Page 1
Profil Kesehatan Provinsi NTB
January 1
2013 [Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari
Sistem Informasi Kesehatan yang penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi informatif tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama satu tahun yang memuat data derajat kesehatan, sumber daya kesehatan dan capaian indikator hasil pembangunan kesehatan untuk dipakai sebagai alat tolok ukur kemajuan pembangunan kesehatan sekaligus juga sebagai bahan evaluasi program-program kesehatan selama kurun waktu tahun 2013]
Tahun 2012
Page 2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabbil’alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena perkenan-Nya maka
Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013 dapat
diselesaikan.
Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013 merupakan salah satu
sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan kepada publik terkait pemantauan dan
evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari
penyelenggaraan standar pelayanan minimal di bidang kesehatan, sesuai amanat Undang-
undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013 ini diupayakan dapat
menyajikan data terpilah menurut jenis kelamin namun karena keterbatasan teknis belum
semua data dapat disajikan terpilah.
Data yang disajikan dalam Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun
2013 bersumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Dinas Kesehatan
kabupaten/kota se-NTB dan instansi lain yaitu Badan Pusat Statistik provinsi dan
kabupaten/kota dan BKKBN kabupaten/kota.
Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013 ini masih banyak
kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu masukan, saran dan koreksi dari berbagai
pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan penyusunan profil di tahun mendatang.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013.
Mataram, Agustus 2014
Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Drg. Eka Junaedi
Pembina Utama Muda, IV/c
NIP. 196009301987121002
Page 3
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 ii
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Sistematika penyajian 1
BAB II GAMBARAN UMUM 3
A. Keadaan Geografis 3
B. Kependudukan 4
C. Ekonomi 7
D. Pendiidkan 8
E. Kesejahteraan Sosial 9
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 12
A. Angka Harapan Hidup (AHH) 12
B. Angka Kematian 13
C. Angka Kesakitan (Morbiditas) 17
D. Status Gizi Masyarakat 36
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 38
A. Pelayanan Kesehatan Dasar 38
B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 58
C. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 60
D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar 61
E. Pelayanan Kefarmasian 65
BAB V Situasi Sumber Daya kesehatan 67
A. Sarana Kesehatan 67
B. Tenaga Kesehatan 73
C. Pembiayaan Kesehatan 75
BAB VI KESIMPULAN 77
DAFTAR PUSTAKA 78
Lampiran
Lampiran Tabel 1 – 82 79-166
Page 4
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 iii
DAFTAR TABEL
Nomor Nama Tabel
Halaman
Tabel II.1 Banyaknya Kecamatan dan Desa / Kelurahan menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2012 4
Tabel II.2 Penduduk Provinsi NTB menurut Jenis Kelamin dan Kepadatan
Penduduk per Kabupaten/Kota Tahun 2013 5
Tabel III.1 Prevalensi Status Gizi Balita di Provinsi NTB Tahun 2013 36
Tabel V.1 Jumlah Rumah Sakit Umum berdasarkan Pemilikan/Pengelola di
Provinsi NTB Tahun 2013 67
Tabel V.2 Jumlah Puskesmas di Provinsi NTB Tahun 2012 – 2013 68
Tabel V.3 Jumlah Puskesmas Keliling dan Puskesmas Pembantu di Provinsi
NTB Tahun 2013 69
Page 5
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Nama Gambar
Halaman
Gambar II.1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat 3
Gambar II.2 Piramida Penduduk NTB Tahun 2013 6
Gambar II.3 Angka Melek Huruf di Provinsi NTB & Nasional Th 2008-2012 8
Gambar II.4 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas menurut
Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan di Provinsi NTB Tahun
2007-2012
9
Gambar II.5 Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi NTB Tahun 2005-2013 10
Gambar III.1 Angka Harapan Hidup (AHH) di Provinsi NTBdan Nasional
Tahun 2005-2012 13
Gambar III.2 Jumlah Kematian Ibu di Provinsi NTB Tahun 2005-2013 14
Gambar III.3 AKB di Provinsi NTB dan Indonesia Tahun 2003-2012 16
Gambar III.4 Kasus Kematian Bayi di Provinsi NTB Tahun 2008-2013 17
Gambar III.5 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas di Provinsi NTB Tahun
2012 – 2013 18
Gambar III.6 Keberhasilan Pengobatan (succes rate) TB Paru, Kesembuhan
dan Pengobatan Lengkap TB Paru di Provinsi NTB Tahun
2010-2013
20
Gambar III.7 Kasus dan Tren Penemuan dan Penanganan Pnemonia di
Provinsi NTB Tahun 2008-2013 21
Gambar III.8 Penemuan Kasus Baru HIV-AIDS dan Kematian AIDS di
Provinsi NTB Tahun 2010-2013 22
Gambar III.9 Tren Kasus Baru IMS di Provinsi NTB Tahun 2009-2012 23
Gambar III.10 Cakupan Penderita Diare Ditangani di Provinsi NTB Tahun
2010-2013 24
Gambar III.11 Penemuan Kasus Baru Kusta di Provinsi NTB Tahun 2010-
2013 25
Page 6
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 v
Gambar III.12 Pravalensi Rate Kusta di Provinsi NTB Tahun 2000-2013 26
Gambar III.13 Cakupan Penderita Kusta Selesai Berobat (RFT) di Provinsi
NTB Tahun 2009-2013 27
Gambar III.14 Trend Kasus dan Rate AFP Non Polio di Provinsi NTB Tahu
2005-2013 28
Gambar III.15 Trend Kasus dan Kematian Tetanus Neonatorum di Provinsi
NTB Tahun 2007-2013 27
Gambar III.16 Trend Kasus Campak di Provinsi NTB Tahun 2006-2013 30
Gambar III.17 Trend Kasus Polio di Provinsi NTB Tahun 2006-2013 31
Gambar III.18 Penemuan Kasus Hepatitis B di Provinsi NTB Tahun 2006-
2013 32
Gambar III.19 Kasus DBD dan Insidence DBD di Provinsi NTB Tahun 2006-
2013 33
Gambar III.20 Angka Kesakitan Malaria di Provinsi NTB Tahun 2006-2013 34
Gambar III.21 Status Gizi Balita berdasarkan BB/U di Provinsi NTB Tahun
2013 37
Gambar IV.1 Cakupan Pelayanan K1 dan K4 di Provinsi NTB Tahun 2006-
2013 39
Gambar IV.2 Cakupan Imunisasi TT1 dan TT2 Ibu Hamil di Provinsi NTB
Tahun 2013 40
Gambar IV.3 Cakupan Pemberian Tablet Fe 1 dan Fe 3 untuk Ibu Hamil di
Provinsi NTB Tahun 2013 41
Gambar IV.4 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Provinsi NTB
Tahun 2006-2013 42
Gambar IV.5 Capaian Pelayanan Ibu Nifas dan Ibu Nifas mendapatkan
Vitamin A di Provinsi NTB Tahun 2013 43
Gambar IV.6 Cakupan Pemakaian Kontrasepsi oleh Peserta KB Baru di
Provinsi NTB Tahun 2012-2013 44
Gambar IV.7 Cakupan UCI Desa /Kelurahan di Provinsi NTB Tahun 2013 47
Gambar IV.8 Cakupan Imunisasi pada Bayi di Provinsi NTB Tahun 2013 48
Gambar IV.9 Cakupan ASI Eksklusif pada Bayi di Provinsi NTB Tahun 2013 49
Page 7
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 vi
Gambar IV.10 Cakupan Bayi (6-11 bulan) mendapat Vitamin A 100 ribu IU di
Provinsi NTB Tahun 2013 50
Gambar IV.11 Cakupan Anak Balita (12-59 bulan) Mendapat Pelayanan
Kesehatan di Provinsi NTB Tahun 2012 dan Tahun 2013 51
Gambar IV.12 Cakupan Vitamin A pada Balita di Provinsi NTB Tahun 2013 52
Gambar IV.13 Penemuan Kasus Gizi Buruk di Provinsi NTB Tahun 2005-2012 53
Gambar IV.14 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD/Setingkat di
Provinsi NTB Tahun 2012-2013 54
Gambar IV.15 Cakupan SD/MI Untuk Kegiatan Sikat Gigi Masal di Provinsi
NTB Tahun 2013 55
Gambar IV.16 Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Provinsi NTB
Tahun 2007-2013 56
Gambar IV.17 Cakupan Pelayanan Usia Lanjut di Provinsi NTB Tahun 2007-
2013 57
Gambar IV.18 Pemakaian Rata-Rata per Bulan dari 10 Jenis Obat Terbanyak
yang digunakan di Provinsi NTB Tahun 2013 66
Gambar V.1 Persentase Posyandu menurut Strata di Provinsi NTB Tahun
2013 71
Gambar V.2 Jumlah Poskesdes dan Desa/Kelurahan di Kabupaten/Kota se
Provinsi NTB Tahun 2013 72
Gambar V.3 Desa/Kelurahan Siaga di Provinsi NTB Tahun 2013 73
Gambar V.4 Jenis Tenaga Kesehatan di Provinsi NTB Tahun 2013 74
Gambar V.5 Pembiayaan Kesehatan di Provinsi NTB Tahun 2013 75
Page 8
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Nama Tabel Halaman
Resume Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 79
Tabel 1 Luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan
kepadatan penduduk menurut kecamatan di Provinsi NTB tahun
2013
87
Tabel 2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di
Provinsi NTB Tahun 2013
88
Tabel 3 Peduduk berumur 15 tahun keatas yang melek huruf dan ijazah
tertinggi yang diperoleh menurut jenis kelamin di Provinsi NTB
tahun 2013
89
Tabel 4 Jumah Kelahiran menurut kabupaten dan jenis kelamin di Provinsi
NTB Tahun 2013
90
Tabel 5 Jumlah kematian neonatal, bayi dan balita menurut
kabupaten/kota dan jenis kelamin di Provinsi NTB tahun 2013
91
Tabel 6 Jumlah kematian ibu menurut kabupaten/kota dan kelompok
umur di Provinsi NTB tahun 2013
92
Tabel 7 Kasus baru TB BTA+, seluruh kasus TB, kasus pada TB pada
anak, dan case notification rate (CNR) per 100.000 penduduk
menurut kabupaten/kota dan jenis kelamin di Provinsi NTB tahun
2013
93
Tabel 8 Jumlah kasus dan angka penemuan kasus TB paru BTA+ menurut
kabupaten/kota dan jenis kelamin di Provinsi NTB Tahun 2013
94
Tabel 9 Angka kesembuhan dan pengobatan lengkap TB paru BTA+ serta
keberhasilan pengobatan menurut kabupaten/kota dan jenis
kelamin di Provinsi NTB Tahun 2013
95
Tabel 10 Penemuan kasus pneumonia balita menurut kabupaten/kota dan
jenis kelamin di Provinsi NTB Tahun 2013
96
Page 9
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 viii
Tabel 11 Jumlah kasus HIV, AIDS, dan syphilis menurut kelompok umur
dan jenis kelamin di Provinsi NTB Tahun 2013
97
Tabel 12 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV menurut jenis
kelamin di Provinsi NTB Tahun 2013
98
Tabel 13 Kasus diare yang ditangani menurut kabupaten/kota dan jenis
kelamin di Provinsi NTB Tahun 2013
99
Tabel 14 Jumlah kasus baru kusta menurut kabupaten/kota dan jenis
kelamin di Provinsi NTB Tahun 2013
100
Tabel 15 Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut
kabupaten/kota dan jenis kelamin di Provinsi NTB Tahun 2013
101
Tabel 16 Jumlah kasus dan angka prevalensi penyakit kusta menurut
kabupaten/kota, tipe/jenis dan jenis kelamin di Provinsi NTB
Tahun 2013
102
Tabel 17 Persentase penderita kusta selesai berobat (Release From
Treatment/RFT) menurut kabupaten/kota dan jenis kelamin di
Provinsi NTB Tahun 2013
103
Tabel 18 Jumlah kasus AFP (non polio) menurut kabupaten/kota di Provinsi
NTB Tahun 2013
104
Tabel 19 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) menurut kabupaten/kota dan jenis kelamin di Provinsi NTB
Tahun 2013
105
Tabel 20 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I) menurut kabupaten/kota dan jenis kelamin di Provinsi NTB
Tahun 2013..(lanjutan)
106
Tabel 21 Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD)
menurutkabupaten/kota dan jenis kelamin di Provinsi NTB Tahun
2013
107
Tabel 22 Kesakitan dan kematian akibat malaria menurut kabupaten/kota
dan jenis kelamin di Provinsi NTB Tahun 2013
108
Tabel 23 Penderita filariasis ditangani menurut kabupaten/kota dan jenis
kelamin di Provinsi NTB Tahun 2013
109
Page 10
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 ix
Tabel 24 Cakupan pengukuran tekanan darah menurut kabupaten/kota dan
jenis kelamin di Provinsi NTB tahun 2013
110
Tabel 25 Cakupan pemeriksaan obesitas menurut kabupaten/kota dan jenis
kelamin di Provinsi NTB tahun 2013
111
Tabel 26 Cakupan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode iva dan
kanker payudara dengan pemeriksaan klinis (cbe) menurut
kabupaten kota di Provinsi NTB tahun 2013
112
Tabel 27 Jumlah penderita dan kematian pada klb menurut jenis kejadian
luar biasa (KLB) di Provinsi NTB tahun 2013
113
Tabel 28 Kejadian luar biasa (KLB) di desa/kelurahan yang ditangani < 24
jam di Provinsi NTB tahun 2013
114
Tabel 29 Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga
kesehatan, dan pelayanan kesehatan ibu nifas menurut
kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2013
115
Tabel 30 Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut
kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2013
116
Tabel 31 Persentase cakupan imunisasi TT pada wanita usia subur menurut
kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2013
117
Tabel 32 Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1 dan Fe3 menurut
kabupaten/kota di Provinsi NTB Tahun 2013
118
Tabel 33 Jumlah dan persentase penanganan komplikasi kebidanan dan
komplikasi neonatal menurut kabupaten/kota dan jenis kelamin
119
Tabel 34 Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, kecamatan,
dan puskesmas Provinsi NTB tahun 2013
120
Tabel 35 Proporsi peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi, kecamatan,
dan puskesmas di Provinsi NTB tahun 2013
121
Tabel 36 Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan dan
puskesmas di Provinsi NTB tahun 2013
122
Tabel 37 Bayi berat badan lahir rendah (bblr) menurut kabupaten/kota dan
jenis kelamin di provinsi ntb tahun 2013
123
Page 11
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 x
Tabel 38 Cakupan kunjungan neonatal menurut kabupaten/kota dan jenis
kelamin di Provinsi NTB tahun 2013
124
Tabel 39 Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif menurut jenis kelamin,
kecamatan, dan puskesmas di Provinsi NTB tahun 2013
125
Tabel 40 Cakupan pelayanan kesehatan bayi menurut kabupaten/kota dan
jenis kelamin di Provinsi NTB tahun 2013
126
Tabel 41 Cakupan desa/kelurahan UCI menurut kabupaten/kota di provinsi
NTB tahun 2013
127
Tabel 42 Cakupan imunisasi DPT, HB, dan campak pada bayi
menurutkabupaten/kota dan jenis kelamin di Provinsi NTB tahun
2013
128
Tabel 43 Cakupan imunisasi BCG dan polio pada bayi menurut
kabupaten/kota dan jenis kelamin di Provinsi NTB tahun 2013
129
Tabel 44 Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita, dan ibu
nifas menurut kabupaten/kota dan jenis kelamin di Provinsi NTB
tahun 2013
130
Tabel 45 Jumlah anak 0-23 bulan ditimbang menurut kabupaten/kota dan
jenis kelamin di Provinsi NTB tahun 2013
131
Tabel 46 Cakupan pelayanan anak balita menurut kabupaten/kota dan
jenis kelamin di Provinsi NTB tahun 2013
132
Tabel 47 Jumlah balita ditimbang menurut kabupaten/kota dan jenis
kelamin di Provinsi NTB Tahun 2013
133
Tabel 48 Cakupan kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan
menurut kabupaten/kota dan jenis kelamin di Provinsi NTB Tahun
2013
134
Tabel 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD &
Setingkat Menurut Kabupaten/Kota Dan Jenis Kelamin di Provinsi
NTB Tahun 2013
135
Tabel 50 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi NTB Tahun 2013
136
Page 12
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 xi
Tabel 51 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak SD Dan Setingkat
Menurut Kabupaten/Kota Dan Jenis Kelamin di Provinsi NTB
Tahun 2013
137
Tabel 52 Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut
kabupaten/kota dan jenis kelamin di Provinsi NTB Tahun 2013
138
Tabel 53 Jumlah kegiatan promosi kesehatan di Provinsi NTB Tahun 2013 139
Tabel 54 Cakupan jaminan kesehatan menurut jenis jaminan danjenis
kelamin Provinsi NTB Tahun 2013
140
Tabel 55 Jumlah kunjungan rawat jalan,rawat inap dan kunjungan
gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan Provinsi NTB
Tahun 2013
141
Tabel 56 Angka kematian pasien di rumah sakit Provinsi NTB Tahun 2013 142
Tabel 57 Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit Provinsi NTB Tahun
2013
143
Tabel 58 Persentase rumah tangga berprilaku Hidup bersih dsn sehat (ber-
PHBS) menurut Kabupaten/Kota Provinsi NTB Tahun 2013
144
Tabel 59 Persentase rumah sehat menurut Kabupaten/Kota Provinsi NTB 145
Tabel 60 Penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum
berkualitas (layak) menurut Kabupaten/Kota Provinsi NTB Tahun
2013
146
Tabel 61 Persentase kualitas air minum di penyelenggara air minum yang
memenuhi syarat kesehatan Provinsi NTB tahun 2013
141
Tabel 62 Penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak
(jamban sehat) menurut Kabupaten/Kota dan jenis jamban
Provinsi NTB Tahun 2013
142
Tabel 63
Desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat
Provinsi NTB Tahun 2013
143
Page 13
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 xii
Tabel 64 Persentase tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan
menurut Kabupaten/Kota Provinsi NTB Tahun 2013
144
Tabel 65 Tempat pengelolaan makan (TPM) menurut status hygiene
sanitasi Povinsi NTB Tahun 2013
145
Tabel 66 Tempat pengelolaan makanan dibina dan diuji petik Provinsi NTB
Tahun 2013
146
Tabel 67 Persentase ketersedian obat dan vaksin Provinsi NTB Tahun 2013 147
Tabel 68 Jumlah sarana kesehatan menurut kepemilkan Provinsi NTB
Tahun 2013
148
Tabel 69 Persentase sarana kesehatan (Rumah Sakit) dengan kemampuan
Pelayanan Gawat Darurat (GADAR) level I Provinsi NTB Tahun
2013
149
Tabel 70 Jumlah posyandu menurut Kabupaten/Kota dan strata Provinsi
NTB Tahun 2013
150
Tabel 71 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
menurut Kabupaten/Kota Provinsi NTB Tahun 2013
151
Tabel 72 Jumlah desa siaga menurut Kabupaten/Kota Provinsi NTB Tahun
2013
152
Tabel 73 Jumlah tenaga medis si fasilitas kesehatan Provinsi NTB Tahun
2013
153
Tabel 74 Jumlah tenaga keperawatan di fasilitas kesehatan Provinsi NTB
Tahun 2013
154
Tabel 75 Jumlah tenaga kefarmasian fasilitas kesehatan Provinsi NTB
Tahun 2013
155
Tabel 76 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat san kesehatan lingkungan
di fasilitas kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013
156
Tabel 77 Jumlah tenaga gizi di fasilitas kesehatan provinsi NTB Tahun2013 157
Tabel 78 Jumlah tenaga teknisi medis di fasilitas kesehatan Provinsi NTB
Tahun 2013
158
Tabel 79 Jumlah tenaga teknisi medis dan fisioterapi di fasilitas kesehatan
Provinsi NTB Tahun 2013
159
Page 14
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 xiii
Tabel 80 Jumlah tenaga kesehatan lain di fasilitas kesehatan Provinsi NTB
Tahun 2013
160
Tabel 81 Jumlah tenaga non kesehatan di fasilitas kesehatan Provinsi NTB
tahun 2013
161
Tabel 82 Anggaran kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi NTB Tahun 2013 166
Page 15
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk mencapai komitmen
internasional, yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs)
dengan tujuan yang terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu menurunkan
angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV-AIDS, TB dan
malaria serta penyakit lainnya dan yang tidak terkait langsung yaitu
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan serta mendorong diarahkan kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan.
Untuk mendukung keberhasilan pembangunan tersebut dibutuhkan
adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi proses pengambilan
keputusan dan perencanaan program. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang
evidence based diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat,
lengkap, dan tepat waktu.
Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi
Kesehatan yang penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi
informatif tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan selama satu tahun
yang memuat data derajat kesehatan, sumber daya kesehatan dan capaian
indikator hasil pembangunan kesehatan untuk dipakai sebagai alat tolok ukur
kemajuan pembangunan kesehatan sekaligus juga sebagai bahan evaluasi
program-program kesehatan selama kurun waktu tahun 2013.
B. SISTEMATIKA PENYAJIAN
Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
adalah sebagai berikut:
BAB I
:
PENDAHULUAN
Berisi penjelasan tentang maksud, tujuan dan sistematika
penyajiannya.
BAB II : GAMBARAN UMUM
Page 16
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 2
Menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Nusa Tenggara Barat
meliputi
letak geografis, kependudukan, ekonomi dan pendidikan yang erat
kaitannya dengan kesehatan.
BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka
kesakitan dan angka status gizi masyarakat.
BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN
Menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan
kesehatan rujukan dan penunjang, pencegahan dan pengendalian
penyakit menular dan tidak menular, pembinaan kesehatan
lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,
pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan
dalam situasi bencana serta upaya pelayanan kesehatan lainnya
yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota.
BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan,
pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
BAB VI : PENUTUP
Berisi sajian garis besar hasil-hasil cakupan program/kegiatan
berdasarkan indikator-indikator bidang kesehatan untuk dapat
ditelaah lebih jauh dan untuk bahan perencanaan pembangunan
kesehatan serta pengambilan keputusan di Provinsi Nusa Tenggara
Barat.
Lampiran
: Berisi 82 tabel data/angka pencapaian kabupaten/kota, sebagian
diantaranya merupakan Indikator Pencapaian Kinerja Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
Page 17
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 3
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Keadaan Geografis
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terbentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 64 Tahun 1958 yang mengatur tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Bali,
NTB dan NTT. Secara geografis NTB terletak antara 08010’-09005 Lintang Selatan dan
115046’-119005’ Bujur Timur. Di sebelah utara berbatasan langsung dengan Laut Jawa
dan Laut Flores, di sebelah timur terhadang Selat Sape, di sebelah selatan terbentang
Samudera Hindia dan di sebelah barat berhadapan dengan Selat Lombok. NTB
merupakan provinsi kepulauan dengan dua pulau utama: Lombok dan Sumbawa.
Terdapat pula sekurangnya 332 pulau-pulau kecil dengan panjang garis pantai yang
terbentang seluas 2.333 kilometer.
Gambar II.1
Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat
Luas daratan NTB terbentang sepanjang lebih dari 20 ribu kilometer persegi.
Luas daratan Pulau Lombok hampir mencapai 5 ribu kilometer persegi. Ini sekitar
23,51 persen dari luas total daratan NTB. Daratan Pulau Sumbawa terbentang hingga
15 ribu kilometer persegi atau hampir mencapai 77 persen dari luas total daratan NTB.
Page 18
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 4
Di NTB terdapat delapan kabupaten dan dua kota, dengan 116 kecamatan dan 1.112
desa dan kelurahan.
Tabel II.1 Banyaknya Kecamatan dan Desa/Kelurahan menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013
No Kabupaten/Kota Luas Wilayah
(km2)*) Kecamatan*) Desa/Kelurahan**)
1 Lombok Barat 1,053.92 10 122 2 Lombok Tengah 1,208.40 12 139 3 Lombok Timur 1,605.55 20 254 4 Sumbawa 6,643.98 24 165 5 Dompu 2,324.60 8 79 6 Bima 4,389.40 18 191 7 Sumbawa Barat 1,849.02 8 64 8 Lombok Utara 809.53 5 33 9 Kota Mataram 61.30 6 50 10 Kota Bima 207.5 5 38
Jumlah 20,153.20 116 1.135
Sumber: *) Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2013, BPS Provinsi NTB
**) Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2013
Curah hujan tertinggi sebesar 158,1-130,3 milimeter terjadi pada bulan
September-Mei yang mencakup 50 persen luas wilayah Lombok Selatan, Sumbawa
Besar, Dompu dan Bima. Sementara pada musim kemarau, curah hujan tertinggi
sebesar 15,9 milimeter pada bulan Agustus yang mencakup 50 persen wilayah Lombok
Selatan dan Dompu serta hampir seluruh wilayah Kabupaten Sumbawa, Sumbawa
Barat dan Kabupaten Bima. Kondisi ini perlu mendapat perhatian terutama terkait
munculnya penyakit yang biasa muncul di musim hujan dan musim kemarau.
B. Kependudukan
Penduduk merupakan subyek dan sekaligus obyek dari pembangunan
kesehatan. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk NTB mencapai
4.500.212 jiwa. Kemudian tahun 2013 sesuai hasil proyeksi yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan kabupaten/kota (berdasarkan jumlah penduduk tahun sebelumnya) dan
BPS kabupaten/kota, jumlah penduduk NTB diperkirakan mencapai 4.648.385 jiwa
atau bertambah sebanyak 148 ribu penduduk. Penduduk Provinsi NTB NTB di setiap
kabupaten/kota tercantum pada tabel II.2 berikut.
Page 19
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 5
Tabel II.2 Penduduk Provinsi NTB menurut Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk per
Kabupaten/Kota Tahun 2013
NO Kabupaten/kota Jumlah
Penduduk
Penduduk Rasio Jenis
Kelamin
Kepadatan Penduduk per km2 Laki-laki Perempuan
1 Lombok Barat 627.617 307.108 320.509 95.8 596
2 Lombok Tengah 886.004 419.286 466.718 89.8 733
3 Lombok Timur 1.130.365 526.179 604.186 87.1 704
4 Sumbawa 433.754 220.769 212.985 103.7 65
5 Dompu 225.937 114.184 111.753 102.2 97
6 Bima 447.286 222.883 224.403 99.3 102
7 Sumbawa Barat 118.608 60.201 58.407 103.1 64
8 Lombok Utara 210.528 103.643 106.885 97.0 260
9 Kota Mataram 419.641 207.440 212.201 97.8 6.846
10 Kota Bima 148.645 72.915 75.730 96.3 716
JUMLAH PROVINSI 4,648.385 2.254.608 2.393.777 94.2 231
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2013
Tabel II.2 menunjukkan bahwa persebaran penduduk di NTB tampak tidak
merata, baik antar pulau maupun kabupaten/kota. Penduduk NTB lebih banyak
bertempat tinggal di Pulau Lombok daripada Pulau Sumbawa. Penduduk terbanyak ada
di Kabupaten Lombok Timur yaitu 1.130.365 jiwa dan yang terendah ada di Kabupaten
Sumbawa Barat.
Tabel II.2 juga memperlihatkan perbandingan jumlah penduduk laki-laki
terhadap perempuan. Data tahun 2013 memperlihatkan bahwa di Provinsi NTB jumlah
penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini
dapat ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih kecil dari 100. Untuk setiap 100
penduduk perempuan berbanding 94 penduduk laki-laki. Kabupaten Lombok Timur
mempunyai rasio jenis kelamin paling rendah yaitu sebesar 87,1. Artinya terdapat 100
perempuan yang terbandingkan dengan 87 laki-laki. Sementara itu, Kabupaten
Sumbawa, Dompu dan Sumbawa Barat mempunyai rasio jenis kelamin di atas 100.
Luas wilayah NTB sekitar 20.153.20 kilometer persegi, maka kepadatan
penduduk di setiap kilometer perseginya rata-rata sebanyak 231 jiwa pada tahun
2013. Kepadatan penduduk di kota umumnya lebih tinggi daripada di kabupaten. Kota
Mataram merupakan kota terpadat di NTB yaitu dengan kepadatan sebesar 6.846
orang per km2, diikuti oleh Lombok Tengah dengan kepadatan 733 orang per km2.
Page 20
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 6
Struktur penduduk NTB didominasi oleh penduduk usia muda. Piramida
penduduk NTB berbentuk limas, semakin ke atas tampak semakin mengecil. Piramida
penduduk NTB tahun 2013 terlihat pada gambar II.2 berikut.
Gambar II.2 Piramida Penduduk NTB Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2012
Gambar II.2 memperlihatkan bahwa penduduk laki-laki dan perempuan
terbanyak pada kelompok usia muda (0 – 14 tahun). Dengan karakteristik penduduk
muda, pemerintah NTB perlu memikirkan pembangunan kualitas manusianya. Tidak
terhindarkan bahwa pemerintah NTB menghadapi beban besar dalam investasi sosial.
Investasi sosial adalah kegiatan antara lain pengembangan sumber daya manusia dan
untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar bagi anak-anak di bawah 15 tahun.
Berkurangnya penduduk pada usia kelompok umur 0 – 14 tahun disebabkan
faktor meninggal atau migrasi keluar NTB. Pada kelompok umur 25-29 tahun
penduduk laki-laki dan perempuan di NTB bertambah. Hal ini disebabkan terjadinya
migrasi masuk terutama penduduk luar NTB yang bekerja/sekolah di NTB.
Rasio beban tanggungan (dependency ratio) tahun 2013 tidak berbeda dengan
rasio beban tanggungan penduduk NTB tahun 2012. Pada tahun 2012, rasio beban
tanggungan sebanyak 55 dan pada tahun 2013 sebanyak 55,4. Dalam artian untuk
300.000 200.000 100.000 00 100.000 200.000 300.000
0 - 4
5 - 9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75+
PEREMPUAN LAKI-LAKI
Page 21
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 7
setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung 55 orang penduduk
bukan usia produktif (0-14 tahun dan 65+).
C. Ekonomi
Struktur perekonomian Provinsi NTB sedikit mengalami perubahan
dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi secara NTB
secara kumulatif tahun 2013, mampu tumbuh sebesar 5,69% dibanding tahun 2012
sedikit lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi secara nasional yang tumbuh
sebesar 5,78%. Pertumbuhan ekonomi saat ini lebih baik dibanding 2 tahun
sebelumnya yang justru mengalami penurunan. Sebaliknya sektor pertanian dan
sektor perdagangan, hotel, dan restoran terus mengalami peningkatan. Jika
dibandingkan dengan peranan pada tahun sebelumnya, peranan sektor pertanian pada
tahun 2012 sebesar 25,83 persen maka pada tahun 2013 meningkat menjadi 26,15
persen, sedangkan peranan sektor pertambangan dan penggalian mengalami
penurunan dari 18,58 persen pada tahun 2012 menjadi 17,64 persen pada tahun
2013. Sektor ekonomi lain yang memberikan kontribusi yang besar dalam capaian
PDRB Provinsi NTB Tahun 2013 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dan
sektor jasa-jasa yaitu masing-masing sebesar 16,96 persen dan 13,36 persen.
Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi paling kecil adalah sektor listrik, gas,
dan air bersih yaitu sebesar 0,52 persen.
Indikator kesejahteraan di Provinsi NTB menunjukkan adanya tren
peningkatan. Adanya penurunan angka kemiskinan berdasarkan hasil survei
kemiskinan di bulan September 2013 menjadi penyebab utama peningkatan indikator
kesejahteraan. Dengan adanya peningkatan nilai garis kemiskinan hingga 12,0%,
jumlah penduduk kurang mampu menurun hingga 3,1% dibandingkan tahun
sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan daya beli masyarakat.
Inflasi komoditas Kesehatan relatif stabil sepanjang tahun 2013. Pergerakan
harga relatif tidak terlalu berfluktuasi yang disebabkan oleh stabilnya biaya jasa
kesehatan dan perawatan jasmani dan kosmetika.Kenaikan inflasi yang cukup tinggi
hanya terjadi pada kenaikan harga jamu, jasa keriting rambut, obat gosok maupun
jasa gunting rambut. Namun demikian, sumbangan komoditas tersebut terhadap
kenaikan inflasi tidak terlalu besar.
Page 22
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 8
D. Pendidikan
Kemampuan baca tulis penduduk merupakan ukuran dasar untuk menilai
tingkat keberhasilan pembangunan pendidikan. Semakin tinggi tingkat melek huruf
penduduk, maka semakin berhasil pembangunan pendidikan di suatu wilayah. Angka
melek huruf di Provinsi NTB tahun 2012 mencapai 83,68 persen. Jika dirinci menurut
jenis kelamin terlihat diparitas yang cukup besar. Kemampuan baca tulis perempuan di
Provinsi NTB lebih rendah yaitu mencapai 79 persen berbanding 88 persen untuk laki-
laki. Dengan kata lain, perempuan yang buta huruf lebih banyak dibandingkan laki-
laki.
Gambar II.3 Angka Melek Huruf di Provinsi NTB dan Nasional Tahun 2008-2012
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi Nusa Tenggara Barat, BPS 2008-2012
Gambar II.3 memperlihatkan bahwa angka melek huruf tahun 2012 sedikit
meningkat dibandingkan angka melek huruf tahun 2011. Angka Melek Huruf di
Provinsi NTB lebih rendah daripada rata-rata nasional artinya penduduk yang buta
huruf di Provinsi NTB masih lebih tinggi daripada rata-rata nasional.
Indikator pendidikan yang lain adalah tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan oleh penduduk. Indikator ini dapat menjadi salah satu indikator dari
tingkat kemampuan sumber daya manusia. Berikut disajikan tabel persentase menurut
pendidikan terakhir yang ditamatkan di Provinsi NTB tahun 2007 - 2012.
2008 2009 2010 2011 2012
NTB 80,13 80,18 81,05 83,24 83,68
Nasional 92,19 92,58 92,91 92,99 93,25
75
77
79
81
83
85
87
89
91
93
95
pe
rse
n (
%))
Page 23
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 9
Gambar II.4 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun keatas menurut Pendidikan Terakhir
yang Ditamatkan di Provinsi NTB Tahun 2007 – 2012
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional Provinsi Nusa Tenggara Barat, BPS 2008-2012
Gambar II. 4 memperlihatkan bahwa penduduk yang tamat SMP keatas di
Provinsi NTB tahun 2012 meningkat dibandingkan tahun 2011. Pada mencapai 2011
mencapai sekitar 37,62 persen dan pada tahun 2012 mencapai 39,14 persen dengan
komposisi laki-laki sebesar 42,60% persen dan perempuan sebesar 35,67 persen.
Dibandingkan dengan tahun 2011, aka pada tahun 2012 telah terjadi peningkatan
pendidikan masyarakat.
Tingkat pendidikan berkaitan dengan kemampuan menyerap dan menerima
informasi termasuk informasi kesehatan kesehatan serta kemampuan dalam berperan
serta dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang
lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas
sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan
serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya.
Tidakmemiliki
IjazahSD/MI SMP/ MTs
SMA/MA/SMK
AKADEMI/DIPLOMA
PERGURUANTINGGI
2008 40,9 25,16 14,73 14,8 1,7 2,71
2009 39,17 25,76 15,6 15,27 1,47 2,73
2010 42,01 24,31 14,49 14,95 1,23 3,04
2011 36,1 26,28 16,74 16,14 1,41 3,33
2012 34,6 26,27 16,2 17,1 1,5 4,34
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45p
ers
en
tase
(%
)
Page 24
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 10
E. Kesejahteraan Sosial
Provinsi NTB termasuk salah satu provinsi di Indonesia dengan jumlah
penduduk miskin yang banyak. Penduduk miskin di Provinsi NTB cenderung menurun
namun pada tahun 2013 terjadi peningkatan penduduk miskin dibandingkan tahun
2012. Pada tahun Maret 2013 penduduk miskin sebanyak 830,84 ribu orang (17,97 %)
sedangkan tahun 2012 penduduk miskin sebanyak 828,23 ribu orang. Namun pada
September 2013 penduduk miskin mencapai 802,45 ribu (17,25 %).
Gambar II.5 Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi NTB Tahun 2005-2013
Sumber: BPS Provinsi NTB
Gambar II.5 memperlihatkan jumlah penduduk miskin di Provinsi NTB
mengalami penurunan selama periode 2006-2012.
Pada periode Maret – September 2013, penduduk miskin di daerah perkotaan
berkurang sekitar 27,32 ribu orang (dari 391,4 ribu orang pada Maret 2013 menjadi
364,08 ribu orang pada September 2013), sementara di daerah perdesaan berkurang
hanya 1,07 ribu orang (dari 439 orang orang pada Maret 2013 menjadi 438,37 ribu
orang pada September 2013).
Penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2013 sebesar 20,28 persen,
menurun menjadi 18,69 persen pada September 2013. Begitu juga dengan penduduk
Page 25
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 11
miskin di daerah perdesaan, yaitu dari 16,32 persen pada Maret 2013 menjadi 16,22
persen pada September 2013.
Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar
dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Ini terjadi di perkotaan dan
perdesaan. Pada September 2013, sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap
garis kemiskinan sebesar 72,98 persen untuk perkotaan dan 79,49 persen untuk
daerah pedesaan.
Tiga komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis
kemiskinan baik di perkotaan maupun perdesaan adalah beras, rokok kretek filter dan
gula pasir. Komoditi makanan lain di perkotaan yang berpengaruh terhadap garis
kemiskinan adalah telur ayam ras, daging ayam ras dan mie instan. Sedangkan untuk
perdesaan adalah cabe rawit, bawang merah dan ikan tongkol. Kondisi kemiskinan
penduduk ini perlu mendapat perhatian karena berdampak pada status gizi dan
kesehatan masyarakat.
Page 26
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 12
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat antara lain dari angka kematian,
angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan di Provinsi Nusa
Tenggara Barat digambarkan melalui Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Kematian
Bayi (AKB), Angka kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa penyakit dan status
gizi.
A. Angka Harapan Hidup (AHH)
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi
pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk.
Meningkatnya akses terhadap pelayanan kesehatan; meningkatnya daya beli
masyarakat akan meningkatkan kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan gizi;
mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan
dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.
Angka Harapan Hidup (AHH) diperoleh melalui survey yang dilakukan Badan
Pusat Statistik. Angka Harapan Hidup yang terhitung untuk Provinsi NTB tahun 1996
adalah 58,9 tahun, artinya bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1996 (periode
1992-1994) akan dapat hidup sampai 58 atau 59 tahun. Bayi-bayi yang dilahirkan
menjelang tahun 2006 mempunyai usia harapan hidup lebih panjang yaitu 60,90
tahun, dan bayi yang dilahirkan tahun 2012 usia harapan hidupnya mencapai 62,73
tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup tersebut sebagaimana terlihat pada gambar
berikut.
Page 27
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 13
Gambar III.1 Angka Harapan Hidup (AHH) di Provinsi NTB dan Nasional Tahun 2005-2012
Sumber: BPS Provinsi NTB
Gambar III.1 memperlihatkan peningkatan AHH di Provinsi NTB sampai 2012,
namun AHH Provinsi NTB masih dibawah AHH nasional. Peningkatan AHH
menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Provinsi
NTB.
B. Angka Kematian
Angka kematian di suatu wilayah dari waktu ke waktu dapat digunakan sebagai
indikator dalam penilaian keberhasilan program pembangunan kesehatan dan
perkembangan derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian di komunitas pada
umumnya diperoleh melalui data survey sedangkan data kematian yang ada di fasilitas
kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan.
Angka kematian yang akan disajikan berikut ini adalah Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
B.1 Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. Penurunan AKI juga merupakan salah satu target
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
NTB 60,5 60,9 61,2 61,5 61,8 62,11 62,41 62,73
Nasional 68,08 68,47 68,7 69 69,21 69,43 69,65 69,87
54
56
58
60
62
64
66
68
70
72A
ngk
a H
arap
an H
idu
p
Page 28
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 14
MDGs yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dengan mengurangi sampai
¾ resiko jumlah kematian ibu.
Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian seorang ibu yang disebabkan
gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus
insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah
melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan.
Selama tahun 2013 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota di Provinsi NTB
terjadi 117 kasus kematian ibu. Trend jumlah kematian ibu tahun 2005-2013 terlihat
pada tabel gambar berikut.
Gambar III.2 Jumlah Kematian Ibu di Provinsi NTB Tahun 2005-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2005-2013
Gambar III.2 memperlihatkan bahwa kasus kematian tahun 2013 meningkat
dibandingkan tahun 2012. Kematian ibi terjadi di semua kabupaten-kota. Kematian ibu
tahun 2013 terbanyak terjadi di Kabupaten Lombok Timur sebanyak 35 kasus. Pada
tahun 2013 tidak adak kabupaten-kota yang ditetapkan sebagai Kabupaten AKINO
(Angka Kematian Ibu Nol). Detail jumlah kematian ibu di kabupaten/kota tertera
dalam lampiran.
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
NTB 108 97 95 92 121 113 130 100 117
80
90
100
110
120
130
140
kasu
s ke
mat
ian
ibu
Page 29
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 15
Kejadian kematian ibu paling banyak pada waktu ibu nifas sekitar 56%,
kematian ibu bersalin sekitar 23%, kematian pada waktu hamil sekitar 21%.
Berdasarkan kelompok umur, kejadian kematian ibu pada usia 20-34 tahun sebanyak
54%, usia ≥35 tahun sebanyak 39% dan usia <20 tahun sebanyak 7%. Dibandingkan
dengan tahun 2012, pada tahun 2013 terjadi peningkatan kasus kematian ibu pada
usia ≥35 tahun dan usia <20 tahun.
B.2 Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum usia 5
tahun. AKABA dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat permasalahan
kesehatan anak termasuk status gizi, sanitasi dan angka kesakitan lainnya. Laporan
rutin (pencatatan) petugas kesehatan di Provinsi NTB mencatat bahwa kasus kematian
balita pada tahun 2013 menurun dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2012
sebanyak 1.502 kasus kematian balita (terdiri dari 1.432 kasus kematian bayi dan 82
kasus kematian anak balita) dari 103.524 kelahiran hidup. Pada tahun 2013 sebanyak
1.306 kasus kematian balita (terdiri dari 1.297 kasus kematian bayi dan 76 kasus
kematian anak balita) dari 103.495 kelahiran hidup.
Angka Kematian Bayi (AKB) dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat setempat karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena
dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi. Indikator AKB terkait
langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial-
ekonomi dan kesehatannya.
AKB Provinsi NTB telah mengalami penurunan dalam kurun waktu 2003-2012,
namun masih diatas angka nasional. Menurut data dari Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) di Provinsi NTB pada tahun 2007 sebesar 72/1000
kelahiran hidup mengalami penurunan menjadi sebesar 57/1000 kelahiran hidup
sesuai data SDKI 2012. Perbandingan data AKB Provinsi NTB dengan data AKB
Indonesia tahun 2003 – 2012 terlihat pada gambar berikut.
Page 30
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 16
Gambar III.3 AKB di Provinsi NTB dan Indonesia Tahun 2003-2012
Sumber : BPS Provinsi NTB Tahun 2012
Gambar III.3 memperlihatkan bahwa AKB Provinsi NTB cukup tinggi dan
diperlukan upaya yang sangat keras menurunkan AKB untuk mencapai target.
Menurunkan AKB berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan Umur harapan Hidup
(UHH) suatu Negara. Berdasarkan perhitungan target yang ingin dicapai maka
Pemerintah Provinsi NTB telah menetapkan target AKB yang tertuang dalam RPJMD
Provinsi NTB tahun 2009-2013 turun menjadi 42/1000 kelahiran hidup. Disamping itu
pemerintah pusat juga telah menetapkan target yang ingin dicapai sesuai MDGs ke-4
pada tahun 2015 yaitu AKB turun menjadi 23/1000 kelahiran hidup.
Laporan rutin (pencatatan) petugas kesehatan di Provinsi NTB tahun 2013
terjadi 1.297 kematian bayi dari 103.495 kelahiran hidup. Kasus kematian bayi yang
dilaporkan di setiap kabupaten/kota di Provinsi NTB tahun 2008-2013 terlihat pada
gambar berikut.
35 34 32
23
74 72
57
42
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2003 2007 2012 2013 2015
pe
r 1
00
0 k
ela
hir
an h
idu
p
Indonesia NTB
Target RPJMD NTB
Target MDGs
Page 31
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 17
Gambar III.4 Kasus Kematian Bayi di Provinsi NTB Tahun 2008-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar III.4 memperlihatkan bahwa kumulatif kasus kematian bayi di Provinsi
NTB tahun 2013 menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2012
sebanyak 1.432 kasus kematian bayi sedangkan tahun 2013 sebanyak 1.297 kasus.
Kasus terbanyak terjadi di Lombok Timur dan Lombok Tengah.
C. Angka Kesakitan (Morbiditas)
Angka kesakitan pada penduduk berasal dari community based data yang
diperoleh melalui pengamatan terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan
kesehatan melalui pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil.
Kasus penyakit yang paling banyak diderita masyarakat di Provinsi NTB
berdasarkan Laporan Bulanan (LB1) Kesakitan di Puskesmas dan jaringannya terlihat
pada gambar berikut.
Mtr Lobar KLU Loteng Lotim Sbw KSB Dompu Bima Kt.Bima NTB
2008 27 260 0 288 431 115 27 39 173 23 1383
2009 43 199 28 184 436 104 39 39 116 28 1216
2010 39 161 47 161 589 102 48 51 104 36 1338
2011 39 143 56 154 575 121 61 29 115 25 1318
2012 48 139 85 237 620 86 37 58 94 28 1432
2013 44 90 52 255 591 83 27 29 97 29 1297
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600K
asu
s K
em
atia
n B
ayi
Page 32
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 18
Gambar III.5 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas di
Provinsi NTB Tahun 2012 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas di
Provinsi NTB Tahun 2013
Sumber: Laporan Kesakitan Kabupaten/Kota Tahun 2012-2013
Gambar III.5 memperlihatkan bahwa penyakit yang paling banyak diderita oleh
masyarakat yang berkunjung ke puskesmas pada tahun 2012 dan tahun 2013 adalah
infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas. Kondisi ini erat kaitannya
dengan kesehatan lingkungan masyarakat.
Provinsi NTB juga dihadapkan juga pada masalah beban ganda. Di satu sisi
kasus penyakit infeksi masih tinggi, namun disisi lain penyakit degeneratif juga
meningkat. Selain itu perilaku masyarakat yang tidak sehat masih menjadi faktor
utama disamping lingkungan dan pelayanan kesehatan.
Berikut ini akan uraikan kondisi program pemberantasan dan pengendalian
penyakit di Provinsi NTB tahun 2013.
C.1. Penyakit Menular Langsung
C.1.1 Tuberkulosis (TB)
Pada tahun 2013, jumlah seluruh pasien TB (semua tipe) mencapai 5.928
orang, dan sebanyak 4.198 orang diantaranya merupakan kasus baru BTA+.
Dibandingkan tahun 2012, maka pada tahun 2013 ini terjadi penurunan penemuan
46.095
49.112
55.006
76.362
97.007
119.622
136.686
171.565
200.191
405.048
- 200.000 400.000
Kecelakaan dan Ruda Paksa
Asma
Gastritis
Penyakit Kulit Allergi
Penyakit tekanan darah tinggi
Diare ( termasuk tersangkakolera )
Penyakit lain pada saluranpernafasan bag. atas
Penyakit Kulit Infeksi
Peny.pada sistim otot &jaringan pengikat (rematik)
Inf.Akut lain pada saluranpernafasan bag.atas
33.745
46.520
60.452
87.545
93.723
102.733
107.364
150.794
183.011
420.176
Asma
Peny.pulpa &jaringanperiapikal
Gastritis
Penyakit Kulit Infeksi
Penyakit Kulit Allergi
Diare ( Termasuk TersangkaKolera )
Penyakit Tekanan DarahTinggi
Penyakit lain pada saluranpernafassan bagian atas
Penyakit pada sistem ototdan jaringan pengikat…
Inf. Akut lain pada saluranpernafasan bagian atas
Page 33
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 19
kasus. Pada tahun 2012, jumlah penderita penyakit TB Paru ini mencapai 7.025 orang
terdiri dari 2.511 kasus lama dan 4.339 kasus baru (3.816 orang dengan BTA +).
Distribusi jumlah penderita di setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel
7.
Dari seluruh suspek TB yang diperiksa pada tahun 2013 sebanyak 40.376
orang, sebanyak 4.198 orang adalah pasien TB BTA positif yang ditemukan. Dengan
kata lain bahwa proporsi pasien TB BTA positif diantara suspek sebanyak 10,40%.
Case Notification Rate (CNR) pada tahun 2013 adalah 127,53. Angka CNR ini yang
digunakan untuk menujukkan kecenderungan (trend) penemuan pasien di wilayah
tersebut.
Pasien TB anak (0-14 tahun) yang ditemukan selama tahun 2013 sebanyak 633
orang diantara seluruh pasien TB tercatat. Proporsi pasien TB anak diantara seluruh
pasien TB adalah 10,67%.
Angka kematian selama pengobatan yang ditimbulkan akibat TB paru pada
tahun 2013 cukup tinggi yaitu sebesar 3,7 per 100.000 penduduk. Angka kematian
tersebut mengalami peningkatan dibandingkan angka kematian pada tahun 2012 yaitu
mencapai 3,32 per 100.000 penduduk.
Angka kesembuhan (Cure Rate) pada tahun 2013 mencapai 82,57%. Angka ini
dibawah angka minimal yang harus dicapai yaitu 85%. Oleh karena itu untuk program
penanggulangan TB sangat perlu untuk memperhatikan jumlah pasien dengan hasil
pengobatan lengkap, meninggal, gagal, default dan pindah.
Evaluasi pengobatan pasien TB Paru tahun 2013, diperoleh angka keberhasilan
pengobatan (Success Rate/SR) mencapi 93,59%. Capaian ini menurun jika
dibandingkan dengan SR tahun 2012 sebesar 98,03 persen. Data keberhasilan
pengobatan di setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 9. Tren
keberhasilan pengobatan (SR) di Provinsi NTB tahun 2010-2013 terlihat pada gambar
berikut.
Page 34
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 20
Gambar III.6 Tren Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate) TB Paru, Kesembuhan dan Pengobatan
Lengkap TB Paru di Provinsi NTB Tahun 2010-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar III.6 memperlihatkan bahwa SR pengobatan TB Paru tahun 2013
cenderung menurun dibandingkan tahun sebelumnya walaupun jumlah pasien dengan
kesembuhan tahun 2013 meningkat dibandingkan tahun 2012.
C.1.2 Pneumonia Balita
Bayi dan balita merupakan populasi yang paling rentan terkena Pneumonia.
Kondisi tersebut umumnya terjadi pada balita dengan gizi kurang dan kondisi
lingkungan yang tidak sehat. Upaya pemberantasan penyakit Pneumonia difokuskan
pada upaya penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada
penderita.
Perkiraan penderita Pneumonia balita pada tahun 2013 sebanyak 53.989 balita.
Penderita ditemukan dan ditangani sebanyak 28.138 kasus (52,12%). Hasil lengkap
per kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 10. Berikut ditampilkan perkiraan kasus
Pneumonia balita dan penderita yang ditemukan dan ditangani di Provinsi NTB tahun
2008-2013.
3.212 3.191 3.446
3.884
2.465 2.333 2.880 3.207
441 659
498 428
90,45 93,76 98,03 93,59
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
2010 2011 2012 2013
diobati kesembuhan pengobatan lengkap SR
Page 35
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 21
Gambar III.8 Perkiraan Kasus dan Tren Penemuan dan Penanganan Pneumonia di Provinsi NTB
Tahun 2008-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar III.8 menunjukkan bahwa tren penderita (balita) ditemukan dan
ditangani tahun 2008-2013 menurun. Penderita yang ditemukan dan ditangani pada
tahun 2013 meningkat (28.138 balita) dibandingkan tahun 2012 (37.836 balita) namun
jika dibandingkan dengan perkiraan penderita balita, maka capaian penderita yang
ditemukan dan tangani pada tahun 2013 sebanyak 52,12% menurun dibandingkan
capaian tahun 2012 (capaian tahun 2012 sebanyak 53,12%).
C.1.3 HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual
HIV-AIDS sebagai salah satu penyakit menular menjadi perhatian serius di
Provinsi NTB. Sebagai dalah satu daerah tujuan wisata, maka Provinsi NTB berpotensi
sebagai tempat terjadinya penularan HIV-AIDS. Demikian juga sebagai salah satu
daerah pengirim tenaga kerja ke luar negeri, kemungkinan terjadinya penularan HIV-
AIDS cukup besar. Kasus HIV-AIDS ditemukan di seluruh kabupaten/kota se-Provinsi
NTB. Jumlah kasus baru di setiap kabupaten/kota terlihat pada lampiran tabel 11.
Laporan VCT rumah sakit/puskesmas dan laporan rutin AIDS kabupaten/kota
menunjukkan bahwa pada tahun 2013 ditemukan 8 kasus baru HIV dan 7 kasus baru
AIDS. Jumlah kematian karena AIDS di Provinsi NTB sebanyak 4 kasus. Kondisi ini
menurun dibandingkan tahun 2012. Namun demikian, hal ini perlu mendapatkan
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Perkiraan penderita PneumoniaBalita
40.506 41.240 49.878 50.442 52.397 53.989
Penderita ditemukan danditangani
40.047 41.240 31.278 26.005 27.836 28.138
05.000
10.00015.00020.00025.00030.00035.00040.00045.00050.00055.000
bal
ita
Page 36
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 22
perhatian yang serius mengingat kasus HIV-AIDS di masyarakat merupakan fenomena
gunung es, karena kasus yang dilaporkan hanya kasus yang ditemukan oleh petugas
kesehatan saja Perkembangan penemuan kasus baru HIV-AIDS terlihat pada gambar
berikut.
Gambar III.8 Penemuan Kasus Baru HIV-AIDS dan Kematian AIDS di Provinsi NTB Tahun 2010-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar III.8 memperlihatkan bahwa kasus baru HIV positif tahun 2010-2013
cenderung menurun, namun pada tahun 2013 masih ditemukan kasus baru AIDS.
Kegiatan pengendalian HIV-AIDS dilakukan juga melalui pengamatan terhadap
hasil skrining/penapisan darah saat donor darah. Pada tahun 2013 dari 89.981
pendonor yang sampel darahnya diperiksa dan ditemukan 14 sampel darah yang
positif HIV. Sampel darah yang positif HIV berasal dari Lombok Barat, Lombok
Tengah, Dompu dan Kabupaten Bima.
Penyakit lain yang menjadi perhatian di provinsi NTB sebagai daerah wisata
adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Pada tahun 2013 jumlah kasus
IMS sebanyak 19 orang. Penyebaran kasus IMS di kabupaten/kota dapat dilihat pada
lampiran tabel 11. Kasus yang dilaporkan adalah jumlah penderita yang berobat ke
sarana puskesmas dan jaringannya, sehingga jumlah penderita sebenarnya di populasi
belum terdeteksi. Trend kasus baru IMS di Provinsi NTB tahun 2009-2013 terlihat pada
gambar berikut.
2010 2011 2012 2013
Kasus Baru HIV 219 81 63 8
Kasus Baru AIDS 166 67 117 7
Kematian AIDS 104 60 43 4
0
25
50
75
100
125
150
175
200
225
ora
ng
Page 37
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 23
Gambar III.9 Trend Kasus Baru IMS di Provinsi NTB Tahun 2009-2012
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2009-2013
Gambar III.9 memperlihatkan bahwa pada tahun 2013 terjadi penurunan kasus
penderita IMS. Kondisi ini terjadi karena belum semua sarana pelayanan kesehatan
melaporkan kasus yang datang berobat ke sarana pelayanan kesehatan. Penderita IMS
terdapat pada kelompok umur 30-39 tahun.
C.1.4 Diare
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan dan masih
sebagai masalah besar di Provinsi NTB dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi
dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan
sehat. Penyakit diare sebagai penyakit berbahaya karena dapat menyebabkan
kematian dan menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
326
669
818 862
19 0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Page 38
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 24
Gambar III.10 Cakupan Penderita Diare ditangani di Provinsi NTB Tahun 2010-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2010-2013
Gambar III.10 memperlihatkan bahwa cakupan penanganan diare di Provinsi
NTB tahun 2013 menurun dibandingkan cakupan tahun 2011 dan tahun 2012.
Cakupan penanganan diare di kabupaten/ kota di Provinsi NTB tahun 2012 terlihat
pada lampiran tabel 13.
C.1.5 Kusta
WHO menetapkan Indonesia berada di urutan ketiga dunia setelah India dan
Brazil dengan penderita kusta terbanyak. Provinsi NTB sebagai salah satu provinsi
yang memiliki prevalensi tinggi terhadap penyakit kusta. Hal ini sangat
memprihatinkan. Di era globalisasi, dimana kesehatan semakin membaik dan teknologi
makin maju, namun ternyata penyakit kusta belum dapat diatasi.
Kusta adalah penyakit yang tidak membahayakan dan tidak mematikan, namun
kusta ini menimbulkan kecacatan jika tidak diketahui sejak dini. Apabila sejak awal
sudah terdeteksi terdapat bakteri penyebab kusta, penyakit ini tidak akan
menimbulkan kecacatan. Penyakit kusta adalah penyakit menular yang sulit menular
karena tiap individu memiliki kekebalan normasl terhadap bakteri tersebut.
Jumlah penderita kusta di Provinsi NTB masih cukup tinggi walaupun pada
tahun 2013 terjadi penurunan jumlah kasus dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun
190.359 191.678 194.822 191.049
165.048
178.113 176.920 173.417
86,7 92,92 90,81 90,77
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
150.000
155.000
160.000
165.000
170.000
175.000
180.000
185.000
190.000
195.000
200.000
2010 2011 2012 2013
pe
rse
n (
%)
kasu
s/o
ran
g
perkiraan kasus Diare Diare ditangani Persentase ditangani
Page 39
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 25
2013 dilaporkan terdapat penderita kusta sebanyak 346 kasus ((tipe Pausi Basiler
sebanyak 94 kasus, tipe Multi Basiler sebanyak 252 kasus), dengan Angka Penemuan
Kasus Baru Kusta (NCDR) sebesar 7,44 per 100.000 penduduk.
Tahun 2012 dilaporkan terdapat penderita kusta sebanyak 408 kasus (tipe
Pausi Basiler sebanyak 244 kasus, tipe Multi Basiler sebanyak 164 kasus), dengan
Angka Penemuan Kasus Baru Kusta (NCDR) sebesar 8,80 per 100.000 penduduk.
Kasus terbanyak terdapat di Kabupaten Bima, Sumbawa dan Kota Bima. Data
lengkap di setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 14. Penemuan
kasus baru kusta di Provinsi NTB tahun 2010-2013 terlihat pada gambar berikut.
Gambar III.11 Penemuan Kasus Baru Kusta di Provinsi NTB Tahun 2010-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2010-2013
Gambar III.11 memperlihatkan bahwa pada tahun 2013 terjadi peningkatan
kasus kusta. Kusta tipe MB meningkat jika dibandingkan tahun 2012, dan penurunan
kasus kusta tipe PB.
Tingkat penularan penyakit kusta di masyarakat digunakan indikator proporsi
anak (0-14 tahun) di antara penderita baru. Pada tahun 2013 penderita kusta usia 0-
14 tahun sebanyak 17,10% diantara penderita baru. Terjadi peningkatan dibandingkan
tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 proporsi anak di antara penderita baru sebesar
6,62 persen.
81
170 164
252 99
220 244 94
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
kasu
s
MB PB
Page 40
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 26
Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi rendahnya
proporsi cacat tingkat 2. Jumlah kecacatan tingkat 2 di antara penderita baru tahun
2013 sebanyak 19 orang (5,51 %) atau Angka kecatatan tingkat 2 sebanyak 0,41 per
100.000 penduduk.
Prevalensi rate penyakit kusta di Provinsi NTB tahun 2013 menurun menjadi
0,7 per 10.000 penduduk. Pada tahun 2012 prevalensi rate kusta adalah 0,80 per
10.000 penduduk. Data prevalensi rate di setiap kabupaten/kota dapat dilihat di
lampiran tabel 16. Tren prevalensi rate kusta di Provinsi NTB tahun 2000-2013 terlihat
pada gambar berikut.
Gambar III.12 Prevalensi Rate Kusta di Provinsi NTB Tahun 2000-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2000-2013
Gambar III.12 memperlihatkan Prevalensi Rate (PR) Kusta di Provinsi NTB
masih cukup tinggi. Walaupun demikian, cakupannya masih cukup baik yaitu masih di
bawah batas toleransi (1 per 10.000 penduduk).
Indikator lainnya terkait pengendalian dan penanggulangan penyakit kusta
adalah angka penderita kusta tipe PB dan MB selesai berobat (Release From
Treatmen/RFT). Jumlah penderita kusta PB baru tahun 2012 yang selesai berobat
sampai dengan tahun 2013 sebesar 78 persen. Jumlah penderita kusta MB baru tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
PR 0,7 0,6 0,9 0,83 0,63 0,71 0,76 0,86 0,64 0,59 0,55 0,85 0,8 0,7
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
pe
r 1
0.0
00
pe
nd
ud
uk
Page 41
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 27
2012 yang selesai berobat sampai 2013 sebesar 99 persen. Angka penderita kusta
selesai berobat terlihat pada gambar berikut.
Gambar III.13 Cakupan Penderita Kusta Selesai Berobat (RFT) di Provinsi NTB Tahun 2009-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2009-2013
Gambar III.13 memperlihatkan cakupan selama 4 tahun terakhir, penderita
Kusta tipe PB dan MB selesai diobati sejak tahun cenderung naik dan tidak mencapai
target nasional.
C.2. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
C.2.1 AFP Non Polio
Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah semua anak yg berusia kurang dari 15
tahun dengan kelumpuhan yg sifatnya flaccid (layuh), terjadi secara akut (mendadak)
dan bukan disebabkan oleh ruda paksa. Untuk anak <15 tahun, dapat dilaporkan
sebagai kasus AFP jika terdapat gejala klinis yang pasti misalnya penyakit polio.
Penyakit polio harus dibuktikan atau sudah tidak ada dengan penemuan kasus AFP.
Pada tahun 2013 di Provinsi NTB ditemukan 40 kasus AFP non Polio dengan
kasus terbanyak dari Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur. Data terinci di
setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran table 18. Tren penemuan kasus AFP
non polio di Provinsi NTB tahun 2005-2013 terlihat pada gambar berikut.
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
PB 97,22 38,64 62,28 49,21 78,0
MB 94,39 53,74 77,14 78,6 99,3
0
20
40
60
80
100
120
pe
rse
n
Page 42
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 28
Gambar III.14 Trend Kasus dan Rate AFP Non Polio di Provinsi NTB Tahun 2005-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2005-2012
Gambar III.14 memperlihatkan bahwa kasus AFP non Polio cenderung
meningkat sejak tahun 2009 sampai tahun 2012 dan menurun di tahun 2013. Kasus
AFP non Polio di tahun 2009 sebanyak 24 kasus dan meningkat dua kali lipat pada
tahun 2012 menjadi 49 kasus, dan menurun menjadi 40 kasus di tahun 2013.
C.2.2 Tetanus Neonatorum (TN)
Tetanus neonatorum (TN) merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada bayi
berusia di bawah 28 hari. Penyakit ini merupakan penyakit yang berbahaya dan
memiliki tingkat morbiditas yang tinggi. Untuk mencegah tetanus neonatorum
diberikan imunisasi TT pada semua wanita subur atau wanita hamil trimester III,
selain memberikan penyuluhan, bimbingan dan pendampingan pada dukun beranak
dalam perawatan tali pusat.
Kasus TN selama 4 tahun berturut turut selama kurun waktu tahun 2007-2013
terjadi di Kabupaten Lombok Timur (tahun 2009=1 kasus; tahun 2011=1 kasus ;
tahun 2012, tahun 2013=4 kasus). Pada tahun 2013 terdapat 3 kasus kematian
karena TN di Kabupaten Lombok Timur. Penemuan kasus dan kematian Tetanus
neonatorum selama kurun waktu 2007-2013 dapat dilihat pada gambar berikut.
30 37 14 37 24 45 43 49 40
0,72
2,73
1,03
2,69
1,73
2,44
3,15 3,42
2,77
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
0
10
20
30
40
50
60
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Rat
e
Kas
us
kasus AFP Rate
Page 43
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 29
Gambar III.15 Trend Kasus dan Kematian Tetanus Neonatorum di Provinsi NTB Tahun 2007-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2007-2013
Gambar III.15 memperlihatkan adanya kenaikan kasus dari tahun 2010 ke
tahun 2013. Jika upaya pencegahan tidak berjalan optimal maka diprediksikan akan
terjadi peningkatan kasus Tetanus Neonatorum.
C.2.3 Campak
Campak atau nama lainnya Measles atau Rubeola merupakan penyakit virus
dan akut yang sangat menular dan mendatangkan komplikasi serius. Umumnya
menyerang anak-anak, anak remaja atau dewasa muda yang tidak terlindungi dengan
imunisasi. Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi
berumur 9 bulan atau lebih.
Pada tahun 2013 ditemukan sebanyak 11 kasus dan tidak ada kasus kematian
akibat campak, menurun dibandingkan dengan kasus pada tahun 2012 dengan 166
kasus. Kasus terbanyak terdapat di Kabupaten Dompu dan Kota Bima. Penyebaran
kasus campak di setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 20.
Kasus campak di Provinsi NTB termasuk tinggi. Tren kasus campak di Provinsi
NTB tahun 2006-2013 dapat dilihat pada gambar berikut.
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
kasus TN 1 2 3 0 4 1 4
meninggal 1 2 3 0 3 1 3
0
1
2
3
4
5
ora
ng/
kasu
s
Page 44
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 30
Gambar III.16 Trend Kasus Campak di Provinsi NTB Tahun 2006-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2006-2013
Gambar III.16 memperlihatkan bahwa kasus campak tertinggi pada tahun 2006
dan tahun 2011. Kasus mulai menurun setelah tahun 2007 dilakukan Kampanye
Campak. Kasus menurun sampai dengan tahun 2009, namun meningkat kembali sejak
tahun 2010 dan 2011.Pada tahun 2013 kasus campak menurun dibandingkan tahun
2012, namun tetap diwaspadai sehingga tidak terulang kejadian tahun 2009.
C.2.4 Polio
Penyakit polio atau poliomyelitis adalah penyakit paralisis atau kelumpuhan
yang disebabkan oleh virus. Virus polio sangat menular dan tak bisa disembuhkan.
Kasus terbanyak, penyakit polio menyerang anak-anak, namun bukan berarti orang
dewasa bisa bebas dari penyakit polio. Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan
dengan pemberian imunisasi polio pada saat bayi atau anak-anak.
Pada tahun 2012 dan 2013 di Provinsi NTB NTB tidak terdapat kasus polio.
Tren kasus polio di Provinsi NTB tahun 2006-2013 terlihat pada gambar berikut.
716
419
43 18
198
609
166
11 0
100
200
300
400
500
600
700
800
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Kas
us
Page 45
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 31
Gambar III.17 Trend Kasus Polio di Provinsi NTB Tahun 2006-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2006-2013
Gambar III.17 memperlihatkan bahwa sudah 2 tahun (tahun 2012 dan tahun
2013) tidak terdapat kasus polio. Diharapkan kasus polio tidak terjadi di tahun
selanjutnya dan cakupan imunisasi>95% sehingga Eradikasi Polio di Provinsi NTB.
C.2.5 Hepatitis B
Sejak tahun 1987-1991 Departemen Kesehatan telah melaksanakan pilot
project vaksinasi Hepatitis B di Pulau Lombok, Provinsi NTB, di mana kekerapan
HBsAg-emia tertinggi di Indonesia dan kebijaksanaan ini diteruskan ke 27 provinsi
lainnya. Bila program vaksinasi berhasil, diharapkan pada tahun 2015 (satu generasi
kemudian) Hepatitis B bisa diberantas dan bukan merupakan persoalan kesehatan
masyarakat lagi. Prioritas program vaksinasi hepatitis B adalah bayi serta anak-anak,
karena jika bayi terkena infeksi misalnya sewaktu persalinan karena ibunya menderita
hepatitis B maka lebih dari 90% akan menjadi hepatitis kronik. Apabila yang terkena
anak-anak yang lebih besar maka keadaan kronisitas menurun hanya menjadi 20-
30% saja. Sedang jika orang dewasa yang terkena maka keadaan kronik hanya terjadi
pada 4-50% saja.
Pada tahun 2013 tidak terdapat kasus penyakit Hepatitis B. Tren penurunan
kasus penyakit Hepatitis B di Provinsi NTB dapat dilihat pada gambar berikut.
4 5
31
24
21
8
0 0 0
5
10
15
20
25
30
35
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
kasu
s
Page 46
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 32
Gambar III.18 Penemuan Kasus Hepatitis B di Provinsi NTB Tahun 2006-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2005-2012
Gambar III.18 memperlihatkan adanya peningkatan penemuan kasus Hepatitis
B pada tahun 2010, walaupun pada tahun 2012 kasus yang ditemukan lebih rendah.
C.3 Penyakit Menular Bersumber Binatang (PB2)
C.3.1 Deman Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit DBD sebagai salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Provinsi NTB karena penyebarannya
yang cepat, berpotensi kematian dan semua kabupaten/kota sudah pernah terjangkit
DBD.
Pada tahun 2013 terjadi lonjakan kasus dibandingkan tahun sebelumnya yaitu
sebanyak 1.652 kasus dan kasus terbanyak dilaporkan terjadi di Kabupaten Sumbawa
dan Kota Mataram. Data terinci mengenai kasus DBD yang dilaporkan di setiap
kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran (tabel 21).
Kasus DBD dan Insidence DBD di Provinsi NTB tahun 2006-2013 terlihat pada
gambar berikut.
6
14
0 0
33
23
7
0
5
10
15
20
25
30
35
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
kasu
s
Page 47
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 33
Gambar III.19 Kasus DBD dan Insidence DBD di Provinsi NTB Tahun 2006-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2006-2013
Gambar III.19 memperlihatkan Insidence Rate tahun 2013 mencapai 35,5 per
100.000 penduduk dengan kasus meninggal sebanyak 5 orang atau CFR sebesar 0,3
persen. Angka ini meningkat jika dibandingkan tahun 2012 (=17,84 per 100.000
penduduk), dan melebihi ambang batas yang ditetapkan secara nasional yaitu
<20/100.000 penduduk.
C.2.2 Malaria
Penderita positif malaria yang ditemukan dari hasil pemeriksaan sediaan darah
di Provinsi NTB tahun 2013 menurun dibandingkan tahun 2012 yaitu sebanyak 2.751
orang dengan kasus terbanyak di Kabupaten Bima. Jumlah kasus di setiap
kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran (tabel 22).
Angka kesakitan malaria (Annual Parasite Insidence/API) merupakan indikator
untuk memantau perkembangan penyakit malaria. Perkembangan insiden malaria
sejak tahun 2006 dapat dilihat pada gambar berikut.
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Kasus 922 783 884 632 2.090 630 827 1.652
IR 21,66 18,24 20,26 14,25 46,5 13,9 17,84 35,5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
Insi
de
nce
Rat
e p
er
10
0.0
00
pe
nd
ud
uk
kasu
s (o
ran
g)
Page 48
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 34
Gambar III.20 Angka Kesakitan Malaria di Provinsi NTB Tahun 2006-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2006-2013
Gambar III.20 memperlihatkan angka kesakitan pada tahun 2013 merupakan
capaian API terendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Provinsi NTB berupaya
untuk mendapatkan pengakuan eradikasi malaria.
C.4 Penyakit Tidak Menular (PTM)
Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple
burden diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai
dengan masih sering terjadi KLB beberapa penyakit menular/penyakit infeksi yang
harus ditangani, munculnya kembali beberapa penyakit menular lama (re-emerging
diseases), serta munculnya penyakit-penyakit menular baru (new-emergyng diseases)
seperti HIV/AIDS, Avian Influenza, Flu Babi dan MERS. Di sisi lain, PTM menunjukkan
adanya kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan tingginya prevalensi penyakit tidak
menular di Indonesia, seperti hipertensi, penyakit jantung, stroke, diabetes mellitus,
asma, penyakit sendi, kanker/tumor, dan cedera lalu lintas darat.
Proporsi angka kematian akibat penyakit tidak menular meningkat dari 41,7%
pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001, menjadi 59,5% pada tahun 2007
19,86
5,01 5,01
3,25 2,1
1,03
2,97
0,59 0
5
10
15
20
25
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
AP
I , p
er
10
00
pe
nd
ud
uk
Page 49
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 35
(Riskesdas 2007). Penyebab kematian tertinggi adalah stroke (15,4%), disusul
hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis. Kematian akibat PTM
terjadi di perkotaan dan perdesaan. Angka kematian pada kelompok usia 45-54 tahun
di daerah perkotaan, penyebab utama kematian akibat stroke, diabetes mellitus,
penyakit jantung iskemik, hipertensi dan penyakit jantung lain, kecelakaan lalu lintas,
kanker (payudara, leher rahim, dan rahim), dan penyakit saluran nafas bawah kronik.
Sedangkan di pedesaan penyebab utama kematian akibat stroke, TB, hipertensi,
penyakit jantung iskemik, diabetes mellitus, kanker, dan penyakit saluran pernafasan
bawah kronik.
Melihat perkembangan peningkatan kasus PTM makan perlu dilakukan deteksi
dini faktor resiko PTM di semua tingkatan pelayanan kesehatan, penanggulangan
faktor resiko PTM dan pencegahan dan penanggulangan faktor resiko PTM berbasis
masyarakat.
Salah satu deteksi dini faktor resiko PTM adalah dengan melakukan
pengukuran tekanan darah di puskesmas. Namun pada tahun 2013 belum semua
kabupaten melaporkan hasil pencatatan pengukuran tekanan darah. Penduduk usia
lebih dari sama dengan 15 tahun sebanyak 3.299.263. Penduduk yang telah dilakukan
pengukuran tekanan darahnya sebanyak 499.999 atau hanya sekitar 15,15%. Hasil
pengukuran tekanan darah di setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran
(tabel 24).
Deteksi dini kanker leher rahim dengan skrining Inspeksi Visual dengan Asam
Asetat ( IVA) dilakukan pula di oleh petugas Puskesmas yang telah dilatih, kecuali di
Kabupaten Bima, Lombok Utara dan Kota Bima. Cakupan pada tahun 2013 dapat
dilihat pada lampiran (tabel 26)
Deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan payudara (Clinical Breast
Examination/CBE) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di puskesmas yang terlatih.
Pada tahun 2013 CBE belum dilakukan oleh semua puskesmas. Cakupan pada tahun
2013 dapat dilihat pada lampiran (tabel 26).
C.5 Kejadian Luar Biasa (KLB)
Page 50
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 36
Kejadian luar biasa (KLB) terjadi di Provinsi NTB di tahun 2013 yaitu kejadian
kesakitan AFP (4 kasus), DBD (3 kasus), Tetanus Neonatorum (2 kasus), Difteri (1
kasus), Suspect Corona (1 kasus), KIPI (1 kasus), suspect Rabies (1 kasus), Pertusis
(1 kasus).
KLB terjadi hampir di seluruh kabupaten-kota se-NTB kecuali di Kabupaten
Sumbawa dan Kota Bima dan menyerang di 73 desa/kelurahan. Rincian jenis KLB
dapat dilihat pada lampiran (tabel 27).
C.6 Status Gizi Masyarakat
Status gizi masyarakat biasanya digambarkan oleh masalah gizi yang dialami
oleh golongan penduduk yang rawan gizi terutama balita. Status gizi balita juga dapat
menjadi salah satu indikator untuk mengetahui kesejahteraan masyarakat, disamping
juga menunjukkan kualitas fisik penduduk.
Status gizi sebagai hasil interaksi asupan makanan dan kebutuhan tubuh. Jika
keseimbangan ini terganggu, maka ada gangguan pada pertumbuhan tubuh.
Gangguan ini tercermin dengan mudah dari perubahan pada berat badan (BB) atau
tinggi badan (TB).
Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) KADARZI tahun 2013 dengan
menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U), diketahui status gizi balita di
Provinsi NTB tahun 2013 sebagai berikut.
Tabel III.1 Prevalensi Status Gizi Balita di Provinsi NTB Tahun 2013 Indeks Klasifikasi Status Gizi Persentase (%)
BB/U
Gizi lebih 0,91
Gizi Baik 80,82
Gizi Kurang 14,52
Gizi Buruk 3,75
Underweight 18,27
PB/U atau TB/U
Normal 62,77
Pendek (Stunted) 22,10
Sangat Pendek (Severely Stunted) 15,13
Stunting 37,23
BB/PB atau BB/TB
Gemuk 7,51
Normal 82,17
Kurus (Wasted) 7,49
Sangat Kurus (Severely Wasted) 2,84
Wasting 10,33
Sumber : Laporan Pemantauan Status Gizi Provinsi NTB tahun 2013
Page 51
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 37
Status gizi balita berdasarkan berat badan dan umur hasil Pemantauan Status
Gizi (PSG) di kabupaten/kota se-Nusa Tenggara Barat tahun 2013 terlihat pada
gambar berikut.
Gambar III.21 Status Gizi Balita berdasarkan BB/U di Provinsi NTB Tahun 2013
Sumber: Laporan Pemantauan Status Gizi Provinsi NTB 2013
Gambar III.21 memperlihatkan prevalensi gizi buruk di Provinsi NTB tahun
2013 sebesar 3,75%, mengalami peningkatan dibandingkan prevalensi gizi buruk
tahun 2012 sebesar 3,53%. Persentase gizi buruk terbesar ada di Kabupaten Lombok
Utara dan Kabupaten Dompu.
Prevalensi gizi kurang di Provinsi NTB tahun 2013 juga mengalami peningkatan
yaitu menjadi 14,52% dari sebesar 14,11% di tahun 2012. Balita gizi kurang terbanyak
di Kabupaten Bima.
Berdasarkan klasifikasi WHO tentang masalah gizi sebagai masalah kesehatan
masyarakat, sebagian besar wilayah di NTB di tahun 2013 berada pada kondisi
kurang dan buruk. Kerawanan gizi yang ditunjukkan oleh 3 parameter (underweight,
stunting dan wasting) menggambarkan bahwa persoalan gizi di NTB bersifat kronis
dan akut.
Mtr Lobar KLU Loteng Lotim KSB Sbw Dompu Bima Kt.Bima NTB
Gizi Lebih 0,58 0,21 0,42 1,17 1,23 0,78 0,94 0,83 1,03 0,97 0,91
Gizi Baik 83,26 81,44 73,81 82,89 82,19 88,69 84,22 75,54 73,66 81,21 80,82
Gizi Kurang 13,77 14,81 17,91 12,29 12,95 9,33 12,42 17,57 20,1 14,68 14,52
Gizi Buruk 2,39 3,54 7,87 3,64 3,63 1,2 2,42 6,05 5,22 3,15 3,75
0102030405060708090
100
%
Page 52
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 38
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Tujuan pembangunan kesehatan di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah untuk
mewujudkan visi dan misi pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan. Untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut dilaksanakan melalui program
pembangunan kesehatan yang diupayakan dalam pokok-pokok program.
A. Pelayanan Kesehatan Dasar
A.1 Pelayanan Kesehatan Ibu
Upaya-upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan ibu hamil dan janin dalam kandungan hingga kelahiran, masa
nifas dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya antara lain melalui peningkatan
pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua fasilitas kesehatan
dan peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten yang
diarahkan ke fasilitas kesehatan.
A.1.1 Pelayanan Sebelum Melahirkan (Ante Natal Care/ANC)
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
professional. Pelayanan antenatal ibu hamil dilaksanakan sesuai standar pelayanan
kebidanan. Untuk melihat akses dan kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil
dapat digambarkan melalui cakupan K1 dan K4. Cakupan pelayanan K1 dan K4 di
Provinsi NTB tahun 2006-2013 terlihat pada gambar tersebut.
Page 53
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 39
Gambar IV. 1 Cakupan Pelayanan K1 dan K4 di Provinsi NTB Tahun 2006-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2006-2013
Gambar IV.1 memperlihatkan cakupan pelayanan K1 ibu hamil tahun 2013
mengalami dibandingkan cakupan tahun 2012. Begitupa cakupan K4 tahun meningkat
0,9% sedikit dibandingkan tahun 2012 dan masih di bawah target. Cakupan K4 tahun
2013 sebesar 91,24%.
Cakupan pelayanan K1 dan K4 ibu hamil menurut kabupaten/kota pada tahun
2013 dapat dilihat pada lampiran (tabel 29). Cakupan K1 di semua kabupaten/kota
telah mencapai target. Cakupan K4 di Provinsi NTB yang telah mencapai target hanya
di 2 kabupaten yaitu Dompu dan Sumbawa Barat.
Ibu hamil mendapatkan pelayanan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada
kunjungan K1 sampai K4. Cakupan imunisasi TT tahun 2013 terlihat pada gambar
berikut ini.
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
K1 95,44 95,52 92,65 94,46 93,64 98,34 98,37 98,94
K4 85,97 86,35 83,43 85,13 85,44 90,67 92,13 91,24
Target 95 95 95 95 95 95 95 95
75
80
85
90
95
100p
ers
etn
ase
Page 54
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 40
Gambar IV. 2 Cakupan Imunisasi TT 1 dan TT 2 Ibu Hamil di Provinsi NTB Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2006-2013
Gambar IV.2 memperlihatkan bahwa cakupan imunisasi TT-1 dan TT-2 rata-
rata di Provinsi NTB tahun 2013 belum mencapai target. Cakupan TT-1 rata-rata di
Provinsi NTB sebanyak 82,8 persen (target 95%) menurun dibandingkan capaian
tahun 2012 yang mencapai 83,62 persen. Kabupaten Sumbawa Barat, Dompu dan
Mataram cakupannya sudah di atas target.
Cakupan TT-2 rata-rata di Provinsi NTB sebanyak 80,0%, menurun
dibandingkan capaian tahun 2012 yang mencapai 88,16 persen (target 90%).
Kabupaten Dompu, Bima, Sumbawa Barat, Kota Bima dan Mataram cakupan TT-2 nya
sudah diatas target.
Salah satu kesakitan pada ibu hamil adalah anemia yang dapat menyebabkan
kematian ibu karena perdarahan pada saat persalinan. Anemia karena defisiensi zat
besi sebagai penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan defisiensi zat gizi
lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan
anemia gizi besi. Ibu hamil saat ANC diberikan tablet Fe 90 tablet untuk pencegahan
dan pengobatan anemia gizi besi. Cakupan pemberian tablet Fe-1 dan Fe-3 untuk ibu
hamil di Provinsi NTB tahun 2013 terlihat pada gambar berikut.
LobarLoten
gLotim Sbw
Dompu
Bima KSB KLU MtrKt.Bim
aNTB
TT1 89,60 58,03 82,08 78,32 99,78 93,54 109,5 86,83 96,33 91,41 82,81
TT2 85,52 57,39 77,28 75,96 93,31 94,48 100,3 84,01 93,26 95,95 80,01
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00p
ers
en
tase
Page 55
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 41
Gambar IV. 3 Cakupan Pemberian Tablet Fe-1 dan Fe-3 untuk Ibu hamil di Provinsi NTB Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar IV.3 memperlihatkan bahwa pada tahun 2013 di Provinsi NTB,
cakupan pemberian tablet Fe-1 sebanyak 98,13 persen dan tablet Fe-3 sebanyak
90,01 persen. Artinya belum semua ibu hamil mendapatkan tablet Fe sebanyak 90
tablet.
ANC juga mendeteksi resiko terjadinya komplikasi kehamilan diantaranya
abortus, hiperemesis gravidarum, perdarahan per vaginam, hipertensi dalam
kehamilan, kehamilan lewat waktu dan ketuban pecah dini.
Ibu hamil resti atau dengan komplikasi yang ditangani di Provinsi NTB tahun
2013 sebanyak 23.607 orang atau 98,2 persen dari perkiraan bumil dengan komplikasi
kebidanan. Cakupan ini sudah mencapai target SPM tahun 2015 (target 80 persen).
Cakupan tahun 2013 meningkat dibandingkan cakupan tahun 2012. Data cakupan ibu
hamil resiko tinggi/komplikasi yang ditangani di setiap kabupaten/kota dapat dilihat
pada lampiran (tabel 33).
A.1.2 Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Linakes)
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2013 sebanyak 89,9%,
berarti sekitar 10,1 persen persalinan ditolong oleh tenaga non kesehatan (seperti:
dukun beranak). Capaian ini menurun dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 90,35
persen, Data terinci di setiap kabupaten/kota terlihat pada lampiran (tabel 29).
Lobar Loteng Lotim Sbw Dmpu Bima KSB KLU MtrKt.Bim
aNTB
FE-1 93,23 99,72 96,69 96,11 103,3 100,5 110,1 100,3 98,27 98,48 98,13
FE-3 84,21 91,33 88,80 84,82 100,8 93,25 95,70 88,29 94,63 90,89 90,01
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00p
ers
en
Page 56
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 42
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi NTB tahun 2006-2013
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar IV. 4 Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Provinsi NTB Tahun 2006-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2006-2013
Gambar IV.2 memperlihatkan cakupan persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan sejak tahun 2009-2013. Sampai saat ini cakupannya masih di bawah target
nasional.
Komplikasi dan kematian ibu serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi di
masa persalinan. Disebabkan karena pertolongan persalinan yang tidak dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang professional (memiliki kompetensi kebidanan).
Pada tahun 2013, jika cakupan pelayanan K4 pada dibandingkan dengan
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, maka cakupan persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan lebih rendah daripada cakupan pelayanan K4 ibu hamil
sebanyak 1,34 persen atau sekitar 1.616 ibu hamil yang sudah mendapatkan
pelayanan K4 saat bersalin tidak ditolong oleh tenaga kesehatan.
A.1.3 Pelayanan Nifas
Peningkatan kesehatan ibu pasca persalinan antara lain melalui peningkatan
pelayanan kesehatan bagi ibu nifas diberikan minimal tiga kali mulai enam jam sampai
82,23 79,77 80,51 77,5
84,32 87,09
90,35 89,9
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
pe
rse
n
Page 57
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 43
42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan untuk mendeteksi dini komplikasi yang
mungkin terjadi pada ibu nifas dan pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU. Capaian
pelayanan ibu nifas dan ibu nifas mendapatkan vitamin A terlihat pada gambar
berikut.
Gambar IV. 5 Capaian Pelayanan Ibu Nifas dan Ibu Nifas mendapatkan Vitamin A di Provinsi NTB
Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar IV.2 memperlihatkan bahwa pada tahun 2013, terdapat
kabupaten/kota yang cakupan ibu nifas yang mendapatkan vitamin A lebih besar
daripada ibu nifas yang mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu Kabupaten Lombok
Barat, Lombok Timur, Bima, Lombok Utara dan Mataram.
A.2 Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Dalam upaya percepatan penurunan kematian ibu dan kematian bayi perlu
pemecahan masalah sejak dari hulu, salah satunya melalui program Keluarga
Berencana (KB).
Pasangan Usia Subur (PUS) Provinsi NTB tahun 2013 sebanyak 949.775.
Peserta KB baru pada tahun 2013 sebanyak 174.224 orang atau 18,3 persen menurun
dibandingkan dengan peserta baru pada tahun 2012 yang berjumlah 208.509 atau
24,06 persen. Peserta KB aktif pada tahun 2013 sebanyak 712.586 orang atau 75,03
Lobar Loteng Lotim Sbw Dmpu Bima KSB KLU MtrKt.Bim
aNTB
Yan Nifas 82,20 91,84 85,97 91,42 94,54 94,13 99,29 99,93 87,77 83,01 89,24
Kapsul Vit A Bufas 85,11 91,77 87,94 85,09 94,54 93,93 98,34 99,96 88,62 83,01 89,55
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
pe
rse
n
Page 58
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 44
persen, meningkat jika dibandingkan dengan peserta KB aktif pada tahun 2012
sebanyak 618.736 orang atau 71,40 persen. Peserta KB baru tersebut menggunakan
kontrasepsi MKJP (IUD, MOP, MOW dan implant) sebanyak 26,7 persen dan non MKJP
(suntik, pil, kondom) sebanyak 73,3 persen.
Gambar IV. 6 Cakupan Pemakaian Kontrasepsi oleh Peserta KB Baru di Provinsi NTB
Tahun 2012-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2012-2013
Gambar IV.6 memperlihatkan bahwa peserta KB baru sebagian besar
menggunakan KB suntik, karena penggunaan KB suntik tidak memerlukan banyak
tahap yang sulit, termasuk metode kontrasepsi yang terhitung murah untuk
masyarakat dan akses untuk memperoleh layanan KB suntik relatif lebih mudah.
Cakupan pengguna KB suntik tahun 2013 lebih banyak daripada tahun 2012.
Pada tahun 2013 tingkat partisipasi pria sebagai peserta KB aktif masih rendah
yang dilihat dari penggunaan kontrasepsi kondom 3 persen dan MOP hanya 1
persen.
A.3 Pelayanan Kesehatan Anak
A.3.1 Pelayanan Kesehatan Neonatus
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di
IUD 11%
MOP 1%
MOW 1%
IMPLAN
14%
KONDOM 3%
SUNTIK
55%
PIL 15%
Tahun 2012 Tahun 2013
Page 59
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 45
luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tinggi angka
kesakitan dan angka kematian neonatus.
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3
kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan
maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus: (1) Kunjungan Neonatal ke-1
(KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6–48 jam setelah lahir; (2) Kunjungan Neonatal
ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah
lahir; (3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/
masalah kesehatan pada neonatus. Cakupan kunjungan neonatus (KN1) pada tahun
2013 mencapai 91,88 persen menurun jika dibandingkan cakupan KN1 tahun 2012
yang mencapai 96,81 persen. Kunjungan neonatus lengkap (KN3) pada tahun 2013
mencapai 92,16 persen mencapai 93,53 persen. Cakupan KN dirinci menurut
kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran (tabel 38).
Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan
atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas,
kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada
persalinan maupun sesudah lahir. Yang termasuk neonatus resiko tinggi antara lain
yaitu BBLR, asfiksia neonatorum, ikterus, perdarahan tali pusat, kejang, hypotermi,
hypertermi dan tetatus neonatorum. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada
24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya.
Pada tahun 2013 capaian neonatal resiko tinggi atau dengan komplikasi yang
ditangani di Provinsi NTB hanya mencapai sekitar 54,6 persen, berarti sekitar 45
persen neonatal resiko tinggi atau dengan komplikasi belum tertangani. Capaian
neonatal resiko tinggi atau dengan komplikasi di setiap kabupaten/kota dapat dilihat
pada lampiran (tabel 33).
Page 60
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 46
Neonatal resti yang ditangani termasuk penanganan bayi lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR), yang merupakan salah satu faktor yang mempunyai
kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Pada tahun 2013
dari 103.238 bayi yang ditimbang, sebanyak 3.839 bayi atau 3,72 persen adalah bayi
lahir dengan BBLR. Banyaknya kasus bayi lahir dengan BBLR di setiap kabupaten/kota
dapat dilihat pada lampiran (tabel 37).
A.3.2 Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari
sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi: (1)
kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan; (2) Kunjungan bayi satu kali
pada umur 3 – 5 bulan; (3) Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan; (4)
Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2013 mencapai 94,34 persen
dari 108.476 proyeksi bayi artinya masih terdapat 6.138 bayi yang belum
mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan kepada bayi meliputi : Pemberian imunisasi dasar lengkap
(BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun, Stimulasi
deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK), Pemberian vitamin A 100.000
IU (6-11 bulan), konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda–
tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA serta
penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Kementerian Kesehatan menetapkan imunisasi sebagai upaya nyata
pemerintah untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs), khususnya untuk
menurunkan angka kematian anak. Imunisasi dasar sangat penting diberikan sewaktu
bayi (usia 0 – 11 bulan) untuk memberikan kekebalan dari penyakit-penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Tanpa imunisasi anak-anak mudah terserang
berbagai penyakit, kecacatan dan kematian.
Page 61
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 47
Indikator keberhasilan pelaksanaan imunisasi diukur dengan pencapaian
Universal Child Immunization (UCI) desa/ kelurahan, yaitu minimal 80% bayi didesa/
kelurahan telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
Indikator keberhasilan GAIN UCI mengacu pada RPJMN Tahun 2010-2014
dengan target tahun 2013 mencapai UCI 90% dan 85% bayi mendapatkan imunisasi
dasar lengkap yaitu BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan campak.
Pencapaian UCI desa/kelurahan di Provinsi NTB tahun 2012 terlihat pada
gambar berikut.
Gambar IV. 7 Cakupan UCI Desa/Kelurahan di Provinsi NTB Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar IV.7 memperlihatkan bahwa pencapaian UCI desa/kelurahan rata-rata
di Provinsi NTB tahun 2013 sebanyak 90,40%, menurun jika dibandingkan capaian
2012 sebanyak 91,91 persen. Kabupaten/Kota yang belum mencapai UCI 90% adalah
Kabupaten Sumbawa, Bima, Kota Mataram dan Kota Bima. Hal ini disebabkan antara
lain karena kurang perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah terhadap program
imunisasi, kurangnya dana operasional untuk imunisasi baik rutin maupun tambahan,
dan tidak tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang adekuate. Selain itu juga
kurangnya koordinasi lintas sektor termasuk pelayanan kesehatan swasta, kurang
Lobar
Lotgh
Lotim
SbwDmp
u BimaKSB KLU Mtr
KotaBima
NTB
Desa/Kelurahan 122 139 254 165 79 191 64 33 50 38 1135
Desa/Kelurahan UCI 116 129 249 132 79 161 61 31 44 24 1026
% Desa/Kelurahan UCI 95,08 92,81 98,03 80,00 100,0 84,29 95,31 93,94 88,00 63,16 90,40
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
0
200
400
600
800
1000
1200
pe
rse
n
de
sa/k
elu
rah
an
Page 62
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 48
sumber daya yang memadai serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
program dan manfaat imunisasi.
Cakupan pemberian imunisasi BCG, DPT1-HB1, DPT3-HB3, Polio 3 dan campak
untuk bayi di Provinsi NTB tahun 2012 terlihat pada gambar berikut.
Gambar IV. 8 Cakupan Imunisasi pada Bayi di Provinsi NTB Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar IV.8 memperlihatkan cakupan imunisasi BCG, Polio 4, DPT 1+HB 1,
DPT 3+HB 3, Polio 3 dan Campak rata-rata di Provinsi NTB pada tahun 2013, hanya
cakupan Polio 4 yang sudah mencapai 100%. Cakupan imunisasi pada tahun 2013
menurun dibandingkan cakupan imunisasi yang sama pada tahun 2012
Cakupan imunisasi dasar pada bayi di Kabupaten Sumbawa Barat dan Lombok
Tengah sudah di atas 100%. Cakupan imunisasi di setiap kabupaten/kota dapat dilihat
pada lampiran (tabel 43).
Kampanye peningkatan ASI ekslusif kepada masyarakat terutama kepada ibu
mulai sejak hamil sampai melahirkan. Konseling ASI ekslusif dilakukan bertujuan
peningkatan pemberian ASI eksklusif pada bayi. Cakupan pemberian ASI ekslusif di
Provinsi NTB tahun 2013 terlihat pada gambar di bawah ini.
Lobar Loteng Lotim Sbw Dompu Bima KSB KLU MtrKotaBima
NTB
BCG 90,08 100,04 101,10 88,69 90,16 103,48 111,13 95,21 92,43 74,59 96,94
POLIO4 94,10 102,08 106,01 91,00 95,28 106,09 112,06 98,56 93,54 76,78 100,18
DPT1+HB1 93,14 103,05 104,75 86,49 91,91 106,41 26,61 103,57 100,73 76,95 92,54
DPT3+HB3 92,70 102,00 106,01 88,93 95,28 105,38 29,35 98,56 100,78 77,24 92,92
CAMPAK 94,50 101,72 106,46 96,46 90,68 106,63 30,85 96,03 101,62 75,87 93,83
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
pe
rse
n
Page 63
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 49
Gambar IV. 9 Cakupan ASI Ekslusif pada Bayi di Provinsi NTB Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar IV.9 memperlihatkan bahwa cakupan pemberian ASI Ekslusif pada bayi
rata-rata di Provinsi NTB hanya mencapai 68,67 persen. Kabupaten/kota yang cakupan
pemberian ASI ekslusif-nya sudah mencapai target (80%) adalah Kabupaten Lombok
Barat, Lombok Tengah, Sumbawa dan Sumbawa Barat.
Bayi umur 6-11 bulan mendapatkan kapsul vitamin A 100.000 IU. Pemberian
kapsul vitamin A pada usia ini dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan
dan pertumbuhan anak serta menunjang penurunan angka kesakitan dan angka
kematian anak.
Lobar Loteng Lotim Sbw Dompu Bima KSB KLU Mtr Kt.Bima NTB
% ASI Ekslusif 88,89 88,45 61,66 89,09 43,71 62,79 80,29 67,46 59,09 31,96 68,67
-
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00p
ers
en
Page 64
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 50
Gambar IV. 10
Cakupan Bayi (6-11 bulan) mendapat Vitamin A 100.000 IU di Provinsi NTB Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar IV.10 memperlihatkan bahwa cakupan bayi (6-11 bulan) rata-rata di
Provinsi NTB tahun 2013 yang mendapat kapsul vitamin A 100.000 UI mencapai 90,2
persen. Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa dan Kota Bima cakupan
bayi mendapat vitamin A 100.000 UI sudah di atas 100 persen.
A.1.5 Pelayanan Kesehatan Balita
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan
sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar antara lain
pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam buku
KIA dan pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 UI).
Cakupan anak balita (12-59 bulan) yang mendapat pelayanan kesehatan di
Provinsi NTB tahun 2013 terlihat pada gambar berikut ini.
Lobar Loteng Lotim SbwDomp
u Bima KSB KLU Mtr
KtBima
Bayi 14.875 19.944 27.327 10.280 5.355 10.733 2.811 4.855 8.773 3.523
MENDAPAT VIT A 11.554 22.118 28.278 11.275 2.905 5.052 1.466 4.802 6.506 3.882
% 77,7 110,9 103,5 109,7 54,2 47,1 52,2 98,9 74,2 110,2
-
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
pe
rse
n
ora
ng
Page 65
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 51
Gambar IV. 11 Cakupan Anak Balita (12-59 bulan) Mendapat Pelayanan Kesehatan di Provinsi NTB
Tahun 2012 dan Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2012-2013
Gambar IV.11 memperlihatkan bahwa rata-rata cakupan balita (12-59 bulan)
yang mendapat pelayanan kesehatan di Provinsi NTB tahun 2013 mencapai 75,48
persen, meningkat dibandingkan cakupan tahun 2012 yang mencapai 74,04 persen.
Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap
bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan dilakukan pada
kelompok baduta (bawah dua tahun/anak 0-23 bulan) dan balita.
Hasil pemantauan pertumbuhan pada kelompok baduta di Provinsi NTB tahun
2013, yang ditimbang hanya sebanyak 83,62 persen dan sebanyak 1,7 persen berada
di bawah garis merah (BGM). Data cakupan penimbangan baduta di setiap
kabupaten/kota terlihat pada lampiran (tabel 45).
Hasil pemantauan pertumbuhan pada kelompok balita di Provinsi NTB tahun
2013, yang ditimbang hanya sebanyak 78,6 persen dan sebanyak 2,1 persen berada di
bawah garis merah (BGM). Data cakupan penimbangan balita di setiap kabupaten/kota
terlihat pada lampiran (tabel 47).
Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 UI) pada balita di kabupaten/kota di
Provinsi NTB tahun 2013 terlihat pada gambar berikut.
Lobar Loteng Lotim Sbw Dompu Bima KSB KLU Mtr Kt Bima NTB
2012 54,35 74,48 63,7 93,22 100 84,91 83,18 87,21 67,26 84,74 74,04
2013 55,00 77,39 78,85 78,16 78,39 90,42 79,98 92,87 65,64 71,35 75,48
0
20
40
60
80
100
120
pe
rse
n
Page 66
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 52
Gambar IV. 12 Cakupan Vitamin A pada Balita di Provinsi NTB Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar IV.12 memperlihatkan cakupan vitamin A untuk balita, semua
kabupaten/kota belum mencapai 100 persen.
A.3 Perbaikan Gizi
Program Perbaikan Gizi Masyarakat Tahun 2013 di Provinsi Nusa Tenggara
Barat diarahkan untuk mendukung percepatan pencapaian target RPJMD yaitu
penurunan prevalensi gizi buruk, melalui kegiatan pendidikan gizi masyarakat,
penanggulangan kurang gizi baik gizi makro maupun gizi mikro, surveilans gizi
dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat.
Surveilan gizi melalui laporan rutin penemuan kasus gizi buruk yang sudah
dikonfirmasi ke BB/PB atau BB/TB, perkembangannya dari tahun 2008 - 2013 adalah
sebagai berikut.
Lobar Loteng Lotim SbwDomp
u Bima KSB KLU Mtr
KtBima
ANAK BALITA (12-59 BULAN) 59.500 79.776 90.050 38.031 21.419 35.103 11.244 19.679 37.824 12.551
MENDAPAT VIT A 47.091 68.830 84.211 36.220 18.607 33.607 10.463 16.769 23.645 12.139
% 79,14 86,28 93,52 95,24 86,87 95,74 93,05 85,21 62,51 96,72
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
- 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000
100.000
pe
rse
n
ora
ng
Page 67
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 53
Gambar IV. 13 Penemuan Kasus Gizi Buruk pada Balita di Provinsi NTB Tahun 2008-2012
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar IV.13 memperlihatkan bahwa kasus gizi buruk yang ditemukan di
Provinsi NTB selama 5 tahun terakhir masih banyak. Jika diprediksikan berdasarkan
hasil PSG tahun 2013, prevalensi gizi buruk sebanyak 3,75 persen dari jumlah balita di
Provinsi NTB (sekitar 500 ribu) atau sekitar 18 ribu balita gizi buruk, maka penemuan
kasus gizi buruk yang terlaporkan masih sangat rendah, berarti masih banyak kasus
gizi buruk yang tidak terpantau oleh petugas.
A.3 Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan kualitas manusia di
Provinsi NTB adalah upaya pendidikan dan kesehatan, dan upaya ini paling tepat
dilakukan melalui institusi pendidikan. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses
belajar mengajar harus menjadi “Health Promoting School” artinya “sekolah yang
dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya”. Kesemuanya akan tercapai
bila sekolah dan lingkungannya dibina dan dikembangkan antara lain melalui Upaya
Kesehatan Sekolah (UKS). UKS dilakukan lewat Trias program UKS meliputi aspek
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan sekolah lingkungan sehat.
Aspek pelayanan kesehatan pada UKS adalah pemeriksaan kesehatan umum
dan kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat dan melalui penjaringan
kesehatan terhadap murid kelas 1 SD/MI.
1.207
926
750
1.092
767
646
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
2008 2009 2010 2011 2012 2013
kasu
s
Tahun
Page 68
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 54
Gambar IV. 14 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD/Setingkat di Provinsi NTB
Tahun 2012-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2012-2013
Gambar IV.14 memperlihatkan cakupan penjaringan kesehatan siswa kelas 1
SD/setingkat di Provinsi NTB pada tahun 2013 rata-rata mencapai 89,81 persen,
berarti terdapat siswa kelas 1 SD/setingkat yang tidak dilakukan penjaringan
kesehatan. Siswa kelas 1 SD/setingkat di Sumbawa dan Mataram semuanya
mendapatkan pelayanan penjaringan kesehatan sedangkan cakupan terendah adalah
Kota Bima dan Kabupaten Dompu. Rata-rata cakupan penjaringan kesehatan siswa
kelas 1 SD/setingkat di Provinsi NTB tahun 2013 tidak mengalami peningkatan
dibandingkan cakupan tahun 2012.
Pelayanan kesehatan untuk anak sekolah juga termasuk pelayanan kesehatan
gigi dan mulut. Pendidikan kesehatan gigi perlu ditanamkan sejak dini, termasuk saat
anak mengenyam pendidikan dasar. Anak usia sekolah memiliki kontribusi yang cukup
tinggi pada kunjungan di poli gigi dengan kasus kerusakan gigi yang mengakibatkan
gigi tersebut harus dicabut. Pendidikan kesehatan gigi dan mulut bertujuan
memutuskan mata rantai kasus kerusakan gigi dan menurunkan angka kesakitan gigi.
Walaupun kegiatan pelayanan kesehatan gigi di sekolah dalam program UKGS
telah berjalan cukup lama namun dampak program UKGS terhadap status kesehatan
Lobar Loteng Lotim Sbw Dompu
Bima KSB KLU MtrKotaBima
NTB
2012 88,09 89,31 88,93 93,2 81,16 83,34 90,84 98,8 100 89,03
2013 90,1 84,8 91,4 100,1 70,6 86,8 94,4 96,0 100,0 70,2 89,8
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110ka
bu
pat
en
/ko
ta
Page 69
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 55
gigi murid sekolah dasar belum memuaskan. Selain pemeriksaan gigi siswa (kuratif) ,
program UKGS juga yang berorientasi pada kegiatan preventif dan promotif yang
bersifat masal dan individual seperti demonstrasi sikat gigi bersama. Kegiatan
demonstrasi sikat gigi bersama yang dilakukan oleh siswa SD/setingkat pada tahun
2013 di Provinsi NTB hanya dilaporkan oleh 5 kabupaten/kota, seperti terlihat pada
gambar berikut.
Gambar IV. 15 Cakupan SD/MI untuk Kegiatan Sikat Gigi Masal di Provinsi NTB Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar IV.15 memperlihatkan bahwa cakupan SD/MI yang melaksanakan
demonstrasi sikat gigi masal masih rendah. Data terinci di setiap kabupaten/kota
terlihat pada lampiran (tabel 51).
A.4 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat seutuhnya termasuk didalamnya adalah pelayanan kesehatan gigi dan
mulut pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat.
Kunjungan pasien gigi dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan yang
cukup signifikan. Pencabutan gigi masih menjadi kasus yang paling sering dilakukan di
Puskesmas, padahal pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitative
karena sudah tidak ada alternatif lainnya. hal ini disebabkan karena perawatan gigi
Lotim Dompu Bima Mtr Kota Bima
JUMLAH SD/MI 902 239 470 134 88
JUMLAH SD/MI DGN SIKATGIGI MASSAL
885 26 453 53 33
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
Jum
lah
SD
/MI
Page 70
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 56
sejak dini tidak dilakukan dengan baik. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Provinsi
NTB terlihat pada gambar berikut.
Gambar IV. 16 Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Provinsi NTB Tahun 2007-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2007-2013
Gambar IV.16 memperlihatkan pelayanan kesehatan gigi pada tahun 2013
menurun dibandingkan tahun 2012. Walaupun demikian, jumlah tumpatan pada tahun
2013 mengalami peningkatan dari jumlah tumpatan tahun 2007-2008 dan 2010. Hal
ini menunjukkan bahwa motivasi masyarakat untuk mempertahankan gigi geliginya
cukup baik. Jumlah pencabutan gigi tetap mengalami penurunan dibandingkan jumlah
pencabutan gigi tetap tahun 2012. Hal ini pertanda baik dan diharapkan di tahun
mendatang jumlah pencabutan gigi tetap trendnya semakin menurun dan tren
penumpatan gigi tetap semakin meningkat.
Rasio tumpatan dan pencabutan stagnan, dari 0,50 di tahun 2011 menjadi 0,63
di tahun 2012 dan 0,61 di tahun 2013. Ada beberapa kabupaten/kota yang
pencabutan giginya lebih banyak dibandingkan tumpatan (rasio rendah). Artinya
masyarakat di kabupaten tersebut masih kurang memperhatikan kesehatan gigi dan
mulut dan masih rendahnya promosi kesehatan gigi dan mulut. Rasio tumpatan gigi
dan pencabutan gigi di setiap kabupaten/kota dapat dilihat dalam lampiran (tabel 50).
A.5 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
pencabutan gigi tetap 19.908 21.680 19.475 11.968 28.417 19.556 17.798
tumpatan gigi tetap 11.003 11.479 15.284 8.431 14.214 12.352 10.840
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
kasu
s
Page 71
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 57
Meningkatnya usia harapan hidup membuat jumlah penduduk kelompok usia
lanjut semakin besar. Namun perbaikan pada pelayanan kesehatan usia lanjut belum
menjadi perhatian.
Cakupan usia lanjut yang mendapatkan pelayanan kesehatan usia lanjut di
Provinsi NTB tahun 2007-2013 terlihat pada gambar berikut.
Gambar IV. 17 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut di Provinsi NTB Tahun 2007-2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2007-2013
Gambar IV.17 memperlihatkan bahwa usia lanjut lanjut yang mendapatkan
pelayanan kesehatan pada tahun 2013 hanya empat puluh persen dari jumlah usia
lanjut yang ada. Hal ini menggambarkan bahwa kabupaten/kota di Provinsi NTB belum
memperhatikan pelayanan kesehatan untuk kelompok usia lanjut yang merupakan
kelompok usia beresiko.
A.6 Promosi Kesehatan
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat sadar, tahu
dan mengerti, mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan.
58,76
31,33
40,41
31,18
39,79
20,41
39,27
0
10
20
30
40
50
60
70
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
pe
rse
n y
anke
s u
sila
Tahun
Page 72
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 58
Penyuluhan kegiatan merupakan gabungan berbagai kegiatan termasuk di
dalamnya kunjungan rumah dan penyebaran informasi. Frekuensi kegiatan penyuluhan
kesehatan melalui kunjungan rumah dan penyebaran informasi di setiap
kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran (tabel 53).
B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat yaitu hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan
kesehatan. Pembangunan kesehatan juga harus dipandang sebagai suatu investasi
dalam kaitannya untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan.
B.1 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Prabayar
Peran serta masyarakat adalah syarat mutlak bagi keberhasilan, kelangsungan
dan kemandirian pembangunan di bidang kesehatan yang diwujudkan antara lain
sebagai penyelenggara berbagai upaya pelayanan kesehatan dan dalam membiayai
pemeliharaan kesehatan. Peran serta dalam pembiayaan pemeliharaan kesehatan
terlaksana antara lain dalam bentuk pengeluaran biaya langsung untuk kesehatan,
dana sehat, asuransi sosial di bidang kesehatan dan pelbagai bentuk pembiayaan
kesehatan prabayar.
Perkembangan peserta jaminan kesehatan di Provinsi NTB cukup positif.
Kepesertaan jaminan kesehatan tahun 2013 sebanyak 61,67 persen dari total
penduduk, yang terdiri dari 56,47 persen peserta Jamkesmas/Jamkesda/Jamkesmas
NTB; PT.ASKES PNS sebanya 6,41 persen; 0,30 persen peserta JPK Jamsostek; dan
Askes TNI/Polri sebanyak 0,24 persen.
Kepesertaan jaminan kesehatan tahun 2013 ini meningkat dibandingkan tahun
2012 yang mencapai 54,9 persen dari total penduduk.
B.2 Kunjungan di Sarana Pelayanan Kesehatan
Cakupan rawat jalan selama tahun 2013 di Provinsi NTB sebesar 74,0 persen,
tidak jauh berbeda dengan cakupan tahun 2012 dengan cakupan 74,1 persen.
Page 73
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 59
Cakupan rawat inap selama tahun 2013 di Provinsi NTB sebesar 3,9 persen, menurun
jika dibandingkan cakupan tahun 2012 yang mencapai 6,7 persen. Kemungkinan
penyebab turunnya cakupan rawat jalan dan cakupan rawat inap yaitu rendahnya
angka kesakitan masyarakat atau rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh
penduduk.
Jumlah total kunjungan penduduk ke Puskesmas baik rawat jalan dan rawat
inap tahun 2013 sebanyak 3.287.303 orang (70,7%), meningkat dibandingkan
kunjungan penduduk pada tahun tahun 2012 sebanyak 3.264.191 (70,4%) kunjungan.
B.3 Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang
menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan pelayanan kesehatan
jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari observasi, diagnostik, terapeutik
dan rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera dan melahirkan.
Indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan fasilitas perawatan,
peningkatan mutu dan sarana rumah sakit antara lain sebagai berikut:
B.3.1 Angka Kematian Umum Penderita yang Dirawat di Rumah Sakit
Angka kematian umum penderita yang dirawat di rumah sakit (Gross Death
Rate/GDR) pada 9 rumah sakit yang melapor dari 23 rumah sakit yang ada, rata-rata
sebesar 32,1 per 100.000 pasien keluar, sedangkan angka yang dapat ditolerir
maksimum 45 per 100.000 pasien keluar. Namun secara keseluruhan angka GDR di
NTB masih under reported karena belum semua rumah sakit yang ada melaporkan
capaian kinerjanya. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran (tabel 56).
B.3.2 Angka Kematian Penderita yang Dirawat < 48 jam
Pada tahun 2013 rata-rata angka kematian penderita yang dirawat < 48 jam
(Net Death Rate/NDR) dari 9 rumah sakit yang ada di Provinsi NTB sebesar 15,7 atau
sekitar 15-16 penderita dari 100.000 penderita yang keluar. Namun angka tersebut
juga masih under reported karena belum semua rumah sakit yang ada di Provindi
NTB melaporkan capaian kinerjanya. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
(table 56).
Page 74
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 60
B.3.3 Pemakaian Tempat Tidur
Rata-rata pemakaian tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) pada tahun 2013
sangat rendah yaitu 31,7 % (BOR Ideal= 60%-80%). Angka tersebut tidak dapat
menggambarkan keadaan keseluruhan karena masih ada rumah sakit yang belum
melaporkan capaian BOR. Di 7 rumah sakit yang melapor dari 23 rumah sakit yang
ada, sebanyak 6 rumah sakit mempunyai tingkat pemanfaatan cukup ideal yaitu RSU
dr. R. Soedjono Selong, RSU Patuh Patut Patju, RSU Dompu, RSUD Bima, RSU Praya,
RSUD Sumbawa. Sedangkan di RSI Namira Selong tingkat pemanfaatannya masih
kurang (<60%). selengkapnya dapat dilihat pada lampiran (tabel 57).
B.3.4 Lama Rawat Pasien
Rata-rata lama rawat seorang pasien (Length of Stay/LOS) di 7 rumah sakit
yang melapor pada tahun 2013 adalah 2,4 hari mengalami penurunan bila
dibandingkan nilai LOS tahun 2012 sebesar 3,88 hari. Angka tersebut berada di bawah
nilai LOS ideal yaitu antara 6-9 hari. Angka LOS di setiap rumah sakit dapat dilihat
pada lampiran (tabel 57).
B.3.5 Tempat Tidur Tidak Ditempati
Angka Tempat Tidur Tidak tempati (Turn of Interval/TOI) menunjukkan
efisiensi penggunaan tempat tidur, dimana angka ideal untuk TOI adalah 1-3 hari.
Pada tahun 2013 2 rata-rata TOI di 6 rumah sakit yang melapor adalah 6,2. Kondisi ini
lebih baik dibandingkan rata-rata TOI tahun 2012 sebesar 8,77. Angka LOS di setiap
rumah sakit dapat dilihat pada lampiran (tabel 57).
C. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah perilaku yang berkaitan
dengan upaya atau kegiatan seseorang yang mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya. Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi
masalahnya sendiri terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
Page 75
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 61
Rumah tangga merupakan unit terkecil dalam lingkungan, sehingga perilaku
hidup yang bersih dan sehat selayaknya harus diterapkan dan ditanamkan kepada
kepada seluruh anggata keluarga. Pada akhirnya keluarga yang sehat akan
membentuk masyarakat yang sehat pula.
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga
dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga sehat berarti mampu
menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari
gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat.
Hasil pemantauan rumah tangga pada tahun 2013, sebanyak 76.083 rumah
dipantau (5,89% persen dari total rumah tangga yang ada). Rumah yang dipantau
tahun 2013 lebih banyak daripada rumah dipantau tahun 2012. Pada tahun 2012
sebanyak 70.794 rumah dipantau (5,53% dari total rumah tangga yang ada).
Hasil pemantauan rumah tangga yang termasuk Rumah Berperilaku Hidup
Bersih dan Sehat pada tahun 2013 sebanyak 32.093 rumah atau 42,18 persen.
Cakupan Rumah Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tahun 2013 lebih banyak
daripada Rumah Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat tahun 2012 yaitu mencapai
22.532 rumah atau sekitar 31,83 persen. Cakupan Rumah Tangga Ber-Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di setiap kabupaten/kota terlihat pada lampiran (tabel 58).
D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan disamping faktor
perilaku dan pelayanan kesehatan. Upaya penyehatan lingkungan dilakukan untuk
mewujudkan mutu lingkungan yang lebih sehat, antara lain melalui pemberdayaan
masyarakat dalam penyediaan air bersih dan sanitasi di sarana pemeliharaan dan
pengawasan kualitas lingkungan, pengendalian dampak resiko pencemaran lingkungan
dan pengembangan wilayah sehat.
D.1 Rumah Sehat
Page 76
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 62
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yaitu memiliki jamban sehat, tempat pembuangan sampah, sarana air
bersih, sarana pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah sesuai
dan lantai rumah tidak dari tanah.
Pada tahun 2012 terdapat 542.894 rumah yang belum memenuhi syarat, untuk
selanjutnya rumah yang belum memenuhi syarat tersebut akan dibina pada tahun
2013. Namun pembinaan tidak dapat dilakukan pada semua rumah yang belum
memenuhi syarat. Pembinaan dilakukan pada 291.569 rumah saja. Hasil pembinaan
diperoleh bahwa sebanyak 36,10 persen atau 105.258 rumah Rumah yang dibina
memenuhi syarat. Sehingga sampai dengan tahun 2013 terdapat 818.446 rumah sehat
atau 65,13% dari seluruh rumah yang ada. Rumah sehat terbanyak berada d Kota
Mataram, Kota Bima dan Kabupaten Sumbawa Barat. Cakupan rumah sehat di setiap
kabupaten/kota terlihat pada lampiran (tabel 59).
D.3 Akses terhadap Sumber Air Minum Keluarga
Air minum yang layak yang dapat diakses oleh masyarakat masih sangat
minim. Masalah kemiskinan sebagai salah satu penyebab rendahnya kemampuan
penduduk mengakses air minum yang layak. Selain itu masih rendahnya kesadaran
masyarakat tentang lingkungan, rendahnya kualitas bangunan septic tank dan masih
buruknya sistem pembuangan limbah juga mempengaruhi ketersedian sumber air
minum.
Pada tahun 2013 penduduk di Provinsi NTB yang memiliki akses air minum
yang memenuhi syarat sebanyak 70,12 persen. Air minum diperoleh dengan
perpipaan yang memenuhi syarat (PDAM, BPSPAM) sebanyak 98 persen dan sisanya
diperoleh melalui jaringan non perpipaan yang memenuhi syarat seperti sumber gali
terlindungi, sumur gali dengan pompa, sumur bor dengan pompa, terminal air, mata air
terlindungi dan penampungan air hujan. Cakupan akses air minum di kabupaten/kota
dapat dilihat pada lampiran (tabel 60).
D.4 Kualitas Air Minum
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII
tahun 2002, Menteri Kesehatan melakukan pembinaan teknis terhadap segala
Page 77
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 63
kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan persyaratan kualitas air minum.
Dalam pelaksanaan pengawasan kualitas air minum, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat menentuan parameter kualitas air yang akan diperiksa sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi daerah tangkapan air, instalasi pengolahan air dan
jaringan perpipaan.
Pada tahun 2013 hanya 8 kabupaten/kota yang melaporkan pemeriksaan
kualitas air minum di penyelenggaraan air minum. Sampel air minum yang diperiksa
hanya 1.633 sampel atau 1,39 persen. Dari sampel air minum tersebut hanya 754
sampel atau 73 persen yang memenuhi syarat (fisik, bakteriologi dan kimia). Rincian
hasil pemeriksaan kualitas air minum di kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran
(tabel 61).
D.5 Akses terhadap Jamban Sehat
Akses pada sanitasi khususnya pada penggunaan jamban sehat, saat ini
memang masih menjadi masalah serius di Provinsi NTB. Masih tingginya angka buang
air besar pada sembarang tempat (open defecation), menjadi salah satu indikator
rendahnya akses ini.
Jenis sarana jamban yang digunakan penduduk di kabupaten/kota se-Provinsi
NTB (kecuali Dompu dan Sumbawa Barat) pada tahun 2013 sebanyak 64,98%
menggunakan jamban dengan jenis komunal (6,70%), leher angsa (56,3%),
plengsengan (1,40%) dan cemplung (0,62%). Sebanyak 35,02% tidak menggunakan
jamban untuk buang air besar. Penduduk yang mempunyai akses sanitasi layak pada
tahun 2013 sebanyak 62,5%, artinya sebanyak 37,5% penduduk tidak mempunyai
akses sanitasi layak. Data penggunaan jamban di kabupaten/kota dapat dilihat pada
lampiran (tabel 62).
D.5 Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) bertujuan untuk
menyadarkan masyarakat pentingnya berbudaya hidup bersih, mengubah perilaku
masyarakat dengan menitikberatkan pemberdayaan masyarakat.
Program STBM telah dimulai sejak 2006. Kemudian pada tahun 2008
dikeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Strategi Nasional Sanitasi Berbasis
Page 78
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 64
Masyarakat. Lima pilar dalam STBM yang menjadi tujuan penerapan program di
pedesaan yaitu tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan memakai sabun,
mengelola air minum dan makanan di rumah tangga, mengelola limbah cair rumah
tangga dengan aman serta pengelolaan sampah.
Capaian desa/kelurahan yang melaksanakan STBM pada tahun 2013 sebanyak
993 desa dari 1.135 desa/kelurahan yang ada (87,5 %). Cakupan desa Stop BABS
(SBS) sebanyak 241 desa/kelurahan atau 21,23 % dan desa/kelurahan STBM
sebanyak 487 desa/kelurahan atau 42,91%. Cakupan desa/kelurahan yang
melaksanakan STBM setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran (tabel 63).
D.6 Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat
Tempat-tempat umum (TTU) memiliki potensi sebagai tempat terjadinya
penularan penyakit, pencemaran lingkunagn ataupun gangguan kesehatan lainnya.
Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap TTU dilakukan untuk mewujudkan
lingkungan TTU yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan
penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Sanitasi TTU harus memenuhi
persyaratan kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi
lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara
komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat
layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. TTU semacam
itu meliputi sarana pendidikan/sekolah, sarana kesehatan dan hotel.
Hasil inspeksi sanitasi tahun 2013 di kabupaten/kota (kecuali Kabupaten
Dompu) diperoleh hasil bahwa TTU yang memenuhi syarat di Provinsi NTB sebanyak
76,5%. Berarti sebanyak 23,5% TTU tidak memenuhi syarat. Kondisi ini
mengkhawatirkan mengingat di sarana TTU banyak masyarakat berkumpul. Ironisnya
lagi, sarana kesehatan yang terdiri dari puskesmas dan rumah sakit, sebanyak 82%
puskesmas dan jaringannya yang memenuhi syarat dan 95,7% rumah sakit yang
memenuhi syarat. Cakupan TTU yang memenuhi syarat di kabupaten/kota dapat
dilihat pada lampiran (tabel 64).
Page 79
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 65
D.6 Tempat Pengelolaan Makanan Memenuhi Syarat
Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap makanan yang
disediakan di luar rumah, maka produk-produk makanan yang disediakan oleh
perusahaan atau perorangan yang bergerak dalam usaha penyediaan makanan untuk
kepentingan umum, haruslah terjamin kesehatan dan keselamatannya. Hal ini hanya
dapat terwujud bila ditunjang dengan keadaan hygiene dan sanitasi Tempat
Pengelolaan Makanan (TPM) yang baik dan dipelihara secara bersama oleh pengusaha
dan masyarakat.
TPM yang dimaksud meliputi jasaboga atau catering, rumah makan dan
restoran, depot air minum (DAM), industri makanan, kantin, warung dan makanan
jajanan dan sebagainya.
Sebagai salah satu jenis tempat pelayanan umum yang mengolah dan
menyediakan makanan bagi masyarakat banyak, maka TPM memiliki potensi yang
cukup besar untuk menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit bahkan
keracunan akibat dari makanan yang dihasilkannya. Dengan demikian kualitas
makanan yang dihasilkan, disajikan dan dijual oleh TPM harus memenuhi syarat-syarat
kesehatan.
Hasil inspeksi sanitasi tahun 2013 di kabupaten/kota (kecuali Kabupaten
Dompu) diperoleh hasil bahwa TPM yang tidak memenuhi syarat sebanyak 24,21
persen, atau seperlima dari TPM yang ada di provinsi tidak memenuhi syarat.
Cakupan TPM yang tidak memenuhi syarat di kabupaten/kota dapat dilihat pada
lampiran (tabel 65).
E. Pelayanan Kefarmasian
Salah satu komponen penting dari sarana pelayanan kesehatan yang bermutu
adalah manajemen logistik obat yang mencakup pengadaan, distribusi dan
penyimpanan obat.
Pada tahun 2013 dari 144 jenis obat yang dilaporkan, pemakaian terbanyak
adalah Paracetamol tablet 500 mg dengan pemakaian rata-rata per bulan 1,675,340
Page 80
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 66
tablet. Pemakaian obat terbanyak di Provinsi NTB tahun 2013 terlihat pada gambar
sebagai berikut.
Gambar IV.18 Pemakaian Rata-Rata per Bulan dari 10 Jenis Obat Terbanyak yang Digunakan
di Provinsi NTB Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2007-2013
Gambar IV.18 memperlihatkan bahwa jenis obat terbanyak yang digunakan jika
dikaitkan dengan penyakit terbanyak di tingkat puskesmas tahun 2013, menunjukkan
adanya ketepatan pemberian obat sesuai dengan indikasi penyakit. Pengobatan di
Provinsi NTB tahun 2013 dapat dikatakan rasiona karena pasien menerima terapi yang
tepat sesuai dengan kebutuhan kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya
dan pada periode waktu yang adekuat.
1.675.340
1.515.336
1.104.222
891.227
824.403
643.521
468.837
410.277
402.815
378.101
0 400.000 800.000 1.200.000 1.600.000
Paracetamol tablet 500 mg
Amoksisilin kaplet 500 mg
Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg
Gliseril Gualakolat tablet 100 mg
Vitamin B Kompleks tablet
Antasida DOEN I tablet kunyah
Deksametason tablet 0,5 mg
Prednison tablet 5 mg
Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat)
Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg
Page 81
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 67
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini telah berhasil
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara bermakna walaupun masih
dijumpai berbagai masalah dan hambatan. Pembangunan kesehatan masyarakat
sangat memerlukan sumber daya kesehatan yang merupakan semua perangkat keras
dan perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan.
A. Sarana Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan terdiri dari RS Umum, RS Khusus, Puskesmas dan
jaringannya, sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan sarana pelayanan lainnya
(seperti Balai pengobatan/klinik, Praktek Dokter Bersama, Praktek Dokter Perorangan
dan Praktek Pengobatan Tradisional). Rincian sarana pelayanan kesehatan tercantum
pada lampiran (tabel 68).
A.1 Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit umum yang ada di Provinsi NTB sampai akhir tahun 2013
sebanyak 23 buah. Berdasarkan pemilikan/pengelola terdistribusi sebagai berikut:
Tabel V.1
Jumlah Rumah Sakit Umum berdasarkan Pengelola di Provinsi NTB Tahun 2013
Kabupaten/Kota Pemilikan/Pengelola
Jumlah Pem.Prov NTB Pem.Kab/Kota TNI/Polri Swasta
Lombok Barat 0 1 0 0 1
Lombok Tengah 0 1 0 1 2
Lombok Timur 0 1 0 2 3
Sumbawa 1 1 0 0 2
Dompu 0 1 0 0 1
Bima 0 1 0 0 1
Sumbawa Barat 0 1 0 0 1
Lombok Utara 0 1 0 0 1
Mataram 1 1 2 6 10
Kota Bima 0 0 0 1 1
Jumlah 2 9 2 10 23
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Page 82
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 68
Tabel di atas memperlihatkan penyebaran RS di Provinsi NTB tidak merata. Unit
rumah sakit di Provinsi NTB sudah lebih dari cukup dimana tercatat dari segi
kepemilikan sebanyak 13 RS pemerintah dan 10 swasta. Namun penyebaran atau
tataletak RS masih tidak merata. Masih ada RS yang tidak menjangkau atau tidak
mencukupi dalam hal layanan kecukupan tempat tidur karena lebih banyak RS berada
di Pulau Lombok daripada di Pulau Sumbawa.
A.2 Rumah Sakit Khusus
Sesuai tipe pelayanan, selain Rumah Sakit Umum juga terdapat Rumah Sakit
Khusus. Rumah Sakit Khusus menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdarka jenis
penyakit dan disiplin ilmu tertentu atau mempunyai fungsi primer. Provinsi NTB
mempunyai 1 buah Rumah Sakit Khusus yaitu Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB.
A.3 Puskesmas dan Jaringannya
Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan
Unit Pelayanan Teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Dengan kata lain
puskesmas mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan
masyarakat dalam wilayah kerjanya.
Puskesmas di Provinsi NTB tahun 2013 tidak ada penambahan puskesmas
baru, sehingga jumlah puskesmas masih tetap berjumlah 157 buah yang terdiri dari
122 buah puskesmas rawat inap dan 35 buah puskesmas non rawat inap, namun ada
perubahan dari puskesmas non rawat inap menjadi puskesmas rawat inap. Jumlah
puskesmas di Provinsi NTB tahun 2013 terlihat pada tabel berikut.
Page 83
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 69
Tabel V.2 Jumlah Puskesmas di Provinsi NTB Tahun 2012- 2013
Kabupaten/
Kota
Tahun 2012 Tahun 2013
Rawat Inap Non Rawat
Inap Jumlah Rawat Inap
Non Rawat Inap
Jumlah
Lobar 5 11 16 5 11 16
Loteng 25 0 25 25 0 25
Lotim 29 0 29 29 0 29
Sumbawa 10 15 25 23 2 25
Dompu 6 3 9 6 3 9
Bima 20 0 20 20 0 20
KSB 6 3 9 6 3 9
KLU 2 6 8 2 6 8
Mataram 4 7 11 4 7 11
Kota Bima 2 3 5 2 3 5
Jumlah 109 48 157 122 35 157
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2012-2013
Tabel di atas memperlihatkan bahwa ada perubahan tipe puskesmas pada
tahun 2013. Pada tahun 2012 puskesmas non rawat inap sebanyak 48 buah,
sedangkan tahun 2013 puskesmas non rawat inap sebanyak 35 buah. Sebanyak 7
puskesmas non rawat inap beralih menjadi puskesmas rawat inap pada tahun 2013.
Puskesmas rawat inap atau puskesmas perawatan merupakan puskesmas yang
diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik
berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementara.
Rasio puskesmas terhadap 100.000 penduduk relatif tidak berubah
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2012, rasio puskesmas 3,39 terhadap
100.000 penduduk sedangkan pada tahun 2013, rasio puskesmas 3,37 terhadap
100.000 penduduk.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, puskesmas dibantu oleh
jaringannya yaitu puskesmas keliling dan puskesmas pembantu. Puskesmas keliling di
Provinsi NTB pada tahun 2013 sebanyak 205 buah dan puskesmas pembantu
sebanyak 560 buah, terinci sebagai berikut.
Page 84
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 70
Tabel V.2 Jumlah Puskesmas Puskesmas Keliling dan Puskesmas Pembantu di Provinsi NTB
Tahun 2013
Kabupaten/Kota Puskesmas Keliling Puskesmas Pembantu
Lombok Barat 17 57
Lombok Tengah 30 95
Lombok Timur 45 87
Sumbawa 29 93
Dompu 17 47
Bima 22 90
Sumbawa Barat 15 27
Lombok Utara 4 27
Mataram 11 18
Kota Bima 15 19
Jumlah 205 560 Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
A.4 Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Sarana produksi dan distribusi kefarmasian yang ada di Provinsi NTB yaitu
usaha kecil obat tradisional sebanyak 2 buah, produksi alat kesehatan sebanyak 2
buah, pedagang besar farmasi sebanyak 2 buah, apotek sebanyak 276 buah, toko
obat sebanyak 102 buah dan penyalur alat kesehatan sebanyak 1 buah.
A.5 Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat,
berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada
termasuk yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) diantaranya adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), dan Poskesdes (Pos
Kesehatan Desa)
A.3.1 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di
masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas yaitu kesehatan
ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan
diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu dikelompokkan ke dalam 4
strata posyandu yaitu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Data posyandu menurut
Page 85
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 71
strata di setiap kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran (tabel 70). Posyandu di
Provinsi NTB menurut strata tahun 2013 terlihat pada gambar berikut.
Gambar V.1 Persentase Posyandu menurut Strata di Provinsi NTB Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Pada tahun 2013, jumlah posyandu sebanyak 6.742 buah. Jumlah ini
meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebanyak 6.429 buah. Posyandu
yang aktif hanya sebanyak 2.994 atau sebanyak 44 % dari seluruh posyandu yang
ada. Rasio posyandu terhadap 100 balita pada tahun 2013 adalah 1,37 artinya, berarti
terdapat posyandu yang mempunyai sasaran lebih dari 100 balita. Jika dibandingkan
dengan jumlah desa dan kelurahan, maka rasio posyandu terhadap desa/ kelurahan
adalah 5,9 artinya setiap desa mempunyai sekitar 5-6 posyandu. Kondisi ini tidak jauh
berbeda dengan rasio posyandu tahun 2012 yaitu 5,8 atau rata-rata pada tiap
desa/kelurahan terdapat 5-6 posyandu.
A.3.2 Pos Kesehatan Desa
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah UKBM yang dibentuk di desa dalam
rangka mendekatkan/ menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
Poskesdes dapat dikatakan sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan
antara upaya masyarakat dan dukungan pemerintah. Pelayanannya meliputi upaya
promotif, preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama
Lobar Loteng Lotim Sbw Dompu Bima KSB KLU MtrKotaBima
MANDIRI 91 25 71 29 3 9 14 0 73 3
PURNAMA 436 283 661 241 201 279 131 47 65 10
MADYA 240 885 609 346 163 164 54 107 153 118
PRATAMA 35 382 323 31 16 131 11 215 55 32
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
pe
rse
n
Page 86
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 72
bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela Iainnya. Poskesdes di harapkan
sebagai pusat pengembangan dan kordinator berbagai UKBM yang dibutuhkan
masyarakat desa, misalnya Posyandu dan warung obat desa (WOD).
Pada tahun 2013 di Provinsi NTB terdapat 768 buah poskesdes, bertambah 35
buah poskesdes dari keadaan pada tahun 2012, poskesdes sebanyak 733 buah
poskesdes. Jumlah poskesdes di setiap kabupaten/kota tahun 2013 terlihat pada
gambar berikut.
Gambar V.2 Jumlah Poskesdes dan Desa/Kelurahan di kabupaten/kota se- Provinsi NTB
Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar V.2 memperlihatkan bahwa desa/kelurahan di Provinsi NTB pada tahun
2013 belum mempunyai poskesdes, kecuali Kabupaten Sumbawa Barat.
A.6 Desa Siaga
Desa Siaga adalah desa/kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara
mandiri.
Pada tahun 2013 di NTB terdapat 992 desa/kelurahan Siaga dari 1.135
desa/kelurahan yang ada. Desa Siaga aktif adalah desa yang mempunyai Poskesdes
atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan
116 120
149
50 66
128
64
27 21 27 122 139 254 165 79 191 64 33 50 38
0
50
100
150
200
250
Lobar Loteng Lotim Sbw Dompu Bima KSB KLU Mtr KotaBima
poskesdes desa/kelurahan
Page 87
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 73
kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilance
berbasis masyarakat yang meliputi gizi, penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Distribusi
desa/kelurahan di kabupaten/kota terlihat pada gambar berikut.
Gambar V.3 Desa/Kelurahan Siaga di Provinsi NTB Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar di atas memperlihatkan bahwa desa/kelurahan siaga dengan strata
pratama lebih dominan daripada strata lainnya, bahkan di Kota Bima semua
kelurahannya adalah kelurahan siaga dengan strata pratama.
B. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan, memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan.
Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan
kesehatan.
Tenaga kesehatan dapat dikelompokkan sesuai dengan keahlian dan kualifikasi
yang dimiliki, antara lain meliputi tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga
keperawatan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga sanitarian, tenaga gizi, tenaga
keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga kesehatan lainnya.
Lobar Loteng Lotim Sbw Dompu Bima KSB KLU MtrKotaBima
NTB
MANDIRI 0 0 0 2 0 0 0 0 3 0 5
PURNAMA 3 0 5 8 9 0 14 7 9 0 55
MADYA 26 1 0 66 40 39 49 13 13 0 247
PRATAMA 44 123 190 89 30 132 1 13 25 38 685
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
de
sa/k
elu
rah
an
Page 88
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 74
Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi NTB pada tahun 2013 sebanyak 9.240
orang dengan proporsi sebagai berikut:
Gambar V.4 Jenis Tenaga Kesehatan di Provinsi NTB Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Gambar V.4 memperlihatkan bahwa proporsi terbanyak adalah tenaga perawat
sebanyak 39 persen dan bidan sebanyak 26% dari tenaga kesehatan yang ada di
Provinsi NTB. Data terinci tentang tenaga kesehatan dapat dilihat pada lampiran (tabel
73-81).
Tenaga dokter spesialis yang bekerja di sarana kesehatan sebanyak 184 orang.
Kondisi ini lebih banyak daripada kondisi tahun 2012 dimana dokter spesialis hanya
sebanyak 83 orang. Rasio dokter spesialis per 100.000 penduduk di Provinsi NTB
tahun 2013 sebesar 4. Rasio dokter spesialis ini berada di bawah standar WHO sebesar
6 per 100.000 penduduk.
Tenaga dokter umum yang ada di Provinsi NTB sebanyak 545 orang dan rasio
dokter umum per 100.000 penduduk adalah 11,7. Rasio dokter umum tahun 2013
meningkat daripada tahun 2012, rasio dokter umum tahun 2012 adalah 7,66 per
100.000 penduduk. Namun rasio dokter umum di Provinsi NTB masih d bawah target
nasional 40 per 100.000 penduduk.
TENAGA KESEHATAN
LAINNYA 1%
DOKTER GIGI 2%
PERAWAT GIGI 2%
KESMAS 3%
KEFARMASIAN 4%
KESLING 4%
TENAGA GIZI 5%
TENAGA TEKNISI MEDIS
6% DOKTER 8%
BIDAN 26%
PERAWAT 39%
Page 89
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 75
Tenaga dokter gigi yang ada di Provinsi NTB sebanyak 134 dan rasio dokter
gigi adalah 2,9 per 100.000 penduduk. Rasio dokter gigi di Provinsi NTB masih
dibawah target nasional 11 per 100.000 penduduk.
Tenaga perawat di Provinsi NTB sebanyak 3.634 dan rasio tenaga perawat
adalah 78 per 100.000 penduduk.Tenaga bidan di Provinsi NTB sebanyak 2.365 orang,
dan rasio tenaga bidan adalah 99 per 100.000 penduduk.
C. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan pembangunan kesehatan se-Provinsi NTB tahun 2012
diperoleh dari berbagai sumber yaitu APBD kabupaten/kota se-NTB, APBD
Provinsi NTB, APBN (Dana Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan (TP) termasuk TP
Rumah Sakit dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Jamkesmas dan
Jampersal), Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN), sumber pemerintah
lainnya,swasta dan masyarakat.
Pembiayaan kesehatan se-Provinsi NTB tahun 2013 dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar V.5 Pembiayaan Kesehatan di Provinsi NTB Tahun 2013
Sumber: Profil Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten/kota Tahun 2013
Page 90
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 76
Pada tahun 2013 anggaran kesehatan se-Provinsi NTB tercatat sebanyak
Rp.1.131.074.509.208 atau Rp. 243.326 perkapita/tahun. Jika dibandingkan
dengan penyataan WHO bahwa anggaran kesehatan yang ideal untuk menjamin
terselenggaranya program/pelayanan kesehatan esensial adalah sebesar US$
34/kapita atau sekitar Rp.340.000/kapita (1 US$ = Rp. 10.000), berarti anggaran
kesehatan di kabupaten/kota masih jauh dibawah patokan tentang kecukupan
anggaran kesehatan di kabupaten/kota.
Anggaran kesehatan berasal dari APBD kabupaten/kota sebanyak
Rp.597.297.173.082,- (56,04 % dari total anggaran kesehatan se-Provinsi NTB.
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 mengamanatkan bahwa anggaran untuk bidang
kesehatan adalah 10% dari anggaran daerah di luar gaji. Jika Belanja Langsung dari
APBD kabupaten/kota berjumlah Rp. 256.066.428.315,- dan total APBD
kabupaten/kota se-Provinsi NTB tahun 2013 adalah Rp.6.895.116.967.809,- berarti
anggaran untuk bidang kesehatan di luar gaji sekitar 3,84 persen saja.
Page 91
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 77
BAB VI
KESIMPULAN
Hasil pembangunan kesehatan di Provinsi NTB tahun 2013 memperlihatkan
beberapa keberhasilan. Antara lain peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH) di
Provinsi NTB sampai 2012, walaupun AHH Provinsi NTB tersebut masih dibawah AHH
nasional. Peningkatan AHH tersbut juga menunjukkan adanya peningkatan kehidupan
dan kesejahteraan masyarakat Provinsi NTB.
Pada tahun 2013, terjadi penurunan kasus kematian bayi dari tahun
sebelumnya, walaupun masih diatas angka nasional. Kasus kematian balita juga
menurun dibandingkan tahun sebelumnya
Selain keberhasilan tersebut, masih terdapat beberapa kekurangan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang dapat dilihat dari belum tercapainya
cakupan beberapa program dan kegiatan sesuai target yang diharapkan dan masih
tingginya angka kesakitan beberapa penyakit.
Berdasarkan hasil kinerja tersebut perlu ditelaah lebih lanjut terkait
keberhasilan dan kekurangan pelaksanaan pembangunan kesehatan sebagai bahan
perencanaan pembangunan kesehatan dan pengambilan keputusan di Provinsi NTB.
Page 92
Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun 2013 78
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Barat Dalam
Angka 2013, Mataram, Tahun 2014.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota se-Provinsi NTB, Profil Kesehatan Kabupaten/Kota,
tahun 2013
Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat, Laporan Pemantauan Status Gizi
Provinsi Nusa Tenggara Barat 2013, Mataram, tahun 2013.