00 . 1
PANELIS 7 2,00 . 1
PANELIS 8 3,00 . 1
PANELIS 9 4,00 . 1
PANELIS 10 2,00 . 1
PANELIS 11 1,00 . 1
PANELIS 12 2,00 . 1
PANELIS 13 7,00 . 1
PANELIS 14 4,00 . 1
PANELIS 15 4,00 . 1
PANELIS 16 2,00 . 1
PANELIS 17 5,00 . 1
PANELIS 18 6,00 . 1
PANELIS 19 3,00 . 1
PANELIS 20 1,00 . 1
PANELIS 21 2,00 . 1
PANELIS 22 1,00 . 1
PANELIS 23 1,00 . 1
PANELIS 24 3,00 . 1
PANELIS 25 1,00 . 1
PANELIS 26 1,00 . 1
PANELIS 27 4,00 . 1
PANELIS 28 1,00 . 1
PANELIS 29 5,00 . 1
PANELIS 30 4,00 . 1
Total 2,60 1,673 30
Page 70
56
272 PANELIS 1 2,00 . 1
PANELIS 2 3,00 . 1
PANELIS 3 2,00 . 1
PANELIS 4 4,00 . 1
PANELIS 5 2,00 . 1
PANELIS 6 3,00 . 1
PANELIS 7 5,00 . 1
PANELIS 8 5,00 . 1
PANELIS 9 3,00 . 1
PANELIS 10 4,00 . 1
PANELIS 11 2,00 . 1
PANELIS 12 1,00 . 1
PANELIS 13 4,00 . 1
PANELIS 14 5,00 . 1
PANELIS 15 3,00 . 1
PANELIS 16 3,00 . 1
PANELIS 17 3,00 . 1
PANELIS 18 4,00 . 1
PANELIS 19 1,00 . 1
PANELIS 20 3,00 . 1
PANELIS 21 5,00 . 1
PANELIS 22 2,00 . 1
PANELIS 23 3,00 . 1
PANELIS 24 2,00 . 1
PANELIS 25 4,00 . 1
PANELIS 26 2,00 . 1
PANELIS 27 5,00 . 1
PANELIS 28 2,00 . 1
PANELIS 29 3,00 . 1
PANELIS 30 5,00 . 1
Total 3,17 1,234 30
374 PANELIS 1 3,00 . 1
PANELIS 2 5,00 . 1
PANELIS 3 3,00 . 1
PANELIS 4 5,00 . 1
PANELIS 5 3,00 . 1
PANELIS 6 4,00 . 1
Page 71
57
PANELIS 7 6,00 . 1
PANELIS 8 4,00 . 1
PANELIS 9 1,00 . 1
PANELIS 10 3,00 . 1
PANELIS 11 3,00 . 1
PANELIS 12 3,00 . 1
PANELIS 13 5,00 . 1
PANELIS 14 6,00 . 1
PANELIS 15 5,00 . 1
PANELIS 16 4,00 . 1
PANELIS 17 6,00 . 1
PANELIS 18 7,00 . 1
PANELIS 19 5,00 . 1
PANELIS 20 4,00 . 1
PANELIS 21 4,00 . 1
PANELIS 22 4,00 . 1
PANELIS 23 2,00 . 1
PANELIS 24 5,00 . 1
PANELIS 25 6,00 . 1
PANELIS 26 3,00 . 1
PANELIS 27 6,00 . 1
PANELIS 28 3,00 . 1
PANELIS 29 6,00 . 1
PANELIS 30 3,00 . 1
Total 4,23 1,431 30
476 PANELIS 1 5,00 . 1
PANELIS 2 6,00 . 1
PANELIS 3 5,00 . 1
PANELIS 4 6,00 . 1
PANELIS 5 5,00 . 1
PANELIS 6 4,00 . 1
PANELIS 7 6,00 . 1
PANELIS 8 6,00 . 1
PANELIS 9 5,00 . 1
PANELIS 10 4,00 . 1
PANELIS 11 6,00 . 1
PANELIS 12 7,00 . 1
Page 72
58
PANELIS 13 2,00 . 1
PANELIS 14 5,00 . 1
PANELIS 15 4,00 . 1
PANELIS 16 5,00 . 1
PANELIS 17 4,00 . 1
PANELIS 18 5,00 . 1
PANELIS 19 5,00 . 1
PANELIS 20 6,00 . 1
PANELIS 21 7,00 . 1
PANELIS 22 4,00 . 1
PANELIS 23 7,00 . 1
PANELIS 24 4,00 . 1
PANELIS 25 4,00 . 1
PANELIS 26 6,00 . 1
PANELIS 27 5,00 . 1
PANELIS 28 5,00 . 1
PANELIS 29 7,00 . 1
PANELIS 30 5,00 . 1
Total 5,17 1,147 30
Total PANELIS 1 2,75 1,708 4
PANELIS 2 4,00 1,826 4
PANELIS 3 2,75 1,708 4
PANELIS 4 4,25 1,708 4
PANELIS 5 2,75 1,708 4
PANELIS 6 3,25 ,957 4
PANELIS 7 4,75 1,893 4
PANELIS 8 4,50 1,291 4
PANELIS 9 3,25 1,708 4
PANELIS 10 3,25 ,957 4
PANELIS 11 3,00 2,160 4
PANELIS 12 3,25 2,630 4
PANELIS 13 4,50 2,082 4
PANELIS 14 5,00 ,816 4
PANELIS 15 4,00 ,816 4
PANELIS 16 3,50 1,291 4
PANELIS 17 4,50 1,291 4
Page 73
59
PANELIS 18 5,50 1,291 4
PANELIS 19 3,50 1,915 4
PANELIS 20 3,50 2,082 4
PANELIS 21 4,50 2,082 4
PANELIS 22 2,75 1,500 4
PANELIS 23 3,25 2,630 4
PANELIS 24 3,50 1,291 4
PANELIS 25 3,75 2,062 4
PANELIS 26 3,00 2,160 4
PANELIS 27 5,00 ,816 4
PANELIS 28 2,75 1,708 4
PANELIS 29 5,25 1,708 4
PANELIS 30 4,25 ,957 4
Total 3,79 1,690 120
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
Dependent Variable: WARNA
F df1 df2 Sig.
. 119 0 .
Tests the null hypothesis that the error variance of the
dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + KODE + PANELIS
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: WARNA
Source
Type III Sum of Squares Df
Mean Square F Sig.
Intercept Hypothesis 1725,208 1 1725,208 628,992 ,000
Error 79,542 29 2,743a
PERLAKUAN Hypothesis 116,892 3 38,964 23,646 ,000 Error 143,358 87 1,648
b
PANELIS Hypothesis 79,542 29 2,743 1,665 ,037
Error 143,358 87 1,648b
a. MS(PANELIS) b. MS(Error) c. Computed using alpha = ,05
Page 74
60
Expected Mean Squaresa,b
Source
Variance Component
Var(PANELIS) Var(Error) Quadratic Term
Intercept 4,000 1,000 Intercept, KODE
PERLAKUAN ,000 1,000 KODE
PANELIS 4,000 1,000
Error ,000 1,000
a. For each source, the expected mean square equals the sum of the
coefficients in the cells times the variance components, plus a
quadratic term involving effects in the Quadratic Term cell.
b. Expected Mean Squares are based on the Type III Sums of
Squares.
Estimated Marginal Means
Grand Mean
Dependent Variable: WARNA
Mean Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
3,792 ,117 3,559 4,025
Homogeneous Subsets
SENSORI WARNA
Duncana,b
PERLAKUAN N
Subset
1 2 3
P1 30 2,60
P2 30 3,17
P3 30 4,23
P4 30 5,17
Sig. ,091 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1,648.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 30,000.
b. Alpha = ,05.