1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga pasal 19 ayat (1), bahwa pengendalian kuantitas penduduk berhubungan dengan perkiraan : a) jumlah, struktur, dan komposisi penduduk; b)pertumbuhan penduduk; dan c) persebaran penduduk. Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 3 Tahun 2013 tentang Badan Kependudukan,Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Nasional dinyatakan bahwa BKKBN menyelenggarakan fungsi perumusan kebijakan nasional dan penyelenggaraan Keluarga Berencana. Sejalan dengan perkembangan kependudukan, pertumbuhan penduduk masih cukup tinggi, demikian juga halnya dengan angka kelahiran masih cukup tinggi yang berpengaruh pada pemenuhan penyediaan kebutuhan dasar masyarakat. Tingginya angka kelahiran tersebut harus dikendalikan melalui penyelenggaraan keluarga berencana agar terwujud penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas. Penyelenggaraan keluarga berencana dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggung jawab tentang usia ideal perkawinan, usia ideal untuk melahirkan, jumlah anak, jarak ideal kelahiran anak, dan penyuluhan kesehatan reproduksi. Upaya-upaya dalam penyelenggaraan keluarga berencana dilakukan melalui peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat, pembinaan keluarga, pengaturan kehamilan dengan memperhatikan agama, kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya, serta tata nilai yang hidup dalam masyarakat. Semua upaya tersebut disertai dengan advokasi dan penggerakan, komunikasi, informasi dan edukasi. Pelayanan keluarga berencana kepada masyarakat dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten dan kota bersama lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi dan pihak swasta dilakukan upaya advokasi dan penggerakan. Pemerintah dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan keluarga berencana wajib menyediakan sarana dan prasaran yang dibutuhkan, yaitu alat dan obat kontrasepsi, sarana prasarana non alat kontrasepsi dan sarana dan prasarana lain yang dibutuhkan.Peran serta masyarakat akan menjadi sangat besar artinya dalam menunjang penyelenggaraan keluarga berencana, apabila dilakukan melalui komunikasi, informasi dan edukasi, baik yang dilakukan antar sektor/instansi Pemerintah maupun antara Pemerintah dan masyarakat. Kesemuanya diarahkan untuk mewujudkan
37
Embed
Program kependudukan dan KB PPKBD revisi Anindita Fave20Nov2014 edit made(F)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai amanat Undang-Undang 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga pasal 19 ayat (1), bahwa pengendalian kuantitas penduduk
berhubungan dengan perkiraan : a) jumlah, struktur, dan komposisi penduduk;
b)pertumbuhan penduduk; dan c) persebaran penduduk. Berdasarkan Peraturan
Presiden RI Nomor 3 Tahun 2013 tentang Badan Kependudukan,Keluarga Berencana
dan Pembangunan Keluarga Nasional dinyatakan bahwa BKKBN menyelenggarakan
fungsi perumusan kebijakan nasional dan penyelenggaraan Keluarga Berencana.
Sejalan dengan perkembangan kependudukan, pertumbuhan penduduk masih cukup
tinggi, demikian juga halnya dengan angka kelahiran masih cukup tinggi yang
berpengaruh pada pemenuhan penyediaan kebutuhan dasar masyarakat. Tingginya
angka kelahiran tersebut harus dikendalikan melalui penyelenggaraan keluarga
berencana agar terwujud penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas.
Penyelenggaraan keluarga berencana dilaksanakan untuk membantu calon atau
pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi
secara bertanggung jawab tentang usia ideal perkawinan, usia ideal untuk melahirkan,
jumlah anak, jarak ideal kelahiran anak, dan penyuluhan kesehatan reproduksi.
Upaya-upaya dalam penyelenggaraan keluarga berencana dilakukan melalui
peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat, pembinaan keluarga, pengaturan
kehamilan dengan memperhatikan agama, kondisi perkembangan sosial ekonomi dan
budaya, serta tata nilai yang hidup dalam masyarakat. Semua upaya tersebut disertai
dengan advokasi dan penggerakan, komunikasi, informasi dan edukasi.
Pelayanan keluarga berencana kepada masyarakat dilakukan secara bersama-sama
oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten dan kota
bersama lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi
dan pihak swasta dilakukan upaya advokasi dan penggerakan.
Pemerintah dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan keluarga berencana wajib
menyediakan sarana dan prasaran yang dibutuhkan, yaitu alat dan obat kontrasepsi,
sarana prasarana non alat kontrasepsi dan sarana dan prasarana lain yang
dibutuhkan.Peran serta masyarakat akan menjadi sangat besar artinya dalam
menunjang penyelenggaraan keluarga berencana, apabila dilakukan melalui komunikasi,
informasi dan edukasi, baik yang dilakukan antar sektor/instansi Pemerintah maupun
antara Pemerintah dan masyarakat. Kesemuanya diarahkan untuk mewujudkan
2
Keluarga berkualitas adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang
sah, dan bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,
berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
B. Deskripsi Singkat
Anda sedang mempelajari modul pembelajaran tentang Program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) meliputi konsep dasar
program kependudukan dan KB, visi misi, kebijakan dan strategi, pelaksanaan program
dan kegiatan KKBPK dan peran PPKBD dan sub PPKBD dalam pembinaan program
KKBPK di Desa/ Kelurahan.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami Program
Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) Bagi
Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD/SubPPKBD).
2. Indikator Hasil belajar
Setelah mempelajari mata diklat ini, peserta dapat:
a) Menjelaskankonsep dasar program KKPBK
b) Menjelaskan kebijakan dan strategi program KKBPK
c) Menjelaskan pokok-pokok program KKBPK
d) Menjelaskanperan PPKBD/SubPPKBD dalam program KKBPK
D. Materi Pokok
Modul ini dibagi menjadi empat kegiatan belajar, dengan rincian sebagai berikut:
a) Konsep dasarKKBPK b) Kebijakan dan strategi program KKBPK c) Pokok-pokok program KKBPK d) Peran PPKBD/ Sub PPKBD dalam program KKBPK
E. Manfaat
Peserta diharapkan dapat memahami pelaksanaan program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga di tingkat Nasional dan Daerah .
3
BAB II
KONSEP DASAR PROGRAM KEPENDUDUKAN, KB
DAN PEMBANGUNAN KELUARGA (KKBPK)
A. LATAR BELAKANG
A. Apa saja masalah kependudukan di indonesia ?
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke 4 setelah
Amerika Serikat. Selain jumlah penduduknya yang besar, luasnya negara kepulauan dan
tidak meratanya penduduk membuat Indonesia semakin banyak mengalami
permasalahan terkait dengan hal kependudukan. Adapun masalah-masalah
kependudukan yang dialami oleh Indonesia antara lain:
1. Besarnya jumlah penduduk (Over Population)
Telah disebutkan sebelumnya di awal bahwa jumlah penduduk Indonesia berada di
urutan ke empat terbesar di dunia setelah berturut-turut China, India, Amerika Serikat
dan keempat adalah Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010
mencapai angka 237.641.326 (www.bps.go.id). Dari tahun ke tahun jumlah penduduk
Indonesia semakin bertambah. Dari sensus tahun 1971-2010, jumlah penduduk
Indonesia semakin bertambah.
2. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk
Terkait dengan jumlah penduduk yang tinggi tentunya terdapat faktor yang
mempengaruhinya. Salah satunya adalah tingkat atau laju pertumbuhan penduduk.
Besarnya laju pertumbuhan penduduk membuat pertambahan jumlah penduduk
semakin meningkat.
3. Persebaran penduduk tidak merata
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu wilayah dibandingkan dengan
luas wilayahnya yang dihitung jiwa per km kuadrat. Berdasarkan sensus penduduk
dan survey penduduk, persebaran penduduk Indonesia antar provinsi yang satu
dengan provinsi yang lain tidak merata.
4. Tingkat kesehatan penduduk yang rendah
Usaha untuk terus meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia terus digalakkan.
Namun, kembali lagi permasalahan setiap tahun seperti, gambaran tingkat
kesehatan adalah angka kematian bayi. Besarnya kematian yang terjadi menujukkan
bagaimana kondisi lingkungan dan jugakesehatan pada masyarakat.
Indikator Keberhasilan:
Setelah mengikuti Pembelajaran ini peserta Diklat diharapkan dapat menjelaskan konsep
dasar program KKPBK
4
5. Tingkatan pendidikan rata-rata rendah
Kesadaran masyarakat akan pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Dari
Undang Undang yang dikeluarkan pun terlihat bahwa wajib belajar penduduk
Indonesia masih terbatas 9 tahun sementara negara lain bahkan menetapkan angka
lebih dari 12 tahun dalam pendidikannya. Namun bagi Indonesia sendiri, angka 9
tahun pun belum semuanya terlaksana dan tuntas mengingat banyaknya pulau di
Indonesia yang masih belum terjangkau oleh berbagai fasilitas pendidikan.
6. Bertambahnya jumlah penduduk miskin
Kemiskinan juga menjadi salah satu masalah yang melanda Indonesia. Walau
Indonesia bukan termasuk negara miskin menurutPBB namun dalam kenyataannya
lebih dari 30 juta rakyat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Yang lebih
disayangkan lagi, Indonesia merupkan negara yang kaya akan sumber daya alam
yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Tapi sungguh memprihatinkan ketika
melihat bagaimana kemiskinan menjadi bagian permasalahan di negeri yang kaya
ini.
B. Pentingkah Program Kependudukan dan KB di Indonesia? Perkembangan penduduk dan pembangunan keluarga pada dasarnya ditujukan untuk
menjamin keberlangsungan hidup seluruh manusia tidak lagi hanya berdimensi lokal
atau nasional, akan tetapi juga internasional. Perkembangan penduduk dan
pembangunan keluarga tidak lagi dipahami secara sempit sebagai usaha untuk
mempengaruhi pola dan arah demografi semata, tetapi sasarannya jauh lebih luas, yaitu
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat baik dalam arti fisik maupun non fisik
termasuk spiritual.
Dampak perubahan dinamika kependudukan akan terasa dalam jangka waktu yang
lama, sehingga seringkali kepentingannya diabaikan. Luasnya cakupan masalah
kependudukan menyebabkan pembangunan kependudukan harus dilakukan secara
lintas sektor dan lintas bidang.
Oleh karenanya dibutuhkan bentuk koordinasi dan pemahaman mengenai konsep
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga secara tepat. Dalam konteks
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga perlu memperoleh perhatian
khusus dalam rangka pembangunan nasional yang berkelanjutan. Penempatan
penduduk sebagai titik sentral pembangunan tidak saja merupakan program nasional
namun juga komitmen hampir seluruh bangsa di dunia yang tergabung dalam
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Untuk melaksanakan perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga diperlukan suatu lembaga yang kuat.
C. Mungkinkah program KKBPK tanpa PKB/PLKB dan PPKBD/sub PPKBD ?
Undang-undang Republik Indonesia nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga pada BAB X, pasal 58 menguraikan
5
tentang peranserta masyarakat dalam program Kependudukan, Keluarga Berencana
dan Pembangunan Keluarga sebagai berikut: bahwa setiap penduduk mempunyai
kesempatan untuk berperan serta dalam pengelolaan kependudukan dan
pembangunan keluarga, dilakukan oleh individu, lembaga swadaya masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, dan pihak swasta.
Tanpa peran PKB/PLKB dan PPKBD/Sub PPKBD maka individu, lembaga swadaya
masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, dan pihak swastaakan
lebih sedikit berpeluang partisipasinya dalam pembangunan. Dengan demikian
keberadaan PKB/PLKB dan PPKBD/Sub PPKBD adalah merupakan komponen utama,
pilar utama penyelenggaraan program KB dan menjadi salah satu komponen sistem
penyelenggaraan dan pelembagaan program KKBPK.
Program Kependudukan,Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga pada
dasarnya diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu olehPemerintah,
Pemerintah Daerah dengan melibatkan peran serta masyarakat, dan keluarga. Secara
koordinatif serta melibatkan lembaga swadaya masyarakat, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi, dan pihak swasta. Peran serta masyarakat
dilakukan dengan cara melakukan: penyuluhan keluarga berencana; dan pembinaan
kepesertaan keluarga berencana. Pembinaan keluarga dilaksanakan dalam rangka
mendukung: pengembangan kualitas keluarga; dan pelaksanaan fungsi keluarga
melalui : KIE; penyediaan sarana dan prasarana; dan upaya pembinaan lainnya.
Pembinaan keluarga dilakukan dengan cara membentuk dan mengembangkan
kelompok kegiatan:Pembinaan keluarga balita dan anak; Pembinaan ketahanan
keluarga remaja dan PembinaanPusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi
Remaja/Mahasiswa; Pembinaan ketahanan keluarga lansia; danPemberdayaan
ekonomi keluarga.
D. Bagaimana Mungkin PKB/PLKB dan PPKBD/ Sub PPKBD Mampu
Menyelenggarakan Kegiatan Tersebut ?
Kekuatan kunci terletak pada penyelenggaraan Pertemuan PKB/PLKB dengan
PPKBD/Sub PPKBD dan Kader .sebagai urat nadi dan jantung pertahanan
penyelenggaraan, jika pertemuan ini berjalan lancar berkala terus menerus sangat
dimungkinkan program di wilayah tersebut berjalan optimal , namun sebaliknya jika
pertemuan ini banyak kendala banyak hambatan bisa dipastikan bahwa program KB
diwilayah tersebut akan terabaikan. Sebelumnya pertemuan ini merupakan salah satu
bagian tugas pembinaan PLKB/PKB ke PPKBD dan Sub PPKBD akan tetapi pada
kelanjutnannya justru ini merupakan jaringan kelembagaan yang sangat vital. Sebagai
ilustrasi apabila pertemuan antara unsur petugas lapangan dengan petugas KIE/
penyuluhan Kependudukan dan KB di Desa dan Kalurahan dan kegiatan penyuluhan
dapat dilakukan PPKBD/Sub PPKBD dan Kader atau lainnya maka secara sistemik
program dapat berjalan optimal.
6
Akan tetapi jika PLKB/PKB tidak ada demikian juga PPKBD dan Sub PPKBD tidak
dibentuk penyuluhan seperti apa yang dilakukan oleh tenaga masyarakat saat ini?
Kemungkinan penyuluhan KKBPK tidak berjalan secara sistemik, mungkin dilakukan
oleh tenaga masyarakat mungkin juga tidak dilakukan?. Bagaimana dengan kondisi
seperti ini mungkinkan penyuluhan KKBPK dilakukan oleh masyarakat tanpa terikat
dalam sistem penyelenggaraan Program KB secara kelembagaan ?
E. Pengertian
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan penduduk dan pembangunan
keluarga ?
Perkembangan penduduk dan pembangunan keluarga pada dasarnya ditujukan
untuk menjamin keberlangsungan hidup seluruh manusia tidak lagi hanya
berdimensi lokal atau nasional, akan tetapi juga internasional. Perkembangan
penduduk dan pembangunan keluarga tidak lagi dipahami secara sempit sebagai
usaha untuk mempengaruhi pola dan arah demografi semata, tetapi sasarannya
jauh lebih luas, yaitu untuk mencapai kesejahteraan masyarakat baik dalam arti
fisik maupun non fisik termasuk spiritual. Oleh karena itu, dalam pembangunan
keluarga diarahkan untuk memberdayakan fungsi-fungsi keluarga.
Dampak perubahan dinamika kependudukan akan terasa dalam jangka waktu yang
lama, sehingga seringkali kepentingannya diabaikan. Luasnya cakupan masalah
kependudukan menyebabkan pembangunan kependudukan harus dilakukan secara
lintas sektor dan lintas bidang. Oleh karenanya dibutuhkan bentuk koordinasi dan
pemahaman mengenai konsep perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga secara tepat. Dalam konteks perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga perlu memperoleh perhatian khusus guna terlaksanannya
pembangunan nasional yang berkelanjutan. Penempatan penduduk sebagai titik
sentral pembangunan tidak saja merupakan program nasional namun juga komitmen
hampir seluruh bangsa di dunia yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa
sebagaimana tertuang dalam Laporan situasi Kependudukan Dunia mengumumkan
bahwa “penduduk bumi akan mencapai 7 milyar” tanggal 31 Oktober 2011.
Penyelenggaraan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
meliputi :
a. Perencanaan kependudukan dan/atau penyediaan parameter
b. Analisis dampak kependudukan
c. Kerjasama pendidikan kependudukan,
d. Penanganan isu-isu kependudukan, dan
e. Penyelenggaraan Keluarga Berencana
f. Pembinaan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga
2. Apa yang dimaksud dengan kependudukan ?
Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur,
pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, dan kondisi
7
kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta
lingkungan penduduk setempat.
3. Apa yang dimaksud dengan keluarga?
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau
suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
4. Apa yang dimaksud dengan pembangunan keluarga?
Pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang
hidup dalam lingkungan yang sehat.
5. Apa yang dimaksud dengan keluarga berencana?
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
F. Apa Tujuan Program Kependudukan dan KB
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia, sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dengan mengenalikan kelahiran, sekaligus dalan rangka menjamin terkenalinya
pertumbuhan penduduk di Indonesia.
2. Tujuan Khusus
Menurunkan angka kelahiran kasar setiap tahunnya, maka untuk mencapai tujuan
tersebut Program KB diarahkan pada dua sasaran:
a. Sasaran lansung dengan pemakaian kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur
(PUS/ELCO:Eligible couple) secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif dan
dampaknya langsung penurunan fertilitas.
b. Sasaran tidak lansung yang mendukung program KB, diantaranya organisasi –
organisasi, LSM, PKK, organisasi profesi dan berbagai pihak yang mendukung
pelembagaan NKKBS.
G. Apa Manfaat Program KKBPK?
1. Menurunkan angka kematian maternal dengan adanya perencanaan kehamilan yang
aman, sehat dan diinginkan.
2. Memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
kependudukan.
3. Program keluarga berencana nasional adalah program untuk membantu keluarga
termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga
yang baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas.
8
H. Siapa Sasaran Program KKBPK?
1. PUS usia muda yang belum ber-KB.
2. PUS istirahat yang sudah ber-KB.
3. Pelaksana dan pengelola KB.
4. Remaja yang mencakup penanaman dan penghayatan NKKBS.
5. Kelompok masyarakat yang masih sukar diajak ber-KB dan keluarga masyarakat di
daerah tertinggal terpencil dan perbatasan (GALCITAS)
6. Kaum pria sebagai usaha dalam pelaksana pogram danmelembagakan NKKBS.
7. Program kesejahteraan ibu dan anak yang mengarah pada kesejahteraan bayi dan
ibunya.
8. Sasaran Pelayanan Keluarga Berencana
9. PUS yang ingin mencegah kehamilan karena alasan pribadi.
a. PUS yang ingin menjarangkan kehamilan demi kesehatan ibu dan anak.
b. PUS yang ingin membatasi jumlah anak.
c. Keluarga yang memiliki lebih dari 5 anak
I. Rangkuman
Masalah-masalah kependudukan yang dialami oleh Indonesia antara lain yaitu besarnya
jumlah penduduk (Over Population), tingginya tingkat pertumbuhan penduduk,
persebaran penduduk tidak merata, tingkat kesehatan penduduk yang rendah, tingkatan
pendidikan rata-rata rendah, dan bertambahnya jumlah penduduk miskin.
Perkembangan penduduk dan pembangunan keluarga pada dasarnya ditujukan untuk
menjamin keberlangsungan hidup seluruh manusia tidak lagi hanya berdimensi lokal
atau nasional, akan tetapi juga internasional. Perkembangan penduduk dan
pembangunan keluarga tidak lagi dipahami secara sempit sebagai usaha untuk
mempengaruhi pola dan arah demografi semata, tetapi sasarannya jauh lebih luas, yaitu
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat baik dalam arti fisik maupun non fisik
termasuk spiritual.
Undang-undang Republik Indonesianomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga pada BAB X, pasal 58 menguraikan tentang
peranserta masyarakat dalam program Kependudukan,Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga sebagai berikut: bahwa setiap penduduk mempunyai
kesempatan untuk berperan serta dalam pengelolaan kependudukan dan pembangunan
keluarga, dilakukan oleh individu, lembaga swadaya masyarakat, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi, dan pihak swasta.
Keberadaan PKB/PLKB dan PPKBD /Sub PPKBD adalah merupakan komponen utama,
pilar utama penyelenggaraan program KB dan menjadi salah satu komponen sistem
penyelenggaraan dan pelembagaan program Kependudukan dan KB. Kekuatan kunci
terletak pada penyelenggaraan Pertemuan PKB/PLKB dengan PPKBD/Sub PPKBD dan
9
Kader .sebagai urat nadi dan jantung pertahanan penyelenggaraan, jika pertemuan ini
berjalan lancar berkala terus menerus sangat dimungkinkan program di wilayah tersebut
berjalan optimal, namun sebaliknya jika pertemuan ini banyak kendala banyak hambatan
bisa dipastikan bahwa program KB diwilayah tersebut akan terabaikan .
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.Tujuan Program
KKBPK yaitu meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia, sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat
yang sejahtera dengan mengenalikan kelahiran, sekaligus dalan rangka menjamin
terkenalinya pertumbuhan penduduk di Indonesia. Tujuan khusus :menurunkan angka
kelahiran kasar setiap tahunnya, maka untuk mencapai tujuan tersebut Program KB
diarahkan pada dua sasaran:sasaran langsung dengan pemakaian kontrasepsi pada
Pasangan Usia Subur (PUS/ELCO:eligible couple) secara bertahap menjadi peserta KB
yang aktif dan dampaknya lansung penurunan fertilitas.
Sasaran tidak langsung yang mendukung program KB, diantaranya yaitu organisasi –
organisasi, LSM, PKK, organisasi profesi dan berbagai pihak yang mendukung
pelembagaan NKKBS. Manfaat Program KKBPK yaitu menurunkan angka kematian
maternal dengan adanya perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan, dan
memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
kependudukan.
Program keluarga berencana nasional adalah program untuk membantu keluarga
termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang
baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas.
J. Latihan
1. Apa saja masalah kependudukan di indonesia ?
2. Mungkinkah Program Kependudukan dan KB tanpa PKB/PLKB dan PPKBD/Sub
PPKBD?
3. Apa yang dimaksud dengan Perkembangan penduduk dan pembangunan keluarga?
4. Apa yang dimaksud dengan Keluarga?
5. Apa Manfaat Program Kependudukan dan KB?
6. Siapa sasaran Program Kependudukan dan KB?
10
BAB III
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROGRAM KEPENDUDUKAN,
KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA (KKBPK)
A. Apa Visi BKKBN ?
Visi Badan Kependudukan,Keluarga Berencana dan Pembangunan KeluargaNasional
(BKKBN) yang ingin dicapaimengacu kepada fokus pembangunan nasional pada
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 dan visi misi
Presiden RI yang tertuang dalam Rencana Jangka Panjang Nasional tahun 2010-2025.
Salah satu prioritas pembangunan nasional adalah mewujudkan penduduk tumbuh
seimbang. Visi BKKBN adalah “Penduduk Tumbuh Seimbang 2015”, yaitu mewujudkan
pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas yang ditandai dengan
angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR) = 2,1 dan Net Reproductive Rate
(NRR) = 1.
B. Bagaimana Misi BKKBN Untuk Mewujudkan Visi?
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, misi pembangunan Kependudukan,Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) adalah mewujudkan pembangunan
yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
Misi ini dilaksanakandengan melakukan penyerasian kebijakan pengendalian penduduk,
penetapan parameter penduduk, peningkatan penyediaan dan kualitas analisis data dan
informasi pengendalian penduduk dalam pembangunan Kependudukan,Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga dan mendorong stakeholder dan mitra kerja
dalam menyelenggarakan pembangunan keluarga berencana dalam rangka penyiapan
kehidupan berkeluarga bagi remaja, pemenuhan hak-hak reproduksi, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga peserta KB. Melalui pembangunan
kependudukan sebagai salah satu bentuk penjabaran pembangunan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga dapat mendukung
pembangunan ekonomi dan menjadi insan yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur serta memiliki semangat kerja, maju, dan
mandiri.
C. Apa Arah Kebijakan Program KKBPK di Kabupaten dan Kota ?
Arah kebijakan program KKBPK adalah untuk meningkatkan akses pelayanan KB
berkualitas yang merata, melalui :
Indikator Keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta Diklat diharapkan dapat menjelaskan
kebijakan dan strategi program KKBPK
11
1. peningkatan daya jangkau dan kualitas penyuluhan, penggerakan, dan pembinaan
program KB tenaga lini lapangan
2. penyediaan sarana kerja petugas lapangan KB (PPLKB/ Ka.UPT KB dan
PKB/PLKB)
3. pembangunan balai penyuluhan KB kecamatan
4. penyediaan sarana pengolahan data dan informasi
5. pemenuhan sarana dan prasarana fisik pelayanan KB
6. penyediaan sarana transportasi pengangkut akseptor atau penyediaan sarana
transportasi pengangkut distribusi alokon
7. pemenuhan sarana fisik pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
program KB, KIE Pendidikan Kependudukan serta materi/media tentang Generasi
Berencana (GenRe) dalam rangka pendewasaan usia perkawinan dan TRIAD
KRR.
D. Apa Kebijakan dan Strategi Program KKBPK Nasional?
1. Penguatan pencapaian pelayanan secara seimbang antara lain mewajibkan setiap
tenaga kesehatan melayani KB, menjamin ketersediaan alokon di setiap fasilitas
pelayanan kesehatan (fasyankes/ puskesmas/ klinik KB), penggerakan lini lapangan
dan pemberdayaan institusi masyarakat perdesaan/ perkotaan.
2. Pembinaan dan peningkatan kesertaan ber-KB melalui intensifikasi penggarapan
pembangunan KB di 16 provinsi, yang terdiri dari 10 provinsi penyangga utama
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur dan
perhatian terhadap 6 provinsi, yaitu 2 provinsi : Papua dan Papua Barat dan 4
provinsi : Aceh, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Maluku Utara.
3. Harmonisasi Program dan Anggaran dalam bidang KB dan Kesehatanantara lain
penegasan pelayanan KB dalam SJSN (JKN), pembiayaan antara APBN dan APBD
(termasuk peningkatan Dana Alokasi Khusus/DAK Bidang KB).
4. Peningkatan Advokasi dan KIE difokuskan pada sasaran kelompok khusus
(pasangan usia muda dan memiliki dua anak); PUS dari keluarga miskin,serta
pelayanan KB di wilayah sulit dan kumuh melalui kampanye “2 ANAK CUKUP” dan
“4 TERLALU” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu dekat dalam
melahirkan).
5. Pembinaan/pelestarian akseptor KB untuk meningkatkan jumlah akseptor, dan
menurunkan angka Drop Out (DO), serta meningkatkan penggunaan alat dan obat
kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
6. Peningkatan distribusi alokon ke Klinik KB/Puskesmas secara optimal agar
kebutuhan ber-KB terpenuhi secara baik.
12
7. Pembinaan remaja melalui Generasi Berencana (GenRe).
8. Penguatan kapasitas kelembagaan Kependudukan dan KB di Kabupaten dan Kota.
Penyerasian kebijakan kependudukan, KB dan Pembanguan Keluarga, yang
ditekankan pada inventarisasi dan identifikasi peraturan perundangan dan kebijakan
sektoryang terkait dengan program kependudukan dan KB; perumusan kebijakan
kependudukan yang sinergis dan harmonis antara aspek kuantitas, kualitas, dan
mobilitas; penyediaan sasaran parameter kependudukan yang disepakati semua
sektor terkait; analisis dampak kependudukan; serta peningkatan kerjasama
kependudukan dalam pendidikan.
9. Peningkatan ketersediaan dan kualitas data-informasi kependudukan yang memadai,
akurat, dan tepat waktu, terutama pada penyediaan data kependudukan yang
bersumber dari sensus penduduk, survei kependudukan, dan data sektoral bidang
KKBPK.
E. Rangkuman
Visi Badan Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Nasional
(BKKBN) adalah “Penduduk Tumbuh Seimbang 2015Untuk mewujudkan visi tersebut di
atas, misi pembangunan Kependudukan,Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga (KKBPK) adalah mewujudkan pembangunan yang berwawasan
kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Arah kebijakan
program KKBPK adalah untuk meningkatkan akses pelayanan KB berkualitas yang
merata, melalui : (1) peningkatan daya jangkau dan kualitas penyuluhan, penggerakan,
dan pembinaan program KB tenaga lini lapangan; (2) penyediaan sarana kerja petugas
lapangan KB (PPLKB/ Ka.UPT KB dan PKB/PLKB); (3) pembangunan balai penyuluhan
KB kecamatan; (4) penyediaan sarana pengolahan data dan informasi (5) pemenuhan
sarana dan prasarana fisik pelayanan KB; (6) penyediaan sarana transportasi
pengangkut akseptor atau penyediaan sarana transportasi pengangkut distribusi alokon;
(7) pemenuhan sarana fisik pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
program KB, KIE Pendidikan Kependudukan serta materi/ media tentang Generasi
Berencana dalam rangka pendewasaan usia perkawinan dan TRIAD KRR.
Kebijakan dan Strategi Program KKBPK Nasional : 1) Penguatan pencapaian
pelayanan secara seimbang antara lain mewajibkan setiap tenaga kesehatan melayani
KB, menjamin ketersediaan alokon di setiap fasilitas pelayanan kesehatan
(fasyankes/puskesmas/klinik KB), penggerakan lini lapangan dan pemberdayaan
institusi masyarakat perdesaan/perkotaan; 2) Pembinaan dan peningkatan kesertaan
ber-KB melalui intensifikasi penggarapan pembangunan KB di 16 provinsi, yang terdiri
dari 10 provinsi penyangga utama yaitu : Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung,
Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan
Nusa Tenggara Timur dan perhatian terhadap 6 provinsi, yaitu 2 provinsi : Papua dan
Papua Barat dan 4 provinsi : Aceh, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Maluku Utara;
13
3)Harmonisasi Program dan Anggaran dalam bidang KB dan Kesehatan antara lain
penegasan pelayanan KB dalam SJSN (JKN), pembiayaan antara APBN dan APBD
(termasuk peningkatan Dana Alokasi Khusus/DAK BidangKB); 4) Peningkatan Advokasi
dan KIE difokuskan pada sasaran kelompok khusus (pasangan usia muda dan memiliki
dua anak); PUS dari keluarga miskin,serta pelayanan KB di wilayah sulit dan kumuh
melalui kampanye “2 ANAK CUKUP” dan “4 TERLALU” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu
sering, danterlalu dekat dalam melahirkan); 5) Pembinaan/pelestarian akseptor KB
untuk meningkatkan jumlah akseptor, dan menurunkan angka Drop Out (DO), serta
meningkatkan penggunaanalat dan obat kontrasepsi jangka panjang (MKJP); 6)
Peningkatan distribusi alokon ke Klinik KB/ Puskesmas secara optimal agar kebutuhan
ber-KB terpenuhi secara baik; 7) Pembinaan remaja melalui Generasi Berencana
(genre); 8) Penguatan kapasitas kelembagaan Kependudukan dan KB di Kabupaten
dan Kota. Penyerasian kebijakan Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga,
yang ditekankan pada inventarisasi dan identifikasi peraturan perundangan dan
kebijakan sektoryang terkait dengan program kependudukan dan KB; perumusan
kebijakan kependudukan yang sinergis dan harmonis antara aspek kuantitas, kualitas,
dan mobilitas; penyediaan sasaran parameter kependudukan yang disepakati semua
sektor terkait; analisis dampak kependudukan; serta peningkatan kerjasama
kependudukan dalam pendidikan; 9) Peningkatan ketersediaan dan kualitas data-
informasi kependudukan yang memadai, akurat, dan tepat waktu, terutama pada
penyediaan data kependudukan yang bersumber dari sensus penduduk, survei
kependudukan, dan data sektoral bidang KKBPK.
F. Latihan
1. Apa VISI BKKBN?
2. Bagaimana MISI BKKBN untuk mewujudkan visi?
3. Apa arah kebijakan Program KKBPK di Kabupaten dan Kota?
4. Apa Kebijakan dan Strategi Program KKBPK Nasional pada pembinaan kesertaan
KB?
5. Apa Kebijakan dan Strategi Program KKBPK.Nasional pada pembinaan remaja ?
14
BAB IV
POKOK-POKOK PROGRAM KEPENDUDUKAN,
KELUARGA BERENCANA DAN PEMBANGUNAN KELUARGA (KKBPK)
POKOK-POKOKPROGRAM DAN KEGIATAN KKBPK
A. Dasar Penyelenggaraan Program KKBPK di Daerah
1. Apa dasar penyelenggaraan Kependudukan dan KB di daerah ?
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan
Pemerintahan antara pemerintah, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan
daerah Kabupaten dan Kota pada pasal 6 ayat 2 ditetapkan bahwa urusan Keluarga
berencana dan Keluarga Sejahtera merupakan urusan wajib bagi Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota . Selain penetapan Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera merupakan urusan wajib seperti maksud di atas, juga dalam Peraturan
Pemerintah tersebut, ditetapkan 81 (delapan puluh satu) urusan yang dilimpahkan
oleh pemerintah kepada pemerintahan Kabupaten dan Kota untuk dilaksanakan dan
sekaligus merupakan kewenangan pemerintahan daerah Kabupaten dan Kota.
Penjabaran selanjutnya, pada tataran implementasi berbagai peraturan perundang-
undagan terseut sesuai dengan tingkatan pemerintahan dan kewenangannya,
dibutuhkan adanya panduan pelaksanaan baik berupa sistem, sub sistem, pedoman,
petunjuk pelaksanaan, maupun petunjuk teknis, yang sekaligus merupakan tool
management regulatif yang akan dijadikan sebagai pegangan dan atau pedoman
pelaksanaan program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga dan keluarga sejahtera di masing-masing kabupaten dan kota, terutama
dalam tataran operasional lini lapangan.
Dengan demikian pemerintahan daerah Kabupaten dan Kota dalam
penyelenggaraan Program Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera akan
sepenuhnya berpedoman pada perangkat tata laksana yang akan dikeluarkan
BKKBPKN Pusat terhadap seluruh substansi operasional program.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tersebut telah diikuti dan dijabarkan
dengan 12 (duabelas) Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional dan satu diantaranya adalah yang berkaitan dengan Pedoman
Penyediaan dan Pemberdayaan Tenaga Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana,
ditetapkan dengan Peraturan Kepala BKKBPKN Nomor 155/HK-010/B5/2009.
Indikator Keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta Diklat diharapkan dapat menjelaskan pokok-
pokok Program KKBPK
15
Dismping ketentuan tersebut di atas, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65
Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM serta Pemendagri
Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis dan Penyusunan dan Penetapan
SPM, pemerintah wajib menyusun SPM berdasarkan urusan wajib yang merupakan
pelayanan dasar, sebagai bagian dari pelayanan publik. Sedangkan Permendagri
Nomor 79 Tahun 2007 selanjutnya mengatur tentang Rencana Pencapaian Standar
Pelayanan Minimal berdasarkan Analisis Kemampuan dan Potensi Daerah, serta
telah ditindak lanjuti dengan Peraturan Kepala BKKBPKN Nomor 55/HK-
010/B5/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera di Kabupaten dan Kota.
Pengintegrasian kebijakan, program, dan kegiatan penyediaan dan pemberdayaan
tenaga fungsional Penyuluh Keluarga Berencana di daerah dituangkan ke dalam
dokumen perencanaan dan anggaran daerah yang meliputi RPJPD, RPJMD,
Renstra-SKPD, RKPD, dan RKA-SKPD, yang harus diselaraskan antar tingkatan dan
susunan pemerintahan serta berkoordinasi dengan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten dan Kota.
Makna perpaduan dan integrasi tersebut di atas adalah bahwa dalam
pelaksanaannya kegiatan tersebut tidak dapat berdiri sendiri , akan tetapi terpadu
dengan berbagai bidang pembangunan lain, baik aspek kegiatan, pendanaan, waktu
maupun sasarannya termasuk di tingkat Kecamatan dan Desa/ Kelurahan sehingga
diperlukan suatu panduan yang dapat dijadikan rujukan oleh semua pihak terkait.
Supra struktur organisasi dalam bentuk perangkat tata laksana yang merupakan
tools management regulatif yang akan dikeluarkan oleh BKKBPKN Pusat sebagai
panduan pelaksanaan Program Kependudukan,Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga, adalah berupa Pedoman Mekanisme Operasional Program
Kependudukan Keluarga Berencana Nasional di Lini Lapangan. Pedoman ini
diharapkan dapat membantu para pengelola program kependudukan dan KB di
tingkat Kecamatan dan Desa/ Kelurahan (Lini Lapangan).
2. Siapa Penyelenggara Program Dan Kegiatan Keluarga Berencana Dan Keluarga
Sejahtera di Kabupaten dan Kota?
Unsur Penyelenggara kegiatan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera sebagai
pelayanan dasar program KB dan KS adalah Lembaga Penyelenggara yakni satuan
kerja penyelenggara pelayanan dasar program KB dan KS adalah Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang bertanggung jawab bidang KB dan KS , dinas
instansi terkait, Kader KB, Tokoh Agama dan Tokoh masyarakat maupun dengan
Lembaga swadaya masyarat, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi dan
pihak swasta, dan atau lembaga masyarakat yang dibentuk kegiatan pelayanan
dasar Program KB dan KS. Pelaksana pelayanan dasar KB dan KS
atau Pelaksana adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di
16
dalam Organisasi Penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau
serangkaian tindakan pelayanan publik, Masyarakat merupakan seluruh pihak, baik
warga negara maupun penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun
badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik
secara langsung maupun tidak langsung, Program dan Kegiatannya meliputi :
B. Program dan Kegiatan Kependudukan
Pembangunan Kependudukan di Indonesia selama ini telah diletakkan dalam konteks
pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mencakup pembangunan manusia
sebagai subyek (human capital) dan obyek (human resources) pembangunan yang
mencakup seluruh siklus kehidupan manusia (life cycle approach). Secara garis besar
Pembangunan Kependudukan meliputi 5 (lima) aspek penting, yaitu (1)berkaitan dengan
kuantitas penduduk, antara lain jumlah, struktur dan komposisi penduduk, laju
C. Program dan Kegiatan Keluarga Berencana dan Kegiatan Keluarga Sejahtera
1. Pelayanan KB
Salah satu urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan
daerah provinsi dan pemerintahan daerah Kabupaten dan Kota yang berkaitan
dengan pelayanan dasar adalah Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera. Kondisi saat ini dengan bervariasinya kemampuan setiap daerah
menyebabkan kemampuan dalam menyediakan infrastruktur pelayanan dasar belum
merata, apalagi di wilayah yang termasuk tertinggal juga pada wilayah pemekaran.
Gambar 1. Tempat Pelayanan KB
17
Kesulitan akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan dasar bidang KB dan KS
ini seperti kesulitan untuk mengakses pusat kesehatan masyarakat (puskesmas),
bahkan ada yang harus menempuh perjalanan puluhan, bahkan ratusan kilometer,
untuk mencapai sentra pelayanan kesehatan tersebut , untuk mengatasi hal ini maka
diperlukan upaya –upaya nyata untuk mendekatkan pelayanan pada masyarakat
Untuk mendapat pelayanan KB gratis bagi keluarga pra sejahtera dan Sejahtera I
calon peserta dapat langsung mendatangi tempat pelayanan yang ada baik untuk
mendapatkan pelayanan KB baru atau ulangan.
Adapun penetapan jenis kontrasepsi yang dipilih adalah sesuai dengan hasil
pemeriksaan medis yang dilakukan oleh petugas artinya calon peserta tidak
diharapkan memilih sendiri tanpa memeriksa terlebih dahulu kondisi kesehatannya.
Gambar 2. Pelayanan KB
Pelayanan KB, dalam pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara terpadu dengan
pelayanan gigi, pelayanan KIA, dan pelayanan kesehatan umum, atau
sepertikhitanan. Kegiatan pelayanan KB akan berkontribusi langsung pada
menurunnya angka kelahiran, kematian ibu, dan kematian bayi.
2. Pelayanan Keluarga Sejahtera
a. Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB)
Pada masa balita, orang tua mempunyai kesempatan untuk megembangkan
potensi yang dimiliki anak secara optimal karena pada masa tersebut hampir
seluruh sel-sel otak berkembang pesat, sehingga perlu mempersiapkan
keseimbangan antara tumbuh dan kembang anak semaksimal mungkin.
18
Para ahli mengatakan bahwa masa balita merupakan masa emas, apabila pada
masa tersebut anak balita tidak dibina secara baik, maka anak tersebut akan
mengalami gangguan perkembangan emosi, sosial, mental, intelektual dan
moral yang nantinya dapat mempengaruhi sikap dan prilakunya di masa yang
akan datang.
Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) anggotanya terdiri dari keluarga muda
yang mempunyai anak balita dengan maksud setiap keluarga memberikan
prioritas yang utama terhadap kesehatan balitanya agar tercapai keseimbangan
antara pertumbuhan dan perkembangan anak balitanya.
Untuk dapat melaksanakan kegiatan tersebut maka para pengelola Bina
Keluarga Balita dan Kader kelompok Bina Keluarga balita perlu dilakukan
pembekalan teknis pelaksanaannya melalui pelatihan atau orientasi. Diharapkan
melalui kegiatan tersebut Kader pengelola dapat membantu keluarga dalam
mupaya meningkatkan kemampuannya terutama dalam membina anak balitanya
sehingga anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal melalui
interaksi yang baik antara orang tua dengan anak agar anak mempunyai
kepribadian luhur, erdas serta ertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Gambar 3. Pelayanan Program KS
Gambar 4. Perlengkapan BKB Kit dan Alat Permainan Edukatif (APE)
19
b. Pusat informasi dan Konseling Remaja /Mahasiswa
Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK Remaja)
makin ditunggu-tunggu. Selain diharapkan mampu menjawab permasalahan
remaja, juga mempersiapkan remaja mengembangkan kemauan dan
kemampuan positifnya. Dalam pengembangannya PIK remaja ini bukan hanya
melalui pendekatan di sekolah akan tetapi juga diluar sekolah atau dimanapun
tempat yang mudah di akses oleh remaja di wilayah tersebut. Model
pengembangan ini merata di setiap kecamatan di tempat-tempat yang cukup
diminati remaja, termasuk seperti di masjid, mall dan lain-lain.
Pola pendekatan ini tentunya tidaklah mudah akan tetapi dengan upaya yang
serius dalam menangani permasalahan remaja pasti akan ditemukan jalan
keluar sesuai dengan kondisi diwilayah tersebu. Dari sisi jumlah dapat dikatakan
bahwa i sepertiga jumlah penduduk Indonesia adalah kelompok remaja usia 10 -
24 tahun dilain pihak ancaman dari luar seperti risiko perilaku seks bebas,
HIV/AIDS dan narkoba yang ketiganya disebut triad KRR selalu mengancam
kehidupan remaja dimanapun.
Program dan kegiatan di setiap kelompok PIK–remaja memmang diarahkan
untuk mencegah, mengurangi dan melindungi remaja bermasalah dan dapat
mendewasakan usia pernikahannya untuk laki-laki minimal 25 tahun dan untuik
perempuan 20 tahun. Karena program pendewasaan usia pernikahan ini akan
berkontribusi langsung pada upaya menekan turunnya ka kelahiran.
Gambar 5. Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa
20
Tentunya penanganan masalah remaja memang tidak bisa ditangani oleh
pemerintah saja akan tetapi perlu dukungan dan peran serta seluruh komponen
bangsa termasuk unsure remaja di mana remaja itu biasa berada, baik peran
keluarga, kelompok sebaya, sekolah, organisasi pemuda, harus dilibatkan untuk
bersama-sama mengadapi isu ini. Oleh karena itu, PIK remaja tidak selalu
berada di sekolah atau pun pesantren, tetapi juga bisa diluar sekolah agar
remaja memiliki wadah untuk memperoleh informasi, konseling yang jelas dan
benar .
Gambar 6. PIK R dalam Pramuka (Saka Kencana)
c. Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (PEK) yang dilaksanakan oleh
BKKBN melalui Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
merupakan kegiatan usaha ekonomi produktif keluarga, terutama Pasangan
Usia Subur (PUS), Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera I (KS
I) baik peserta KB maupun bukan peserta KB,sedangkan KS II keatas
diharapkan dapat menjadi motivator dalam pengelolaan Kelompok UPPKS.
UPPKS diharapkan menjadi kegiatan yang inovatif, kreatif sehingga dapat
berkembang dan berjalan secara berkesinambungan serta memperoleh hasil
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk memantapkan dan meningkatkan
Pemberdayaan Ekonomi Keluarga serta menyesuaikan dengan tuntutan
perkembangan otonomi daerah, maka perlu diterbitkan Pedoman
Pemberdayaan Ekonomi Keluarga melalui Kelompok UPPKS.
Pada dasarnya Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS) adalah sekumpulan keluarga yang saling berinteraksi dan terdiri dari
berbagai tahapan keluarga sejahtera, mulai dari keluarga Pra Sejahtera sampai
dengan Keluarga Sejahtera III Plus baik yang menjadi peserta KB, PUS yang
belum ber-KB, serta anggota masyarakat yang berminat dalam rangka
21
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera, aktif melakukan berbagai
kegiatan usaha bersama dalam bidang usaha ekonomi produktif (UEP).
Gambar 7. UPPKS
Dalam menyelenggarakan kegiatan usaha ekonomi produktif diarahkan untuk
memilih usaha yang mempunyai prospek masa depan dan menguntungkan, oleh
karena itu dalam memilih jenis usaha agar memperhatikan pangsa pasar dan
potensi lokal.
Seperti melakukan Kemitraan usaha yang diarahkan untuk mengembangkan
kerjasama dalam kegiatan usaha dengan prinsip saling menguntungkan,
membutuhkan dan ketergantungan para pihak terkait. Pengembangan kemitraan
dapat mencakup aspek SDM, produksi, permodalan, administrasi dan
manajemen usaha serta penerapan teknologi tepat guna dan pemasaran.
Disamping itu sangat diperlukan pendampingan dalam uipaya pengembangan
usaha dan pemasaran produk Kelompok UPPKS yang bervariasi dan berkualitas
perlu dilakukan kerjasama dengan sektor terkait dan berbagai pihak sesuai
dengan bidangnya sebagai tenaga pendamping.
D. Standar Pelayanan Minimal Bidang KB – KS
Apa Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera ?
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan SPM serta Pemendagri No. 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk
22
Teknis dan Penyusunan dan Penetapan SPM, pemerintah wajib menyusun SPM
berdasarkan urusan wajib yang merupakan pelayanan dasar, sebagai bagian dari
pelayanan publik. Sedangkan Permendagri No 79 Tahun 2007 selanjutnya mengatur
tentang Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal berdasarkan Analisis
Kemampuan dan Potensi Daerah.Menidaklanjuti hal tersebut, Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional telah menetapkan Peraturan Kepala BKKBPKN
Nomor55/HK-010/B5/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten dan Kota.
Dalam rangka penerapan dan pencapaian sasaran indikator SPM Bidang Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera secara bertahap diperlukan perencanaan
pembiayaan pencapaian SPM bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera di
Kabupaten dan Kota untuk dijadikan acuan bagi pemerintah daerah dengan
memperhatikan potensi dan kemampuan daerah.Untuk dapat memperhatikan potensi
dan kemampuan masing-masing daerah tersebut, dan dengan tetap mempertimbangkan
kebutuhan ber-KB masyarakat di daerah, dinyatakan bahwa KB secara umum dapat
membantu merencanakan jumlah kelahiran, KB juga menurunkan beban keluarga yang
harus diberi makan, menjaga kesehatan ibu dan anak serta meningkatkan produktifitas
dan pendapatan keluarga, inti dari fokus indikator SPM bidang KB dan KS inilah yang
diharapkan Pemerintah Daerah secara bersama-sama dan terpadu dapat
melaksanakannya. Dengan alasan itupun, maka diperlukan petunjuk teknis perencanaan
pembiayaan pencapaian SPM bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera di
Kabupaten dan Kota.
INDIKATOR SPM BIDANG KB DAN KS
1. Cakupan Pasangan Usia Subur yang Istrinya diBawah Usia 20 Tahun 3,5%
2. Cakupan Sasaran Pasangan Usia Subur Menjadi Peserta KB Aktif 65%
3. Cakupan Pasangan Usia Subur yang Ingin Ber-KB Tidak Terpenuhi (Unmet Need) 5%
4. Cakupan Anggota Bina Keluarga Balita (BKB) Ber-KB 70%
5. Cakupan PUS Peserta KB Anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang Ber-KB 87%
6. Ratio Petugas Lapangan Keluarga Berencana/Penyuluh Keluarga Berencana (PLKB/PKB) 1 Petugas di Setiap 2 (dua) Desa/ Kelurahan
7. Ratio Pembantu Pembina Keluarga Berencana (PPKBD) 1 (satu) Petugas di Setiap Desa/ Kelurahan
23
8. Cakupan Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi Untuk Memenuhi Permintaan Masyarakat 30% setiap tahun
9. Cakupan Penyediaan Informasi Data Mikro Keluarga di Setiap Desa/ Kelurahan setiap Tahun
Gambar 8. Indikator SPM Bidang KB dan KS
E. Rangkuman
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan
Pemerintahan antara pemerintah, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan
daerah Kabupaten /Kota pada pasal 6 ayat 2 ditetapkan bahwa urusan Keluarga
berencana dan Keluarga Sejahtera merupakan urusan wajib bagi Pemerintahan Daerah
Kabupaten /Kota. Selain penetapan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
merupakan urusan wajib seperti maksud di atas, juga dalam Peraturan Pemerintah
tersebut, ditetapkan 81 urusan yang dilimpahkan oleh pemerintah kepada pemerintahan
Kabupaten dan Kota untuk dilaksanakan dan sekaligus merupakan kewenangan
pemerintahan daerah Kabupaten dan Kota.
Unsur Penyelenggara kegiatan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera sebagai
pelayanan dasar program KB dan KS adalah Lembaga Penyelenggara yakni satuan
kerja penyelenggara pelayanan dasar program KB dan KS adalah Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang bertanggung jawab bidang KB dan KS , dinas instansi
terkait, Kader KB, Tokoh Agama dan Tokoh masyarakat maupun dengan Lembaga
swadaya masyarat, organisasi kemasyarakatan , organisasi profesi dan pihak swasta,
dan atau lembaga masyarakat yang dibentuk kegiatan pelayanan dasar Program KB
dan KS.
Kegiatan kependudukan meliputi : Penyerasian kebijakan kependudukan, Perencanaan
kependudukan dan/atau penyediaan parameter, analisis dampak kependudukan dan
Kerjasama pendidikan kependudukan, Salah satu urusan pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan darrah
Kabupaten dan Kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar adalah Bidang Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera.
Pada masa balita, orang tua mempunyai kesempatan untuk megembangkan potensi
yang dimiliki anak secara optimal karena pada masa tersebut hampir seluruh sel-sel otak
berkembang pesat, sehingga perlu mempersiapkan keseimbangan antara tumbuh dan
kembang anak semaksimal mungkin. Para ahli mengatakan bahwa
masa balita merupakan masa emas, apabila pada masa tersebut anak balita tidak dibina
secara baik, maka anak tersebut akan mengalami gangguan perkembangan emosi,
sosial, mental, intelektual dan moral yang nantinya dapat mempengaruhi sikap dan
prilakunya di masa yang akan datang.
24
Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK remaja) makin
ditunggu-tunggu. Selain diharapkan mampu menjawab permasalahan remaja, juga
mempersiapkan remaja mengembangkan kemauan dan kemampuan positifnya. Dalam
pengembangannya PIK remaja ini bukan hanya melalui pendekatan di sekolah akan
tetapi juga diluar sekolah atau dimanapun tempat yang mudah di akses oleh remaja di
wilayah tersebut. Model pengembangan ini merata di setiap kecamatan di tempat-
tempat yang cukup diminati remaja, termasuk seperti di masjid, mall dan lain-
lain.Program Pemberdayaan Ekonomi Keluarga (PEK) yang dilaksanakan oleh BKKBN
melalui Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) merupakan
kegiatan usaha ekonomi produktif keluarga, terutama Pasangan Usia Subur (PUS),
Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera I (KS I) baik peserta KB maupun
bukan peserta KB,sedangkan KS II keatas diharapkan dapat menjadi motivator dalam
pengelolaan Kelompok UPPKS.
F. Latihan
1. Apa dasar penyelenggaraan kependudukan dan KB di Daerah? 2. Siapa penyelenggara Program dan kegiatan Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera di Kabupaten dan Kota? 3. Apa saja kegiatan kependudukan? 4. Apa saja kegiatan KB dan KS? 5. Apa Standar Pelayanan Minimal bidang Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera?
25
BAB IV
PERAN PPKBD DAN SUB PPKBD
DALAM PEMBINAAN PROGRAM KKBPK DI DESA
A. Penggerakan Masyarakat
1. Apakah mungkin penyelenggaraan program KKBPK tanpa PKB/PLKB dan
PPKBD/Sub PPKBD ?
Jika penyelenggaraan Program KKBPK menggunakan pendekatan tanpa PLKB/PKB
dan PPKBD/Sub PPKBD perlu dilakukan penguatan manajemen dibeberapa titik
simpul sistem antara lain :
Pertama, Dengan menggunakan Standar Pelayanan Minimal ( SPM) bahwa setiap
Desa/Kelurahan wajib memiliki datamikro keluarga, jawabannya adalah lakukan
pendataan keluarga dengan optimal untuk mendapatkan data keluarga yang valid.
Hasil pendataan keluarga sebenarnya merupakan potret seluruh keluarga di
Desa/Keluarga . Jika segera ditindak lanjuti dengan mencermatri data tersebut
dengan memilah , memilih dan menetapkan langkah analisa maka akan di temukan
siapa yang telah berKB dan siapa yang belum berKB. Dengan data tersebut sebagai
data sasaran penyuluhan dan pelayanan KB sekaligus akan menjadi sasaran
prioritas penyuluhan siapa namanya, tinggal di RT/Dusun berapa akan langsung
ketahuan. Karena tanpa sasaran yang valid kegiatan penyuluhan akan sia-sia dan
inilah yang selama ini terjadi, energi tenaga penyuluh, waktu, finansial seperti
menggarami air laut karena banyak menggunakan pendekatan tanpa menetapkan
kriteria sasaran atau bahkan orang yang sudah ber KB justru yang diberi
penyuluhan. Hal ini tidak mungkin dipenuhi tanpa ada PKB/PLKB dan PPKBD /Sub
PPKBD.
Kedua, Jika setiap RT/Dusun telah memiliki data sasaran penyuluhan dari hasil
pengolahan data pendfataan dan atau Mutasi Data Keluarga maka serta dengan
unsur PLKB atau unsure pelayanan sangat diperlukan . Karena pada dasarnya
pertemuan tersebut adalah merupakan wahana untuk melakukan evaluasi hasil
kegiatan pelayananKB dan KS yang telah dilakukan bulan-bulan sebelumnya,
sebaiknya pertemuan ini dilakukan setiap bulan sekaligus dapat dijadikan wahana
kesepakan untuk menetapkan rencana kegiatan bulan depan . Kesepakatan antara
pihak-pihak yang terlibat dalam pelayanan KB dan KS ini sangat diperlukan agar
Indikator Keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta Diklat diharapkan dapat menjelaskan
peranan PPKBD dan Sub PPKBD dalam pembinaan programKKBPK di desa.
26
setiap kegiatan yang dilakukan membawa hasil yang maksimal . Ada hubungan
yang kuat antara kesepakatan atau komitmen dengan pembagian tugas karena
dengan kesepakatan berarti ada factor dorongan keinginan dan kesiapan setiap
unsure yang terlibat dalam kegiatan untuk siap dan menerima berbagai tantangan
dan tanggung jawab. Dukungan komitmen dari luar seperti dukungan factor
lingkungan perlu dimunculkan baik dari unsure perangkat desa maupun dari para
tokohj yang berada di lingkungan mereka, agar semua bekerja dengan tenang dan
senang hati .Apakah hal ini dapat dikerjakan tanpa ada PKB/PLKB dan PPKBD /Sub
PPKBD. Hal ini jelas nampak bahwa PKB/ PLKB dan PPKBD/ Sub PPKBD.
Melaksanakan fungsi penggerakan masyarakat, tanpa mereka penggerakan
masyarakat tidak akan pernah terwujud dan berarti tidak ada penyelenggaraan
program kependudukan dan KB.
2. Apa Saja Langkah Penggerakan PPKBD/Sub PPKBD? a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan.
b. Menjalin kerjasama dengan Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Generasi Muda,
dan lembaga kemasyarakatan lainnya yang ada di desa.
c. Melakukan evaluasi kegiatan Program KB dan dibawa pada pertemuan Desa
B. Pertemuan Berkala
1. Kapan Dilaksanakan Pertemuan PPKBD /Sub PPKBD Dengan PKB/PLKB ?
Pertemuan berkala yang dilaksanakan pembinaan tenaga IMP pengendalian
penduduk, KB-KR dan KS-PK (PPKBD dan Sub PPKBD) baik antar pengurus
institusi, konsultasi pengurus dengan PLKB/PKB maupun dengan petugas lain yang
terkait secara berkala dan berjenjang. Pertemuan ini merupakan wadah untuk
penyampaian informasi/data, bimbingan pembinaan, evaluasi, pemecahan masalah
dan perencanaan kegiatan Program KB Nasional ditingkat lini lapangan.
Secara berkelanjutan hendaknya ada kesinambungan informasi dengan Ikut
pertemuan berkalapada pertemuan Kecamatan dan pertemuan Desa , pelaksanaan
pertemuan berkala dengan anggota.
Ada hubungan yang kuat antara kesepakatan atau komitmen dengan pembagian
tugas karena dengan kesepakatn berarti ada factor dorongan keinginan dan
kesiapan setiap unsure yang terlibat dalam kegiatan untuk siap dan menerima
berbagai tantangan dan tanggung jawab.
Dukungan komitmen dari luar seperti dukungan factor lingkungan perlu dimunculkan
baik dari unsure perangkat desa maupun dari para tokohj yang berada di lingkungan
mereka, agar semua bekerja dengan tenang dan senang hati.
27
Pada dasarnya pembagian tugas yang dilakukan setiap petugas, kader dan unsure
yang terlibat adalah merupakan serangkaian proses yang dilakukan secara bertahap
bukan pekerjaan yang sekali jadi karena pekerjaan ini langsung berhubungan
dengan membangun kesadaran orang lain.
2. Hal apa saja yang perlu disepakati : a. Siapa saja yang bertugas melakukan penyuluhan
b. Tempat pelayanan dimana
c. Jenis sarana dan prasarana apa saja yang diperlukan
d. Kapan Waktu pelaksanaan
e. Petugasnya siapa saja
f. Dukungan pembiayaan dari mana
g. Dan hal lain yang diperlukan
C. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan Konseling
1. Apa Yang Dilakukan PPKBD/Sub PPKBD Pada Kegiatan KIE dan Konseling ?
a. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) adalah komunikasi informasi dan
edukasi yang merupakan penyampain pesan secara langsung dan atau tidak
langsung dengan menggunakan berbagai saluran media cetak ,media elektronik
kepada penerima pesan untuk mendapatkan respon atau tanggapan apakah
penerima infromasi mampu memahami kemudian memberikan tanggapan
menolak menerima atau ragu-ragu. Dengan demikian KIE KB dan KS adalah
merupakan kegiatan terus menerus yang dilakukan oleh para kader, tokoh
masyarakat, tokoh agama, peserta KB dan seluruh komponen masyarakat yang
pedili terhadap KB serta informasi dari berbagai media yang dilakukan secara
terus menerus.
Seluruh kegiatan KIE ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan
kejelasan tentang manfaat menjadi peserta KB manfaat ikut kegiatan Bina
Keluarga manfaat ikut kegiatan UPPKS manfaat ikut kegiatan pendataan
keluarga, disampoing informasi tentang manfaat juga informasi tentang bahaya
nya jika tidak ber KB baik secara individu dan atau akibatnya terhadap
kelangsungan hidup Negara RI yang kita cintai ini. Termasuk bahayanya jika
penduduk terus bertambah dilain pihak lahan hidup tidak bertambah, agar
seluruh masyakat sadar dan secara terang benderang memahami KB dan
tergerak untuk menanyakan lebih jauh tentang KB dan berminat ber KB. JIka
sudah ber KB bukan berarti KIE selesai karena secara terus menerus mereka
harus di ayomi dibina baik secara psykhologis maupun secara medis sehinggga
yang bersangkitan merasa nyaman menjadi peserta KB. Dengan menjadi peserta
28
KB otomatis yang bersangkutan menjadi pionir yang sewaktu-waktu dapat
dijadikan penggerak keluarga dilingkungannya untuk ber KB.
Untuk para kader, peserta KB aktif, dapat melakukan KIE secara langsung tatap
muka bahkan secara akrab dapat langsung membicarakan KB tanpa ragu karena
mereka sudah biasa tatap muka. Kemudian bagi para tokoh agama, tokoh
masyarakat dapat memberikan pencerahan dan dukungan terhadap penggunaan
alat kontrasepsi secra kelompok melalui kelompok-kelom[pok binaannya selama
ini.
Dengan demikian tugas SKPD KB Kabupaten dan Kota adalah untuk
menyelenggarakan KIE yang sifatnya massa dengan memanfaatkan saluran
media yang ada di wilayah tersebut. Agar supaya KIE ini dapat berjalan mulus
tanpa ada hambatan maka diperlukan beberapa prinsip dasar dalam
penelaksanaannya yakni KIE siapapun yang melakukan harus 1)
memperlakukan klien secara ramah dan baik sopan santun dijaga dan tetap
menjujung tinggi adat istiadat setempat. 2) Sesulit apapun harus berusaha
memahami dan menerima keadaan klien ada adanya 3) berikan penjelasan
dengan tutur kata dan bahasa yang mudah dipahami tentang manfaat
,bahayanya tidak berKB dll termasuk menjelaskan apa adanya untung rugi dari
setiap jenis kontrasepsi. 4) akan lebih mudah dipahami jika menggunakan alat
perga yang menarik dan sesuai bentuk aslinya. 5) sesuaikan dengan kondisi
klien.
b. Konseling KB Pada dasarnya pelaksana atau pelaku konseling medis adalah petugas medis,
maksud dari konseling dan persetujuan tindakan medik adalah untuk mengenali
kebutuhan klien, membantu klien membuat pilihan yang sesuai dan memahami
tujuan dan risikoprosedur klinik terpilih.
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien
dengan petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi
terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang
dihadapi. Tujuan Konseling KB adalah membantu klien dalam hal menyampaikan
informasi dari pilihan pola reproduksi, memilih metode KB yang diyakini,
menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efekttif, memulai dan
melanjutkan KB, mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB
yang tersedia.
Prinsip konseling KB meliputi : percaya diri (confidentiality), tidak memaksa
(voluntary choice), informed consent, hak klien (client’s rigths) dan kewenangan
(empowerment). Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan
keuntungan kepada pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB.
Adapun keutungannya adalah klien dapat memilih metode kontrasepsi yang
sesuai dengan kebutuhannya, puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan
atau penyesalan, cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif,
membangun rasa saling percaya, menghormati hak klien dan petugas,
menambah dukungan terhadap pelayanan KB, menghilangkan rumor dan konsep
yang salah.
Hak Pasien sebagai calon maupun akseptor KB mempunyai hak sebagai berikut:
a) Terjaga harga diri dan martabatnya. b) Dilayani secara pribadi (privasi) dan
terpeliharanya kerahasiaan. c) Memperoleh informasi tentang kondisi dan
tindakan yang akan dilaksanakan. d) Mendapat kenyamanan
dan pelayanan terbaik. e) Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang
akan dilakukan. f) Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan.
Pelaksanaan Konseling KB antara lain: mendorong klien untuk mengajukan
pertanyaan; Menjadi pendengar aktif; Menjamin klien penuh informasi;
Membantu klien membuat pilihan sendiri. Peran Konselor KB dalam
Proses konseling adalah praktik pelayanan kebidanan terutama
ada pelayanan keluarga berencana, tidak terlepas dari peran konselor. Tugas
seorang konselor adalah sebagai berikut: Sahabat, pembimbing dan
memberdayakan klien untuk membuat pilihan yang paling sesuai dengan
kebutuhannya. Memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan akurat
tentang berbagai metode kontrasepsi yang tersedia. Membangun rasa saling
percaya, termasuk dalam proses pembuatan Persetujuan Tindakan Medik.
Ciri konselor yang efektif yaitu mampu memperlakukan klien dengan baik,
interaksi positif dalam posisi seimbang, memberikan informasi secara obyektif,
mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan. Mampu menjelaskan
berbagai mekanisme dan ketersediaan metode kontrasepsi. Membantu klien
mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan kondisinya.
2. Apa Maksud Dan Tujuan Kegiatan Penyuluhan dan Motivasi KB ?
Kegiatan penyuluhan dan motivasi Program KB Nasional bertujuan untuk :
a. Mendorong peningkatan kesertaan ber-KB . b. Mengajak PUS agar menjadi peserta KB c. Mengajak peserta KB ganti cara pada Rasional Efektif dan Efisien d. Mendorong peran serta dan kepedulian masyarakat untuk memberikan perhatian
kepada kesehatan dan keselamatan ibu dan keluarganya. e. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian keluarga terhadap kesehatan
reproduksidalam rangka membina keharmonisan keluarga. f. Meningkatkan ketahanan keluarga yang meliputi aspek keagamaan, pendidikan,
sosial budaya, cinta kasih dan perlindungan dalam rangka mewujudkan keluarga yang bahagia.
g. Menyebarluaskan wawasan pembangunan keluarga, untuk mewujudkan keluarga sejahtera
h. Mendorong keluarga agar mau dan mampu meningkatkan pendapatan keluarga melalui pemberdayaan ekonomi keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga sejahtera.
D. Pencatatan, Pendataan dan Pemetaan Sasaran
1. Bagaimana cara melakukan pencatatan kegiatan secara berkala?
Dengan melaksanakan pendataan keluarga yang dilakukan satu tahun sekali serta
membuat dan melakukan pemetaan sasaran (demografi, PUS dan lain sebagainya)
bersama PLKB/PKB. Disamping itu juga mampu memanfaatkan hasil pendataan dan
peta sasaran bagi kepentingan pembinaan di tingkat wilayahnya sebagai berikut :
a. Jenis data yang ada di RT/RW/Dusun
Dengan dilaksanakan pendataan keluarga atau pemutakhiran data keluarga
maka disetiap RT/RW dan Dusun tersedia data mikro keluarga hasil Pendataan
keluarga karena pendatyaan dilakukan untuk untuk memperoleh data dan
informasi kependudukan dan keluarga yang akurat, relevan, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Data dan informasi kependudukan dan keluarga terdiri
dari jenis data: data demografi; data keluarga berencana; data tahapan keluarga
sejahtera; dan data anggota keluarga.
Jenis data demografi menggambarkan keadaan anggota keluarga dari setiap
keluarga yangmeliputi , meliputi Kepala keluarga menurut jenis kelamin, Kepala
Keluarga menurut status pekerjaan, Kepala Keluarga menurut status perkawinan,
Kepala Keluarga menurut tingkat pendidikan, Keluarga mendapatkan kredit
mikro/bantuan modal, jumlah jiwa dalam keluarga menurut jenis kelamin, Jumlah
wanita usia subur, Jumlah jiwa dalam keluarga yang dirinci menurut kelompok
umur tertentu.
Sedangkan Jenis data keluarga berencana yang menggambarkan keadaan
keluarga tentang keserta KB meliputi Nama isteri dari pasangan usia subur,
Umur isteri dari pasangan usia subur, menurut kelompok umur, Peserta KB,
bukan peserta KB.
Jenis data tahapan keluarga sejahtera yang menggambarkan keadaan dan
tahapan kesejahteraan keluarga, meliputi : tahapan Keluarga Pra Sejahtera,
Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III dan Keluarga
Sejahtera III Plus. Untuk memperoleh data dan informasi kependudukan dan
keluarga yang akurat, relevan, dan dapat dipertanggung jawabkan, dilakukan
pendataan keluarga secara langsung melalui kunjungan rumah.
Pendataaan keluarga secara langsung melalui kunjungan rumah sebagaimana
dimaksud ayat (1) dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat secara
31
individu sebagai kader KB, kader Posyandu, kader Dasa Wisma/PKK, Karang
Taruna, Saka Kencana/Pramuka dan atau tokoh-tokoh masyarakat setempat,
maupun secara kelompok.
b. Mengolah data yang ada di RT/RW/Dusun
Kader disetiap RT/RW/Dusun dapat melakukan Pengolahan data dimaksudkan
untuk mendapatkan gambaran secara mudah dalam meneliti keadaan keluarga
yang ada di RT/RW/Dusun tersebut secara cepat dan sederhana. Dari data
demografi dapat diketahui berapa jumlah anggota keluarga berapa jumlah balita
dalam keluarga tersebut berdasarkan hasil pemutakhiran data secara cepat
Untuk mendapatkan gambaran informasi yang cepat tentunya laporan hasil
pemutakhiran data hendaknya lengkap sesuai dengan keadaan senyatanya jika
perlu perbaikian data dapat dilakukan setiap saat sesuai perubahan keadaan
keluarga yang bersangkutan di wilayah RT/RW/Dusun tersebut .
Gambar 9. Pendataan Keluarga
Dari data demografi dapat dipisah-pisahkan berapa keluarga yang punya balita,
berapa keluarga yang punya remaja dan berapa keluarga yang punya lansia dan
apakah yang bersangkutan sudah ikut kegiatan Bina keluarga , jika belum apa
kendala dan hambatannya. Sesuai dengan kondisi keluarga tersebut maka dapat
dicatat keluarga yang belum mengikuti atau belum menjadi anggota aktif di
kelompok kegiatan bina keluarga dan sekaligus keluarga tersebut menjadi
sasaran KIE untuk kegiatan Bina Keluarga.
Sedangkan Jenis data keluarga berencana yang menggambarkan keadaan
keluarga tentang keserta KB meliputi Nama isteri dari pasangan usia subur,
Umur isteri dari pasangan usia subur, menurut kelompok umur, Peserta KB,
Bukan peserta KB. Dapat dilakukan pengecekan mana yang sudah ber KB dan
mana yang belum termasuk kontrasepsi yang digunakan. Kesemuanya dicatat
dan dijadikan pegangan unytuk menetapkan sasaran pelayanan KB di
RT/RW/dusun tersebut dalam bulan berjalan. Data sasaran tersebut sekaligus
dijadikan bahan pertemuan koordinasi pelayanan di desa.
32
Kemudian dari data tahapan keluarga sejahtera yang menggambarkan keadaan
dan tahapan kesejahteraan keluarga, meliputi : tahapan Keluarga Pra
Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III
dan Keluarga Sejahtera III Plus. Dapat dilakukan pengecekan mana yang
termasuk keluarga pra sejahtera dan sejahtera I dan apakah keluarga tersebut
sudah mengikuti dan menjadi anggota kelompok UPPKS atau belum.
Kesemuanya dicatat dan dijadikan pegangan untuk menetapkan sasaran
pelayanan KIE kelompok UPPKS di RT/RW/dusun tersebut dalam bulan
berjalan. Data sasaran UPPKS tersebut sekaligus dijadikan bahan pertemuan
koordinasi pelayanan di desa.
a. Koordinasikan kegiatan KIE, penetapan sasaran dan pelayanan KB dan KS
Pertemuan antara unsure KIE/penyuluhan yang dilakukan oleh Kader atau
lainnya , dengan data sasaran milik kader dari hasil pengolahan data serta
denbgan unsure PLKB atau unsur pelayanan sangat diperlukan . Karena pada
dasarnya pertemuan tersebut adalah merupakan wahana untuk melakukan
evaluasi hasil kegiatan pelayananKB dan KS yang telah dilakukan bulan-bulan
sebelumnya, sebaiknya pertemuan ini dilakukan setiap bulan sekaligus dapat
dijadikan wahana kesepakan untuk menetapkan rencana kegiatan bulan depan.
Kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam pelayanan KB dan KS ini
sangat diperlukan agar setiap kegiatan yang dilakukan membawa hasil yang
maksimal .
E. Membantu Penyelenggaraan Kegiatan Pelayanan KB dan KS
1. Apa saja pelayanan kegiatan yang berkaitan dengan KB dan KS ?
a. Pendewasaan Usia Perkawinan, antara lain usia ideal bagi pria dan wanita untuk menikah, kesehatan reproduksi, Penanggulangan HIV/AIDs dan Penyakit Seks Menular lainnya, NAPZA dan lain sebagainya.
b. Pengaturan Kelahiran antara lain, pemakian alat kontrasepsi sesuai umur ibu, jumlah anak, jarak kelahiran dan umur anak terkecil.
c. Pembinaan Ketahanan Keluarga, antara lain melalui (BKB, BKR, BKL) d. Peningkatan Kesejahteraan Keluarga, Pemberdayaan Ekonomi Keluarga melalui
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
2. Bagaimana masyarakat mendapatkan pelayanan dasar program KB dan KS ?
a. PUS peserta KB dan Bukan peserta KB mendatangi Kader Pasangan Usia Subur(PUS ) peserta KB dan atau bukan peserta KB untuk
mendapatkan informasi yang jelas tentang prosedur mendapatkan pelayanan
maka diperlukan penyebarluasan informasi tentang prosedir pelayana KB .
Minimal telah mendapatkan penyuluhan dari peserta KB dilingkungannya , dari
pertemuan kelompom dari membaca Koran mendengarkan televise atau dari
manapun maka prosedur awal yang harus dilakukan peserta adalah mendatapi
33
Kader sub PPKBD (pembantu Pembina KB desa ) atau PPKBD Desa tentang
jenis pelayanan yang dikehendaki, tentunya tahapn ini harus disebarluaskan agar
masyarakat mudah memahami tahapan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;
b. Kader mencatat dan disesuaikan dengan data yang ada Persyaratan pelayanan,bidang KB dan KS tidak ada akan tetapi untuk menjadi
peserta KB harus pasangan suami istri yang mana usia istrinya antara 15 – 45
tahun sedangkan persyaratan teknis dan administratif tidak diperlukan untuk
mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya;
c. Merujuk ke klinik KB sesuai yang diinginkan Keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan
serta kewenangan dan tanggung jawabnya) di Klinik KB jelas serta Kedisiplinan
petugas pelayanan, menangani dengan sungguh-sungguh dalam memberikan
pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang
berlaku; pada dasarnya tanggung jawab petugas pelayanan, adalah kejelasan
wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan
penyelesaian pelayanan; kemudian kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat
keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/
menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;
3. Bagaimana melakukan bina kesertaan KB ?
PPKBD/Sub PPKBD memiliki keterbatasan pemahaman dan ketrampilan untuk
melaksanakan perannya terutama memahami dengan perubahan produk regulasi,
yang menjadi pedoman dalam menjalankan perannya .Kader dan kelompok KB yang
kurang efektif menjalankan peran dan fungsinya masih merupakan tugas yang harus
terus menerus didorong terutama dalam membina Pasangan Usia Subur agar tetap
terjaga baik yang ber KB maupun yang tadak ber KB. Tidak ber KB mungkin karena
Hamil, karena ingin anak segera, ingin anak di tunda atau sudah tidak menginginkan
anak lagi. Untuk melakukan pembinaan PUS tersebut tetap berprinsip pada
pemberdayaan warga, dan warga miskin dan kelompok kegiatan lainnya bukan
hanya perlu diterapkan pada proses perencanaan dan penganggaran pembangunan
mulai dari desa/kelurahan, kecamatan sampai kabupaten, akan tetapi juga pada
setiap proses-proses pelaksanaan pelayanan dasar.
Kemandirian PPKBD/Sub PPKBD memandang dan menempatkan PPKBD/Sub
PPKBD sebagai lembaga yang utuh. Di dalam PPKBD/Sub PPKBD terdapat
masyarakat atau warga, lembaga kemasyarakatan dan juga institusi pemerintah
desa; juga mengandung wilayah dan sektor-sektor pelayanan publik. Kemandirian
PPKBD/Sub PPKBD tentu tidak bisa hanya mencapai target masyarakat dengan
pendekatan sektoral, tetapi harus menyeluruh dan seimbang. Kemandirian
PPKBD/Sub PPKBD hendaknya mengutamakan warga, institusi pemerintahan Desa,
34
dan organisasi warga sebagai ujung tombak pelaksanaan pembangunan maupun
pelayanan dasar masyarakat. Kemandirian PPKBD/Sub PPKBD bukan sesuatu yang
parsial, harus melihat secara keseluruhan.
Upaya-upaya membina kesertaan KB yang dilakukan oleh PPKBD/sub PPKBD
pengendalian penduduk, KB-KR dan KS-PK (PPKBD dan Sub PPKBD) meliputi
pembinaan kesertaan KB dalam pengelolaan kegiatan, antara lain:
a. Menyalurkan alat kontrasepsi ulangan
b. Pendanaan kelompok melalui iuran, dan penjualan produksetempat.
c. Mendorong kemandirian kelompok kegiatan (Poktan) dalam pelayanan KB.
F. Rangkuman
Jika penyelenggaraan Program KKBPK menggunakan pendekatan tanpa PLKB/PKB
dan PPKBD /Sub PPKBD perlu dilakukan penguatan manajemen dibeberapa titik simpul
sistem antara lain : Pertama : Dengan menggunakan Standar Pelayanan Minimal ( SPM)
bahwa setiap Desa/Kelurahan wajib memiliki datamikro keluarga, jawabannya adalah
lakukan pendataan keluarga dengan optimal untuk mendapatkan data keluarga yang
valid. Kedua : Jika setiap RT/Dusun telah memiliki data sasaran penyuluhan dari hasil
pengolahan data pendfataan dan atau Mutasi Data Keluarga maka serta dengan unsur
PLKB atau unsur pelayanan sangat diperlukan. Langkah penggerakan PPKBD/Sub
PPKBD :
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan
2. Menjalin kerjasama dengan Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Generasi Muda, dan
lembaga kemasyarakatan lainnya yang ada di Desa
3. Melakukan evaluasi kegiatan Program KB dan dibawa pada pertemuan Desa.
KIE adalah komunikasi informasi dan edukasi yang merupakan penyampain pesan
secara langsung dan atau tidak langsung dengan menggunakan berbagai saluran media
cetak ,media elektronik kepada penerima pesan untuk mendapatkan respon atau
tanggapan apakah penerima infromasi mampu memahami kemudian memberikan
tanggapan menolak menerima atau ragu-ragu . Dengan demikian KIE KB dan KS adalah
merupakan kegiatan terus menerus yang dilakukan oleh para kader, tokoh masyarakat ,
tokoh agama , peserta KB dan seluruh komponen masyarakat yang pedili terhadap KB
serta informasi dari berbagai media yang dilakukan secara terus menerus. Konseling
adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien-petugas untuk
membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat
keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi Dengan
melaksanakan pendataan keluarga yang dilakukan satu tahun sekali serta membuat dan
melakukan pemetaan sasaran (demografi, PUS dan lain sebagainya) bersama
PLKB/PKB. Disamping itu juga mampu memanfaatkan hasil pendataan dan peta
sasaran bagi kepentingan pembinaan di tingkat wilayahnya sebagai berikut :
35
1. Jenis data yang ada di RT/RW/DUSUN, dan
2. Mengolah data yang ada di RT/RW/dusun.
Pertemuan antara unsur KIE/penyuluhan yang dilakukan oleh kader atau lainnya,
dengan data sasaran milik kader dari hasil pengolahan data serta denbgan unsur PLKB
atau unsur pelayanan sangat diperlukan. Karena pada dasarnya pertemuan tersebut
adalah merupakan wahana untuk melakukan evaluasi hasil kegiatan pelayanan KB dan
KS yang telah dilakukan bulan-bulan sebelumnya, sebaiknya pertemuan ini dilakukan
setiap bulan sekaligus dapat dijadikan wahana kesepakan untuk menetapkan rencana
kegiatan bulan depan . Kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam pelayanan
KB dan KS ini sangat diperlukan agar setiap kegiatan yang dilakukan membawa hasil
yang maksimal.
G. Latihan
1. Apakah mungkin penyelenggaraan Program KKBPK tanpa PKB/PLKB dan
PPKBD/Sub PPKBD ?
2. Apa saja langkah penggerakan PPKBD/Sub PPKBD ?
3. Kapan dilaksanakan pertemuan PPKBD /Sub PPKBD dengan PKB/PLKB ?
4. Apa yang dilakukaN PPKBD/sub PPKBD pada kegiatan KIE dan Konseling ?
5. Apa maksud dan tujuan kegiatan penyuluhan, motivasi KB ?
36
BAB V
P E N U T U P
Pemerintah wajib menyelenggarakan pelayanan dasar bidang KB dan KS sebagai upaya
penerapan pencapaian SPM Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di kabupaten dan
kota dimaksudkan agarpelaksanaan program Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
dapat dilaksanakan secara optimal, untuk mencapai tujuan pembangunan program KB
nasional yang telah di tetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2010-2014.
Mekanisme penyelenggaraan pelayanan dasar ini merupakan acuan bagi Kabupaten dan
Kota dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian secara
nasional pelaksanaan program KB di Kabupaten dan Kota. Selain itu diharapkanpedoman ini
dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah Kabupaten dan Kota khususnya SKPD yang
menangani bidang KB dan KS untuk mempercepat pencapaian pencapaian SPM Bidang
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten dan Kota.
Diharapkan melalui pembelajaran materi ini akan lebih banyak memandu Pembantu
Pembina KB desa dapat lebih terarah dan mengoptimalkan kemampuannya dalam mengabdi
pada Program Keluarga Berencana di wilayah tempat tinggalnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor
161, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5080).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten dan Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4741).
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Rencana Strategis
Pembangunan Kependudukan,Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
Tahun 2010-2014. Jakarta.
Peraturan Kepala BKKBN Nomor 157/PER/B5/2007 tentang Pedoman Tata Cara