PROFIL KETERAMPILAN DASAR LABORATORIUM BIOLOGI PESERTA DIDIK DI SMAN KOTA TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Ayu Nurma Wijayaningrum 11150161000060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROFIL KETERAMPILAN DASAR LABORATORIUM BIOLOGI
PESERTA DIDIK DI SMAN KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Ayu Nurma Wijayaningrum
11150161000060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Profil Keterampilan Dasar Laboratorium Biologi Peserta
Didik di SMAN Kota Tangerang Selatan disusun oleh Ayu Nurma
Wijayaningrum, Nomor Induk Mahasiswa 11150161000060, Jurusan Pendidikan
Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang
ditetapkan fakultas.
Jakarta, 23 Agustus 2020
Yang Mengesahkan,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Nengsih Juanengsih, M.Pd Meiry Fadilah Noor, M.Si
NIP.197905102006042001 NIP.198005162007102001
ii
iii
iv
ABSTRAK
Ayu Nurma Wijayaningrum, 11150161000060, Profil Keterampilan Dasar
Laboratorium Biologi Peserta Didik di SMAN Kota Tangerang Selatan,
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil keterampilan dasar laboratorium
IPA peserta didik di SMAN Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebanyak 105 peserta didik yang mewakili 3 SMAN di Kota Tangerang
Selatan. Keterampilan dasar laboratorium yang diukur adalah keterampilan
menggunakan alat-alat laboratorium yaitu menggunakan mikroskop, gelas ukur,
pipet tetes, memanaskan larutan, menggunakan termometer, serta menggunakan
neraca. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, angket, dan
wawancara. Hasil menunjukkan keterampilan baik pada penggunaan mikroskop,
menggunakan pipet tetes, memanaskan larutan, dan menggunakan thermometer
(78%, 76%, 68%, dan 68%). Keterampilan cukup pada penggunaan gelas ukur, dan
penggunaan neraca (56%, dan 44%).
Kata Kunci : Keterampilan dasar laboratorium biologi
v
ABSTRACT
Ayu Nurma Wijayaningrum, 11150161000060, Profile of Basic Science
Laboratory Skills of Students in South Tangerang City High School, Biology
Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
This research aims to find out the profile of basic biology laboratory skills of
students in South Tangerang City High School. The research method used is
descriptive qualitative. The sample used in this study were 105 students
representing 3 senior high school in the city of South Tangerang. Basic laboratory
skills measured in the form of skills using laboratory equipment are using a
microscope, measuring cup, drop pipette, heating solution, thermometer, and a
balance sheet. The instruments used were observation sheets, questionnaires, and
interviews. The result showed good skills in using a microscope, using a dropper
pipette, heating solution, and thermometer (78%, 76%, 68%, and 68%). Sufficient
skills in the use of measuring cups, and use of balance sheets (56%, and 44%).
Keywords : Basic biology laboratory skills
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi ini. Tujuan penulisan skripsi ini sebagai syarat menyelesaikan studi S-
1 program studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK),
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
Kurikulum 2013 dikembangan dengan landasan filosofis yang
memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi
manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.1
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016
tentang standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah, Standar
Kompeten Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi
Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar
proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar
pembiayaan.2
Standar Kompetensi Lulusan ini dapat dicapai dengan cara siswa dapat
belajar dari berbagai macam metode pembelajaran. Metode demonstrasi dan
metode eksperimen terutama untuk mata pelajaran yang di dalam kompetensi
dasarnya terdapat materi yang harus dipraktikkan. Penerapan kurikulum 2013
ini berimplikasi pada kebutuhan tersedianya sarana dan parsarana sebagai salah
satu dari standar pendidikan. Sarana prasarana sangat membantu guru dalam
penyampaian materi dan pemahaman kepada siswa. Guru berperan dalam
memanfaatkan sarana yang dimiliki sekolah. Guru berperan pula secara kreatif
1 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 tahun
2014 tentang kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, h.3 2 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, h.2
2
mengadakan sarana belajar yang dapat membantu dalam memberi pemahaman
kepada siswa.
Kompetensi dasar pada mata pelajaran biologi salah satunya adalah
berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur, sesuai data dan fakta, disiplin, tanggung
jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam
mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong,
bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan
proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan
percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.3
Tingkat kompetensi Sekolah Menengah (X-XII
SMA/MA/SMALB/PAKET C) pada mata pelajaran biologi memiliki
kompetensi yang berhubungan dengan laboratorium yaitu: 1) menerapkan
proses kerja ilmiah dan keselamatan kerja di laboratorium biologi dalam
pengamatan dan percobaan untuk memahami permasalahan biologi pada
berbagai objek dan bioproses, serta mengaitkan biologi dengan lingkungan,
teknologi, dan masyarakat di abad XXI. 2) mengkomunikasikan hasil
pengamatan dan percobaan secara lisan melalui berbagai media secara tulisasn
dengan bentuk laporan dengan menggunakan kaidah penulisan yang benar. 3)
menyajikan data berbagai objek dan bioporses berdasarkan pengamtan dan
percobaan dengan menerapkan prosedur ilmiah dan memperhatikan aspek
keselamaan kerja.
Ruang lingkup materi biologi yang berhubungan dengan laboratorium
adalah : 1) ciri dan karakteristik virus, archaebacteria dan eubacteria, protista,
jamur, tumbuhan, hewan invertebrata dan peranannya dalam kehidupan. 2) sel,
struktur dan fungsi sel penyusun jaringan pada tumbuhan dan hewan pada
sistem gerak, sirkulasi, pencernaan, pernapasan/ respirasi, ekskresi, koordinasi,
reproduksi, dan sistem pertahanan tubuh. 3) struktur dan fungsi DNA, gen, dan
3 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah,
h.148
3
kromosom dalam pembentukan dan pewarisan sifat serta regulasi proses pada
makhluk hidup. 4) penerapan bioproses pada bioteknologi.4
Biologi merupakan kajian tentang kehidupan, organisme hidup,
meliputi struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi, persebran, dan taksonomi.
Peserta didik juga harus mampu memiliki keterampilan dasar (observasi,
klasifikasi, mengukur, komunikasi, manipulasi, menyimpulkan, prediksi dan
kemampuan kerja sama). Minat, keterlibatan, dan aplikasi juga perlu
pengembangan sehingga melibatkan ranah afektif. Keterampilan laboratorium
ini dianggap sangat penting, hal ini dikarenakan saat praktikum akan
memberikan pengalaman langsung, pengalaman kepada peserta didik, dan juga
dapat mengubah persepsi peserta didik yang salah karena hal lain. Untuk itu, di
SMA saat pembelajaran sangat perlu dilatihkan keterampilan dasar
laboratorium.
Dalam dunia pendidikan, laboratorium merupakan salah satu fasilitas
sangat diperlukan oleh pihak sekolah sebagai tempat pembelajaran melalui
kegiatan praktikum dan eksperimen sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
para siswa. Melalui kegiatan praktikum, siswa berinteraksi dengan berbagai alat
dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara
langsung dan dapat membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Sementara itu,
melalui kegiatan eksperimen maka siswa dilatih untuk kreatif dan inovatif
dalam merancang langkah-langkah percobaan baru atau mengkombinasikan
berbagai prosedur percobaan menjadi prosedur yang baru untuk memecahkan
masalah atau menemukan konsep.5
Pembelajaran biologi secara menyeluruh tidak dapat lepas dari adanya
laboratorium atau praktikum untuk menunjang pembelajaran. Sehingga, peserta
didik dituntut untuk mampu dan menguasai keterampilan dasar laboratorium.
Untuk menunjang pembelajaran dan memenuhi kebutuhan bagi peserta didik,
maka kegiatan di laboratorium akan semakin meningkat. Namun, dengan
4 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 tahun
2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, h.140 5 Dewi Kurniawati, Mengenal Laboratorium sekolah, (Surakarta: Aksara Sinergi Media, 2018), hlm 3
4
meningkatnya kegiatan di laboratorium itu masih menghadapi banyak kendala.
Permasalahan yang terjadi di lapangan untuk menyelenggarakan kegiatan
praktikum yaitu kurangnya alat dan bahan praktikum, kurangnya pengetahuan
dan keterampilan guru dalam mengelola laboratorium, praktikum yang
dilakukan menyita waktu, hasil dari praktikum kurang merangsang proses
berpikir peserta didik. Selain itu, permasalahan bagi adalah peserta didik tidak
dapat melakukan praktikum secara mandiri karena peserta didik belum
menguasai keterampilan dasar laboratorium yang akan dilakukan pada saat
praktikum. Seharusnya, dengan adanya praktikum ini akan menambah
keterampilan dasar laboratorium, menguasai keterampilan dasar laboratorium
yang sudah diberikan, dan menguatkan teori yang sebelumnya sudah dijelaskan
oleh guru di dalam kelas.
Keterampilan dasar laboratorium ini sangat penting untuk dikuasai oleh
peserta didik. Karena, keterampilan ini dapat menunjang pada pendidikan
selanjutnya yang berhubungan dengan laboratorium. Program Studi Pendidikan
Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerima mahasiswa baru setiap
tahunnya. Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan dari tahun 2017
bahwa setiap mahasiswa baru memiliki keterampilan dasar laboratorium yang
beragam. Keterampilan yang dikuasai sesuai dengan keterampilan dasar
laboratorium yang sudah dimiliki dari jenjang pendidikan sebelumnya. Hal ini
dikarenakan setiap sekolah melakukan praktikum yang berbeda-beda. Namun,
terdapat banyak mahasiswa baru yang belum menguasai dengan baik
keterampilan dasar laboratorium yang seharusnya sudah mereka kuasai di
jenjang pendidikan sebelumnya.
Hasil observasi pada bulan November 2018 seluruh SMAN di Kota
Tangerang Selatan menunjukkan bahwa, terdapat beberapa sekolah yang
memiliki laboratorium dan ada yang tidak memiliki laboratorium. Sekolah yang
memiliki laboratorium biasanya melakukan praktikum di laboratorium, namun
ada juga beberapa sekolah yang melaksanakan praktikum di ruang kelas.
Sekolah yang tidak memiliki laboratorium, melakukan praktikum di ruang
kelas. Praktikum yang dilakukan di sekolah ini biasanya hanya 2-3 kali setiap
5
semesternya, untuk pelaksaannya disesuaikan dengan bab yang akan diajarkan
oleh guru. Semakin minimnya peserta didik melakukan praktikum di
laboratorium maka, semakin rendah pula keterampilan dasar laboratoriumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi praktikum berhubungan dengan
keterampilan dasar yang dimiliki peserta didik. Untuk proses pembelajaran di
laboratorium ini peserta didik diberikan LKS untuk pedoman melakukan
praktikum. Alat dan bahan praktikum disediakan oleh pihak sekolah, namun
jika terdapat bahan yang tidak tersedia di sekolah maka peserta didik diwajibkan
untuk membawa.
Pada pelaksaan praktikum, peserta didik dibagi menjadi beberapat tim.
Ketika melakukan praktikum, guru mengamati apa yang dilakukan oleh peserta
didik dan menilai apakah praktikum tersebut berhasil dan sesuai petunjuk
praktikum atau tidak. Melalui kegiatan praktikum, peserta didik diberi
kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin dapat. Selain
itu, dengan adanya praktikum peserta didik dilatih untuk mengembangkan
keterampilan dasar dalam melakukan praktikum. Praktikum ini dapat juga
untuk melakukan observasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat
ukur, menangani dan menggunakan alat dengan baik, merancang, dan
melakukan praktikum.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti melakukan
penelitian mengenai profil keterampilan dasar laboratorium biologi di SMAN
Kota Tangerang Selatan.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini meliputi :
1. Keterampilan dasar laboratorium kurang dilatihkan pada peserta didik.
2. Kurangnya pemanfaatan laboratorium atau praktik yang dilakukan oleh
guru maupun siswa.
3. Kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana laboratorium yang terdapat di
sekolah untuk mendukung pembelajaran.
6
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini meliputi :
1. Keterampilan dasar yang diteliti meliputi keterampilan dasar dalam
penggunaan alat di laboratorium biologi.
2. Keterampilan dasar yang diukur berupa (a) keterampilan menggunakan
mikroskop, (b) keterampilan menggunakan gelas ukur, (c) keterampilan
menggunakan pipet tetes, (d) keterampilan memanaskan larutan, (e)
keterampilan menggunakan termometer, (f) keterampilan menggunaan
neraca.
3. Peserta didik yang menjadi sampel yaitu peserta didik kelas XII dari 3
SMAN yang terpilih.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : “Bagaimana profil
keterampilan dasar laboratorium biologi peserta didik di SMAN Kota
Tangerang Selatan?”. Dari rumusan masalah tersebut diuraikan menjadi
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah keterampilan menggunakan mikroskop?
2. Bagaimanakah keterampilan menggunakan gelas ukur?
3. Bagaimanakah keterampilan menggunakan pipet tetes?
4. Bagaimanakah keterampilan memanaskan larutan?
5. Bagaimanakah keterampilan menggunakan termometer?
6. Bagaimanakah keterampilan menggunakan neraca?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui profil keterampilan dasar
laboratorium biologi peserta didik di SMAN Kota Tangerang Selatan.
7
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi peserta didik kelas XII mengetahui keterampilan dasar laboratorium
sehingga dapat digunakan untuk melanjutkan pendidikan di jenjang
selanjutnya.
2. Bagi pengajar (guru) mengetahui keterampilan dasar yang dimiliki oleh
peserta didik sehingga dapat digunakan untuk mengevaluasi program
pembelajaran.
3. Bagi sekolah yang bersangkutan, dapat digunakan sebagai evaluasi sistem,
sarana dan prasarana laboratorium biologi.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENELITIAN YANG
RELEVAN
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu usaha. Perbuatan yang dilakukan secara sungguh-
sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki,
baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya,
demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti inteligensi, bakat, motivasi, minat,
dan sebagainya.6 Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan
secara terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup.
Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika dia tidak dididik atau diajar
oleh manusia lainnya. Bayi yang baru dilahirkan telah membawa beberapa
naluri atau insting dan potensi-potensi yang diperlukan untuk kelangsungan
hidupnya. Akan tetapi, naluri dan potensi-potensi tersebut tidak akan
berkembang baik tanpa pengaruh dari luar, yaitu campur tangan manusia lain.
Di samping kepandaian-kepandaian yang bersifat jasmaniah (skill, motor
ability), seperti merangkak, duduk, berjalan, makan, dan sebagainya, manusia
membutuhkan kepandaian-kepandaian yang bersifat ruhaniah karena manusia
adalah makhluk sosial budaya.7 Belajar adalah suatu proses untuk merubah
tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi
lebih baik dari sebelumnya. Belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang
terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Walaupun
pada hakikatnya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar dan dapat
diartikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai
hasil interaksi antara individu dengan lingkungan8.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
6 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), h. 49. 7 M. Thobroni, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2015), h. 15-16 8 Tutik Rahmawati, Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik,
(Yogyakarta : Gava Media, 2015) h.36-37
9
perubahan tingkah laku baru atau lebih baik berdasarkan pengalamannya
dengan lingkungan sekitar. Pengalaman yang didapatkan bukan hanya dari segi
kognitif saja namun berupa pengalaman afektif dan psikomotor.
Dalam kehidupan pembelajaran dewasa ini hasil pembelajaran banyak
dipengaruhi oleh proses pembelajaran peserta didik, perencanaan pembelajara,
dan penataan lingkungan baik belajar maupun sosial dalam kelas, yang
selanjutnya akan berdampak pada kualitas hasil belajar peserta didik. Pelaksaan
pembelajaran kurang memberdayakan lingkungan belajar, lingkungan belajar
peserta didik di sekolah baik di kelas maupun di lingkungan kelas kurang ditata
sedemikian rupa untuk mendukung proses pembelajran di kelas, dan para guru
dalam mengajar menggunakan model atau pendekatan pembelajaran mengikuti
yang sedang dikembangkan namun tidak dibarengi dengan setting kelas yang
dituntut oleh model atau pendekatan yang digunakan tersebut.9
Pusat Sumber Belajar adalah suatu unit dalam suatu lembaga khususnya
satuan pendidikan yang berperan mendorong efektifitas serta optimalisasi
proses pembelajaran melalui penyelenggaraan berbagai fungsi yang meliputi
fungsi layanan (seperti layanan media, pelatihan, konsultasi pembelajaran, dan
lain sebagainya), fungsi pengadaan/pengembangan (produksi) media
pembelajaran, fungsi penelitian dan pengembangan, dan fungsi lain yang
relevan untuk peningkatan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Pusat sumber
belajar (PSB) ada yang bersifat khusus yakni melayani kebutuhan masing-
masing unit sekolah seperti perpustakaan, laboratorium sekolah seperti Lab.
MIPA, Lab. Komputer Multimedia, Lab. Bahasa dan alat-alat peraga yang ada
di masing-masing kelas dalam rangka memenuhi kebutuhan pembelajaran. PSB
yang bersifat umum adalah sarana yang menjadi sumber belajar dan dapat
dimanfaatkan oleh seluruh siswa-siswi seperti, masjid, perpustakaan umum,
lahan yang luas untuk berkebun, laboratorium alam dan fasilitas internet.10
9 Ibid, h.227 10 Ibid, h.254-255
10
2. Praktikum
Kegiatan di laboratorium sering disebut dengan praktikum. kegiatan
praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar sains bagi siswa. melalui
kegiatan laboratorium siswa diberi kesempatan untuk menemukan pengetahuan
melalui eksplorasi. Dengan praktikum, peserta didik dilatih untuk
mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Eksperimen
merupakan aktivitas yang biasa dilakukan oleh ilmuan. Dengan adanya kegiatan
praktikum di laboratorium akan melatih siswa untuk mengembangkan
kemampuan bereksperimen. Dengan melakukan eksperimen melatih peserta
didik melakukan observasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat
ukur, menangani dan menggunakan alat secara aman, merancang, melakukan
dan menginterpetasikan eksperimen. Praktikum menjadi wahana belajar
pendekatan ilmiah. Cara terbaik untuk melakukan pendekatan ilmiah adalah
menjadikan siswa sebagai ilmuan.11
Praktikum merupakan suatu metode pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan ilmiah terhadap gejala-gejala sosial, psikis, maupun fisik yang
dipelajari dan diteliti melalui percobaan atau penelitian di bawah kondisi
praktikum. Realisasi rancangan kegiatan praktikum adalah LKS. Isi LKS
tergantung bagaimana bentuk praktikum, misalnya: 1) Praktikum untuk melatih
keterampilan siswa (membuat preparat basah, menggunakan mikroskop,
menggambar objek yang diamati). 2) praktikum untuk membuktikan produk
berupa praktium verifikasi, dan 3) praktikum eksperimen yang membangun
siswa dalam memecahkan masalah dengan ciri adanya perubahan variabel.12
Praktikum biologi di laboratorium dimaksudkan untuk mendapatkan
keterampilan laboratorium, pengalaman laboratorium, dan bukti nyata dari
prinsip, konsep dan hukum dasar dan teori. Konsep yang bersifat absrak akan
lebih mudah dipahami melalui kegiatan–kegiatan yang bersifat konkret atau
11 Amna Emda, Laboratorium Sebagai Sarana Pembelajaran Kimia Dalam Meningkatkan
Pengetahuan dan Keterampilan Kerja Ilmiah.Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry
Banda Aceh, Lantanida Journal, Vol. 2, No. 2, 2014, h.226 12 Sistiana, Windyariani, Pembelajaran Berbasis Google Konteks dan Kreatifitas Strategi Untuk
Membelajarkan Sains di Abad 21, (Yogyakarta: Deepublish, 2019), h.10-14
11
nyata. Berdasarkan hal tersebut maka metode praktikum dianggap cocok
sebagai metode pembelajaran yang tepat untuk konsep–konsep yang akan
dipelajari. Metode praktikum memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mempraktekkan dan membuktikan secara langsung konsep yang sedang
dipelajari.
Metode eksperimen adalah metode yang mengajar dengan cara
mempraktekkan langsung untuk menguji atau membuktikan suatu konsep yang
sedang dipelajari. Metode ini diyakini sebagai metode yang paling tepat dalam
mengajarkan konsep-konsep sains, karena sains berasal dari hal-hal yang
bersifat fakta. Metode eksperimen dalam prakteknya juga memerlukan alat dan
bahan. Metode eksperimen memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
metode eksperimen antara lain: a) Peserta didik dirangsang berfikir kritis, tekun,
mau bekerja sama, terbuka dan objektif. b) Peserta didik dirangsang untuk
memiliki keterampilan proses sains, seperti mengamati, menginterpretasi,
Semua peralatan yang digunakan untuk mengukur volume cairan harus dalam
kondisi bersih, oleh karena itu harus dilakukan pencucian terlebih dahulu. Hal-
hal yang harus diperhatikan dalam mengukur volume cairan yaitu, alat harus
dalam kondisi bersih dan kering, sebelum digunakan pastikan bahwa alat dalam
kondisi baik terutama ujung atas dan bawah serta skala penunjukannya terlihat
jelas, pilih alat pengukur volume cairan yang akan digunakan sesuai dengan
tingkat ketelitian yang dikehendaki. Tersedia pipet ukur berukuran 5 ml, 10 ml,
25 ml, dan 50 ml dengan skala pembacaan terkecil 0,1 ml, 0,05 ml, dan 0,01 ml,
untuk mengisi cairan yang tidak berbahaya ke dalam alat, dapat menggunakan
mulut namun hindarkan cairan masuk ke dalam mulut, jangan sekali-kali
menghisap larutan berbahaya dengan menggunakan mulut. Gunakanlah alat
bantu untuk menghisap cairan seperti misalnya ball pump, pembacaan skala
harus datar antara permukaan lengkung cairan (meniskus) dengan mata, saat
membaca skala usahakan larutan tidak bergerak, pastikan tidak ada gelembung
udara di dalam alat pengukur volume larutan, saat mengeluarkan cairan jangan
ditiup, biarkan cairan keluar dengan sendirinya, bila melakukan pengukuran
volume cairan dengan buret maka harus dipastikan buret tidak bocor dan skala
27
penunjukan buret terlihat jelas serta satuan skala pembacaan (0,1 ml, 0,05 ml,
0,01 ml) sesuai ketelitian yang diharapkan.29
1) Peralatan Gelas
Tabel 2.2 Tabel peralatan gelas dan fungsinya
No Nama alat Fungsi Gambar
1. Pipet tetes Untuk mengambil
dan menambahkan
larutan atau zat cair
setetes demi setetes.
2. Tabung reaksi Untuk mereaksikan
larutan atau cairan.
3. Erlenmeyer Analisis kuantitatif
secara volumetri
(titrasi)
4. Gelas arloji Untuk menimbang
bahan kimia yang
berwujud padat atau
Kristal
29 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia,2013, Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia. Hlm 81-85
28
No Nama alat Fungsi Gambar
5. Gelas beker Untuk melarutkan
suatu padatan, untuk
mencampurkan
cairan, untuk
memanaskan
larutan, dan
keperluan lain.
6. Gelas ukur Untuk mengukur
suatu larutan
dengan volume
tertentu yang tidak
memerlukan
ketelitian tingkat
tinggi.
2) Peralatan non Gelas
Tabel 2.3 tabel peralatan non gelas dan fungsinya
No Nama Alat Fungsi Gambar
1. Lumpang dan
alu
Untuk menghaluskan
bahan-bahan organic
dan anorganik
sebelum dilakukan
perlakuan pada
percobaan di
laboratorium.
29
No Nama Alat Fungsi Gambar
2. Pembakar
spirtus
Untuk pemanasan
larutan. Untuk
memanaskan larutan
biasanya pembakar
spirtus digunakan
bersama dengan kaki
tiga dan kawat kasa.
3. Alat Bedah Untuk membedah
hewan yang akan
diamati anatomi
internalnya.
4. Penjepit
tabung reaksi
Untuk menjepit
tabung reaksi pada
saat pemanasan
larutan dengan
menggunakan tempat
tabung reaksi.
5. Rak tabung
reaksi
Untuk meletakkan
tabung reaksi pada
saat praktikum
mereaksikan bahan
kimia.
6. Statif Untuk menopang
peralatan gelas,
digunakan bersama-
sama dengan klem.
30
3) Peralatan ukur
Tabel 2.4 Tabel Peralatan Ukur
No Nama Alat Fungsi Gambar
1. Neraca Untuk menimbang
suatu bahan berupa
padatan.
2. Thermometer Alat untuk mengukur
suhu
3. pH indikator
universal
Digunakan untuk
mengukur atau
mengetahui pH suatu
larutan.
4) Mikroskop
Mikroskop pertama kali ditemukan pada abad-16. Mikroskop tersebut
sangat sederhana karena hanya memiliki satu lensa. Dengan ditemukannya
mikroskop, banyak sekali pengetahuan dan penemuan yang diperoleh manusia.
Mikroskop berasal dari kata micro yang berarti kecil dan scapium yang berarti
penglihatan. Jadi, mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda
yang berukuran sangat kecil.
31
Ada 2 proses yang terjadi jika kita menggunakan mikroskop, yaitu sebagai
berikut : 1) Proses perbesaran, mikroskop dapat menyebabkan benda-benda
kecil terlihat besar dan sanggup membesarkan objek 1.000-1.500 kali. 2) Proses
penguraian, mikroskop dapat memperjelas pola-pola rumit yang tidak terlihat
oleh mata telanjang.30
Ada dua jenis mikroskop berdasarkan kenampakan objek yang diamati.
Ada mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi
(mikroskop stereo). Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan
menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.
Gambar 2.1 Gambar mikroskop
Bagian-bagian mikroskop dan fungsinya seperti berikut, i) lensa okuler,
sebagai kaca pembesar dan membentuk bayangan maya, tegak, diperbesar. ii)
lensa objektif, membentuk bayangan cahaya ke dalam lubang diafragma. iii)
diafragma, mengatur banyak sedikitnya cahaya. iv) Cermin/reflektor,
memantulkan cahaya ke dalam lubang diafragma. v) meja objek, untuk
meletakkan objek pengamatan. vi) pemutar kasar, menggerakkan tabung ke atas
30 Arif Widyatmoko, 2019, Mengenal Laboratorium Biologi, Semarang :Alprin, h.8-9
32
dan ke bawah dengan pergeseran besar. vii) pemutar halus, menggerakkan
tabung ke atas dank e bawah dengan pergeseran halus. viii) revolver, tempat
lensa objektif yang akan digunakan. ix) tabung, penghubung lensa objektif dan
lensa okuler. x) penjepit objek, menjepit kaca objek supaya tidak bergeser. xi)
menjaga mikroskop agar tetap berdiri tegak. xii) lengan mikroskop, sebagai
pegangan ketika mikroskop diangkat dan dipindahkan.31
4. Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) di Laboratorium
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan kerugian metrial dan
penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat.
Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, akan tetapi dari
analisis terjadinya kecelakaan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adahal hal-
hal berikut adalah sebab-sebab terjadinya kecelakaan di laboratorium yaitu,
kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan
proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam
melakukan kegiatan laboratorium, kurang jelasnya petunjuk kegiatan
laboratorium dan juga kurangnya pengawasan yang dilakukan selama
melakukan kegiatan laboratorium, kurang bimbingan terhadap peserta didik
atau mahapeserta didik yang sedang melakukan kegiatan laboratorium, kurang
atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan atau perlengkapan pelindung
kegiatan laboratorium, kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan
yang semestinya harus ditaati, tidak menggunakan perlengkapan pelindung
yang seharusnya digunkan atau menggunakan peralatan atau bahan yang tidak
sesuai, tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.32
Dosen atau guru perlu memberikan petunjuk kepada peserta didik atau
maha peserta didik tentang perlunya mendapat laporan semua kecelakaan, baik
berupa luka maupun tidak. Hal ini dilakukan agar kecelakaan tersebut mendapat
31 Ibid, h.9 32 Wawan muliawan, Teknik Laboratorium, (Yogyakarta; Budi Utama, 2018) h. 111-112
33
perlakuan selayaknya dan memungkinkan dosen atau guru menyelidiki
penyebab terjadinya kecelakaan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Susilaningsih, dkk dari Universitas Negeri
Semarang dengan judul “Development of performance assessment instrument
based contextual learning for measuring student laboratory skills” yang
dipublikasikan pada tahun 2018. Berdasarkan penelitian tersebut, instrumennya
efektif karena peserta didik memiliki keterampilan laboratorium yang tinggi.
Instrumen penilaian kinerja adalah standar, dan dapat digunakan untuk menilai
keterampilan dasar laboratorium peserta didik.33
Penelitian yang dilakukan Ervin Tri Suryandari dari jurnal phenomenon
yang berjudul “Performance Assessment Sebagai Instrumen Penilaian Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses pada Praktikum Kimia Dasar di Tadris
Kimia” dan dipublikasikan pada Oktober 2013. Berdasarkan penelitian tersebut,
performance assessment dalam praktikum kimia memberikan pengaruh yang
bagus terhadap sikap mahasiswa(kerjasama, tanggung jawab, efisiensi
penggunaan bahan kimia, efektivitas kinerja, kebersihan, kerapihan, menarik
kesimpulan) dalam melaksanakan praktikum.34
Penelitian yang dilakukan oleh Djohar Maknun, dkk yang merupakan
mahasiswa Pasca sarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan judul
“Keterampilan Esensial dan Kompetensi Motorik Laboratorium Mahasiswa
Calon Guru Biologi dalam Kegiatan Praktikum Ekologi” yang dipublikasikan
pada oktober 2012. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
33 E Susilaningsih, K Khotimah, S Nurhayati, Development of Performance Assessment Intrument
Based Contextual Learning for Measuring Students Laboratory Skills, IOP Publishing,
doi:10.1088/1757-899X/349/1/012018, h.8 34 Ervin Tri Suryandari, Performance Assessment Sebagai Instrumen Penilaian Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses pada Praktikum Kimia Dasar di Tadris Kimia, Jurnal
PHENOMENON, Vol. 3 No. 2, 2013, h. 33
34
keterampilan esensial dan kompetensi motorik laboratorium mahasiswa masih
rendah yakni sebesar 35,50%.35
Penelitian yang dilakukan oleh Hendrian, Mahasiswa Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, program studi pendidikan fisika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2013 dengan judul “ Analisis Kemampuan Psikomotor
peserta didik pada pembelajaran hands on teknik challenge exploration
activity)” menghasilkan bahwa dalam pembelajaran IPA keterampilan
psikomotor peserta didik dapat dilihat dengan teknik Challenge exploration
activity melalui praktikum kalor. Hasil studi menunjukkan kemampuan
prikomotor siswa pada setiap aspek selama pembelajaran hands on teknik
challenge exploration activity adalah : pada aspek moving (71,5%), aspek
manipulating (84%), aspek communicating (73,6%), dan aspek creating
(64,4%).36
C. Kerangka Berfikir
Sebagian dari ilmu biologi merupakan ilmu percobaan dan sebagian besar
ilmunya diperoleh melalui percobaan dan kehidupan sehari-hari. Peserta didik
jurusan MIPA juga dituntut untuk memiliki keterampilan dalam penggunaan
alat dan cara merawat alat tersebut. Banyak praktikum di SMA yang menuntut
peserta didik memiliki keterampilan dalam melakukan praktikum. Sehingga
praktikum berjalan sesuai dengan teori dan dapat membuktikan suatu teori
tersebut. Namun, ada beberapa sekolah di SMAN Kota Tangerang Selatan yang
belum memiliki laboratorium.
Keterampilan dasar yang akan diukur dalam penelitian ini adalah
keterampilan menggunakan mikroskop, keterampilan menggunakan gelas ukur,
keterampilan menggunakan pipet tetes, keterampilan memanaskan larutan,
keterampilan menggunakan termometer, keterampilan menggunakan neraca.
Peserta didik dituntut untuk mengetahui cara pemakaian alat tersebu. Meskipun
35 Maknun, dkk. 2012. Pemetaan keterampilan esensial laboratorium dalam kegiatan praktikum
ekologi. Jurnal pendidikan IPA Indonesia. Bandung;UPI, JPII 1(1) (2012) 1-7, h.1 36 Hendriyan, Analisis Kemampuan Psikomotor Siswa pada Pembelajaran Hands on Teknik
Challenge Exploration Activity, SKRIPSI, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. i
35
peserta didik dapat mengoperasikan suatu alat, belum tentu peserta didik
melakukan dengan prosedur yang benar.
Penelitian ini diharapkan mampu mengukur keterampilan dasar yang
dimiliki peserta didik. Hal ini dikarenakan peserta didik SMA nantinya akan
melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya yang akan dituntut memiliki
keterampilan dasar laboratorium di jenjang sebelumnya. Lulusan SMA
terutama jurusan MIPA diharapkan mampu menguasai kognitif, afektif, dan
psikomotor yang dilakukan di laboratorium.
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Biologi
Praktikum
Keterampilan yang dikuasai
Keterampilan
menggunakan
mikroskop
Keterampilan
menggunakan
gelas ukur
Keterampilan
menggunakan
pipet tetes
Keterampilan
memanaskan
larutan
Keterampilan
menggunakan
termometer
Keterampilan
menggunakan
neraca
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November tahun 2019
di SMAN X, SMAN Y, dan SMAN Z, di kelas XII pada semester ganjil pada
tahun pelajaran 2019/2020.
B. Metodologi dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif.
Metode penelitian kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini
sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode
penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan
pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/saintifik karena
telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur,
rasional, dan sistematis. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data
penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.37
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan
fenomena yang terjadi secara nyata, realistik, aktual, nyata, dan pada sat ini,
karena penelitian ini untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki38. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah
satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual,
dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu, menciba menggambarkan
fenomena secara detail. Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan usaha sadar
dan sistematis untuk memberikan jawaban terhadap suatu masalah dan
mendapatkan informasi lebih mendalam dan luas terhadap suatu fenomena
dengan menggunakan tahap-tahap penelitian dengan pendekatan kuantitatif.39
37 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2017), h.13 38 Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kuantitatif Quantitative Research Approach, (Yogyakarta:
Deepbulish, 2018), h.1 39 Muri Yusuf, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Kencana, 2017), h.62
37
Penelitian ini dilakukan untuk melihat keterampilan dasar laboratorium
yang dimiliki oleh peserta didik SMAN. Alur penelitian ini yaitu :
1. Tahap persiapan
a. Melakukan penelitian awal untuk mengetahui pengetahuan tentang
keterampilan laboratorium yang dimiliki peserta didik SMA tahun
ajaran 2019/2020. Pada awal penelitian akan dilakukan wawancara
terhadap guru dan peserta didik kelas XII untuk mengetahui peserta
didik tersebut pernah praktikum atau belum di kelas X dan XI, serta
mengetahui judul praktikum yang sudah pernah dilakukan.
2. Tahap pembuatan instrumen penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan yakni lembar penilaian
kinerja sebagai instrumen utama, angket dan wawancara sebagai instrumen
pendukung.
3. Tahap validasi instrumen penelitian oleh validator ahli
Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen yang telah dibuat
harus divalidasi terlebih dahulu untuk menentukan kelayakan instrumen
4. Tahap pengumpulan data.
a. Pengumpulan data menggunakan lembar penilaian kinerja,
dilaksanakan selama praktikum.
b. Pengumpulan data angket, dilaksanakan setelah praktikum.
c. Pengumpulan data wawancara dilaksanakan setelah praktikum.
5. Tahap pengolahan dan analisis data. Analisis yang digunakan adalah
triangulasi data dan skor persentase.
6. Tahap menarik kesimpulan dan pembuatan laporan, data yang telah
dianalisis akan dibuat kesimpulan berdasarkan data yang didapat dan dibuat
dalam bentuk laporan.
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XII di
SMAN di Kota Tangerang Selatan. Terdapat 12 SMAN yang ada di Kota
Tangerang Selatan. 8 SMAN memiliki laboratorium, dan 4 SMAN lainnya tidak
memiliki laboratorium. 8 SMAN yang memiliki laboratorium kemudian yang
38
memberikan ijin penelitian hanya 3 SMAN saja. Dari 3 SMAN tersebut,
didapatkan sampel yang berjumlah 105 peserta didik yang terdiri dari 38 peserta
didik dari SMAN X Kota Tangerang Selatan, 33 peserta didik dari SMAN Y
Kota Tangerang Selatan, dan 33 peserta didik dari SMAN Z Kota Tangerang
Selatan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dipilih berdasarkan
adanya laboratorium dan perijinan dari sekolah yang nantinya akan dijadikan
subjek penelitian.
D. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan tiga buah instrumen, yaitu lembar penilaian
kinerja, angket dan wawancara. Lembar penilaian kinerja merupakan instrumen
utama teknik laboratorium yang dibagi menjadi 6 teknik laboratorium yaitu
keterampilan menggunakan Mikroskop, keterampilan menggunakan Gelas
Ukur, keterampilan menggunakan Pipet Tetes, keterampilan memanaskan
Larutan, keterampilan menggunakan Termometer, dan keterampilan
menggunakan Neraca. Angket dan wawancara merupakan instrument
pendukung pada penelitian ini.
Teknik laboratorium keterampilan dasar ini didapat dengan menganalisis
buku Biologi yang dipakai di Sekolah Menengah Atas dari kelas 1 hingga kelas
3. Kemudian diklasifikasikan berdasarkan alat yang digunakan untuk praktikum
dan frekuensi pemakaiannya. Kemudian disesuaikan lagi dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
1. Lembar Penilaian Kinerja
Kegiatan penilaian kinerja peserta didik dilakukan pada saat proses
kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi
mengenai poin-poin motoric peserta didik yang akan diamati, lalu dibuat
pedoman agar memudahkan dalam pengisian lembar observasi. Pengisian hasil
observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya dapat diisi secara bebas
39
dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku yang tampak untuk diobservasi,
dapat pula dalam bentuk memberi tanda cek list (√) pada kolom jawaban hasil
observasi.
Penilaian psikomotor dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen
berupa lembar pengamatan (lembar observasi) kinerja. Lembar observasi
kinerja sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku
individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Lembar
observasi kinerja biasanya menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala
penilaian (rating-scale). Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat
ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kurang, sangat
kurang, dan tidak baik.40
Pengukuran unjuk kerja dipergunakan untuk mencocokkan kesesuaian
antara pengetahuan mengenai teori dan keterampilan di dalam praktik sehingga
hasil evaluasinya menjadi lebih jelas. Penilaian unjuk kerja sangat cocok untuk
penilaian penguasaan kompetensi aspek keterampilan atau psikomotor yang
dimiliki oleh seseorang atau peserta didik di mana orang yang akan dinilai
kemampuan keterampilannya harus menampilkan atau melakukan
keahlian/keterampilan yang dimilikinya di bawah persyaratan-persyaratan kerja
yang berlaku. 41
Lembar penilaian kinerja dalam penelitian ini disusun dengan aspek
keterampilan laboratorium yang seharusnya dikuasai oleh peserta didik.
Keterampilan ini didapatkan dari hasil analisis 3 buku yang digunakan di
SMAN tersebut, kemudian disesuaikan dengan frekuensi praktikum, lalu
disesuaikan juga dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 24 tahun 2007. Dalam penelitian ini peneliti hanya
memberikan tanda checklist pada kolom yang tersedia dapat dilihat di lampiran
4. Lembar penilaian kinerja pada penelitian ini nantinya menggunakan obervasi
40 Sri Fatmawati, Desain Laboratorium Skala Mini untuk Pembelajaran Sains Terpadu,
penjepit tabung reaksi, kaki tiga, termometer badan, dan neraca. Intruksi yang
digunakan yaitu dari buku paket dan ditunjang dengan mencari di internet.
Hambatan yang dirasakan oleh peserta didik adalah belum menguasai penggunaan
alat dengan benar, dan kurang lengkapnya alat-alat yang tersedia untuk praktikum.
Hasil wawancara pada SMAN X praktikum yang dilaksanakan 10 kali
praktikum selama kelas 1-3 SMA. Praktikum yang telah dilakukan yaitu mengenai
hereditas, mengamati alga menggunakan mikroskop, uji golongan darah, uji urin,
uji lemak, uji kandungan pada makanan, respirasi hewan menggunakan jangkrik,
melihat jamur pada makanan yang busuk, mengamati bakteri menggunakan
57
mikroskop dan praktikum mengenai tekanan darah. Alat yang sudah pernah
digunakan yaitu mikroskop, tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, bunsen, mortal,
alu, neraca, gelas ukur, pipet tetes, dan spirtus. Intruksi yang digunakan yaitu dari
LKS yang dibuat oleh guru dan dibagikan ketika akan melakukan praktikum.
Hambatan yang dirasakan oleh peserta didik adalah kurang lengkapnya alat-alat
yang tersedia untuk praktikum sehingga menggunakan alat secara bergantian.
1. Keterampilan Menggunakan Mikroskop
Keterampilan menggunakan mikroskop ini dapat dilihat dari peserta didik
dapat membawa, dan menggunakan mikroskop dengan benar. Pada saat dilakukan
observasi peserta didik diminta untuk menyiapkan mikroskop dengan cara
membawa dari penyimpanan ke meja kerja. Setelah itu, peserta didik diminta
untuk mengamati inti sel pada bawang merah yang sebelumnya sudah disediakan
oleh peneliti. Pengamatan inti sel pada bawang merah ini menggunakan perbesaran
yang beragam.
Tabel. 4.4 Keterampilan menggunakan mikroskop pada SMAN X
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Membawa dan
meletakkan mikroskop
93
Sangat baik
54
Cukup
100
Sangat baik
82
Baik
2. Mendapatkan titik fokus
terhadap objek
85
Sangat baik
77
Baik
100
Sangat baik
87
Baik
3. Menggunakan perbesaran
lensa objektif beragam
76
Baik
68
Baik
100
Sangat baik
81
Baik
Rata-rata 83
Baik
58
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan
mikroskop pada SMAN X termasuk kedalam kategori baik dengan persentase
(83%). Hasil lembar observasi keterampilan menggunakan mikroskop pada setiap
sub teknik laboratorium terbagi menjadi 2 kategori. Keterampilan membawa dan
meletakkan mikroskop termasuk kedalam kategori sangat baik dengan persentase
(93%). Keterampilan mendapatkan titik fokus terhadap objek termasuk kedalam
kategori baik dengan persentase (87%). Hasil angket keterampilan menggunakan
mikroskop menjadi 2 kategori. Keterampilan membawa dan meletakkan mikroskop
termasuk kedalam kategori cukup dengan persentase (54%). Keterampilan
mendapatkan titik fokus terhadap objek dan menggunakan perbesaran lensa
objektif beragam termasuk kedalam kategori baik dengan persentase masing-
masing (77% dan 68%). Hasil wawancara semua sub teknik laboratorium
mendapatkan kategori sangat baik dengan persentase (100%). Sehingga, pada
SMAN X didapatkan hasil rata-rata pada setiap sub indikator dengan kategori baik
dengan persentase yang beragam.
Tabel 4.5 Keterampilan menggunakan mikroskop pada SMAN Y
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Membawa dan
meletakkan mikroskop
94
Sangat baik
58
Cukup
69
Baik
74
Baik
2. Mendapatkan titik fokus
terhadap objek
74
Baik
80
Baik
81
Sangat baik
78
Baik
3. Menggunakan perbesaran
lensa objektif beragam
54
Cukup
57
Cukup
92
Sangat baik
68
Baik
Rata-rata 73
Baik
59
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan
mikroskop pada SMAN Y termasuk dalam kategori baik dengan persentase (73%).
Hasil observasi terbagi dalam 3 kategori, yaitu (94%) dalam kategori sangat baik
dalam sub teknik laboratorium membawa dan meletakkan mikroskop. Persentase
(74%) dalam kategori baik dalam sub teknik laboratorium mendapatkan titik fokus
terhadap objek. Persentase (54%) dalam kategori cukup dalam sub teknik
laboratorium menggunakan perbesaran lensa objektif beragam. Hasil angket
terbagi menjadi 2 kategori yaitu kategori baik dengan persentase (80%) pada sub
teknik laboratorium mendapatkan titik fokus yang beragam, dan kategori cukup
dengan persentase (58%, dan 57%) pada sub teknik laboratorium membawa dan
meletakkan mikroskop dan sub teknik laboratorium menggunakan lensa objektif
yang beragam. Hasil wawancara terbagi menjadi 2 kategori yaitu kategori sangat
baik dengan persentase (92%) dalam sub teknik laboratorium menggunakan lensa
beragam dan kategori baik dengan persentase (69%) dalam sub teknik laboratorium
membawa dan meletakkan mikroskop. Sehingga, pada SMAN Y didapatkan hasil
rata-rata pada setiap sub teknik laboratorium dengan kategori baik dengan
persentase yang beragam.
60
Tabel 4.6 Keterampilan menggunakan mikroskop pada SMAN Z
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Membawa dan
meletakkan mikroskop
92
Sangat baik
62
Baik
86
Sangat baik
80
Baik
2. Mendapatkan titik fokus
terhadap objek
74
Baik
78
Baik
92
Sangat baik
81
Sangat
baik
3. Menggunakan perbesaran
lensa objektif beragam
66
Baik
64
Baik
89
Sangat baik
73
Baik
Rata-rata 78
Baik
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan keterampilan menggunakan mikroskop
pada SMAN Z termasuk dalam kategori baik dengan persentase (78%). Hasil
observasi terbbagi menjadi 2 kategori yaitu kategori sangat baik dengan persentase
(92%) pada sub teknik laboratorium membawa dan meletakkan mikroskop dan
kategori baik dengan persentase (66%) pada sub teknik laboratorium menggunakan
lensa objektif beragam. Hasil angket masuk pada kategori baik pada setiap sub
teknik laboratorium (62%, 64%, 78%). Hasil wawancara masuk pada kategori
sangat baik pada setiap sub teknik laboratorium (86%, 92%, 89%). Sehingga, pada
SMAN Z didapatkan hasil rata-rata terbagi menjadi 2 kategori yaitu pada setiap sub
teknik laboratorium dengan kategori baik dengan persentase 81% (sangat baik)
pada sub teknik laboratorium mendapatkan titik fokus pada objek dan 80% (baik)
pada sub teknik laboratorium membawa dan meletakkan mikroskop.
61
Tabel 4.7 Keterampilan menggunakan mikroskop
No Sub Teknik
Laboratorium
SMAN X SMAN Y SMAN Z Rata-rata
1. Membawa dan
meletakkan mikroskop
82
Baik
74
Baik
80
Baik
79
Baik
2. Mendapatkan titik fokus
terhadap objek
87
Sangat
baik
78
Baik
81
Sangat baik
82
Sangat
baik
3. Menggunakan perbesaran
lensa objektif beragam
81
Baik
68
Baik
73
Baik
74
Baik
Rata-rata 78
Baik
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan hasil teknik laboratorium menggunakan
mikroskop dengan kategori baik (78%). Sub teknik laboratorium paling tinggi dengan
kategori sangat baik dengan persentase (82%) pada sub teknik laboratorium
mendapatkan titik fokus terhadap objek. Paling rendah presentasenya pada sub teknik
laboratorium menggunakan perbesaran lensa objektif beragam (74%). Dari ketiga
SMAN yang sudah diteliti, didapatkan hasil pada keterampilan menggunakan
mikroskop paling tinggi yaitu dengan persentase (82%) dengan kategori sangat baik di
SMAN X ini berarti di SMAN tersebut peserta didik menguasai keterampilan
menggunakan mikroskop dengan sangat baik. Kemudian paling rendah pada SMA Y
yaitu dengan persentase 75% termasuk kedalam kategori baik.
2. Keterampilan Menggunakan Gelas Ukur
Keterampilan menggunakan gelas ukur ini sangat penting pada praktikum
biologi. Keterampilan menggunakan gelas ukur ini hanya memiliki 1 sub teknik. Sub
teknik pada keterampilan ini adaalah menuang larutan dan bagaimana membaca
62
meniskus untuk mengetahui volume larutan. Menuang larutan ini peserta didik ini juga
disediakan corong pada meja kerja.
Tabel 4.8 Keterampilan menggunakan gelas ukur pada SMAN X
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
Wawancara
Rata-
rata
1. Menuang larutan dan
membaca meniscus
63
Baik
82
Baik
92
Sangat baik
79
Baik
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa hasil observasi dan rata-rata masuk
kedalam kategori baik dengan persentase (63%, dan 79%). Sedangkan hasil angket,
dan hasil wawancara masuk kedalam kategori sangat baik dengan persentase (82%, dan
92%).
Tabel 4.9 Keterampilan menggunakan gelas ukur pada SMAN Y
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
Wawancara
Rata-
rata
1. Menuang larutan dan
membaca meniscus
44
Cukup
80
Baik
69
Baik
64
Baik
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat terbagi menjadi 2 kategori. Kategori baik
(81%, dan 69%) didapatkan dengan hasil angket dan hasil wawancara. Kategori
cukup (44%) didapatkan dengan hasil observasi. Sehingga didapatkan rata-rata
(64%) dengan kategori baik.
63
Tabel 4.10 Keterampilan menggunakan gelas ukur pada SMAN Z
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
Wawancara
Rata-
rata
1. Menuang larutan dan
membaca meniscus
44
Cukup
69
Baik
55
Cukup
56
Cukup
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa terdapat 2 kategori, yaitu
kategori baik (69%) didapatkan pada hasil angket. Kategori cukup (44%, 55%,
56%) didapatkan pada hasil hasil observasi, hasil wawancara dan rata-rata
keterampilan menggunakan gelas ukur.
Tabel 4.11 Keterampilan menggunakan gelas ukur
No Sub Teknik
Laboratorium
SMAN X SMAN Y SMAN Z Rata-rata
1. Menuang larutan dan
membaca meniscus
79
Baik
64
Baik
56
Cukup
66
Baik
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi pada
SMAN X yaitu (79%) dengan kategori baik. Sedangkan yang paling rendah pada
SMAN Z yaitu (56%) dengan kategori cukup. Keterampilan menggunakan gelas
ukur masuk kedalam kategori baik dengan persentase (66%).
3. Keterampilan Menggunakan Pipet Tetes
Keterampilan menggunakan pipet tetes ini juga penting dalam praktikum
biologi. Keterampilan menggunakan pipet tetes ini memiliki 2 sub teknik
laboratorium yaitu mengambil dan mengeluarkan larutan. Mengambil dan
64
mengeluarkan larutan ini dilakukan dengan cara meneteskan 5 tetes larutan sirup
pada larutan yang sudah peneliti siapkan.
Tabel 4.12 Keterampilan menggunakan pipet tetes pada SMAN X
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Mengambil larutan 75
Baik
77
Baik
81
Sangat baik
78
Baik
2. Mengeluarkan larutan 65
Baik
66
Baik
81
Sangat baik
71
Baik
Rata-rata 74
Baik
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan pipet
tetes pada SMAN X termasuk kedalam kategori baik dengan persentase (74%).
Hasil observasi keterampilan menggunakan pipet tetes masuk kedalam kategori
baik dengan persentase (78%, 71%). Hasil angket termasuk kedalam kategori baik
(77%) pada sub teknik laboratorium mengambil larutan, dan (66%) pada sub teknik
laboratorium mengeluarkan larutan. Hasil wawancara masuk kedalam kategori
sangat baik (86%,85%). Sehingga, di SMAN X didapatkan rata-rata sub teknik
laboratorium masuk kedalam kategori baik (74%, 68%). Dalam hal ini, di SMAN
X ini peserta didik mampu dengan baik dalam menggunakan pipet tetes.
65
Tabel 4.13 Keterampilan menggunakan pipet tetes pada SMAN Y
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Mengambil larutan 71
Baik
77
Baik
86
Baik
78
Baik
2. Mengeluarkan larutan 63
Baik
68
Baik
86
Sangat baik
72
Baik
Rata-rata 75
Baik
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan
pipet tetes pada SMAN Y termasuk kedalam kategori baik dengan persentase
(75%). Hasil observasi masuk kedalam kategori baik pada setiap sub teknik
laboratorium (71%, 63%). Hasil angket masuk kedalam kategori baik pada setiap
sub teknik laboratorium (77%, 68%). Hasil wawancara terbagi menjadi 2 kategori
yaitu sangat baik (86%) pada sub teknik laboratorium mengeluarkan larutan,
kategori baik (61%) pada sub teknik laboratorium mengambil larutan. Sehingga, di
SMAN Y dalam keterampilan menggunakan pipet tetes rata-rata masuk kedalam
kategori baik (78%, 72%). Hal ini menunjukkan di SMAN Y ini peserta didik
mampu dengan baik menggunakan pipet tetes.
66
Tabel 4.14 Keterampilan menggunakan pipet tetes pada SMAN Z
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Mengambil larutan 85
Sangat baik
84
Sangat baik
61
Baik
77
Baik
2. Mengeluarkan larutan 88
Sangat baik
64
Baik
61
Baik
71
Baik
Rata-rata 74
Baik
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan pipet
tetes di SMAN Z termasuk kedalam kategori baik dengan persentase 74%. Hasil
observasi pada setiap sub teknik laboratorium masuk kedalam kategori sangat baik
(85%, 88%). Hasil angket terbagi menjadi 2 kategori yaitu sangat baik (84%) pada
sub teknik laboratorium mengambil larutan, kategori baik (64%) pada sub teknik
laboratorium mengeluarkan larutan. Hasil wawancara pada setiap sub teknik
laboratorium masuk kedalam kategori baik (61%, 61%). Pada SMAN Z rata-rata
dalam menggunakan pipet tetes masuk kedalam kategori baik (77%, 71%).
67
Tabel 4.15 Keterampilan menggunakan pipet tetes
No Sub Teknik
Laboratorium
SMAN X SMAN Y SMAN Z Rata-rata
1. Mengambil larutan 78
Baik
78
Baik
77
Baik
78
Baik
2. Mengeluarkan larutan 71
Baik
72
Baik
71
Baik
71
Baik
Rata-rata 74
Baik
Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan pipet
tetes masuk kedalam kategori baik dengan persentase (74%). Setiap sub teknik
laboratoriumnya termasuk kedalam kategori baik dengan persentase (78%, dan
71%). Ketiga SMAN ini juga termasuk dalam kategori baik, dengan persentase
tertinggi (78%) pada SMAN X, dan SMAN Y dan persentase terendah (71%) pada
SMAN X, dan SMAN Z.
4. Keterampilan Memanaskan Larutan
Keterampilan memanaskan larutan ini sering digunakan untuk praktikum
biologi. Keterampilan memanaskan larutan ini terdiri dari 2 sub teknik indikator
yaitu menyalakan dan memadamkan spirtus, dan sub teknik indikator pemanasan
menggunakan tabung reaksi. Pada saat observasi, peserta didik diminta untuk
menyalakan pembakar spitus, kemudian memanaskan dan memadamkan pembakar
spirtus.
68
Tabel 4.16 Keterampilan memanaskan larutan pada SMAN X
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Menyalakan dan
memadamkan spirtus
93
Sangat baik
72
Baik
83
Sangat baik
83
Sangat
baik
2. Pemanasan
menggunakan tabung
reaksi
52
Cukup
89
Sangat baik
64
Baik
68
Baik
Rata-rata 75
Baik
Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat bahwa keterampilan memanaskan
larutan pada SMAN X termasuk kedalam kategori baik dengan persentase 75%.
Hasil observasi keterampilan memanaskan larutan terbagi dalam 2 kategori yaitu
kategori sangat baik (93%) pada sub teknik laboratorium menyalakan dan
memadamkan spirtus. Kategori cukup (52%) pada sub teknik laboratorium
pemanasan menggunakan tabung reaksi. Hasil angket terbagi menjadi 2 kategori,
yaitu kategori baik (72%) pada sub teknik laboratorium menyalakan dan
memadamkan spirtus, dan kategori sangat baik (89%) pada sub teknik laboratorium
pemanasan menggunakan tabung reaksi. Hasil wawancara terbagi menjadi 2
kategori yaitu sangat baik (83%) pada sub teknik menyalakan dan memadamkan
spirtus, kategori baik (64%) pada sub teknik laboratorium pemanasan
menggunakan tabung reaksi. Sehingga didapatkan dalam keterampilan
memanaskan larutan masuk kedalam kategori baik (80%, dan 64%) ini
menunjukkan peserta di SMAN X mampu memanaskan larutan dengan baik.
69
Tabel 4.17 Keterampilan memanaskan larutan pada SMAN Y
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Menyalakan dan
memadamkan spirtus
61
Baik
71
Baik
28
Kurang
53
Cukup
2. Pemanasan
menggunakan tabung
reaksi
37
Kurang
88
Sangat baik
50
Cukup
58
Cukup
Rata-rata 55
Cukup
Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat bahwa keterampilan memanaskan
larutan pada SMAN Y termasuk kedalam kategori cukup dengan persentase 55%.
Hasil observasi keterampilan memanaskan larutan terbagi dalam 2 kategori yaitu
kategori baik (61%) pada sub teknik laboratorium menyalakan dan memadamkan
spirtus. Kategori kurang (37%) pada sub teknik laboratorium pemanasan
menggunakan tabung reaksi. Hasil angket terbagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori
sangat baik (88%) pada sub teknik laboratorium pemanasan menggunakan tabung
reaksi, dan kategori baik (71%) pada sub teknik laboratorium menyalakan dan
memadamkan spirtus. Hasil wawancara terbagi menjadi 2 kategori yaitu cukup
(50%) pada sub teknik pemanasan menggunakan tabung reaksi, kategori baik
(64%) pada sub teknik laboratorium menyalakan dan memadamkan spirtus.
Sehingga didapatkan dalam keterampilan memanaskan larutan masuk kedalam
kategori cukup (53%, dan 58%) ini menunjukkan peserta di SMAN Y mampu
memanaskan larutan dengan cukup baik.
70
Tabel 4.18 Keterampilan memanaskan larutan pada SMAN Z
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Menyalakan dan
memadamkan spirtus
85
Sangat baik
69
Baik
75
Baik
76
Baik
2. Pemanasan
menggunakan tabung
reaksi
85
Sangat baik
96
Sangat baik
50
Cukup
77
Baik
Rata-rata 76
Baik
Berdasarkan tabel 4.18 dapat dilihat bahwa keterampilan memanaskan
larutan pada SMAN Z termasuk kedalam kategori baik dengan persentase 76%.
Hasil observasi keterampilan memanaskan larutan termasuk kategori baik (85%)
pada setiap sub teknik laboratorium. Hasil angket terbagi menjadi 2 kategori, yaitu
kategori sangat baik (96%) pada sub teknik laboratorium pemanasan menggunakan
tabung reaksi, dan kategori baik (69%) pada sub teknik laboratorium menyalakan
dan memadamkan spirtus. Hasil wawancara terbagi menjadi 2 kategori yaitu baik
(75%) pada sub teknik menyalakan dan memadamkan spirtus, kategori cukup
(50%) pada sub teknik laboratorium pemanasan menggunakan tabung reaksi.
Sehingga didapatkan dalam keterampilan memanaskan larutan masuk kedalam
kategori baik (76%, dan 77%) ini menunjukkan peserta di SMAN Z mampu
memanaskan larutan dengan baik.
71
Tabel 4.19 Keterampilan memanaskan larutan
No Sub Teknik
Laboratorium
SMAN X SMAN Y SMAN Z Rata-rata
1. Menyalakan dan
memadamkan spirtus
83
Baik
53
Cukup
76
Baik
71
Baik
2. Pemanasan
menggunakan tabung
reaksi
68
Baik
58
Cukup
77
Baik
68
Baik
Rata-rata 69
Baik
Berdasarkan tabel 4.19 dapat dilihat bahwa keterampilan memanaskan
larutan termasuk kedalam kategori baik dengan persentase 69%. Rata-rata pada sub
teknik laboratoriumnya termasuk kedalam kategori baik pada setiap sub teknik
laboratoriumnya (71% dan 68%). Ketiga SMAN ini terbagi dalam 2 kategori yaitu
kategori baik dengan persetase tertinggi (76%) untuk SMAN Z dan kategori cukup
dengan persentase terendah (53%) untuk SMAN Y.
5. Keterampilan Menggunakan Termometer
Keterampilan menggunakan termometer sangat penting bagi praktikum
biologi. Termometer ini berguna untuk mengetahui suhu larutan pada saat
praktikum. Ketika observasi peserta didik diminta untuk menghitung suhu
larutan yang sebelumnya sudah dipanaskan. Keterampilan ini hanya terdiri dari
1 sub teknik laboratorium.
72
Tabel 4.20 Keterampilan menggunakan termometer pada SMAN X
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Menggunakan
termometer
53
Cukup
73
Baik
61
Baik
62
Baik
Berdasarkan tabel 4.20 dapat dilihat bahwa hasil observasi keterampilan
menggunakan termometer termasuk kedalam kategori cukup (53%). Hasil angket
dan hasil wawancara masuk kedalam kategori baik (73%, 61%). Sehingga, rata-rata
keterampilan menggunakan termometer masuk kedalam kategori baik, dengan
persentase 62%.
Tabel 4.21 Keterampilan menggunakan termometer pada SMAN Y
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Menggunakan
termometer
53
Cukup
84
Sangat baik
91
Sangat baik
76
Baik
Berdasarkan tabel 4.21 dapat dilihat bahwa hasil observasi keterampilan
menggunakan termometer termasuk kedalam kategori cukup (53%). Hasil angket
dan hasil wawancara masuk kedalam kategori sangat baik (84%, 91%). Sehingga,
rata-rata keterampilan menggunakan termometer masuk kedalam kategori baik,
dengan persentase 76%.
73
Tabel 4.22 Keterampilan menggunakan termometer pada SMAN Z
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Menggunakan
termometer
40
Kurang
74
Baik
92
Sangat baik
69
Baik
Berdasarkan tabel 4.22 dapat dilihat bahwa hasil observasi keterampilan
menggunakan termometer termasuk kedalam kategori kurang (40%). Hasil angket
dan hasil wawancara masuk kedalam kategori baik (74%), dam hasil wawancara
masuk kedalam kategori sangat baik (92%). Sehingga, rata-rata keterampilan
menggunakan termometer masuk kedalam kategori baik, dengan persentase (69%).
Tabel 4.23 Keterampilan menggunakan termometer
No Sub Teknik
Laboratorium
SMAN X SMAN Y SMAN Z Rata-rata
1. Menggunakan
termometer
59
Cukup
76
Baik
69
Baik
68
Baik
Berdasarkan tabel 4.23 dapat dilihat bahwa dari ketiga SMA yang diteliti,
dapat dilihat bahwa SMAN Y mendapat persentase tertinggi (76%) masuk kedalam
kategori baik. SMAN X mendapat persentase terendah (59%) masuk kedalam
kategori cukup. Sehingga rata-rata keterampilan di 3 SMAN ini mendapat
persentase (68%) dengan kategori baik.
74
6. Keterampilan Menggunakan Neraca
Keterampilan menggunakan neraca merupakan salah satu keterampilan yang
dilihat dalam penelitian ini. Keterampilan ini yang dilihat ketika observasi adalah
bagaimana menggunakan neraca dengan menimbang zat sesuai dengan keinginan
peserta didik kemudian diukur massanya. Keterampilan menggunakan neraca ini
dibagi menjadi 3 sub teknik laboratorium.
Tabel 4.24 Keterampilan menggunakan neraca pada SMAN X
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Mempersiapkan
neraca sebelum
menimbang
45
Cukup
74
Baik
3
Sangat
kurang
41
Cukup
2. Menimbang alas 31
Kurang
65
Baik
0
Sangat
Kurang
32
Kurang
3. Menimbang massa zat 45
Cukup
78
Baik
83
Sangat baik
69
Baik
Rata-rata 47
Cukup
Berdasarkan tabel 4.24 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan
neraca pada SMAN X termasuk kedalam kategori cukup dengan persentase 47%.
Hasil observasi keterampilan menggunakan neraca terbagi menjadi 2 kategori,
yaitu kategori kurang (31%) pada sub teknik laboratorium menimbang alas, dan
kategori cukup (45%) pada sub teknik laboratorium mempersiapkan neraca
sebelum menimbang dan sub teknik laboratorium menimbang massa zat. Hasil
angket termasuk dalam kategori baik (74%, 65%, 78%). pada sub teknik
75
laboratorium menimbang massa zat, mempersiapkan neraca sebelum menimbang,
dan menimbang alas. Hasil wawancara terbagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori
sangat kurang (0%, 3%) pada sub teknik laboratorium menimbang alas, dan
mempersiapkan neraca sebelum menimbang, kategori sangat baik (83%) pada sub
teknik laboratorium menimbang massa zat. Pada keterampilan menggunakan
neraca ini persentase paling tinggi (65%) dengan kategori baik pada sub teknik
laboratorium menimbang massa zat dan persentase terendah (30%) dengan kategori
kurang pada sub teknik laboratorium menimbang alas.
Tabel 4.25 Keterampilan menggunakan neraca pada SMAN Y
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Mempersiapkan
neraca sebelum
menimbang
39
Kurang
68
Baik
33
Kurang
47
Cukup
2. Menimbang alas 60
Cukup
73
Baik
0
Sangat
Kurang
44
Cukup
3. Menimbang massa zat 47
Cukup
61
Baik
11
Sangat
Kurang
40
Kurang
Rata-rata 44
Cukup
Berdasarkan tabel 4.25 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan
neraca pada SMA Y termasuk kedalam kategori cukup dengan persentase 44%.
Hasil observasi keterampilan menggunakan neraca terbagi menjadi 2 kategori,
yaitu kategori kurang (39%) pada sub teknik laboratorium mempersiapkan neraca
76
sebelum menimbang, dan kategori cukup (60%, 47%) pada sub teknik laboratorium
menimbang alas dan sub teknik laboratorium menimbang massa zat. Hasil angket
termasuk dalam kategori baik dengan persentase tertinggi (73%) pada sub teknik
laboratorium menimbang alas, dan persentase terendah (61%) pada sub teknik
laboratorium menimbang massa zat. Hasil wawancara terbagi menjadi 2 kategori,
yaitu kategori sangat kurang (0%, 11%) pada sub teknik laboratorium menimbang
alas, dan menimbang massa zat, kategori kurang (33%) pada sub teknik
mempersiapkan neraca sebelum menimbang. Pada keterampilan menggunakan
neraca ini persentase paling tinggi (47%) dengan kategori cukup pada sub teknik
laboratorium mempersiapkan neraca sebelum menimbang dan persentase terendah
(40%) dengan kategori kurang pada sub teknik laboratorium menimbang massa zat.
Tabel 4.26 Keterampilan menggunakan neraca pada SMAN Z
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Mempersiapkan
neraca sebelum
menimbang
23
Kurang
67
Baik
39
Kurang
43
Cukup
2. Menimbang alas 9
Sangat
Kurang
58
Cukup
0
Sangat
Kurang
22
Kurang
3. Menimbang massa zat 37
Kurang
70
Baik
100
Sangat baik
69
Baik
Rata-rata 45
Cukup
Berdasarkan tabel 4.26 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan
neraca pada SMA Z termasuk kedalam kategori cukup dengan persentase 45%.
77
Hasil observasi keterampilan menggunakan neraca terbagi menjadi 2 kategori,
yaitu kategori kurang dengan persentase tertinggi (37%) pada sub teknik
laboratorium menimbang massa zat, dan kategori sangat kurang (9%) pada sub
teknik laboratorium menimbang alas. Hasil angket termasuk dalam kategori baik
dengan persentase tertinggi (70%) pada sub teknik laboratorium menimbang massa
zat, dan kategori cukup (58%) pada sub teknik laboratorium menimbang alas. Hasil
wawancara terbagi menjadi 3 kategori, yaitu kategori sangat kurang (0%) pada sub
teknik laboratorium menimbang alas, kategori kurang (39%) pada sub teknik
mempersiapkan neraca sebelum menimbang, dan kategori sangat baik (100%) pada
sub teknik laboratorium menimbang massa zat. Pada keterampilan menggunakan
neraca ini terbagi menjadi 3 kategori yaitu kategori baik (69%) pada sub teknik
laboratorium menimbang zat, kategori cukup (43%) pada sub teknik laboratorium
mempersiapkan neraca sebelum menimbang, dan kategori sangat kurang (0%) pada
sub teknik laboratorium menimbang alas.
Tabel 4.27 Keterampilan menggunakan neraca
No Sub Teknik
Laboratorium
SMAN X SMAN Y SMAN Z Rata-rata
1. Mempersiapkan neraca
sebelum menimbang
36
Kurang
47
Cukup
43
Cukup
42
Cukup
2. Menimbang alas 30
Kurang
44
Cukup
22
Kurang
32
Kurang
3. Menimbang massa zat 65
Baik
40
Kurang
69
Baik
58
Cukup
Rata-Rata 44
Cukup
78
Berdasarkan tabel 4.27 dapat didapatkan bahwa keterampilan menggunakan
neraca termasuk kedalam kategori cukup dengan persentase 44%. Hasil persentase
tertinggi (58%) dengan kategori cukup pada sub teknik laboratorium menimbang
zat dan persentase terendah (32%) dengan kategori kurang pada sub teknik
laboratorium menimbang alas. Dari ketiga SMAN yang diteliti, didapatkan hasil
dengan persentase tertinggi (45%) kategori cukup di SMAN Z, dan persentase
terendah (44%) kategori cukup di SMAN X dan SMAN Y.
B. Pembahasan
Praktikum biologi di laboratorium dimaksudkan untuk mendapatkan
keterampilan laboratorium dan bukti nyata dari prinsip, konsep, hukum dasar, dan
teori. Konsep yang bersifat abstrak akan lebih mudah dipahami melalui kegiatan-
kegiatan yang bersifat konkret atau nyata. Bersadarkan hal tersebut maka metode
eksperimen dianggap cocok sebagai metode pembelajaran yang tepat untuk
konsep-konsep yang akan dipelajari. Metode praktikum memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan membuktikan secara langsung
konsep yang sedang dipelajari.50
Metode praktikum dalam pembelajaran biologi menuntut kemampuan praktik
yang lebih menitik beratkan pada kemampuan psikomotor. Metode praktikum tidak
hanya memudahkan peserta didik dalam menguasai konsep yang diterapkan.
Metode praktikum dapat digunakan untuk melatih peserta didik dalam melakukan
keterampilan kerja laboratorium. Laboratorium merupakan tempat untuk
mengembangkan keterampilan manipulatif dan prosedural. Keterampilan
manipulatif adalah keterampilan dalam menggunakan alat-alat laboratorium
sedangkan keterampilan prosedural adalah keterampilan melakukan perangkat
pekerjaan dengan urutan tertentu.51
50 Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains,(Jakarta : Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 104 51 Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA, (Jakarta: Lembaga penelitian UIN jakarta press, 2006), h. 83
79
Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Tangerang selatan terdapat 12
sekolah. Terdapat sekolah yang memiliki laboratorium sebanyak 9 sekolah, dan
yang tidak memiliki laboratorium sebanyak 3 sekolah. Sekolah yang memiliki
laboratorium sebagian besar telah melaksanakan praktikum, namun sebagian besar
menjalankan praktik di bawah frekuensi pemanfaatan yang seharusnya. Terdapat
sekolah yang tidak memiliki laboratorium namun tetap melaksanakan praktikum di
luar ruangan atau di kelas dengan sarana prasarana terbatas dan frekuensi
praktikum yang cukup rendah. Sehingga, hal ini mempengaruhi keterampilan setiap
peserta didik.
Keterampilan yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada analisis
buku Biologi yang digunakan di Sekolah Menengah Atas dari kelas 1 hingga kelas
3. Kemudian diklasifikasikan berdasarkan alat yang digunakan untuk praktikum
dan frekuensi pemakaiaannya. Kemudian disesuaikan lagi dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan sekolah Menengah Atas
(SMA/MA). Sehingga didapatkan 6 keterampilan yang diteliti pada penelitian ini,
yaitu keterampilan menggunakan mikroskop, keterampilan menggunakan gelas
ukur, keterampilan menggunakan pipet tetes, keterampilan memanaskan larutan,
keterampilan menggunakan termometer, dan keterampilan menggunakan neraca.
1. Keterampilan menggunakan mikroskop
Keterampilan menggunakan mikroskop merupakan hal mendasar dalam
pembelajaran biologi. Penggunaan mikroskop ini biasanya dilakukan dalam
pengamatan makhluk hidup yang berukuran mikroskopik. Mikroskop yang terdapat
di sekolah adalah mikroskop cahaya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
spesimen bawang merah yang nantinya akan diamati inti selnya. Spesimen ini
sebelumnya sudah dipersiapkan oleh peneliti sehingga peserta didik dapat
mengambil spesimen yang sudah tersedia untuk melakukan pengamatan nukleus
80
bawang merah menggunakan mikroskop. Pada keterampilan menggunakan
mikroskop ini memperoleh persentase 78% dengan kategori baik, hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik sudah menguasai dengan baik keterampilan
menggunakan mikroskop.
Frekuensi penggunaan alat yang didapatkan adalah hasil dari analisis dari 3
buku SMA kemudian dianalisis sehingga menghasilkan frekuensi pemakaian
sebanyak selama 10 kali penggunaan. Pada kelas X peserta didik menggunakan
mikroskop pada kompetensi dasar keterampilan 4.1 menyajikan data hasil
penerapan metode ilmiah tentang permasalahan pada berbagai objek biologi dan
tingkat organisasi kehidupan. Kompetensi dasar keterampilan 4.5 menyajikan data
tentang ciri-ciri dan peran bakteri dalam kehidupan. Kompetensi dasar
keterampilan 4.6 menyajikan laporan hasil investigasi tentang berbagai peran
protista dalam kehidupan. Kompetensi dasar keterampilan 4.7 menyajikan laporan
hasil invetigasi tentang keanekaragaman jamur dan peranannya dalam kehidupan.
Kompetensi dasar 4.8 menyajikan laporan hasil pengamatan dan analisis fenetik
dan filogenik tumbuhan serta peranannya dalam kehidupan.
Kelas XI peserta didik menggunakan mikroskop sebanyak 5 kali berdasarkan
hasil analisis 3 buku. Kompetensi dasar keterampilan 4.1 menyajikan hasil data
pengamatan mikroskopik struktur sel hewan dan sel tumbuhan sebagai unit terkecil
kehidupan. Kompetensi dasar keterampilan 4.3 menyajikan hasil data pengamatan
struktur jaringan dan organ pada tumbuhan. Kompetensi dasar keterampilan 4.4
menyajikan data hasil pengamatan struktur jaringan dan organ pada hewan.
Kompetensi dasar keterampilan 4.6 menyajikan karya tulis tentang kelainan pada
struktur dan fungsi darah, jantung, pembuluh darah yang menyebabkan gangguan
sistem sirkulasi manusia serta keitannya dengan teknologi melalui studi literatur.52
52 Lampiran 1 Analisis Alat-alat Praktikum Pada Modul Praktikum Untuk Mencapai Kompetensi Dasar
Keterampilan
81
Teknik laboratorium keterampilan menggunakan mikroskop ini paling tinggi
persentasenya terdapat di SMAN X sebanyak 82% dan paling rendah di SMAN Y
sebanyak 75%. Hal ini dikarenakan, di SMAN X sudah dikenalkan sejak kelas X
untuk cara menggunakan mikroskop dan penggunaan mikroskop di SMA ini dari
kelas X sampai kelas XI sebanyak 7 kali pada kompetensi dasar keterampilan yang
sudah ditentukan. Sedangkan pada SMAN Y frekuensi menggunakan mikroskop
dari kelas X sampai kelas XI hanya 3 kali pada kompetensi dasar keterampilan yang
sudah ditentukan.
Dalam temuan di lapangan, pada sub teknik laboratorium membawa
mikroskop ini memperoleh persentase 78% hal ini menunjukkan bahwa peserta
didik sudah menguasai dengan baik, yaitu cara membawa mikroskop dengan benar
tekniknya yaitu dengan menggunakkan tangan saat mengambil mikroskop dan
membawanya. Tangan terkuat memegang lengan mikroskop, sedangkan tangan
lainnya memegang kaki mikroskop.53. Namun, terdapat beberapa peserta didik
yang membawa mikroskop tersebut masih salah. Terdapat peserta didik yang
membawa mikroskop tidak sejajar dengan dada. Pada sub indikator ini
mendapatkan cahaya yang tepat sangat penting. Dalam pelaksanaan penelitian ini,
peserta didik untuk mendapatkan cahaya masih sulit, karena laboratorium di
sekolah masih sangat minim pencahayaannya. Sehingga, untuk mendapatkan
cahaya yang bagus, peserta didik menggunakan flash yang ada di handphone untuk
melakukan pengamatan menggunakan mikroskop.
Sub teknik laboratorium selanjutnya adalah mendapatkan titik fokus. Pada
sub indikator ini memperoleh persentase 82% hal ini menunjukkan bahwa peserta
didik menguasai sub teknik laboratorium ini dengan sangat baik. Tempatkan objek
yang akan diamati tepat di bawah lensa objektif, dengan menggunakan pemutar
kasar, turunkan tubulus sampai diperoleh bayangan benda yang paling jelas. Untuk
menemukan sasaran yang dicari, geser kaca objek. Jepit kaca objek dengan
53 Deswaty Furqonita, Seri IPA BIOLOGI 1 SMP Kelas VII, (Jakarta: Quadra, 2006), h.18
82
menggunakan penjepit objek lalu amati objeknya. Untuk memperoleh gambaran
yang lebih jelas, putar pemutar halus.54.Terdapat peserta didik yang sudah dapat
mendapatkan titik fokus dengan jelas. Terdapat juga peserta didik yang masih
belum memperoleh titik fokus dengan jelas. Sehingga, masih belum didapatkan
bayangan objek yang jelas.
Gambar 4.1 Keterampilan dalam menggunakan mikroskop
Sub teknik laboratorium selanjutnya adalah menggunakan perbesaran lensa
objektif beragam (10x dan 40x). Pada sub teknik laboratorium ini didapatkan
dengan hasil persentase 75% dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa
peserta didik menguasai sub teknik laboratorium ini dengan baik. Memutar
revolver mengatur objektif dengan perbesaran lemah tepat di tengah meja benda
sampai terdengar bunyi “klik”. Untuk mendapatkan perbesaran yang kuat, memutar
revolver hingga obyektif dengan perbesaran kuat dnegan menggantikan obyektif
dengan perbesaran lemah. Untuk memperoleh bayangan yang jelas, putar-putarlah
pengatur halus sambil melihat melalui lensa okuler. Terdapat beberapa peserta
didik yang masih belum mengetahui ketika mengubah perbesaran dari perbesaran
lemah ke perbesaran yang kuat, karena terdapat beberapa peserta didik yang
menggunakan perbesaran 100x sehingga tidak diperoleh bayangan benda dengan
jelas. Terdapat juga peserta didik yang sudah mengetahui cara mengubah
perbesaran lemah menjadi perbesaran yang kuat, dan didapatkan bayangan benda
secara jelas.
54 Suyitno Aloysius, Sukirman, BIOLOGY Junior High School, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2008),
h.10-12
83
2. Keterampilan menggunakan gelas ukur
Keterampilan menggunakan gelas ukur juga harus dikuasai dalam mata
pelajaran biologi. Penggunaan gelas ukur ini sangat penting karena setiap larutan
yang akan digunakan untuk praktikum sebelumnya harus diukur terlebih dahulu
volumenya. Keterampilan menggunakan gelas ukur ini memperoleh persentase
56% hal ini menunjukkan bahwa peserta didik cukup menguasai keterampilan ini.
Indikator pada sub teknik laboratorium ini yaitu menuang larutan dan membaca
meniskus.
Frekuensi penggunaan alat yang didapatkan adalah hasil dari analisis dari 3
buku SMA kemudian dianalisis sehingga menghasilkan frekuensi pemakaian
sebanyak selama 1 kali penggunaan. Pada kelas X peserta didik menggunakan
mikroskop pada kompetensi dasar keterampilan 4.1 menyajikan data hasil
penerapan metode ilmiah tentang permasalahan pada berbagai objek biologi dan
tingkat organisasi kehidupan. Namun, keterampilan menggunakan gelas ukur ini
sebagai mendukung jalannya praktikum sehingga, sering digunakan sebagai alat
bantu untuk praktikum pada beberapa kompetensi dasar keterampilan berikut. Pada
kompetensi dasar keterampilan 4.7 menyajikan laporan hasil invetigasi tentang
keanekaragaman jamur dan peranannya dalam kehidupan. Kompetensi
keterampilan dasar 4.8 menyajikan laporan hasil pengamatan dan analisis fenetik
dan filogenik tumbuhan serta peranannya dalam kehidupan. Kompetensi dasar
keterampilan 4.9 menyajikan hasil analisis pengaruh pola hidup terhadap kelainan
pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan gangguan pada sistem ekskresi
serta kaitannya dengan teknologi. Kelas XI peserta didik menggunakan mikroskop
sebanyak 1 kali berdasarkan hasil analisis 3 buku. Kompetensi dasar keterampilan
merumuskan urutan proses sintesis protein dalam kaitannya dengan penyampaian
kode genetik (DNA-RNA-Protein).55
55 Lampiran 1 Analisis Alat-alat Praktikum Pada Modul Praktikum Untuk Mencapai Kompetensi Dasar
Keterampilan
84
Teknik laboratorium keterampilan menggunakan gelas ukur ini paling tinggi
persentasenya terdapat di SMAN X sebanyak 76% dan paling rendah di SMAN Z
sebanyak 56%. Hal ini dikarenakan, di SMAN X sudah sering menggunakan gelas
ukur dalam berbagai praktikum.
Membaca volume zat cair yang berada dalam gelas ukur ataupun buret
memerlukan teknik tersendiri. Air dan gelas akan membentuk cekungan pada
permukaan cairan. Untuk itu cara membacanya adalah dengan melihat pada
permukaan air tersebut pada arah mendatar. Arah penglihatan dari mata harus
benar-benar horizontal, tidak boleh dari atas maupun dari bawah.56 Berdasarkan
temuan dilapangan, terdapat peserta didik menuang larutan dari gelas beaker ke
gelas ukur dengan menuangkannya langsung tanpa menggunakan bantuan corong,
terdapat pula peserta didik yang menuang larutan tersebut dengan menggunakan
corong. Menuang larutan menggunakan corong ini bertujuan untuk mempermudah
penuangan dan meminimalisir cairan tersebut tumpah. Untuk membaca meniskus
larutan ini terdapat 2 cara, yaitu membaca meniskus dengan membaca bagian atas
meniskus, dan ada yang membaca meniskus bagian bawah. Pada pengamatan ini,
hampir sebagian peserta didik membaca meniskus dengan membaca bagian atas
meniskus. Seharusnya dalam membaca meniskus dalam percobaan ini yaitu
membaca meniskus bagian bawah, karena cairan yang digunakan adalah air yang
ketika dituang kedalam gelas ukur membentuk cekungan.
Gambar 4.2 Kesalahan membaca skala pada gelas ukur
56 Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h.122-123
85
3. Keterampilan menggunakan pipet tetes
Keterampilan menggunakan pipet tetes juga sangat penting dalam mata
pelajaran biologi. Hal ini dianggap penting karena penggunaan pipet ini sangat
dibutuhkan jika untuk penambahan volume hanya beberapa tetes saja.
Keterampilan menggunakan pipet tetes ini memperoleh persentase 76%, hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik menguasai keterampilan ini dengan baik.
Indikator pada sub teknik yaitu mengambil larutan dan mengeluarkan larutan.
Frekuensi penggunaan alat yang didapatkan adalah hasil dari analisis dari 3
buku SMA kemudian dianalisis sehingga menghasilkan frekuensi pemakaian
sebanyak 11 kali penggunaan. Namun karena pipet tetes ini sangat membantu
ketika praktikum menggunakan alat gelas, karena membantu dalam penambahan
atau pengurangan larutan dalam skala kecil.57 Teknik laboratorium keterampilan
menggunakan pipet tetes ini paling tinggi persentasenya terdapat di SMA X
sebanyak 80% dan paling rendah di SMA Z sebanyak 74%.
Keterampilan dasar dalam menggunakan pipet tetes ini terdiri dari mengambil
larutan dan mengeluarkan larutan. Sub teknik laboratroium mengambil larutan ini
mendapat persentase 76% dalam kategori baik. Cara mengambil larutan dengan
memegang karet penghisap pada pipet tetes dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk, kemudian karet penghisap ditekan dengan kedua jari. Lalu, dicelupkan
pada zat cair yang akan diambil. Agar zat masuk kedalam pipet tetes maka secara
perlahan tekanan pada karet penghisap dikurangi sedikit demi sedikit58. Terdapat
peserta didik yang masih melakukan kesalahan penggunaan pipet tetes, peserta
didik yang mengambil larutan dengan cara memasukkan pipet tetes terlebih dahulu,
kemudian menekan karet hisap pada pipet tetes sehingga menimbulkan gelembung
pada larutan. Hal ini tidak direkomendasikan, karena ditakutkan jika menimbulkan
gelembung, larutan tersebut bereaksi sehingga berbahaya.
57 Lampiran 2 Analisis Frekuensi Pemakaian Alat 58 Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h.123-124
86
Sub teknik laboratorium mengeluarkan larutan mendapatkan persentase 76%
dengan kategori baik. Untuk mengeluarkan zat cair dalam pipet tetes, berilah
tekanan pada karet penghisap menggunakan ibu jari dan jari telunjuk secara
perlahan hingga cairan dalam pipet tetes keluar secara perlahan59. Pada sub teknik
laboratorium ini peserta didik meneteskan larutan dengan menekan karet penghisap
pada pipet tetes sehingga cairan keluar secara perlahan. Terdapat peserta didik yang
meneteskan larutan tegak lurus sehingga langsung mengenai larutan, terdapat pula
peserta didik yang meneteskan larutan dengan menempelkan pada tabung reaksi.
Gambar 4.3 Kesalahan dalam menggunakan pipet tetes
4. Keterampilan memanaskan larutan
Keterampilan memanaskan larutan sangat penting dalam pelajaran biologi.
Hal ini dapat membantu pelaksaan praktikum biologi. Terutama untuk bagian
memanaskan larutan ini dilakukan pada kelas 12 dengan judul praktikum “enzim”.
Pada praktikum enzim yang sebelumnya sudah dilakukan oleh peserta didik, yaitu
dengan cara menghaluskan hati ayam kemudian dicampurkan dengan air.
Kemudian dituang kedalam tabung reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa peserta
didik dituntut untuk menguasai keterampilan pemanasan larutan. Keterampilan
memanaskan larutan ini memperoleh persentase 68%, hal ini menunjukkan bahwa
peserta didik menguasai keterampilan ini dengan baik.
Frekuensi memanaskan larutan yang didapatkan adalah hasil dari analisis dari
3 buku SMA kemudian dianalisis sehingga menghasilkan frekuensi pemakaian
sebanyak selama 6 kali penggunaan. Pada kelas X peserta didik dalam memanaskan
59 Ibid, h. 124
87
larutan pada kompetensi dasar keterampilan 4.1 menyajikan data hasil penerapan
metode ilmiah tentang permasalahan pada berbagai objek biologi dan tingkat
organisasi kehidupan. Kompetensi dasar keterampilan 4.5 menyajikan data tentang
ciri-ciri dan peran bakteri dalam kehidupan.
Kelas XI peserta didik dalam memanaskan larutan sebanyak 2 kali
berdasarkan hasil analisis 3 buku. Kompetensi dasar keterampilan 4.7 menyajikan
laporan hasil uji zat makanan yang terkandung dalam berbagai jenis bahan
makanan dikaitkan dengan kebutuhan energi setiap individu serta teknologi
pengolahan pangan dan keamanan pangan. Kompetensi keterampilan dasar 4.9
menyajikan hasil analisis pengaruh pola hidup terhadap kelainan pada struktur dan
fungsi organ yang menyebabkan gangguan sistem ekskresi serta kaitannya dengan
teknologi.
Kelas XII peserta didik dalam memanaskan larutan sebanyak 2 kali
berdasarkan hasil analisis buku. Kompetensi dasar 4.2 menyusun laporan hasil
percobaan tentang mekanisme kerja enzim, fotosintesis, dan respirasi anaerob.
Kompetensi dasar keterampilan 4.4 menyajikan hasil pengamatan pembelahan sel
pada sel hewan maupun tumbuhan.60
Teknik laboratorium keterampilan memanaskan larutan ini paling tinggi
persentasenya terdapat di SMA Z sebanyak 76% dan paling rendah di SMA Y
sebanyak 55%. Indikator yang pertama pada sub teknik memanaskan larutan adalah
menyalakan dan memadamkan pembakar spirtus dengan peroleh persentase 70%,
hal ini menunjukkan bahwa peserta didik menguasai dengan baik sub teknik
laboratorium ini. Saat menyalakan pembakar spirtus, pastikan bahwa spirtus di
dalam wadah berada dalam jumlah yang mencukupi. Untuk menyalakan spirtus,
buka tutup lampu spirtus kemudian nyalakan dengan korek api. Untuk mematikan
lampu spirtus, gunakan penutup lampu untuk menutupi api yang sedang menyala61.
60 Lampiran 1 Analisis Alat-alat Praktikum Pada Modul Praktikum Untuk Mencapai Kompetensi Dasar