Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Bintan Sehat 2010 Profil Kesehatan Tahun 2008 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, untuk mencapai tujuan tersebut penyelenggaraan pembangunan kesehatan mestilah dilaksanakan dengan perencanaan program pembangunan kesehatan yang baik sesuai dengan kebutuhan, terarah, menyeluruh dan berkesinambungan oleh segenap bangsa Indonesia baik oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota, maupun oleh sektor swasta dan masyarakat. Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan kesehatan nasional tersebut, salah satu upaya yang dikembangkan adalah Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan bagian fungsional dari Sistem Kesehatan yang dibangun dan himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehatan. Kegiatan pengembangan SIKNAS yang dilaksanakan diantaranya adalah pengemasan data dan informasi kesehatan dalam bentuk penyusunan buku Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2008 memuat dan menggambarkan berbagai data dan informasi kesehatan yang meliputi pencapaian sasaran pembangunan kesehatan, derajat kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan. Disamping itu Profil Kesehatan Kabupaten Bintan menyajikan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan, seperti data kependudukan, data sosial ekonomi, data lingkungan dan geografi serta data lainnya yang dianggap perlu. BAB I P E N D A H U L U A N
64
Embed
profil kesehatan 2008 · Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan ... informasi kesehatan yang meliputi pencapaian sasaran pembangunan kesehatan, ... Sistematika Penulisan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, untuk mencapai
tujuan tersebut penyelenggaraan pembangunan kesehatan mestilah dilaksanakan dengan
perencanaan program pembangunan kesehatan yang baik sesuai dengan kebutuhan, terarah,
menyeluruh dan berkesinambungan oleh segenap bangsa Indonesia baik oleh pemerintah pusat,
provinsi dan kabupaten/kota, maupun oleh sektor swasta dan masyarakat.
Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan kesehatan nasional tersebut, salah satu upaya
yang dikembangkan adalah Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS). SIKNAS bukanlah
suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan bagian fungsional dari Sistem Kesehatan yang
dibangun dan himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi kesehatan.
Kegiatan pengembangan SIKNAS yang dilaksanakan diantaranya adalah pengemasan
data dan informasi kesehatan dalam bentuk penyusunan buku Profil Kesehatan Kabupaten/Kota.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2008 memuat dan menggambarkan berbagai data dan
informasi kesehatan yang meliputi pencapaian sasaran pembangunan kesehatan, derajat
kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan. Disamping itu Profil Kesehatan
Kabupaten Bintan menyajikan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan, seperti
data kependudukan, data sosial ekonomi, data lingkungan dan geografi serta data lainnya yang
dianggap perlu.
BAB I
P E N D A H U L U A N
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Profil kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2008 juga merupakan salah satu sarana
evaluasi terhadap keberhasilan dan kinerja serta permasalahan dan kendala yang dihadapi
sepanjang tahun 2008. Hasil evaluasi akan sangat bermanfaat untuk perbaikan perencanaan
pembangunan kesehatan dimasa datang. Seluruh data disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan
narasi serta dilengkapi dengan analisis diskriptif.
Dengan tersedianya data-data dan informasi yang akurat dan valid dalam Profil
Kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2008 ini, diharapkan bermanfaat tidak saja sebagai media
evaluasi pencapaian pembangunan kesehatan tahun 2008, tetapi juga menjadi sumber utama
sebagai dasar dalam sistem pengambilan keputusan untuk penyusunan program-program
pembangunan kesehatan dan kebijakan kesehatan dimasa akan datang.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penyusunan Profil Kesehatan ini adalah untuk mengetahui
gambaran yang menyeluruh mengenai kondisi daerah dan kesehatan masyarakat,
pencapaian dan kinerja pembangunan kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2008.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran umum sejarah singkat, keadaan lingkungan fisik, geografi,
sosial ekonomi, pendidikan, dan demografi di Kabupaten Bintan tahun 2008.
2. Diketahuinya Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Kesehatan serta program-program
dan target-target tahunan pembangunan kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2008.
3. Diketahuinya hasil pencapaian pembangunan kesehatan Kabupaten Bintan tahun
2008.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
4. Diketahuinya kinerja pembangunan kesehatan, sumber daya pembangunan
kesehatan dan permasalahan pembangunan kesehatan di Kabupaten Bintan tahun
2008.
1.3. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2008 ini disajikan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab I menjelaskan secara singkat latar belakang, manfaat dan tujuan penyusunan
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2008 dan sistematika penyajiannya.
BAB II GAMBARAN UMUM
Bab II menyajikan gambaran umum Kabupaten Bintan, yang meliputi letak geografis,
administratif dan informasi demografi, keadaan pendidikan serta keadaan lingkungan
dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat.
BAB III SITUASI DEREJATA KESEHATAN KABUPATEN BINTAN
Bab III menguraikan indikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka
status gizi masyarakat di Kabupaten Bintan Tahun 2008.
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
Bab IV menyajikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan
dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan
dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat dan pelayanan kefarmasian. Upaya
pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini mengakomodir indikator kinerja
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan, serta upaya pelayanan
kesehatan lainnya yang dilaksanakan oleh Kabupaten Bintan Tahun 2008.
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Bab V menggambarkan secara umum tentang sumber daya yang ada di Kabupaten
Bintan Tahun 2008, meliputi sarana prasarana kesehatan, sumber daya tenaga
kesehatan dan pembiayaan kesehatan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab VI menggambarkan secara umum hal-hal penting yang perlu disimak dan
ditelaah lebih lanjut dari hasil pencapaian pembangunan kesehatan, kinerja
pembangunan kesehatan, serta saran-saran berupa rekomendasi dalam upaya
mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada. Dalam bab ini juga menjabarkan
hal-hal yang belum tercapai atau masih kurang dalam rangka upaya menuju
Kabupaten Bintan Sehat.
LAMPIRAN
Pada lampiran profil kesehatan tahun 2008 ini dilampirkan tabel profil kesehatan sebanyak 63
tabel.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
2.1. Sejarah Singkat
Kabupaten Bintan sebelumnya merupakan Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten
Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad yang silam tidak hanya di nusantara tetapi juga
mancanegara. Wilayahnya memiliki ciri khas terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar
di Laut Cina Selatan, karena itulah julukan kepulauan “Segantang Lada” sangat tepat untuk
menggambarkan betapa banyaknya pulau yang ada di daerah ini.
Pada tahun 1722-1911, terdapat dua kerajaan melayu yang berkuasa dan berdaulat
yaitu Kerajaan Melayu Lingga yang pusat kerajaannya di Daik dan Kerajaan Melayu Riau di Pulau
Bintan, berdasarkan Treaty of London kedua kerajaan ini dijadikan satu menjadi Kerajaan Melayu
yang wilayah kekayuasaannya bukan hanya di Kepulauan Riau tetapi meliputi daerah Johor dan
Malak (Malaysia), Singapura dan sebagian wilayah Indragiri Hilir. Pusat kerajaan terletak di Pulau
Penyengat dan menjadi terkenal di Nusantara dan kawasan Semenanjung Malaka.
Pemerintah Hinidia Belanda menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk
dijadikan sebuah keresidenan yang dibagi menjadi dua Afdelling yaitu: (1). Afdelling
Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau-Lingga, Indragiri Hilir dan Kateman yang
berkedudukan di Tanjungpinang dan, (2). Afdelling Indragiri yang berkedudukan di Rengat.
Berdasarkan Surat Keputusan delegasi Republik Indonesia, Provinsi Sumatera Tengah
tanggal 18 Mei 1950 No.9/Deprt. menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan
Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh Bupati sebagai kepala
daerah dengan membawahi empat kewedanan sebagai berikut: (1). Kewedanan Tanjungpinang
meliputi wilayah kecamatan Bintan Selatan (termasuk kecamatan Bintan Timur, Galang,
Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur), (2). Kewedanan Karimun meliputi wilayah
kecamatan Karimun, Kundur dan Moro, (3). Kewedanan Lingga meliputi wilayah kecamatan
Lingga, Singkep dan Senayang, dan (4). Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah kecamatan
Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN BINTAN
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan No.26/K/1965 dengan mempedomani Instruksi
Gubernur Riau tanggal 10 Februari 1964 No.524/A/1964 dan Instruksi No.16/V/1964 dan Surat
Keputusan Gubernur Riau tanggal 9 Agustus 1964 No.UP/247/5/1965, tanggal 15 November 1965
No. UP/256/5/1965 menetapkan terhitung mulai Januari 1966 semua daerah administratif
kewedanan dalam Kabupaten Kepulauan Riau di hapuskan.
Beberapa peraturan pemerintah dan undang-undang tentang pemekaran Kepulauan
Riau menjadi beberapa kota dan kabupaten, sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah No.31 tahun 1983 dibentuk kota administratif Tanjungpinang
2. Peraturan Pemerintah No.34 tahun 1983 dibentuk kotamadya Batam.
3. Undang-undang No. 53 tahun 1999 dan UU No.13 tahun 2000, Kepulauan Riau
dimekarkan menjadi 3 Kabupaten antara lain Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten
Karimun dan Kabupaten Natura
4. Undang-undang No.5 tahun 2001, kota administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota
Tanjungpinang.
5. Peraturan Pemerintah No.5 tahun 2006 tanggal 23 Februari 2006, Kabupaten Kepulauan
Riau berubah nama menjadi Kabupaten Bintan.
2.2. Letak Geografi
Kabupaten Bintan terletak antara 0 derajat 6 menit 17 detik Lintang Utara dengan 1
derajat 34 menit 52 detik Lintang Selatan dan 104 12 detik derajat Bujur Timur di sebelah Barat
dan 108 derajat 12 menit 47 detik Bujur Timur di sebelah Barat dan 108 derajat 2 menit 27 detik
Bujur Timur di sebelah Timur. Luas wilayah daratan dan lautan mencapai 88.038,54 Km persegi
dengan luas daratan 1.946,13 KM persegi (2,21 persen) dan luas lautan 86.092,41 Km persegi
(97.79 persen).
Jumlah pulau besar dan pulau kecil yang ada seluruhnya 241 buah pulau, 49 pulau
diantaranya sudah dihuni, 192 pulau kosong, 190 pulau bernama dan 12 pulau tidak bernama.
Pulau yang tidak berpenghuni serta tidak bernama sebagian sudah dimanfaatkan untuk kegiatan
pertanian khususnya usaha perkebunan, secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 1.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Tabel 1. Jumlah dan Luas Pulau menurut Kecamatan Kabupaten Bintan Tahun 2008
Jumlah Pulau Number Of Island
Luas/Area ( KM2)/Sgr Km
No Kecamatan Sub District Sudah
dihuni Inhabitat
Belum dihuni Unhabitat
Jumlah Total
Daratan Land
Lautan Sea
1 Bintan Timur 21 84 105 461,00 18.417,51
2 Bintan Pesisir ...1) ...1) ...1) ...1) ...1)
3 Mantang ...1) ...1) ...1) ...1) ...1)
4 Gunung Kijang - 20 20 503,12 4.426,61
5 Toapaya ...1) ...1) ...1) ...1) ...1)
6 Teluk Bintan 5 5 10 185,00 226,97
7 Teluk Sebong - 22 22 408,34 3.829,33
8 Bintan Utara 3 4 7 219,25 198,57
9 Sri Kuala Lobam ...1) ...1) ...1) ...1) ...1)
10 Tambelan 20 57 77 169,42 58.993,42
Jumlah/Total 49 192 241 1.946,13 86.092,41 Sumber : Bintan dalam angka 2007
Source : Bintan in Figures 2007 1) Masih masuk kecamatan induk 1) Included in main sub district
Jumlah kecamatan tahun 2008 di Kabupaten Bintan sebanyak 10 Kecamatan dan 51
desa/kelurahan, tahun 2007 jumlah kecamatan sebanyak 7 kecamatan dan 42 desa/kelurahan.
Pemekaran wilayah kecamatan terjadi di wilayah Kecamatan Bintan Timur yang terbagi menjadi 3
(tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Bintan Timur sebagai kecamatan induk dan Kecamatan Bintan
Pesisir serta Mantang merupakan kecamatan pemekaran, sedangkan Kecamatan Gunung Kijang
terbagi menjadi 2 (dua) yaitu Kecamatan Gunung Kijang sebagai kecamatan induk dan
Kecamatan Toapaya merupakan kecamatan pemekaran. Pemekaran kecamatan ini berimplikasi
pada pemekaran desa/kelurahan dari 42 desa/kelurahan tahun 2007 menjadi 51 desa/kelurahan
tahun 2008. Gambaran jumlah kecamatan dan desa/kelurahan tahun 2008, dapat dilihat pada
tabel 2.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Tabel 2. Jumlah Desa/Kelurahan dan Jarak dari Ibu Kota Kecamatan menurut
Kecamatan Kabupaten Bintan Tahun 2008
No Kecamatan (Sub District)
Ibu Kota Kecamatan
(City of Sub District)
Desa/Kelurahan (Village)
Jarak (Km) Distance (Km)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Bintan Timur Kijang Kijang Kota 1 Sungai Enam 5 Gunung Lengkuas 7.3 Sungai Lekop 6.3 2 Bintan Pesisir Kelong Mapur 60 Numbing 10 Kelong 1 Air Glubi 3 3 Mantang Mantang Mantang Lama 0.5 Mantang Besar 1.5 Mantang Baru 5 Dendun 5.6 4 Gunung Kijang Kawal Gunung Kijang 15 Teluk Bakau 11 Malang Rapat 23 Kawal 2 5 Toapaya Toapaya Toapaya Utara 14 Toapaya 4.5 Toapaya Asri 0 Toapaya Selatan 8 6 Teluk Bintan Tembeling Pangkil 43 Pengujang 46 Penaga 57 Tembeling 31 Bintan Buyu 24 Tembeling Tanjung 5 7 Teluk Sebong Sebong Lagoi Sebong Pereh 5 Sebong Lagoi 10 Ekang Ancuali 5 Sri Bintan 18 Pengudang 38
Berakit
Kota Baru 50 2
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
No Kecamatan (Sub District)
Ibu Kota Kecamatan
(City of Sub District)
Desa/Kelurahan (Village)
Jarak (Km) Distance (Km)
(1) (2) (3) (4) (5) 8 Bintan Utara Tanjung Uban Lancang Kuning 5 Tg. Uban Selatan 1 Tg. Uban Kota 2 Tg. Uban Utara 4 Tg. Uban Timur 4 9 Sri Kuala Lobam Teluk Lobam Kuala Simpang 16 Busung 7 Teluk Sasah 1 Teluk Lobam 0 Tanjung Permai 1 10 Tambelan Tambelan Pulau Pinang 120 Pulau Mentebung 120 Kampung Melayu 1.5 Kampung Hilir 1 Teluk Sekuni 120 Batu Lepuk 2 Kukup 2 Pulau Pengikik 120 Sumber: Podes 2008, BPS Kabupaten Bintan
Source : Podes 2008, BPS – Statistics of Bintan Regency
Daerah Kabupaten Bintan berbatasan dengan :
� Sebelah Utara : Kabupaten Natuna
� Sebelah Selatan : Kabupaten Lingga.
� Sebelah Barat : Kota Tanjungpinang dan Kota Batam.
� Sebelah Timur : Propinsi Kalimantan Barat.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
2.3 Kependudukan
Pada tahun 2008 pertumbuhan penduduk Kabupaten Bintan sebesar 1,94 persen. Dalam
kaitan itu, aspek penataan administrasi kependudukan merupakan hal penting dalam mendukung
perencanaan pembangunan, baik di tingkat nasional maupun daerah. Berdasarkan data pada
tahun 2008 jumlah pasangan usia subur di Kabupaten Bintan adalah 20.322 pasangan, dengan
jumlah KB aktif sebanyak 17.329 orang.
Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas merupakan agenda penting
dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Hal ini diselenggarakan melalui pengendalian
kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas insani dan sumber daya manusia. Karakteristik
pembangunan antara lain dilaksanakan melalui pengendalian pertumbuhan penduduk, keluarga
berencana, dan pengembangan kualitas penduduk, melalui pewujudan keluarga kecil yang
berkualitas dan mobilitas penduduk.
Berdasarkan Sensus Penduduk 2000, penduduk Kabupaten Bintan setelah pemekaran,
berjumlah 318.566 orang, terdiri dari penduduk bertempat tinggal tetap 315.873 orang dan
penduduk yang bertempat tinggal tidak tetap 2.693 orang. Dibandingkan dengan keadaan tahun
1990, penduduk Bintan (tidak termasuk yang telah menjadi Kabupaten Natuna dan Karimun) telah
mengalami kenaikan rata-rata 2,93 persen per-tahun. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dibanding
laju pertumbuhan periode 1980-1990 yang besarnya 1,83 persen. Jumlah penduduk Kabupaten
Bintan pada tahun 2008 sebesar 125.052 jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 64
jiwa/Km2. Dibandingkan dengan keadaan tahun 2007 penduduk Bintan telah mengalami kenaikan
sebanyak 2.381 jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 63 jiwa/Km2.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Tabel. 3
: Jumlah Penduduk dan Kepadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Bintan, Tahun 2008
No Kecamatan Luas
Wilayah (Km2)
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan (Jiwa/Km2)
1 Teluk Bintan 185 8.616 46,57 2 Seri Kuala Lobam 16.173 3 Bintan Utara 219 20.184 92,16 4 Teluk Sebong 408 11.257 27,59 5 Bintan Timur 461 35.676 77,39 6 Bintan Pesisir 8.013 7 Mantang 3.673 8 Gunung Kijang 503 9.100 18,09 9 Tuapaya 7.628 10 Tambelan 169 4.738 28,04
Jumlah 1945 125.058 64,30 Sumber: BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2009
Source : BPS – Statistics of Bintan Regency
2.4. Keadaan Pendidikan.
Salah satu keberhasilan pembangunan dalam suatu negara adalah apabila didukung
oleh sumber daya manusia yang berkualitas melalui jalur pendidikan. Pemerintah berupaya
menghasilkan dan meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia yang ada. Wajib belajar 6
tahun yang kemudian dilanjutkan dengan wajib belajar 9 tahun serta program pendidikan lainnya
merupakan bentuk upaya pemerintah dalam menciptakan sumberdaya yang berkualitas yang
pada akhirnya akan tercipta sumberdaya manusia tangguh yang siap bersaing pada era
globalisasi.
Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat
menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan. Dari tahun ketahun fasilitas pendidikan
semakin meningkat serta diimbangi juga dengan jumlah murid yang semakin meningkat setiap
tahunnya.
Salah satu ukuran mendasar bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf. Menurut data
Bintan Dalam Angka Tahun 2007 persentase penduduk usia 10 tahun keatas yang melek huruf
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
tercatat 94.85 persen, angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2006 93.48 persen dan
yang buta huruf sekitar 5.15 persen turun dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu 6.52 persen.
Gambar 1. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Kemampuan
Baca Tulis Tahun 2007
Sumber: diolah dari Susenas 2007, BPS Kabupaten Bintan
Source : based on National Social-economic Survey 2007, BPS – Statistic of Bintan Regency
2.5. Keadaan Ekonomi.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bintan pada tahun 2007 tumbuh 5,31 persen,
sedikit mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2006 5,36 persen. Bila dibandingkan
pertumbuhan ekonomi antara tahun 2007 terhadap 2006, tujuh sector sector mengalami
peningkatan yaitu sector pertanian, listrik, gas dan air, bangunan, perdagangan hotel dan
restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan, dan sector
jasa-jasa lain. Sedangkan sector pertambangan dan penggalian dan sector industri pengolahan
mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi yaitu masing-masing 4,99 persen dan 4,23 pesen
pada tahun 2006 menjadi 3.95 persen dan 3,51 persen pada tahun 2007.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Perlambatan kenaikan pertumbuhan ekonomi ini akan berdampak pada belanja
pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bintan, karena secara
tidak langsung akan mempengaruhi perekonomian masyarakat.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
3.1. Program Kesehatan
Sektor kesehatan termasuk prioritas utama dalam proses pembangunan di Kabupaten
Bintan. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap
upaya pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya. Pembangunan Kesehatan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia dan pembangunan ekonomi serta berperan penting terhadap
penanggulangan kemiskinan sehingga dikatakan pembangunan kesehatan adalah suatu
investasi bagi pembangunan masyarakat di Kabupaten Bintan.
Mendukung terwujudnya “Indonesia Sehat 2010 “, maka penerapan pembangunan
berwawasan kesehatan melalui pendekatan Kabupaten / Kota Sehat akan memberi dampak luas
bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat baik diperkotaan maupun dipedesaan/kelurahan.
Untuk itu perlu adanya persamaan persepsi terhadap Pengertian “Kabupaten Sehat“, yaitu
kesatuan wilayah administrasi pemerintah yang terdiri dari desa/kelurahan yang masyarakatnya
secara terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat yang didukung oleh
lingkungan, prasarana wilayah, askes, pelayanan sosial, ekonomi dan kesehatan yang memadai,
sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku sehat yang hidup di lingkungan yang
aman, nyaman dan sehat. Guna mewujudkan “Kabupaten Sehat “ tersebut di Kabupaten Bintan ,
maka perlu adanya Visi, Misi dan Strategi pembangunan kesehatan.
3.1.1. Visi
Visi pembangunan kesehatan di Kabupaten Bintan sebagaimana telah ditetapkan dan
dituangkan dalam rencana strategis Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Tahun 2006 – 2010 adalah “Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Bermutu yang Merata dan
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
KABUPATEN BINTAN
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Terjangkau Menuju Kabupaten Bintan Sehat”. Harapan berdasarkan Visi tersebut dapat
dijelaskan bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai pada jangka waktu lima tahun kedepan atau
pada akhir tahun 2010 adalah terwujudnya pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keluarga
berencana bermutu yang merata di seluruh wilayah Kabupaten Bintan, serta terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat dalam rangka pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya menuju Kabupaten Bintan Sehat .
3.1.2. Misi
Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut diatas, maka Dinas Kesehatan dan Keluarga
Berencana Kabupaten Bintan, menetapkan misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan dan memantapkan Manajemen dan Kinerja serta Mutu Pelayananan
Kesehatan dan Keluarga Berencana di semua tingkat administrasi/Strata dan unit-unit
pelayanan.
2. Meningkatkan dan mengembangkan Promosi Kesehatan dan Membudayakan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat.
3. Meningkatkan Kinerja dan memperkuat upaya-upaya Pengendalian Penyakit dan
mewujudkan lingkungaan sehat, serta penanggulangan masalah gizi masyarakat.
4. Meningkatkan Kualitas Sistem Informasi Kesehatan (SIK).
5. Memantapkan Kemitraan Lintas Sekstor dan Pemberdayaan masyarakat.
3.1.3. Arah Kebijakan
Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan menuju Visi terwujudnya
Pelayanan Kesehatan bermutu yang merata dan terjangkau menuju Kabupaten Bintan Sehat
2010, kebijakan pembangunan kesehatan diarahkan pada :
1. Pengembangan dan Peningkatan Sumber Daya Kesehatan
Agar pembangunan kesehatan dapat terselenggara secara berhasil guna dan berdaya
guna, diperlukan sumber daya manusia/tenaga kesehatan yang bermutu, cukup jumlah dan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
jenisnya, serta tersebar secara adil dan merata sesuai kebutuhan dan tuntutan dan tantangan
dimasa mendatang.
2. Pelaksanaan Upaya Kesehatan
Sesuai dengan paradigma, Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Bintan agar
pembangunan kesehatan dapat terselenggara secara berhasilguna dan berdaya guna, diperlukan
sumber daya manusia/tenaga kesehatan yang bermutu, cukup jumlah dan jenisnya, serta tersebar
secara adil dan merata sesuai kebutuhan dan tuntutan dan tantangan dimasa mendatang.
3. Penanggulangan Kemitraan Lintas Sektor
Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan
kerjasama lintas sektor yang mantap. Demikian pula optimalisasi pembangunan berwawasan
kesehatan yang mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.
4. Pemberdayaan Masyarakat Swasta.
Dalam era reformasi yang sedang berjalan pada dewasa ini, masyarakat termasuk
swasta diharapkan berperan aktif dan berkontribusi secara nyata dalam pembangunan kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mendorong masyarakat agar mampu secara
mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan
melalui pelaksanaan subsidi silang dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat ( JPKM).
5. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas.
Pelaksanaan Program dan kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan akan efektif
dan efisien bila upaya pengawasan internal secara terus menerus ditingkatkan intensitas dan
kualitasnya melelui pemantapan system dan prosedur pengawasan melekat dari pimpinan kepada
bawahan dan jajarannya secara berjenjang. Pelaksanaan pengawasan dilakukan secara
komprehensif dan berbasis kinerja.
3.1.4. Strategi
1. Meningkatkan Alokasi Pembiayaan Pembangunan Kesehatan dan Keluarga Berencana
melalui APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN serta PHLN.
2. Meningkatkan Jumlah, Jenis, Mutu dan Profesionalisme Sumber Daya Tenaga Kesehatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
3. Meningkatkan dan Memantapkan Peranan dan Fungsi Pelayanan serta Manajemen
Kesehatan.
4. Memantapkan dan Merealisasikan Komitmen Bersama untuk Pembangunan Kesehatan
umumnya, dan secara khusus Meningkatkan Upaya Pelayanan Kesehatan dan Keluarga
Berencana Bermutu yang Merata dan Terjangkau.
3.1.5. Program-program Pembangunan Kesehatan
Untuk mengimpelementasikan arah kebijakan dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan tersebut, dijabarkan dalam 11 program pembangunan kesehatan Kabupaten Bintan
(RPJMD) Tahun 2006 – 2010 sebagai berikut:
1. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Program promosi Kesehatan dan Pemberdayaan individu, keluarga dan masyarakat
agar mampu menumbuhkan kembangkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mengembangkan
upaya kesehatan bersumber masyarakat dengan melaksanakan kegiatan pokok :
a. Peningkatan upaya promosi kesehatan dan pengembangan media promosi
kesehatan;
b. Pengembangan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) dan
generasi muda.
2. Program Peningkatan Lingkungan Sehat
Program ini bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat melalui
peningkatan dan pembinaan serta penggalangan kemitraan untuk menggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan dengan kegiatan pokok :
a. Pengawasan kualitas air dan lingkungan;
b. Peningkatan dan pemantapan penyelenggaran akselerasi desa sehat;
c. Peningkatan upaya pengawasan penyehatan makanan dan minuman;
d. Peningkatan upaya penyehatan lingkungan daerah wisata;
e. Peningkatan pembinaan dan pengembangan klinik sanitasi;
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
f. Peningkatan pengawasan dan pengendalian dampak pencemaran.
3. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Program ini ditujukan untuk meningkatkan jumlah, pemerataan, dan mutu pelayanan
kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya meliputi Puskesmas Pembantu, Puskesmas
Keliling, dan Bidan di Desa/Polindes.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini antara lain meliputi:
a. Pelayanan kesehatan penduduk miskin dan daerah terpencil di Puskesmas dan
jaringannya;
b. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya
promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi,
kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan pengobatan dasar.
4. Program Upaya Kesehatan Perorangan dan Rujukan.
Program bertujuan untuk meningkatkan akses, keterjangkauan dan mutu pelayanan
kesehatan perorangan dan rujukan.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi:
a. Pelayanan Kesehatan penduduk miskin yang dirawat inap di Puskesmas;
b. Peningkatan mutu pelayanan rawat inap di Puskesmas Perawatan;
c. Peningkatan dan Pengembangan pelayanan kesehatan rujukan, kedokteran
keluarga, peran serta sektor swasta dan UKP.
5. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit.
Tujuan program ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan
akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang akan
ditanggulangi adalah malaria, DBD, TB.Paru, Diare, Polio, HIV/AIDS, Pneumonia, penyakit –
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Sedangkan penyakit tidak menular dan
degeneratif yang prioritas ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan sirkulasi darah,
diabetes mellitus, dan penyakit – penyakit lainnya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Kegiatan pokok program ini meliputi :
a. Peningkatan imunisasi;
b. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Malaria;
c. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD;
d. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Filariasis;
e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC;
f. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit IMS;
g. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare;
h. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA/Pneumonia;
i. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta;
j. Peningkatan Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan Wabah/KLB;
k. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Degeneratif.
6. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya
meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak balita.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi :
a. Peningkatan kemampuan tenaga penglola dan pelaksana program gizi di
Puskesmas dan jaringannya;
b. Penanggulangan masalah kurang energi protein (KEP), Anemia gizi besi, gangguan
akibat kurang yodium (GAKY), kurang Vitamin A, dan kekurangan zat gizi mikro
lainnya;
c. Penanggulangan masalah gizi lebih;
d. Peningkatan Surveilens gizi.
e. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
7. Program Pengawasan Obat, Makanan dan Minuman
Tujuan program ini untuk melindungi masyarakat dari penyalahgunaan pemakaian
sediaan farmasi dan alat-alat kesehatan, serta produk makanan dan minuman yang beredar di
masyarakat, sarana kefarmasian, serta pelayanan kesehatan swasta lainnya.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi :
a. Peningkatan pengetahuan dan wawasan bagi produsen/pengedar
makanan/minuman;
b. Meningkatkan pengawasan peredaran dan pemakaian sediaan farmasi, obat-
obatan, obat tradisional, alat kesehatan, serta makanan dan minuman.
8. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.
Program ini ditujukan untuk menjamin ketersediaan obat, mutu pemerataan dan
keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional, perbekalan kesehatan
rumah tangga dan kosmetika.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi :
a. Merencanakan dan melakukan pengadaan kebutuhan obat dan perbekalan
kesehatan untuk puskesmas dan jaringannya;
b. Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan.
9. Program Peningkatan Kesehatan Keluarga.
Tujuan program ini adalah untuk mendukung upaya menurunkan angka kematian ibu
melahirkan, angka kematian bayi dan balita.
Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan adalah :
a. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak (bayi);
b. Peningkatan pelayanan kesehatan balita dan anak pra sekolah;
c. Peningkatan pelayanan kesehatan remaja;
d. Peningkatan pelayanan kesehatan usia subur;
e. Peningkatan pelayanan kesehatan usia lanjut (Usila).
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
10. Program Peningkatan dan Pembinaan Sumber Daya Kesehatan.
Tujuan dari program ini adalah untuk mendukung peningkatan jumlah, mutu, dan
penyebaran tenaga kesehatan serta sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi :
a. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan;
b. Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan melalui pendidikan
tenaga kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan;
c. Pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karir tenaga kesehatan dan
PNS;
d. Peningkatan, pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan;
e. Peningkatan manajemen pembangunan sarana dan prasarana kesehatan.
11. Program Manajemen dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan.
Program ini ditujukan untuk mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan
kesehatan guna mendukung penyelenggaraan system kesehatan daerah dan system kesehatan
nasional.
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini meliputi :
a. Penyusunan kebijakan pembangunan kesehatan;
b. Penyusunan perencanaan dan penganggaran pembangunan kesehatan;
c. Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan ( SIK);
d. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan masyarakat secara kapitasi dan pra-
upaya, terutama bagi penduduk miskin yang berkelanjutan;
e. Peningkatan dan pemantapan penataan organisasi dan kelembagaan Dinas
Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
3.1.6. Sasaran Pembangunan Kesehatan ( RPJMD 2006 – 2010 ).
1. Sasaran Program
Sasaran pembangunan kesehatan Kabupaten Bintan sampai akhir tahun 2010 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya melalui peningkatan
jangkauan/akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan prioritas pada kelompok
sasarannya yaitu masyarakat/keluarga miskin, kelompok rentan ( bayi, balita, ibu hamil, usila) dan
masyarakat di daerah terpencil, dengan sasaran program sebagai berikut :
a. Tersedianya berbagai kebijakan dan pedoman, serta Peraturan Daerah yang
menunjang pembangunan kesehatan;
b. Terbentuk dan terselenggarakannya system informasi manajemen keuangan daerah;
c. Tersedianya sarana dan prasarana upaya pelayanan kesehatan yang memadai
sesuai kebutuhan dan tuntutan pelayanan di kecamatan sampai daerah terpencil.
Rasio sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Bintan adalah :
• Rasio Puskesmas dengan penduduk (1 : 15.000)
• Rasio Puskesmas Pembantu dengan penduduk (1 : 1.500)
• Rasio Pondok Bersalin Desa dengan penduduk (1 : 1.000)
• Rasio Posyandu dengan anak Balita (1 : 100)
d. Tersedianya sumber daya tenaga kesehatan yang bermutu, jumlah mencukupi,
komposisi sesuai kebutuhan tenaga kesehatan Kabupaten Bintan adalah :
• Rasio Dokter dengan penduduk (1 : 3.000)
• Rasio Perawat dengan penduduk (1 : 1.000)
• Rasio Bidan dengan penduduk (1 : 1.200)
• Puskesmas yang memiliki tenaga dokter (100 %)
e. Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi
secara adil dan merata, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya-guna.
f. Terselenggaranya promosi kesehatan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan
pengembangan serta membudayakan perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
g. Terselenggaranya system surveilan epidemiologi penyakit menular dan tidak menular
serta sistem kewaspadaan dini, penanggulangan kejadian luar biasa ( KLB) dan
wabah.
h. Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat,
serta terjangkau oleh masyarakat.
i. Ketersediaan obat esensial-generik disarana pelayanan kesehatan 90%.
i. Cakupan pengawasan : 100 % (pada seluruh satuan kerja di lingkungan Kantor Dinas
Kesehatan dan KB, di Puskesmas, Pustu dan Polindes).
j. Terwujudnya keluarga kecil berkualitas pada tahun 2015.
2. Sasaran Pembangunan Kesehatan ( RPJMD 2006 – 2010)
Dengan sasaran-sasaran program yang akan dicapai Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
pada tahun 2010, dan kontribusi pelaku pembangunan kesehatan lainnya , diharapkan sasaran
keluaran pembangunan kesehatan berikut ini dapat tercapai :
a. Meningkatnya persentase rumah tangga ber PHBS menjadi 65 %;
b. Meningkatnya persentase Posyandu Purnama 80 % dan mandiri menjadi 40 %;
c. Meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah sesuai syarat kesehatan
menjadi 80 %, persentase keluarga menggunakan air bersih : 80 %, menggunakan
jamban memenuhi syarat kesehatan menjadi 80 %;
d. Tempat-tempat umum memenuhi syarat kesehatan menjadi 80 %;
e. Sarana Air Bersih yang diawasai menjadi 80 %;
f. Jumlah institusi yang dibina menjadi 100 %;
g. Cakupan rawat jalan menjadi 15 %;
h. Cakupan persalinan yang ditolong tenga kesehatan menjadi 90 %;
Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2009
3.2.4. Angka Kecelakaan Lalu Lintas per 100.000 penduduk
Pada tahun 2008 jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas dilaporkan dari puskesmas se
Kabupaten Bintan sebanyak 808 kecelakaan, dengan jumlah korban 122 orang (15.09%).
Distribusi tingkat kecelakaan yang tertinggi adalah luka ringan sebanyak 98 orang dan luka berat
24 orang, laporan kecelakaan tertinggi terjadi di wilayah Puskesmas Kawal (Kecamatan Gunung
Kijang) sebanyak 122 kasus. Jika dibandingkan dengan tahun 2007, terjadi peningkatan
kecelakaan yaitu 447 kecelakaan (peningkatan sebesar 361 kecelakaan), dengan tingkat
kecelakaan tertinggi di wilayah Puskesmas Kijang (Kecamatan Bintan Timur) sebanyak 184
kecelakaan.
Angka kecelakaan lalu lintas, tahun 2008 sebesar 98,75 per 100.000 penduduk, tahun
2007 sebesar 276,34 per 100.000 penduduk, tahun 2006 sebesar 22,26 100.000 penduduk dan
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
tahun 2005 sebesar 268,19 per 100.000 penduduk. Trend angka kecelakaan lalu lintas dari tahun
2005 s/d 2008 dapat dilihat pada grafik.
Grafik 6. Angka Kecelakaan Lalu Lintas Tahun 2005-2008 per 100.000 penduduk
di Kabupaten Bintan.
Sumber: Seksi Yankes, Dinas Kesehatan Kab. Bintan, tahun 2008
3.3. Angka Kesakitan (Morbiditas)
3.3.1. Angka “Acute Flaccid Paralysis” (AFP) pada anak usia <15 tahun per 100.000 anak
Angka kejadian AFP di Kabupaten Bintan tahun 2008, terdapat 1 kasus di wilayah
Puskesmas Toapaya (Kecamatan Toapaya), dengan Angka Kesakitan 7.11 per 100.000 anak.
3.3.2. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+
Pada tahun 2008 di Kabupaten Bintan ditemukan sebanyak 1.082 kasus TB Paru Klinis
(8,82 per 1000 penduduk) dan dari jumlah tersebut 153 kasus diantaranya adalah Basil Tahan
Asam/BTA positif (1,24 per 1000 penduduk). Keadaan ini jika dibandingkan tahun lalu terjadi
penurunan kasus dimana pada tahun 2007 kasus TB Paru Klinis sebanyak 1.137 kasus atau 9,27
per 1.000 penduduk dan kasus TB Paru positif sebanyak 175 kasus atau 1,43 per 1.000
penduduk. Langkah-langkah yang telah dilakukan dalam rangka penanggulangan TB Paru adalah
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
dengan intensifikasi penemuan penderita dan pengobatan gratis kepada semua penderita yang
telah ditemukan.
3.3.3. Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani
Jumlah penderita pneumonia di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 73 kasus
dimana kasus tertinggi terdapat di wilayah Kecamatan Bintan Timur sebanyak 35 kasus dan
Gunung Kijang 26 kasus. Dari 73 kasus, 68 kasus diantaranya terjadi pada balita dan semuanya
telah dilakukan penanganan dengan pemberian obat dan penatalaksanaan pneumonia bagi
balita.
3.3.4. Persentase HIV/AIDS ditangani
Penyakit PMS HIV/AIDS masih menjadi masalah di Kabupaten Bintan. Pada tahun 2008
telah ditemukan 29 kasus HIV di seluruh wilayah puskesmas dan yang berkontribusi paling
banyak kasus HIV/AIDS nya adalah di lokalisasi Kecamatan Toapaya (Batu. 24) sebanyak 25
kasus dan semuanya telah dilakukan upaya penanganan dengan bekerjsamana dengan lintas
program dan lintas sektor serta LSM.
3.3.5. Prevalensi HIV (Persentase Kasus terhadap Penduduk Beresiko)
Prevalensi HIV dari 25 kasus yaitu 0.02% terhadap 125.058 jiwa penduduk yang ada di
Kabupaten Bintan, sedangkan persentase penduduk berisiko menurut kecamatan adalah 0.33%
dari 7.628 jiwa penduduk di wilayah kerja Puskesmas Toapaya (Kecamatan Toapaya).
Puskesmas Toapaya (Kecamatan Toapaya) merupakan wilayah yang paling banyak kasus HIV
nya dibandingkan wilayah puskesmas lainnya.
3.3.6. Persentase Infeksi Menular Seksual diobati
Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) di Kabupaten Bintan seperti penyakit (sipilis,
gonorhoe, ulcus genital, scrotum bengkak) pada tahun 2008 tercatat sebanyak 130 kasus dari
seluruh yang berkunjung ke klinik 24 Kecamatan Toapaya dan Bukit Senyum Bintan Utara.
Seluruh penderita penyakit IMS ini telah diberikan pengobatan secara intensif oleh Puskesmas.
3.3.7. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 Penduduk
Penyakit Demam Berdarah (DBD) di Kabupaten Bintan masih merupakan masalah
utama, dimana pada tahun 2008 terdapat 150 kasus (Insident Rate 1,22/1000) dengan kematian
2 orang (CFR 1,33 persen). Kasus tertinggi terdapat di Kecamatan Gunung Kijang sebanyak 69
kasus, bilamana dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi peningkatan kasus dan kematian, pada
tahun 2007 terdapat 71 kasus ( IR 0,57 per 1000 ) dengan kematian 1 orang (CFR 1,4 persen).
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Tabel 7
: Data Kasus Demam Berdarah 4 tahun terakhir di Kabupaten Bintan Tahun 2005 s/d 2008
Tahun No Puskesmas
2005 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Bintan Timur 14/0 12/0 12/0 46/1 2. Mantang Data gabung Kec. Bintan Timur 3. Bintan Pesisir Data gabung Kec. Bintan Timur 4. Gunung Kijang 11/1 16/0 16/0 69/0 5. Toapaya Data gabung Gunung Kijang 6. Teluk Bintan 6/0 1/0 1/0 3/0 7. Teluk Sebong 5/0 7/0 7/0 11/0 8. Sri Kuala Lobam Data gabung Kec. Bintan Utara 3/3 9. Bintan Utara 24/0 19/0 19/0 18/1 10 Tambelan 0/0 0/0 0/0 0/0
Jumlah 60/1 59/0 17/1 150/2
Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
Keterangan : K/M, K= Kasus, M = Meninggal
3.3.8. Persentase DBD ditangani
Persentase kejadian penyakit Demam Berdarah (DBD) yang ditangani di Kabupaten
Bintan Tahun 2008 dari 150 kasus yaitu 100% ditangani di tempat pelayanan kesehatan
(puskesmas, puskesmas pembantu serta tempat pelayanan kesehatan lainnya).
3.3.9. Persentase Balita dengan Diare ditangani
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular, pada tahun 2008 kasus penyakit
diare di Kabupaten Bintan tercatat sebanyak 3.838 kasus (31,28 per 1.000 penduduk), 1.426
kasus diantaranya terjadi pada balita. Angka ini meningkat jika dibandingkan tahun 2007 yaitu
3.509 kasus (28,6 per 1.000 penduduk).
3.3.10. Angka Kesakitan Malaria per 1000 Penduduk
Pada tahun 2008 jumlah kasus malaria yaitu 545 kasus malaria positif (4,4 per 1000
penduduk) dan 6.841 kasus malaria klinis (55,7 per 1000 penduduk). Keadaan ini lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2007, dimana kasus malaria positif (9,7 per 1000) penduduk atau
sebanyak 1.162 dan malaria klinis sebanyak 15.276 (127,2 per 1000) penduduk . Meskipun
angka kesakitan malaria menurun namun penyakit ini masih menjadi masalah di beberapa
kecamatan di Kabupaten Bintan, ini dapat dibuktikan dengan tolok ukur atau indikator yang ada
yakni API dan AMI. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Tabel 8. : Annual Parasit Incident (API) per Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2005 s/d 2008.
Tahun No Puskesmas
2005 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Bintan Timur 10,1 11,6 3,4 2,38 2. Mantang 0,0 0,0 0,0 5,04 3. Bintan Pesisir 0,0 0,0 0,0 2,19 4. Gunung Kijang 0,4 29,5 8,2 3,20 5. Toapaya 0,0 0,0 0,0 1,99 6. Teluk Bintan 12,5 26,3 13,4 6,21 7. Teluk Sebong 3,6 2,9 6,2 4,07 8. Sri Kuala Lobam 0,0 0,0 0,0 5,35 9. Bintan Utara 13,4 21,9 21,1 9,78 10 Tambelan 0,0 2,3 2,1 1,78
Jumlah 9,0 16,5 9,7 4,44
Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
Tabel 9 : Annual Malaria Incident (AMI) Per Puskesmas di Kabupaten
Bintan Tahun 2005 s/d 2008
Tahun No Puskesmas
2005 2006 2007 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Bintan Timur 92,8 110,5 109,1 69,98 2. Mantang 0,0 0,0 0,0 31,12 3. Bintan Pesisir 0,0 0,0 0,0 52,63 4. Gunung Kijang 3,1 112,6 76,2 37,47 5. Topaya 0,0 0,0 0,0 20,93 6. Teluk Bintan 40,5 116,7 69,7 45,41 7. Teluk Sebong 14,9 48,4 45,8 33,24 8. Sri Kuala Lobam 0,0 0,0 0,0 18,53 9. Bintan Utara 196,0 203,2 246,4 118,14 10 Tambelan 32,6 28,4 18,6 3,55
Jumlah 84,2 125,3 127,2 55,76 Sumber : Seksi P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
3.3.11.Persentase Penderita Malaria Diobati
Pada tahun 2008 jumlah kasus malaria klinis 6.841 kasus dan malaria positif yaitu 545
kasus, pengobatan telah dilakukan pada semua kasus yang menderita positif malaria (100%).
Namun jika dibagi dengan jumlah malaria klinis yang diobati sebanyak 7.97%.
3.3.12.Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Untuk mewujudkan eliminasi kusta upaya penemuan penyakit kusta baru terus dilakukan
dengan berbagai kegiatan, diantaranya kegiatan pasif maupun aktif (school survey, contact
survey dan chase survey). Dari kegiatan tersebut pada tahun 2008 ditemukan 3 kasus (0,24 Per
10.000 penduduk) yang terdapat di kecamatan Teluk Sebong. Ketiga penderita kasus tersebut
telah dilakukan pengobatan. Perlu diketahui bahwa secara program penyakit kusta sudah
tereleminir di Kabupaten Bintan karena prevalensinya kurang dari 1 per 10.000 penduduk. Bila
dibandingkan pada tahun 2007 dimana ditemukan 2 kasus atau ( 0,16 per 10.000 ) penduduk
terjadi peningkatan kasus.
3.3.13. Kasus Penyakit Filaria Ditangani
Pada tahun 2008 kejadian Penyakit Filariasis di Kabupaten Bintan ditemukan sebanyak 9
kasus yang terdapat di wilayah Puskesmas Teluk Bintan (Kecamatan Teluk Bintan) sebanyak 1
kasus dan 8 kasus di wilayah Puskesmas Teluk Sasah (Kecamatan Sri Kuala Lobam), dari 9
kasus yang ditemukan semuanya (100%) telah dilakukan penanganan (pemberian pengobatan
dan tindakan medis lainnya).
3.3.14.Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I)
Difteria, Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B
merupakan penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dari semua jenis
penyakit tersebut di Kabupaten Bintan tahun 2008, yang ditemukan yaitu kasus campak sebanyak
10 orang yang terjadi di dua wilayah puskesmas yaitu Puskesmas Teluk Bintan (Kecamatan Teluk
Bintan) sebanyak 1 kasus dan wilayah Puskesmas Toapaya (Kecamatan Toapaya) 9 kasus.
3.4. Indikator Status Gizi
3.4.1. Persentase Kunjungan Neonatus
Pada tahun 2008 jumlah nenatus di Kabupaten Bintan sebanyak 2.785 orang, dari 2.785
neonates tersebut semunya (100%) telah berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan pada saat
berumur 6-7 hari (Kn2). Jika dibandingkan dengan data tahun 2006 dan 2007 terjadi peningkatan
kunjungan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Grafik 4. Persentase Kunjungan Neonatus Tahun 2006-2008 di Kabupaten Bintan.
Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
3.4.2. Persentase Kunjungan Bayi
Jumlah bayi di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 3.079 orang dan yang berkunjung
ke tempat pelayanan sebanyak 8 kali sebanyak 899 orang (29.20%), Puskesmas Tanjung Uban
dan Toapaya semua (100%) bayi (0-12 bulan) di wilayah puskesmas ini telah melakukan
kunjungan dan mendapatkan melayanan kesehatan baik kuratif maupun promotif sebanyak 8 kali.
Jika dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi penurunan (tahun 2007; 83,21%, tahun 2006;
97,63% dan tahun 2005; 85,11%).
3.4.3. Persentase BBLR ditangani
Jumlah kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kabupaten Bintan tahun
2008 sebanyak 22 kasus (0.77%), kasus BBLR tertinggi di wilayah Puskesmas Teluk Sasah
(Kecamatan Sri Kuala Lobam) sebanyak 9 kasus (2.49%) dan di wilayah Puskesmas Teluk Bintan,
Teluk Sebong, Kelong, Toapaya dan tambelan tidak terdapat bayi dengan BBLR. Dari 22 kasus
semuanya telah mendapatkan penanganan sesuai dengan standar pelayanan pada bayi BBLR.
Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2005 s/d 2008 di Kabupaten
Bintan, dapat dilihat pada grafik.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Grafik 5. Persentase BBLR Tahun 2005-2008 di Kabupaten Bintan.
Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
3.4.4. Balita dengan Gizi Buruk
Jumlah kasus balita gizi buruk di Kabupaten Bintan tahun 2008 sebanyak 85 kasus
(0.78%), kasus tertinggi di wilayah Puskesmas Teluk Sebong sebanyak 31 kasus (2.78%) dan
wilayah Puskesmas Teluk Sasah sebanyak 11 kasus (2.21%). Seluruh Balita yang menderita gizi
buruk telah dilakukan penanganan dengan pemberian makanan tambahan (PMT) selama 90 hari
makan serta pengobatan penyakit penyerta di pusat pelayanan kesehatan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Grafik 6. Persentase Balita Gizi Buruk Tahun 2006-2008 di Kabupaten Bintan.
Sumber : Seksi KIA/Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
3.4.5. Kecamatan Bebas Rawan Gizi
Kecamatan dikatakan bebas rawan gizi, apabila persentase balita gizi buruk di wilayah
tersebut tidak lebih dari 1%, di Kabupaten Bintan tahun 2008 terdapat 3 kecamatan yang tidak
bebas atau rawan gizi yaitu Kecamatan Teluk Bintan (1.03%), Kecamatan Sri Kuala Lobam
(2,21%) dan Kecamatan Teluk Sebong (2.78%). Kecamatan dikatakan rawan gizi bukan berarti
kecamatan tersebut kekurangan bahan pangan akan tetapi karena pola konsumsi masyarakat
yang kurang baik disamping itu juga disebabkan karena pola asuh orang tua yang salah terhadap
anaknya.
Jika dibandingkan dengan data tahun 2007, menunjukkan adanya peningkatan jumlah
kecamatan yang rawan gizi, yaitu Kecamatan Teluk Bintan dan Sri Kuala Lobam pada tahun 2007
bukan merupakan kecamatan rawan gizi, pada tahun 2008 dua kecamatan ini termasuk dalam
kategori kecamatan rawan gizi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan,
kemampuan dan kesadaran hidup sehat bagi setiap penduduk serta tumbuhnya sikap
kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. Hal ini
memungkinkan untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Dalam kerangka mengatasi keadaan dan masalah pembangunan kesehatan yang
dihadapi dewasa ini, penyelenggaraan upaya kesehatan harus diarahkan pada peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, kondisi lingkungan baik fisik, biologik maupun sosial budaya,
upaya kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan serta kerja sama lintas sektor dan
pemberdayaan masyarakat. Dengan pengutamaan pada upaya-upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan.
Dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan sepanjang tahun 2008,
maka hasil pencapaian melalui beberapa indikator dapat digambarkan upaya kesehatan
masyarakat Kabupaten Bintan seperti berikut ini :
4.1. Pelayanan Kesehatan 4.1.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil
Kunjungan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan kepada tenaga kesehatan
sebanyak 1 kali selama trimester pertama tahun 2008 di Kabupaten Bintan yaitu 3.153 orang
(93%) dari 3.389 orang ibu hamil, sedangkan yang memeriksakan kehamilannya sampai dengan 4
kali selama hamil sebanyak 2.982 orang (88,4%). Angka ini menunjukkan bahwa terdapat 4,6%
ibu hamil yang drop out/ tidak memeriksakan kehamilannya sampai dengan 4 kali atau
kemungkinan juga memeriksakan kehamilannya sampai dengan 4 kali tetapi tidak tercatat pada
reporting and recording puskesmas (of the record). Jika dibandingkan dengan data tahun 2007
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
kunjungan ibu K1 mengalami peningkatan sedangkan K4 mengalami penurunan, untuk lebih
jelasnya kunjungan ibu hamil 5 tahun terakhir, dapat dilihat pada grafik.
Grafik 7. Persentase Kunjungan Ibu Hamil tahun 2004-2008 di Kabupaten Bintan.
Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
Persentase persalinan oleh tenaga bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebiadanan, tahun 2008 sebanyak 2.474 orang (97.90%) dari 2.527 orang ibu
bersalin. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi peningkatan sebesar 11.19% (tahun 2008;
86.71%), trend persentase persalinan oleh tenaga bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebiadan 5 tahun terakhir, dapat dilihat pada grafik 9.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Grafik 8. Persentase Persalinan olehTenaga Bidan atau Tenaga Kesehatan yang memiliki
Kompetensi kebiadanan tahun 2004-2008 di Kabupaten Bintan.
Sumber : Seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Tahun 2008
Pelayanan bagi ibu nifas tahun 2008 merupakan kegiatan prioritas yang dilakukan oleh
bidan, karena dalam upaya untuk menurunkan angka kesakitan seperti anemia gizi besi dan
komplikasi pada ibu nifas dengan cara pemberian tablet tambah darah selama nifas dan
penanganan kasus komplikasi. Pada tahun 2008, jumlah ibu nifas yang diberikan tablet tambah
darah sebanyak 2.783 orang (86.5%), pemberian vitamin A ibu nifas sebanyak 2.783 orang
(86.5%) dan penanganan kasus komplikasi selama nifas sebanyak 1 kasus.
4.1.2. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita serta Pemeriksaan Kesehatan Siswa
SD/SMP/SMU
Deteksi dini tumbuh kembang anak balita yang dilakukan selama tahun 2008, dari
2.682 anak balita pra sekolah yang tercatat telah dilakukan deteksi dini sebanyak 2.071 anak
(77.21%), pada siswa SD/MI dari 7.974 siswa telah dilakukan pemeriksaan kesehatan pada 4.274
siswa (53.59%), serta siswa SMP/SMU juga telah dilakukan pemeriksaan kesehatan kepada
58.42%.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Bentuk deteksi yang dilakukan adalah pemeriksaan tinggi badan, berat badan, serta
pemeriksaan kesehatan lainnya secara berkala yang dilakukan di Taman Kanak-kanak (TK),
SD/MI serta SMP/SMA.
4.1.3. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Dalam kaitan dengan aspek penataan administrasi kependudukan keluarga berencana
merupakan hal penting dalam mendukung perencanaan pembangunan baik di tingkat nasional
maupun daerah. Pelaksanaan program keluarga berencana telah menunjukan hasil cukup
memuaskan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bintan, hal ini
diindikasikan dengan meningkatnya pencapaian peserta KB aktif pada tahun 2008 jika
dibandingkan dengan tahun 2007 sebagaimana tabel berikut :
Tabel.10
: Pencapaian Peserta KB Aktif Kabupaten Bintan Tahun 2006, 2007 dan 2008
No Tahun Jumlah PUS KB aktif Persentase
1. 2006 18.265 12.943 70,86
2. 2007 21.161 15.509 73,30
3. 2008 20.322 17.329 85,27
Sumber : Seksi KB Dinas Kesehatan, Tahun 2009
Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 2008 tercatat sebanyak 20.322 PUS yang
menjadi peserta KB aktif sebanyak 17.329 peserta (85,27 persen). Bila dilihat dari angka standar
PUS yaitu 16,5 persen dari jumlah penduduk atau 20.322 PUS, maka jumlah PUS pada tahun
2008 ini yang ikut sebagai peserta KB aktif berada diatas target yang telah ditentukan pada tahun
2008 yaitu 70 persen. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 terjadi kenaikan persentase jumlah
peserta aktif dimana dari 21.161 Pasangan Usia Subur ditemui peserta KB Aktif sebanyak 15.509
peserta (73,70 persen) dengan kenaikan sebesar 11,57 persen. Pencapaian peserta KB aktif
sepanjang tahun 2008 telah mencapai 17.329 akseptor, dengan klasifikasi pengunaan metoda
kontrasepsi Non Hormonal dan Hormonal di Kabupaten Bintan seperti tabel 11.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Bintan Sehat 2010
Pro
fil K
eseh
atan
Tah
un
200
8
Tabel. 11
: Pencapaian Peserta KB Aktif dengan Klasifikasi Pengunaan Metoda Kontrasepsi Non Hormonal dan Hormonal di Kabupaten Bintan, Tahun 2008