Page 1
PROGRAM FEATURE BUDAYA SEBAGAI GIMIK
SIARAN DI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK (LPP)
DAERAH DALAM MELESTARIKAN NILAI
BUDAYA MINANGKABAU
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Penelitian Skripsi untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Rabiatul Adawiyah
NIM: 11170510000173
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1443 H/ 2021 M
Page 5
i
ABSTRAK
Rabiatul Adawiyah, “Program Feature Budaya sebagai Gimik
Siaran di Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Daerah dalam
Melestarikan Nilai Budaya Minangkabau”. Indonesia adalah negara yang memiliki keragaman
budaya. Masuknya nilai-nilai barat yang menumpang arus
globalisasi menjadi ancaman bagi budaya asli yang mencitrakan
lokalitas khas daerah-daerah yang ada di Indonesia. termasuk
budaya Minangkabau. Budaya Minangkabau saat ini terancam
karena budaya global yang lebih banyak diminati oleh
masyarakat, terkhusus generasi milenial. RRI sebagai media
pelestari budaya mempunyai peran penting sebagai sarana
edukasi atau pendidikan tentang nilai-nilai budaya Minangkabau.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana strategi produksi
LPP RRI Pro 1 Bukittinggi dalam menyiarkan feature bertema
Budaya Minangkabau dan apa faktor pendukung dan
penghambatnya? Bagaimana RRI Bukittinggi menjaga tradisi
Budaya Minangkabau dengan menjadikan feature sebagai gimik
siaran?
Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan
metode deskriptif analisis. Yaitu metode penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik tertulis atau
lisan. Subjek dalam penelitiannya ialah pihak internal RRI
Bukittinggi dan objek penelitiannya yaitu feature bertema budaya
Minangkabau sebagai gimik siaran di RRI Pro 1 Bukittinggi.
Teknik pengumpulan data yakni wawancara dan dokumentasi.
Penelitian ini menggunakan teori strategi produksi siaran
radio menurut Morissan yang membahas mulai dari tahap
perencanaan, produksi, sampai ke tahap evaluasi siaran feature
sebagai gimik. Dalam memproduksinya tiga proses yang
difokuskan yaitu pada proses produksi, proses penulisan, dan
proses penyiaran.
Feature bertema budaya Minangkabau yang dijadikan
gimik siaran mampu menjaga tradisi di Minangkabau yang mulai
terlupakan, serta dapat melawan imperialisme budaya. Informasi
yang diangkat sangat menarik dan dapat menjadi bahan edukasi.
Kata kunci: Strategi Produksi, Gimik, Feature, Budaya
Minangkabau, RRI Bukittinggi.
Page 6
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah
SWT pencipta alam semesta, yang selalu melimpahkan rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Program Feature Budaya
sebagai Gimik Siaran di Lembaga Penyiaran Publik (LPP)
Daerah dalam Melestarikan Nilai Budaya Minangkabau”.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya dari zaman
kegelapan sampai zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada orang
tua penulis yaitu Drs. Mawardi dan Syahniar, S.Ag, beserta adik-
adik penulis yaitu Hasby Khairi dan Khairatunnisa yang sangat
berperan penting dalam kehidupan penulis. Yang memberikan
seluruh kasih sayang, doa, dukungan, semangat sehingga penulis
terus berusaha untuk menggapai cita-cita. Semoga Allah selalu
memberikan kita semua kesehatan, rezeki dan ridho-Nya.
Selama penelitian, penulisan dan penyelesaian skripsi ini
penulis menyadari banyak mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc.,
MA sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Page 7
iii
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Suparto, M.Ed., Ph.D; Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dr. Siti Napsiah, MSW; Wakil Dekan II
Bidang Administrasi, Dr. Sihabudin Noor, M.Ag;
serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Cecep
Castrawijaya, M.A.
3. Ketua Program Studi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si
dan Sekretaris Program Studi Jurnalistik, Dra. Hj.
Musfirah Nurlaily, M.A.
4. Dr. Ismail Cawidu, M.Si sebagai Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing, mengarahkan dan
membantu penulis selama menjadi mahasiswa.
5. Dr. Rubiyanah, MA sebagai Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah bersedia membimbing penulis dari
awal hingga akhir penyelesaian penulis skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Program Studi Jurnalistik yang telah
memberikan pelajaran, pengalaman, dan pengarahan
kepada penulis selama masa perkuliahan.
7. Seluruh pihak RRI Bukittinggi, terkhusus Darwyta
Roza, S.Hum., Aldila Safitri, S.Hum., Rismaniar,
S.Sos selaku narasumber narasumber dari program
feature bertema budaya Minangkabau sebagai gimik
siaran, terima kasih atas bantuannya sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
8. Nila Aulia Khairunnisa, Wardha Hayati Khailia,
Winda Fahira dan sahabat-sahabat penulis lainnya
yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, selalu ada
Page 8
iv
disaat suka maupun duka, selalu memberikan
motivasi, semangat dan do’anya.
9. Teman-teman seperjuangan di Jurnalistik 2017 yang
telah memberikan banyak kenangan dan pelajaran
serta doa dan semangat kepada penulis selama masa
perkuliahan.
10. Kelurga besar KMM, LAPMI, dan LSMI Cabang
Ciputat yang menjadi rumah kedua bagi penulis,
tempat penulis berproses untuk menjadi insan yang
lebih baik, terima kasih telah memberikan pengalaman
berharga.
Penulis menyadari sebagai manusia biasa yang memiliki
kekurangan dan kelemahan. Begitupun dengan skripsi ini yang
masih banyak yang harus diperbaiki dan diperbaharui, oleh
karenanya kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis
harapkan. Penulis juga berharap skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca. Aamiin.
Jakarta, 14 Desember 2021
Rabiatul Adawiyah
Page 9
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................... viii
DAFTAR TABEL ..................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah ............................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................. 8
D. Tinjauan Pustaka .................................................... 10
E. Metode Penelitian .................................................. 13
F. Sistematika Penulisan ............................................ 17
BAB II LANDASAN TEORI ................................................ 19
A. Media Penyiaran Radio .......................................... 19
1. Pengertian Media Radio .................................... 19
2. Karakteristik Radio ........................................... 20
3. Radio dalam Menjaga Tradisi ........................... 22
B. Gimik Siaran Radio ............................................... 23
1. Pengertian Gimik .............................................. 23
2. Macam-macam Gimik Siaran ........................... 25
3. Jadwal Gimik Siaran ......................................... 26
C. Feature ................................................................... 27
1. Pengertian Feature ............................................ 27
Page 10
vi
2. Feature Bertema Budaya .................................. 29
a. Minangkabau di Era Globalisasi .................. 29
D. Strategi Produksi Siaran Feature Radio ................ 33
1. Perencanaan Siaran ........................................... 34
2. Produksi Siaran ................................................. 34
3. Evaluasi Siaran .................................................. 35
E. Tahapan Produksi Siaran Feature .......................... 35
1. Proses Produksi Feature ................................... 36
2. Proses Penulisan Feature .................................. 38
3. Proses Penyiaran Feature .................................. 41
BAB III GAMBARAN UMUM LPP RRI BUKITTINGGI 45
A. Gambaran Umum LPP RRI ................................... 45
B. Prinsip Lembaga Penyiaran Publik ........................ 46
C. Visi dan Misi .......................................................... 46
D. Tugas Pokok LPP RRI ........................................... 49
E. Peran-Peran LPP RRI ............................................ 50
F. Logo ....................................................................... 53
G. Sejarah dan Profil LPP RRI Bukittinggi ................ 55
H. Lokasi LPP RRI Bukittinggi .................................. 57
I. Struktur Organisasi LPP RRI Bukittinggi ............. 57
J. Tim Produksi Feature LPP RRI Bukittinggi ......... 61
BAB IV DATA DAN TEMUAN LAPANGAN ..................... 63
A. Proses Produksi Feature ........................................ 64
B. Proses Penulisan Feature ....................................... 68
C. Proses Penyiaran Feature ...................................... 73
Page 11
vii
D. Gimik siaran RRI Pro 1 Bukittinggi ...................... 76
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI ......................... 88
A. Strategi RRI Bukittinggi menjadikan Feature
Bertema Budaya Minangkabau sebagai Gimik
Siaran ..................................................................... 92
B. RRI Bukitinggi dalam Menjaga Tradisi Budaya
Minangkabau ....................................................... 105
BAB VI PENUTUP ............................................................... 110
A. Kesimpulan .......................................................... 110
B. Implikasi .............................................................. 111
C. Saran .................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 114
LAMPIRAN
Page 12
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Kerangka Berfikir................................................... 44
Gambar 3.1: Logo RRI Bukittinggi ............................................ 53
Gambar 3.2: Struktur RRI Bukittinggi ........................................ 57
Gambar 5.1: RRIPlay.Go ............................................................ 89
Gambar 5.2: Instagram dan Facebook RRI Bukittinggi ............. 90
Page 13
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1: Naskah Pembukaan Feature ...................................... 69
Tabel 4.2: Naskah Isi Feature ..................................................... 70
Tabel 4.3: Naskah Penutup Feature ............................................ 72
Tabel 4.4: Format Siaran Feature bertema Budaya Minangkabau
..................................................................................................... 74
Tabel 4.5: Feature bertema budaya Minangkabau sebagai gimik
siaran di Pro 1 sebagai RRI Bukittinggi ...................................... 76
Tabel 4.6: Susunan Daftar Acara Siaran (DAS) Harian RRI
Bukittinggi .................................................................................. 79
Tabel 5.1: Penggunaan Bahasa pada Naskah Feature ................ 97
Tabel 5.2: Penggunaan Kalimat Pepatah/Pribahasa Minangkabau
..................................................................................................... 99
Page 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan nilai-nilai
yang memberi andil sangat besar bagi pembentukan jati
diri serta proses regenerasi bangsa. Masuknya nilai-nilai
barat yang menumpang arus globalisasi tentunya menjadi
ancaman bagi budaya asli yang mencitrakan lokalitas khas
daerah-daerah yang ada di Indonesia. Seperti hilangnya
nilai-nilai budaya, sifat kekeluargaan, gotong royong,
kehilangan kepercayaan diri, dan banyak pemuda-pemudi
yang terpengaruh dalam kehidupan sehari-harinya, seperti
mengikuti gaya berpakaian, pergaulan, dan gaya hidup
kebarat-baratan.1
Budaya konvensional yang menempatkan
keramah-tamahan, toleransi, dan penghormatan kepada
yang lebih tua lama-lama dapat dihilangkan oleh
pergaulan bebas dan sikap individualistik yang dibawa
oleh arus globalisasi.2 Dengan demikian, kesalahan
masyarakat dalam merespon globalisasi bisa berakibat
pada lenyapnya nilai-nilai budaya lokal yang telah
ditanamkan oleh nenek moyang kita dahulu.
1 PPMI Arab Saudi, “Lunturnya Budaya Indonesia”,
https://ppmiarabsaudi.ppi.id/lunturnya-budaya-indonesia/ , diakses pada 18
Oktober 2020 2 A. Safril Mubah, 2011, Strategi Meningkatkan Daya Tahan Budaya
Lokal dalam Menghadapi Arus Globalisasi, Volume 24 Nomor 4
Page 15
2
Mempersiapkan semangat nasionalisme generasi penerus
bangsa dalam menjaga eksistensi budaya daerah menjadi
tantangan yang harus dihadapi bangsa di era globalisasi.
Minangkabau adalah salah satu etnis yang ada di
Indonesia tepatnya di daerah Sumatera Barat. Masyarakat
Minangkabau memiliki filosofi yang menjadi pegangan
dalam kehidupan yakni "Adat Basandi Syarak, Syarak
Basandi Kitabullah". Nilai adat dan agama di
Minangkabau bertujuan untuk menciptakan keharmonisan
dalam kehidupan masyarakat. Dengan memperkuat dan
merevitalisasi nilai-nilai adat dan agama diyakini dapat
membendung berbagai pengaruh yang bertentangan
dengan nilai adat istiadat.3
Budaya Minangkabau saat ini bisa saja terancam
karena budaya global (global culture) yang lebih banyak
diminati masyarakat Minangkabau, termasuk generasi
milenial. Fenomena yang sering ditemukan saat ini adalah
rendahnya minat generasi penerus dalam mempelajari
nilai-nilai adat Minangkabau.4 Sedangkan dalam kultur
masyarakat Minangkabau, terdapat falsafah tigo tungku
sajajaran atau tigo tali sapilin, yang mana peranannya
diwakili oleh alim ulama cadiak pandai, niniak mamak,
3 Sumbarprov.go.id, “Pemahaman Generasi Minang Terhadap Nilai
Adat Kian Lapeh”, https://sumbarprov.go.id/home/news/18680-pemahaman-
generasi-minang-terhadap-nilai-adat-kian-lemah.html , diakses pada 16 Mei
2020, pukul 13:36 WIB 4 Nizwardi Junalius dkk, 2018, Peran Niniak Mamak dalam
Melestarikan Adat Istiadat Minangkabau Ditengah Arus Globalisasi: Studi
Kasus di Nagari Parambahan dan Nagari Labuah
Page 16
3
dan bundo kanduang. Tentunya tiga peranan tersebut tidak
akan hilang karena merupakan suatu kekuatan formal
pada masyarakat Minangkabau yang memegang sistim
garis keturunan matrilineal (garis keturunan ibu).5 Butuh
generasi muda saat ini yang akan menjadi penerus
peranan tersebut.
Di zaman serba modern ini tradisi masyarakat
Minangkabau perlahan-lahan menghilang seperti pergi
belajar ke surau, petatah petitih, kesenian minang, dan
nilai-nilai budaya pada peraturan Sumbang Duo Baleh
bagi perempuan. Sangat disayangkan seharusnya tradisi
ini masih ada sampai sekarang tetapi karena kecanggihan
teknologi mereka lebih memilih menutup mata dan
mengabaikan apa yang sudah menjadi tradisi dari nenek
moyang kita.6
Fenomena dari efek globalisasi telah banyak
membuat masyarakat lupa akan nilai-nilai budaya yang
telah ditanamkan oleh nenek moyang. Perlu sebuah upaya
agar Budaya Minangkabau mampu dilestarikan di tengah
ancaman global yang semakin kuat. Salah satunya dengan
meningkatkan peran dan fungsi media massa sebagai
media edukasi kepada generasi selanjutnya. Termasuk
5 Tengku Rika Valentina dan Roni Ekha Putera, 2007, Posisi
Perempuan Etnis Minangkabau dalam Dunia Patriarki Sumatera Barat dalam
Perspektif Agama, Keluarag dan Budaya, Vol. VI No. 2 6 Komasiana, “Gawat, Tradisi dan Budaya di Minangkabau Hampir
Punah”,
https://www.kompasiana.com/muthia75285/6045f288e32c4767bb12d1b2/gaw
at-tradisi-dan-budaya-di-Minangkabau-hampir-punah , diakses pada 8 Maret
2021, pukul 16:48 WIB
Page 17
4
media elekronik radio. Meskipun radio dikenal sebagai
media tertua, namun radio terus berkembang di antara
pesatnya kemajuan zaman. Eksistensinya saat ini masih
bertahan dan masih banyak digemari masyarakat.7 Hal itu
karena karakternya yang akrab, personal, hangat,
sederhana, fleksibel dan dapat menjangkau banyak
audiens dengan cepat karena memungkinkan orang-orang
berinteraksi satu sama lain, radio lebih mudah dari pada
televisi atau koran.
Radio yang tetap konsisten dalam melaksanakan
program kebudayaan ialah Radio Republik Indonesia
(RRI). Seluruh RRI se Indonesia mempunyai peran
sebagai pelestari budaya bangsa. Maka semua RRI
diwajibkan untuk menyelenggarakan siaran yang
bertemakan tentang kesenian dan budaya daerah masing-
masing seperti siaran wayang golek, budaya jawa, budaya
melayu, budaya minang, budaya bugis, dan budaya
daerah-daerah lainnya.8 Dalam merealisasikan peran
tersebut RRI ditiap daerah diwajibkan mengirim produk
siaran dalam bentuk feature yang bertema kebudayaan
dan nantinya akan disiarkan pada kanal kebudayaan di Pro
4 RRI Pusat. Selain itu siaran feature bertema budaya
7 Mnews, “Ini Alasan Radio Masih Ngehits hingga Kini”,
https://www.minews.id/gaya-hidup/ini-alasan-radio-masih-ngehits-hingga-
kini#, diakses pada 11 September 2020, pukul 19:40 WIB 8 Rri.co.id, “Profil LPP RRI”, https://rri.co.id/profil , diakses pada 1
April 2021, pukul 20:30 WIB
Page 18
5
tersebut juga disiarkan RRI Bukittingi sebagai gimik
siaran.
Feature merupakan berita fakta yang dikemas
semenarik mungkin yang merujuk pada kaedah bahasa
jurnalistik. Feature bertema budaya ini diproduksi oleh
RRI bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang
budaya agar bisa dikenal masyarakat luas dan dapat
dipertahan di tengah pengaruh globalasasi ini. Feature
tersebut disiarkan di Pro 1 Bukittinggi FM 94.8, sebagai
gimik siaran. Gimik siaran diproduksi RRI Bukittinggi
dengan variasi yang khas dan menarik, agar disenangi dan
didengar oleh masyarakat. Feature bertema kebudayaan
ini termasuk salah satu gimik siaran yang diproduksi
untuk menarik pertahatian masyarakat untuk lebih
mengenal budaya.
Pentingnya menarik perhatian khalayak bagi
Radio RRI bukit tinggi, tidak sekedar ingin
mempertahankan jumlah pendengar, namun ada motif
budaya dan kebangsaan. RRI sebagai radio milik bangsa
menjadi salah satu gerbang saluran informasi untuk
menjaga nilai kebangsaan. Nilai kebangsaan, termasuk
nilai budaya trasidional menjadi aset penting untuk dijaga
dalam era globalisasi yang sarat dengan modernisasi.
Bukan hal baru bahwa hadirnya modernisasi telah
membawa kemajuan sekaligus kekhawatiran atas
tereduksinya nilai-nilai tradisional.
Page 19
6
Media merupakan salah satu sarana efektif dalam
menyebarkan paham modern ke masyarakat. Akibatnya,
tidak sedikit masyarakat tradisional yang tidak lagi
mengenali budayanya, bahkan semakin menjauh dari
nilai-nilai tradisional yang signifikan dalam
mempertahankan sistem sosial masyarakat.
Kehadiran program feature bertema budaya
Minangkabau hadir sebagai gimik siaran merupakan salah
satu cara RRI Bukittinggi untuk mengatasi maraknya
budaya modern saat ini. Dengan adanya feature sebagai
gimik siaran ini dipercaya dapat mengusung budaya-
budaya luar seperti budaya barat, kpop, atau budaya yang
terjadi karena proses akulturasi yang mana dapat
memberikan pengaruh besar bagi gaya hidup masyarakat
dan dapat menggerus budaya asli itu sendiri.
RRI Bukittinggi memiliki segmen pendengar
dengan target semua kalangan, dan target audien seluruh
bangsa Indonesia dengan pemaduan konsep musik,
hiburan, budaya dan religi. Jangkauan RRI Bukittinggi di
Sumatera Barat meliputi 7 daerah di Sumatera Barat,
termasuk daerah asal mula Budaya Minangkabau. RRI
Bukittinggi saat ini siarannya dapat dijangkau seluruh
Indonesia karena dapat diakses melalui RRIPlay.GO dan
webside https://rri.co.id/bukittinggi.
Selain jangkauan RRI yang sangat luas dibanding
radio lokal lain, ketertarikan penulis untuk meneliti RRI
Bukittinggi ini yaitu karena mendengarkan feature-feature
Page 20
7
yang bertema kebudayaan seperti Sumbang Duo Baleh,
Saluang, Rumah Gadang, Maanta Pabukoan, dan lainnya
yang disiarkan pada Pro 1 Bukittinggi dan disiarkan juga
kanal budaya di Pro 4 RRI Pusat. Hal tersebut yang tidak
penulis jumpai pada siaran radio lainnya. RRI
merealisasikan perannya sebagai media pelestari budaya
bangsa, salah satunya dengan memprodukdi feature. Hal
ini sekaligus menjawab keresahan penulis karena efek
globalisasi yang menyebabkan melemahnya nilai Budaya
Minangkabau. Dengan adanya feature ini penulis
meyakini dapat mengedukasi masyakarakat Minangkabau
tentang kebudayaan yang telah ditanamkan oleh nenek
moyangnya.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti
lebih lanjut terkait strategi produksi feature bertema
Budaya Minangkabau sebagai gimik siaran di RRI Pro 1
Bukittinggi sebalum diterima masyarakat luas. Penulis
mengambil judul “Program Feature Budaya sebagai
Gimik Siaran di Lembaga Penyiaran Publik (LPP)
Daerah dalam Melestarikan Nilai Budaya
Minangkabau”.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan
masalah agar penelitian ini lebih terfokus pada apa
yang benar-benar menjadi objek penelitian dan juga
Page 21
8
untuk menghindari meluasnya pembahasan. Fokus
penulis ini ialah pada strategi produksi feature yang
bertema Budaya Minangkabau sebagai gimik siaran.
Penulis mengambil feature yang disiarkan RRI
Bukittinggi sebagai gimik siaran dari Januari-Juli
2021. Saat ini ada 30 feature yang bertema Budaya
Minangkabau yang diproduksi, namun penulis
berfokus pada 5 tema feature yang sering disiarkan di
Pro 1 RRI Bukittinggi.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, ialah:
a. Bagaimana strategi produksi LPP RRI Pro 1
Bukittinggi dalam menyiarkan feature bertema
Budaya Minangkabau dan apa faktor pendukung
dan penghambatnya?
b. Bagaimana RRI Bukittinggi menjaga tradisi
Budaya Minangkabau dengan menjadikan feature
sebagai gimik siaran?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah:
a. Untuk mengetahui strategi produksi RRI
Bukittinggi dalam menyiarkan feature yang
bertema Budaya Minangkabau serta faktor
penghambat dan pendukungnya.
Page 22
9
b. Untuk mengetahui cara RRI Bukittinggi menjaga
tradisi Budaya Minangkabau dengan menjadikan
feature sebagai gimik siaran.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dibidang Jurnalistik Radio, terkhusus
strategi produksi feature bertema kebudayaan
Minangkabau. Diharapkan juga dapat nambah
wawasan tentang budaya minang dalam feature
yang disiarkan RRI Bukittinggi. Serta diharapkan
dapat menambah bahan referensi dan informasi di
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Manfaat Praktis
Penulis berharap penelitian ini dapat
memberikan edukasi dan menambah wawasan
bagi pembaca tentang media penyiaran radio,
terkhusus pada LPP RRI Bukittinggi. Penelitian
ini juga diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi
pembelajaran untuk lebih mengenal keragaman
kebudayaan di tanah air kita ini, salah satunya
Budaya Minangkabau.
Page 23
10
D. Tinjuan Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis terlebih dahulu
melakukan tinjauan pustaka pada skripsi-skripsi
terdahulu. Berikut beberapa tinjauan pustaka yang
menjadi rujukan penulis, yaitu:
1. Skripsi dengan judul "Strategi RRI dalam Mengemas
Program Pappasangta' untuk Menaraik Minat
Pendengar Kalangan Muda di Programa 4 RRI
Makasar" oleh Qyswanty Ruslia. Mahasiswi Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan
Komunikasi di UIN Alauddin Makasar pada tahun
2019.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
dengan pendekatan penelitian yang digunakan ialah
komunikasi massa. Pada penelitian ini, yang menjadi
persamaannya ialah, sama-sama membahas tentang
strategi RRI dalam mengemas programnya.
Sedangkan yang menjadi perbedaannya terletak pada
fokus pembahasan dan objek penelitian. Penelitian di
atas lebih terfokus pada bagaimana strategi RRI
Makasar dalam program pappasangta’ untuk menarik
minat pendengar di kalangan muda, dan disisi lain
peneliti lebih terfokus pada strategi RRI Bukittinggi
dalam semua program yang berunsur Budaya
Minangkabau.
2. Skripsi dengan judul "Strategi Produksi Siaran Suara
Publik di Lembaga Penyiaran Publik TVRI Sulawesi
Page 24
11
Selatan" oleh Muh. Fajar. Mahasiswa Jurusan
Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi di UIN
Alauddin Makasar pada tahun 2019.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan penelitian yang digunakan
menggunkan dua prespektif, yaitu pendekatan
metodologi dan pendekatan keilmuan. Pada
penelitaian ini, yang menjadi persamaannya ialah,
sama-sama membahas tentang strategi produksi.
Sedangkan yang menjadi perbedaannya terletak pada
fokus pembahasan dan objek penelitian. Penelitian di
atas lebih terfokus pada bagaimana strategi produksi
siaran suara publik di TVRI Sulsel, dan disisi lain
peneliti lebih terfokus pada strategi produksi feature
yang bertema Budaya Minangkabau di RRI
Bukittinggi.
3. Skripsi dengan judul "Analisis Produksi Siaran Spirit
In The Morning di Radio 104.2 MS Tri FM" oleh Sri
Dewi Rahmadianti. Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2010.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode analisis deskriptif. Pada penelitaian
ini, yang menjadi persamaannya metode penelitian.
Sedangkan yang menjadi perbedaannya terletak pada
fokus pembahasan dan objek penelitian. Penelitian di
atas lebih terfokus pada bagaimana analisis produksi
Page 25
12
siaran Spirit In The Morning di radio 104.2 MS Tri
FM, sedangkan fokus penulis ialah di Strategi
produksi feature yang bertema Budaya Minangkabau
di RRI Bukittinggi.
4. Jurnal dengan judul “Peranan Niniak Mamak dalam
Melestarikan Adat Istiadat Minangkabau Ditengah
Arus Globalisasi: Studi Kasus di Nagari Parambahan
dan Nagari Labuah”. Karya Nizwardi Jalinus, Fahmi
Rizal, Nofri Helmi dan Youmil Abrian pada tahun
2018. Jurnal ini menjelaskan tentang perkembangan
globalisasi yang memberikan efek yang bertambak
kepada masyarakat. Hal ini menjadi ancaman bagi
salah satunya di bidang kebudayaan, terutama di ranah
Minangkabau. Rendahnya minat pemuda-pemudi
setempat dalam belajar dan mendalami nilai-nilai
menjadi salah satu alasan penelitian ini. Metodologi
yang digunakan merupakan hasil pengamatan
lapangan langsung.
5. Jurnal dengan judul “Perempuan Minangkabau dari
Konsepsi Ideal-Tradisional, Modernisasi, sampai
Kehilangan Identitas”. Karya Wendi Ahmad Wahyudi
pada tahun 2015. Dalam jurnal ini membahas tentang
perempuan Minangkabau dari segi kedudukannya di
ranah minang, peraturan yang harus ditaati perempuan
minang, dan membahas tentang mulai hilangnya
identitas sebagai perempuan minang.
Page 26
13
E. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan suatu cara pandang untuk
memahami kompleksitas dunia nyata. Menurut
Mulyana, paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi
para penganut dan praktisnya: Paradigma menunjukan
kepada mereka apa yang penting, absah, dan masuk
akal.9
Penelitian ini menggunakan paradigma
kontruktivis yang fokus pada wacana berupa
pelestarian budaya sebagai hasil dari konstruksi dalam
siaran radio. Paradigma ini menempatkan posisi
peneliti setara dengan subjeknya bahkan sebisa
mungin masuk serta memahami bentuk suatu
kontruksi yang dilakukan dalam suatu penelitian.
2. Metode Penelitian
Penulis dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif
analisis. Penelitian deskriptif ialah suatu penelitian
konseptual yang menjadikan manusia sebagai
instrumen dan disesuaikan dengan situasi yang wajar
dalam kaitannya dengan pengumpulan data pada
umumnya bersifat kualitatif. Bogdan dan Taylor
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
mekanisme penelitian yang menghasilkan data
9 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: 2003),
hal. 9
Page 27
14
deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh
peneliti.10
Penelitian ini tidak menggunakan angka
dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan
penafsiran terhadap hasil penelitian.11
Metode ini digunakan penulis karena penulis lebih
memanfaatkan landasan teori sebagai pemandu agar
fokus penelitian sesuai fakta dilapangan. Landasan
teori ini juga bermanfaat untuk memberikan gambaran
umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan
pembahasan hasil penelitian. Dengan menggunakan
metode ini tujuan penelitian tersampaikan untuk
mendeskripsikan serta menginterpretasikan terkait
strategi produksi feature yang bertema Budaya
Minangkabau sebagai siaran gimik di RRI
Bukittinggi.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Radio Republik
Indonesia (RRI) Bukitinggi Jl. M. Yamin No.199, Aur
Kuning, Kec. Aur Birugo Tigo Baleh, Kota
Bukittinggi, Sumatera Barat.
10
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Rosda, 2002), hal. 3 11
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi,
(Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006), hal. 41
Page 28
15
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini yaitu pihak internal
Radio Republik Indonesia (RRI) Bukittinggi yang
terlibat dalam produksi feature yang bertema Budaya
Minangkabau diantaranya produser, penulis feature,
dan narator. Sedangkan yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah feature bertema Budaya
Minangkabau sebagai gimik yang disiarkan oleh RRI
Bukittinggi.
5. Sumber Data
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui
sumber suara (penyiar) yang disiarkan oleh Radio
Republik Indonesia (RRI) Bukittinggi, yaitu
berupa feature bertema Budaya Minangkabau.
b. Data sekunder, yaitu data yang didapat peneliti
dari produser, penulis feature serta narator di RRI
Bukittinggi yang diminta untuk membantu penulis
dalam penelitian ini, untuk memberi pandangan
terhadap objek yang diteliti dan juga dari studi
kepustakaan.
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data dalam penelitian ini,
penulis akan mengumpulkan data menggunakan
teknik-teknik sebagai berikut:
Page 29
16
a. Wawancara (Interview), merupakan metode
pengumpulan data dengan cara peneliti
bertanya langsung dengan narasumber atau
responden. Wawancara dilakukan dengan
produser (Kasi Siaran), penulis feature,
narator, dan pendengar RRI Bukittinggi.
Metode wawancara ini akan dilakukan secara
terstruktur. Wawancara tersrtuktur sering
juga disebut wawancara baku (standardized
interview) yang susunan pertanyaannya sudah
ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis)
dengan pilihan-pilihan jawaban yang juga
sudah disediakan.12
b. Dokumentasi, ialah data yang diperoleh berupa
fakta yang didapat dari arsip foto, rekaman
siaran, dan dokumen-dokumen penting yang
berhubungan dengan penelitian. Dokumen
yang dimaksud ialah yang didapat dari tempat
penelitian.
7. Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh kemudian akan
dikumpulkan, diolah dan dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif. Adapun langkah-
12
Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda.
2006), hal. 120
Page 30
17
langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu:
a. Proses pengumpulan data. Peneliti akan
mengumpulkan semua data yang diperoleh
dengan beberapa cara, yaitu wawancara dan
dokumentasi.
b. Proses reduksi data. Peneliti akan membaca
data-data yang diperoleh kemudian
digabungkan menjadi bahan tulisan.
c. Proses penyajian data. Data yang sudah sesuai
dengan tema pembahasan diuraikan, di
deskripsikan, diasumsi hingga menjadi sebuah
tuliasan ilmiah dengan kalimat yang padu.
d. Kesimpulan. Setelah semuanya selesai barulah
bisa ditarik kesimpilan dari semua yang telah
dibahas.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian disusun secara sistematis sesuai
pedoman penulisan karya tulis ilmiah (skripsi, tesis, dan
disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti akan
membagi pembahasan skripsi ini dalam lima Bab dan di
masing-masing bab terdiri dari Sub Bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari Latar belakang Masalah, Batasan
dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Page 31
18
Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini terdiri dari landasan teori yang terkait dengan
penelitian.
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Pada bab ini terdiri dari gambaran umum LPP RRI,
prinsip, visi dan misi, tugas pokok, peran, sejarah dan
profil Radio Republik Indonesia (RRI) Bukittinggi.
BAB IV DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
Pada bab ini terdiri dari hasil temuan lapangan yang telah
diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan
narasumber dan dokumen RRI Bukittinggi yang
dipaparkan secara deskriptif.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI
Pada bab akan memaparkan hasil dari penelitian yang
dilakukan, yaitu analisis data dari sumber yang telah
dikumpulkan. Pada bab ini mengaitkan latar belakang,
teori dan rumusan masalah.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan, implikasi dan saran dari
peneliti.
Page 32
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Media Penyiaran Radio
1. Pengertian Media Radio
Media merupakan alat penghubung terjadinya
komunikasi massa. Media eletronik salah satunya.
Sama seperti halnya media cetak, media eletronik pun
juga mengalami pasang surut. Baik itu televisi
ataupun radio. Radio merupakan salah satu media
elektronik yang sempat merakyat. Radio di Indonesia
sempat mengalami pasang surut sesuai perkembangan
pemerintahan Indonesia. Dengan menggunakan
media radio, khalayak dapat menerima informasi
yang disampaikan melalui komunikasi massa.
Radio menjadi media informatif yang efektif dan
juga sangat menghibur dan berguna bagi khalayak.
(Margono, 2017:9). Sedangkan menurut Ulya (2019:
27) radio merupakan salah satu media massa yang
berbentuk suara atau audio yang dikonsumsi oleh
telinga khalayak serta efektif dalam penyampaian
informasi.
Radio adalah media massa yang paling cepat dan
luas jangkauannya. “it’s everywhere”, tulis Tuggle
dkk (2001:73). Khalayak dapat mendengar radio di
mana saja dan kapan saja, disaat televisi tak bisa
ditonton dan surat kabar tak bisa dibaca, radio
Page 33
20
menjadi salah satu medium yang banyak dicari
khalayak saat peristiwa besar terjadi.1
Radio Sama halnya dengan media massa lain
mempunyai fungsi. Seperti yang diungkapakan oleh
Effendy, bahwa radio siaran mempunyai 4 fungsi
sebagai berikut, yaitu fungsi penerangan, fungsi
pendidikan, fungsi hiburan dan sarana propaganda.2
Radio merupakan suatu medium komunikasi,
dimana pesan berupa suara diubah menjadi sinyal
suara, dipancarkan dari satu sumber (a sender)
dengan antene pemancar, tanpa perangkat kabel,
melalui gelombang elektro maknetik, kemudian
diterima oleh antene penerima, pada pesawat
penerima (a receiver), yang mengubah sinyal suara
menjadi berupa suara kembali.3
2. Karakteristik Radio
Radio mempunyai cara tersendiri dalam
mengemas pesan atau isi yang akan disampaikannya.
Mulai dari gaya bahasa radio (kata-kata lisan),
musik/lagu, efek suara, yang menjadi identitas sebuah
stasiun radio dalam menyajikan program-programnya
untuk memikat pendengar.
1 Septiawan Santana K., 2017, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia), hal. 205 2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 138 3 Fred Wibowo, 2012, Teknik Produksi Program Radio Siaran.
(Yogyakarta : Grasia Book Publisher), hal. 1
Page 34
21
Menurut Effendy, ada dua faktor yang
menyebabkan gaya siaran radio, yaitu sifat radio
siaran dan sifat pendengar radio. Sifat radio siaran,
gaya radio secara karakteristiknya mencakup: akrab,
imajinatif, auditori, dan gaya percakapan. Sedangkan
sifat pendengar radio itu meliputi: kesukaan,
kegemaran, kebiasaan, minat, serta keinginannya.4
Untuk itu ciri-cirinya dapat dirinci sebagai berikut :
heterogen (beragam), personal (pribadi), aktif dan
selektif (pemilih).
Ada tiga unsur yang disebut sebagai trilogi
penyiaran dalam proses penyelengaraan siaran radio.
Ketiga unsur itu ialah studio, transmitter, dan
penerima pesawat. Studio merupakan tempat produksi
informasi sekaligus menyiarkan, yakni mengubah ide
atau pesan menjadi bentuk pesan baik gambar
maupun suara yang bermakna melalui sebuah proses
mekanisme yang memungkinkan gambar atau suara
itu dikirimkan melalui transmitter untuk selanjutnya
diterima oleh sistem antena pada pesawat penerima
dalam hal ini pesawat radio.5
4 Masduki, 2004, Menjadi Broadcaster Profesional, (Yogyakarta :
LkiS Yogyakarta), hal. 32-35 5 Tommy Suprapto, 2006, Berkarier di Bidang Broadcasting,
Yogyakarta: Media Pressindo, hal. 6
Page 35
22
3. Radio dalam menjaga tradisi
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk
menjaga tradisi budaya, salah satunya yaitu dengan
memanfaatkan peran dan fungsi media masa radio.
Sebelum adanya televisi, radio terlebih dahulu ada
sebagai mesin informasi dan bahkan radio dijadikan
sebagai alat propaganda yang efektif.
Radio dipercayai dapat mengusung proximity
(kedekatan). Terlebih lagi di tengah era globalisasi ini,
kita sedang mengalami penjajahan kebudayaan.
Kebudayaan lokal kita pada saat ini sudah mulai
punah, oleh sebab itu kita hurus menjaga lokalitas
untuk mengantisipasi hal tersebut. Radio dalam
menjaga tradisi harus mempunyai kiat-kiat dalam
persiapan menghadapi perubahan secara teknis, mulai
dari strategi menjaring pendengar di era global dan
seterusnya.6
Terlebih lagi saat ini terjadi imperialisme budaya.
Yang mana imperialisme budaya menyatakan bahwa
negara Barat mendominasi media di seluruh dunia ini.
Imperialisme budaya tersebut mengandung makna
negatif tentang kekuatan, penguasaan, dan kontrol.
Sebagian besar diskusi tentang imperialisme budaya
6 KabarKampus.com, “Di Era Digital, Radio Sebagai Penjaga
Kebudayaan Lokal”, https://kabarkampus.com/2016/06/di-era-digital-radio-
sebagai-penjaga-kebudayaan-lokal/ , diakses pada 22 Juni 2016
Page 36
23
menempatkan media, televisi, film, radio, media
cetak, dan periklanan, sebagai pusatnya.7
Upaya media radio untuk melawan imperialisme
budaya asing dan dalam menjaga tradisi bisa berupa
memberikan informasi seputar kebudayaan,
menyajikan kesenian-kesenian daerah (seperti
Saluang, sandiwara Minang, lagu-lagu daerah dan
lain-lain), dan program-program lain seputar tradisi
kebudayaan.
B. Gimik siaran Radio
1. Pengertian gimik
Anton Mabruri K.N menjelaskan bahwa gimik
adalah trik-trik yang digunakan mendapatkan
perhatian penonton, biasanya dalam bentuk sound
effect, musik ilustrasi, adegan suspense (kejuatan),
mimik ekspresi, dan acting pemain, kelucuan (jokes),
teknik editing dan pergerakan suara.8 Dalam kamus
inggris-indonesia karangan John M. Echols dan
Hassan Shadilu, disebutkan gimik adalah alat/tipu
muslihat. Gimik lazim digunakan sebagai tipuan,
untuk mencapai target media dalam menarik audiens,
namun bukan tipuan tanpa hasil.
7 Ressi Dwiana, “Korean Wave, Imprerialisme Budaya, dan
Komersialisasi Media”, Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun
VI/01/2014 8 Anton Mabruri K.N, 2018, Panduan Produksi Acara TV Non-
Drama
Page 37
24
Gimik dalam lembaga penyiaran diartikan sebagai
adegan kreatif atau sajian untuk menarik perhatian
khalayak jika sebuah segmen membosankan. Gimik
digunakan untuk mengubah suasan agar menarik lagi.
Tujuan gimik ialah menarik perhatian audiens dengan
membangun emosi, gembira, kesal, sedih, bahagia
atau tertawa.9 Dengan itu gimik dapat mempengaruhi
sejauh mana audiens menempatkan tayangan atau
siaran.10
Dalam marketing gimik merupakan salah satu
strategi pemasaran yang sengaja dibuat untuk menarik
perhatian audiens.11
Gimik menonjolkan kreativitas
dalam dalam membuat pesan iklan untuk
meningkatkan minat beli mereka. Sedangkan dalam
politik gimik dilakukan dalam sebuah peristiwa yang
menyentuh perasaan (suasana haru), agar menarik
simpati.12
9 Rusman Latief dan YusiatieUtud, kreatif siaran televise, kencana:
Divisi dari prenadamedia group, hal. 187 10
Solopos.com, “Gimmick di Wajah Televisi Indonesia”,
https://www.solopos.com/gimmick-di-wajah-televisi-indonesia-937696,
diakses pada 3 September 2018, pukul 20.58 WIB 11
Accurate, “Gimmick Adalah Salah Satu Strategi Marketing yang
Sangat Memikat Pelanggan”, https://accurate.id/marketing-
manajemen/gimmick-adalah/ , diakses pada 6 April 2021 12
Warta Ekonomi.co.id, “Apa Itu Gimmick”,
https://wartaekonomi.co.id/read303080/apa-itu-gimmick?page=2, diakses pada
08 September 2020, pukul 10.20 WIB
Page 38
25
2. Macam-macam gimik siaran
Gimik bisa dalam bentuk dramatisasi, kuis, short
game, musik, story telling, sound effect, short game,
iklan dan aneka macam gimik lainnya. Gimik
dianggap sebagai kreatifitas tim media yang
diadaptasi di dalam segmentasi program sebuah
acara.13
Trik-trik yang digunakan untuk mendapatkan
perhatian penonton dalam bentuk sound effect, music
ilustrasi, adegan suspense (tegang), mimik, ekspresi,
akting pemain.14
Gimik siaran dalam siaran radio bisa berupa iklan,
story telling, musik, feature dan spot lainnnya. Spot
disini ialah suatu materi atau komponen siaran yang
beragam yang bertujuan untuk menarik perhatian
pendengar, seperti:
a. Iklan Layanan Masyarakat atau yang biasa
disingkat ILM ialah spot radio yang berisi
deskripsi tentang satu program yang bersentuhan
dengan kepentingan masyarakat luas. Sifat pesan
dalam ILM ini bisa sekedar memberi informasi
atau juga bisa sebagai himbauan/ajakan.15
13
Kompasiana, “Nggak Ada Gimik Nggak Kreatif”,
https://www.kompasiana.com/ombrill/552915c96ea834e03a8b45a8/nggak-
ada-gimik-nggak-kreatif , diakses pada 29 Mei 2013, pukul 12:52 14
Murtiadi, Strategi Kretatif Produser dalam Mempertahankan
Eksistensi Program Mission X Trans TV, Vol.6 No. 1 April 2019 15
Bloggin Up, “Jenis-jenis Spot Radio”,
https://produksispot.blogspot.com/2015/09/jenis-jenis-spot-radio.html?m=1,
diakses pada September 2015.
Page 39
26
b. Filler merupakan naskah radio yang berisi sebuah
deskripsi ataupun informasi mengenai suatu
kebudayaan, tradisi, kesenian dan hal-hal unik
lainnya yang berkembang dan menyatu dengan
masyarakat sekitar, berupa suatu bentuk acara
yang menyajikan beberapa pendapat singkat
tentang sesuatu peristiwa atau acara dengan
mengajak pendengar untuk ikut berperan aktif
didalamnya.16
c. Station/Program jingle ialah spot radio berupa
perpaduan harmonis antara musik dan sound
effect yang berdurasi singkat.17
d. Radio Exposure (REX) merupakan program
promotion yang mendeskripsikan suatu
acara/event/kegiatan.18
3. Jadwal gimik siaran
Gimik siaran biasanya tidak terjadwal, karena
biasanya gimik ada disaat progaram atau siaran mulai
membosankan. Untuk menarik perhatian khalayak
maka munculah gimik-gimik tersebut. Namun,
16
Oerban.com, “Penulisan Naskah Filler untuk Radio”,
https://oerban.com/penulisan-naskah-filler-untuk-radio/, diakses pada 26 Maret
2021, pukul 08.42 WIB. 17
Bloggin Up, “Jenis-jenis Spot Radio”,
https://produksispot.blogspot.com/2015/09/jenis-jenis-spot-radio.html?m=1,
diakses pada September 2015. 18
Bloggin Up, “Jenis-jenis Spot Radio”,
https://produksispot.blogspot.com/2015/09/jenis-jenis-spot-radio.html?m=1,
diakses pada September 2015.
Page 40
27
kebanyakan gimik siaran ini ada pada sela waktu
program 1 ke program lain di media radio atau
televisi, penjadwalan gimik-gimik ini di atur oleh
media agar pembagian programnya teratur. Namun,
gimik bisa juga disiarkan pada saat opening program,
bridging antara segmen menuju ke jeda iklan, closing
program dan di jadwal lainnya.
C. Feature
1. Pengertian Feature
Feature merupakan salah satu jenis berita fakta
yang dikemas secara menarik tanpa menghilangkan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, namun
termasuk berita yang tak akan basi, berbeda dengan
straight news. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) terbitan balai pustaka, feature diartikan
sebagai karangan terperinci yang melukiskan suatu
pernyataan sehingga apa yang dilaporkan hidup dan
tergambar dalam imajinasi pembaca.19
Dari
penjabaran di atas bisa dikatakan feature banyak
menggunakan bahasa-bahasa deskriptif, yaitu bahasa-
bahasa yang menggambarkan suatu topik yang
dibahas.
Feature juga disebut sebagai berita kisah. Dalam
buku Panduan untuk Jurnalis Radio, Hullen dan Karg
19
Azwar, 4 pilar jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Jurnalistik,
(Jakarta: Kencana, Cet. I, 2018), hal. 82
Page 41
28
mengemukakan bahwa melalui Feature radio seorang
jurnalis mengilustrasikan masalah yang pelik melalui
cerita tantang kehidupan orang-orang.20
Menurut
Ashadi Siregar dkk (1998: 156) berita kisah di
definisikan sebagai tulisan yang mengenai kejadian
yang dapat menyentuh perasaan sekaligus menambah
wawasan pembaca/penonton/pendengar melalui
penjelasan yang lengkap, rinci, serta mendalam.21
Hullen dan Karg juga menjelaskan bahwa berita
kisah atau feature radio merukan jurnalisme radio
yang berada diantara laporan peristiwa terkini dan
drama di radio.”Feature merupakan kisah yang
menarik bukan sekedar kumpulan data informatif,
tetapi sebuah penuturan yang hidup sehingga isu-isu
abstrak menjadi jelas dan mudah dimengerti,”
begitulah penjabaran dua penulis tersebut. Dari
penjelasan tersebut feature dapat diartikan sebagai
sebuah berita yang menghidupkan apa yang disebut
dengan “teater dalam benak” atau “theatre of mind”
medium radio.22
20
Kabul Budiono dkk, Panduan Jurnalistik Radio dan Online,
(Jakarta: Direktorat Program dan Produksi LPP Radio Republik Indonesia,
Cet. I, 2015), hal. 54 21
Ashadi Siregar dkk, 1998, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita
untuk Media Massa, (Yogyakarta: Kanisius) 22
Kabul Budiono dkk, Panduan Jurnalistik Radio dan Online,
(Jakarta: Direktorat Program dan Produksi LPP Radio Republik Indonesia,
Cet. I, 2015), hal. 55
Page 42
29
2. Feature Bertema Budaya
Feature budaya adalah feature yang membahas
tentang segala bentuk kebudayaan, baik budaya
daerah, budaya dalam negeri, budaya luar negeri, dan
lain sebagainya. Salah satunya ialah budaya
Minangkabau di Sumatera Barat.
Minangkabau ialah salah suku yang ada di
Indonesia yang meliputi daerah Sumatera Barat.
Sejarah Minangkabau yang ditulis di dalam Tambo
menjelaskan bahwa nama Minangkabau sendiri
berasal dari kata manang yang berarti menang dan
kabau yang berarti kerbau. Jadi nama Minangkaba
berasal dari ujaran “manangkabau” yang berarti
kerbau yang menang.
Masyarakat Minangkabau mayoritas beragama
islam. Dengan menganut sistem kekerabatan
matrilineal yaitu menurut garis keturunan ibu. Dimana
budaya matrelieal ini ialah identitas penting bagi
masyarakat Minang. Hal ini karena daerah
Minangkabau tidak terlepas dari pandangan
masyarakatnya tentang kaum perempuan.
a. Minangkabau di era globalisasi
Globalisasi yang didukung dengan
kemajuan dibidang teknologi, tanpa disadari
secara perlahan telah menghancurkan
kebudayaan bangsa. Hal tersebut dapat
membawa dampak terhadap intensitas kontak
Page 43
30
budaya antar suku. Apalagi kontak budaya
dengan kebudayaan asing yang intensitasnya
lebih besar, dimana penyebarannya berlangsung
secara cepat dan luas. Maka dapat terjadi
perubahan orientasi budaya yang menimbulkan
dampak terhadap tata nilai masyarakat.23
Safril (2011) dalam jurnalnya menyebutkan
bahwa (Scholte, 2001) dalam konteks tersebut,
globalisasi menjadi sebuah fenomena yang tak
terelakkan. Kenyataan bahwa globalisasi adalah
sebuah ancaman yang sangat berpengaruh
buruk pada pudarnya budaya-budaya lokal
harus diterima semua golongan. Hal ini juga
karena globalisasi diusung oleh negara-negara
maju, yang memiliki budaya berbeda dengan
negara-negara berkembang. Terlebih lagi saat
ini budaya barat masuk dan diterima oleh
masyarakat begitu saja tanpa disaring terlebih
dahulu. Maka dari itu, nilai-nilai barat
berpotensi menjadi ancaman bagi kelestarian
nilai-nilai lokal di negara-negara berkembang,
termasuk di Indonesia.
Minangkabau adalah salah satu etnis yang
ada di Indonesia tepatnya di daerah Sumatera
Barat. Masyarakat Minangkabau memiliki
23
Naomi Diah Budi Setyaningrum, 2018, Budaya Lokal di Era
Global, Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 20 No. 2
Page 44
31
filosofi yang menjadi pegangan dalam
hidupnya. Laki-laki di Minangkabau nantinya
akan menjadi niniak mamak. Niniak mamak
adalah gabungan dari mamak-mamak dalam
satu keluarga yang bertugas terhadap kaumnya
(yang memiliki suku yang sama). Peran seorang
mamak ialah memberikan arahan atau kebijakan
dan menyelesaikan sengketa atau permasalahan
dalam kaumnya.24
Salah satu nilai kebudaya
yang memiliki keidentikan pada niniak mamak
Minangkabau adalah pidato adat minang
(pasambahan/pepatah-petitih) yang ada di setiap
acara atau kegiatan adat Minangkabau.25
Namun permasalah saat ini ialah masih
banyaknya generasi penerus yang tidak
memiliki kemampuan untuk melakukan pidato
adat Minangkabau (pasambahan).26
Sedangkan bagi perempuan, posisi mereka
di Minangkabau merupakan harta pusaka bagi
suatu keluarganya. Perempuan di Minangkabau
sangat terhormat dan memiliki kedudukan
istimewa dalam kaum. Perempuan
24
Teguh Haniko Putra, 2017, Memudarnya Wibawa Niniak Mamak
sebagi Urang Nan Gadang Basa Batuah di Minangkabau, Volume 15 Nomor
2 25
Teguh Haniko Putra, 2017, Memudarnya Wibawa Niniak Mamak
sebagi Urang Nan Gadang Basa Batuah di Minangkabau, Volume 15 Nomor
2 26
Nizwardi Jalinus dkk, 2018, Peran Niniak Mamak dalam
Melestarikan Adat Istiadat Minangkabau Ditengah Arus Globalisasi
Page 45
32
Minangkabau nantinya akan menjadi limpapeh
rumah nan gadang yaitu bundo kanduang.
Seorang bundo kanduang harus memiliki
kepribadian dan tutur kata yang baik, arif
bijaksana, serta bisa menjadi tauladan yang baik
bagi perempuan.27
Oleh kaerena itu perempuan
Minangkabau diatur oleh aturan tidak tertulis
yaitu Sumbang Duo Baleh. Namun fenomena
yang di jumpai sekarang ialah banyak anak
gadis minang yang tidak mengetahui apa yang
dikatakan dengan sumbang duo baleh.28
Efek
dari tren-tren di perkembangan zaman ini
terjadilah pergeseran nilai budaya pada gadis
minang. Mereka lebih cepat mengetahui dan
menerima tren-tren baru seperti gaya hidup,
pergaulan, bahasa, gaya bicara yang bukan
bagian dari budaya mereka.
Genearasi muda Minangkabau saat ini
mengekpresikan hal yang mereka sukai dengan
berbahasa asing. Mereka lebih senang dengan
kebudayaan orang luar seperti Kpop, musik
barat dan hal lainnya, sehingga membuat
27
Info Publik, “Bundo Kanduang Teladan Bagi Perempun Minang”,
https://infopublik.id/kategori/nusantara/493328/bundo-kanduang-teladan-bagi-
perempuan-minang?video, diakses pada 18 Februari 2020, pukul 14:06 WIB 28
Kompasiana, “Eksistensi Sumbang Duo Baleh Bagi Perempuan
Minang Kontemporer”,
https://www.kompasiana.com/silvha33308/6051aaf2e95df723773b2402/eksist
ensi-sumbang-duo-baleh-bagi-perempuan-minang-kontemporer?page=all,
diakses pada 17 Maret 2021, pukul 06:11 WIB
Page 46
33
kesenian Minangkabau terlupakan.29
Seperti
saluang yang merupakan salah satu kesenian
musik yang yang sangat sarat dengan nilai-nilai
budaya masyarakat Minangkabau. Saluang
dimainkan dengan mendendangkan lirik-lirik
puitis sangat spesifik dan sangat khas
menunjukkan budaya dan karakter masyarakat
Minangkabau.30
Generasi muda saat ini lebih
senang dengan budaya luar dan tak acuh
terhadap seluk beluk Budaya Minangkabau
termasuk kesenian yang ada di dalamnya.
D. Strategi Produksi Siaran Feature Radio
Menurut Onong Uchyana Efendi, strategi ialah
perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu
tujuan, strategi difungsikan untuk menunjukkan
bagaimana teknik operasionalnya.31
Strategi ini dirancang
agar tujuan utama dari perusahaan tersebut dapat tercapai
sesuai dengan target. Strategi diperlukan oleh sebuah
radio agar siarannya bisa menarik banyak pendengar.
Untuk itu dibutuhkan strategi agar metode/perencanaan
yang diarancang dapat memberikan informasi kepada
29
Langgam.id, “Kesenian Adat Minangkabau di Ambang
Kepunahan”, https://langgam.id/kesenian-adat-Minangkabau-di-ambang-
kepunahan/ , diakses pada 17 Maret 2020, pukul 08:22 WIB 30
Yanti Riswara, 2012, Puitika dalam Lirik Saluang, Volume 3
Nomor 2 31
Arini Rosdiana, Skripsi Strategi Komunikasi Marketing Radio
Dakta 107 FM dalam Meningkatkan Eksistensi di Kalangan Pendengar,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, Hlm 11
Page 47
34
khalayak umum (pendengar) secara tepat, efektif, dan
efesien.
Strategi produksi siaran radio biasanya disusun oleh
Dewan Direksi dan dilaksanakan oleh Direktur Program
serta tim eksekutif stasiun radio. Strategi diperlukan untuk
merencanakan bagaimana agar siaran bisa menarik
perhatian khalayak/pendengar. Dengan adanya strategi
dapat memberikan arahan terkait program siaran radio,
mulai dari ide, metode, riset, peraturan dan teknologi
programming.
Strategi produksi siaran radio menurut Morissan
(2008) ditinjau dari strategi manajemennya dibagi
menjadi: perencanaan, produksi, dan evaluasi. 32
1. Perencanaan siaran
Perencanaan dilakukan bertujuan agar
siaran yang ditawarkan sesuai dengan karakteristik
masyarakat atau target pendengar, mulai dari jenis
siaran, jadwal siaran, kebermanfaatan, kualitas
penyiaran, dan hubungannya dengan pengiklanan,
serta faktor yang mempengaruhi siaran, seperti
pengelola stasiun siaran, pendengar, regulator, dan
sponsor.
2. Produksi siaran
Tipe siaran ada yang diproduksi sendiri
dan ada yang diproduksi pihak lain dan dibeli oleh
32
Morissan, Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 277.
Page 48
35
stasiun radio, contohnya dari Rumah Produksi.
Siaran akan diproduksi setelah konsep sudah
matang pada perencanaa. Setelah produksi,
tahapan selanjutnya adalah eksekusi siaran, yaitu
penyiaran atau pelaksanaannya di ruang siaran.
3. Evaluasi
Siaran yang telah sampai ketelinga
masyarakat akan di evaluasi apakah sesuai dengan
yang diharapkan atau tidak. Evaluasi ini akan
berpengaruh pada nasib siaran nantinya, mulai dari
modifikasi, kekurangan dari siaran dan lain-lain.
E. Tahapan Produksi Siaran Feature
Dalam memproduksi siaran radio sampai ketahap
penyiaran harus memperhatikan setiap proses
produksinya, baik diperencanaan, penulisan dan
penyiarannya. Tahapan produksi siaran radio menurut
Sartono yaitu pra produksi (penentuan tema, mencari
narasumber, mengumpulkan data dan informasi,
menentukan musik pendukung, dan penulisan naskah),
produksi (live atau siaran langsung, dan taping atau
rekaman) dan pasca produksi (pengawasan dan evaluasi
program).33
Dalam memproduksi siaran feature radio, ada tiga
proses yang harus diperhatikan dari perencanaan hingga
33
FR Sri Sartono, Modul Teknik Penyiaran dan Produksi Program
Radio, Televisi dan Film, (Jakarta: Jilid 1, 2018), hal. 160-171
Page 49
36
siaran tersebut sampai ke telinga pendengar, yaitu yang
berfokus pada proses produksi, proses penulisan, dan
proses penyiaran.
1. Proses Produksi Feature Radio
Dalam proses produksi sebuah program
tentunya diperlukan strategi untuk mencapai
target. Berita yang muncul di Radio merupakan
hasil dari proses yang panjang dan kerja tim.
Sebuah berita mencerminkan kebijakan
redaksional media bersangkutan.
Dalam manajemen media Radio, proses
produksi sebuah berita diawali dengan tahapan-
tahapan berikut:34
a. Rapat agenda setting
Rapat agenda setting dipimpin oleh
pemimpin redaksi dengan dihadiri para kadesk,
produser, pengarah acara, reporter. dalam rapat
agenda setting ini dibahas tentang topik
menarik yang akan disajikan.
b. Penentuan narasumber
Dalam menentukan narasumber tentunya
harus menyesuaikan dengan topik yang
diangkat, narasumber disini dipilih
berdasarkan kompetensi jabatan, atau
34
Kabul Budiono dkk, Panduan Jurnalistik Radio dan Online,
(Jakarta: Direktorat Program dan Produksi LPP Radio Republik Indonesia,
Cet. I, 2015), hal. 15
Page 50
37
kesesuaian substansi permasalahan, dan
kemampuan bertindak sebagai decitor maker.35
c. Angle Liputan
Keterampilan dalam menentukan angle
yang menarik dan menguntungkan
kepentingan publik yang sesuai dengan arah
dan kebijakan redaksionalnya.
d. Penugasan liputan
Liputan dilakukan untuk menggali data
serta fakta yang akan diolah menjadi sebuah
berita.
e. Menulis berita radio
Setelah bahan berita terkumpul, barulah
masukmtahap penulisan berita.
f. Menulis lead berita
Menulis lead berita maksdunya penulisan
kalimat pertama/pembuka dalam sebuah berita.
Penulisan kalimat pertama ditulis secara
sederhana, tapi dapat memberi gambaran
tentang isi berita secara keseluruhan. 36
g. Redaksional/editing berita
Sebelum disiarkan, naskah berita akan
dikoreksi atau dilakukan editing terlebih
35
Kabul Budiono dkk, Panduan Jurnalistik Radio dan Online,
(Jakarta: Direktorat Program dan Produksi LPP Radio Republik Indonesia,
Cet. I, 2015), hal. 17 36
Kabul Budiono dkk, Panduan Jurnalistik Radio dan Online,
(Jakarta: Direktorat Program dan Produksi LPP Radio Republik Indonesia,
Cet. I, 2015), hal. 23
Page 51
38
dahulu. hal ini dilakukan apakah sebuah berita
memenuhi kriteria layak siar atau tidak.37
2. Proses Penulisan Feature
Dalam proses produksi menurut Sartono,
proses penulisan naskah masuk ketahapan pra
produksi. Sebelum taping atau rekaman di tahap
produksi, harus melalui proses penulisan naskah
terlebih dahulu, menulis naskah ini merupakan
tugas dari script writer.
Feature di masing-masing media
(cetak/elektonik Tv atau Radio) memiliki karakter
yang berbeda-beda. Sebagai mana cetak
mengandalkan pengolahan kata yang menarik
sehingga pembaca tidak menjadi tertarik dan tidak
bosan, media elektronik Tv menggambarkan
melalui visual dan audio semenarik mungkin
untuk menarik perhatian penonton, dan media
eletronik radio menyiarkan dengan intonasi dan
bahasa khas yang dapat dipahami dengan mudah
oleh pendengarnya. Dari hal tersebut penulis yang
bekerja disebuah media harus paham akan hal
tersebut dan ciri-ciri media untuk menyesuaikan
target konsumennya.
37
Kabul Budiono dkk, Panduan Jurnalistik Radio dan Online,
(Jakarta: Direktorat Program dan Produksi LPP Radio Republik Indonesia,
Cet. I, 2015), hal. 25
Page 52
39
Untuk menyiarkan sebuah berita di radio,
penulis harus memperhatikan bahasa atau kalimat
yang dia gunakan sebelum dibacakan oleh
narator/penyiar. Bahasa yang digunakan pun harus
mengikuti kaidah bahasa yang baku, ketepatan
kata dan bahasa yang diucapkan oleh seorang
penyiar memiliki fungsi untuk tidak akan
menimbulkan interpretasi atau salah pengertian
kepada pendengar. Menurut H. Rosihan anwar
dalam buku karya Asep, menjelaskan prinsip
bahasa jurnalistik yaitu ringkas, jelas, singkat, dan
menarik.38
Pada penulisan feature, ada unsur-unsur yang
harus diperhatikan. Unsur tersebut ialah deskripsi,
fantasi atau imajinasi, anekdot atau humor singkat,
dan kutipan.39
Unsur tesebut berperan untuk
menambah minat pembaca/penonton/pendengar
saat memperoleh sebuah informasi. Adapun
struktur penulisan Feature yang harus diketahi
oleh penulis menurut buku 4 Pilar Jurnalistik
(Azwar: 85-86) ialah judul, lead, batang tubuh/isi,
penutup/ending.
38
Asep Syamsul M. Romli, 2005, Jurnalistik Terapan: Suatu
Pengantar. Bandung: Batik Press, hal 45 39
Azwar, 4 pilar jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Jurnalistik,
(Jakarta: Kencana, Cet. I, 2018), hal. 83
Page 53
40
a. Judul
Judul merupakan hal yang penting karena
mewakili dari isi feature. Pada media
cetak/online judul dibuat semenarik mungkin
untuk dapat menggugah pembaca.40
b. Lead
Lead adalah Pintu gerbang yang
mengantarkan pada isi feature. Lead sangat
berpengaruh bagi pendengar untuk menentukan
apakah informasi yang diterima akan didengar
sampai selesai atau tidak. Lead ini digunakan
sebagai alat pemancing minat pendengar.41
c. Batang tubuh/Isi
Pada bagian isi yang harus diperhatiakan
ialah kefokusan cerita berdasarkan kronogis
yang berurutan.42
Setiap bagiannya bersifat
unity (saling menyatu), koheran (saling
berhubungan, dan emphasis (penekanan tertentu
pada setiap paragraf).43
d. Penutup
40
Septiawan Santana K., 2017, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia), hal. 147 41
Universitas Jurnalistik, “Langkah-langkah Menulis Feature beserta
Contohnya (Lengkap)”,
https://www.universitasjurnalistik.com/2020/11/angkah-langkah-menulis-
Feature.html, diakses pada November 2020, pukul 20:47 WIB. 42
Azwar, 4 pilar jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Jurnalistik,
(Jakarta: Kencana, Cet. I, 2018), hal. 85 43
Septiawan Santana K., 2017, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia), hal. 147
Page 54
41
Penutup ialah bagian akhir dari sebuah
penulisan. Pada bagian penutup berisi penguat
tulisan atau kesimpulan. Penutup mendorong
akhir kisah menjadi satu kesatuan dengan lead
dan isi feature.44
3. Proses Penyiaran Feature
Pada proses penyiaran ini adalah tahap
produksi menurut Sartono. Di tahahapan ini akan
dilakukan taping atau rekaman. Penyiar/narator
berkeja sama dengan teknik rekaman. Penyiar
radio adalah orang yang bertugas membawakan
atau memandu acara di radio. Ia ialah komunikator
dalam proses komunikasi karena yang bertugas
sebagai pengirim pesan.45
Seorang penyiar sangat
berpengaruh dalam proses komunikasi ini, kualitas
siaran tergantung dari bagaimana cara/strategi
penyiar dalam membawakan. Sedangkan teknik
rekaman adalah orang yang membantu editing
rekaman, mulai dari memasukkan musik,
backsound, insert (rekaman hasil wawancara), dan
lain-lain yang dirasa perlu. Sebelum nanti
siarannya diputar oleh operator dijadwal yang
telah tentukan.
44
Septiawan Santana K., 2017, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia), hal. 147 45
Asep Syamsul M. Romli, Broadcast Journalism: Panduan Menjadi
Penyiar Reporter Script Writer, (Bandung: penerbit Nuansa, 2004), hal. 37
Page 55
42
Dalam proses ini yang perlu diperhatikan
penyiar dan teknik rekaman adalah:
a. Merekam script
Penyiar melakukan siaran dengan cara
membaca naskah siaran yang sudah
disusunnya. Agar tidak terkesan membaca
seorang penyiar harus mengutarakan kata
demi kata seolah-olah diucapkan tanpa
bantuan naskah. Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah:
1. Memahami isi naskah secara keseluruhan
2. Menggunakan tanda-tanda khusus dalam
naskah jika diperlukan.
3. Mengeluarkan suara seakan sedang
bercerita dengan orang lain.
4. Menggunakan gerakan tubuh (gesture) dan
senyuman untuk menambah bobot bicara.
5. Sebelum mengudara, berlatih dengan
mengeluarkan suara, sekaligus melatih
intonasi, aksentuasi dan artikulasi.
Adapun teknik yang perlu diperhatikan
sebagai penyiar saat membacakan naskah
ialah:
1. Kecepatan (Kecepatan atau kelambatan
dalam berbicara ketika melakukan siaran)
Page 56
43
2. Tekanan (Tekanan tinggi atau rendah atau
notasi suara penyiar saat melakukan siaran)
3. Proyeksi (Suara penyiar harus cukup
memadai untuk program/acara yang
dibawakan)
4. Jeda (Seorang penyiar harus bisa
memanfaatkan saat-saat sunyi sekejap atau
jeda dengan baik untuk mencari ide-ide
agar menarik pendengar)
5. Pengucapan (Seorang penyiar bisa
mengucapkan kata-kata yang disampaikan
dengan artikulasi yang jelas dan bisa
dipahami oleh pendengar)
6. Kepribadian (Kepribadian yang baik dan
ramah terhadap pendengar agar bisa
menarik pendengar dalam setiap
programnya).
b. Mixing dan editing
Kegiatan ini adalah penggabungan semua
unsur suara dan penambahan ilustrasi
backsound/musik dalam sebuah produksi.
penggunaan backsound/musik ini sesuai
konsep dan tema.
Page 57
44
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Feature Bertema Budaya
Minangkabau
Proses Produksi
(Pra Produksi,
Produksi, Pasca
Produksi)
Proses Penulisan
Feature Radio
Proses Penyiaran
Feature Radio
Macam-macam
Gimik Siaran
Jadwal Gimik
Siaran
Strategi Produksi Feature Bertema
Budaya Minangkabau sebagai
Gimik Siaran
Perencanaan siaran
Produksi siaran
Evaluasi siaran
Faktor Penghambat
dan pendukung
Gimik Siaran Radio
Page 58
45
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK
(LPP) RRI BUKITTINGGI
A. Gambaran Umum LPP RRI1
Satu-satunya radio yang menyandang nama
Negara ialah Radio Republik Indonesia (RRI). Siarannya
ditujukan untuk kepentingan bangsa dan negara. RRI
sebagai Lembaga Penyiaran Publik berfungsi memberikan
kontrol sosial, pelayanan siaran informasi, pendidikan,
hiburan, serta menjaga citra positif bangsa di dunia
internasional. RRI ini bersifat independen, netral dan
tidak komersial.
Tugas beserta fungsi dari RRI diberikan oleh
negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2002 yang mengatur tentang Penyiaran, kemudian
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2005 tentang
Lembaga Penyiaran Publik, dan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik
Radio Republik Indonesia. RRI ditetapkan sebagai
lembaga penyiaran yang satu-satunya dapat berjaringan
secara nasional serta bekerja sama dengan siaran lembaga
penyiaran asing.
RRI memiliki 62 stasiun penyiaran termasuk
siaran luar negeri dan 5 satuan kerja lainnya yaitu Pusat
1 Rri.co.id, “Profil LPP RRI”, https://rri.co.id/profil , diakses pada 14
Juni 2021, pukul 15:39
Page 59
46
Pemberitaan, Pusat Penelitian dan Pengembangan, Satuan
Pengawasan Intern, dan diperkuat 16 studio produksi serta
11 perwakilan RRI di luar negeri. RRI seluruh Indonesia
berjumlah 61 Programa 1, 61 Programa 2, 61 Programa 3,
14 Programa 4 dan 7 studio produksi, jadi keseluruhannya
setara dengan 205 stasiun radio.
B. Prinsip Lembaga Penyiaran Publik2
Prinsip LPP RRI diantaranya, yaitu:
1. LPP adalah lembaga penyiaran untuk semua warga
negara
2. Siarannya harus menjangkau seluruh wilayah negara
3. Siarannya harus merefleksikan seluruh wilayah negara
4. Siarannya harus berbeda dengan lembaga penyiaran
lainnya
5. LPP harus menegakkan independensi dan netralitas
6. Siarannya harus bervariasi dan berkualitas tinggi
7. Menjadi flag carrier dari Bangsa Indonesia
8. Mencerminkan identitas bangsa
9. Perekat dan pemersatu bangsa.
C. Visi dan Misi3
Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai Lembaga
Penyiaran Publik memiliki Visi dan Misi sebagai berikut:
2 Rri.co.id, “Profil LPP RRI”, https://rri.co.id/profil , diakses pada 14
Juni 2021, pukul 15:39 3 Rri.co.id, “Profil LPP RRI”, https://rri.co.id/profil , diakses pada 14
Juni 2021, pukul 15:39
Page 60
47
Visi LPP RRI:
Menjadikan LPP RRI radio berjaringan terluas,
pembangun karakter bangsa, berkelas dunia.
Misi LPP RRI:
1. Memberikan pelayanan informasi terpecaya yang
dapat menjadi acuan dan sarana kontrol sosial
masyarakat dengan memperhatikan kode etik
jurnalistik/kode etik penyiaran.
2. Mengembangkan siaran pendidikan untuk
mencerahkan, mencerdaskan, dan memberdayakan
serta mendorong kreatifitas masyarakat dalam
kerangka membangun karakter bangsa.
3. Menyelenggarakan siaran yang bertujuan menggali,
melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa,
memberikan hiburan yang sehat bagi keluarga,
membentuk budi pekerti dan jati diri bangsa di tengah
arus globalisasi.
4. Menyelenggarakan program siaran berperspektif
gender yang sesuai dengan budaya bangsa dan
melayani kebutuhan kelompok minoritas.
5. Memperkuat program siaran di wilayah perbatasan
untuk menjaga kedaulatan NKRI.
6. Meningkatkan kualitas siaran luar negeri dengan
program siaran yang mencerminkan politik negara dan
citra positif bangsa.
Page 61
48
7. Meningkatkan partisipasi publik dalam proses
penyelenggaraan siaran mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, hingga evaluasi program siaran.
8. Meningkatkan kualitas audio dan memperluas
jangkauan siaran secara nasional dan internasional
dengan mengoptimalkan sumber daya teknologi yang
ada dan mengadaptasi perkembangan teknologi
penyiaran serta mengefisienkan pengelolaan
operasional maupun pemeliharaan perangkat teknik.
9. Mengembangkan organisasi yang dinamis, efektif, dan
efisien dengan sistem manajemen sumber daya (SDM,
keuangan, aset, informasi dan operasional) berbasis
teknologi informasi dalam rangka mewujudkan tata
kelola lembaga yang baik (good corporate
governance).
10. Meningkatkan kualitas siaran luar negeri dengan
program siaran yang mencerminkan politik negara dan
citra positif bangsa.
11. Memberikan pelayanan jasa-jasa yang terkait dengan
penggunaan dan pemanfaatan aset negara secara
profesional dan akuntabel serta menggali sumber-
sumber penerimaan lain untuk mendukung
operasional siaran dan meningkatkan kesejahteraan
pegawai.
Page 62
49
D. Tugas Pokok LPP RRI4
Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik
Indonesia (RRI) mempunyai tugas pelayanan dalam
memberikan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat,
kontrol sosial, serta melestarikan budaya bangsa melalui
penyelenggaraan penyiaran radio yang mengjangkau
kepentingan seluruh masyarakat Negara Kesatuan
Republik Indonesia. (PP.12/2005. Ps. 4).
LPP RRI melayani seluruh masyarakat di wilayah
NKRI dengan menyelenggarakan siaran yang terdiri dari
4 programa diantaranya:
1. Pro 1: Pusat siaran pemberdaya masyarakat
2. Pro 2: Pusat siaran kreatifitas anak muda
3. Pro 3: Pusat siaran jaringan berita nasional dan kantor
berita radio
4. Pro 4: Pusat siaran budaya dan pendidikan
5. Voice Of Indonesia (VOI): Siaran luar negeri yang
setiap hari dengan delapan bahasa asing.
Sebagai lembaga penyiaran publik yang
memberikan informasi terpercaya kepada khalayak, dalam
menyelenggarannya siaran RRI berpedoman pada nilai-
nilai standar penyiaran:
1. Siaran harus bersifat independen dan netral
2. Siaran harus memihak pada kebenaran
3. Siaran yang memberikan pemahaman
4 Rri.co.id, “Profil LPP RRI”, https://rri.co.id/profil , diakses pada 14
Juni 2021, pukul 15:39
Page 63
50
4. Siaran mengurangi ketidakpastian
5. Siaran berpedoman pada pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945 dan kebenaran, serta peraturan lainnya
6. Siaran harus memihak hanya kepada kepentingan
Negara Kesatuan Republik Indonesia
7. Siaran harus menjaga persatuan, kesatuan dan
Kedaulatan NKRI.
E. Peran-Peran LPP RRI5
Peran Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai
Lembaga Penyiaran Publik, diantaranya:
1. Peran dalam Pemberdayaan Masyarakat
RRI mengadakan siaran pemberdayaan
masyarakat melalui siaran pedesaan, siaran
lingkungan hidup, wanita, anak-anak, kewirausahaan,
teknologi tepat guna, kerajinan, perdagangan,
pertanian, nelayan, koperasi, industri kecil dll.
2. Peran RRI sebagai Pelestari Budaya Bangsa
Seluruh RRI diwajib mengadakan siaran
kesenian dan budaya-budaya di setiap daerah seluruh
Indonesia secara konsisten, seperti siaran ketoprak,
wayang golek, angklung, budaya bugis, saluang
(budaya minang), gamelan, dan budaya dari daerah
lainnya.
5 Rri.co.id, “Profil LPP RRI”, https://rri.co.id/profil , diakses pada 14
Juni 2021, pukul 15:39
Page 64
51
3. Peran RRI sebagai pelestari lingkungan
RRI mengadakan siaran Green Radio untuk
penanaman kembali dan Reuse, Reduce dan Recycling
dengan berbagai variasi beserta format bentuk acara.
4. Peran RRI sebagai media pendidikan
RRI menyelenggarakan siaran pendidikan dari
Taman Kanak-kanak sampai Mahasiswa. Pengadaan
Pekan Kreatif seperti lomba kreatif remaja seperti
lomba cipta lagu, lomba cipta design, lomba IT,
lomba band indie, bintang radio, pekan tilawatil
quran. RRI juga mengadakan siaran pendidikan social
masyarakat, seperti siaran wanita, siaran pedesaan,
siaran KB dll.
5. Peran RRI sebagai Media Diplomasi
RRI mengadakan siaran radio diplomasi melalui
siaran luar negeri untuk membangun citra positif
bangsa di dunia internasional. RRI bekerjasama
dengan kedutaan dan radio luar negeri dengan siaran
yang bersifat timbal balik. Diantaranya berjasama
dengan ABC, NHK, RTM, RTB, KBS, RTH, SR,
BBC, Radio Jedah, Radio Turki, RCI, DW dll.
6. Peran RRI sebagai media terdepan tanggap bencana
RRI mengadakan siaran langsung dari tenda
darurat melalui Radio Based Disaster Management.
Setiap ada bencana dalam waktu tidak lebih dari 24
jam RRI harus memberikan laporan, kemudian diikuti
Page 65
52
program Pelipur Lara korban bencana dan trauma
healing dengan mendirikan studio darurat.
7. Peran RRI dalam menghubungkan tenaga kerja di
Luar Negeri
RRI mengadakan siaran rutin dan terkoneksi
dengan 7 negara diantaranya Hongkong, Malaysia,
Brunei Darusalam, Jepang, Taiwan, Korea dan Arab
Saudi. Bertujuan untuk mendekatkan TKI dengan
kampung halaman. Pendengar RRI di luar negeri
khususnya TKI dapat mendengar melalui audio
streaming. Untuk mewujudkan peran second track
diplomacy mengadakan acara Diplomatic Forum.
Yang mana memberikan pelayanan kepada
masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri
khususnya tenaga kerja Indonesia. Acara yang
diadakan antara lain ialah acara bilik sastra yang
diperlombakan, dan 2 pemenang loba tersebut
dihadiahkan oleh SLN untuk menghadiri acara
upacara kenegaraan 17 Agustus di Istana Negara dan
sidang DPR dan DPD di Senayan.
8. Peran RRI sebagai media hiburan
RRI mengadakan siaran hiburan berupa siaran
musik dan kata seperti pagelaran musik klasik orkes
symphony Jakarta serta orkes symphony yang dimiliki
RRI daerah. RRI juga mengadakan hiburan seperti
pagelaran kesenian dan budaya, lawak, quiz, dan
hiburan lainnya.
Page 66
53
9. Peran RRI dalam sabuk pengaman informasi
(Information Safety Belt)
RRI telah mendirikan studio di wilayah
perbatasan dan daerah terpencil atau blankspot pada
2009 s/d 2010, diantaranya: Malinau, Atambua,
Ampana, Entikong, Batam, Nunukan, Kaimana,
Skow, Oksibil, Putusibaou, Boven Digoel, Takengon,
Sabang dan Sampang. Studio-studio produksi siaran
ini ditujukan untuk meningkatkan rasa nasionalisme
serta memberikan akses informasi yang berimbang
bagi masyarakat di daerah perbatasan maupun di
daerah-daerah yang sebelumnya tidak dapat
menerima siaran RRI.
F. Logo6
Gambar 3.1
Logo RRI Bukittinggi
6 123dok, “Logo dan Arti Logo RRI”, https://text-
id.123dok.com/document/4zp2kpn0y-logo-dan-arti-logo-rri-sejarah-divisi-
tempat-pkl.html, diakses pada 16 Juni 2021, pukul 16:07
Page 67
54
Logo Radio Republik Indonesia memiliki filosafi yang
bermakna, diantaranya:
1. Bentuk segi empat panjang tanpa sudut dan tanpa
garis tepi, menggambarkan kekokohan dan solidaritas.
Sudut yang membulat tidak runcing melambangkan
flexibilitas RRI. Tidak adanya garis tepi batas ataupun
bingkai frame menunjukan independensi RRI, serta
keterbukaan RRI untuk dapat bekerja sama dengan
berbagai pihak.
2. Tulisan RRI di dalam persegi panjang biru,
merupakan huruf tulisan yang dirancang khusus tanpa
padanan dengan pihak lain menunjukan RRI yang
kokoh, tegas, dinamis, dan selalu bergerak maju.
3. Gambar pancaran radio menggambarkan sebuah
image yang menggambarkan kuatnya pancaran siaran
radio RRI yang makin meluas, menembus batas, dan
selalu menuju ke atas. Tiga lapis pancaran yang
terlihat pada logo juga melambangkan Tri Prasetya
RRI.
4. Warna Biru, Biru Langit, dan Putih. Untuk
mempertahankan tradisi, warna biru dipilih sebagai
warna korporat RRI. Warna biru dan biru langit ini
melambangkan universalitas RRI, sifat mengayomi,
teduh, dan dapat dipercaya. Warna putih pada tulisan
RRI melambangkan kejujuran, kebenaran,
keberimbangan, dan akurasi.
Page 68
55
G. Sejarah dan Profil LPP RRI Bukittinggi7
Ranah Minang menyimpan sepenggal sejarah yang
diukir oleh para tokoh nasional dalam perjuangan
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Sejarah tersebut sempat terkubur dan hampir
terlupakan oleh generasi bangsa ini.
Setelah kekalahan jepang pada perang dunia ke II,
beberapa pemuda antara lain Adnan Burhanudin, H.Dt.
Mankuto Ameh Koesuma, Syahbudin M.S, dan Asrul
Busyri Latif bekerja di Bukittinggi Hoso Kyoku. Mereka
menyusun rencana untuk merebut pemancar serta
peralatan siaran dari tangan Jepang di Parit Natung, tetapi
rencana tersebut gagal karena penjagaan ketat. Melalui
diplomasi oleh Adi Negoro, Djuhir Muhammad dan Aziz
(mantan kepala PTT) akhirnya pemancar dan peralatan
siaran tersebut dapat diperoleh.
Berkat kegigihan para pemimpin RI di Bukittinggi
ini, akhirnya pada 14 Januari 1946, berkumandanglah
“Inilah Bukittinggi”, Radio Republik Indonesia yang
dipancarkan melalui pemancar berkekuatan 1,5 KW dan
300 Watt dengan gelombang 40,2 meter dan 210 meter.
Pada September 1947 dibentuk KONPENSUM dibawah
pimpinan Parad Harahap yang mengkoordinasikan alat-
alat penerangan di Sumatera. Maka RRI Bukittinggi
7Sejarah Singkat RRI Bukittinggi,
file:///C:/Users/wwww/AppData/Local/Temp/sejarah_singkat_rri_bukittinggi_
_24_03_2020.pdf , diakses pada 14 Juni 2021, pukul 16:29
Page 69
56
menjadi Radio Republik Indonesia Sumatera dibawah
Pimpinan Kamarsyah .
Ketika itu Belanda melakukan Agresi Meliter
kedua. Ibu kota negara yang saat berkedudukan di
Yogyakarta berhasil direbut Belanda. Sukarno dan Hatta
sebagai Presiden dan Wakil Presiden saat itu ditawan,
sehingga pemerintahan pun menjadi lumpuh.
Beruntung NKRI masih dapat dipertahankan
karena inisiatif dari beberapa tokoh muslim di Sumatera
Barat untuk mengambil alih pemerintah, sekaligus
penguasaan negara dengan membentuk Pemerintah
Darurat Republik Indonesia (PDRI). Ketua dan Wakil
Ketua PDRI adalah Safruddin Prawira Negara dan Sutan
Mohammad Rasyid. PDRI diproklamirkan di Bukittinggi
pada tanggal 19 Desember 1948.
Untuk menunjang operasional, RRI Bukittinggi
memiliki Pemancar terdiri dari 1 buah SW, 2 buah MW,
dan 6 buah FM , dengan kekuatan seluruhnya 48,2 KW.
Mengingat perjalanan sejarah yang begitu panjang
dan mengingat peran RRI Bukittinggi dalam perjuangan,
pada 2013 dilaksanakan perjalanan sejarah dengan
melakukan Napak Tilas dan seminar yang mengangkat
tema “Mengenang Perjuangan RRI Bukittinggi dalam
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dan
mengukuhkan RRI Bukitttinggi sebagai Radio Bela
Negara”, dan 14 Januari diperingati sebagai hari lahirnya
RRI Bukittinggi. Saat ini RRI Bukittinggi dikenal sebagai
Page 70
57
Radio Bela Negara yang berupaya menyajikan program
acara terbaik yang berorientasi pada kepentingan publik.
H. Lokasi LPP RRI Bukittinggi
LPP RRI berlokasi di Jl. Moh. Yamin No.199,
Aur kuning, Aur Birugo Tigo Baleh, Kota Bukittinggi
Sumatera Barat. LPP RRI Bukittinggi merupakan satu-
satunya RRI di Sumatera Barat yang lokasinya berada di
daerah tingkat II sebagai media massa, pusat informasi
dan komunikasi sekaligus juga sebagai media hiburan
keberadaanya berperan penting dalam penyampaian
berita terkini apakah itu berupa Berita Daerah, Nasional
bahkan berita internasional dapat didengar dengan baik.
I. Struktur organisasi LPP RRI Bukittinggi
Struktur departemen dari stasiun radio siaran
sangat bervariasi. Di lembaga penyiaran publik RRI
sendiri strukturnya adalah sebagai berikut:
Gambar 3.2
Struktur RRI Bukittinggi
Kepala Stasiun RRI Bukittinggi
Kepala Seksi Siaran
Kepala Seksi Pemberitaan
Kepala Seksi Teknologi dan
Media Baru
Kepala Seksi Layanan
Pengembangan Masyarakat
Bag. Tata Usaha
Page 71
58
Kepala Stasiun RRI Bukitinggi : Akh. Suhartono, S.Sos
KA. Sub Bag Tata Usaha : Joni Anwar, S.Sos
KA. Urusan SDM : Edrizul Marta, S.Sos
KA. Urusan Keuangan : -
KA. Urusan Umum : Sri Susila Hastuti, S.Sos
Anggota : Darti Elfia, S.Sos
Leni Roza
Elmawaty. B
Jafri
Basril
Fakhrul Akhiar, S.Ap
Zaidir
Titin Yudiarni, S.Kom
Veraningse, SH
D.e Haiqal, S.Sos
Hartanto, S.Sos
Novrima Harianto
Kepala Seksi Siaran : Rismaniar, S.Sos
KA. Sub Seksi Perencanaan dan Evaluasi
Programa : -
KA. Sub Seksi Programa I : -
KA. Sub Seksi Programa II : -
Anggota : Noviarti
Armaiyati
Farida
Zulkifli
Page 72
59
Ernawita
Ariani Kusumawati
Alfian. A
Rahmat Romi, S.Pd
Aldila Safitri, S.Hum
Sri Widiastuti, S.Sn
Zulhendri, S.Sos
Andini Miza Putri, S.Hum
Survio Dilla, Amd
Dedi Putra, Amd
Anita Permanasari
Muthia Utami, Amd
Darwyta Roza, S.Hum
Uska Budi Sasmito
Manamy, S.Pd
Kepala Seksi Pemberitaan : Drs. Adrayoza
KA. Sub Seksi Berita, Ulasan dan Dokumentasi :
Elmar, S.Sos
KA. Sub Seksi Liputan dan Olahraga : Subhani,
S.Sos
KA. Sub Seksi Pengembangan Berita : Nirwati
Savitri
Anggota : Yudi Pramana Agustino
Jhoni Maberta, SE.Ak
Irsyad, SE
Masdiki Putra
Page 73
60
Ahmat Ikhsan, S.Pd
Agam Prayogi
Fadli
Kepala Seksi Teknologi dan Media Baru : -
KA. Sub Seksi Teknik Studio dan Multi Media :
Maijonri
KA. Sub Seksi Teknik Transmisi dan Distribusi : -
KA. Sub Seksi Sarana Prasarana Penyiaran : -
Anggota : Umul kher. D
Wati
Syamsul
Faisul
Elfi Firdaus
Arian Putra
Wirman
Uswandi Novia
Kaibadri Nanda, ST
Saiful Bahri, SP
Agusnedi
Haryudi Budiman
Kepala Seksi Layanan Pengembangan Usaha : Basastra
Yulfa, SH
KA. Sub Seksi Layanan Publik : -
KA. Sub Seksi Pengembangan Usaha : -
KA. Sub Seksi Komunikasi Publik : -
Page 74
61
Anggota : Basastra Yulfa, SH
Widya Arriani
Ricky Fernando, SH
Dinya Khairani, S.Sn
Rendi Wilfandi, S.Kom
J. Tim Produksi Feature LPP RRI Bukittinggi
Dalam proses produksi feature di RRI Bukittinggi
terdapat tim kreatif produksi yang terdiri dari produser,
penulis naskah, narator, teknik rekaman, dan music
director.
Penanggung Jawab :
Akh. Suhartono, S.Sos
Produser :
Rismaniar, S.Sos
Penulis naskah :
1. Aldilla Safitri, S.Hum
2. Andini Miza Putri, S.Hum
Narator:
1. Aldilla Safitri, S.Hum
2. Andini Miza Putri, S.Hum
Page 75
62
Teknik Rekaman :
Umul Khair
Music Director :
Sri Widiastuti, S.Sn
Page 76
63
BAB IV
DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
Program feature RRI Bukittingi sebagai gimik siaran
mulai diproduksi pada tahun 2018. Sebelumnya, RRI Bukittinggi
pada tahun 2013-2015 pernah bekerja sama dengan Siaran Luar
Negeri Voice of Indonesia untuk memproduksi feature bertema
Budaya Minangkabau dan Budaya Mentawai dalam Bahasa
Inggris. Pada tahun 2015 program tersebut berhenti karena
program eksotik Indonesia tidak dilanjutkan lagi. Saat ini
program feature yang diproduksi RRI Bukittinggi ialah feature
wajib yang dikirim ke DirPP (Direktorat Program dan Produksi)
Radio Republik Indonesia (RRI) Pusat dan feature-feature
bertema budaya Minangkabau yang disiarkan di Pro 1 RRI
Bukittinggi sebagai gimik siaran.
Feature yang diproduksi RRI Bukittinggi bukan hanya
mengangkat tema kebudayaan, namun juga mengangkat tema-
tema umum seperti sosial agama, kemanusian, ataupun peristiwa-
peristiwa saat ini dengan melihat dari berbagai sudut pandang.
Feature bertema Budaya Minangkabau diangkat di RRI
Bukittinggi sampai saat ini kurang lebih berjumlah 30 feature.
Feature tersebut diproduksi sekali setiap bulan atau bisa lebih.
Berikut data dan temuan lapangan pada proses produksi
feature bertema Budaya Minangkabau sebagai gimik siaran di
Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI Bukittinggi :
Page 77
64
A. Proses Produksi Feature
Dalam proses produksi feature di RRI Bukittinggi
terdapat tim kreatif, yang mempunyai peran penting demi
lancarnya agenda produksi, tim ini kurang lebih berjumlah
10 orang dengan tugas masing-masing. Diantaranya ialah
produser (kepala seksi penyiaran), penulis naskah,
narator, teknik rekaman, music director serta penanggung
jawab (kepala stasiun RRI Bukittingi).1 Adapun pihak luar
yang terlibat dalam proses produksi feature ini, ialah
narasumber yang akan menjadi diwawacarai terkait isu
yang akan dibahas.2
Proses awal dalam memproduksi feature ialah Rapat
agenda setting, dipimpin oleh kasi siaran (produser) dan
dihadiri oleh semua tim kreatif produksi feature. Rapat
agenda setting ini diadakan setiap bulannya pada tanggal
1 dan setiap tanggal 15 feature dikirim ke RRI Pusat.3
Tahapan-tahapan proses produksi feature:
a. Penentuan tema
Dalam proses penentuan tema feature budaya
Minangkabau, yang menjadi pedomannya ialah melihat
dari kondisi masyarakat pada saat ini. Seperti contoh
tema yag pernah diangkat RRI Bukittinggi ialah Perak
1 Wawancara Pribadi dengan Produser (Kasi Siaran) Feature RRI
Bukittinggi, Rismaniar, S.Sos, Via Online, 27 Oktober 2021. 2 Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021 3 Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021
Page 78
65
Koto Gadang. Dimana Perak Koto Gadang ini dulunya
merupakan sentra perak yang cukup terkenal di
Indonesia. Contoh lainnya seperti Sumbang Duobaleh,
dimana berisi peraturan-peraturan yang tidak tertulis
untuk perempuan-perempuan Minangkabau, yang
mana saat ini generasi muda banyak tidak mengetahui
peraturan tersebut karena perkembangan zaman yang
menyebabkan melemahnya kebudayaan pada saat ini.4
b. Melakukan Riset
Setelah tema ditentukan, penulis naskah akan
melakukan riset terlebih dahulu untuk mencari latar
belakang permasalahan tema yang diangkat. Riset
tersebut nantinya akan menjadi bahan pertimbangan
untuk tema feature yang akan diangkat. Riset ini
dilakukan dengan cara survei lokasi langsung dan
melakukan wawancara dengan pihak yang terlibat
dalam tema tersebut. Seperti tokoh adat, pemerintah
setempat atau masyarakat sekitar.5
c. Penentuan Narasumber
Tahap selanjutnya setelah melakukan riset ialah
penentuan narasumber. Narasumber yang dipilih ialah
orang yang bergelud di bidang topik yang akan
dibahas. Contoh nya seperti topik tentang Sumbang
Duo Baleh, maka narasumbernya ialah Bundo
4 Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021 5 Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021
Page 79
66
Kanduang, dimana dia orang yang paling paham akan
peraturan Sumbang Duo Baleh yang membahas tentang
peraturan untuk perempuan minang tersebut.6
d. Penentuan angle atau sudut pandang
Sebelum penentuan judul, penentuan angle dan
sudut pandang dilakukan terlebih dahulu. Penulis
naskah melihat sudut pandang dan angle yang akan
diambil terlebih dahulu. Pada saat penulisan feature,
penulis diberi kebebasan dalam menentukan angle dan
sudut pandang.7
e. Penentuan judul
Penentuan judul ini dilihat dari sudut pandang atau
angle yang diangkat. Setelah melakukan riset, mencari
latar belakang permasalahan, mewawancarai
narasumber setelah menemukan angle, maka baru
ditentukan judul yang tepat serta menarik untuk feature
tersebut.8
f. Penulisan feature
Dalam penulisan feature kebudayaan
Minangkabau di RRI Bukittinggi, penulis diberi
kebebasan dalam menulis naskah, tidak diarahkan
siapapun. Namun tetap setelah naskah sudah jadi,
6 Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021
7 Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021 8 Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021
Page 80
67
naskah akan diserahkan kepada produser untuk
dikoreksi jika ada kesalahan atau kekurangan dari
feature.9
g. Redaksional/Editing Naskah
Naskah yang sudah jadi akan dikoreksi terlebih
dahulu sebelum dilakukan rekaman. Naskah akan
koreksi oleh produser. Jika ada kesalahan maka akan
diedit terlebih dahulu.10
Dalam proses produksi feature bertema budaya
Minangkabau, RRI Bukittinggi dalam menjaga tradisi
budaya Minangkabau dengan cara mengemas topik-topik
kebudayaan yang jarang dimuat media lain dan juga
banyak membahas topik tentang kebudayaan yang mulai
terlupakan atau ditinggalkan oleh masyarakat
Minangkabau. Pada tahap pra produksi RRI melakukan
riset lapangan terlebih dahulu untuk mendalami
permasalahan yang akan menjadi pembahasan feature.
Pada tahapan produksi, feature akan melalui proses
rekaman/taping yang mana nanti pada tahap editing akan
dimasukkan unsur-unsur pepatah/pribahasa minang,
musik/backsound/lagu minang.
9 Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021 10
Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021
Page 81
68
B. Proses Penulisan Feature
Dalam penulisan feature, tahap yang dilakukan
penulis yang paling pertama ialah mencari tema,
menentukan topik dan angle. Setelah itu barulah memulai
proses penulisan dengan menggunakan teori piramida
terbalik. Makin kebawah makin mengerucut.11
Feature bertema budayaan Minangkabau sebagai
gimik siaran menggunakan bahasa indonesia yang baku
atau bahasa formal yaitu bahasa tutur yang biasa
digunakan untuk radio. Adapun bahasa campuran,
misalnya menggunakan bahasa Minangkabau ialah
mengutip istilah dari pepatah-pepatah minang dan
nantinya akan di jabarkan lagi maknanya.12
Tahapan-tahapan penulisan:13
1. Gaya penulisan feature
Gaya penulisan pada feature bertema budaya
Minangkabau ini sama seperti feature pada biasanya,
tidak ada metode khusus, tergantung gaya penulisan
masing-masing penulis serta feature apa yang akan
ditulis.14
11
Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021 12
Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021 13
Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021 14
Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021
Page 82
69
a. Lead
Penulisan lead pada nakah feature yang
disiarkan RRI Bukittinggi:
Tabel 4.1
Naskah pembuka feature15
“Minangkabau nama yang
tidak hanya unik, namun juga
sangat lekat dengan
perempuan, sebagai suku
yang menganut matrilineal.
Sosok perempuan memiliki
posisi Istimewa dalam
struktur adatnya... (lampiran)
Feature
Sumbang
Duo Baleh.
Hujan menembus desa
beranda rumah gadang.
Hembusan angin dingin
gunung merapi cukup
menusuk tulang. Secangkir
kopi panas yang disuguhkan
Bundo Rapiah... (lampiran).
Feature
Gala,
Identitas
Adat Laki-
laki
Minang.
“Alunan indah dengan irama
yang mendayu adalah
kekhasan yang dimiliki
saluang atau seruling. Salah
satu alat musik tiup dari
Sumatera Barat. Dikenal
Feature
Saluang.
15
Data yang diperoleh dari dokumen RRI Bukittinggi
Page 83
70
bukan hanya dari bentuknya
yang sederhana... (lampiran).
“Ramadhan tiba, suasana-
suasana nagari di ranah
minang Sumatera Barat kian
semarak. Selain diisi dengan
kegiatan keagamaan, ...
(lampiran)”.
Feature
Maanta
Pabukoan
“Pendengar, Indonesia
memiliki ragam kuliner yang
jumlahnya tidak sedikit.
Bahkan beberapa jenis
kuliner tanah air ada yang
sudah diakui kelezatannya
oleh dunia... (lampiran)”.
Feature
Kuliner Teh
Talua.
b. Isi
Penulisan isi nakah feature yang disiarkan RRI
Bukittinggi:
Tabel 4.2
Naskah isi feature16
“Sumbang Duo Baleh adalah
dua belas aturan adat bagi
perempuan minang yang
mengatur bagaimana
perempuan minangkabau
Feature
berjudul
Duo Baleh.
16
Data yang diperoleh dari dokumen RRI Bukittinggi
Page 84
71
berprilaku... (lampiran).”
“Inyiak Datuak, begitu kami
memanggilnya. Beliau
menjelaskan bahwa ada
makna, kenapa lelaki dewasa
yang telah menikah diberi
gelar di Minangkabau...
(lampiran).”
Feature
Gala,
Identitas
Adat Laki-
laki
Minang.
“Saluang pada awalnya
dibuat untuk meniup api
tungku. Salah satu peralatan
memasak tradisional
minang... (lampiran).”
Feature
Saluang.
“Maanta pabukoan suatu
tradisi berbagi yang
dilakukan oleh seorang
menantu perempuan pada
saat bulan puasa.
Mengantarkan makanan ke
rumah mintuo atau keluarga
suami dengan ragam
makanan khas
minangkabau... (lampiran)”.
Feature
Maanta
Pabukoan.
“Jika Italia dikenal dengan
minuman Cappucino yang
mendunia. Maka ranah
Feature
Kuliner Teh
Talua.
Page 85
72
minang memiliki Teh Telur,
sajian khas yang tak kalah
nikmat dan memiliki banyak
khasiat... (lampiran)”.
c. Penutup
Penulisan penutup nakah feature yang
disiarkan RRI Bukittinggi:
Tabel 4.3
Naskah penutup feature17
“Begitu berharga dan
istimewanya perempuan
dalam adat Minangkabau.
Selaras dengan harga diri
yang mereka pegang teguh...
(lampiran)”.
Feature
Sumbang
Duo Baleh.
“Nama saya Dedi putra, gelar
di Minangkabau Kari Mudo.
Saya menggunakan gelar ini
sudah empat tahun...(insert),
Saya Andini Miza Putri
untuk Radio.... (lampiran)”.
Feature
Gala,
Identitas
Adat Laki-
laki
Minang.
“Kesenian saluang dapat
dijumpai pada acara adat,
pernikahan dan kapanpun
Feature
Saluang
17
Data yang diperoleh dari dokumen RRI Bukittinggi
Page 86
73
dibutuhkan..., Saya Andini
Miza Putri untuk Radio
Republik... (lampiran)”.
“Kehidupan sosial budaya
yang ada di Minangkabau
sejak dahulu tidak hanya
terbatas konteks lahiriah,
namun juga universal...
(lampiran).”
Feature
Maanta
Pabukoan.
Pendengar, bagi sebagaian
warga Sumatera Barat ada
yang menjadikan teh talua
sebagai menu rutin setiap
pagi, sebagai minuman
pembangkit energi
menunjang aktifitas yang
akan dilakukan...
(lampiran)”.
Feature
Kuliner Teh
Talua.
C. Proses Penyiaran Feature
Dalam menyiarkan feature bertema budaya
Minangkabau sebagai gimik siaran mengikuti susunan
DAS (Daftar Agenda Harian).18
Setelah feature selesai
diproduksi sampai ke tahap siaran, penyiar tinggal
18
Wawancara Pribadi dengan Produser (Kasi Siaran) Feature RRI
Bukittinggi, Rismaniar, S.Sos, Via Online, 27 Oktober 2021.
Page 87
74
memutar feature-feature sebagai gimik siaran sesuai
jadwal yang telah disusun.19
Dalam proses penyiaran feature bertema budaya
Minangkabau sebagai gimik siaran, tahapan yang
dilakukan diantaranya:
1. Proses rekaman
Setelah naskah feature selesai, maka narator
berkoordinasi dengan teknik rekaman. Narator akan
membaca naskah yang telah dipersiapkan oleh penulis
dan direkam. Setelah itu, dilakukan editing bagian-
bagian insert atau hasil wawancara mana yang akan
dimasukkan. Tahapan akhir diberikan musik serta
background pendukung dari feature tersebut.20
Tabel 4.4
Format siaran feature bertema budaya Minangkabau21
Operator Musik pembuka Durasi
Narator Naskah feature
(lead) Durasi
Operator,
Narator dan
Insert
Musik penjeda
atau backsound,
naskah feature
(isi), dan
wawancara
Durasi
19
Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021 20
Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021 21
Data yang diperoleh dari dokumen RRI Bukittinggi
Page 88
75
narasumber
Narator Nahkah feature
(penutup) Durasi
Operator Musik penutup Durasi
2. Penyiar (dari pengucapan, lafalan, latihan
pernafasan, pembacaan naskah dll)
Strategi dalam membacakan feature bertema
budaya Minangkabau ini, narator menjelaskan sebisa
mungkin ketika membaca naskah itu tidak seperti
membaca, tetapi seperti bertutur atau bercerita.
Teknik yang dilakukan pun berbeda-beda tergantung
tema yang akan diangkat. Jika bercerita tentang
kesedihan maka dalam bercerita ada unsur sedih,
begitu pula sebaliknya jika tentang kebahagiaa.
Intonasi yang digunakan sesuai dengan topik
pembahasan feature.22
3. Durasi siaran
Dalam feature bertema budaya Minangkabau ini,
durasi siarannya sekitar 7 sampai 10 menit. Minimum
durasi feature ialah 3 menit dan maksimumnya 7
sampai 10 menit.23
22
Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021 23
Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021
Page 89
76
D. Gimik siaran RRI Pro 1 Bukittinggi
1. Macam-macam gimik siaran
Macam-macam gimik siaran yang ada di RRI
Bukittinggi diantaranya ialah Iklan Layanan
Masyarakat (ILM), filler, spot dan feature.24
namun
disini fokus penelitian adalah feature bertema budaya
Minangkabau yang menjadi salah satu gimik siaran di
RRI Pro 1 Bukittinggi.
Tabel 4.5
Feature bertema budaya Minangkabau sebagai gimik
siaran di Pro 1 sebagai RRI Bukittinggi25
No Judul Feature Durasi
1 Sumbang Duo Baleh 00:05:00
2 Silek Minang 00:06:30
3 Matrilineal 00:01:51
4 Jam Gadang 00:06:16
5 Gala, Identitas Adat Laki-laki
Minang 00:09:22
6 Kudo Bendi, Si Legendaris
Lintas Zaman 00:05:28
7 Lelaki dalam Sehelai Kain
Songket 00:08:53
8 Pulang Basamo 00:08:07
9 Rumah Gadang Tahan Gempa 00:06:18
24
Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021 25
Data yang diperoleh dari dokumen RRI Bukittinggi
Page 90
77
10 Saluang 00:06:15
11 Saluang Sirompak 00:07:15
12 Tabuik Pariaman 00:08:34
13 Tato Mentawai 00:07:43
14 Tradisi Serak Gulo 00:03:36
15 Kuliner Air Tebu 00:05:03
16 Kuliner Martabak Kubang 00:06:52
17 Nasi Kapau 00:05:27
18 Maanta Pabukoan 00:03:36
19 Katan Sari Kayo 00:04:14
20 Kawa Daun 00:07:06
21 Kuliner Ramadhan Teh Talua 00:07:06
22 Rendang 00:05:33
23 Debus 00:03:23
24 Batangay 00:06:55
25 Talempong Batu Talang Anau 00:08:15
26 English Batu Angkek Angkek 00:05:49
27 English Marasok 00:10:21
28 Desa Pariangan 00:09:08
29 Kampung Rendang Selayang
Pandang 00:09:33
30 Pacu Jawi 00:08:40
2. Daya tarik Feature bertama budaya Minangkabau
Feature-feature yang disiarkan RRI Bukittinggi
mengangkat tema-tema menarik yang banyak belum
Page 91
78
diketahui masyarakat luas setelah melakukan riset dan
survei.26
“Disini kita lebih mengeksplor tentang
kebudayaan yang mana belum banyak
diangkat oleh media terkait topik tersebut”,
jelas produser feature RRI Bukittinggi.
RRI Bukittinggi memperkenalkan ragam-ragam
kebudayaan yang ada di daerah Minangkabau yang
masih jarang bahas media lain, baik cetak maupun
elektronik. Feature-feature seperti itulah yang
menjadi daya tarik khalayak untuk mendengarkan
feature dan juga dapat dijadikan sarana edukasi bagi
bagi para pendengar.27
3. Jadwal gimik siaran
Jadwal gimik siaran di RRI Bukittinggi disetiap
harinya disesuaikan dengan DAS (Daftar Acara
Siaran) hariannya. Di Pro 1 RRI Bukittinggi biasanya
feature ini disiarkan 1 atau 2 judul feature oleh
penyiar.28
Feature bertema budaya Minangkabau
disiarkan di RRI Pro 1 Bukittinggi pada sore atau
malam hari sedangkan di pagi atau siang hari
26
Wawancara Pribadi dengan Produser (Kasi Siaran) Feature RRI
Bukittinggi, Rismaniar, S.Sos, Via Online, 27 Oktober 2021. 27
Wawancara Pribadi dengan Produser (Kasi Siaran) Feature RRI
Bukittinggi, Rismaniar, S.Sos, Via Online, 27 Oktober 2021. 28
Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021
Page 92
79
disiarkan feature bertema umum.29
Perkiraan waktu
siaran feature diperkirakan sekitar jam 09.00 – 10. 00
WIB, jam 14.00 – 15.00 WIB, atau jam 19.00 – 20.00
WIB.
Tabel 4.6
Susunan Daftar Acara Siaran (DAS) Harian RRI
Bukittinggi30
Radio Republik Indonesia Bukittinggi
Daftar Acara Siaran (DAS) Pusat Pemberdayaan
Masyarakat
Daypart 1
Lintas
Bukittinggi
Pagi (Jam
04.30 –
09.00)
Tune (Signal Pengenalan RRI) –
Info Program – Religi Pagi –
Pengajian Al-Qur’an – Ceramah
Agama – Pemutaran Lagu
Bernuansa Islami – Filler/Tips –
Warta Berita Daerah – Mimbar
Kristen Katolik (khusus hari
Minggu) – Lagu Minang – Station
ID (Med) Khusus – Informasi
Aktual dan Hiburan – Jelajah Rasa
(khusus hari Minggu) – Warta
Berita Sentral – Laporan Berita
Terkini - Opini Publik – Dialog
29
Wawancara Pribadi dengan Produser (Kasi Siaran) Feature RRI
Bukittinggi, Rismaniar, S.Sos, Via Online, 27 Oktober 2021. 30
Data yang diperoleh dari dokumen RRI Bukittinggi
Page 93
80
Interaktif – Iklan/ILM – Spot.
1x1 Jam
(antara jam
09.00-10.00)
Pemutaran Feature sebagai Gimik
Siaran
Daypart 2
Lintas
Bukittinggi
Siang ( Jam
10.00-14.00)
Lagu Indonesia – Anak Cerdas –
station RI – Jendela Pro 1 (Pesona
Alamku) – ILM/Filler – Dinamika
Olahraga – Lagu Minang – Sapa
Maimbau – Laporan Berita Terkini
– Iklan – Lagu Hiburan Siang –
Warta Berita Sentral – Pro Dangdut
– Filler.
1x1 Jam
(antara jam
14.00-15.00)
Pemutaran Feature sebagai Gimik
Siaran
Daypart 3
Lintas
Bukittinggi
Sore ( Jam
15.00 –
19.00)
Lagu dan Info Aktual –
Berita/Laporan Terkini – filler –
Ngobrol Sore – Majalah Udara
Kentongan – Spot/ILM –
Info Aktual – Pemutaran Lagu –
Pengajian Al-Qur’an –
lagu Islami – Warta Berita Sentral –
Kemilau Desa (khusus hari Selasa).
Page 94
81
1x1 Jam
(antara jam
19.00-20.00)
Pemutaran Feature sebagai Gimik
Siaran
Daypart 4
Lintas
Bukittinggi
Malam ( Jam
20.00 –
24.00)
Warta Berita Daerah – Lagu
Minang – Drama Mini Pro 1 –
Senandung Etnotika (khusus hari
Minggu) – Pantun Balega – ILM –
Gita Malam – Filler/Spot –
Berita/Laporan Terkini – Renungan
Malam – Penutup Siaran.
4. Siaran feature bertema budaya Minangkabau sebagai
gimik siaran dalam menjaga tradisi Minangkabau
Analisis feature yang disiarkan RRI Bukittinggi
sebagai gimik siaran yang membahas budaya
Minangkabau dalam menjaga tradisi:
a. Feature Sumbang Duo Baleh
Feature Sumbang Duo Baleh ialah salah
satu feature yang lumayan sering disiarkan
RRI Pro 1 Bukittinggi sebagai gimik siaran
yang bertemakan tentang perempuan
Minangkabau. Feature ini berdurasi 5 menit,
yang terdiri dari suara backsound/musik,
narator, narasumber 1 dan 2. Feature ini
diawali dengan musik pembuka dan dilanjut
Page 95
82
dengan lead, isi, penutup, dan diakhiri musik
penutup.
Sumbang Duo Baleh ini membahas
tentang peraturan tidak tertulis yang ada di
Minangkabau untuk perempuan. Pada bagian
lead feature Sumbang Duo Baleh dijelaskan
posisi perempuan Minang dalam struktur
adatnya yang kelak akan menjadi Bundo
Kanduang. Perempuan minang diatur oleh
peraturan tidak tertulis yang disebut dengan
Sumbang Duo Baleh, yang artinya ada 12
nilai sopan santun atau nilai tata krama yang
tidak boleh dilanggar perempuan Minang,
mulai dari cara duduk, berjalan, melihat,
berbicara, berdiri, makan, berpakaian,
bekerja, bertanya, menjawab, bergaul, dan
berprilaku.
Fenomena yang di jumpai sekarang ialah
banyak anak gadis minang yang tidak
mengetahui apa yang dikatakan dengan
sumbang duo baleh.31
Peraturan tersebut
sudah mulai terlupakan pada saat ini karena
pengaruh globalisasi, yang mana saat ini
31
Kompasiana, “Eksistensi Sumbang Duo Baleh Bagi Perempuan
Minang Kontemporer”,
https://www.kompasiana.com/silvha33308/6051aaf2e95df723773b2402/eksist
ensi-sumbang-duo-baleh-bagi-perempuan-minang-kontemporer?page=all,
diakses pada 17 Maret 2021, pukul 06:11 WIB
Page 96
83
perempuan Minangkabau telah banyak
mengikuti tren-tren budaya luar, mulai dari
berpakaian, bertingkah laku dan lain-lain
sebagainya.
Dengan adanya feature Sumbang Duo
Baleh ini menjadi pengingat kembali untuk
menjaga tradisi/adat yang telah diajarkan oleh
nenek moyang terdahulu.
b. Feature Gala, Identitas laki-laki Minang
Feature Gala, Identitas Laki-laki
Minang ialah feature yang membahas tentang
tradisi pemberian gala/gelar kepada laki-laki
Minang yang akan menikah. Feature Gala,
Identitas laki-laki Minang ini berdurasi 9
menit 22 detik, yang terdiri dari suara
backsound/musik, narator, narasumber 1, 2
dan 3. Feature ini diawali dengan musik
pembuka dan dilanjut dengan lead, isi,
penutup, dan diakhiri musik penutup.
Dalam adat Minangkabau, ada istilah
“Ketek Banamo Gadang Bagala”, yang
mempunyai makna diwaktu kecil dipanggil
nama, dan ketika sudah menikah dipanggil
dengan gelar. Gelar disini diberikan kepada
laki-laki yang akan menikah sebagai simbol
bahwa dia akan memiliki tanggung jawab,
tugas dan amanah baru sebagai imam di
Page 97
84
keluarganya. Pemberian gelar ini disesuai
dengan watak dan karakter nya. Bagi laki-laki
Minangkabau yang sudah menikah,
merupakan hal tabu (pantangan) jika
dipanggil dengan nama kecilnya.
Namun pada saat ini hal tersebut sudah
tidak terlalu diperhatikan lagi, gelar tersebut
hanya sebatas pemberian pada saat menikah.
Dengan adanya feature ini, pendengar lebih
mengenal makna dibalik pemberian gelar
pada laki-laki Minang dan mampu
menerapkan kembali tradisi ini.
c. Feature Saluang
Feature Saluang ialah feature yang
membahas tentang salah satu alat kesenian
Sumatera Barat, mulai dari asal-usul, cara
pembuatan, makna yang tekandung di
dalamnya. Feature Saluang ini berdurasi 6
menit 15 detik, yang terdiri dari suara
backsound/musik, narator, narasumber 1 dan
2. Feature ini diawali dengan musik pembuka
dan dilanjut dengan lead, isi, penutup, dan
diakhiri musik penutup.
Kesenian daerah ini sudah mulai
ditinggalkan karena faktor perkembangan
zaman saat ini, masyarakat termasuk generasi
milenial lebih suka kesenian dari barat atau
Page 98
85
luar, dibandingkan dari daerah mereka
masing-masing.
Dengan adanya feature Saluang ini,
mampu membawa masyarakat untuk
menyukai kesenian saluang kembali. Hal itu
karena dalam feature dijelaskan makna
tersirat dari keindahan alunan musik dan asal-
usul kreativitas adanya alat musik Saluang
tersebut.
d. Feature Maanta Pabukoan
Feature Maanta Pabukoan ialah feature
yang disiarkan di bulan ramadhan yang
membahas tentang tradisi maanta pabukoan
atau mengantar makanan untuk berbuka
puasa. Feature Maanta Pabukoan ini
berdurasi 3 menit 36 detik, yang terdiri dari
suara backsound/musik, narator, dan satu
narasumber. Feature ini diawali dengan
musik pembuka dan dilanjut dengan lead, isi,
penutup, dan diakhiri musik penutup.
Dalam adat Minangkabau, ada tradisi
maanta pabukoan oleh seorang menantu
perempuan ke rumah mertua pada bulan
Ramadhan. Tradisi ini berjutuan untuk
menjalin tali silaturrahmi. Tradisi ini
merupakan tradisi lama, tak heran generasi
Page 99
86
sekarang banyak yang tidak tau mengenai
tradisi ini.
Melalu feature ini pendengar bisa dapat
pengetahuan mengenai tradisi ini dan bisa
kembali diterapkan untuk menjaga budaya
yang telah diajarkan nenek moyang kita
dalam menjalin tali silaturrahmi di bulan
Ramadhan.
e. Feature Kuliner Teh Talua
Feature Kuliner Teh Talua ialah feature
yang membahas tentang kuliner khas
Sumatera Barat. Feature Kuliner Teh Talua
ini berdurasi 7 menit 6 detik, yang terdiri dari
suara backsound/musik, narator, satu
narasumber. Feature ini diawali dengan
musik pembuka dan dilanjut dengan lead, isi,
penutup, dan diakhiri musik penutup.
Teh talua adalah salah satu kuliner yang
kelezatannya telah diakui dunia, selain
rendang. Dengan adanya feature ini,
masyarakat Minangkabau maupun seluruh
Indonesia bangga dan makin mencintai
kuliner-kuliner yang ada di Indonesia.
Feature bertema budaya Minangkabau disiarkan di
Pro 1 RRI Bukittinggi sebagai gimik siaran. Gimik
dalam RRI merupakan siaran yang dijadwalkan disela
Page 100
87
daypart untuk mengisi kekosangan program. Selain
itu, alasan feature ini menjadi gimik siaran karena
mampu menarik perhatian pendengar untuk mengenal
budaya-budaya yang mulai terlupakan oleh
masyarakat. Dengan durasi maksimal 10 menit, gimik
ini mampu memberikan informasi penting yang
dikemas secara singkat, padat, jelas dan menarik
dengan menambahkan gimik-gimik juga didalamnya,
serta mampu memberikan edukasi kepada khalayak
pendengar. RRI mampu menjaga tradisi lokal yang
ada dan fungsi/perannya sebagai media pelestari
budaya bangsa terpenuhi yang mana salah satunya
dengan adanya siaran feature bertema budaya
Minangkabau ini.
Page 101
88
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI
Radio siaran melalui internet menjadi sangat penting
mengingat kondisi siaran radio secara umum yang terjadi saat ini.
Terlebih lagi Radio Republik Indonesia (RRI) yang mana
siarannya berpedoman pada kepentingan bangsa dan daerah-
daerah yang ada di Indonesia. RRI dituntut harus mampu
mengikuti perkembangan zaman dan saling bersaing untuk
mendapatkan perhatian masyarakat.
Sebagai media pelestari budaya Minangkabau RRI
Bukittinggi mempunyai peran penting untuk melawan jajahan
budaya luar, kpop, budaya modern, barat dan lain-lain yang mana
saat ini lebih digemari generasi milenial. RRI dalam perlawanan
imperialisme budaya asing menyiarkan program-program
bertema budaya lokal seperti dialog daerah, kesenian minang
(saluang), pantun balega, sandiwara minang serta feature bertema
Budaya Minangkabau.
Seiring dengan perkembangan teknologi, RRI saat ini
dapat diakses melalui aplikasi RRIPlay.Go dan webside
https://rri.co.id/. Aplikasi RRIPlay.Go saat ini memiliki rating 4,2
dan sudah diunduh oleh 100.000 lebih. Melalui RRIPlay.Go dan
webside https://rri.co.id/ masyarakat indonesia dapat mengakses
program nasional maupun lokal di seluruh Indonesia.
Page 102
89
Gambar 5.1
RRIPlay.Go
RRI Pro 1 Bukittinggi memiliki segmentasi pendengar
disegala usia, dimana pada program pendidikan-kebudayaan
segmentasi pendengar utamanya yaitu SLTA ke atas, dengan
sasaran wilayah seluruh provinsi. Program tentang pendidikan-
kebudayaan di Pro 1 dipresentasikan siarannya yaitu 20% ; 228'.
Pro 1 RRI Bukittinggi sendiri memiliki frequency/power paling
tinggi di Sumatera Barat mencapai angka 1512 kHz, 10 kW.1
RRI Pro 4 sebagai radio budaya, yang mana keseluruhan
program siarannya bermuatan budaya, baik siaran dalam bentuk
siaran pendidikan, berita dan informasi, iklan layanan masyarakat
atapun siaran lainnya. Baik siaran itu dalam format feature, filler,
sandiwara radio, dialog, ataupun siaran dokumenter haruslah
menjadikan budaya sebagai tema utama siaran. Dimana
segmentasi pendengar utamanya pada usia 20-50 tahun.
Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI memiliki kekuatan
setara dengan 205 stasiun radio, baik itu dalam negeri maupun
1 Radio Station in West Sumatra Province,
https://www.asiawaves.net/indonesia/sumatera-barat-radio.htm
Page 103
90
luar negeri. RRI mampu menjangkau menjangkau masyarakat
hingga pelosok atau pedalaman sekalipun. Jumlah pendengar RRI
menjadikan radio ini nomor satu di tanah air. Yang mana
pendengar radio di Indonesia diperkirakan sekitar 75 juta, dan 45
juta di antaranya adalah pendengar RRI. Hal ini karena siaran
yang berkualitas dengan mengangkat keragaman budaya local
yang menjadi ciri utama seluruh satker yang ada di LPP RRI.2
Selain itu RRI juga memiliki sosial media seperti
Facebook atau Instagram. Ini berguna untuk memberikan
informasi seputar program RRI. Sosial media ini juga bertujuan
untuk memperoleh wawasan, saran, dan masuknya berbagai
pihak yang kompoten guna peningkatan peran RRI di era digital.3
Gambar 5.2
Instagram dan Facebook RRI Bukittinggi
2 Rri.co.id, Unggul Jumlah Pendengar, LPP RRI Harus Pertahankan
Konten Budaya Lokal, https://rri.co.id/yogyakarta/749-
peristiwa/987281/unggul-jumlah-pendengar-lpp-rri-harus-pertahankan-konten-
budaya-lokal, diakses pada 4 Maret 2021 pukul 13:24. 3 Rri.co.id, Persaingan di Era Digitalisasi, Pengamat Media: Radio
Butuh Peran Media Sosial,
https://rri.co.id/surakarta/daerah/1010033/persaingan-di-era-digitalisasi-
pengamat-media-radio-butuh-peran-media-sosial, diakses pada 29 Maret 2021
pukul 15:24
Page 104
91
Dalam pengelolaan radio siaran, kebijakan format siaran
menjadi kunci dari keberlangsungan penyelanggaraan siaran.
Format stasiun merupakan jantung dari seluruh kinerja
pemograman yang mengacu pada format yang makin spesifik
karena semakin banyaknya jumlah radio siaran sehingga
terciptanya segmentasi dari pendengar.
Globalisi memang memberikan pengaruh yang besar pada
kehidupan masyarakat. Masyarakat lebih menggemari tren-tren
yang ada saat ini dibanding budaya yang dianggap kuno. Namun
sebagai masyarakat yang bijak, kesadaran untuk terus
melestarikan tradisi adalah hal yang harus tetap diingat. Fungsi
media dalam hal tersebut menjadi sangat penting. 4
Peran RRI sebagai media pelestari budaya dan pendidikan
saat ini masih menjadi radio nomor satu di Indonesia, terkhusus
media lokal yang masih banyak penggemarnya karena banyak
mengangkat budaya daerah masing-masing. Konten-konten
edukasi dan penyampaian yang menarik ditawarkan kepada
konsumen, RRI sampai saat ini masi menjadi radio kecintaan
masyarakat.5 Bagi genarasi milenial pun saat diwawancarai
mengatakan bahwa pendidikan budaya ini menjadi materi
menarik untuk dipelajari.6
4 Wawancara Pribadi dengan Pendengar RRI Bukittinggi, Razaq
Permana, Via Online, 6 Januari 2022 5 Wawancara Pribadi dengan Pendengar RRI Bukittinggi, Yoga
Fernandes, Via Online, 6 Januari 2022 6 Wawancara Pribadi dengan Pendengar RRI Bukittinggi, Hesti
Lestari, Via Online, 6 Januari 2022
Page 105
92
RRI ialah radio yang mempunyai manajemen tersendiri.
Berita-berita yang disiarkan oleh RRI memiliki kebijakan
redaksional yang berbeda dari radio-radio lainnya.7 RRI
Bukittinggi memproduksi feature bertema budaya Minangkabau
yang kita dengarkan sebagai gimik siaran ini adalah salah satu
perannya dalam melestari budaya di Indonesia.
A. Strategi RRI Bukittinggi menjadikan feature bertema
Budaya Minangkabau sebagai Gimik Siaran
Menurut Kabul Budiono pada bab 2 feature
merupakan kisah yang menarik bukan sekedar kumpulan
data informatif, tetapi sebuah penuturan yang hidup
sehingga isu-isu abstrak menjadi jelas dan mudah
dimengerti. Dari pengertian tersebut bisa dilihat bahwa
feature ini merupakan berita atau informasi yang dikemas
seperti cerita dengan fakta dan data yang terkandung
didalamnya, tidak akan basi karena tergerus oleh zaman.
Pemilihan feature sebagai informasi tentang budaya
adalah pilihan yang bagus. Melalui feature budaya ini,
informasi tentang budaya-budaya di Indonesia terkhusus
daerah kita masing-masing dapat menjadi bahan
pendidikan atau edukasi bagi setiap individu. Melalui
feature budaya diharapkan kita sebagai pendengar yang
hidup di era globalisasi ini lebih sadar dan peduli lagi
7 Kabul Budiono dkk, Panduan Jurnalistik Radio dan Online,
(Jakarta: Direktorat Program dan Produksi LPP Radio Republik Indonesia,
Cet. I, 2015), hal. 15
Page 106
93
akan nilai-nilai budaya yang telah diajarkan oleh nenek
moyang sebagai pedoman hidup.
Adat budaya Minangkabau ialah satu budaya yang
selalu dapat berdiri kokoh dimanapun berada. Hal itu
karena pegangan falsafah “adat basandi sarak, sarak
basandi kitabullah”. Adat Minangkabau indak lakang
dipaneh, indak lapuak dihujan.8 Artinya sesuatu yang
bertahan dari berbagai gempuran budaya dari luar, baik
itu budaya barat, timur maupun budaya dominan di
Indonesia.
RRI Bukittinggi mengemas siaran feature bertema
budaya Minangkabau. Feature ini yang disiarkan sebagai
gimik siaran. Tema-tema feature yang disiarkan sangat
menarik karena menyiarkan ragam budaya Minangkabau
yang jarang dimuat media lain. Feature yang disiarkanpun
berupa informasi penting yang dapat menambah
pengetahuan dan wawasan pendengar.
“Tema-tema feature yang disiarkan RRI
Bukittinggi ini sangat menarik, karena mengangkat
hal-hal yang jarang kita dengar juga, terlebih lagi
di kalangan muda Minangkabau, sehingga tema-
tema ini nantinya dapat menjadi materi
pembelajaran juga tentang adat Minangkabau.”9
8 Wawancara Pribadi dengan Pendengar RRI Bukittinggi (pemuka
ADAT), Inyiak Dt. Labiah, Via Online, 13 November 2021 9 Wawancara Pribadi dengan Pendengar RRI Bukittinggi, Nike
Srihandika, Via Online, 13 November 2021
Page 107
94
Selain itu melalui feature bertema budaya
Minangkabau ini mengandung banyak hal yang mana
dapat mengubah pola pikir, terutama genarasi milenial.10
Informasi yang diangkat menarik karena banyak generasi
milenial saat ini tidak mengetahui budaya-budaya apa saja
yang mulai menghilang di daerahnya, melalui feature ini
dapat memperkenalkan kembali budaya tersebut kepada
geneasi penerus.11
Strategi yang RRI Bukittinggi dalam menyampaikan
feature budaya dapat tersampaikan dengan baik kepada
telinga pendengar. Mulai dari tahapan perencanaa,
produksi, dan pasca produksi (evaluasi). RRI Bukittinggi
pada proses perencanaan produksi feature melakukan
tahapan survei dan riset kelapangan terlebih dahulu
sebelum menentukan narasumber dan angle yang akan
diangkat. Hal tersubut dilakukan untuk lebih mendalami
latar belakang permasalahan pada pemabahasan yang
akan diangkat dan untuk mengetahui budaya apa saja
yang masih diterapkan atau sebaliknya mulai terlupakan
oleh masyarakat Minangkabau. Konsep feature
dipersiapkan dengan matang, agar memperoleh kualitas
siaran yang baik, sesuai dengan target yang diharapkan.
10
Wawancara Pribadi dengan Pendengar RRI Bukittinggi, Razaq
Permana, Via Online, 6 Januari 2022 11
Wawancara Pribadi dengan Pendengar RRI Bukittinggi, Yoga
Fernandes, Via Online, 6 Januari 2022
Page 108
95
Baik efeknya untuk masyarakat (pendengar) maupun
media RRI sendiri.
Penulis naskah feature dalam menulis menggunakan
bahasa Indonesia baku dan sesuai dengan prinsip bahasa
Jurnalistik yaitu ringkas, jelas (SPOK), tertib (5W+1H)
dan kalimat yang menarik, Sehingga mudah dipahami
pendengar Minangkabau maupun seluruh Indonesia.
Dengan itu pemuka adat juga sangat terbantu dalam
menyampaikan adat budaya yang ada di Minangkabau.12
Beberapa kalimat pada naskah feature RRI
Bukittinggi menggunakan unsur penting dalam menulis
feature, seperti deskriptif dan kutipan seperti yang
dijelaskan dalam buku Azwar, M.Si yang berjudul 4 Pilar
Jurnalistik.13
1. Lead (pembukaan paragraf)
Lead merupakan pintu gerbang yang
mengantarkan pada isi, jika lead-nya bagus maka
khalayak akan terus mendengarkan feature yang
disiarkan.14
Feature bertema kebudayaan
Minangkabau yang disiarkan RRI Bukittinggi
pembukaan paragrafnya berupa kalimat fakta
12
Wawancara Pribadi dengan Pendengar RRI Bukittinggi (pemuka
adat), Inyiak Dt. Labiah, Via Online, 13 November 2021 13
Azwar, 4 pilar jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Jurnalistik,
(Jakarta: Kencana, Cet. I, 2018), hal. 83 14
Azwar, 4 pilar jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Jurnalistik,
(Jakarta: Kencana, Cet. I, 2018), hal. 85
Page 109
96
informasi yang memiliki nilai unggul,
penggambaran suasana, atau bisa dengan
menyapa pendengar.
a. Kalimat fakta yang memiliki nilai unggul
“Minangkabau nama yang tidak hanya
unik, namun juga sangat lekat dengan
perempuan, sebagai suku yang menganut
matrilineal”, feature berjudul Sumbang
Duo Baleh.
b. Kalimat penggambaran suasana
“Hujan menembus desa beranda rumah
gadang. Hembusan angin dingin gunung
merapi cukup menusuk tulang”, feature
berjudul Gala, Identitas Adat Laki-laki
Minang.
c. Sapaan pendengar
“Pendengar, Indonesia memiliki ragam
kuliner yang jumlahnya tidak sedikit.
Bahkan beberapa jenis kuliner tanah air
ada yang sudah diakui kelezatannya oleh
dunia, seperti salh satunya Rendang yang
berasal dari Minangkabau”, feature
berjudul Kuliner Teh Talua.
2. Batang tubuh/Isi
Isi pada berita feature menentukan seberapa
nilai dan kebermanfaatan informasi yang
didengar. Dalam bagian isi feature, penulis harus
Page 110
97
memperhatikan kefokusan cerita. Membuat
kronologis berurutan dengan kalimat sederhana
namun jelas sehingga mudah dimengerti
khalayak.15
Dalam bagian isi feature bertema budaya
Minangkabau fokus cerita terstruktur, sesuai
dengan tema yang dibahas. Namun masih ada
unsur bahasa Minangkabau dalam naskah feature.
Beberapa kata/kalimat tersebut menggunakan
bahasa tidak baku (bahasa minang) yang lupa
diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Serta yang
menjadi kelebihan dari feature ini ialah
menggunakan pepatah atau pribahasa
Minangkabau yang menarik.
Unsur-unsur bahasa Minangkabau yang
terdapat dalam isi feature:
a. Penggunaan kata tidak baku
Tabel 5.1
Penggunaan bahasa pada naskah feature
“Hari ini kami berbincang tentang
makna gala atau gelar adat
sebagai identitas diri bagi laki-laki
di Minangkabau.”
√
“Apabila terjadi perkawinan antar x
15
Azwar, 4 pilar jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar Jurnalistik,
(Jakarta: Kencana, Cet. I, 2018), hal. 86
Page 111
98
nagari yang memberikan gelar
dengan nagari yang tidak.”
“Ramadhan bagi padusi atau
perempuan minang juga
merupakan waktu untuk
melakukan tradisi maanta
pabukoan”
√
“Satu diantranya adalah Teh
Talua atau Teh Telur.” √
“Hampir di seluruh lapau hingga
rumah makan mewah di
Minangkabau menyajikan teh
talua sebagai pilihan minuman
kesehatan bagi para pelanggan.”
x
Pada kalimat diatas terdapat kata
“nagari” dan “lapau” yang tidak
terjemahkan kedalam bahasa Indonesia.
Yang mana seharusnya dua kata dalam
kalimat tersebut dijadikan bahasa
Indonesia saja atau dibuat beserta artinya.
Nagari yaitu desa: “Apabila terjadi
perkawinan antar desa yang memberikan
gelar dengan nagari yang tidak” atau
“Apabila terjadi perkawinan antar nagari
atau desa yang memberikan gelar dengan
nagari yang tidak”.
Page 112
99
Lapau yaitu warung: “Hampir di
seluruh warung hingga rumah makan
mewah di Minangkabau menyajikan teh
talua sebagai pilihan minuman kesehatan
bagi para pelanggan” atau “Hampir di
seluruh lapau atau warung hingga rumah
makan mewah di Minangkabau
menyajikan teh talua sebagai pilihan
minuman kesehatan bagi para pelanggan.”
b. Penggunaan kalimat pepatah (pribahasa
Minangkabau)
Dalam isi feature juga terdapat
kalimat pepatah bahasa minang beserta arti
dari kalimat tersebut. Seperti kalimat:
Tabel 5.2
Penggunaan kalimat pepatah/pribahasa
Minangkabau
“Ketek Banamo
Gadang Bagala”
Artinya kecil
bernama besar
bergelar.
“Alah bauriah bak
sipasin kok bakiak
alah bajajak habih
tahun baganti
musim sandi adat
jan dianjak”
Artinya walaupun
tahun silih
berganti, musim
selalu beredar,
tetapi pegangan
hidup jangan
dilepas.
Page 113
100
3. Penutup
Jenis penutupan feature bagusnya dapat
membuat pendengar terkesan. Penulis hendaklah
memberikan kesan mendalam dan kuat dibenak
pendengar, serta menumbuhkan hasrat pendengar
untuk mengikuti atau mendengar feature-feature
lainnya.16
Ada dua tipe kalimat penutup feature
bertema budaya Minangkabau di RRI Bukittinggi.
a. Kalimat ringkasan fakta dari keseluruhan
“Kehidupan sosial budaya yang ada di
Minangkabau sejak dahulu tidak hanya
terbatas konteks lahiriah, namun juga
universal. Bahwa adat dan agama selalu
berjalan beriringan. Termasuk budaya
maanta pabukoan yang tidak lekang oleh
panas dan tidak lapuk oleh hujan”, feature
berjudul Maanta Pabukoan.
b. Salam penutup
Pengenalan nama narator dan kru seperti:
“Saya Andini Miza Putri untuk Radio
Republik Indonesia dan segenap kru yang
bertugas. Sampai jumpa”, feature Saluang.
16
Universitas Jurnalistik, “Langkah-langkah Menulis Feature beserta
Contohnya (Lengkap)”,
https://www.universitasjurnalistik.com/2020/11/angkah-langkah-menulis-
Feature.html, diakses pada November 2020, pukul 20:47 WIB.
Page 114
101
Pengunaan kalimat feature diatas bisa dikatakan RRI
Bukittinggi berhasil menyampaikan maksud dari isi
feature yang membahas tentang budaya Minangkabau
karena sudah sesuai dengan teori yang ada di landasan
teori bab dua. Generasi muda di daerah-daerah yang saat
ini berada diera globalisasi dan juga zaman perkembangan
bahasa-bahasa gaul, seperti campuran bahasa inggris atau
bahasa kekinian, masih dapat mengerti makna yang
terkandung dalam siaran feature. Begitu juga pendengar
di luar daerah Minangkabau, mereka bisa memahami
feature kebudayaan Minangkabau yang disampaikan
dalam kalimat feature diatas.
Feature yang diproduksi durasinya tidak lebih dari 10
menit. Rata-rata feature bertema budaya Minangkabau
mempunyai durasi siaran sekitar 3 sampai 10 menit.
Sehingga pendengar dalam memperoleh informasi tentang
budaya tidak mengantuk karena pembasan yang singkat
padat dan jelas tersebut.
Gaya radio secara karakteristiknya mencakup: akrab,
imajinatif, auditori, dan Gaya percakapan. Sedangkan
sifat pendengar radio itu meliputi: kesukaan, kegemaran,
kebiasaan, minat, serta keinginannya.17
Dalam hal
tersebut siaran radio harus mampu memikat hati
17
Masduki, 2004, Menjadi Broadcaster Profesional, (Yogyakarta :
LkiS Yogyakarta), hal. 32-35
Page 115
102
pendengar agar terus mendengarkan siarannya. Kualitas
penyiaran sangat penting dalam hal ini.
Pada tahapan produksi siaran feature ini dilakukan
rekaman/taping. Dalam menyiarkan feature bertema
budaya Minangkabau teknik yang diterapkan penyiar saat
proses rekaman baik. Dari segi pengucapan, kecepatan,
notasi, proyeksi serta jeda disesuaikan dengan tema
feature yang diangkat. Penyiar feature bertema budaya
Minangkabau di RRI Bukittingi dalam membacakan
naskah feature menjelaskan tidak seperti membaca, tetapi
seperti bertutur atau bercerita. Suara penyiar dalam
menyiarkan memadai serta mampu memainkan waktu
(jeda) dengan memperhatikan titik koma.
Tahapan strategi terakhir ialah pada pasca produksi
(evaluasi). Feature bertema budaya Minangkabau bukan
hanya disiarkan RRI Bukittinggi sebagai gimik siaran,
namun juga akan dikirim ke RRI Pusat untuk disiarkan di
kanal budaya Pro 4 Pusat. Setelah itu akan ada penilaian
feature yang telah diproduksi RRI seluruh Indonesia.
Penilaian tersebut yang menjadi bahan evaluasi untuk
produksi feature RRI Bukittinggi berikutnya. Apa
kekurangan feature tersebut apakah dari temanya terlalu
Page 116
103
dangkal, angle yang kurang menarik atau musik yang
kurang mendukung dan lain-lain sebagainya.18
Berikut faktor pendukung dan penghambat pada
proses produksi feature bertema budaya Minangkabau:
1. Faktor Pendukung
Siaran feature bertema budaya Minangkabau
sebagai gimik siaran ini mendapat dukungan penuh
dari pemerintah dan masyarakat, serta pihak terkait
seperti narasumber dari feature.
Masyarakat Minangkabau, pemerintah
maupun pemuka adat mempercayai siaran
feature bertema budaya Minangkabau ini
dapat memberikan pendidikan atau edukasi
akan pentingnya mengetahui nilai-nilai yang
terkandung di budaya Minangkabau.19
Dengan dukungan dan kepercayaan tersebut LPP
(lembaga penyiaran publik) RRI Bukittinggi dalam
mempertahankan eksistensi budaya Minangkabau
menjadi siaran yang menarik. Siaran yang
menumbuhkan rasa bangga dan kecintaan masyarkat
akan budaya-budaya yang ada di Minangkabau.
Siaran yang memberikan edukasi masyarakat
terkhusus generasi milenial. Siaran yang mampu
mempertahankan nilai-nilai budaya minangkabau
18
Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021 19
Wawancara Pribadi dengan Produser (Kasi Siaran) Feature RRI
Bukittinggi, Rismaniar, S.Sos, Via Online, 27 Oktober 2021.
Page 117
104
agar menjadi pedoman masyarakat yang tinggal di
ranah Minang maupun di tanah perantauan.
Siaran feature bertema budaya Minangkabau
menjadi kebutuhan yang mampu mengingatkan
kembali generasi muda Minangkabau tentang adat
istiadat yang telah diwariskan oleh generasi yang
terdahulu.20
2. Faktor Penghambat
Yang menjadi faktor penghambat saat
memproduksi feature Di RRI Bukittinggi, kendala
yang sering terjadi ialah terkait deadline, waktu yang
kurang cukup untuk mengeksplor topik yang akan
diangkat.21
Hal ini karena feature bertema budaya
Minangkabau ini tidak hanya disiarkan sebagai gimik
disiaran di Pro 1 RRI Bukittinggi, namun juga dikirim
ke pusat untuk disiarkan di pro 4 kanal budaya RRI
Pusat pada tanggal 15 setiap bulannya.
Kendala lainnya yang membuat proses produksi
feature ini agak lama ialah proses editing
memasukkan wawancara narasumber ke insert, proses
20
Wawancara Pribadi dengan Pemuka Adat, Inyiak Dt. Labiah, Via
Online, 13 November 2021 21
Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021
Page 118
105
ini membutuhkan waktu dan kejelian bagian mana
yang akan jadikan insert dalam sebuah feature.22
Dari beberapa faktor tersebut, yang terhambat
dalam proses produksi ini ialah:
a. Karena deadline, proses penentuan angle,
narasumber feature terkegan tergesa-gesa
menjadi kurang mendalam sehingga feature ini
kurang menarik.
b. Pada proses editing, proses yang paling
penting memasukkan hasil wawancara menjadi
insert dan backsound/music kedalam untuk
menjadi sebuah rekaman. Jika editor tidak jeli
dalam proses mengedit bisa menjadikan
feature ini tidak diminati pendengar, terlebih
lagi sebagai gimik siaran, yang mana gimik
siaran ini fungsinya untuk menarik minat
pendengar dalam mendengarkan radio.
B. RRI Bukittinggi dalam menjaga tradisi Budaya
Minangkabau
RRI Bukitinggi dalam menjaga tradisi budaya
Minangkabau salah satunya dengan cara memproduksi
feature bertema budaya Minangkabau yang nantinya akan
disiarkan sebagai gimik siaran.
22
Wawancara Pribadi dengan Penulis Naskah dan Narator Feature
RRI Bukittinggi, Aldilla Safitri, S.Hum, Via Online, 9 Oktober 2021
Page 119
106
Gimik dalam lembaga penyiaran diartikan sebagai
adegan kreatif atau sajian untuk menarik perhatian
khalayak jika sebuah segmen membosankan. Gimik siaran
ini penting ada agar siaran radio tidak terlalu monoton,
ada variannya. Dengan adanya gimik siaran, mood
pendengar dalam mendengarkan siaran dalam jangka
waktu lamapun masi tetap bagus.
Jadwal gimik siaran ini mengikuti DAS (daftar
acara siaran) harian yang telah disusun oleh tim programa
pro 1. Jadwal siaran ini cukup efektif di jam 14.00 s/d
15.00 karena pada jam kerja dan santai. Jadi, peluang
pendengar untuk mendengarkan siaran radio di jam
tersebut lebih banyak dibandingkan jam malam 19.00 s/d
20.00, dimana jam quality time dengan keluarga.23
Feature bertema budaya minangkabau sebagai
gimik siaran adalah satu yang membuat membangkitkan
semangat pendengar dalam mendengarkan program radio.
Hal itu karena feature bertema budaya Minangkabau RRI
Bukittinggi yang mempunyai daya tarik tersendiri bagi
pendengar. Lewat feature sebagi gimik siaran ini,
pendengar lebih memperoleh pengetahuan akan budaya
dan dapat menjaga tradisi dan melestarikan budayanya.
Melalui siaran feature bertema budaya
Minangkabau ini, RRI Bukittinggi mempunyai peran
23
Wawancara Pribadi dengan Pendengar RRI Bukittinggi, Nike
Srihandika, Via Online, 13 November 2021
Page 120
107
penting sebagai media yang menjaga tradisi dan sekaligus
edukasi budaya. Berikut peran dan fungsinya:
1. Feature yang disiarkan RRI Bukittinggi memberikan
informasi sekaligus edukasi tentang kebudayaan yang
ada di Minangkabau yang mulai terlupakan akibat
perkembangan zaman dan proses akulturasi budaya
serta juga sebagai pengobat rasa rindu bagi para
perantau. 24
2. Feature ini berperan untuk membangkitkan kembali
adat dan budaya Minangkabau. Siaran ini sangat
membantu para tokoh atau pemuka adat dalam upaya
mempertahankan kebudayaan Minangkabau dan
mengharapkan generasi penerus memegang teguh adat
budaya.25
3. Siaran feature ini sangat diperlukan karena informasi
yang ada didalamnya sangat penting diketahui
masyarakat, baik itu masyarakat Minangkabau sendiri,
maupun masyarakat di daerah lain. Hal ini juga untuk
menumbuhkan kecintaan masyarakat akan
keberagaman budaya di Indonesia.
Berdasarkan pembahasan diatas, bisa dikatakan
siaran feature tersebut mampu menjadi bahan atau alat
dalam mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada di
24
Wawancara Pribadi dengan Pendengar RRI Bukittinggi, Nike
Srihandika, Via Online, 13 November 2021 25
Wawancara Pribadi dengan Pemuka Adat, Inyiak Dt. Labiah, Via
Online, 13 November 2021
Page 121
108
Budaya Minangkabau. Seperti budaya Sumbang Duo
baleh bagi perempuan Minang, gala (gelar) bagi laki-laki
Minang, kesenian Saluang, budayaan Maanta Pabukoan di
bulan Ramadhan, dan kuliner-kuliner Minangkabau.
Nilai-nilai yang terkandung dalam feature mampu
menjaga tradisi yang telah ditanamkan oleh nenek
mayang terdahulu. Dimana seperti tradisi Sumbang Duo
Baleh, walaupun saat ini tradisi tersebut sudah jarang
diketahui oleh perempuan Minang termasuk generasi
milenial, namun dengan adanya feature Sumbang Duo
Baleh ini, dipercaya tradisi tersebut dapat dilestarikan
kembali ditengah perkembangan zaman saat ini. Nilai-
nilai yang terkandung dalam feature kebudayaan ini
menempatkan bahwa tradisi Sumbang Duo Baleh tidak
menghambat perempuan Minang dalam berproses dan
mengikuti perkembangan zaman. Seperti yang terdapat
dalam naskah feature sumbang duo baleh, “Kembali Dr.
Silfiah, M.Si menjelaskan beberapa hal yang dapat
dilakukan perempuan minang, tidak hanya berpatokan
pada adat istiadat. Namun perempuan minang harus bisa
menyelaraskan dengan kemajuan zaman, tanpa terlepas
dari akar budayanya”.
Dalam upaya melawan nilai-nilai budaya barat
yang saat ini digandrungi masyarakat Minang adalah
dengan cara memanfaatkan peran dan fungsi media masa
RRI dengan baik dan efektif dalam menyiarkan siaran
Page 122
109
bertema kebudayaaan, hal itu dilakukan untuk
meminimalisir imperialisme budaya, yang mana lebih
didominasi oleh budaya luar.
Page 123
110
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian strategi produksi feature bertema
budaya Minangkabau sebagai gimik siaran di Pro 1 RRI
Bukittinggi, maka penulis memberi kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil temuan, RRI Bukittinggi dalam
strategi memproduksi feature bertema budaya
Minangkabau sebagai gimik siaran ialah fokus pada
pada perencanaan dan proses produksi feature (baik
dipenulisan maupun penyiaran). Mengangkat tema-
tema menarik yang jarang dimuat media lain, isi
feature berupa informasi penting yang menambah
wawasan pendengar, penggunaan bahasa dan kalimat
menarik yang mudah dicerna pendengar asal
Minangkabau maupun daerah lain, pembawaan
penyiar yang seperti bertutur yang mampu memikat
minat pendengar.
2. Feature bertema budaya Minangkabau mampu
menjaga tradisi-tradisi yang mulai terlupakan oleh
masyarakat Minangkabau. Feature ini dijadikan
sebagai gimik siaran untuk mejadi daya tarik di RRI
Bukittinggi karena mampu membangkitkan semangat
pendengar kembali saat bosan mendengar program
Page 124
111
siaran lain. Bagi para perantau Minang gimik siaran
feature ini dapat mengobati rasa rindu akan budaya-
budaya yang ada di Minangkabau. Bagi pemuka adat,
feature sebagai gimik siaran ini sangat membatu
mereka dalam upaya mempertahankan nilai adat dan
budaya kepada generasi penerus. Dengan adanya
feature sebagai gimik siaran ini dapat menambah
kecintaan dan kebanggaan masyarakat akan budaya-
budaya di Indonesia semakin bertamabah.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan
implikasi dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Media penyiaran publik mempunyai peran penting
salah satunya menyiarakan program/siaran terkait
pelestarian kebudayaan.
2. Feature bertema budaya menjadi siaran yang mampu
memberikan edukasi kepada pendengar.
3. Gimik siaran yang berbentuk feature bertema budaya
dapat memikat pendengar dengan daya tarik
tersendiri.
C. Saran
Adapun saran yang peneliti utarakan dalam skripsi ini
kepada pihak-pihak tertentu antara lain:
Page 125
112
1. RRI Bukittinggi
a. Program feature ini sangat bermanfaat bagi
masyarakat Minangkabau, baik yang berada di
ranah minang maupun di perantauan, baik
generasi tua maupun generasi muda. Namun
jadwal pemutaran feature ini kurang efektif di jam
malam, 19.00 s/d 20.00 WIB. Sebaiknya jadwal
jadwal feature ini disiarkan pada jam pergi dan
pulang kerja, untuk menemani pendengar pada
saat diperjalanan.
b. Pemilihan judul dan penjadwal siaran feature tiap
hari sebaiknya dicantumkan dalam DAS (Daftar
Acara Siaran) untuk lebih mempermudah penyiar
dalam pembagian rata siaran feature bertema
budaya Minangkabau.
c. Deadline adalah masalah yang paling sering
terjadi jika dikaitkan dengan berita, solusi dari
kekurang waktu dalam proses produksi feature ini
ialah dengan cara mempersiapkan secara matang
konsep yang akan menjadi pembahasan pada saat
rapat produksi atau sebelum survei lapangan.
2. Pendengar RRI Bukittinggi seluruh Indonesia
Feature ini sangat bermanfaat karena budaya
Minangkabau ialah budaya yang selalu berdiri kokoh
dimanapun berada. Falsafah adat Minangkabau yaitu
“Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”,
yang mana artinya orang Minangkabau berpegang
Page 126
113
teguh pada peraturan yang sesuai dengan kitab Allah.
Pepatah adat Minangkabau “Indak lakang dek paneh,
indak lapuak dek hujan” yang artinya adat
Minangkabau dapat bertahan dalam situasi apapun,
tidak tergerus oleh pengaruh zaman. Pituah/nasehat
orang Minangkabau “Dima bumi dipijak, di situ
langik dijunjuang” yang artinya masyarakat dapat
menyesuaikan diri dimanapun mereka berada.
Para pendengar diharapkan menjadikan feature ini
sebagai salah satu sarana edukasi dalm menerapkan
substansi kebudayaan Minangkabau dalam kehidupan
sehari-hari.
Page 127
114
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Azwar. 2018. 4 pilar jurnalistik: Pengetahuan Dasar Belajar
Jurnalistik. Jakarta: Prenadamedia Group (Kencana), Cet.
I.
Budiono, Kabul dkk. 2015. Panduan Jurnalistik Radio dan
Online. Jakarta: Direktorat Program dan Produksi LPP
Radio Republik Indonesia, Cet. I.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti
Jumroni dan Suhaimi. 2006. Metode-metode Penelitian
Komunikasi. Ciputat: UIN Jakarta Press.
Latief, Rusman dan YusiatieUtud. Kreatif Siaran Televise,
kencana: Divisi dari prenadamedia group.
Mabruri K.N, Anton. 2018. Panduan Produksi Acara TV Non-
Drama. Jakarta: PT. Gramedia
Masduki. 2004. Menjadi Broadcaster Profesional, Yogyakarta :
LkiS Yogyakarta.
Moeleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Morissan. 2002. Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan
Televisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Page 128
115
Mulyana, Dedi. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Rosda
Romli, Asep Syamsul M. 2004. Broadcast Journalism: Panduan
Menjadi Penyiar, reporter Script Writer. Bandung:
penerbit Nuansa.
Romli, Asep Syamsul M. 2005. Jurnalistik Terapan: Suatu
Pengantar. Bandung: Batik Press.
Santana K, Septiawan. 2017. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Sartono, FR Sri. 2018. Modul Teknik Penyiaran dan Produksi
Program Radio, Televisi dan Film, Jakarta: Jilid 1
Siregar, Ashadi dkk. 1998. Bagaimana Meliput dan Menulis
Berita untuk Media Massa. Yogyakarta: Kanisius.
Suprapto, Tommy. 2006. Berkarier di Bidang Broadcasting.
Yogyakarta: Media Pressindo.
Wibowo, Fred. 2012. Teknik Produksi Program Radio Siaran
Yogyakarta : Grasia Book Publisher.
Situs Internet
123dok, “Logo dan Arti Logo RRI”, https://text-
id.123dok.com/document/4zp2kpn0y-logo-dan-arti-logo-
rri-sejarah-divisi-tempat-pkl.html, diakses pada 16 Juni
2021, pukul 16:07
Page 129
116
Accurate, “Gimmick Adalah Salah Satu Strategi Marketing yang
Sangat Memikat Pelanggan”,
https://accurate.id/marketing-manajemen/gimmick-adalah/
, diakses pada 6 April 2021
Bloggin Up, “Jenis-jenis Spot Radio”,
https://produksispot.blogspot.com/2015/09/jenis-jenis-
spot-radio.html?m=1, diakses pada September 2015.
Info Publik, “Bundo Kanduang Teladan Bagi Perempun
Minang”,
https://infopublik.id/kategori/nusantara/493328/bundo-
kanduang-teladan-bagi-perempuan-minang?video, diakses
pada 18 Februari 2020, pukul 14:06 WIB
KabarKampus.com, “Di Era Digital, Radio Sebagai Penjaga
Kebudayaan Lokal”,
https://kabarkampus.com/2016/06/di-era-digital-radio-
sebagai-penjaga-kebudayaan-lokal/ , diakses pada 22 Juni
2016
Komasiana, “Gawat, Tradisi dan Budaya di Minangkabau
Hampir Punah”,
https://www.kompasiana.com/muthia75285/6045f288e32c
4767bb12d1b2/gawat-tradisi-dan-budaya-di-
Minangkabau-hampir-punah , diakses pada 8 Maret 2021,
pukul 16:48 WIB
Page 130
117
Kompasiana, “Eksistensi Sumbang Duo Baleh Bagi Perempuan
Minang Kontemporer”,
https://www.kompasiana.com/silvha33308/6051aaf2e95df
723773b2402/eksistensi-sumbang-duo-baleh-bagi-
perempuan-minang-kontemporer?page=all, diakses pada
17 Maret 2021, pukul 06:11 WIB
Kompasiana, “Nggak Ada Gimik Nggak Kreatif”,
https://www.kompasiana.com/ombrill/552915c96ea834e0
3a8b45a8/nggak-ada-gimik-nggak-kreatif , diakses pada
29 Mei 2013, pukul 12:52
Langgam.id, “Kesenian Adat Minangkabau di Ambang
Kepunahan”, https://langgam.id/kesenian-adat-
Minangkabau-di-ambang-kepunahan/ , diakses pada 17
Maret 2020, pukul 08:22 WIB
Mnews, “Ini Alasan Radio Masih Ngehits hingga Kini”,
https://www.minews.id/gaya-hidup/ini-alasan-radio-
masih-ngehits-hingga-kini#, diakses pada 11 September
2020, pukul 19:40 WIB
Oerban.com, “Penulisan Naskah Filler untuk Radio”,
https://oerban.com/penulisan-naskah-filler-untuk-radio/,
diakses pada 26 Maret 2021, pukul 08.42 WIB.
PPMI Arab Saudi, “Lunturnya Budaya Indonesia”,
https://ppmiarabsaudi.ppi.id/lunturnya-budaya-indonesia/ ,
diakses pada 18 Oktober 2020
Page 131
118
Rri.co.id, “Profil LPP RRI”, https://rri.co.id/profil , diakses pada
14 Juni 2021, pukul 20:30 WIB
Sejarah Singkat RRI Bukittinggi,
file:///C:/Users/wwww/AppData/Local/Temp/sejarah_sing
kat_rri_bukittinggi__24_03_2020.pdf , diakses pada 14
Juni 2021, pukul 16:29
Solopos.com, “Gimmick di Wajah Televisi Indonesia”,
https://www.solopos.com/gimmick-di-wajah-televisi-
indonesia-937696, diakses pada 3 September 2018, pukul
20.58 WIB
Sumbarprov.go.id, “Pemahaman Generasi Minang Terhadap
Nilai Adat Kian Lapeh”,
https://sumbarprov.go.id/home/news/18680-pemahaman-
generasi-minang-terhadap-nilai-adat-kian-lemah.html ,
diakses pada 16 Mei 2020, pukul 13:36 WIB
Universitas Jurnalistik, “Langkah-langkah Menulis Feature
beserta Contohnya (Lengkap)”,
https://www.universitasjurnalistik.com/2020/11/angkah-
langkah-menulis-Feature.html, diakses pada November
2020, pukul 20:47 WIB.
Warta Ekonomi.co.id, “Apa Itu Gimmick”,
https://wartaekonomi.co.id/read303080/apa-itu-
gimmick?page=2, diakses pada 08 September 2020, pukul
10.20 WIB
Page 132
119
Karya Ilmiah
Dwiana, Ressi. Korean Wave, Imprerialisme Budaya, dan
Komersialisasi Media. Jurnal Komunikasi Universitas
Tarumanagara. Tahun VI/01/2014
Junalius, Nizwardi dkk. 2018. Peran Niniak Mamak dalam
Melestarikan Adat Istiadat Minangkabau Ditengah Arus
Globalisasi: Studi Kasus di Nagari Parambahan dan
Nagari Labuah
Mubah, A. Safril. 2011. Strategi Meningkatkan Daya Tahan
Budaya Lokal dalam Menghadapi Arus Globalisasi.
Volume 24 Nomor 4
Murtiadi. 2019. Strategi Kretatif Produser dalam
Mempertahankan Eksistensi Program Mission X Trans
TV, Vol.6 No.1
Putra, Teguh Haniko. 2017. Memudarnya Wibawa Niniak Mamak
sebagi Urang Nan Gadang Basa Batuah di Minangkabau
Volume 15 Nomor 2
Riswara, Yanti. 2012. Puitika dalam Lirik Saluang. Volume 3
Nomor 2.
Rosdiana, Arini. 2011. Skripsi Strategi Komunikasi Marketing
Radio Dakta 107 FM dalam Meningkatkan Eksistensi di
Kalangan Pendengar. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Page 133
120
Setyaningrum, Naomi Diah Budi. 2018. Budaya Lokal di Era
Global. Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 20 No. 2.
Valentina, Tengku Rika dan Roni Ekha Putera. 2007. Posisi
Perempuan Etnis Minangkabau dalam Dunia Patriarki
Sumatera Barat dalam Perspektif Agama, Keluarag dan
Budaya. Vol. VI No. 2
Page 134
LAMPIRAN TRANSKIP WAWANCARA
Hari/ Tanggal : Sabtu/ 9 Oktober 2021
Lokasi : Via Online (WhatsApp)
Narasumber : Aldilla Safitri, S.Hum
Jabatan : Penyiar (Penulis naskah dan Narator Feature
Bertema Budaya Minangkabau) RRI Bukittinggi
Ket:
P : Peneliti
N : Narasumber
P: Sudah berapa lama feature bertema budaya Minangkabau
disiarkan sebagai gimik disiarkan?
N: Kalau program Feature secara umum kita sudah membuatnya
sejak tahun 2018, dan ini temanya umum, tidak bertema
Minangkabau saja dan untuk bahasa inggris kita pernah
mengangkat tema nya itu tentang Budaya Minangkabau dan
Mentawai di tahun 2013 sampai tahun 2015. Jadi saat ini program
Feature meterinya itu umum tidak hanya Minangkabau.
P: Apa yang menyebabkan program feature tentang budaya
Minangkabau dan budaya mentawai berhenti di tahun 2015
dan bagaimana asal mula feature ini kembali diproduksi pada
2018?
Page 135
N: Pada tahun 2015 itu adalah kerja sama RRI Bukittinggi
dengan siaran luar negri Voice Of Indonesia (VOC), jadi ini
cuman ada 7 RRI yang bekerja sama dengan VOC dan salah
satunya RRI Bukittinggi. Di sini kita membuat Feature nya
dalam bahasa inggris, sekali dalam seminggu, jadi dalam
sebulannya ada 4 kali. Sementara yang di 2018 itu adalah Feature
wajib yang dikirim ke DIRPP yaitu direktorat program dan
produksi RRI. Jadi seluruh RRI yang ada di Indonesia, kurang
lebih ada 30 lebih satker atau 30 lebih RRI wajib kirimkan
Feature ini, satu kali dalam satu bulan. Ini dikirim ke direktorat
program dan produksi RRI di Jakarta. Penyebab berhentinya
program Feature pada tahun 2015 adalah karena program eksotik
Indonesia tidak dilanjutkan dimana tempat Feature ini berada.
P: Berapa jumlah feature bertema budaya Minangkabau
yang diproduksi RRI Bukittinggi sampai saat ini?
N: Kalau untuk feature yang saat ini berbahasa indonesia yang
bertemakan Minangkabau itu dari 2018 sampai sekarang sekitar
50%. Jadi bisa dikatakan 50% tentang budaya dan 50% lagi
tentang umum, jadi bisa dikatakan kurang lebih sudah ada 30
feature yang diproduksi sebagai gimik siaran.
P: Siapa saja yang terlibat dalam memproduksi feature
bertema budaya Minangkabau?
N: Yang terlibat dalam produksi feature, yang pasti adalah
penulis naskah, narator, penata musik bagian editing dan mixing,
dan produser serta penanggung jawab.
Page 136
P: Adakah pihak diluar tim produksi yang mempengaruhi
proses produksi Feature bertema Budaya Minangkabau?
N: Pihak di luar tim produksi yang mempengaruhi proses
produksi feature Budaya Minangkabau biasanya tidak ada. Jadi
pihak luar yang biasa kita gunakan itu murni narasumber. Jadi
siapa narasumber yang kita gunakan, nah itu yang bisa dikatakan
pihak luar yang terlibat dalam produksi feature.
P: Bagaimana tahapan awal yang dilakukan RRI dalam
memproduksi feature bertema Budaya Minangkabau?
N: Jadi sebelum memproduksi feature itu ada tahapan pra
produksi yaitu rapat agenda setting. Rapat ini diagendakan setiap
tanggal 1 setiap bulannya, yang terlibat dalam rapat ini ialah tim
kreatif feature.
P: Bagaimana cara menentuan tema yang akan diangkat
untuk siaran feature budaya Minangkabau?
N: Nah kalau untuk feature budaya Minangkabau temanya si bisa
kita ambil atau kita lihat dari kondisi masyarakat itu seperti apa,
ketika kita sudah punya tema, kita akan lakukan riset terlebih
dahulu, misalnya mencari tahu atau mencari latar belakang
permasalahannya seperti apa, atau kita bertanya langsung pada
orang-orang yang terkait atau terlibat dalam tema tersebut.
P: Apakah dalam penulisan Feature bertema Budaya
Minangkabau diarahkan oleh redaktur atau punya cara lain?
Page 137
N: Selama ini tidak diarahkan, tergantung penulis naskahnya. Jadi
penulis naskahnya tertarik menulis apa, nah itu misalnya dicoba
untuk di gali, dan semisal naskahnya sudah jadi di serahkan ke
produser, kira-kira, ada sanggahankah, sudah cocokkah, dan
koreksi-koreksi lainnya itu selanjutnya bisa diperbaiki oleh
penulis naskah.
P: Bagaimana penentuan narasumber untuk berita Feature
bertema budaya Minangkabau?
N: Untuk penentuan narasumber tergantung tema yang kita
angkat misalnya, mau mengangkat tentang Sumbang Duobaleh.
Maka kita akan bertanya kepada Bundo Kanduang. Atau misal
berbicara tentang tari piring, kita kan bertanya langsung kepada
para penari, pemilik sanggar atau mereka yang paham akan
filosofi tari tersebut.
P: Bagaimana proses penentuan judul feature bertema
budaya Minangkabau?
N: Jadi proses penentuan judul itu kita lihat terlebih dahulu, sudut
pandang atau angle yang kita ambil, contoh mengangkat tentang
sumbang duo baleh. Sumbang duobleh yang kita angkat menjadi
feature, kenapa? Yang pertama kita harus cari dulu latar
belakangnya, kenapa si kita mau mengangkat sumbang duobaleh?
Mungkin karena saat ini banyak perempuan yang tidk paham
akan sumbang duobaleh. Itu latar belakang secara umum, nanti
kita cari lagi, nanti kita gali lagi siapa yang akan kita wawancarai
untuk narasumber ini, dan biasanya kita hubungi Bundo
Page 138
Kanduang, atau generasi muda terkait pemahaman mereka
tentang sumbang duo baleh dan sebagainya. Untuk penentuan
judul nanti dari hasil wawancara kita bisa menentukan apa yang
menarik untuk feature ini.
P: Apa bahasa yang digunakan pada feature bertema budaya
Minangkabau?
N: Untuk penulisan bahasa, ketika kita bekerja sama dengan
voice of office indonesia siaran luar negri, kita akan menggukan
bahasa inggis, sementara saat ini bulanan yang kita bikin kita
menggunakan bahasa indonesia.
P: Apa tahapan yang dilakukan pada saat penulisan feature
bertema budaya Minangkabau?
N: Setelah mendapatkan tema dan angle baru kita mulai proses
penulisan. Proses penulisan ini menggunakan teori piramida
terbalik, makin kebawah makin mengerucut. Dalam proses
penulisan itu biasanya yang dilakukan adalah kita lakukan
mendengarkan wawancara dulu. Jadi penulisan berdasarkan
wawancara yang kita lakukan dan informasi yang kita gali lebih
banyak.
P: Bagaimana penggunaan kalimat bahsa pada bagian lead,
isi dan penutup feature, apakah ada metode khusus yang
penulis lakukan?
N: Untuk penggunaan kalimat dalam penulisan itu seperti kalimat
bahasa bertutur karena kita di radio. Baik di paragraf pembuka
Page 139
maupun penutup itu kembali karena setiap penulis mempunyai
style masing-masing. Pengangan atau metode khusus dalam
penulisan feature ini sama saja kayak menulis feature pada
biasanya, tapi tergantung feature apa yang kita tulis.
P: Bagaimana penerapan bahasa yang digunakan dalam
penulisan naskah feature bertema budaya Minangkabau?
N: Kalau untuk menulis feature tetap memegang kode etik
penggunaan bahasa jurnalistik ya, ataupun pakem-pakem
jurnalistik seperti kita tidak boleh menyadur tanpa izin atau
melakukan plagiat dan sebagai nya. Bahasa yang digunakan yaitu
bahasa formal, yaitu bahasa tutur yang biasa digunakan untuk
radio, walaupun ada campuran bahasa minang, itu bukan
campuran, tepatnya kita mengutip istilah dan itu ada penjabaran
selanjutnya.
P: Teknik apa saja yang kakak terapkan pada saat
menyiarkan program feature ini?
N: Sebelum kita melakukan rekaman feature, kita koordinasi dulu
dengan teknik rekaman, jadi setelah itu kita persiapan naskah dan
kita baca, untuk teknik kita dalam membacakan feature itu
berbeda-beda, tergantung temanya apa, jadi dilihat dulu, apakah
temanya itu tentang kesedihan, atau ada unsur sedihnya, atau
tema nya tentang kegembiraan, kebahagiaan itu pasti berbeda
ketika kita membacakannya. Jadi ada intonasinya. Sebisa
mungkin ketika kita membacakan naskah feature itu, tidak seperti
membaca tetapi seperti bertutur atau bercerita.
Page 140
P: Bagaimana proses editing/mixing feature bertema budaya
Minangkabau?
N: Proses ini setelah narator selesai rekaman, nanti bagian-
bagian mana dari wawancara yang akan kita masukkan insert kita
masukkan. Setalah itu baru diberikan musik, ataupun juga
background pendukung dari feature.
P: Berapa batas maksimum dan minimum durasi feature
bertema kebudayaan Minangkabau?
N: Karena kita memproduksinya dalam bentuk mini feature, kita
itu pake durasi sekitar 7 sampai 10 menit, jadi untuk minimunnya
itu sekitar 3 menit, untuk maksimum nya sekitar 7 sampai 10
menit.
P: Kenapa faeture budaya Minangkabau dijadikan sebagai
gimik siaran, apa yang menjadi daya tarik feature ini?
N: Kita berbicara tentang gimik, jadi gimik siaran itu ada Iklan
Layanan Masyarakat (ILM), filler, spot dan feature. Itu dia
alasannya kenapa dijadikan gimik siaran, karena memang feature
ini bagian dari gimik tersebut. Kalau untuk daya tariknya, dalam
feature ini kita bisa menyajikan informasi-informasi yang cukup
menarik yang dikemas bagi pendengar, jadi dengan feature ini
kita mengangkat sesuatu yang selama ini tidak diketahui oleh
pendengar, kita angkat, kemudian ini akan menjadi nilai
edukasinya lebih dapat untuk para pendengar.
P: Kapan jadwal penyiaran feature sebagai gimik siaran?
Page 141
N: gimik siaran diputar biasanya di pergantian daypart mengikuti
DAS. Setiap harinya pasti ada satu atau dua feature yang kita
putar.
P: Apakah ada kendala atau faktor penghambat dalam
memprodukai feature bertema budaya Minangkabau?
N: Terkait kendala dalam memproduksi feature bisanya itu
deadline, dikejar waktu, jadi kita tidak bisa mengeksplor lebih
lama, tentang topik yang akan kita angkat, atau ketika kita
kesulitan untuk mendapatkan narasumber atau sebagainya.
Namun untuk deadline feature yang akan di kirim ke RRI Pusat,
sebelum tanggal 15 atau paling mepet tanggal 15 kita harus kirim
paket feature ini ke RRI Pusat. Jadi paling untuk mensiasatinya,
mungkin lebih ke manajemen waktu aja, dan juga yang membuat
sedikit agak lama itu adalah proses editing wawancara dari
narasumber yang kita potong-potong jadi insert, nah itu juga
butuh waktu dan kejelian, kira-kira ini bagian mana dari
wawancara itu yang bisa masuk di jadikan insert dalam sebuah
feature.
P: Apakah setalah feature selesai diproduksi dan disiarkan
ada evaluasi yang dilakukan untuk produksi feature
selanjutnya atau bagaimana?
N: Nah, biasanya setelah feature itu diproduksi ada evaluasi,
misalnya yang dibuat untuk dikirim paket bulanan ke jakarta, itu
kan ada penilaian se indonesia dari bagian produksi dan
perencanaan yang ada disana, biasanya itu ada nominasi yang
Page 142
masuk 10 besar siapa, nah ketika kita nggak jebol masuk 10
besar, itu akan menjadi evaluasi kira-kira kita kurangnya dimana,
biasanya itu kita bisa tanya ke mereka, itu kenapa kita tidak lolos
bulan ini, dan biasanya itu mereka ngasih masukan misal, gimik
feature itu ga ada, atau musik nya kurang mendukung, atau
temanya terlalu dangkal, atau barangkali pendalaman angle nya
kurang menarik, itu bakal di kasih, jadi itu jadi bahan
evaluasinya, dan untuk produksi selanjutnya kita bisa atasi.
Page 143
Hari/ Tanggal : Rabu/ 27 Oktober 2021
Lokasi : Via Online (WhatsApp)
Narasumber : Rismaniar, S.Sos
Jabatan : Produser Program Feature Bertema Budaya
Minangkabau RRI Bukittinggi
P: Sudah berapa lama ibu menjadi produser dalam produksi
Feature sebagai gimik siaran?
N: Untuk menjadi produser itu sudah 3 tahun, namun barunkeluar
SK sebagai kasi siaran itu baru ditahun 2020, jadi resminya
menjadi produser program Feature ini sekitar 2 tahun.
P: Apa saja tugas yang ibu lakukan selama menjadi produser
Feature sebagai gimik siaran?
N: Tugas saya disini menghendle jalan nya proses produksi ini,
bertanggung jawab mengawasi tim kreatif dalam produsi Feature
tersebut. Dalam proses memproduksi Feature ini, kita
mempunyai tim yang disebut tim kreatif. Dimana kita bekerja
sama untuk menjalan progaram Feature.
P: Siapa saja yang terlibat dalam proses produksi Feature ini
bu?
N: Yang terlibat diantaranya saya sendiri sebagai produser,
penulis naskah, narator, teknik editing, dan penata musik. Jumlah
anggota tim kreatif produksi Feature ini sekitar 10 orang.
Page 144
P: Berapa kali Feature bertema kebudayaan Minangkabau
sebagai gimik siaran ini di produksi bu?
N: Kita memproduksi Feature ini sekali dalam sebulan, kita
agendakan dalam sebulan itu pas rapat produksi mencari topik
dan tema yang menarik untuk diangkat, atau tergantung moment
atau hari-hari bersejah lain. Kita melakukan survei atau bekerja
sama dengan pihak terkait.
P: Apa yang menjadi daya tarik Feature bertema budaya
Minangkabau ini disiarkan sebagai gimik siaran di pro 1 bu?
N: Disini kita lebih mengeksplor tentang kebudayaan yang mana
belum banyak diangkat oleh media terkait topik tersebut. Nah, ini
menjadi nilai plus dan juga dapat bahan pembelajaran juga untuk
lebih mengenal kebudayaan yang ada di daerah kita ini. Feature-
Feature ini juga dapat dijadikan bahan edukasi bagi bagi
pendengar. Hal tersebut yang menjadi daya tarik Feature
tersebut. lewat Feature ini kita memberikan informasi seputar
kebudayaan dengan kemasan yang menarik seperti awalan
kalimatnya “Tahukah anda?”, ini juga untuk menambah minat
pendengar yang belum mengetahui apa-apa saja yang ada
didaerah kita dan untuk menarik wisatawan juga.
P: Bagaimana cara menentukan jadwal dalam menyiaran
program Feature tema kebudayaan sebagai gimik siaran?
N: Dalam penentuan jadwal kita berpedoman pada DAS (Daftar
Acara Siaran). Untuk program Feature bertema budaya
Page 145
Minangkabau ini biasanya kita menyiarkan Featurenya di
sore/malam hari. Karena emang jadwal siaran budaya Programa 1
disiarkan sore/malam hari. Sedangkan Feature bertema umum
seperti tema kemanusian atau sosial agama itu disiarkan di
pagi/sore hari.
P: Bagaimana cara penentuan judul siaran Feature pada saat
siaran gimik?
N: Dalam penentuan judul siaran tiap hari nya, kita menyesuaikan
moment dan pemutaran Feature nya kita menggunakan pola
acak.
P: Sebagai penanggung jawab dan mengawasi jalannya
feature ini apakah ibu mempunyai kendala atau hambatan
dalam proses memproduksi Feature ini bu? Jika ada apa
solusinya bu?
N: Sejauh ini, alhamdulillah tidak ada kendala. Karena kita
bekerja sama dengan pihak terkait dan melakukan survei tersebih
dahulu. Pihak yang akan menjadi narasumber pun juga
welcome/terbuka kepada kita. Mereka juga senang dengan
kedatangan kita. Jadi kita mendapat kemudahan.
Page 146
Hari/ Tanggal : Rabu/ 13 November 2021
Lokasi : Via Online (WhatsApp)
Narasumber : Inyiak Dt. Labiah
Jabatan : Pemuka adat
P: Bagaimana bapak melihat budaya Minangkabau ditengah
perkembangan teknologi sekarang?
N: Adat budaya Minangkabau selalu dapat berdiri kokoh
dimanapun berada, karena adat minangkabau itu berdasarkan adat
basandi sarak, sarak basandi kitabullah, indak lakang dipaneh,
indak lapuak di hujan, jadi dapat menyesuaikan perkembangan
zaman.
P: Bagaimana pendapat bapak tentang budaya-budaya
Minangkabau yang mulai ditinggalkan masyarakat terkhusus
generasi milenial
N: Sangat disayangkan, harusnya tetap dibudayakan dan
dilestarikan dimanapun orang minang tersebut berada. Disini
butuh peran media yang harus ikut serta membangkitkan dan
melestarikan kembali adat dan budaya Minangkabau. Namun adat
Minangkabau yang mulai dan harus ditinggal masyarakat adalah
adat istiadat yang bertentangan dengan sarak, contohnya seperti
adat menyabung ayam (mengadu ayam).
Page 147
P: RRI kan mengangkat feature-feature bertema budaya
Minangkabau, apakah bapak pernah mendengar siaran
tersebut dan bagaimana menurut bapak siaran ini?
N: Ya, RRI sangat bagus dan sangat membantu menghidupkan
kembali dan menghimbau generasi muda untuk memegang teguh
adat budaya Minangkabau dalam kehidupan sehari-hari, baik
secara individual baik dalam kehidupan bermasyarakat. Semoga
kedepannya RRI selalu konsisten dan setia dalam memberikan
edukasi budaya kepada masyarakat Minangkabau.
P: Menurut bapak apasih manfaat siaran Feature bertema
budaya Minangkabau yang disiarkan RRI ini?
N: Mengingatkan kembali generasi muda Minangkabau tentang
adat istiadat yang telah diwariskan oleh generasi yang terdahulu
P: Apa harapan bapak kepada generasi milenial yang mulai
terpengaruh akan perkembangan zaman?
N: Harapanya generasi milenial jangan terbawa arus oleh
globalisasi yang menghancurkan nilai-nilai budaya minangkabu
yang harus dipegang teguh dalam kehidupan.
Page 148
Hari/ Tanggal : Rabu/ 13 November 2021
Lokasi : Via Online (WhatsApp)
Narasumber : Nike Srihandika
Jabatan : Pendengar perantau RRI Bukittinggi (Pedagang
di Tanah Abang)
P: Sudah berapa lama kakak ada di rantau (Jakarta) ?
N: Merantau sudah 5 tahun hampir ya, dari tahun 2017 awal
januari
P: Apakah kakak sering mendengar siaran RRI Pro 1
Bukittinggi ?
N: Lumayan sering ya, kadang kalau lagi ditoko, kalo lagi
senggang, atu lagi nyantai suka dengarin radio atau lagu-lagu
minang
P: Apakah kakak pernah mendengarkan Feature budaya
Minangkabau sebagai gimik siaran di Pro1 RRI Bukittinggi?
N: Pernah sesekali diputarin disiaran Pro 1 RRI Bukittinggi,
sebagai pengobat rindu dengan tanah kelahiran.
P: Bagaimana menenurut kakak tema-tema Feature yang
diangkat di rri bukittinggi?
N: Sangat menarik, karna tema-tema yang disajikan termasuk
hal-hal yang jarang didengar oleh kalangan muda Minangkabau,
Page 149
sehingga tema tersebut dapat menjadi materi pembelajaran adat
Minangkabau. Adat dan adab, jadi anak-anak sekarang itu bisa
belajar dari mendengar radio.
P: Bagaimana menurut kakak penyampaian feature di RRI
Bukittinggi? (dari segi informasi yang disampaikan dan
kalimat-kalimat penyamaiannya)
N: Penyampaiannya baik, alur cerita dalam pembahannya juga
menarik ya. Vokal suara, penambahan musik, backsoundnya
membuat kita sebagai pendengar menjadi ketagihan
mendengarkan pembahasan feature itu. Enak gitu didengarnya.
P: Bagaimana menurut kakak pemilihan jadwal siaran
feature?
N: Untuk jam 2 siang sampe jam 3 sore itu cukup efektif buat kita
yang senggang ditoko, dengerin radio sambil nunggu pelangan
gitu ya, atau sambil bekerja. Kalau untuk malam agak jarang
dengar radio ya, karena itu kan waktu buat keluarga ya, qualiti
time, jadi sekitar jam 7 sampai jam 8 itu radio ga kita putar,
karena lagi menikmati ya waktu bersama keluarga, ya karena kalo
siang di toko jadi kalo malam itu waktu nya untuk keluarga.
P: Bagaimana penggunaan bahasa/kata/kalimat feature
bertema budaya Minangkabau ini menurut kakak?
N: Kalo untuk penggunaan bahasanya si mudah dimengerti ya,
penyampaiannya enak dan ringan, tidak berbelit-belit ya, jadi
gampang dipahami juga. Pokoknya bagus deh.
Page 150
P: Sebelumnya mendengar beberap Feature yang disiarkan
RRI Bukittinggi, apakah kaka tau tentang kebudayaa
tersebut?
N: Untuk tema-tema feature yang diangkat RRI pada umum juga
sudah pernah didengar sebelumnya, mungkin karena saya
kelahiran tahun 90an ya, jadi dulu pun pernah ada mata pelajaran
lokal namanya itu BAM (Budaya Alam Minangkabau), ga tau
deh sekarang masi ada atau engga, anak-anak SD itu di Minang
atau di Padang Sumatera Barat itu masih belajar itu atau engga,
saya kurang tau, dan sedari kecil kita sudah dididik dengan adat
dan adab Minang, dan lingkungan keluarga benar-benar dari
kecilnya udah dididik dengan adat dan adab ranah Minang.
P: Menurut kakak apa manfaat dari siaran feature ini?
N: Manfaatnya menambah edukasi ya, wawasan, pengetahuan,
dan juga melestarikan budaya, karena sekarang hampir bisa
dibilangin banyak adat-adat Minang yang hampir dilupakan ya,
banyak sekali. Tapi dengan adanya feature di RRI Pro 1 ini, ya
mudah-mudahan banyak yang mendengar juga ya, jadi anak-anak
sekarang juga pada tau gitu budayanya.
P: Apa pembelajaran yang kakak dapat lewat mendengarkan
feature ini?
N: Pembelajarannya lebih ke kita diingatkan kembali, bahwa
budaya-budaya Minangkabau itu ternyata benar-benar mengatur
setiap detail prilaku dan kehidupan masyarakat kita. Jadi sebagai
Page 151
perantau pun kita jadi punya pedoman ya agar tidak mudah
terpengaruh oleh hal-hal negatif yang menjerumuskan ke prilaku
yang tidak baik.
P: Tanggapan kakak melihat efek globalisasi sekarang yang
mempengaruhi budaya yang ada di Indonesia?
N: Tanggapan saya terkait fenomena ini, ini merupakan sesuatu
yang tidak bisa kita hindari ya, dengan adanya globalisasi,
akulturasi budaya menyebabkan susahnya juga masyarakat
membedakan mana budaya yang baik diadopsi dalam kehidupan
dan mana yang tidak baik. Pengaruh ini sangat besar dirasakan
oleh kalangan muda sekarang yang bahkan tidak paham lagi
dengan budaya sendiri. Jadi banyak bangat anak-anak sekarang
yang tidak mengerti akan budaya nya, apalagi budaya ranah
minang. Ini sangat disayangkan si, kita sebagai generasi penerus
hendaknya harus paham akan budaya kita sendiri, terlebih kita di
Minangkabau memakai sistem matrilineal (garis keturunan ibu),
belajar mengenai kebudayaan ini sangat penting buat kita dan
nanti insya Allah bisa kita ajarkan juga kepada anak-anak kita.
P: Harapan kakak ke depannya untuk RRI Bukittinggi?
N: Buat RRI Bukittinggi, makin memberikan siaran-siaran yang
berkualitas. Memberikan informasi-informasi yang berupa
pendidikan untuk pembelajaran kepada kita dan juga kita bisa
teruskan kepada anak-anak kita ya, itu tanggung jawab kita
sebagai orang tua biar anak-anak kita paham akan budaya nya,
pokoknya tidak lupa lah dengan asal usulnya, nenek moyangnya.
Page 152
Hari/ Tanggal : Kamis/ 6 Januari 2022
Lokasi : Via Online (WhatsApp)
Narasumber : Razaq Permana (23 tahun), Yoga Fernandes (22
tahun), Hesti Lestari (24 tahun)
Jabatan : Pendengar RRI
P : Peneliti
R : Razaq Y : Yoga H : Hesti
P: Bagaimana tanggapan/kesan feature bertema budaya
Minangkabau yang disiarkan sebagai gimik siaran di RRI
Pro 1 Bukittinggi ?
R : Feature ini bagus karena mengandung banyak hal, banyak
inside yang bisa kita dapatkan untuk memperbaiki pola pikir,
terutama bagi generasi milenial, karena memang ditengah
keadaan seperti ini globalisasi juga menjerus budaya-budaya
yang ada. ya memang kebudayaan baru akan terlahir, tapi sayang
sekali jika ini terlupakan begitu saja dan sebagai penerus estafet
dalam berjalannya waktu, tentu saja kita mendapatkan sebuah
legesi, dimana disini kita sebagai penerus dari apa yang telah
dibudayakan oleh leluhur, karena juga budaya ini juga sudah
banyak ditinggalkan.
Y : Selama saya mendengarkan RRI Bukittinggi, sebenarnya
cukup menarik karena RRI mampu menyampaikan budaya dalam
bentuk cerita tetapi tidak menghilangkan esensi dari budaya itu
Page 153
sendiri, nilai budayanya dapat, namun dalam penyampaiannya
tidak mengubah atau menambah unsur dari budaya itu sendiri
H : Feature bertema budaya minang kabau di RRI Bukittinggi
sangat bagus untuk diapresiasi. Terlebih di zaman sekarang,
banyak generasi milenial yang terpapar arus budaya luar sehingga
kurang mengenal tradisi-tradisi yang ada.
P : Alasan kenapa masih mendengarkan konten media lokal
terkhusus feature bertema budaya Minangkabau?
R : Ini ada sebuah jargon ya, kita boleh hidup dengan globalisasi
tapi satu hal yang perlu kita ingat kita itu harus melestarikan
tradisi dan merespon modernisasi
Y : Mungkin karena selain siaran RRI Bukittinggi radio lain yang
saya dengarkan itu kebanyakan siaran-siaran yang sering
memutarkan musik atau seperti konten cerita-cerita. Namun jika
saya mau mendengarkan informasi atau tentang pendidikan, atau
kebudayaan saya senang mendengarkan RRI karena
siaran/program yang diangkat itu lebih menarik untuk menambah
wawasan kita. Terlebih feature ini tema-tema yang diangkatnya
menarik karena masih banyak kebudayaan yang mana saya
sendiri baru mengetahui kebudayaan tersebut ternyata ada lewat
feature ini.
H : Penyajian feature sangat menarik, dimana ada penyajian
informasi yang tidak hanya berfokus kepada narasi saja, tapi juga
tanggapan langsung dari masyarakat yang terlibat.
Page 154
P : Sebagai generasi milenial gimana tanggapan melihat
persaingan media lokal terkhusus konten-konten daerah
dibandingkan konten-konten internasional?
R : Media sendiri saat ini mungkin telah menemukan ciri
masyarakat konsumtif, yang mana artinya saat ini masyarakat
lebih menggemari tren-tren yang ada, apa yang terbaru, itu
cendrung masayarakat indonesia tertarik dengan hal tersebut.
Masyarakat cendrung menganggap budaya konten-konten terkait
budaya, kultur dan konten tersebut seperti kuno. Bisa dikatakan
hal tersebut harus balik lagi ke tugas dan peran media itu sendiri
ya dalam mengingatkan masyarakatnya kembali agar sadar akan
budaya-budaya kita, tidak terlena akan budaya luar saja.
Y : Kalau soal persaingan media saat ini, tentunya itu tidak bisa
lepas ya karena perkembangan teknologi. Tapi sejauh ini saya
masih senang mendengarkan konten-konten media lokal karena
itu tadi. Banyak membahas atau memberikan informasi tentang
kampung halaman saya juga, dan konten-konten lainnya.
H : Feature ini mampu bersaing dg media global, dikarenakan
penyajiannya yang menarik dan ditambah dengan adanya
argumen dari masyarakat yang terlibat sehingga pendengar
seolah2 dapat merasakan langsung kejadian yang digambarkan.
Akan tetapi, konten lokal ini harus berinovasi sesuai dengan
perkembangan pada konten-konten nasional agar lebih
berkembang lagi dan menjadi daya tarik bagi generasi milenial
untuk mempelajari nya.
Page 155
Judul Feature : Sumbang Duo Baleh
Durasi : 05.00
Tema : Perempuan Minangkabau
No Pelaku Materi Durasi
01 Operator Musik Pembuka 00.08
02 Narator Minangkabau nama yang tidak
hanya unik, namun juga sangat
lekat dengan perempuan, sebagai
suku yang menganut matrilineal.
Sosok perempuan memiliki posisi
Istimewa dalam struktur adatnya,
yang bersandikan sarak dan
kitabullah. Perempuan minang
dididik untuk kelak menjadi Bundo
Kanduang sebagai panutan oleh
kaumnya. Oleh karena itu,
perempuan minangkabau diatur
oleh peraturen tidak tertulis yang
disebut dengan Sumbang Duo
Baleh.
00.38
03 Operator Musik (penjeda) 00.43
04 Narator Sumbang Duo Baleh adalah dua
belas aturan adat bagi perempuan
minang yang mengatur bagaimana
perempuan minangkabau
0056
Page 156
berprilaku. Seperti yang dituturkan
Bundo Kanduang Rosmiati, Ketua
Bundo Kanduang Kabupaten
Agam.
05 Insert Ketua Bundo Kanduang Kab.
Agam : karena sumbang adalah
suatu perbuatan yang mengarah ke
salah..........
01.05
06 Operator Musik (penjeda) 01.10
07 Narator Pendidikan terhadap Sumbang Duo
Baleh merupakan kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh kaum
perempuan di Minangkabau.
Sebagai pegangan hidup dalam
bertindak, karena perempuan
Minangkabau dianggap Limpapeh
Rumah Nan Gadang. Hal ini
ditergaskan oleh Dr. Silfiah Amani,
M.Si, Ketua Pusat Study
Perempuan dan Perlindungan Anak
Sumatera Barat
01.30
08 Insert Ketua Pusat Study Perempuan dan
Perlindungan Anak Sumatera
Barat: Limpapeh Rumah Nan
Gadang, a tu? Ramo-ramo............
01.55
09 Operator Musik (penjeda) 02.00
Page 157
10 Narator Sumbang Duo Baleh adalah dua
belas peraturan yang harus ditaati
perempuan minang. Seperti cara
duduk, berjalan, melihat, berbicara,
berdiri, makan, berpakaian, bekerja,
bertanya, menjawab, bergaul, dan
berprilaku.
02.18
11 Insert Ketua Bundo Kanduang Kab.
Agam: Yang patamo adalah
sumbang duduak, duduak bagi
padusi minang ialah basimpuah.......
03.33
12 Operator Musik (Penjeda) 03.36
13 Narator Kembali Dr. Silfiah, M.Si
menjelaskan beberapa hal yang
dapat dilakukan perempuan
minang, tidak hanya berpatokan
pada adat istiadat. Namun
perempuan minang harus bisa
menyelaraskan dengan kemajuan
zaman, tanpa terlepas dari akar
budayanya.
03.53
14 Insert Ketua Pusat Study Perempuan dan
Perlindungan Anak Sumatera
Barat: satu adalah jangan lakukan
Sumbang tadi......
04.20
15 Operator Musik (Penjeda) 04.24
Page 158
16 Narator Begitu berharga dan istimewanya
perempuan dalam adat
Minangkabau. Selaras dengan
harga diri yang mereka pegang
teguh dalam memenuhi peraturan-
peraturan adat yang salah satunya
terangkum dalam Sumbang Duo
Baleh. Sebab, ketika perempuan
minang bisa menjaga diri dari
Sumbang Duo Baleh disitulah
kecantikan sejati akan terpancar
sampai kapanpun. Jika tidak, sangsi
sosial akan mereka terima, tidak
hanya untuk diri sendiri tapi juga
untuk keluarga dan kaum mereka.
04.43
17 Operator Musik closing 05.00
Page 159
Judul Feature : Gala, Identitas Adat Laki-laki Minang
Durasi : 09.22
Tema : Laki-laki Minangkabau
No Pelaku Materi Durasi
01 Operator Musik Pembuka (irama saluang dan
suara hujan)
00.09
02 Narator Hujan menembus desa beranda
rumah gadang. Hembusan angin
dingin gunung merapi cukup
menusuk tulang. Secangkir kopi
panas yang disuguhkan Bundo
Rapiah, menghangatkan suasana
siang itu dan juga menemani
obrolan kami dengan Inyiak Datuak
Sati dari lembaga kerapatan adat
Nagari Agam. Hari ini kami
berbincang tentang makna gala atau
gelar adat sebagai identitas diri bagi
laki-laki di Minangkabau.
00.37
03 Operator Musik (suara saluang dan dendang) 00.45
04 Narator Inyiak Datuak, begitu kami
memanggilnya. Beliau menjelaskan
bahwa ada makna, kenapa lelaki
dewasa yang telah menikah diberi
gelar di Minangkabau. Disamping
01.12
Page 160
sebagai sebuah penghormatan
kedewasaan, juga tersirat agar si
pemegang gelar senan tiasa
memelihara tingkah lakunya dan
diharapkan selalu ingat dengan
tanggung jawabnya, sebagai
seorang suami sekaligus kepala
keluarga.
05 Insert Inyiak Datuak Sati: Awal tentu
punyo utang ka kamanakan, ba a
nyo nanti.....
01.26
06 Narator Dalam adat Minangkabau ada
istilah “Ketek Banamo Gadang
Bagala”, jika diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia ini berarti
kecil bernama besar bergelar.
Maksudnya adalah ketika kecil
seorang laki-laki Minang akan
dipanggil dengan nama pemberian
dari orang tuanya. Namun ketika
sudah menikah, dia akan dipanggil
dengan gelar adat yang disematkan
kepadanya. Hal tabu bagi lelaki
minang yang telah menikah bila
dipanggil dengan nama kecilnya
oleh orang lain, maupun keluarga
01.56
Page 161
istrinya.
07 Operator Musik 02.00
08 Narator Pemberian adat ini melalui
beberapa proses, tidak bisa
sembarangan. Gelar yang diberikan
juga harus sesuai dengan
perawakan dan watak si pemakai.
02.12
09 Insert Inyiak Datuak Sati: Tapi jan sasek
beko, kadang-kadang urang ko dek
gala.............
02.30
10 Narator Pemberian gala atau gelar diberikan
jelang prosesi pernikahan
dilakukan. Keluarga laki-laki akan
berunding mengenai gala apa yang
akan disematkan kepadanya.
02.41
11 Insert Inyiak Datuak Sati: Gelar tersebut,
waktu pemberiannya itu juga
bermacam-macam...........
03.45
12 Narator Namun lain padang lain belalang,
lain lubuk lain ikannya. Pemberian
gala atau gelar bagi laki-laki
minang berbeda disetiap nagari atau
desa adat. Seperti di daerah Lima
Puluh Kota, hanya ada empat
nagari yang memberikan gala pada
laki-laki yang akan menikah.
04.14
Page 162
Seperti dijabarkan oleh ketua
kerapatan adat nagari kenagarian
Koto Tangah Batu Hampa Luhak
Lima Puluh Kota. Datuak Tan
Marajo yang turut hadir dalam
perbincangan kami.
13 Insert Datuak Tan Marajo: Gala yang
dibarikan kepada anak kemanakan,
itu tidak seluruhnya............
05.04
14 Narator Untuk mengatasi hal ini, selalu ada
solusi yang diberikan. Apabila
terjadi perkawinan antar nagari
yang memberikan gelar dengan
nagari yang tidak.
05.15
15 Insert Datuak Tan Marajo: Seandainya
suatu daerah tidak memberikan
gelar kepada kemanakannya.........
05.59
16 Narator Hujan mulai mereda. Obrolan kami
dengan para tokoh adat
Minangkabau pun semakin larut.
Walau ada kebimbangan tersirat di
mata mereka. Bahwa zaman pun
sedikit demi sedikit mulai mengikis
kesakralan sendi adat di masyarakat
yang selama ini mereka bimbing.
Namun mereka percaya, marwah
06.27
Page 163
adat minangkabau masih ada di
dalam diri masyarakatnya dan
lelaki minangpun masih bangga
menyematkan gala adat dijati diri
mereka.
17 Insert Inyiak Datuak Sati: Jadi jati diri
tersebut sekarang masih dipakai
ditengah-tengah masyarakat...........
07.19
18 Operator Musik penjeda (Saluang) 07.24
19 Narator Matahari perlahan bersinar dibalik
awan. Bulir-bulir sisa hujan pun
membuat mozaik indah di kaca
jendela. Sebelum obrolan kami
akhiri, Inyiak datuak kembali
menyampaikan sebuah pesan.
07.37
20 Insert Inyiak Datuak Sati: Inyiak yakin
kalau inyo mamakai adaik........
07.54
21 Operator Musik (Saluang dan dendang) 07.59
22 Narator “Alah bauriah bak sipasin kok
bakiak alah bajajak habih tahun
baganti musim sandi adat jan
dianjak.” Walaupun tahun silih
berganti, musim selalu beredar,
tetapi pegangan hidup jangan
dilepas
08.14
23 Operator Musik 08.27
Page 164
24. Narator Pepetah Minangkabau ini semakin
mengokohkan, jika adat adalah
nadi bagi kehidupan sosial
masyarakatnya. Sama halnya
dengan gala, sebuah nama adat
yang disematkan kepada lelaki
minang. Tidak hanya sekedar nama,
namun juga sarat akan makna.
Tidak akan lekang oleh perputaran
waktu.
08.46
25 Operator Musik (penjeda) 08.49
26 Insert Nama saya Dedi putra, gelar di
Minangkabau Kari Mudo. Saya
menggunakan gelar ini sudah empat
tahun..........
09.08
27 Narator Saya Andini Miza Putri untuk
Radio Republik Indonesia.
09.12
27 Operator Musik Closing 09.22
Page 165
Judul Feature : Saluang
Durasi : 06.15
Tema : Kesenian
No Pelaku Materi Durasi
01 Operator Musik Pembuka (saluang) 00.14
02 Narator Alunan indah dengan irama yang
mendayu adalah kekhasan yang
dimiliki saluang atau seruling.
Salah satu alat musik tiup dari
Sumatera Barat. Dikenal bukan
hanya dari bentuknya yang
sederhana, namun dari proses
pembuatannya dan alunan irama
indah yang dihasilkan. Terlahir dari
kesederhanaan hidup
masyarakatnya. Inilah saluang dari
ranah minang.
00.42
03 Operator Musik Saluang 00.49
04 Narator Saluang pada awalnya dibuat untuk
meniup api tungku. Salah satu
peralatan memasak tradisional
minang. Pada saat ditiup, yang
keluar buakan hanya udara untuk
membesarkan api, namun juga
bunyi. Maka dibuatlah luabang
01.17
Page 166
kecil, agar bunyi yang dikeluarkan
bisa menghasilkan melodi. Sofyan
Sutan Muncak, salah seorang
pembuat dan pemain saluang juga
meyakini asal usul saluang ini.
05 Insert Sofyan Sutan Muncak: dibuekna
saluang untuak mambuek api
tunggu, tu dibuek lo lubang..........
01.33
06 Operator Musik (penjeda) 01.36
07 Narator Alat musik ini terbuat dari bambu
tipis atau talang yang telah dijemur.
Bahkan ada yang terbuat dari bekas
penggantung jemuran. Ini
dimaksudkan agar bunyi yang
dihasilkan lebih merdu dan jernih.
Biasanya para pembuat saluang
akan memilih bambu yang tumbuh
ditengah-tengah rumpun.
Batangnya tinggi lurus dan
warnanya agak menguning. Bulu-
bulu yang melekat pada batang juga
telah menghilang. Mereka juga
meyakini bahwa itulah usia bambu
yang semakin bagus kualitas bunyi
yang dihasilkan dan mudah
pembuatannya.
02.12
Page 167
08 Insert Sofyan Sutan Muncak: Caro
Mambuek Saluang, bara gadang
talang, lingkaran........
02.30
09 Operator Musik (penjeda) 02.34
10 Narator Setelah mendapatkan talang yang
bagus, talang dilubangi sebanyak
empat lubang. Pada bagian
pangkalnya, terdapat empat buah
lubang nada, pada bagian ujungnya
terdapat suai sebagai tempat
meniup. Lubang dibuat bulat
sempurna, dengan ukuran garis
tengah 0,5 cm, agar menghasilkan
nada yang bagus. Untuk bagian atas
dan bawah dibiarkan berongga atau
berluabang. Bagian atas berfungsi
untuk meniup, dan bagaian bawah
berfungsi untuk tempat keluarnya
udara. Ini salah satu yang
membedakan seruling biasa dengan
saluang. Pada bagaian atas atau
tempat untuk meniup, dibuat
meruncing sekitar 45 derjat, sesuai
ketebalan bambu atau talang
tersebut. ini bertujuan agar pemain
saluang merasa nyaman dan mudah
03.57
Page 168
mengatur posisi mulut, dengan
posisi ujung saluang yang berada di
samping bibir. Bagian ini dianggap
penting, karena hal yang utama
dalam memainkan saluang adalah
cara meniup dan menarik nafas
secara bersamaan. Sehingga pemain
saluang dapat memainkan alat
musik itu dari awal hingga akhir
lagu tanpa putus.
11 Operator Musik Saluang dan Gurindam
(cerita/sajak)
04.36
12 Narator Adakalanya saluang dijadikan
musik pengiring dendang, yang
biasanya menceritakan tentang
curahan isi hati tentang kegiatan
sehari-hari, isi alam dan kisah
kehidupan. Itulah kenapa pada
zaman dahulu saluang dipercaya
memiliki magnet tertentu yang
dapat menghipnotis pendengarnya,
dan dapat merasakan kisah dari
lagu sang pendendang. Ida Aia
Angek, telah lebih 20 tahun
mengisi harinya sebagai salah
seorang pendendang saluang, yang
05.18
Page 169
juga mendapatkan inspirasi lagu
dendang dari kisah kehidupan yang
pernah dilaluinya.
13 Insert Ida Aia Angek: yo, kalau lagu ko
sabananyo mencurahkan isi hati
awak, kegiatan awak, iduik
awak.........
05.31
14 Operator Musik (penjeda) 05.35
15 Narator Kesenian saluang dapat dijumpai
pada acara adat, pernikahan dan
kapanpun dibutuhkan. Saluang
bukan hanya alat musik yang
menghasilkan alunan nada yang
indah, namun juga alat penyampai
pesan kehidupan dan rangkaian
kisah. Dari ranah minang Sumatera
Barat, alunan saluang akan
menggema dan memikat.
05.57
16 Operator Musik (penjeda) 05.59
17 Narator Saya Andini Miza Putri untuk
Radio Republik Indonesia dan
segenap kru yang bertugas. Sampai
jumpa.
06.07
18 Operator Musik closing 06.15
Page 170
Judul Feature : Maanta Pabukoan
Durasi : 03.36
Tema : Tradisi Ramadhan
No Pelaku Materi Durasi
01 Operator Musik Pembuka 00.02
02 Narator Ramadhan tiba, suasana-suasana
nagari di ranah minang Sumatera
Barat kian semarak. Selain diisi
dengan kegiatan keagamaan,
ramadhan bagi padusi atau
perempuan minang juga merupakan
waktu untuk melakukan tradisi
maanta pabukoan.
00.21
03 Operator Musik (penjeda) 00.24
04 Narator Maanta pabukoan suatu tradisi
berbagi yang dilakukan oleh
seorang menantu perempuan pada
saat bulan puasa. Mengantarkan
makanan ke rumah mintuo atau
keluarga suami dengan ragam
makanan khas minangkabau. Ketua
Bundo Kanduang Bukittinggi,
Bundo Upik Herni mengatakan
tradisi maanta pabukoan ini,
merupakan tradisi lama
00.56
Page 171
Minangkabau, yang sarat dengan
nilai-nilai silaturrahmi dan saling
berbagi diantara dua keluarga yang
lahir melalui sistem perkawinan
eksogami.
05 Insert Bundo Upik Herni: Maanta
pabukoan ko adolah yang
pertamu..........
01.17
06 Operator Musik (penjeda) 01.19
07 Narator Jika dimaknai, maanta pabukoan ini
ialah wujud kasih sayang menantu
pada mertua. Bentuk penghormatan
dan sikap berbakti. Sehingga, disaat
menantu maanta pabukoan, seorang
mertua pun akan merasakan ada
kebahagiaan dan kebanggaan
tersendiri ditengah keluarga.
Ditambah lagi bila rantang atau
bungkusan sang menantu penuh
makanan dan beragam kue yang
bisa dibagi-bagikan kepada
tetangga kampung. Tentu akan
menjadi nilai tersendiri.
01.50
08 Operator Musik (penjeda) 01.52
09 Narator Dalam maanta pabukoan ada
pakem yang harus diperhatikan.
02.13
Page 172
Hal ini jelas tergambar dalam
bagaimana isi di setiap rantang
yang dibawa oleh menantu dalam
tradisi ini. Disetiap rantang itu
berisikan beberapa menu, mulai
dari menu pembuka, makanan
utama, dan menu penutup.
10 Insert Bundo Upik Herni:Samba ndak
samacam, sasudah tu katan sari
kayo........
02.27
11 Narator Tiap daerah di Minangkabau
memiliki menu yang berbeda
didalam tradisi maanta pabukoan
ini.
02.35
12 Insert Bundo Upik Herni: Adaik salingka
nagari ........
02.40
13 Narator Namun sayangnya tradisi maanta
pabukoan, mulai dilupakan oleh
sebagian generasi muda minang.
Padahal tradisi ini syarat nilai
budaya dan agama.
02.50
14 Insert Bundo Upik Herni: karano kini ko
awak baliak ka Nagari.......
03.06
15 Operator Musik (Penjeda) 03.09
16 Narator Kehidupan sosial budaya yang ada
di Minangkabau sejak dahulu tidak
03.27
Page 173
hanya terbatas konteks lahiriah,
namun juga universal. Bahwa adat
dan agama selalu berjalan
beriringan. Termasuk budaya
maanta pabukoan yang tidak lekang
oleh panas dan tidak lapuk oleh
hujan.
17 Operator Musik closing 03.36
Page 174
Judul Feature : Kuliner Teh Talua
Durasi : 07.06
Tema : Kuliner Minangkabau
No Pelaku Materi Durasi
01 Operator Musik Pembuka 00.07
02 Narator Pendengar, Indonesia memiliki
ragam kuliner yang jumlahnya
tidak sedikit. Bahkan beberapa
jenis kuliner tanah air ada yang
sudah diakui kelezatannya oleh
dunia, seperti salah satunya
Rendang yang berasal dari
Minangkabau. Ternyata selain
rendang masih banyak kuliner khas
minang yang kelezatannya tidak
perlu diragukan lagi. Satu
diantranya adalah Teh Talua atau
Teh Telur. Minuman ini merupakan
salah satu minuman legendaris bagi
masyarakat minangkabau.
00.43
03 Operator Musik (penjeda) 00.46
04 Narator Jika Italia dikenal dengan minuman
Cappucino yang mendunia. Maka
ranah minang memiliki Teh Telur,
sajian khas yang tak kalah nikmat
02.00
Page 175
dan memiliki banyak khasiat. Tek
Telur atau kerap disebut Teh Talua
merupakan minuman khas
tradisional Sumatera Barat yang
terbuat dari campuran Gula dan
Kuning telur yang telah dikocok
hingga berbusa putih dan disiram
oleh teh kental mendidih. Rasanya
kian nikmat, dengan campuran ......
kental manis, bubuk coklat, serta
perasan jeruk nipis. Bagi yang
belum pernah mencoba mungkin
akan beranggapan minuman ini
amis. Namun begitu mencoba
perpaduan rasa teh dicampur telur
akan menciptakan sensasi rasa
seperti minuman coklat kelas satu,
dan dapat dipastikan kekhawatiran
akan rasa amis ini akan sirna begitu
mencoba tegukan pertama. Karena
telah hilang oleh campuran perasan
jeruk nipis. Nah, bahan-bahannya
juga sangat sederhana seperti teh
atau kopi, kuning telur, gula, air
putih, susu kental manis dan irisan
jeruk nipis
Page 176
05 Operator Musik (andam oi andam) 02.13
06 Narator Hampir di seluruh lapau hingga
rumah makan mewah di
Minangkabau menyajikan teh talua
sebagai pilihan minuman kesehatan
bagi para pelanggan. Rasa kental
yang manis membuat minuman ini
disukai banyak kaum lelaki di
Minangkabau. Bisa dinikmati selagi
hangat maupun dingin dan cita rasa
teh talua sulit ditandingi oleh
minuman kesehatan lainnya. Sejauh
ini belum ada referensi jelas, soal
kapan teh talua ini popilar di
Minangkabau. Namun beberapa
pemerhati sejarah meyakini jika teh
talua sudah ada sejak tahun-tahun
pertama teh masuk ke Sumatera
Barat. Pemerhati sejarah dari
Universitas Andalas, Ibu Yeni
Narni Menyebutkan lahirnya teh
talua merupakan salah satu bentu
kreatifitas masyarakat
Minangkabau dalam mengolah
bahan menjadi makanan maupun
minuman. Terbukti hingga saat ini,
03.52
Page 177
Sumatera Barat merupakan salah
satu profinsi yang paling banyak
varian kulinernya. Selagi masih ada
bahan yang bisa diolah maka kreasi
kuliner akan semakin berkembang.
Nah, teh talua ini salah satunya.
Dalam perjalanan teh talua saat ini
sudah menjadi minuman yang
poluper, saking populernya teh
talua dijual tidak hanya di ranah
minang, namun juga sudah
merambah kebeberapa wilayah lain
di Indonesia, bahkan di negara
tetangga. Para perantau minang
yang mencoba peruntungan di
bidang kuliner sebagian besar juga
menyajikan teh talua sebagai
minuman kesehatan.
07 Operator Musik (penjeda) 03.54
08 Narator Untuk membuat teh talua, ada yang
mengocok kuning telurnya
menggunakan lidi yang telah diikat.
setelah dicampur gula, dalam waktu
tak kurang dari 10 menit adukan
tadi akan berubah warna menjadi
putih dan penuh busa. Telur yang
04.38
Page 178
digunakan pun variatif, bisa telur
ayam kampung, ayam negeri,
hingga telur bebek. Ada juga yang
mengocok kuning telur
menggunakan alat berbentuk pegas
dan yang lebih praktis
menggunakan mixser mesin
pembuat kue hingga lebih cepat.
Setelah itu tinggal menuangkan teh
kental mendidih ke dalam gelas.
Butuh trik tersendiri untuk
membuat teh talua seperti yang
disampaikan Usman salah seornag
penjual teh talua di Payakumbuh.
09 Insert Usman (pejual teh talua) :
Tergantung kocoknya, apabila
sudah kental.........
04.49
10 Narator Teh talua akan terasa nikmat
diminum saat masih panas.
Tampilannya berwarna coklat
kemerahan terdiri dari tiga atau
empat bagian. Pada bagian atas
merupakan busa putih yang terasa
kesat, manis dan berbuih, ditengah
akan terasa sensasi teh kental, nah
pada bagian bawah terdapat
05.40
Page 179
endapan sisa gula yang menyisakan
rasa manis. Rahasia kenikmatan teh
talua, akan diperoleh ketika adukan
kuning telur yang pas dan kental.
Teh kental yang nikmat serta
sedikit campuran susu kental manis
membuat kolaborasi rasa yang
sempurna. Jika pembuatnya mampu
memadukan komposisi masing-
masing bahan dengan pas, maka
rasnya akan selalu terkenang di
lidah dan selalu ingin mencoba
kembali.
11 Insert Usman (pejual teh talua) : Ya
khasiatnya bagi kesegaran tubuh,
menghilangkan lelah.......
05.48
12 Narator Pendengar, bagi sebagaian warga
Sumatera Barat ada yang
menjadikan teh talua sebagai menu
rutin setiap pagi, sebagai minuman
pembangkit energi menunjang
aktifitas yang akan dilakukan.
Selain itu juga ternyata minuman
ini baik untuk keseatan mata.
Karena di dalam kuning telur yang
merupakan bahan pembuat teh
06.39
Page 180
talua, terdapat zat karetenoin. Nah,
zat ini dapat menurunkan resiko
penyakit katarak. Zat ini juga
berperan sebagai anti oksidan untuk
mata. Melawan radikal bebas yang
dapat merusak beberapa bagian
pada retina. Selain itu, minuman
berbahan dasar teh dan telur ini
juga cukup diminati bahkan di
tahun 2017 mendapat juara 3
minuman tradisional terpopuler di
Ajang Anugrah Pesona Indonesia.
13 Operator Musik closing (andam oi andam) 07.06
Page 181
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Agenda Rapat Redaksi tiap Awal Bulan
Studio Rekaman dan Editing RRI Bukittinggi
Page 182
Studio Penyiaran RRI Bukittinggi
Wawancara Via Online Bersama Aldilla Safitri, S.Hum
(Penyiar dan Penulis naskah dan Narator Program Feature
Bertema Budaya Minangkabau RRI Bukittinggi)
Page 183
Wawancara Via Online Bersama Rismaniar, S.Sos (Produser
Program Feature Bertema Budaya Minangkabau RRI
Bukittinggi)