PROFIL PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI ...

PROFIL PERESEPAN ANTIBIOTIK

PADA PASIEN PEDIATRIK

DI APOTEK WILAYAH KOTA MEDAN TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

AGRIN FITRA YUNANDA

NIM 141524065 NIM 111501001

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017





SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi


OLEH:

AGRIN FITRA YUNANDA

NIM 141524065 NIM 111501001

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017


PENGESAHAN SKRIPSI




OLEH:

AGRIN FITRA YUNANDA

NIM 141524065

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 13 Februari 2017

Disetujui oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.

NIP 197803142005011002 NIP 195111021977102001

Hari Ronaldo Tanjung, S.Si.,M.Sc.,Apt.

Pembimbing II, NIP 197803142005011002

Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt. Dr. Aminah Dalimunthe, M.Si., Apt.

NIP 197802152008122001 NIP 197806032005012004

Khairunnisa,S.Si.,M.Pharm.,Ph.D., Apt.

NIP 197802152008122001

Medan, Maret 2017

Fakultas Farmasi


Dekan,

Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.

NIP 195707231986012001


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi dengan judul Profil Peresepan Antibiotik pada Pasien Pediatrik di Apotek

Wilayah Kota Medan Tahun 2016.

Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa

terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Drg. Hj. Usma Polita Nasution,

M.Kes., selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah memberi izin

untuk melakukan penelitian di Apotek terpilih Kota Medan.

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Hari

Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt., dan Ibu Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., PhD.,

Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh

kesabaran selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. Penulis juga

berterima kasih kepada Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., dan Ibu Dr.

Aminah Dalimunthe, M.Si., Apt., sebagai tim penguji yang sangat banyak

memberikan masukan dan saran atas skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si.,

Apt., sebagai dosen penasihat akademik beserta seluruh dosen pengajar di

Fakultas Farmasi, terkhusus kepada Ibu Embun Suci Nasution, S.Si., Apt., atas

arahan, bimbingan, kasih sayang, dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama

duduk di bangku perkuliahan dan masa penelitian.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ayahanda Agoes Soetijono, S.Sos.,


dan Ibunda Khairina Siahaan serta untuk adik – adik tersayang Muhammad Garin

Geliga, S.E., dan Muhammad Fikri Fahrezi yang selalu memberikan doa dan

dukungan penuh kepada penulis tanpa henti selama ini.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada sahabat-sahabat di

Fakultas Farmasi, Desi Monalisa Purba, Miswa Meliza, Muhammad Andry, Rizky

Pratama, Sri Aryanda, dan Zurratul Mudhaiyaah, atas segala bantuan dan

dukungan serta canda tawanya dalam proses pengerjaan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas

kebaikan yang telah diberikan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2017

Penulis,

Agrin Fitra Yunanda

NIM 141524065


PROFIL PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK


ABSTRAK

Antibiotik merupakan obat yang sangat berperan dalam memerangi infeksi

yang ditimbulkan oleh bakteri. Walaupun pemakaian antibiotik yang baik berlaku

untuk semua umur, antibiotik untuk populasi pediatrik perlu memperoleh

perhatian khusus karena sistem tubuh dan fungsi organ pada bayi dan anak – anak

belum tumbuh sempurna.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil peresepan antibiotik pada

pasien pediatrik di Kota Medan pada tahun 2016. Penelitian ini dilakukan dengan

metode deskriptif yang dilakukan secara retrospektif. Penelitian dilakukan pada

bulan Oktober sampai November 2016 dengan data resep selama bulan Juli dan

Agustus tahun 2016.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 93 Apotek diperoleh populasi

sebanyak 2.195 resep untuk pasien pediatrik dan terdapat 740 resep dengan

antibiotik yang dijadikan sebagai sampel yang menunjukkan bahwa 33,71% resep

pediatrik mengandung antibiotik. Resep tersebut kemudian dianalisis berdasarkan

golongan, jenis, dosis, durasi pemakaian, serta bentuk sediaan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa antibiotik yang sering diresepkan pada pasien pediatrik

adalah golongan Penicillin sebanyak 329 resep (44,46%) dengan jenis

Amoxicillin. Sebanyak 581 resep antibiotik (78,51%) dikategorikan kedalam

pemakaian durasi yang sesuai. Dari 278 resep antibiotik dengan data yang lengkap

untuk dinilai kesesuaian dosis, sebanyak 177 resep (61,67%) dikategorikan

kedalam resep dengan dosis yang tidak sesuai dan bentuk sediaan antibiotik yang

sering diresepkan adalah sirup sebanyak 230 resep (31,08%). Dapat disimpulkan

bahwa masih terdapat ketidaksesuaian dosis dan durasi penggunaan antibiotik

dalam peresepan antibiotik pada pasien pediatrik.

Kata kunci: Antibiotik, Profil peresepan, Pasien pediatrik


ANTIBIOTIC PRESCRIBING PROFILE FOR PEDIATRIC

AT THE PHARMACY OF MEDAN CITY ON 2016

ABSTRACT

Antibiotic is a drug for infections caused by bactery. Even the usage of

antibiotic is important, antibiotic for pediatric need special attention because the

body system and organ function in infant and children not fully grown yet.

This study aims to know antibiotic prescribing profile for pediatric at Medan

city on 2016. This research was collected in October – November 2016 with data

on July and August 2016 and used descriptive design with retrospective data.

The conclusion showed, from 93 pharmacies there are 2,195 prescriptions

for pediatric dan 740 (33.71%) prescriptions contained antibiotic. The antibiotics

analyzed based on the group, type, dose, duration of use, and dosage forms. The

results showed that the most antibiotics prescribed for pediatric is Penicillin

(Amoxicillin) for 329 prescriptions (44.46%). There are 581 prescriptions

(78.51%) with unappropriated duration of use. From 278 prescriptions with

complete data to assess the appropriateness of antibiotic dose, there are 177

prescriptions (61.67%) with unappropriated dose and the most dosage form is

syrup for 230 prescriptions (31.08%). It can be concluded that there are still

unappropriated dose and duration of use in antibiotic utilization.

Keywords: Antibiotic, Prescribing profile, Pediatric


DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ........................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................ vi

ABSTRAK .................................................................................................. vii

ABSTRACT ................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Kerangka Pikir Penelitian ...................................................... 4

1.3 Perumusan Masalah ............................................................... 5

1.4 Hipotesis ................................................................................. 5

1.5 Tujuan Penelitian ................................................................... 5

1.6 Manfaat Penelitian ................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6

2.1 Resep ...................................................................................... 6

2.1.1 Definisi Resep .............................................................. 6

2.2 Pediatrik .................................................................................. 7

2.2.1 Perkembangan Pediatrik ............................................... 7


2.2.2 Farmakokinetika Pada Pediatrik ................................... 8

2.3 Antibiotik ................................................................................ 10

2.3.1 Sejarah Antibiotik ......................................................... 10

2.3.2 Definisi Antibiotik ........................................................ 11

2.3.3 Klasifikasi Antibiotik .................................................... 11

2.3.4 Faktor Farmakokinetik dan Farmakodinamik ............... 12

2.3.5 Prinsip Penggunaan Antibiotik Untuk Terapi Empiris

dan Definitif .................................................................. 14

2.3.6 Antibiotik untuk Pediatrik ............................................ 15

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 17

3.1 Jenis Penelitian....................................................................... 17

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 17

3.3 Populasi Penelitian ................................................................ 17

3.4 Sampel Penelitian................................................................... 17

3.5 Tahapan Penelitian ................................................................. 18

3.6 Diagram Alir Penelitian .......................................................... 19

3.7 Analisis Data ........................................................................... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 21

4.1 Antibiotik Berdasarkan Golongan ......................................... 21

4.2 Antibiotik Berdasarkan Nama................................................ 22

4.3 Antibiotik Berdasarkan Dosis ................................................. 23

4.4 Antibiotik Berdasarkan Durasi Penggunaan ........................... 26

4.5 Antibiotik Berdasarkan Bentuk Sediaan ................................. 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 30

5.1 Kesimpulan ............................................................................. 30


5.2 Saran ....................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 31


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Antibiotik yang Tidak Boleh diresepkan untuk Pasien Pediatrik .... 16

4.1 Penggunaan Golongan Antibiotik .................................................. 21

4.2 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Nama ..................................... 23

4.3 Dosis Sediaan Antibiotik ................................................................ 24

4.4 Dosis Sediaan Antibiotik ................................................................ 25

4.5 Durasi Penggunaan Antibiotik ........................................................ 27

4.6 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Bentuk Sediaan ..................... 29


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Skema hubungan variabel pengamatan dan parameter ............... 4

3.1 Diagram alir penelitian ................................................................ 19


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat izin pengambilan data di Apotek....................................... 33

2 Data Resep Antibiotik ................................................................ 34

3 Standar dosis penggunaan antibiotik .......................................... 36

4 Durasi penggunaan antibiotik .................................................... 37

5 Bobot ukuran tubuh bayi dan anak ............................................. 38

6 Daftar Nama Apotek di kota Medan........................................... 39

7 Data resep antibiotik untuk pasien pediatrik .............................. 42

8 Data Dosis Antibiotik ................................................................. 62


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antibiotik berasal dari bahasa Yunani kuno, yang merupakan gabungan dari

kata anti (lawan) dan bios (hidup). Bila diterjemahkan menjadi "melawan sesuatu

yang hidup". Antibiotika di dunia kedokteran digunakan sebagai obat untuk

memerangi infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau protozoa (Bobone, dkk.,

2013).

Penggunaan antibiotika secara komersial, pertamakali dihasilkan oleh fungi

berfilamen dan oleh bakteri kelompok Actinomycetes. Secara ekonomi dihasilkan

lebih dari 100.000 ton antibiotika per tahun, dengan nilai penjualan hampir

mendekati $ 5 milyar (Bobone, dkk., 2013).

Walaupun pemakaian antibiotik yang baik berlaku untuk semua umur,

antibiotik untuk populasi pediatrik perlu memperoleh perhatian khusus karena

kecenderungan pemakaian yang berlebihan. Klinik dokter anak dipenuhi dengan

pasien anak yang hampir setiap 1-3 minggu datang kembali dengan keluhan yang

sama, yaitu demam, batuk, dan pilek. Hal itu merupakan fenomen yang tidak

terjadi di negara barat. Anak kecil, terutama bayi, membutuhkan pertumbuhan

sehat tanpa antibiotik bila memang tidak ada kepastian infeksi kuman

(Darmansjah, 2008).

Menurut (Kakkilaya, 2008), pemakaian antibiotik yang tidak tepat dapat

berakibat timbulnya resistensi antibiotik, meningkatkan toksisitas, meningkatnya

efek samping antibiotik tersebut, dan biaya pengobatan yang meningkat.


Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman dan juga tidak

ekonomis saat ini telah menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan misalnya di

Rumah sakit, Puskesmas, praktek pribadi, maupun masyarakat luas (Depkes,

RI, 2005).

Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai

permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi

bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga

memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. Pada

awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit, tetapi lambat laun juga

berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococcus pneumoniae

(SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli (Menkes RI, 2011).

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk

mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik,

antijamur, antivirus, antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak

digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan

bahwa sekitar 40 – 62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk

penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik. Pada penelitian

kualitas penggunaan antibiotik di berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30%

sampai dengan 80% tidak didasarkan pada indikasi (Hadi, 2009).

Penggunaan antibiotik sembarangan pada anak akan memperburuk kondisi

anak, seperti membunuh bakteri baik dalam tubuh, merusak organ – organ tubuh

yang belum sempurna, serta membuat bakteri – bakteri bermutasi dan menjadi

kebal terhadap antibiotik, sehingga antibiotik tidak ampuh lagi membunuh


bakteri. Selain itu, antibiotik juga bisa menimbulkan reaksi alergi pada beberapa

anak. Gejala alergi yang ditunjukkan tiap anak berbeda – beda. Untuk anak –

anak, dosis antibotik disesuaikan dengan per kilogram berat badan ideal sesuai

dengan usia dan petunjuk yang ada dalam formularium profesi (Menkes RI,

2011). Secara Internasional populasi peditrik dikelompokkan menjadi:

a. Preterm newborn infants (bayi prematur yang baru lahir)

b. Term newborn infants (bayi yang baru lahir umur 0 – 28 hari)

c. Infants and toddlers (bayi dan anak kecil yang baru belajar berjalan umur > 28

hari sampai 23 bulan)

d. Children (anak – anak umur 2-11 tahun)

e. Adolescents (anak remaja umur 12 sampai 16 sampai 18 tahun tergantung

daerah).

Usia didefenisikan dalam hari, bulan, dan tahun (WHO, 2007).

Di Indonesia peresepan antibiotik untuk penyakit virus masih marak

(mungkin ~ 90%), menimbulkan terhambatnya pembentukan imunitas anak, yang

justru memperpanjang lamanya penyakit, membunuh kuman yang baik dalam

tubuh (tanpa adanya kuman yang jahat), efek samping antibiotik bertambah

banyak, menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik yang merugikan

seluruh masyarakat dan diri sendiri. Kemungkinan komplikasi lebih besar dan

kembalinya anak ke dokter lebih sering karena terulang penyakitnya, serta

menghabiskan biaya secara mubazir. Penyakit virus tidak perlu diobati dengan

antibiotik bila tidak ada komplikasi. Antibiotik, misalnya Amoksisilin juga tidak

tepat untuk dipakai rutin sebagai obat pencegah komplikasi karena komplikasi


sangat jarang terjadi (mungkin ~ 2 - 3 %) dan kalaupun terjadi antibiotiknya harus

yang terpilih khas dan khusus efektif untuk kuman yang akan menghinggap.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk melihat profil

antibiotik yang sering diresepkan untuk pasien pediatrik di wilayah Kota Medan,

meliputi golongan antibiotik, nama antibiotik, dosis, durasi pemakaian antibiotik,

serta bentuk sediaannya.

1.2 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil peresepan antibiotik di

apotek wilayah Kota Medan yang sering diresepkan pada pasien pediatrik

dibawah 18 tahun sesuai dengan klasifikasi World Health Organization pada

tahun 2007. Dalam penelitian ini antibiotik untuk pediatrik yang tercatat dalam

resep di apotek wilayah Kota Medan merupakan variabel pengamatan dan jenis

antibiotik, nama antibiotik, dosis, durasi pemakaian, serta bentuk sediaan

antibiotik pada pasien pediatrik sebagai parameter. Hubungan kedua variabel

tersebut digambarkan dalam kerangka pikir penelitian seperti ditunjukkan pada

Gambar 1.1

Gambar 1.1 Skema hubungan variabel pengamatan dan parameter

Variabel pengamatan

Profil penggunaan antibiotik

untuk pasien pediatrik yang

tercatat dalam resep apotek di

Kota Medan.

Parameter

Golongan antibiotik

Nama antibiotik

Dosis

Durasi pemakaian

Bentuk sediaan


1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah golongan antibiotik apa yang sering diresepkan untuk pasien

pediatrik? Apakah jenis antibiotik yang paling sering diberikan? Berapa dosis,

durasi pemakaian, serta bentuk sediaan antibiotik yang sering diresepkan?

1.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesa penelitian ini adalah

golongan antibiotik yang sering diresepkan untuk pasien pediatrik adalah

antibiotik berspektrum luas dengan dosis, durasi pemakaian, serta bentuk sediaan

yang sesuai untuk pasien pediatrik.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui golongan antibiotik yang sering diresepkan pada pasien pediatrik,

mengetahui jenis antibiotik, dosis, durasi pemakaian, serta bentuk sediaan

antibiotik yang sering diresepkan.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah menjadi sumber data tentang pola

peresepan antibiotik seperti golongan, jenis antibiotik, dosis yang diberikan,

durasi pemakaian dan berapa banyak jumlah resep antibiotik yang diresepkan

untuk pasien pediatrik di Kota Medan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resep

2.1.1 Definisi Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada

apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan

memberikan obat bagi pasien sesuai dengan peraturan yang berlaku (Menkes RI,

2014). Sementara pengertian lain dari resep menurut Jas (2007) adalah permintaan

tertulis dari dokter kepada Apoteker atau farmasis pengelola apotek untuk

memberikan obat jadi atau meracik obat dalam bentuk tertentu sesuai dengan

keahliannya, takaran dan jumlah obat sesuai dengan yang diminta, kemudian

menyerahkannya kepada yang berhak (pasien).

Lembaran resep umumnya berbentuk lembaran empat persegi panjang,

ukuran ideal lebar 10 - 12 cm dan panjang 15 - 20 cm. Resep merupakan

perwujudan akhir (implementasi) dari kompetensi keahlian kedokteran dalam

menerapkan pengetahuannya di bidang farmakologi dan terapi (Jas, 2007).

Penulisan resep artinya mengaplikasikan pengetahuan memberikan obat

kepada pasien melalui kertas resep sesuai dengan kebutuhan, sekaligus

permintaan secara tertulis kepada apoteker di apotek agar obat diberikan sesuai

dengan permintaan sehingga dalam penulisan resep kejelasan tulisan dan

kelengkapan informasinya harus diperhatikan. Pihak apotek berkewajiban

melayani secara cermat, memberikan informasi terutama yang menyangkut

dengan penggunaan dan mengkoreksinya supaya tidak terjadi kesalahan dalam

pemberian obat (Jas, 2007).


Resep yang lengkap terdiri dari :

a. Nama dan alamat dokter penulis resep dan nomor izin prakteknya

b. Tanggal penulisan resep

c. Awalan R/, merupakan singkatan dari bahasa latin “recipe” yang artinya

“ambilah” (superscription)

d. Nama dan jumlah bahan obat yang harus diserahkan kepada pasien

(inscription), bentuk sediaan yang dikehendaki (subscription), yang ditulis

setelah penulisan R/

e. Cara pemakaian obat yang bersangkutan (signature)

f. Tandatangan atau paraf dari dokter penulis resep

g. Nama dan alamat pasien. Bagi anak-anak atau bayi harus disebutkan

umurnya, agar dosis yang akan diberikan dapat diteliti. Jenis kelamin juga

harus disebutkan, agar obat yang diberikan dapat sesuai dengan pasien

(Chaerunissa, Surahman, dan Imron, 2009).

2.2 Pediatrik

2.2.1 Perkembangan Pediatrik

Pediatrik berfokus pada kesehatan bayi, anak – anak dan remaja,

berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, dan juga kemampuan

untuk mencapai potensial seperti orang dewasa. Pediatrik harus difokuskan tidak

hanya pada sistem organ dan proses biologi, tapi juga kesehatan lingkungan dan

pengaruh sosial, yang memiliki peran besar pada fisik, emosi, dan kesehatan

mental dan kemampuan sosial anak dan keluarganya (Kliegman, 2007). Pediatrik

dikembangkan sebagai suatu keahlian medik khusus kira – kira satu abad yang


lalu sebagai respon terhadap bertambahnya pengetahuan bahwa problem anak –

anak berbeda dengan problem orang dewasa dan reaksi anak terhadapnya berbeda

– beda menurut umur (Behrman, 1998).

Menurut (Depkes RI 2009), kategori umur dikelompokkan menjadi:

a. Masa balita : 0 – 5 tahun

b. Masa kanak – kanak : 5 – 11 tahun

c. Masa remaja awal : 12 – 16 tahun

d. Masa remaja akhir : 17 – 25 tahun

e. Masa dewasa awal : 26 – 35 tahun

f. Masa dewasa akhir : 36 – 45 tahun

g. Masa lansia awal : 46 – 55 tahun

h. Masa lansia akhir : 56 – 65 tahun

i. Masa manula : 65 – sampai atas.

2.2.2 Farmakokinetika pada Pediatrik

Terapi obat pada pediatrik berbeda dengan terapi obat pada orang dewasa

karena perbedaan karateristik. Perbedaan karateristik ini akan mempengaruhi

farmakokinetika obat yang pada akhirnya akan mempengaruhi efikasi dan

toksisitas obat.

Kinetika obat dalam tubuh anak – anak berbeda dengan dewasa sesuai

dengan pertambahan usianya. Beberapa perubahan farmakokinetika terjadi selama

periode perkembangan dari masa anak – anak sampai masa dewasa yang menjadi

pertimbangan dalam penetapan dosis untuk pediatrik:

a. Absorpsi

Absorpsi adalah transfer suatu obat dari tempat pemberian ke dalam aliran


darah. Kecepatan dan efisiensi absorpsi tergantung pada cara pemberian (Mycek,

1997). Obat pada anak paling sering diberikan secara oral, tetapi pemberian rektal

atau parenteral cukup lazim dilakukan. Agar sebuah obat dapat digunakan oleh

pasien, obat mula – mula harus diserap dari tempat masuknya. Obat yang

diberikan secara oral dalam bentuk cair dan sediaan parenteral intravena (IV)

yang sudah berbentuk larutan, diserap dengan mudah. Tablet, kapsul, suspensi,

dan sediaan lepas lambat oral harus mula – mula larut dalam fase pelarutan

saluran cerna dan kemudian diserap. Produk parenteral yang berbentuk suspensi,

seperti vaksin difteri-portusis-tetanus (DPT) intramuskular (IM), membentuk

daerah depo di dalam otot dan larut secara lambat sebelum masuk ke aliran darah

(Rudolph, 2007).

b. Distribusi

Sesudah obat diserap dari tempat masuknya, obat dibawa oleh darah ke

berbagai kompartemen tubuh. Konsentrasi yang dicapai di dalam jaringan berbeda

– beda tergantung pada sifat obat dan sifat jaringan masing – masing. Kebanyakan

obat bersifat larut dalam air dan terkonsentrasi dalam organ yang memiliki perfusi

darah baik seperti ginjal, miokardium, hati, otot, tulang, saluran cerna, dan otak

(Rudolph, 2007).

Selama usia bayi, kadar air total dalam tubuh terhadap berat badan total

memiliki persentasi yang lebih besar daripada anak yang lebih tua atau dewasa.

Distribusi obat pada bayi dan anak berbeda dengan orang dewasa, karena adanya

perbedaan volume cairan ekstraseluler, total air tubuh, komposisi jaringan lemak,

dan ikatan protein (Depkes RI, 2011).


c. Metabolisme

Obat-obat paling sering dieliminasikan oleh urine atau empedu. Hati adalah

tempat utama metabolisme obat (Mycek, 1997). Hati neonatus juga dapat

mengubah obat menjadi metabolit aktif; misalnya, teofilin dimetabolisme menjadi

kafein. Metabolit larut air ini bersifat kurang terikat pada protein serum sehingga

lebih mudah dieksresi oleh ginjal. Dosis obat harus disesuaikan dengan umur dan

ukuran neonatus. Banyak obat yang lazim digunakan, terutama antibiotik,

sekarang mempunyai dosis neonatus yang telah ditentukan dengan baik. Sifat

eliminasi obat, seperti Penisilin dan Aminogliksid, yang terutama bergantung

pada ekskresi ginjal, berubah dengan cepat pada neonatus (Rudolph, 2007).

d. Eliminasi

Pembuangan obat keluar dari tubuh bisa terjadi melalui berbagai jalan, yang

terpenting adalah melalui ginjal ke dalam air kemih (Mycek, 1997). Fungsi ginjal

neonatus berfungsi dengan cepat sejak proses persalinan. Pada neonatus prematur,

kemampuan ini hanya sekitar 15% atau kurang, bergantung pada derajat

prematuritasnya. Pada umur 5 minggu, bayi dapat diberikan dosis obat pediatrik

standar yang dianjurkan dalam kepustakaan pediatrik. Pada umur 9 – 12 bulan,

kemampuan kerja ginjal bayi sama dengan ginjal orang dewasa (Rudolph, 2007).

Ekskresi obat melalui ginjal bergantung pada laju filtrasi glomerulus dan

kecepatan sekresi aktif tubulus ginjal. Jika salah satu mekanisme ini menurun,

baik karena belum matangnya ginjal pada bayi yang baru lahir maupun karena

penyakit yang menyebabkan insufisiensi ginjal, eliminasi obat dapat berubah

(Rudolph, 2007).


2.3 Antibiotik

2.3.1 Sejarah Antibiotik

Antibiotik pertama (Penicillin) ditemukan pada tahun 1929 oleh Alexander

Flaming, seorang ahli mikrobiologi dari Inggris. Tahun 1930-an, Penicillin mulai

diresepkan untuk mengobati penykit infeksi. Sebelum antibiotik ditemukan,

banyak infeksi yang tidak bisa disembuhkan dan menyebabkan kematian. Namun

sejak Penicillin ditemukan, jutaan penderita infeksi di dunia bisa diselamatkan

nyawanya (Wattimena, dkk, 1991).

2.3.2 Definisi Antibiotik

Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,

yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Antibiotik

dapat dibuat secara sintetik atau semisintetik (Setiabudy, 2007).

Antibiotik harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin, dimana

obat haruslah bersifat sangat toksis untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksis untuk

pasien (Setiabudy, 2007).

2.3.3 Klasifikasi Antibiotik

Antibiotik diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, yaitu:

a. Berdasarkan Mekanisme Kerja

1. Menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri, seperti beta laktam

(Penicillin, Sephalosporin, Monobactam, Carbapenem, Inhibitor beta-

laktamase), Bacitrasin, dan Vancomisin.

2. Memodifikasi atau menghambat sintesis protein, misalnya Aminoglikosid,

Chloramphenicole, Tetrasiklin, Macrolida (Erythromycin, Azithromycin,

Klaritromycin), Clindamycin, Mupyrocin, dan Spektinomycine.


3. Menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat, misalnya

Trimetoprim dan Sulfonamide.

4. Mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat, misalnya Kuinolon,

Nitrofurantoin (Menkes, 2011).

b. Berdasarkan Luas Aktifitas

1. Antibiotik Narrow – spectrum (spektrum sempit). Obat-obat ini terutama

aktif terhadap beberapa jenis kuman saja, misalnya Penisilin G dan penisilin

V, Erythromycin, Clindamycin yang hanya bekerja terhadap kuman gram

positif, sedangkan Streptomycin, Gentamycin, Polimiksin B yang aktif pada

kuman gram negatif.

2. Antibiotik Broad – spectrum (spektrum luas), bekerja terhadap lebih banyak

kuman baik gram positif maupun gram negatif. Antara lain Sulfonamida,

Ampisilin, Sefalosporin, Chloramphenicol, Tetrasiclin dan Rifampisin

(Setiabudy, 2007).

c. Berdasarkan Toksisitas

1. Zat-zat baktriostatik, yaitu antibiotik yang bersifat menghambat pertumbuhan

mikroba. Contohnya adalah Chloramphenicol, Tetrasiclin, Makrolida dan

Lincomycin.

2. Zat-zat bakterisida yaitu antibiotik yang bersifat mematikan mikroba.

Contohnya adalah Penicillin, Sefalosporin, Polipeptida, Rifampisin,

Kuinolon, Aminoglikosida, Cotrimoksazol dan Isoniazid (Setiabudy, 2007).

2.3.4 Faktor Farmakokinetik dan Farmakodinamik

Pemahaman mengenai sifat farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik

sagat diperlukan untuk menetapkan jenis dan dosis antibiotik secara tepat. Agar


dapat menunjukkan sifatnya sebagai bakterisida maupun bakteriostatik, antibiotik

harus memiliki beberapa sifat berikut ini:

a. Aktivitas mikrobiologi. Antibioik harus terikat pada tempat ikatan

spesifiknya (misal ribosom atau ikatan Penicillin pada protein).

b. Kadar antibiotik pada tempat infeksi harus cukup tinggi. Semakin tinggi

kadar antibiotik semakin banyak tempat ikatannya pada sel bakteri.

c. Antibiotik harus tetap berada pada tempat ikatannya untuk waktu yang

cukup memadai agar diperoleh efek yang adekuat.

d. Kadar hambat minimal (KHM). Kadar ini menggambarkan jumlah

minimal obat yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Secara umum terdapat dua kelompok antibiotik berdasarkan sifat

farmakokinetiknya, yaitu:

a. Time dependent killing.

Lamanya antibiotik berada dalam darah dalam kadar diatas KHM sangat

penting untuk memperkirakan kesembuhan. Antibitoik yang tergolong

Time dependent killing adalah Penicillin, Sefalosporin, dan Macrolida.

b. Concentration dependent killing.

Semakin tinggi kadar antibiotik di dalam darah melampaui KHM maka

semakin tinggi pula daya bunuhnya terhadap bakteri. Untuk kelompok

ini diperlukan rasio kadar/KHM sekitar 10. Ini mengandung arti bahwa

rejimen dosis yang dipilih haruslah memiliki kadar dalam serum atau

jaringan 10 kali lebih tinggi dari KHM. Jika gagal mencapai kadar ini di

tempat infeksi atau jaringan akan mengakibatkan kegagalan terapi

(Menkes, 2011).


2.3.5 Prinsip Penggunaan Antibiotik Untuk Terapi Empiris Dan Definitif

a. Antibiotik untuk terapi empiris

Penggunaan antibiotik untuk terapi empiris adalah penggunaan antibiotik

pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebabnya. Pemberian

antibiotik empiris ditujukan untuk penghambatan pertumbuhan bakteri yang

diduga menjadi penyebab infeksi sebelum diperoleh hasil pemeriksaan

mikrobiologi. Lama pemberian antibiotik empiris diberikan dalam jangka waktu

48 – 72 jam. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis

dan kondisi klinis pasien serta data penunjang lainnya. Antibiotik empiris

diberikan secara oral pada infeksi ringan, sedangkan pada infeksi sedang sampai

berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik secara parenteral. Terapi

empiris diindikasikan untuk bakteri tertentu yang sering menjadi penyebab infeksi

yaitu:

1. Dasar pemilihan jenis dan dosis antibiotik data epidemiologi dan pola resistensi

bakteri yang tersedia dikomunitas atau dirumah sakit setempat

2. Kondisi klinis pasien

3. Ketersediaan antibiotik

4. Kemampuan antibiotik menembus ke dalam jaringan/organ yang terinfeksi

5. Untuk infeksi berat yang diduga disebabkan oleh polimikroba dapat digunakan

antibiotik kombinasi (Menkes, 2011).

b. Antibiotik untuk terapi definitif

Penggunaan antibiotik pada terapi definitif yaitu penggunaan antibiotik pada

kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya.

Antibiotik terapi definitif ditujukan untuk penghambatan pertumbuhan bakteri


yang menjadi penyebab infeksi berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi.

Lama pemberian antibiotik definitif berdasarkan pada efikasi klinis untuk

penghambatan pertumbuhan bakteri sesuai dengan diagnosis awal yang telah

dikonfirmasikan. Selanjutnya harus dilakukan evaluasi berdasarkan data

mikrobiologis dan kondisi klinis pasien. Pemberian antibiotik secara oral untuk

terapi definitif menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi ringan. Pemberian

antibiotik secara parenteral dapat dipertimbangkan pada infeksi sedang sampai

berat (Menkes, 2011).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam terapi definitif adalah:

1. Hasil pemeriksaan mikrobiologi harus dinilai secara kritis untuk

membedakan apakah yang terjadi adalah infeksi, kontaminasi, atau

kolonisasi. Kontaminasi dan kolonisasi tidak perlu diberi terapi

antibiotik.

2. Harus diberikan antibiotik pilihan pertama atau first line antibiotic

untuk infeksi kuman yang ditemukan. First line antibiotic ini biasanya

paling aman, murah, dan spektrumnya sempit.

3. Bila tidak ada indikasi yang pasti untuk memberi antibiotik kombinasi,

antibiotik harus diberikan dalam dosis tunggal.

4. Usahakan untuk memberi antibiotik dalam waktu sesingkat mungkin

(tidak lebih dari 7 hari), kecuali untuk beberapa infeksi tertentu yang

membutuhkan waktu lama (Setiabudy, 2007).

2.3.6 Antibiotik untuk Pediatrik

Di Indonesia peresepan antibiotik untuk penyakit virus masih marak

(mungkin ~ 90%), menimbulkan terhambatnya pembentukan imunitas anak, yang


justru memperpanjang lamanya penyakit, membunuh kuman yang baik dalam

tubuh (tanpa adanya kuman yang jahat), efek samping antibiotik bertambah

banyak, menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik yang merugikan

seluruh masyarakat dan diri sendiri. Kemungkinan komplikasi lebih besar dan

kembalinya anak ke dokter lebih sering karena terulang penyakitnya, serta

menghabiskan biaya secara mubazir. Penyakit virus tidak perlu diobati dengan

antibiotik bila tidak ada komplikasi. Antibiotik, misalnya Amoxicillin juga tidak

tepat untuk dipakai rutin sebagai obat pencegah komplikasi karena komplikasi

sangat jarang terjadi (mungkin sekitar 2 - 3 %) dan kalaupun terjadi antibiotiknya

harus yang terpilih khas dan khusus efektif untuk kuman yang akan menghinggap,

dan itu tidak dapat diramalkan (Hadi, 2009).

Selain itu ada beberapa antibiotik yang tidak dapat diberikan pada pediatrik

karena akan menimbulkan efek samping. Antibiotik tersebut adalah:

Tabel 2.1 Antibiotik yang Tidak Boleh diberikan pada Anak

No. Nama Antibiotik Kelompok Usia Alasan

1. Ciprofloxacin Kurang dari 12 tahun Merusak tulang rawan

2. Norfloxacin Kurang dari 12 tahun Merusak tulang rawan

3. Tetracyclin Kurang dari 4 tahun

atau pada dosis tinggi

Diskolorisasi gigi,

gangguan pertumbuhan

tulang

4. Cotrimoxazole Kurang dari 2 bulan Tidak ada data efektifitas

dan keamanan

5. Chloramphenicole Neonatus Menyebabkan grey baby

syndrome

6. Thiamphenicole Neonatus Menyebabkan grey baby

syndrome

(Menkes RI, 2011).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode

survei secara retrospektif, yaitu analisis dengan metode pengumpulan data dimulai

dari efek atau akibat yang telah terjadi bertujuan untuk memberikan gambaran

mengenai subjek penelitian, yang diarahkan pada penyajian informasi mengenai

data yang diperoleh melalui proses penelitian, dan pengumpulan data yang

diambil dari seluruh populasi atau sebagian populasi (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitan

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2016.

Tempat penelitian dilakukan di 93 apotek di Kota Medan.

3.3 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah lembar resep dokter yang mengandung antibiotik

untuk pasien pediatrik yang ada di apotek - apotek di kota Medan.

3.4 Sampel Penelitian

Berdasarkan data apotek dari Dinas Kesehatan Kota Medan, terdapat kurang

lebih 600 apotek. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus:

n = N / (1+N e2)

n = 617 / (1+ 617 (0,1)2


n = 86, 05

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = besarnya populasi

e = nilai kritis atau batas ketelitian yang diinginkan (persen kelonggaran

ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel).

Berdasarkan rumus dengan tingkat kesalahan 10% didapatkan jumlah

sampel sebanyak 86 apotek. Dalam penelitian ini, jumlah sampel dibulatkan

sampai 100 apotek. 100 apotek tersebut dipilih dari 16 kecamatan di Kota Medan

(Kota Medan terdiri dari 21 kecamatan). Data penggunaan antibiotik yang diambil

berdasarkan resep yang ada di apotek pada bulan Juli dan Agustus 2016.

Pemilihan apotek harus memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Apotek menerima resep minimal 5 lembar per hari

2. Apotek bersedia ikut serta dalam penelitian

3. Apotek memiliki resep untuk pasien pediatrik

3.5 Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan resep antibiotik untuk

pasien pediatrik di apotek wilayah Kota Medan tahun 2016. Adapun proses

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

a. Menentukan 100 apotek yang akan dikunjungi

b. Mengelompokkan resep untuk pasien pediatrik

c. Mengelompokkan resep yang mengandung antibiotik untuk pasien pediatrik

d. Memisahkan antibiotik menurut golongan dan jenisnya, serta melihat dosis


sediaan dan menghitung dosis pemakaian, menghitung durasi pemakaian, dan

bentuk sediaannya kemudian data yang didapat diolah dengan menggunakan

Microsoft Excel

e. Didapatkan hasil berupa golongan antibiotik, jenis antibiotik, dosis sediaan dan

dosis pemakaian, durasi pemakaian, serta bentuk sediaan yang disajikan dalam

bentuk tabel.

3.6 Diagram Alir Penelitian

Tahapan penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram alir sebagai

berikut:

617 Apotek di kota

Medan

Kriteria Inklusi Sampling

Apotek Terpilih

Meminta rekomendasi dari dekan Fakultas

Farmasi USU untuk dapat melakukan

penelitian di Apotek Kota Medan.

Surat rekomendasi dari

Fakultas.

Menghubungi pihak Dinas Kesehatan

Kota Medan untuk mendapatkan izin

melakukan penelitian, dengan membawa

surat rekomendasi dari fakultas.


Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.7 Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan

program Microsoft Excel, kemudian disajikan dalam bentuk tabel yang dapat

dilihat berdasarkan golongan antibiotik, jenis antibiotik, dosis, durasi pemakaian

antibiotik, serta bentuk sediaan antibiotik.

Drug Utilization Study

Antibiotik untuk pasien pediatrik


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Antibiotik Berdasarkan Golongan

Setelah dilakukan penelitian didapat sampel sebanyak 2.195 resep pasien

pediatrik di wilayah Kota Medan. Data hasil penelitian antibiotik berdasarkan

golongan, dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Penggunaan Golongan Antibiotik

No Golongan Antibiotik Jumlah

(N=740)

Persentase

(%)

1 Penicillin 329 44,45

2 Sefalosporin 165 22,29

3 Rifampisin 158 21,35

4 Makrolida 58 7,83

5 Sulfonamid 15 2,02

6 Aminoglikosida 6 0,81

7 Kuinolon 5 0,67

8 Chloramphenicol 4 0,54

Total 740 100

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap peresepan antibiotik

pada pasien pediatrik di Kota Medan, golongan antibiotik terbanyak di dominasi

oleh antibiotik golongan Penicillin yaitu sebanyak 329 resep (44,45 %) dan

golongan Sefalosporin 165 resep (22,29 %). Hal ini dikarenakan Penicillin dan

Sefalosporin tergolong dalam beta-laktam yang bersifat bakteriasid, dan efektif

terhadap organisme Gram – positif dan negatif. Antibioik beta – laktam

mengganggu sintesis dinding sel bakteri, dengan menghambat langkah terakhir

dalam sintesis peptidoglikan, yaitu heteropolimer yang memberikan stabilitas

mekanik pada dinding sel bakteri (Kemenkes RI, 2011).


Penggunaan antibiotik Penicillin sebagai antibiotik terbanyak di Kota

Medan sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di salah satu Rumah Sakit

Swasta Selangor, Malaysia. Dimana penggunaan Penicillin adalah yang tertinggi

yaitu 1.602 resep atau sebanyak 35,05% (Sudjaswadi, 2006).

4.2. Antibiotik Berdasarkan Nama

Amoxicillin mempunyai aktivitas terhadap Gram positif dan negatif, seperti

Haemophilus influenza, Escherichia coli, dan Proteus mirabilis. Amoxicillin

sering diberikan bersamaan dengan inhibitor betalaktamase (asam klavulanat,

sulbaktam, tazobaktam) untuk mencegah hidrolisis oleh beta-laktamase yang

semakin banyak ditemukan pada bakteri Gram-negatif. Sedangkan Rifampisin

adalah golongan antibiotik spektrum luas yang banyak dipakai untuk

menanggulangi infeksi Mycobacterium tuberculosis. Antibiotik ini merupakan

bentuk pengobatan pertama untuk menanggulangi penyakit tuberkulosis dan lepra

(Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan namanya, antibiotik terbanyak yang diresepkan adalah

Amoxicillin sebanyak 329 resep (44,46%) diikuti dengan Rifampisin sebanyak

158 resep (21,35%), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Penggunaan Amoxicillin sebagai antibiotik terbanyak di Kota Medan

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di salah satu puskesmas Kota

Sabang dimana penggunaan Amoxicillin sebanyak 61 resep (67,77 %) (Safera,

2016).


Tabel 4.2 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Nama

No Nama Antibiotik Jumlah

(N=740)

Persentase

(%)

1 Amoxicilin 325 43,92

2 Amoxicillin dan

asam klavulanat 4 0,54

3 Cefadroxil 67 9,05

4 Cefixime 98 13,24

5 Chloramphenicol 1 0,13

6 Thiamphenicol 3 0,4

7 Azitromycin 1 0,12

8 Erythromycin 32 4,31

9 Clindamycin 25 8,37

10 Cotrimoksazol 15 2,03

11 Ciprofloxacin 5 0,68

12 Rifampisin 158 21,35

13 Gentamycin 6 0,81

Total 740 100

4.3 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Dosis

Ketepatan dosis merupakan dosis yang digunakan harus sesuai range terapi

dan banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada seorang

penderita baik untuk dipakai sebagai obat dalam maupun luar secara tepat

(Pagliaro dkk., 1995). Neonatus dan anak memerlukan pertimbangan khusus

dalam perhitungan dosis obat karena perbedaan usia secara fisiologis akan

merubah farmakokinetika banyak obat. Perhitungan dan pemberian dosis obat

disesuaikan dengan berat badan anak (Katzung, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian dosis sediaan yang sering diberikan untuk

pasien pediatrik dapat dilihat pada Tabel 4.3


Tabel 4.3 Hasil Dosis Sediaan Antibiotik

No Nama Antibiotik Dosis Sediaan Jumlah

1 Amoxicillin

125 117

250 166

500 44

2 Amoxicillin+Asam Klavulanat 500 4

3 Azithromycin 200 1

4 Cefadroxil

125 45

250 17

500 5

5 Cefixime 100 96

200 2

6 Chloramphenicol 125 1

7 Ciprofloxacin 500 5

8 Clindamycin 150 15

300 10

9 Cotrimoxazole 120 7

240 8

10 Erythromycin 200 32

11 Gentamycin 0,3% 6

12 Rifampisin*

75 1

100 31

120 18

125 1

180 6

200 13

225 28

240 2

300 14

13 Thiamphenicol 125 2

Jumlah - 740

*dalam bentuk serbuk

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik

masih memakai sediaan dengan dosis kecil yang sesuai untuk pasien pediatrik.

Namun untuk terapi tuberkulosis dengan Rifampisin, obat diberikan dalam bentuk

serbuk yang kemudian dicampur dengan anti tuberkulosis lainnya, karena

kemungkinan terjadinya resistensi sangat besar bila diberikan secara tunggal

(DOI, 2008).


Lama pemberian antibiotik harus menjamin musnah total penyebab infeksi

sehingga tidak mungkin penyakit infeksi kambuh lagi, kekambuhan ditentukan

oleh daya tahan mikroorganisme terhadap sistem pertahanan tubuh penderita,

lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik untuk mencapainya. Kesalahan yang

lazim dibuat pada terapi antibiotik yang dapat menggagalkan terapi pada dasarnya

berkisar pada salah pilih antibiotik, salah pemberian atau penggunaan seperti

kekeliruan dosis (Wattimena, 1991).

Tabel 4.4 Kesesuaian Dosis Antibiotik

No Nama Antibiotik

Dosis Penggunaan

Sesuai

(Persentase %)

Tidak Sesuai

(Persentase %)

1 Amoxicillin 63 (21,9%) 100 (34,84%)

2 Cefadroxil - 25 (8,71%)

3 Cefixime 20 (6,9%) 21 (7,3%)

4 Ciprofloxacin 4 (1,3%) 1 (0,34%)

5 Clindamycin 13 (4,5%) -

6 Cotrimoxazol 2 (0,69%) 4 (1,3%)

7 Erythromycin 3 (1,04%) 24 (8,3%)

8 Rifampicin 5 (1,7%) 1 (0,34%)

9 Thiamphenicol - 1 (0,34%)

Total 110 (38,32%) 177 (61,67%)

Dari 740 lembar resep yang ada, terdapat 287 resep yang lengkap untuk

dinilai kesesuaian dosis. Dosis penggunaan dihitung berdasarkan konversi antara

usia dengan bobot ukuran tubuh bayi dan anak yang terdapat dalam ISO, 2012.

Data kesesuaian dosis pemakaian antibiotik tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 177 resep (61,67%) yang dosis

penggunaannya tidak sesuai, antibiotik dengan jumlah terbanyak adalah


Amoxicillin yaitu 100 resep (34,84%). Ketidaksesuaian dosis ini juga banyak

terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli dimana persentasi

ketidaksesuaiannya adalah 50% (76 resep) (Gulo, 2016).

Ketepatan dosis adalah faktor yang sangat penting untuk dipenuhi. Bila

dosis antibiotik yang diberikan kurang dari dosis terapi (under dose), akan terjadi

kegagalan terapi antibiotik yang berujung kepada resistensi antibiotik terhadap

pasien, namun bila dosis yang diberikan melebihi dosis terapi (over dose) maka

akan terjadi gejala seperti rasa mual, muntah, diare, syok anafilaktik dll (DOI,

2008). Berdasarkan analisis didapatkan 91 resep (51,41%) antibiotik under dose

dan 86 resep (48,58%) antibiotik over dose.

4.4 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Durasi Penggunaan

Pengobatan atau terapi obat dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu terapi

kausatif (pengobatan pada sumber penyakit) dan terapi simptom/gejala

(pengobatan gejala penyakit). Pengobatan dengan terapi kausatif diberikan dalam

jangka waktu tertentu untuk mengatasi penyebab penyakit. Contoh terapi kausatif

adalah pengobatan dengan antibiotik yang dilakukan dalam jangka tertentu untuk

mengatasi mikroba penyebab penyakit. Sedangkan terapi simptomatis atau gejala

digunakan untuk mengatasi gejala – gejala yang timbul dari penyakit. Misalnya

infeksi bakteri menimbulkan gejala demam, sehingga diberi obat penurun demam

untuk mengatasinya (Wattimena, 1991).

Lama pemberian antibiotik yang optimal tidak selalu diketahui, karena

bergantung pada tingkat keparahan dan jenis infeksi yang terjadi. Lama

penggunaan antibiotik umumnya 3 – 5 hari. Dari hasil penelitian yang dilakukan


terhadap resep yang mengandung antibiotik pada pasien pediatrik, maka

didapatlah durasi pemakaian antibiotik yang dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah

ini:

Tabel 4.5 Durasi Penggunaan Antibiotik

Hasil menunjukkan bahwa durasi pemakaian antibiotik sesuai dengan

literatur yang dipakai yaitu Mims.com dan DOI sebanyak 581 resep (78,51%),

sementara 159 resep (21,48%) dinyatakan tidak sesuai. Cefixime adalah antibiotik

dengan durasi pemakaian tidak sesuai terbanyak yaitu 79 resep (10,67%), hal ini

dikarenakan kurangnya jumlah obat yang diresepkan kepada pasien sehingga

durasi terapi tidak tercapai. Antibiotik biasanya diresepkan untuk beberapa hari,

semua harus diminum secara teratur dan dihabiskan. Jumlah antibiotik yang

No Nama Antibiotik

Durasi

Minimal

(hari)

Durasi

Maksimal

(hari)

Durasi Pemakaian (hari)

Sesuai (%) Tidak Sesuai

(%)

1 Amoxicillin 2 20 303 (40,94%) 22 (2,97%)

2 Amoxicillin +

Asam klavulanat 4 - 4 (0,54%) -

3 Azithromycin 4 - 1 (0,13%) -

4 Cefadroxil 3 12 44 (5,94%) 23 (3,10%)

5 Cefixime 2 15 19 (2,56%) 79 (10,67%)

6 Chloramphenicol 5 - 1 (0,13%) -

7 Ciprofloxacin 3 10 4 (0,54%) 1 (0,13%)

8 Clindamycin 3 10 15 (2,02%) 10 (1,35%)

9 Cotrimoxazole 3 12 13 (1,75%) 2 (0,27%)

10 Erythromycin 2 25 17 (2,29%) 15 (2,02%)

11 Gentamycin 5 7 1 (0,13%) 4 (0,54%)

12 Rifampicin 9 50 159 (21,48%) -

13 Thiampenicol 5 6 - 3 (0,40%)

Total 581 (78,51%) 159 (21,48%)


diberikan juga harus diperhatikan untuk menghindari resistensi antibiotik

dikemudian hari (Menkes RI, 2011).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Suatu Rumah Sakit di

Kota Bandung yang mana 87,72% antibiotik diberikan dengan durasi pemakaian

yang sesuai (Lisni, 2016). Penggunaan antibiotik yang kurang cermat pada

masyarakat menyebabkan berbagai dampak negatif. Salah satu penyebab

penggunaan antibiotik yang kurang cermat adalah resistensi kuman. Selain itu,

penggunaan antibiotik yang tidak tepat durasi dan dosis juga akan mempermudah

terjadinya resistensi antibiotik (Hadi, 2009).

4.5 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Bentuk Sediaan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa bentuk sediaan obat yang

paling banyak digunakan adalah bentuk sediaan sirup sebanyak 230 resep

(31,08%) diikuti dengan tablet sebanyak 221 resep (29,86%). Dalam penelitian

yang dilakukan oleh (Gulo, 2016) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Gunungsitoli, sediaan sirup adalah bentuk sediaan yang paling banyak digunakan

yaitu sebanyak 31,58%. Hal ini dikarenakan sediaan sirup mudah diberikan

kepada bayi dan anak - anak, dosisnya mudah diatur serta rasa dan bau yang tidak

enak dapat ditutupi dengan korigensia (Jas, 2007). Data penggunaan antibiotik

berdasarkan bentuk sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Bentuk Sediaan

No Bentuk Sediaan Obat Jumlah (N=740) Persentase (%)

1. Sirup 230 31,08

2. Tablet 221 29,86

3. Kapsul 85 11,48

4. Drop 40 5,4

5. Salep 1 0,13


6. Tetes mata 5 0,67

7. Pulvis 158 21,35

Total 740 100


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian, diperoleh populasi sebanyak 2.195 resep untuk pasien

pediatrik dan terdapat 740 resep dengan antibiotik (33,71%). Golongan antibiotik

yang paling banyak diresepkan untuk pasien pediatrik adalah Penicillin, yaitu

Amoxicillin sebanyak 329 resep (44,46%). Dari 278 resep antibiotik dengan data

yang lengkap untuk dinilai kesesuaian dosis terdapat 177 resep (61,67%) resep

dengan ketidaksesuaian dosis, 100 resep (34,84%) diantara dosis yang tidak sesuai

adalah Amoxicillin. Durasi penggunaan 581 resep (78,51%) dinyatakan sesuai

dengan literatur yaitu Mims.com dan DOI dan bentuk sediaan yang paling banyak

diresepkan untuk pasien pediatrik adalah sirup sebanyak 230 resep (31,08%).

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menyarankan

beberapa hal seperti:

a. Disarankan untuk penelitian selanjutnya dilakukan pengambilan data pada

tahun 2017.

b. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk melihat interaksi obat yang

mungkin terjadi dalam peresepan untuk pasien pediatrik.

c. Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk menghitung dosis anak

menggunakan rumus berdasarkan berat badan.


DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard, Vaughan, dan Victor. (1998). Ilmu Kesehatan Anak: Nelson.

Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. Halaman 1, 483.

Bobone, Emaliah, Ovi, dan Siti. (2013). Antibiotik. Jurnal Ilmiah Farmasi.

Pangkal Pinang: Jurusan Farmasi Poltekes Kemenkes. Halaman 1.

Chaerunissa, dan Surahman. (2009). Farmasetika dasar: Konsep teoritis dan

aplikasi pembuatan obat. Bandung: Widya Padjadjaran. Halaman 25.

Darmansjah, I. (2008). Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak, Majalah

Kedokteran Indonesia. Volume 58. Jakarta. Halaman 368.

Departemen Kesehatan RI. (2005). Pharmaceutical Care untuk Infeksi Penyakit

Saluran Pernafasan. Jakarta: Direktorat Bina Komunitas dan Klinik Dirjen

Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Halaman 15-18.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008.

http://www.depkes.go.id (diakses pada tanggal 8 November 2016).

Departemen Kesehatan RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010.

http://www.depkes.go.id (diakses pada tanggal 8 November 2016).

Gulo, R. (2016). Kajian Peresepan Antibiotik pada Pasien Pediatrik Rawat Jalan

di RSUD Gunungsitoli Nias. Medan: Universitas Sumatera Utara. Halaman

15,21.

Hadi, U. (2009). Resistensi Antibiotik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V.

Jilid III. Jakarta: Interna Publishing. Halaman 12.

Hardjosaputra, S. (2008). Data Obat di Indonesia. Edisi IX. Jakarta: Muliapurna

Jayaterbit. Halaman 316-317, 433.

Jas, A. (2007). Perihal Resep dan Dosis Serta Latihan Menulis Resep. Medan:

USU Press. Halaman 1-2, 35.

Kakkilaya, S. (2008). Rational Medicine: Rational use of antibiotics,

http://www.rationalmedicine.org/antibiotics.htm (diakses 8 November

2016).

Katzung B. G. (2009). Basic & Clinical Pharmacology, 4th ed. USA: McGraw-

Hill. Halaman 23.

Kemenkes RI. (2014) Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta:

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 3.


http://www.depkes.go.id/

http://www.depkes.go.id/

http://www.rationalmedicine.org/antibiotics.htm

Kemenkes RI. (2011). Pedoman Umum Penggunaaan Antibiotik. Jakarta:

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 31, 32.

Kliegman, Behrman, Jenson, dan Stanton. (2007). Tekxtbook of Pediatrics. USA:

Saunders Elsevier. Halaman 1.

Lisni, I., Iriani, S.O., dan Sutrisno. (2016). Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada

Pasien Faringitis di Suatu Rumah Sakit di Kota Bandung. Bandung:

Sekolah Tinggi Farmasi Bandung. Halaman 49.

MIMS Indonesia. Diakses dari https://sso.mims.com pada tanggal 1 Desember

2016.

Mycek, M., Harvey, dan Champe. (1997). Farmakologi. Philadelphia: USA.

Halaman 4, 8, 13, 23.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatana. Jakarta: Rineka

Cipta. Halaman 33.

Pagliaro, A.Louise, dan Marie. (1995). Problem in Pediatric Drug Therapy. Edisi

3. USA: Production Press, Inc. Halaman 23.

Rudolph, Abraham., Hoffman, Julien., Rudolph, Colin. (2007). Buku Ajar

Pediatri. Volume 2. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. Halaman

879, 883.

Safera, F. (2016). Profil Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak Dengan

Gangguan Saluran Pernapasan di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang

Tahun 2015. Medan: Universitas Sumatera Utara. Halaman 30.

Setiabudy, R. (2007). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Halaman 585, 593.

Sudjaswadi, R. (2006). Profil Peresepan Antibiotik untuk Pasien Rawat Jalan di

Rumah Sakit Swasta Selangor. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Halaman: 192.

Wattimena, J.R., Sugiarso, Nelly C., Widianto, Mathilda, B., Sukandar, E.Y.,

Soemardji, A., Setiadi, dan Anna, R. (1991). Farmakodinamik dan Terapi

Antibiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 47-48.

WHO. (2007). Promoting Safety of Medicine for Children. Geneya: WHO Press.

Halaman 12-13.


https://sso.mims.com/

Lampiran 1. Surat Izin Pengambilan Data di Apotek


Lampiran 2. Dosis Sediaan Antibiotik.

11 Chloramphenicol

Kapsul 250 mg

Salep mata 1%

Tetes mata 0,5 %

12 Ciprofloxacin

Tablet 250 mg

Tablet 500 mg

13 Gentamicin Salep 0,1%

(ISO, 2012).

No Nama antibiotic Dosis Sediaan

1 Amoxicilin

Kapsul 250 mg

Tablet 500mg

Sirup kering 125 mg/5 ml

2 Cefadroxyl


Kapsul 250 mg

Kapsul 500 mg

3 Cefixime

Kapsul 100 mg

Kapsul 50 mg


4 Cotrimoksazol

Tablet 480 mg

Tablet 120 mg

Sirup suspensi 240 mg/5 ml

5 Erythromycin Kapsul 250 mg

Sirup 200 mg/5 ml

6 Azitromycin

Tablet 250 mg

Tablet 500 mg

Sirup 200 mg/5 ml

7 Rifampisin Tablet 600 mg

Kapsul 300 mg

8 Clindamysin Kapsul 150 mg

Kapsul 300 mg

9 Amoxicillin+asam

klavulanat

625 mg

10 Thiamphenicol Kapsul 250 mg

Kapsul 500 mg


Lampiran 3. Standar Dosis Penggunaan Antibiotik.

(DOI, 2008)

No Jenis antibiotik Dosis Anak

1 Amoxicilin Kapsul : Anak BB>20 kg;250-500 mg tiap 8 jam. Anak BB<20 kg sehari 20-40/kg BB tiap 8 jam

2 Cefadroxyl 25-30 mg/kg BB/hari dalam tiga dosis terbagi

3 Cefixime 1,5-3 mg/kg BB 2 kali sehari. Infeksi berat 6 mg/kg BB

2 kali sehari. Demam tifoid; 10-15 mg/kg BB/hari

4 Cotrimoksazol anak 6-12 thn 480mg sehari 2x ; 6 bulan-5 thn sehari

280 ml ; 2-6 bln sehari 2x120 mg

5 Erythromycin 30-50 mg/kg BB/hari dibagi 3-4 dosis

6 Azitromisin Anak ; 10 mg/kg BB/hari dosis tunggal

7 Rifampisin 10-20 mg/kg BB sebaiknya dikombinasikan dengan anti

tuberkulosa lain

8 Ciprofloxacin Dewasa: 250-750mg 2x/hari

9 Clindamycin Anak: 3-6mg/kg BB setiap 6 jam. Dewasa; 150-300mg

setiap 6 jam

10 Thiamphenicol 50mg/kg BB dalam 3 takaran


Lampiran 4. Durasi Penggunaan Antibiotik.

No Nama Antibiotik Durasi Penggunaan

1 Amoxicillin 3-14 hari

2 Amoxicillin+asam klavulanat < 14 hari

3 Azithromycin 3-4 hari

4 Cefadroxil 5-10 hari

5 Cefixime 7-14 hari

6 Chloramphenicol 5 hari

7 Ciprofloxacin 5-10 hari

8 Clindamycin 5-14 hari

9 Cotrimoxazole 5-14 hari

10 Erythromycin 5-14 hari

11 Gentamicin 7-14 hari

12 Rifampicin -

13 Thiamphenicol 7-15 hari

(Mims.com dan DOI).


Lampiran 6. Daftar Nama Apotek di Kota Medan

DAFTAR NAMA APOTEK DI KOTA MEDAN

No Nama Apotek Alamat

1 Apotek Adenanadenin Jl. SM Raja XII

2 Apotek Amaliun Jl. Amaliun

3 Apotek Amanah Jl. Menteng VII, No, 195

4 Apotek Assa'adah Jl. Gatot Subroto, No. 90

5 Apotek Badrul Aini Jl. Bromo Lorong Sukri, No. 18

6 Apotek Bangka Jl. Bangka. No. 52/58, Gg Buntu

7 Apotek Berkat Ananda Jl. Karya Wisata

8 Apotek Berkat Farma Jl. Merak, No. 2

9 Apotek Cahaya Baru Jl. Brig. Jend. Zein Hamid, No. 19

10 Apotek Cahaya Raya Jl. Titi Pahlawan, No. 1B

11 Apotek Citra Farma Jl. Denai 4

12 Apotek Delima Jl. Yos Sudarso

13 Apotek Dewi 1 Jl. A.R Hakim (Simpang Megawati)

14 Apotek Dodi Jl. A.H Nasution, No. 2A

15 Apotek F3 Farma Jl. Bajak II, Marindal

16 Apotek Fara Jl. Merdeka, Brayan

17 Apotek Farah Jl. Iskandar Muda

18 Apotek Farmaka Jl. Bunga Sakura Tanjung Selamat

19 Apotek Farmarin Jl. Gatot Subroto, No. 14

20 Apotek Fatiha Jl. STM No. 41

21 Apotek Fauza Jl. SM Raja, No. 170

22 Apotek Firdaus Jl. HM Yamin

23 Apotek Flori Bunda Jl. Nuda Indah Raya

24 Apotek Fortuna Jl. Amal, No. 36B

25 Apotek Gabe Family Jl. Flamboyan Raya, No. 57B

26 Apotek Gaharu Jl. Gaharu, No. 76A

27 Apotek Global Farma Jl. A.R Hakim, No. 158

28 Apotek Global Medcare Jl. Gunung Krakatau

29 Apotek Gunung Sibayak Jl. Jamin Ginting, No. 496

30 Apotek Hafizh Farma Jl. Karya Jaya, No. 170D

31 Apotek Hannisah Jl. SM Raja KM 5 No.51B

32 Apotek Hary Na Jaya Jl. Menteng, Amplas

33 Apotek Hasby Jl. Yos Sudarso

34 Apotek Humairoh Jl. Panglima Denai No. 204A

35 Apotek Ibnu Saleh Jl. H.M Joni

36 Apotek IFRS Jl. Dr. Mansyur


37 Apotek Istana 1 Jl. Ismud, Petisah Hulu

38 Apotek Jemadi Natural Jl. Jemadi, No. 8

39 Apotek K24 Cemara Asri Jl. Cemara Medan Estate

40 Apotek K24 Setiabudi Jl. Setia Budi

41 Apotek Karunia Jl. Karya Jaya

42 Apotek Kasih 1 Jl. Marelan Raya Pasar 1

43 Apotek KF J City Jl. Karya Wisata

44 Apotek KF Tasbih Jl. Setia Budi, No. 140 A-B

45 Apotek Khalisa Jl. Merindal Harjosari II

46 Apotek Kheisa Jl. A.R Hakim

47 Apotek Komplit Jl. Karya Wisata

48 Apotek Krisna Jl. Yos Sudarso

49 Apotek Kurnia Farma Jl. Karya Wisata, No. 92, Medan

50 Apotek Madani Jl. Bilal Ujung

51 Apotek Marita Jl. Kapten Muslim, No. 234A

52 Apotek Marthen Jl. Ayahanda No. 04

53 Apotek Medan Jl. Prof. HM Yamin, No. 198A

54 Apotek Medika Jl. Sunggal, No. 58

55 Apotek Melinda Jl. Pelajar, No. 106

56 Apotek Mizita Jl. Pinang Baris, No. 26A

57 Apotek Misidi Farma Jl. Cempaka No. 32E

58 Apotek MitraSehati Jl. Marindal Dalam, Pasar 7

59 Apotek Multi Sentosa Jl. Prof. HM Yamin

60 Apotek Mutiara Jl. HM Yamin

61 Apotek Nasional Jl. Aksara, No. 21

62 Apotek Nazla Jl. Gaperta, Helvetia Tengah, Medan

63 Apotek New Esa Farma Jl. A.R Hakim No. 99

64 Apotek Nurhayati Jl. Prof. HM Yamin, No. 419

65 Apotek Patria Jl. Jamin Ginting

66 Apotek Pelangi Jl. Ismud, No. 158

67 Apotek Perjuangan Jl. Perjuangan, No. 85B

68 Apotek Prisma Lestari 2 Jl. flamboyan Raya, No. 12B

69 Apotek Pulau Intan Jl. Garuda Raya

70 Apotek Putra Jl. SM Raja XII, Sitirejo II

71 Apotek Rajawali Jl. Gatot Subroto

72 Apotek Rakyat Jl. Belat 27

73 Apotek Rara Jl. Gaperta, No. 234F

74 Apotek Roma Jl. A.R Hakim No. 99

75 Apotek RS Pirngadi Jl. Prof. HM Yamin

76 Apotek Sada Arih Jl. Bunga Lau No 58, Medan

77 Apotek Sarana Jl. Sumatera, No. 94


78 Apotek Satria Jl. SM Raja, No. 359B

79 Apotek Sejahtera Mandiri Jl. Medan Tenggara 7, No. 27

80 Apotek Semesta Alam Farma Jl. Tanjung Rejo

81 Apotek Serasi Jl. Letda Sudjono, Tembung, Medan

82 Apotek STM Jl. STM No. 72A

83 Apotek Sudarso Jl. Karya, Sei Agul

84 Apotek Teo Farma Jl. Sutrisno No. 431A

85 Apotek Timoti Jl. SM Raja, No.53, Medan

86 Apotek Trijaya Jl. Karya Kasih Komp. Johor

87 Apotek Uli Parna Jl. Saudara No. 64A

88 Apotek Varia Jl. Jend. Gatot Subroto, Medan Petisah

89 Apotek Wido Farma Jl. Pelajar

90 Apotek Winda Jl. Marelan Jaya

91 Apotek Yakini Jl. Sutomo Ujung No. 234D

92 Apotek Zahra Jl. Kapten Muslim, No. 67C

93 Apotek Zidane Jl. Garu


Lampiran 7. Data Resep Antibiotik Untuk Pasien Pediatrik

Di Apotek Kota Medan

Data Resep Antibiotik Untuk Pasien Pediatrik Di Apotek Kota

Medan

No Nama Antibiotik

Usia anak Dosis

Sediaan

(mg)

Durasi

pemakaian

(hari)

Bentuk

sediaan Bulan Tahun

1 Amoxicillin - 1 100mg/ml 5 Drop

2 Amoxicillin - 1 100mg/ml 5 Drop

3 Amoxicillin - 1,5 100mg/ml 5 Drop

4 Amoxicillin - - 100mg/ml 15 Drop












16 Amoxicillin 1 - 100mg/ml 12 Drop

















33 Amoxicillin 5,5 - 100mg/ml 7 Drop









41 Amoxicillin 0 - 125mg/5ml 5 Sirup



























68 Amoxicillin - 1 125mg/5ml 4 Sirup



















































118 Amoxicillin - - 250 2 Kapsul























140 Amoxicillin 1 - 250 5 Kapsul

























































196 Amoxicillin - 1 250 4 Kapsul


























































































284 Amoxicillin - - 500 4 Tablet

285 Amoxicillin - 10 500 5 Tablet










































326 Amoxicillin+

Asam Klavulanat - - 500mg/5ml 4 Sirup

327 Amoxicillin+


328 Amoxicillin+


329 Amoxicillin+


330 Azitromycin - - 200mg/5ml 4 Sirup

331 Cefadroxil - 2 125mg/5ml 12 Sirup





335 Cefadroxil - - 125mg/5ml 4 Sirup
































367 Cefadroxil 4 - 125mg/5ml 6 Sirup










376 Cefadroxil 8 - 250 6 Kapsul

377 Cefadroxil - - 250 6 Kapsul





















398 Cefixime 8 - 100mg/5ml 13 Sirup



401 Cefixime - - 100mg/5ml 15 Sirup














415 Cefixime - 3 100mg/5ml 3 Sirup












































458 Cefixime - 13 100 5 Kapsul











468 Cefixime - - 100 3 Kapsul




























496 Chloramphenichol - - 125mg/5ml 5 Sirup

497 Ciprofloxacin - 17 500 3 Tablet



500 Ciprofloxacin - - 500 6 Tablet


502 Clindamycin - 14 150 3 Kapsul




505 Clindamycin - - 150 5 Kapsul




509 Clindamycin - 150 5 Kapsul


















527 Cotrimoxazol - 5 240mg/5ml 6 Sirup

528 Cotrimoxazol - - 240mg/5ml 6 Sirup


530 Cotrimoxazol 6 - 240mg/5ml 6 Sirup





535 Cotrimoxazol - - 120 5 Tablet

536 Cotrimoxazol 3 - 120 5 Tablet

537 Cotrimoxazol - 8 120 5 Tablet





542 Erythromycin - - 200mg/5ml 3 Sirup

543 Erythromycin - 1 200mg/5ml 3 Sirup

544 Erythromycin 8 - 200mg/5ml 3 Sirup































574 Gentamycin 1 - 0,30% 7 Tetes mata

575 Gentamycin - 1 0,30% - Salep

576 Gentamycin 1 - 0,30% 5 Tetes mata

577 Gentamycin - - 0,30% 5 Tetes mata



580 Rifampicin - - 75 30 Pulvis


582 Rifampicin - 1 100 10 Pulvis




















































































































































726 Rifampicin 4 - 300 30 Pulvis












738 Thiamphenicol - - 250 5 Tablet

739 Thiamphenicol - - 125mg/5ml 6 Sirup

740 Thiamphenicol 10 - 125mg/5ml 6 Sirup


Lampiran 8. Data Dosis Antibiotik

Data Dosis Antibiotik

No Nama

Antibiotik

Usia anak Dosis (mg)

Dosis

Pemakaian

(mg)

Durasi

Pemakaian

(hari)

Bentuk

sediaan Bulan Tahun

1 Amoxicillin - 1 100mg/ml 100 5 Drop

2 Amoxicillin - 1 100mg/ml 100 5 Drop

3 Amoxicillin - 1,5 100mg/ml 100 5 Drop

4 Amoxicillin 1 - 100mg/ml 50 12 Drop

















21 Amoxicillin 5,5 - 100mg/ml 70 7 Drop








29 Amoxicillin 2 - 125mg/5ml 125 4 Sirup




33 Amoxicillin 6 - 125mg/5ml 437,5 5 Sirup







39 Amoxicillin - 1 125mg/5ml 125 4 Sirup





44 Amoxicillin - 1 125mg/5ml 312,5 8 Sirup














































89 Amoxicillin - 1 250 250 5 Kapsul


































122 Amoxicillin 11 250 250 4 Kapsul

123 Amoxicillin 11 250 250 15 Kapsul

































156 Amoxicillin - 10 500 500 5 Tablet








164 Cefadroxil - 2 125mg/5ml 125 12 Sirup
















179 Cefadroxil 4 - 125mg/5ml 125 6 Sirup









188 Cefadroxil 8 - 250mg/5ml 125 6 Sirup

189 Cefixime 8 - 100mg/5ml 20 13 Sirup





194 Cefixime - 3 100mg/5ml 100 3 Sirup



























220 Cefixime - 13 100 100 5 Kapsul










230 Ciprofloxacin - 17 500 500 3 Tablet





235 Clindamycin - 14 150 150 3 Kapsul













248 Cotrimoxazol - 5 240mg/5ml 480 6 Sirup


250 Cotrimoxazol 6 - 240mg/5ml 120 6 Sirup



252 Cotrimoxazol 3 - 120 120 5 Tablet

253 Cotrimoxazol - 8 120 120 5 Tablet

254 Erythromycin - 1 200mg/5ml 200 3 Sirup

255 Erythromycin 8 - 200mg/5ml 200 3 Sirup


























281 Rifampicin - 1 100 100 10 Pulvis





286 Rifampicin 4 - 300 300 30 Pulvis

287 Thiamphenicol 10 - 125mg/5ml 125 6 Sirup


PROFIL PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI ...

Documents