PROFIL KESIAPAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN STEM (SCIENCE, TECHNOLOGI, ENGINEERING, MATHEMATIC) EDUCATION SMA NEGERI KOTA BOGOR TAHUN AJARAN 2018/2019 (Penelitian deskriptif di wilayah SMA Negeri Kota Bogor) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Uswatun Amaliah 11150163000063 PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLOH JAKARTA 2020 M/1441 H
53
Embed
PROFIL KESIAPAN SEKOLAH DALAM MENERAPKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49759...isi angket kepala sekolah dan angket guru dan validasi konstruk dengan analisis
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Pembangunan di masa depan harus menekankan pentingnya pengembangan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ditujukan untuk mencapai keunggulan
bangsa di era keterbukaan dan persaingan global. Berdasarkan laporan Forum
Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) yang termuat dalam surat kabar
mangatakan bahwa 52% pekerjaan di masa depan tidak mengalami pergeseran
keterampilan, angka ini menunjukan akan terjadi pergeseran keterampilan di dunia
kerja sebesar 42% pada tahun 2022. Menurut WEF kebutuhan teknologi semakin
meningkat, maka keterampilan-keterampilan yang akan semakin dibutuhkan di
masa mendatang adalah daya pikir analitis serta pembelajaran secara aktif sekaligus
keterampilan yang berkaitan dengan teknologi.1
Pembelajaran yang berkaitan dengan teknologi menjadi fokus semua
Negara saat ini yang ingin mengembangkan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi abad 21. Lembaga yang berperan dalam pembelajaran abad 21 yaitu
Partnership for 21st Century Learning telah mengembangkan framework
pembelajaran di abad 21 yang menuntut peserta didik untuk memiliki keterampilan,
pengetahuan dan kemampuan dibidang teknologi, media, dan informasi,
keterampilan pembelajaran dan inovasi serta keterampilan hidup dan karir.2 Salah
satu pembelajaran yang dapat mengembangkan pendidikan abad 21 adalah STEM
(Science, Teknologi, Enginnering and Math). Ada kecocokan alami antara
keterampilan abad ke-21 dan prinsip dasar STEM merancang instruksi abad 21
1 Mutia Fauziah, “ Di tahun 2020, “skill” apa yang paling dibutuhkan untuk bekerja?”.2019,
(www.kompas.com) 2 Partnership for 21 st Century Skills. 2008. 21 st Century Skills, education & Competitiveness
Resource and Policy Guide. hal 12
2
dimulai dengan mengidentifikasi tema dasar dan konsep itu menggabungkan
beberapa konten subjek. Melalui integrasi sains, teknologi, rekayasa dan
matematika. Kurikulum STEM mencontohkan pembelajaran lintas-kurikuler itu
adalah fondasi dari kurikulum abad ke-213. Dalam rangka penguasaan kecakapan
abad 21 maka pembelajaran IPA dipandang bukan hanya untuk pengalihan
pengetahuan dan keterampilan saja kepada siswa, tetapi pembelajaran abad 21
bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi (analisis, sistesis,
kritis, kreatif dan inovatif) melalui pengalaman kerja ilmiah. Untuk membangun
pembelajaran siswa pada aras berpikir tingkat tinggi, pendekatan STEM saat ini
menjadi alternative yang dapat digunakan untuk membangun generasi yang mampu
menghadapi abad 21 yang penuh tantangan. Melalui pembelajaran STEM siswa
menjadi pemecah masalah, innovator, pencipta dan kolaborator dan terus mengisi
jalur kritis insyinyur, ilmuwan dan inovator yang penting bagi masa depan.
Menurut Direktur Eduspec Indonesia Indra Charismiadji STEM merupakan
sebuah keharusan dipersiapkan di Indonesia untuk mempersiapkan anak didik
menghadapi persaingan global karena perkembangan pendidikan sangat cepat, oleh
karena itu Indonesia harus menyesuaikan agar dapat bersaing di era global. 4
Menurut M.Ikhlasul Amal, peneliti pada Pusat Penelitian Metalurgi dan Material,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan untuk mewujudkan hal
tersebut Indonesia harus menyesuaikan pola pendidikan. Indonesia harus
menerapkan pendidikan yang memasukan aspek Science, Teknologi, Enginnering
and Math (STEM), “aspek Science, Teknologi, Enginnering and Math (STEM)
merupakan pondasi pengembangan berbagai teknologi maju terkini ujar M.
Ikhlasul Amal 5
3 Suee Z. Beers. 2010. 21st Century Skills: Preparing Students For Their Future. STEM. hal 4 4 Herning Banirestu.”Eduspec Indonesia Perkenalkan Pendidikan Berbasis STEM”,
https://www.SWA.co.id (online) terbit pada 3 September 2016 diakses tanggal 3 Desember 2018. 5 Hazliansyah,” Indonesia Perlu Masukkan Aspek STEM dalam Pendidikan”,
Negara-negara maju telah terlebih dahulu mengembangkan STEM
education sebagai pembelajaran wajib pada sekolah dasar dan menengahnya.
European Commission menerapkan digital competence sebagai salah satu dari
delapan kompetensi utama untuk pembelajaran. 6 Finlandia menyelesaikan
reformasi Kurikulum Inti Nasional untuk pendidikan pra-dasar dan untuk
pendidikan dasar wajib pada bulan Desember 2014. Kompetensi digital, sebagai
bagian dari inti. Kurikulum tujuan umum untuk mengajar dan belajar, dijelaskan
dengan cara yang jauh lebih menyeluruh daripada di kurikulum inti nasional yang
ada (Søby, 2015) fenomena itu tertanam dalam semua kompetensi dasar, tetapi
paling eksplisit ke dalam bidang multi-literacies dan ICT.
Indonesia tidak mau ketinggalan dalam usaha untuk mengembangkan
keterampilan abad 21 ini, salah satunya dengan menggalakan pembelajaran STEM
ini, bentuk keseriusan Indonesia untuk menerapkan STEM education adalah
pemerintah mengeluarkan pedoman pembelajaran menggunakan STEM education,
mengadakan seminar pembelajaran STEM education kepada tenaga pendidik.
Besar kemungkinan STEM akan diterapkan di sekolah Indonesia. Ketika STEM
akan diterapkan pastinya diperlukan informasi mengenai kesiapan sekolah untuk
menerapkan STEM. Namun ada baiknya sebelum STEM dilakukan perlu uji coba
di sekolah-sekolah tertentu sehingga diperlukan informasi untuk uji coba
berdasarkan profil kesiapan sekolah.
Peneliti mencoba melakukan penelitian untuk mengetahui profil kesiapan
Sekolah Menengah Atas dalam menerapkan STEM education di wilayah Kota
Bogor. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “Profil Kesiapan Sekolah dalam
https://www.republika.com (online) terbit pada 08 Maret 2015 diakses pada tanggal 04 Desember 2018
6 Riina Vuorikari, Yves Punie.2016. Dig.Com2.o: The European Digital Competence Framework for citizens update Phrase 1: The Conseptual Reference Model. European Commision hal 17
education Indikators: A Road Map. : SRI international hal 7
12
c. Aktivitas belajar yang digunakan berupa Integrasi sains, teknologi, teknik dan
matematik dalam proses pemecahan masalah.12
STEM indonesia merupakan sebuah organisasi pendidikan yang berfokus pada
penyelenggaraan STEM di Indonesia. Ada beberapa indikator kesiapan sekolah jika
ingin menerapkan pendidikan STEM yaitu sebagai berikut
1. Standar proses yang digunakan dalam pembelajaran yaitu Engineering Design
Process (EDP).
2. Aktivitas belajar menggunakan scientific & engineering practice.
3. Evaluasi pembelajaran menggunakan asesmen otentik dan HOTS.13
B. Kerangka Berpikir
STEM merupakan model pembelajaran populer di dunia dan efektif meningkatkan
keterampilan anak. Pada abad ke-21 ini pembelajaran yang biasa saja tidak bisa
menjawab persaingan global yang semakin ketat.14 STEM telah banyak dikembangkan
di Negara-negara maju sebagai pembelajaran wajib bagi warga Negara nya guna
mempersiapan sumber daya manusia yang melek teknologi. Indonesia juga mulai
merintis memberlakukan STEM sebagai pendekatan pembelajaran. Kementrian
Pendidikan dan kedudayaan mempersiapkan pendekatan dengan membuat pedoman
implementasi pendidikan STEM, menggalakan seminar mengenai pendekatan STEM
kepada pendidik dan calon pendidik. STEM Road Map education menjelaskabeberapa
indikator bagi sekolah jika ingin menerapakan model STEM dalam Pembelajaran. 15
12 Paparan Pusat pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
2018. Integrasi STEM dalam Implementasi Kurikulum.Kementrian pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Hal 43
13STEM Indonesia.2017 Karakteristik pendidikan STEM.Hal 9 14 Suee Z. Beers. 2010. 21st Century Skills: Preparing Students For Their Future. STEM. hal 4
15 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan. Pusat
Oleh sebab itu, penelitian tentang profil kesiapan sekolah dalam menerapkan
STEM education yang sangat penting dilakukan sebagai bahan persiapan sekolah jika
ingin menerapkan STEM dalam pembelajaran di sekolah. Kerangka berpikir penelitian
ini dapat dilihat pada gambar
14
Kompetensi abad ke-21
Revolusi Industri 4.0
Negara maju mulai menerapkan
pembelajaran yang dibutuhkan untuk
menunjang kompetensi abad ke -21
Indonesia mulai menggalakan dengan
STEM education sebagai pendekatan
pembelajaran
Perlu Adanya informasi mengenai kesiapan
sekolah dalam menerapkan STEM
education
Profil kesiapan sekolah dalam
menerapakan STEM education
Mengetahui profil kesiapan sekolah
menerapkan STEM education
Rekomendasi bagi sekolah dalam
menerapkan STEM education
Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir Penelitian
15
C. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Tndra Tyler-Wood, Gerald Knezek, Rhonda R
Chistenses dengan judul Instruments for Assessing Interest in STEM content and
Careers. Penelitian ini menyatakan bahwa keberhasilan pada carir STEM
bergantung pada minatnya pada STEM, Penelitian ini menggunakan survey
semantic yang dapat menunjukan minat siswa terhadap STEM.16
2. Penelitian yang dilakukan oleh Barbara Means, Haiwen Wang, Viki Young,
Vanessa L. Peters, dan Sharon J dengan judul STEM-Focused High Schools as a
Strategy for Enhancing Readiness for Postsecondary STEM Programs. Penelitian
ini menyatakan bahwa studi sekolah menengah STEM inklusif penting mengingat
tren saat ini untuk menciptakan lebih banyak sekolah STEM di seluruh Amerika
Serikat, sekolah-sekolah seperti ini menjanjikan peningkatan STEM bukan hanya
perkembangannya melainkan kekayaan outputnya.17
3. Penelitian yang dilakukan oleh Aydin, C. H., & Tasci, D. yang berjudul
Meansuring Readliness for e-learning: Reflections from an Emerging Country.
Penelitian ini membahas tentang kesiapan dan penggunaan e-learning. E-learning
mempunyai banyak manfaat jika suatu lembaga yang menggunakannya, tetapi
harus dilakukan analisis untuk mengetahui tingkat kesiapannya. Artikel ini
mencakup deskripsi instrument survey yang telah dikembangkan untuk menilai
kesiapan, instrumen ini juga dapat digunakan, dan mudah diadaptasi untuk
digunakan dalam mengukur kesiapan lainnya dalam perusahaan dari Negara-
negara berkembang lainnya.18
16 Tndra Tyler-Wood, Gerald Knezek, Rhonda R Chistenses (2010). Instruments for
Assessing Interest in STEM content and Careers. Journal of Information Technologi for Teacher
education . 17 Barbara Means, Haiwen Wang, Viki Young, Vanessa L. Peters, dan Sharon J (2016)
STEM-Focused High Schools as a Strategy for Enhancing Readiness for Postsecondary STEM
Programs. Journal of Research in Science Teach 18 Aydin, C. H., & Tasci, D. (2005). Measuring Readiness for e-Learning: Reflections
from an Emerging Country. education al Technology & Society, h 244-257.
16
4. Penelitian yang dilakukan oleh Jeanne Century, Liz Noble, Melanie LaForce, yang
berjudul Identifying and meansuring STEM Schools and program. Penelitian ini
bertujuan untuk meninjau literature untuk mengidentifikasi cara-cara di mana
sekolah dan program STEM dicirikan dan alat sumber daya yang telah
dikembangkan oleh Negara bagian. 19
5. Penelitian Ejiwale. J. yang berjudul Barrier to Successful Implementation of STEM
education, penelitian dilaksanakan di Negara Amerika Serikat.Penelitian ini berisi
tentang definisi pendidikan STEM serta hambatan untuk keberhasilan
implementasi pendidikan STEM serta bagaimana cara agar sekolah berhasil dalam
menerapkan pendidikan STEM.20
6. Penelitian yang dilakukan oleh Nur hidayah, yang berjudul Kesiapan Sekolah
dalam Implementasi Program Full Day School (FDS) SD Muhammadiyah di Kota
Yogyakarta. Penelitian ini mendeskripsikan kesiapan sekolah Muhammadiyah
dalam implementasi program FDS . penelitian ini menggunakan deskriptif
kualitatif, data primer diperoleh melalui wawancara terhadap kepala sekolah, guru,
dan siswa, serta observasi untuk melihat kesiapan sekolah dalam implementasi
program Full Day School.21
7. Penelitian yang dilakukan oleh Faridatur Rohmah, yang berjudul Analisis Kesiapan
Sekolah Terhadap Penerapan Pembelajaran Online (E-Learning) di SMA Negeri 1
Kutowinangun. Penelitian ini mendeskripsikan kesiapan sekolah dan mengetahui
faktor-faktor yang kuat yang perlu dipertahankan dan faktor yang masih lemah
yang membutuhkan peningkatan dalam penerapan E-learning. 22
19 Jeanne Century, Liz Noble, Melanie LaForce. 2015. Identifying and meansuring STEM
Schools and program..National Science Fondation 20 Ejiwale. J. 2013. Barrier to Successful Implementation of STEM education. Journal of
Education Learning Vol.7 (2) pp. 66-74 21 Nur Hidayah. 2017. Kesiapan Sekolah dalam implementasi Program Full Day School (FDS)
SD Muhammadiyah di Kota Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar 2614-0136 (online), Yogyakarta hal.3
22 Faridatur Rohmah. 2017. Analisis Kesiapan Sekolah terhadap Penerapan Pembelajaran Online (E-learning) di SMA Negeri 1 Kutowinangun. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas wilayah Kota Bogor pada
semester ganjil tahun ajaran 2018/2019. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan,
yaitu bulan Juli 2019.
B. Metode Penelitian
Penelitian adalah suatu proses penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural
sesuai dengan kondisi objektif di lapangan mengenai suatu situasi dan kejadian-
kejadian,23 sehingga pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesiapan sekolah
dalam menerapkan STEM education. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif kualitatif.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah segala sesuatu baik objek maupun subjek yang memenuhi syarat
tertentu yang berhubungan dengan penelitian.24 Populasi dalam penelitian ini adalah
Sekolah Menengah Atas Negeri yang berada dalam wilayah Kota Bogor. SMAN Kota
Bogor dipilih karena berdasarkan pada data bahwa SMA Negeri Kota Bogor memiliki
rerata nilai UN tertinggi di Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 69,12. 25Sampel adalah
bagian dari populasi yang terpilih untuk dilakukan penelitian.26 Sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah 3 Sekolah Menengah Atas Negeri di wilayah
Kota Bogor.
23 Nur hadi waryanto. 2017. Tingkat Kesiapan (Readliness) Implementasi E-Learning Di
Sekolah Menengah Atas Kota Yogyakarta. E-Journal Fmipa Uny: Yogyakarta hal 120 24 Nanang Martono.2014. Metode Penelitian kuantitatif: Analisis isi dan Analisis Data
Sekunder. Raja Grafindo Persada: Jakarta hal 76 25 Pusat Penilaian Pendidikan . Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik indonesia.
Di akses pada. https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/ di unduh pada 10 November 2019
Teknik pengambilan sampel menggunakan Stratified Sampling, teknik sampling
ini digunakan untuk mengambil sampel penelitian berdasarkan tingkatan (strata) di
dalam populasi27Dalam penelitian ini sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan
strata sekolah. Berdasarkan nilai UN tahun 2018/2019, setelah sekolah digolongkan
berdasarkan strata sekolahnya, maka selanjutnya dilakukan teknik random sampling
untuk memilih sekolah yang akan menjadi sampel penelitian. Sampel diambil
berdasarkan kategori strata 1 yaitu di wakili oleh SMA N 1 Kota Bogor selanjutnya
disebut sebagai SMA A, kategori strata 2 yaitu di wakili oleh SMA N 5 Kota Bogor
selanjutnya disebut sebagai SMA B dan kategori strata 3 yaitu di wakili oleh SMA N
9 Kota Bogor selanjutnya disebut sebagai SMA C.28 Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sumber data primer, yaitu data yang diambil langsung di
lapangan.
SMAN Kota Bogor Strata Sekolah berdasarkan Nilai UN Sampel penelitian
SMAN 1 Kota Bogor Strata 1 SMAN 1 Kota Bogor
SMAN 2 Kota Bogor
SMAN 3 Kota Bogor
SMAN 5 Kota Bogor Strata 2 SMAN 5 Kota Bogor
SMAN 8 Kota Bogor
SMAN 6 Kota Bogor
SMAN 4 Kota Bogor Strata 3 SMAN 9 Kota Bogor
SMAN 7 Kota Bogor
SMAN 9 Kota Bogor
SMAN 10 Kota Bogor
27 Sugiyono.2017. Metode Penelitian Kombinasi. Alfabeta: Bandung hal 126 28 Pusat Penilaian Pendidikan . Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik indonesia.
Di akses pada. https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/ di unduh pada 10 November 2019
Instrumen merupakan alat ukur penelitian komponen kunci dalam suatu
penelitian.29 Instrumen dalam suatu penelitian adalah hal yang sangat menjamin mutu
dari sebuah penelitiannya. Mengingat fokus pada penelitian yang akan dilaksanakan
adalah penelitian analisis kesiapan sekolah dalam menerapkan STEM education , maka
instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen non tes berupa
angket.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menyediakan angket untuk mendatangi
langsung subjek dan menyebarkan survey. Penelitian ini menggunakan tiga angket (1)
angket kesiapan sekolah dalam menerapkan STEM education yang ditujukan kepada
kepala sekolah, angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga
responden diminta untuk memilih jawaban dengan memberikan tanda checklist (2)
angket yang tujukan kepada guru mata pelajaran sains, yaitu fisika, kimia dan biologi
(3) angket minat siswa menggunakan skala perbedaan makna (semantic differential
scale). Skala ini didasarkan pada pandangan bahwa objek itu mempunyai dua macam
makna bagi seseorang, yaitu makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif
suatu objek dapat dengan mudah dinyatakan namun tidak dengan makna konotatifnya.
Angket minat siswa terhadap STEM education diadopsi dari instrumen penelitian yang
dilakukan oleh Tndra Tyler-Wood, Gerald Knezek, Rhonda R Chistenses dengan judul
Instruments for Assessing Interest in STEM content and Careers,30 angket ini telah
memalui uji alih bahasa oleh Pusat Bahas UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta pada tanggal
8 Juni 2019.
29 Ibid hal 147
30 Tndra Tyler-Wood, Gerald Knezek, Rhonda R Chistenses dengan judul Instruments for
Assessing Interest in STEM content and Careers.2010.
20
Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Instrumen Kesiapan Sekolah dalam Menerapkan STEM Education Perspektif Kepala Sekolah
No Aspek Kesiapan Sekolah
dalam Menerapkan STEM
education
Indikator Kesiapan Sekolah dalam
Menerapkan STEM education
Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Kurikulum penunjang STEM
education
Tujuan
Menyiapkan siswa untuk menjadi
SDM yang mampu integratif31
Sekolah mengadakan kegiatan
yang dapat mengintegrasikan
sains dan teknologi dalam semua
mapel
Konten dan Isi
KI dan KD:
- KO pengetahuan dan
keterampilan32
Standar proses
- Engineering design
process (EDP)33
Saya menginstruksikan guru-guru
untuk menggunakan model
pembelajaran Project Based
Learning
Saya menginstruksikan guru-guru
untuk menggunakan model
31 Paparan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Integrasi STEM dalam Implementasi Kurikulum
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. hal 43 32 Paparan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Integrasi STEM dalam Implementasi Kurikulum
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. hal 43 33 STEM Indonesia. 2018.Karakteristik pendidikan STEM.hal 9
21
- Model Pembelajaran
Problem Based Learning34
- Model Pembelajaran
Project Based Learning35
- Model Pembelajaran 5E
(Engage, E x ̅ ̅plore, E
x ̅ ̅plain, Elaborasi,
Evaluation)36
pembelajaran Problem Based
Learning
Saya menginstruksikan guru-guru
untuk menggunakan model
pembelajaran 5E (Engage, E
x ̅ ̅plore, E x ̅ ̅plain, Elaborasi,
Evaluation)
Aktivitas belajar
- Integrasi sains, teknologi,
teknik dan matematik
dalam proses pemecahan
masalah37
- Scientific & enginering
practice38
Saya menginstruksikan guru-guru
untuk mengintegrasikan antara
sains, teknologi, teknik dan
matematik dalam proses
pembelajaran
Saya menginstruksikan guru-guru
untuk melakukan kegiatan
34 Paparan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Integrasi STEM dalam Implementasi Kurikulum
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. hal 44 35 STEM Indonesia .Karakteristik pendidikan STEM. hal 12 36 Paparan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Integrasi STEM dalam Implementasi Kurikulum
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. hal 44 37 STEM Indonesia .Karakteristik pendidikan STEM. hal 7 38 STEM Indonesia .Karakteristik pendidikan STEM. hal 9
22
melatih kemampuan siswa dalam
memecahkan suatu permasalahan
(problem solving) dalam konteks
dunia nyata (real world)
Evaluasi
Asesmen otentik dan HOTS39
Sekolah mengadakan pelatiahan
mengenai soal HOTS kepada
guru-guru
2 Ekstrakulikuler penunjang
STEM education
Ekstrakulikuler
- Robotik-STEM40
Sekolah saya mempunyai
ekstrakulikuler robotik
Sekolah saya mempunyai
ekstrakulikuler Karya ilmiyah
Remaja
3 Seleksi masuk jurusan
pengetahuan alam atau
pengetahuan social
Seleksi masuk jurusan IPA atau
IPS41
- Seleksi masuk jurusan
menggunakan tes
matematika
Seleksi masuk jurusan IPA atau
IPS tes matematika
Seleksi masuk jurusan IPA atau
IPS tes sains
39 STEM Indonesia. Karakteristik pendidikan STEM. hal 12 40 Meansuring the Monitoring Progress K-12 STEM education Indikator: A Road map2015.SRI education hal 9 41 Meansuring the Monitoring Progress K-12 STEM education Indikator: A Road map2015.SRI education hal 7
23
- Seleksi masuk jurusan
menggukan tes sains
4 Fasilitas penunjang STEM
education
Fasilitas Penunjang STEM
education 42
- Menggunakan e-learning
- Mempunyai laboratorium
penunjang STEM
education
- Pembelajaran
menggunakan media
audiovidio pembelajaran
Sekolah saya menggunakan e-
learning dalam proses
pembelajaran
Sekolah saya memiliki
infrastruktur teknologi informasi
yang mendukung e-learning
Kecepatan akses internet cukup
untuk mendukung e-learning
Sekolah saya mempunyai
laboratorium computer
Sekolah saya mempunyai
laboratorium sains
Sekolah saya mempunyai
laboratorium digital
Sekolah saya menggunakan
media audiovidio dalam
pembelajaran
42 Meansuring the Monitoring Progress K-12 STEM education Indikator: A Road map2015.SRI education hal 10
24
5 Guru Kompetensi keterampilan43
- Guru sains dan matematika
merupakan lulusan
perguruan tinggi
Guru sains dan matematika
merupakan lulusan perguruan
tinggi dan linier dengan mata
pelajaran
guru mendapatkan pelatihan
mengenai Pendidikan STEM
Tabel 3. 2 Kisi-Kisi Instrumen Kesiapan Sekolah dalam Menerapkan STEM Education Perspektif Guru
No Aspek Kesiapan
Sekolah dalam
Menerapkan STEM
education
Indikator Kesiapan
Sekolah dalam
Menerapkan STEM
education
Pertanyaan Jawaban
S
L
S
R
K
D
J
R
T
P
1 Kurikulum Penunjang
STEM education
Tujuan
Menyiapkan siswa untuk
menjadi SDM yang
mampu integratif44
Pembelajaran di kelas mengintegrasikan
dengan beberapan pelajaran yang lain
(misal: guru fisika memasukan materi
biologi dan materi kimia dalam
pembelajaran)
Sebagai guru fisika, saya berkolaborasi
dengan guru biologi dan guru kimia
43 Meansuring the Monitoring Progress K-12 STEM education Indikator: A Road map2015.SRI education hal 9 44 Paparan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Filosofi STEM. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. hal 17
25
untuk membuat projek yang ditugaskan
kepada siswa
Konten dan Isi
KI dan KD:
- KO pengetahuan
dan
keterampilan45
Standar proses
- Engineering
design process
(EDP)46
- Model
Pembelajaran
Problem Based
Learning47
- Model
Pembelajaran
Saya menggunakan model pembelajaran
problem based learning, yaitu
pembelajaran yang berbasis pemecahan
masalah.
Dalam proses pembelajaran mengaitkan
materi tersebut dengan konteks
kehidupan sehari-hari untuk
memecahkan suatu permasalahan
Saya menggunakan model pembelajaran
project based learning, yaitu
pembelajaran yang melibatkan suatu
proyek dalam pembelajaran.
Saya menggunakan model pembelajaran
5E (Engage, E x ̅ ̅plore, E x ̅ ̅plain,
Elaborasi, Evaluation)
45 Paparan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Folosofi STEM. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. Hal 34 46 STEM Indonesia. Karakteristik pendidikan STEM.hal 9 47 Paparan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Integrasi STEM dalam Implementasi Kurikulum.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal 44
26
Project Based
Learning48
- Tahapan Model
Pembelajaran 5E
(Engage,
explore, Explain,
Elaborasi,
Evaluation)49
Aktivitas Belajar
- Integrasi sains,
teknologi, teknik
dan matematik
dalam proses
pemecahan
masalah50
Dalam proses pembelajaran siswa
merencanakan solusi untuk pemecahan
masalah sains
Dalam proses pembelajaran siswa
melakukan investasi terhadap
permasalahan yang ditemukan untuk
mencari solusi
48 Paparan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Integrasi STEM dalam Implementasi Kurikulum.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal 44 49 Paparan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Integrasi STEM dalam Implementasi Kurikulum
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal 44 50 Paparan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.Filosofi STEM. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. Hal 18
27
- Scientific &
Enginering
Practice51
Dalam proses pembelajaran melakukan
analisis
Dalam proses pembelajaran melakukan
interpretasi data
Dalam proses pembelajaran
menggunakan proses berpikir komputasi
Dalam proses pembelajaran
menggunakan proses berpikir matematis
Dalam proses pembelajaran siswa
membangun eksplanasi yaitu
penjelasan- penjelasan tentang proses
mengapa dan bagaimana permasalahan
(fenomena alam) tersebut dapat terjadi
Dalam proses pembelajaran siswa
mendesain solusi pemecahan masalah
sains
Dalam prose pembelajaran siswa terilbat
dalam argument berdasarkan bukti
Dalam proses pembelajaran siswa
mendapatkan solusi pemecahan masalah
51 STEM Indonesia. Karakteristik pendidikan STEM. hal 9
28
Dalam pembelajaran siswa
mengevaluasi solusi yang telah
didapatkan
Dalam pembelajaran siswa
mengkomunikasikan informasi yang
telah didapatkan
(misalnya presentasi hasil temuan di
depan kelas)
Evaluasi
- Asesmen otentik
dan HOTS52
Soal-soal ulangan harian menggunakan
soal HOTS
Soal-soal ulangan tengah semester
menggunakan soal HOTS
Soal-soal ulangan semester
menggunakan soal HOTS
Soal-soal penilaian dapat mengukur
keterampilan berpikir kritis
Soal-soal penilaian dapat mengukur
keterampilan berpikir kreatif
Soal-soal penilaian dapat mengukur
keterampilan berpikir komunikatif
52 STEM Indonesia. Karakteristik pendidikan STEM.STEM Indonesia hal 12
29
Soal-soal penilaian dapat mengukur
keterampilan berpikir kolaborasi
30
Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat
pengukur) mengukur apa yang harus diukur. Menurut Kenneth Bailey mengelompokan
tiga jenis utama validasi yaitu; validasi isi, validasi konstruk dan validasi empiris.53
Dalam penelitian ini mengunakan tiga instrumen, yaitu angket kepala sekolah, angket
guru dan angket minat siswa.
Instrumen non tes angket kepala sekolah dan angket guru menggunakan
validasi isi dengan expert judgement, dengan cara peneliti membuat instrumen setelah
terbentuk instrumen yang telah disusun oleh peneliti terlebih dahulu dikonsultasikan
dengan para ahli. Para ahli tersebut adalah dosen pembimbing dan dosen ahli.
Instrumen yang telah disesuaikan tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan kepada para ahli. Para
ahli diminta pendapatnya mengenai instrumen yang telah disusun.54 Hasil penilaian
ahli diolah dengan menggunakan content validity ratio (CVR) dan content validity
indeks. Perhitungan nilai CVR dan CVI sebagai berikut:
𝐶𝑉𝑅 =𝑛𝑒 −
𝑁2
𝑁2
Keterangan
CVR = ratio validasi isi
𝑛𝑒 = jumlah ahli pemberi nilai penting/layak/relevan
N = jumlah ahli
CVR mempunyai nilai berkisar antara -1 sampai +1. Nilai positif menunjukan
bahwa setidaknya bahwa setengah ahli mengkategorikan item sebagai penting/layak.
Semakin besar nilai CVR dari 0, maka semakin penting dan semakin tinggi validitas
isinya. Setelah mendapatkan nilai CVR, maka selanjutnya yang perlu dihitung adalah
nilai CVI. Rumus menghiting CVI adalah sebagai berikut: 55
53 Sugiono. Metode Penelitian Kombinasi.2017. Penerbit Alfabeta. Bandung Hal 170 54 Ibid, hal 172
55 Iwan Permana Suwarna, Laporan penelitian Pengembangan Tata Kelola Kelembagaan “Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Mahasiswa melalui Computer Base Test pada
31
𝐶𝑉𝐼 =∑𝐶𝑉𝑅
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙
Kategori hasil perhitungan CVI dapat dilihat
Rentang nilai Kategori
0,00 – 0,33 Tidak sesuai
0,34 - 0,67 Sesuai
0,68 – 1,00 Sangat sesuai
Hasil uji validasi isi sebagai berikut
Aspek yang dinilai Nilai CVI Kategori
Materi 0,98 Sangat sesuai
Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data minat siswa terhadap
STEM menggunakan validasi konstruk yaitu dengan analisis faktor konfirmatori untuk
mengetahui apakah semua pertanyaan dapat digunakan untuk mengambil data minat
siswa terhadap STEM. Analisis faktor konfirmatori (CFA) sesuai dengan peneliti
terdahulu oleh Alana Unfriend, Malinda Faber, Daniel S.Stanhope dan Eric Wiebe.56