BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pada era globalisasi dimana kemajuan teknologi yang sedemikian pesat, pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab menjadi tuntutan yang sangat wajar seiring dengan kesadaran pasien akan hak-haknya. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit menyangkut berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya, manusia yang profesional baik di bidang teknis medis maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan. Dalam kegiatan peningkatan mutu pelayanan keperawatan perlu ada suatu program yang terencana dan berkesinambungan sebagai pedoman bagi pelayanan keperawatan dalam mengevaluasi dan membuat rencana tindak lanjut sehingga tercapai peningkatan mutu pelayanan yang diharapkan. Salah satu program yang dibuat adalah Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). A. LATAR BELAKANG Kejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit hal ini merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak dapat langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi rumah sakit 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional. Pada era globalisasi dimana kemajuan teknologi yang
sedemikian pesat, pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab menjadi tuntutan
yang sangat wajar seiring dengan kesadaran pasien akan hak-haknya.
Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks,
padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di
rumah sakit menyangkut berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar rumah
sakit mampu melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, rumah sakit harus
memiliki sumber daya, manusia yang profesional baik di bidang teknis medis
maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah
sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua
tingkatan. Dalam kegiatan peningkatan mutu pelayanan keperawatan perlu ada
suatu program yang terencana dan berkesinambungan sebagai pedoman bagi
pelayanan keperawatan dalam mengevaluasi dan membuat rencana tindak lanjut
sehingga tercapai peningkatan mutu pelayanan yang diharapkan. Salah satu
program yang dibuat adalah Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
A. LATAR BELAKANGKejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang didapat atau timbul pada
waktu pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit hal ini merupakan
persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak dapat
langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi rumah sakit mungkin tidak
menyebabkan kematian pasien akan tetapi dapat menjadi penyebab penting
pasien dirawat lebih lama dirumah sakit. Penyebabnya oleh kuman yang berada di
lingkungan rumah sakit atau oleh kuman yang sudah dibawa oleh pasien sendiri,
yaitu kuman endogen. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kejadian infeksi
rumah sakit adalah infeksi yang secara potensial dapat dicegah.
Salah satu hal yang perlu disadari bersama bahwa kualitas pencegahan
dan pengendalian infeksi di rumah sakit yang masih sangat rendah, berdampak
pada rendahnya mutu pelayanan rumah sakit maupun bertambahnya beban yang
harus ditanggung oleh penderita. Suatu kejadian infeksi rumah sakit pada pasien
akan mengakibatkan hal-hal seperti memperberat penyakit dan sangat mungkin
menyebabkan terjadinya kematian ataupun kecacatan, perpanjangan waktu
perawatan yang juga berdampak pada perpanjangan waktu tunggu bagi pasien 1
lainnya, serta peningkatan biaya pengobatan yang ditanggung oleh pasien
maupun rumah sakit.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit semakin hari semakin
penting untuk dapat dilaksanakan oleh semua petugas yang ada di fasilitas
pelayanan kesehatan. Perlu disadari bahwa rendahnya kualitas dan kuantitas
pengendalian infeksi di rumah sakit memerlukan dukungan berbagai pihak
khususnya para klinisi serta komitmen pimpinan rumah sakit untuk secara terus
menerus menggerakkan semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit untuk melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi. Untuk itu,
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dituntut untuk mampu
memberikan pelayanan yang bermutu, akuntabel, transparan terhadap masyarakat
khususnya terhadap jaminan keselamatan pasien (patient safety).
Memperhatikan kompleksnya permasalahan tetapi di satu sisi banyaknya
manfaat yang dihasilkan apabila kita melaksanakan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dengan baik, maka kegiatan program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit ini seharusnya dapat
dilaksanakan dalam suatu struktur organisasi yang kuat dan rapi, yang mampu
menyusun dan menjabarkan program secara komprehensif, rinci dan jelas,
sehingga dapat dilaksanakan oleh semua petugas rumah sakit secara benar dan
bertanggung jawab. Dibutuhkan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pembinaan sebagai upaya menekan kejadian infeksi di RS Avicenna.
Sehubungan dengan besarnya masalah dan akibat infeksi rumah sakit
seperti dikemukakan di atas, maka perlu disusun suatu program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di RS Avicenna dengan baik dan terarah sehingga rumah
sakit dapat meningkatkan mutu, cakupan dan efesiensi pelayanannya kepada
masyarakat.
B. TUJUAN2
1. Tujuan Umum Meningkatkan keselamatan pasien, petugas dan keluarga/pengunjung
melalui setiap aktivitas yang berpotensi atau berisiko penyebaran infeksi
diantara pasien oleh petugas kesehatan, fasilitas dan lingkungan rumah
sakit untuk mencapai kondisi lingkungan rumah sakit yang memenuhi
persayaratan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi serta membantu
proses pengobatan dan penyembuhan penderita sehingga rumah sakit
dapat meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan.
2. Tujuan Khusus a. Mencegah dan mengendalikan kejadian infeksi rumah sakit (IRS/Incident
Rate HAIs) di RS Avicenna melalui kegiatan surveilans, investigasi
outbreak/KLB, audit kepatuhan PPI dan edukasi tentang PPI.
b. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman, panduan dan atau
SOP tentang PPI melaui kegiatan monitoring di semua unit pelayanan.
c. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI di
unit-unit pelayanan.
d. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Komite PPI RS Avicenna.
3
BAB II KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang
harus dilakukan sehingga tercapainya program PPI. Adapun kegiatan pokok dan
rincian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
A. Menurunkan dan mengendalikan angka insiden infeksi rumah sakit
(IRS/incident rate HAIs) khususnya mengendalikan angka insiden infeksi
seperti infeksi daerah operasi (IDO), infeksi pneumonia akibat tirah baring
(HAP), infeksi luka infus (Pleblitis) dan infeksi saluran kemih (ISK). Kegiatan
yang dilaksanakan meliputi:
1. Survelance data Infeksi Rumah Sakit
2. Investigasi Outbreak/wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB)
3. Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
4. Membuat Pengkajian Resiko Infeksi Rumah Sakit
5. Monitoring Pelaksanaan Sterilisasi di Rumah Sakit
6. Monitoring pelaksanaan manajemen Loundry dan Linen Rumah Sakit
7. Monitoring pembuangan sampah sampah infeksius, cairan tubuh, dan darah.
8. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum
9. Pelayanan makanan dan permesinan
10.Monitoring hand hygiene pada pasien, pengunjung dan staf/petugas.
11.Monitoring penggunaan alat pelindung diri.
B. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SOP tentang PPI di
semua unit pelayanan dengan kegiatan:
1. Monitoring pengendalian lingkungan rumah sakit.
2. Monitoring pola pelayanan farmasi khususnya tentang dispensing obat dan
kadaluarsa obat.
3. Monitoring di kamar operasi
C. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SOP tentang PPI di
semua area pengunjung dengan kegiatan :
1. Monitoring pelaksanaan PPI di kantin/kafetaria rumah sakit
2. Monitoring pelaksanaan PPI di Ruang Tunggu
4
D. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI di unit/unit
pelayanan melalui:
1. Membuat rekomendasi untuk usulan pengadaan sarana pendukung penerapan
PPI di unit pelayanan seperti pengadaan APD, sarana kebersihan tangan
6. Monitoring pelaksanaan manajemen loundry dan linen rumah sakit.Monitoring manajemen linen meliputi kegiatan monitoring pada prosedur
penerimaan linen kotor, pemilahan linen infeksius dan non infeksius,
perendaman, pencucian, pengeringan, penyimpanan dan pendistribusian
linen serta alur linen kotor dan bersih. Kegiatan monitoring dilakukan
minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan. (Blanko
monitoring terlampir).
7. Monitoring pembuangan sampah infeksius, cairan tubuh, dan darahMonitoring dilakukan terhadap prosedur penanganan sampah infeksius dan
cairan tubuh mulai dari sumbernya (ruang perawatan, laboratorium)
termasuk kantong sampah yang digunakan, sampai dikelola di
incenerator/limbah. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan
dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
8. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum.Monitoring penerapan kewaspadaan isolasi lainnnya termasuk penanganan
dan pengeloaan benda tajam yang dilakukan setiap hari bersamaan dengan
kunjungan ruangan, meliputi prosedur yang benar tentang pembuangan
benda tajam dan prosedur yang benar tentang penggunaan benda
tajam/jarum. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan
hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
9. Monitoring pelayanan makanan Monitoring pelayanan makanan meliputi kegiatan monitoring pada
penyediaan bahan makanan mentah, penataan/penyususunan bahan
makanan, pengolahan makanan, penyajian makanan dan pendistribusian
makanan ke ruang perawatan. Monitoring juga dilakukan terhadap
kepatuhan petugas dalam penggunaan APD, kepatuhan petugas dalam
kebersihan tangan, prosedur pencucian dan penyimpanan alat-alat makan,
pencatatan suhu dan kelembaban ruangan. Kegiatan monitoring dilakukan
minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
10
10.Monitoring hand hygiene pada pasien, penunggu dan petugas/stafa. Monitoring hand hygiene pada pasien dilakukan dengan memberikan
informasi kepada pasien tentang kapan harus cuci tangan dan
bagaimana cara melakukan kebersihan tangan, juga diberikan informasi
kapan harus melakukan hand hygiene dengan cuci tangan dan kapan
dengan hand rubb. Ketersediaan fasilitas untuk melakukan kebersihan
tangan pada area pasien juga dimonitor ketersediaannya.
b. Monitoring hand hygiene pada penunggu dilakukan dengan memberikan
informasi kepada penunggu tentang kapan harus cuci tangan dan
bagaimana cara melakukan kebersihan tangan, juga diberikan informasi
kapan harus melakukan hand hygiene dengan cuci tangan dan kapan
dengan hand rubb. Ketersediaan fasilitas untuk melakukan kebersihan
tangan pada area pasien juga dimonitor ketersediaannya.
c. Monitoring hand hygiene pada petugas/ staf dilakukan dengan Audit
kepatuhan melakukan kebersihan tangan yang dilakukan setiap hari dan
analisanya dubuat setiap 3 (tiga) bulan. Audit dilakukan terhadap
petugas yang terlibat langsung dalam pelayanan pasien meliputi unit
rawat jalan, kamar operasi dan rawat inap.
11.Monitoring penggunaan alat pelindung diri (APD)Monitoring penggunaan APD yang dilakukan setiap hari terhadap petugas di
unit perawatan terutama di ruangan isolasi, dilakukan bersamaan dengan
kunjungan ruangan. Hasil monitoring dilaporkan tiap 1 bulan. (blangko
terlampir.
12.Monitoring pengendalian lingkungan rumah sakit.Kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan monitoring kebersihan
lingkungan rumah sakit, lingkungan masing-masing unit pelayanan,
prosedur penatalaksanaan pengendalian lingkungan seperti mengepel
lantai, membersihkan dinding dan dekontaminasi permukaan termasuk
prosedur pembuatan/pencampuran larutan desinfektan. Kegiatan
monitoring dilaksanakan tiap hari dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
11
13.Monitoring pola pelayanan farmasi khususnya tentang dispensing obat dan kadaluarsa obat.Monitoring pola pelayanan farmasi meliputi prosedur yang terkait dengan
dispensing obat, kebersihan peralatan yang digunakan, kebersihan
lingkungan sekitar, penataan obat-obatan, dan penatalaksanaan obat
kadaluarsa. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan
hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.
14.Monitoring kamar operasiMonitoring penggunaan di kamar operasi dilakukan dengan melakukan
kunjungan lapangan oleh IPCN dengan mengisi formulir pemantauan yang
meliputi ketersediaan/kelengkapan sarana/prasarana, kepatuhan
penggunaan APD, kepatuhan kebersihan tangan, penempatan pasien, serta
pencatatan suhu, tekanan dan kelembaban ruangan. Hasil monitoring
dilaporkan tiap bulan
15.Membuat rekomendasi untuk usulan pengadaan sarana pendukung
penerapan PPI di unit pelayanan seperti pengadaan APD, sarana
kebersihan tangan (wastafel, sabun, larutan desinfektan/antiseptik, tisu,
handrub), pengadaan bedpan washer, diswasher, dll. Rekomendasi PPI
dalam pengadaan sarana pendukung PPI akan dibuat dalam Rencana
Anggaran Biaya (RAB) yang disusun oleh Komite PPI untuk diajukan
kepada Direktur yang selanjutnya akan dimasukkan ke dalam RAB rumah
sakit.
16.Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN.Perkembangan ilmu dan tekhnologi harus diimbangi dengan pelatihan bagi
IPCN yang berkesinambungan dan ter-up date sesuai dengan
perkembangan kondisi saat ini. Komite PPI membuat daftar kebutuhan
pelatihan untuk diajukan ke Direktur dan ditembuskan kepada Direktur SDM
dan Pendidikan.
17.Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN.Adanya beberapa petugas IPCLN yang pindah tugas ke unit/ruangan lain
menyebabkan upaya untuk mencarikan pengganti yang tentu belum
tersentuh lebih jauh tentang pemahaman PPI. Oleh karena itu Komite PPI 12
membuat daftar kebutuhan pelatihan untuk IPCLN agar bisa diajukan ke
Direktur Utama dan ditembuskan kepada Direktur SDM dan Pendidikan.
18.Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi seluruh petugas rumah sakit (medis dan non medis).Program in house training PPI akan berkoordinasi dengan Bagian Diklit
yang dilaksanakan rutin dan berkesinambungan. Setiap petugas yang
sudah mengikuti kegiatan in house training akan mendapatkan sertifikat
sebagai bukti keikutsertaannya dan masa berlaku sertifikat adalah satu
tahun. Komite PPI juga melakukan in house training ke Insatalasi-Instalasi
yang bertujuan semua staf yang ada di setiap Instalasi dapat terpapar
program in house training PPI.
19.Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPIAgar lebih cepat mendapatkan up date tentang PPI, Komite PPI membuat
usulan supaya Komite PPI sebagai pelaksanaan kegiatan operasional
Program PPI bisa mengikuti seminar/simposium/work shop yang
berhubungan dengan PPI, baik Nasional maupun internasional. Usulan
ditujukan kepada Direktur Utama yang ditembuskan kepada Direktur SDM
dan Pendidikan.
13
BAB IV SASARAN
A. Sasaran program dengan melibatkan:1. Seluruh staf RS
Seluruh staf RS dilibatkan dalam penerapan PPI dalam memberikan
pelayanan kepada pasien baik secara langsung maupun tidak langsung di
unitnya masing masing.
2. Pasien dan keluargaPasien dan keluarga diberikan edukasi tentang PPI dengan harapan ikut
serta dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi. Edukasi
diberikan secara langsung (face to face) ataupun dikumpulkan dalam suatu
pertemuan dalam bentuk penyuluhan yang berkaitan dengan PPI.
3. PengunjungPengunjung pasien yang datang ke RS diberikan edukasi tentang PPI
dengan harapan ikut pula dalam upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi di RS terutama tentang aturan yang harus dipatuhi dan dijauhi ketika
mengunjungi pasien-pasien dengan penyakit menular,
immunocompromissed, maupun tentang upaya lain yang berhubungan
dengan PPI.
B. Menurunkan Angka Insiden IRS/incident rate HAIsSasaran yang ingin dicapai dari kegiatan pencegahan dan pengendalian
infeksi di RS Avicenna tahun 2015 untuk menurunkan angka insiden IRS
adalah:
1. Surveilans IRSa. Angka insiden ISK <10 kasus per-1000 hari pemakaian kateter urine
menetap (<10‰) dalam satu periode tertentu (1 bulan) meliputi ruang
intensif (HCU).
b. Angka insiden ILI < 10 kasus per-1000 hari pemakaian infus vena line
(<10‰) dalam satu periode tertentu (1 bulan) meliputi ruang inap.
c. Angka insiden HAP <10 kasus per-1000 hari perawatan dengan tirah
baring (<10‰) dalam satu periode tertentu (1 bulan) meliputi ruang
intensif (HCU).
14
d. Angka insiden IDO < 2 kasus per- 100 tindakan operasi (<2%), meliputi
semua pasien paska operasi di RS Avicenna yang sedang dirawat dan
dan peserta didik yang terlibat langsung dalam pelayanan pasien
meliputi di unit rawat jalan, kamar operasi dan rawat inap. Sasaran
pencapaian kepatuhan kebersihan tangan adalah >80% dalam jangka
waktu 3 bulan.
b. Sasaran audit kepatuhan penggunaan APD petugas di unit perawatan
khususnya di ruangan isolasi, intensif dan kamar operasi dilakukan
bersamaan dengan kunjungan ruangan. Sasaran pencapaiannya adalah
100% dalam 1 bulan.
c. Audit kelengkapan PPI juga dilakukan setiap hari/setiap minggu/setiap
waktu tertentu bersamaan dengan kunjungan lapangan ke unit-unit
pelayanan/perawatan untuk melihat apakah sarana dan prasarana
pendukung di semua unit tersedia, tidak lengkap atau salah/tidak
digunakan. Sasaran pencapaiannya adalah >80% dalam waktu 3 bulan.
15
4. Edukasi Sasaran yang ingin dicapai Komite PPI dalam pelaksanaan program
edukasi dibagi dalam kategori yaitu staf baru dan staf lama (medis dan non
medis), pasien, keluarga pasien/pengunjung serta petugas/pekerja non
petugas RS Avicenna yang tidak melayani pasien langsung tetapi berada di
lingkungan RS Avicenna seperti petugas parkir dan petugas
kantin/kafetaria.
a. Staf Baru :
Staf baru tidak dibedakan perawat, dokter atau staf lain diberikan
edukasi PPI saat mereka memulai bekerja atau mulai menjadi karyawan
di RS Avicenna. Kegiatan ini bekerja sama dengan Bagian SDM.
Sasaran pencapaian adalah semua staf baru yang akan bekerja di RS
Avicenna sudah teredukasi PPI (100%).
b. Staf Lama :
Dalam kaitan peningkatan pemahaman pengendalian infeksi akan
dilakukan inventarisasi staf medis dan non medis yang telah menjalani
edukasi sebelumnya, sehingga dapat diketahui siapa yang belum
menjalani kegiatan edukasi. Peningkatan pengetahuan untuk seluruh
staf dalam bentuk in house training PPI sehingga mempunyai persepsi
dan pemahaman yang sama untuk pengendalian infeksi. Staf yang telah
teredukasi sebelumnya, dalam kurun waktu 1 tahun harus meng-update
sertifikat pelatihannya. Sasaran pencapaian adalah >80% staf sudah
teredukasi PPI dalam waktu 1 tahun.
c. Pasien
Edukasi kepada pasien diberikan secara langsung dan melalui leaflet
oleh IPCLN, petugas ruangan atau IPCN saat kunjungan langsung ke
unit pelayanan perawatan tentang kebersihan tangan, pencegahan
penyebaran penyakit infeksi di rumah sakit, dan pengelolaan penyakit
infeksi di rumah sakit. Sasaran pencapaian edukasi kepada pasien
adalah lebih dari 80% pasien yang sedang dirawat dapat teredukasi PPI
dalam waktu 6 bulan.
d. Pengunjung
Edukasi dengan pengunjung/keluarga pasien dilaksanakan
berkoordinasi dengan Tim PKRS dan petugas ruang perawatan.
Kegiatan dilakukan di poliklinik/unit rawat jalan dan ruang perawatan, 16
meliputi kebersihan tangan, pencegahan penyebaran penyakit infeksi di
rumah sakit, kebersihan lingkungan, pengenalan penyakit seperti
penyakit menular, DM, penyakit Jantung, dll. Sasaran pencapaiannya
adalah >80% pengunjung dapat teredukasi dalam waktu 3 bulan.
C. Memaksimalkan Kepatuhan Dalam Penerapan Kebijakan, Pedoman Dan atau SOP Tentang PPI Di Semua Unit Pelayanan1. Area Pelayanan
a. Monitoring pengendalian lingkungan rumah sakit.Sasaran yang dicapai adalah seluruh lingkungan rumah sakit yaitu
semua lingkungan di unit-unit pelayanan/perawatan dan lingkungan di
sekitar rumah sakit.
b. Monitoring pelaksanaan sterilisasi rumah sakit.Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi Sterilisasi di ruang bedah
sentral yang meliputi petugas, alat-alat, mesin dan lingkungan ruang
bedah sentral.
c. Monitoring pelaksanaan manajemen linen rumah sakit.Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi laundry yang meliputi petugas,
linen, alat-alat/mesin dan lingkungan.
d. Monitoring pelaksanaan pelayanan gizi.Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi Gizi meliputi petugas, bahan
makanan mentah, makanan jadi, alat-alat/mesin dan lingkungan.
e. Monitoring pola pelayanan farmasi khususnya tentang dispensing obat dan kadaluarsa obat.Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi Farmasi khususnya di bagian
Depo Farmasi RS Avicenna meliputi petugas, alat-alat dan lingkungan
sekitar Farmasi.
f. Monitoring pembuangan sampah infeksius dan cairan tubuh.Sasaran yang dicapai adalah di ruang-ruang perawatan dan
laboratorium.
g. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum.Sasaran yang dicapai adalah di ruang perawatan, laboratorium dan
incenerator meliputi petugas, tempat sampah benda tajam/sharp box
dan lingkungan.
17
h. Monitoring kamar operasiSasaran yang ingin dicapai adalah pada petugas dan pengelolaan
pasien di kamar operasi terutama tentang pengelolaan pasien dengan
kasus penyakit menular.
2. Area Stafa. Monitoring pencatatan dan pelaporan tertusuk jarum.
Sasaran yang dicapai adalah di ruang perawatan, HD, laboratorium dan
radiologi meliputi hasil dokumentasi pencatatan dan pelaporan insiden
sehingga semua insiden dapat terlaporkan (100%).
b. Monitoring kesehatan karyawan.Sasaran yang dicapai adalah di semua unit pelayanan meliputi semua
petugas RS Avicenna terutama di unit pelayanan yang berisiko tinggi
seperti OK, laundry.
3. Area Pengunjunga. Monitoring penerapan PPI di area pengunjung
Sasaran yang ingin dicapai adalah seluruh pengunjung yang datang ke
RS.
D. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI1. Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN.
Sasaran yang dicapai adalah petugas IPCN dapat mengikuti pelatihan
lanjutan dalam 1 tahun.
2. Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN.Sasaran yang dicapai adalah >90% dari petugas IPCLN dapat mengikuti
dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI Dasar dalam 1 tahun.
3. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi seluruh petugas rumah sakit (medis dan non medis).Sasaran yang dicapai adalah >80% petugas di RS Avicenna dapat
mengikuti kegiatan in house training dan kegiatan dapat terlaksana
minimal 1 kali dalam setahun.
4. Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI baik nasional maupun internasional.Sasaran yang dicapai adalah 30% dari semua petugas Tim PPI (2
orang) dapat mengikuti seminar/simposium/work shop dalam 1 tahun.