Top Banner
88

profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

Jan 19, 2017

Download

Documents

tranthuy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...
Page 2: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lembaga Pendidikan anak usia dini dengan adanya Direktorat

PNFI mengitegrasikan penyelenggaraan TPA (Taman Penitipan Anak), KB

(Kelompok Bermain), TK (Taman kanak-kanak) dan SPS (Satuan Paud

Sejenis). Tidak ada lagi perbedaan pendidikan formal dan non formal

serta informal dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini. Namun

di lapangan terjadi perbedaan penafsiran dengan mendikotomikan antara

PAUD dengan Taman Kanak-kanak. Hal itu menjadikan pengelolaan

PAUD menjadi tidak menjunjung nilai-nilai profesionalisme.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan

keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau

norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Profesionalisme

penyelenggaraan pendidikan anak usia dini tidak terlepas dari

sumberdaya guru dan pengelolaan pendidikan anak usia dini. Kedua

komponen tersebut sangat penting untuk dikaji lebih mendalam, karena

akan berdampak terhadap kualitas pendidikan anak usia dini.

Pendidikan anak usia dini tidak terlepas dari jasa guru. Guru

sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya

dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik,

1

Page 3: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

2

kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk

setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.

Profesionalisme guru menurut undang-undang dapat dicapai

melalui program sertfikasi. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, undang-undang nomor 14 tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa guru

adalah pendidik profesional. Seorang guru atau pendidik profesional harus

memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S1) atau diploma empat

(D4), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial, dan

kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

mutu dan kesejahteraan guru, serta berfungsi untuk meningkatkan

martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran. Dengan

terlaksananya sertifikasi guru, diharapkan akan berdampak pada

meningkatnya mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara

berkelanjutan. Namun apakah dengan adanya sertifikasi dapat menjamin

mutu pendidikan anak usia dini. Bagaimana pengelolaan PAUD yang

profesional.

Saat ini Kementrian Pendidikan Nasional melalui Direktorat Jendral

Pendidikan Anak Usia Dini dan Non formal Informal gencar membuat

program satu desa satu PAUD di seluruh Indonesia. Namun

Page 4: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

3

menjamurnya penyelenggara PAUD saat ini bukan tanpa masalah.

Kenyataan di lapangan memberikan gambaran munculnya

permasalahan-permasalahan penyelenggaraan PAUD. Di antara

permasalahan itu adalah menyangkut tiga permasalahan; pertama,

menyangkut pemahaman masyarakat dan pengelola PAUD terkait

dengan pendidikan anak usia dini.

Masyarakat memahami pendidikan anak usia dini adalah PAUD

yang dikelola oleh kader PKK, mereka masih membedakan antara PAUD

dan TK. Padahal PAUD terdiri dari TPA, KB dan TK. Kedua, kompetensi

guru PAUD yang masih jauh di bawah kualitas seorang pendidik,

pengasuh guru yang harus berhadapan dengan anak-anak. Mereka

sangat minim sekali pemahaman yang benar dalam memberikan

stimulasi yang tepat terhadap anak usia dini. Ketiga, pengelolaan PAUD.

Profesionalisme pengelolaan PAUD yang masih berorientasi pada

bagaimana mendapatkan dana rintisan PAUD saja, sedangkan proses.

Bahkan yang mengkhawatirkan adalah munculnya PAUD karena

sekedar mengejar dana rintisan, pengelolaannya tidak diperhatikan

sehingga PAUD itupun tutup tanpa mendapatkan anak yang ikut dalam

kegiatannya.

Pengelola PAUD dengan berharap mendapatkan dana dari Pemda

Kota/ kabupaten, maka berlomba-lomba membuat proposal

penyelenggaraan walaupun dengan “asal jadi. Pengelola PAUD tidak

Page 5: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

4

memiliki latar belakang pendidikan, pendidik PAUD juga hanya ditinjau

dari ketertarikan terhadap anak, maka dapat menjadi pendidik PAUD.

Merujuk pada fenomena di atas, maka perlu adanya penelitian

kaitan antara profesionalisme guru dengan penyelenggaraan pendidikan

dampaknya terhadap hasil pembelajaran anak usia dini.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah, Bagaimana pengaruh

profesionalisme guru terhadap hasil pembelajaran pendidikan anak usia

dini sesuai dengan peraturan menteri No. 58 tahun 2009 di Kecamatan

Koto Tangah Kota Padang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

profesionalisme guru terhadap hasil pembelajaran pendidikan anak

usia din di Kec. Koto Tangah Kota Padang

2. Tujuan Khusus:

a) untuk mengetahui tingkat penguasaan guru terhadap strategi

pembelajaran

b) untuk mengetahui sikap mengajar guru

c) untuk mengetahui motivasi guru

d) untuk mengetahui kualitas penyelenggaraan pendidikan anak usia

dini.

Page 6: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

5

D. Urgensi Penelitian

Kemampuan (strategi, sikap, dan motivasi) guru sangat

menentukan kualitas penyelenggaraan pendidikan anak usia dini,

karena gurulah sebagai penanggung jawab kegiatan belajar mengajar

di kelas sebagai realisasi dari tujuan pendidikan yang telah ditentukan.

Kegiatan belajar mengajar ditentukan di sekolah dengan tujuan untuk

mengembangkan potensi anak secara optimal yang memungkinkan

anak dapat mencapai tujuan yang diharapkan, dan bertanggung jawab

sebagai anggota masyarakat. Dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan, seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Guru yang professional adalah guru yang memiliki kemampuan

sesuai dengan yang dipersyaratkan. Salah satu diantaranya adalah

kemampuan dalam mengajar. Peranan mengajar di kelas amat

penting, karena kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah mentransfer

pengetahuan, keterampilan, dan nilai kepada peserta didik, sehingga

hasil transformasi tersebut memiliki makna bagi peserta didik dalam

mengembangkan diri dalam masyarakat (Philip, 2001: 46). Dalam

proses transfer tersebut menurut Zamroni seperti yang dikutip oleh

Philip, guru dibutuhkan peranannya dalam menggerakkan,

membangkitkan, dan menggabungkan seluruh kemampuan yang

dimiliki anak, memotivasi agar anak tertantang untuk selalu bertanya

dan belajar, mendorong terbentuknya kepribadian yang kuat, dan

Page 7: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

6

membekali anak dalam mengarungi kehidupannya dimasa kini,

maupun masa datang.

Dalam berinteraksi tentunya banyak faktor yang turut menunjang

keberhasilan yang ingin dicapai. Faktor-faktor tersebut adalah sumber

bahan belajar, media, dan prosedur. Kegiatan interaksi antara guru,

anak, sumber bahan belajar, media/alat bantu dan prosedur seperti

tersebut di atas yang dinamakan kegiatan pembelajaran. Agar

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru itu bisa efektif, maka

pembelajaran tersebut harus direncanakan secara matang. Dengan

demikian seorang guru harus mempunyai strategi pembelajaran untuk

memungkinkan anak belajar. Dengan strategi pembelajaran akan

memudahkan anak belajar, misalnya memudahkan anak dalam

mempelajari suatu fakta, keterampilan, sikap, nilai dan konsep untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Tugas dan tanggung jawab guru di sini memang cukup berat,

apalagi di pendidikan anak usai dini. Karena guru harus membekali

kemampuan dasar pada anak yang semula mungkin sama sekali

merupakan pengalaman baru bagi anak. Menghadapai tantangan yang

demikian tidak hanya bekal penguasaan pengetahuan luas mengenai

materi-materi yang akan diajarkan dan juga strategi mengenai

pembelajaran yang akan digunakan oleh guru agar membantu dan

memudahkan anak dalam belajar

Page 8: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Anak Usia Dini

Anak usia dini menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang sistem Pendidikan Nasional, ialah anak sejak lahir sampai usia

enam tahun. Sementara itu, Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

menyatakan bahwa rentangan usia anak usia dini. Pendidikan anak usia

dini mengacu pada pendidikan yang diberikan kepada anak usia 0-6 tahun

atau sampai dengan 8 tahun. Sebenarnya, sejak anak masuh ada dalam

kandungan, pendidikan secara tidak langsung sudah diberikan oleh

ibunya antara lain berwujud pembiasaan, kedisiplinan, kebersihan,

keteraturan, kesehatan dan gizi, ketenangan serta kesabaran.

Kecerdasan intelektual anak sudah 80% berkembang sampai anak usia 8

tahun.

Sementara itu National Association for the Education of Young

Children (NAEYC) membagi anak usia dini menjadi 0-3 tahun, 3,5 tahun,

dan 6-8 tahun. Feld & Baur (dalam Siskanda 2003) membagi anak usia

dini menjadi; lahir sampai 1 tahun (bayi-infancy), 1-3 tahun (Toddler), 3-4

tahun (prasekolah), 5-6 tahun (Kelas awal SD), dan 7-8 tahun (Kelas lanjut

SD). Pendidikan sejak usia dini penting sekali sebab perkembangan

mental yang meliputi perkembangan inteligensi, kepribadian dan tingkah

laku sosial berlangsung cepat, pada usia dini (Bloom, 1964). Menurut

Landshears (1979) perkembangan kognitif pada usia dini 4-8 tahun sudah

7

Page 9: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

8

mencapai 30%. Beberapa pandangan tersebut menunjukkan pentingnya

pendidikan sejak usia dini. Dengan demikian, pendidikan bagi anak usia

dini wajib diperhatikan. Bahkan dihimbau agar program wajib belajar

dimulai sejak usia taman kanak-kanak.

1. Tinjauan Historis Persepsi terhadap Anak Usia Dini

Berdasarkan catatan sejarah bahwa telah berlangsung beberapa

abad lamanya, anak-anak dipandang sebagai miniatur orang dewasa.

Anak-anak itu telah terbentuk sepenuhnya sebagaimana orang dewasa

pada umumnya. Aries (1960) memperkirakan paham ini telah merata dan

dominan pada abad pertengahan. Pandangan demikian tercermin pada

lukisan-lukisan peninggalan yang dibuat pada abad pertengahan tersebut,

di mana secara umum anak-anak – bahkan anak baru lahir – diilustrasikan

dengan proporsi tubuh dan karaktersitik wajah sebagaimana orang

dewasa. Anak-anak dan orang dewasa dibedakan hanya pada ukuran

tubuhnya saja. Fakta ini merupakan bukti bahwa anak-anak itu seolah-

olah telah mencapai bentuk sempurna. Mereka sejak awal sudah dalam

cetakan orang dewasa. Pandangan demikian juga berlaku dalam aspek

sosial, di mana anak-anak diperlakukan sebagai orang dewasa. Pada usia

enam atau tujuh tahun biasanya mereka telah memasuki masyarakat

orang dewasa, bekerja, berbaur dan bermain dengan orang-orang

dewasa.

Sebagian ahli sejarah tidak setuju terhadap kesimpulan yang

dikemukakan oleh Aries. Aries menilai berlebihan dengan pernyataanya

Page 10: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

9

anak dipandang sebagai orang dewasa kecil. Namun demikian,

pandangan Aries ini juga didukung oleh banyak kalangan. Aries

mengingatkan kepada kita apa yang lazim dilakukan oleh faham

preformasi terhadap peristiwa penting yang lain sepanjang sejarah.

Paham preformasi memandang anak sebagai miniatur orang dewasa.

Mengapa orang mempertahankan padangan kaum preformasi?

Aries menduga bahwa dalam waktu yang panjang orang-orang enggan

memberikan perhatian serius terhadap kekhususan yang dimiliki anak.

Karena angka kematian anak yang amat tinggi, mereka menyadari bahwa

kematian dapat menimpa pada anak-anak setiap saat. Hal ini

menimbulkan kesulitan untuk mengerti faktor penyebab yang sebenarnya.

Akibatnya, peristiwa misterius ini membuat ragu-ragu untuk mengasuh

dan merawat keberadaan mereka yang unik ini. Menurut Ausebel, hal ini

terjadi juga dimungkinkan karena pembawaan orang dewasa yang

bertindak terlalu egosentris. Orang dewasa cenderung berpandangan

bahwa manusia dalam kehidupannya mempunyai bentuk dan fungsi yang

sama sesuai dengan sifat diri mereka masing-masing. Sifat kekhususan

setiap orang membuka peluang adanya pemikiran untuk memandang

sifat-sifat keunikan hidup pada waktu yang brbeda, dan sesuatu yang ada

pada seorang individu jarang ditemukan pada individu lainnya.

2. Rentang Usia Anak Usia Dini

Martha B Bronson (1995:6) membagi rentang masa anak usia dini

didasarkan pada penelitian perkembangan motorik halus, motorik kasar,

Page 11: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

10

sosial, dan kognitif serta terhadap perkembangan perilaku bermain dan

minat permainan. Terdapat enam tahap perkembangan anak usia dini

menurut Bronson, yaitu: (1) young infant (lahir hingga usia 6 bulan); (2)

older infants (7 hingga 12 bulan); (3) young toddlers (usia satu tahun); (4)

older toddlers (usia 2 tahun); (5) prasekolah dan kindergarten (usia 3

hingga 5 tahun); serta (6) anak sekolah dasar kelas rendah atau primary

school (usia 6 gingga 8 tahun).

Pada usia 6 bulan kehidupan pertama. Focus perhatian dan

pengendalian motorik mereka amat terbatas. Anak-anak merespon pada

pemandangan, suara, gerakan-gerakan yang menarik, dan secara

bertahap mengembangkan kemampuan memukul, menyepak, dan

menggapai objek-objek.

Pada usia 7 hingga 12 bulan, berkembang kemampuan anak

melakukan duduk dengan bantuan orang lain. Pada usia 7 bulan, anak-

anak juga mengembangkan kemampuan memegang beraneka ragam

objek dan memegangnya dengan satu tangan.

Pada usia 1 tahun, anak-anak mulai menunjukkan pengembangan

mobilitas yang amat tinggi. Sebagian besar anak-anak telah mulai mampu

berjalan walaupun biasanya kurang kuat, dan kebanyakan senang

menaiki dan menuruni tangga. Anak juga mulai menunjukkan lambang-

lambang sebagai angan-angan mentalnya. Pada usia sekitar 18 bulan,

bahasa anak berkembang secara khusus mulai merebak atau “off” dan

Page 12: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

11

mereka mulai menunjukkan kemampuan berpikir simbolik dan untuk kali

pertama melakukan bermain pura-pura.

Pada usia 2 tahun, perkembangan otot kasar anak telah memadai

untuk melakukan eskplorasi terhadap beraneka ragam objek dan aktivitas

yang lebih luas serta gabungan sejumlah aktivitas motorik kasar. Lebih

dari itu, perkembangan kemampuan indera untuk dapat bertindak mandiri

memotivasi mereka melakukan uji coba dan menunjukkan kekuatan. Usia

sekitar 2 sampai 3 tahun merupakan saat anak-anak beralih pada fantasi

yang jauh lebih tinggi dan berperan sebagai anak prasekolah. Namun

demikian, mereka masih terikat pada tindakan, gerakan, dan eksplorasi

yang mendominasi aktivitas mereka dengan objek-objek.

Pada usia prasekolah dan kindergarten (3 sampai 5 tahun), anak

sering diperlakukan secara utuh, secara keseluruhan atau “a whole”. Usia

ini disebut “tahun-tahun prasekolah”, walaupun kemampuan motorik,

kogitif, bahasa, dan emosional anak tumbuh dan berubah selama periode

ini. Perubahan teresbut tidak semata-mata se dramatis atau terputus

seperti halnya pada tiga tahun sebelumnya. Anak usia 5 tahun termasuk

pada rentangan ini, mereka berdasarkan bukti perkembangan

kemampuan tersebut juga masih terjadi pada periode antara 5 sampai 7

tahun .

Anak sekolah dasar kelas rendah (6 hingga 8 tahun) mengalami

perubahan besar sekitar usia 6 sampai 7 tahun, ketika anak

dideskripsikan telah melintasi budaya seperti tumbuhnya “perasaan”, yaitu

Page 13: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

12

tanggung jawab dan menyadari pengaturan ini. Periode sekolah dasar

kelas rendah, merupakan akhir periode usia dini (early childhood).

Perubahan-perubaan perkembangan kritis periode ini mencakup aspek

kognitif, (pada level berpikir logis dan simbolik) dan emosi sosial.

B. Kebutuhan Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan

perilaku kehidupan sosial psikologi manusia yang harmonis. Havinghurst

menyatakan bahwa perkembangan merupakan tugas yang harus

dipelajari, dijalani dan dikuasai oleh setiap individu dalam perjalanan

hidupnya. Tugas perkembangan tersebut dikaitkan dengan fungsi belajar,

karena pada hakikatnya perkembangan tersebut dikaitkan dengan fungsi

belajar, karena pada hakikatnya perkembangan kehidupan manusia

dipandang sebagai upaya mempelajari norma kehidupan. Pendidikan dan

pengajaran yang sesuai dengan perkembangan anak akan membantu

anak berkembang dan tumbuh sesuai dengan bakat dan kreativitasnya.

Beberapa pendapat para ahli yang membahas tentang rentang

masa perkembangan anak usia dini.

1. Menurut Aristoteles

Masa perkembangan dapat dibagi menjadi tiga fase.

a. Fase I: usia 0 sampai 7 tahun. Fase ini disebut masa anak kecil, masa

bermain. Pendidik perlu memberikan aktivitas kepada anak agar

bermain dan selalu senang, kalau senang anak akan berkembang

Page 14: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

13

secara wajar dan sehat. Anak yang sehat tidak lepas dari pemberian

gizi yang baik, beraneka ragam, dan seimbang. Pada fase ini anak

sudah mulai ingin masuk sekolah. Oleh karena itu, persiapan untuk

masuk sekolah dasar harus dikondisikan, misalnya proses sosialisasi,

kemandirian, pengenalan angka, pengenalan huruf, kebersihan,

pendidikan budi pekerti, dan keberanian.

Masa perkembangan fase I menurut Aristoteles digunakan sebagai

pedoman untuk batas bawah atau usia untuk masuk pendidikan dasar.

Usia inilah yang paling tepat untuk membentuk kepribadian anak

melalui bermain. Oleh karena itu guru harus mengembangkan

permainan yang mengandung norma, nilai, dan kaidah yang berguna

bagi anak di hari kemudian, sehingga anak tidak merasa kalai sedang

dididik atau dibentuk pribadinya.

b. Fase II usia 7 tahun sampai 14 tahun. Fase ini disebut masa anak,

masa beajar, dan masa sekolah rendah. Rata-rata anak dalam keadaan

normal pada usia ini sudah dapat menikmati sekolah dasar (SD). Usia 6

atau 7 tahun anak masuk SD dan belajar selama 6 tahun. Jika mereka

dapat mengikuti pendidikan dengan atau paling lambat mengulang 2

tahun, maka pada usia 14 tahun anak sudah tamat SD.

Perkembangan anak pada masa ini perlu menekankan pada

kecerdasan intelektual di samping kecerdasan emosional yang sudah

ditanamkan sejak usia dini. Kedua kecerdasan ini semuanya penting

sekali untuk dikembangkan supaya menjadi manusia berkepribadian

Page 15: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

14

yang utuh. Bahkan Daniel Goleman dalam bukunya Emotional

Intelligence (1996) menyatakan, bahwa kontribusi intellectual quotient

(IQ) dalam menentukan kesuksesan hidup seseorang maksimal sekitar

20% sedangkan 80% sisanya ditentukan oleh faktor lain. Faktor lain ini

termasuk kecerdasan emosional (Sidi, 2001). Lebih lanjut dikemukakan

bahwa selain dua jenis kecerdasan tersebut, masih ada jenis

kecerdasan yaitu kecerdasan musical, kecerdasan spasial dan visual,

masih ada kecerdasan kinesthetic, kecerdasan interpersonal, dan

kecerdasan intrapersonal. Bahkan kecerdasan intelektual dan

kecerdasan emosional dikenal juga dengan kecerdasan spiritual. Di

samping memperhatikan berbagai jenis kecerdasan tersebut, proses

pembelajaran di sekolah masa depan memerlukan tujuan yang secara

aktif merespon perubahan dan arus teknologi terutama teknologi

informasi.

c. Fase III usia 14 tahun sampai dengan 21 tahun. Fase ini disebut masa

remaja atau masa pubertas. Pada usia ini cara berpikir anak sudah

mulai rasional, dan mampu berpikir abstrak. Oleh karena, pendidikan

agama sudah dapat dilaksanakan dengan baik. Pengaruh luar harus

diperhatikan, diawasi, dan diseleksi dengan ketat sebab mereka sangat

rentan dan sensitif. Kegagalan dalam pemantauan pengaruh negatif

dari luar akan berakibat fatal.

Page 16: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

15

2. Menurut Maria Montessori

Masa Perkembangan menurut Maria Montessori dibagi menjadi empat

periode berikut.

a. Periode I: Usia 0 tahun sampai dengan 7 tahun. Periode ini disebut

periode penangkapan dan pengaturan dunia dengan alat dria.

b. Periode II: Usia 7 tahun sampai dengan 12 tahun. Periode ini disebut

periode rencana abstrak.

c. Periode III: Usia 12 tahun sampai dengan 18 tahun. Periode ini disebut

periode penemuan diri dan kepekaan rasa sosial.

d. Periode IV: Usia 18 tahun ke atas. Periode ini disebut periode

pendidikan tinggi.

Periode I usia 0-7 tahun ini hampir sama dengan periode

pendidikan anak usia dini menurut ketentuan pemerintah Indonesia.

Meskipun menurut kajian teoritis di perguruan tinggi usia pendidikan anak

usia dini berlangsung dari 0 sampai 8 tahun. Kegiatan pada periode

kegiatan ini ditunjukkan untuk melatih alat dria anak terhadap dunia luar,

agar anak mengenal dan memiliki pengalaman terhadap alam di luar

dirinya. Melalui pengenalan ini, anak dapat belajar mendengar, melihat,

meraba, dan mencicipi rasa. Kegiatan ini harus dimanfaatkan dengan

sebaik-baiknya dengan melatih semua alat dria. Kepekaan anak pada usia

ini sangat tinggi. Oleh karena itu, jika hasil latihannya bagus, maka setelah

dewasa, anak akan menjadi manusia yang peka, unggul, dan terampil.

Page 17: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

16

Pada prinsipnya kebutuhan anak usia dini ini harus disesuaikan

dengan hakikat anak antara lain ingin bermain, suka bergerak, ingin tahu,

jujur, ingin berteman, suka hal yang baru, suka disanjung, ingin mencoba,

ingin meniru dan ingin menang. Agar anak dapat berkembang dan tumbuh

dengan baik, maka kesehatan dan gizinya harus diperhatikan dengan aik.

Tema kesehatan dari empat sehat lima sempurna diubah menjadi gizi

berimbang. Dengan gizi seimbang tubuh dapat sehat. Anak sehat akan

bermain, bergerak dan ceria, dan tidak murung atau berdiam diri. Alat

permainan perlu disediakan bermacam-macam, dan tidak harus mahal.

Kalau alat permainan dapat dibuat sendiri kita tidak harus membeli.

Supaya proses sosialisasi berjalan dengan baik dan lancar maka

diperlukan sejumlah teman. Oleh karena itu, berilah kesempatan kepada

anak untuk bergaul.

Anak-anak diharapkan untuk menguasai pengetahuan dan

keterampilan berdasarkan kelompok umur, individu, dan harapan kultural.

Anak-anak dapat bekerja pada tingkatan berbeda atau aktivitas berbeda

dan guru tidak mengharuskan semua anak melakukan hal yang sama

pada waktu yang bersamaan. Setiap anak akan menunjukkan ketertarikan

dan keinginan terhadap sesuatu sesuai dengan perkembangan usia.

Ketertarikan ini dapat disebabkan oleh pengenalan anak terhadap

masalah-masalah yang mungkin saja orang tua tidak pernah

mengalaminya. Para pendidik harus mempunyai tanggung jawab untuk

Page 18: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

17

memupuk kesukaan anak, terutama kesukaan yang terikat pada nilai-nilai

budaya, seperti nilai dari otonomi anak dan pengalaman kreatif.

C. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini

Usia dini adalah 0 sampai dengan 6 tahun, sedangkan usia TK

adalah 4 sampai dengan 6 tahun. Batasan ini sesuai dengan batasan

menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa anak usia dii adalah sejak

lahir samapi umur 6 tahun. Sesudah usia 6 tahun anak masuk sekolah

dasar.

Anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosiokultural

yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamenta

bagi kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

Anak usia dini adalah suatu organisme yang merupakan satu kesatuan

jasmani dan rohani yang utuh dengan segala struktur dan perangkat

Biologis dan psikologisnya yang unik. Anak usia dini mengalami proses

perkembangan yang fundamental dalam arti bahwa pengalaman

perkembangan pada masa usia dini dapat memberikan pengaruh yang

membekas dan berjangka waktu lama sehingga melandasi proses

perkembangan anak selanjutnya. Setiap anak memiliki sejumlah potensi,

baik potensi fisik-biologis, kognisi, maupun sosio-emosi. Anak yang

sedang mengalami proses perkembangan sangat pesat sehingga

membutuhkan pembelajaran yang aktif dan energik.

Page 19: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

18

Sebetulnya proses pendidikan anak usia dini sudah berlangsung

saat di dalam kandung, lalu sesudah lahir, sampai SD kelas awal (I, II, dan

III). Dengan demikian pendidikan anak usia dini berakhir kir-kira pada usia

8 tahun. Sementara itu, UNESCO mebagi perjenjang sekolah kedalam

tujuh klasifikasi, jenjang terendah disebut pendidikan anak usia dini.

Jenjang terendah ini disebut level 0, sedangkan pendidikan prasekolah

sebagai pendidikan bagi anak usia 3-5 tahun.

Ada beberapa Negara yang memulai pendidikan anak usia dini

lebih awal yaitu pada usia 2 tahun, dan ada Negara lain yang mengakhiri

pendidikan anak usia dininya lebih lambat yaitu sampai usia 6 tahun.

National Association for the Education of Young Children (NAEYC)

menyebutkan bahwa program anak usia dini adalah program pusat atau

lembaga lain yang memberikan layanan bagi anak sejak lahir sampai usia

8 tahun. Program NAEYC ini meliputi penitipan anak di masyarakat dan

pada keluarga (untuk kelompok anak usia 0-3 tahun), pendidikan

prasekolah swasta dan negeri (untuk anak usi 3-5 tahun), serta TK dan

SD (untuk usia 6-8 tahun).

Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional pasal 28, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

diselenggarakn sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat

diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal. Nonformal, dan informal.

PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK),

Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur

Page 20: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

19

pendidikan nonforrmal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan

anak (TPA) atau bentuk lain sederajat. PAUD adalah pendidikan informal

berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan

oleh lingkungan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa PAUD merupakan

program pendidikan yang diselenggarakan sebelum masuk jenjang

pendidikan dasar. Hal ini menjelaskan bahwa sebelumnya mengikuti

pendidikan dasar peserta didik dapat mengikuti pendidikan usia dini.

Pendidikan usia dini bukan bersifat wajib, tetapi lebih bersifat

anjuran. Orang tua yang sadar terhadap peranan PAUD pasti memasukan

putra/putrinya ke TK atau RA, KB atau TPA. Melalui PAUD fondasi

kualitas manusia dapat dibentuk. Jika PAUD berhasil menanamkan

fondasi tersebut, kelak anak akan menjadi orang dewasa yang sudah kuat

fondasinya. Wujud fondasi tersebut adalah moral, kecerdasan, mental,

keagamaan, etika, dan estetika. Jika hal ini tercapai, maka bangsa

Indonesia pasti menjadi bangsa yang berkualitas.

Dalam rangka mengoptimalkan perkembangan anak melalui

pendidikan anak usia dini, program pendidikan harus disesuaikan dengan

karekteristik anak yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang

berbeda. Progam pendidikan harus memberikan rangsangan-rangsangan,

dorongan, dan dukungan kepada anak. Program untuk anak harus

memperhatikan seluruh aspek perkembangan anak serta disesuaikan

dengn kebutuhan, minat, dan kemampuan anak. Disamping itu program

pengembangan harus dapat menanamkan dan menumbuhkan pembinaan

Page 21: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

20

perilaku dan sikap yang dilakukan melalui pembiasaan yang baik. Hal ini

menjadi dasar dalam pembentukan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai

yang dijunjung oleh masyarakat, pemberian bantuan kepada anak agar

tumbuh menjadi pribadi yang matang dan mandiri melatih anak untuk

hidup bersih dan sehat, serta penanaman kebiasaan disiplin hidup sehari-

hari (Siskandar, 2003).

Melihat pentingnya PAUD, wajib belajar hendaknya dimulai sejak

usia TK, dengan catatan biayanya ditanggung oleh pemerintah, supaya

rakyat dapat menyekolahkan putranya. Hal ini sebagai realisasi pasal 31

UUD 1945, yang menyatakan bahwa “Tiap warga Negara berhak

mendapatkan pengajaran”. Ketentuan ini diperkuat dengan pasal 5 UU

No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan

bahwa setiap warga Negara mempunyai hal yang sama untuk

memperoleh pendidikan yang bermutu. Dengan demikian pemerintah dan

pemerintah daerah wajib menyediakan dana untuk pendidikan. Bahkan

undang-undang tersebut mencantumkan 20% dari dana RAPBN dan

RAPBD diperuntukkan bagi kegiatan pendidikan.

Pendidikan anak sudah seharusnya dimulai pada usia dini.

Berbagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa perkembangan yang

diperoleh pada masa usia dini sangat mempengaruhi perkembangan anak

pada tahap berikutnya. Para ahli psikologi perkembangan menyebut usia

dini sebagai masa emas atau golden age. Dari aspek pendidikan,

stimulasi dini sangat diperlukan guna memberikan rangsangan terhadap

Page 22: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

21

seluruh aspek perkembangan anak, yang mencakup penanaman nilai-nilai

dasar (agama dan budi pekerti), pembentukan sikap (disiplin dan

kemandirian), dan pengembangan kemampuan dasar (berbahasa,

motorik, kognitif, dan sosial). Pentingnya pendidikan dini juga telah

menjadi perhatian internasional. Pertemuan forum pendidikan dunia di

Dakkar, Senegal tahun 2000 menghasilkan enam kesepakatan. Salah

satu diantaranya adalah memperluas dan memperbaiki keseluruhan

perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi anak-anak yang

sangat rawan dan kurang beruntung.

Jika pelaksanaan pendidikan pada usia dini dapat berjalan dengan

baik, maka proses pendidikan pada usia selanjutnya, yaitu pada usia

sekolah, usia remaja, usia dewasa, dan seterusnya juga akan baik; atau

proses pendidikan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi

akan berhasil dengan lebih mudah. Dilihat dari jenjang pendidikan,

keberhasilan pendidikan tergantung pada pendidikan anak usia dini.

D. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini diarahkan untuk memfasilitasi

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak usia dini agar

dapat tumbuh kembang secara sehat dan optimal sesuai dangan nilai,

norma, dan harapan masyarakat. Pendidikan ini dilakukan melalui

pemberian pengalaman dan rangsangan yang kaya dan maksimal

sehingga tercipta suatu lingkungan belajar dan perkembangan yang

Page 23: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

22

kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Upaya pendidikan

dilakukan secara terpadu dan menyeluruh yang behubungan dengan

pembentukan pribadi anak. Dengan demikian, tujuan pendidikan anak

usia dini adalah adanya terciptanya perkembangan anak yangsehat dan

optimal serta dimilikinya kesiapan dan berbagai perangkat keterampilan

hidup yang diperlukan untuk proses perkembangan dan pendidikan anak

selanjutnya. Jika tujuan ini berhasil dicapai, maka di waktu mendatang

akan lahir generasi muda dan akhirnya manusia Indonesia yang

berkualitas dan berperadaban.

Sementara itu, Fasli Jalal menyatakan bahwa tujuan PAUD adalah

untuk mengoptimalkan perkembangan otak. PAUD meliputi seluruh proses

stimulus psikososial dan tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran

yang terjadi di dalam institusi pendidikan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa

setiap anak mencapai puncak pengalaman akan menghasilkan aliran

listrik di otak yang merangsang pertumbuhan synapse dan dendirt baru

dan akhirnya akan meningkatkan kualitas otak.

Secara lebih khusus, Ki Hajar Dewantara mengemukakan tujuan

pendidikan taman kanak-kanak. Ki Hajar Dewantara menyebut taman

kanak-kanak sebagai Taman Indria. Adapun tujuan Taman Indria adalah:

1. Mengembangkan rasa tertib dan damai serta pikiran yang sehat, dan

2. Menciptakan suasana yang menyenangkan berdasarkan lingkungan

sekitar anak

Page 24: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

23

Lebih lanjut, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa untuk

mencapai tujuan tersebut, kegiatan utama anak-anak adalah

menggambar, menyanyi, berbaris, bermain, serta melakukan pekerjaan

tangan, secara bebas dan teratur. Anak melakukan antara lain merangkai

daun-daunan, rumput, dan lidi, atau merangkai kembang menjadi gelang

kalung dan hiasan pakaian lainnya (Doenaryo, 2003).

Sesuai dengan tujuan yang diharapkan dicapai melalui pendidikan

anak usia dini, program pada pendidikan anak usia dini merupakan

pendidikan yang diarahkan untuk membentuk kepribadian anak. Proses

pendidikan ini sebenarnya sudah berlangsung sejak anak masih dalam

kandungan (secara tidak langsung), masa bayi, hingga anak berumur

kurang lebih delapan tahun. Usia delapan tahun adalah usia ketika anak

memasuki sekolah dasar kelas awal yaitu kelas I, II, dan III. Dengan

demikian, jenis kegiatan dalam pendidikan anak usia dini dapat berupa

teman anak-anak (TK), kelompok bermain (KB), penitipan anak (TPA),

dan kegiatan lain yang dijiwai oleh ciri lembaga atau institusi yang

menyelenggarakan. Oleh karena itu, materi kegiatannya dapat

berhubungan dengan agama, budi pekerti, etika, moral, toleransi,

keterampilan, gotong royong, keuletan, kejujuran, dan sifat yang lain.

Dalam pendidikan anak usia dini, pendidikan ditekankan pada

pemberian materi berdasarkan sesuatu yang nyata dan pendidikan yang

layak bagi anak prasekolah. Metode pengembangan yang digunakan

penuh dengan inspirasi sehingga memperkenalkan anak terhadap suatu

Page 25: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

24

dimensi baru dengan menyenangkan dalam pendidikan. Belajar untuk

belajar merupakan suatu kecakapan yang dapat diperoleh dan dapat

diajarkan, ketika anak masih kecil. Kemampuan tersebut harus

dikembangkan jika kita menginginkan anak menjadi individu yang cerdas

dan berpikir kreatif dalam masa kehidupannya. Pendidikan pada masa

usia dini harus mengembangkan kemampuan agar bertindak secara

kreatif. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kemampuan yang memadai

dan tersedianya fasilitas (sarana, prasarana, alat bermain) yang memadai

agar anak dapat bermain atau melakukan aktivitas secara maksimal.

Menanamkan kebiasaan pada anak usia dini penting sekali. Oleh

karena itu pembiasaan yang bersifat positif wajib diberikan oleh pendidik.

Sebagai konsekuensinya adalah pendidik harus dapat dijadikan contoh.

Hal ini sesuai dengan karakteristik anak usia dini, yaitu antara lain senang

meniru, mengikuti jejak orangtua, mendengarkan cerita/dongeng/legenda,

selalu ingin tahu, menyenangi warna yang mencolok (dominan), ingin

mencoba, banyak gerak, dusta semu, jujur, suka bermain, dan spontan.

Selain itu anak juga suka bermain sehingga kadang-kadang lupa makan.

Oleh karena itu kegiatan anak harus dipantau secara terus menerus.

Makanan yang diberikan bergizi dan bervariasi supaya anak tumbuh dan

berkembang secara wajar dan sehat. Kegiatan yang dilaksanakan

hendaknya mencakup segala aspek yang mengembangkan cipta, rasa,

karsa, serta potensi dan aspek kepribadian lainnaya. Kegiatan ini

Page 26: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

25

dilakukan dengan cara menanamkan nilai, norma, budi pekerti, moral,

berbagai macam kecerdasan, dan keagamaan.

Pendidikan yang ideal dan baik semestinya dilakukan sejak anak

lahir sampai remaja (Rousseau) dengan dikembalikan kepada alam atau

dengan menggunakan pendekatan secara alamiah. Jika anak dapat

bersatu dengan alam, ia akan senang dan rasa ingin tahunya akan

tumbuh. Anak sebaiknya dapat tumbuh secara wajar tanpa hambatan.

Orang tua harus memberi kebebasan kepada anak agar tumbuh dan

berkembang sesuai dengan bakatnya.

Pendidikan perlu mengikuti sifat bawaan anak, sehingga pengaruh

yang diberikan kepada anak tidak bertentangan dengan kemampuan dan

bakat yang berkembang. Pendidikan usia dini harus membantu

perkembangan anak, sehingga kurikulum yang diatur sebaiknya

berhubungan dengan pekerjaan, kesenian, keahlian, dan pembangunan

melalui nyanyian, permainan, bahasa, dan matematika. Prinsip belajar

sambil bermain dapat menimbulkan kreativitas. Prinsip inilah yang perlu

ditanamkan pada anak usia dini.

Atas dasar itu materi atau kegiatan bermain sambil belajar di TK

harus disusun dengan tepat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

Materi atau kegiatan harus disiapkan secara matang, rinci, dan jelas.

Bermain sambil belajar pada TK sangat cocok untuk dilaksanakan oleh

semua guru sebab pendidikan di TK baru bersifat pengenalan, antara lain

pengenalan angka dan huruf. Realisasi dari pengenalan ini akan

Page 27: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

26

dilaksanakan pada pendidikan dasar melalui kegiatan membaca, menulis,

dan berhitung. Semua pembentukan nilai dan norma, pembiasaan,

pendidikan budi pekerti, pembinaan motivasi bemain dan rasa ingin tahu,

dan lain-lain yang dilakukan oleh anak TK perlu dilestarikan atau

diteruskan pada pendidikan dasar. Hal ini merupakan modal dasar bagi

proses pembentukan kepribadian anak. Pembentukan tersebut dapat

dilakukan dalam bentuk bimbingan, arahan, contoh, perintah, ajakan, dan

dorongan yang dilaksanakan oleh pendidik dengan senang, ikhlas, dan

penuh kedekatan hati dan fisik. Dengan cara ini anak akan mendekatkan

dirinya pada guru dan sulit berpisah, contohnya ketika anak sudah dekat

dengan guru, walaupun sudah saatnya pulang anak tidak mau pulang,

tetap ingin bermain dengan gurunya. Guru hendaknya memberikan

pengaruh yang positif kepada anak TK, sebab anak itu masih jujur, apa

adanya, spontanitas, pikirannya selalu bersih, dan tidak ada kepentingan

untuk diri sendiri. Di samping itu anak biasanya suka bergaul yang

menyebabkan terjadinya proses sosialisasi di antara mereka. Melalui

pergaulan ini, rasa sosial, rasa toleransi, serta kemampuan bekerja sama

dan gotong royong, maka ketika kelak meraka hidup di masyarakat

mereka akan bekerja sama.

Suasana belajar harus kondusif, artinya suasana belajar yang

tenang dan cukup tersedia media pebelajaran yang dapat mendukung

proses belajar sambil bermain, menyenangkan, dapat membuat anak

kekerasan, tidak membosankan, dan anak bebas bergaul sehingga proses

Page 28: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

27

sosialisasi dapat berlangsung dengan baik. Hubungan kasih sayang

antara guru dan anak harus harmonis, saling menghormati, menghargai,

dan dekat.

E. Standar Penyelenggaraan Pendidikan

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) disebutkan bahwa pendidikan nonformal

(PNF) berfungsi sebagai pelengkap (complement), pengganti (substitute),

dan penambah (suplement) pendidikan formal. Berbagai program yang

telah dikembangkan dalam jalur pendidikan non formal saat ini

diantaranya: program Keaksaraan, Kesetaraan (Paket A setara Sekolah

Dasar, Paket B setara Sekolah Menengah Pertama, dan Paket C setara

Sekolah Lanjutan Atas), Pendidikan Kursus, Pendidikan Life Skill, dan

Pendidikan Anak Usia Dini. Setiap program yang dipaparkan di atas

memerlukan pendidik maupun tenaga kependidikan yang memiliki

kompetensi yang sesuai dengan program yang dikembangkan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dijabarkan bahwa tenaga

kependidikan dituntut memilikikompetensi yang mencakup kompetensi

pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional. Kompetensi tersebut

diharapkan dimiliki oleh seluruh tenaga pengelola lembaga pendidikan

luar sekolah termasuk pengelola program Pendidikan Anak Usia Dini.

Pengelola yang memenuhi kompetensi tersebut diharapkan akan

Page 29: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

28

memenuhi legalitas kualifikasi sebagai tenaga pengelola program PAUD

yang profesional.

Dengan demikian sebagian besar dari tenaga pengelola PAUD

yang ada belum mendapatkan pelatihan dan pendidikan yang mendukung

tugas profesinya. Kenyataan lain di lapangan bahwa pengelola PAUD

memiliki latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, dan jenjang

pendidikan sangat beragam. Dengan demikian belum semua pengelola

PAUD yang ada telah memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (SNP).

Implikasi dari kondisi di atas pengelolaan dan layanan PAUD

terhadap sasaran belum dapat berjalan sesuai dengan ketentuan layanan

pendidikan anak usia dini. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini

belum ada standar kompetensi pengelola PAUD yang baku. Berkaitan

dengan hal tersebut penting untuk segera menyusun Standar Kompetensi

Tenaga Kependidikan atau Pengelola Lembaga PAUD.

Standar Kompetensi Tenaga Kependidikan atau Pengelola

Lembaga PAUD selayaknya dirumuskan bersama oleh berbagai unsur

yang mencakup: Direktorat PAUDNI, BSNP, Himpaudi, Pengelola,

Akademisi, dan stake holder. Rumusan yang telah dihasilkan oleh unsur-

unsur tersebut menjadi masukan untuk BSNP dan BNSP ditetapkan

menjadi standar baku.

Page 30: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

29

F. Profesionalisme Guru

Profesionalisme guru Dalam pasal 35 ayat (1) Undang-Undang

Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dinyatakan bahwa standar nasional pendidikan yang terdiri atas

standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga

kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,

standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan harus ditingkatkan

secara berencana dan berkala.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen, mengisyaratkan bahwa guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak

usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah. Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai bahwa guru

haruslah orang yang memiliki instink sebagai pendidik, mengerti dan

memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam

minimal satu bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas

profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat

dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan

mutu pendidikan nasional. Yang dimaksud dengan guru sebagai agen

pembelajaran (learning agent) adalah peran guru antara lain sebagai

Page 31: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

30

fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi

inspirasi belajar bagi peserta didik.

Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Keempat kompetensi tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran, sekurang-kurangnya meliputi (1) pemahaman wawasan

atau landasan kependidikan, (2) pemahaman terhadap peserta didik,

(3) pengembangan kurikulum/silabus, (4) perancangan pembelajaran,

(5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (6)

pemanfaatan teknologi pembelajaran, (7) evaluasi proses dan hasil

belajar, (8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup (1) berakhlak

mulia, (2) arif dan bijaksana, (3) mantap, (4) berwibawa, (5) stabil, (6)

dewasa, (7) jujur, (8) mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan

masyarakat, (9) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan (10)

mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

3. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat, sekurang-kurangnya meliputi (1) berkomunikasi lisan,

tulisan, dan/atau isyarat, (2) menggunakan teknologi komunikasi dan

Page 32: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

31

informasi secara fungsional,(3) bergaul secara efektif dengan peserta

didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan

pendidikan, orang tua/wali peserta didik, (4) bergaul secara santun

dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem

nilai yang berlaku, dan (5) menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan

dan semangat kebersamaan.

4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam

menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan/atau seni yang

sekurang-kurang meliputi penguasaan (1) materi pelajaran secara luas

dan mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, mata

pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang diampunya, dan (2)

konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni

yang relevan yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan

program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata

pelajaran yang diampu.

Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif

dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru

meliputi (a) pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan

bidang studi baik disiplin ilmu (diciplinary content) maupun bahan ajar

dalam kurikulum sekolah (pedagogical content); (c) penyelenggaraan

pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk

Page 33: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

32

perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan

profesionalitas secara berkelanjutan.

Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia nomor 14

tahun 2005 menyatakan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan

bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai

berikut:

a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,

ketakwaan, dan akhlak mulia;

c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai

dengan bidang tugas;

d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;

e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;

f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja;

g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan; dan

i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur

hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan

Page 34: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

33

keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau

norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru sebagai tenaga

profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat

dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik,

kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk

setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran

yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni;

c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis

kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar

belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam

pembelajaran;

d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode

etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika

G. Strategi Pembelajaran

Dalam Berdasarkan pendapat para ahli di atas, ternyata suatu

proses belajar mengajar pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan

seseorang yang mencakup: pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Page 35: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

34

Perubahan kemampuan itu merupakan indikator untuk mengetahui hasil

belajar. Teori-teori tentang pengertian belajar dan hasil belajar yang

dikemukakan di atas, menjadi acuan untuk menentukan jenis hasil belajar

yang diasumsikan paling memadai dalam penelitian ini.

Oleh karena itu penting bagi guru memahami sebaik-baiknya

tentang proses belajar anak, agar ia dapat memberikan bimbingan dan

meneyediakan lingkungan belajar yang tepat dan sesuai dengan anak.

Pengajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang tujuannya

adalah untuk prinsip hubungan, prinsip pengulangan, memudahkan anak

belajar. Untuk itu guru perlu mengetahui dan memahami teori belajar yang

berhubungan dengan rancangan pengajaran yang akan dilakukan guru,

misalnya mengetahui tentang prinsip suatu pembelajaran yang dapat

digunakannya dalam merencanakan suatu pembelajaran, yaitu (1). Prinsip

hubungan, (2). Prinsip pengulangan, dan (3). Prinsip penguatan (Gagne,

P. 7). Pada prinsip hubungan, menyatakan bahwa situasi stimulus agar

seseorang menanggapinya harus disajikan pada waktu berhubungan

dengan respon-respon yang diinginkannya.

Persiapan pembelajaran, murid-murid harus sudah cukup siap

untuk mengikuti pemeblajaran yang berikutnya dengan terlebih dahulu

mendapatkan pembelajaran sebelumnya. Hal ini untuk memudahkan anak

menghubungkan kepada struktur pelajaran secara menyeluruh. Motivasi

terus menerus dilakukan oleh para guru pada saat murid melakukan

tugas-tugas pembelajaran, misalnya memberikan penguatan kepada anak

Page 36: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

35

secara tepat tanpa menghukum anak yang belum/tidak dapat

menyelesaikan tugas pembelajaran.

H. Hakikat Sikap Mengajar Guru

Sikap bukanlah pembawaan sejak lahir, melainkan terbentuk melalui

suatu pengalaman yang berhubungan dengan objek itu. Misalnya seorang

yang mempunyai pengalaman yang menyenangkan terhadap orang lain,

pada saat ia menghadapi orang tersebut seketika ia akan memberikan

respon yang positif terhadap orang tersebut. Selanjutnya Allport (1935)

yang dikutip Vaughan dan Hogg (1995:72), mengatakan bahwa sikap

adalah evaluasi umum positif atau negative tentang orang, objek, atau

issue-issue. Allport juga menyimpulkan bahwa sikap adalah sesauatu

kesiapan mental yang disertai dengan penilaian positif atau negative yang

terbentuk melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung

kepada respon individu terhadap semua objek yang berhubungan dengan

objek itu.

Harlen yang dikutip oleh Djaali (2000:147) mengemukakan bahwa

sikap adalah kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam

menghadapi suatu objek atau situasi tertentu. Dalam istilah

kecenderungan, terkandung pengertian arah tindakan yang akan

dilakaukan seseorang berkenaan dengan suatu objek. Arah tersebut

dapat bersifat mendekati atau menjauhi. Tindakan mendekati atau

menjauhi suatu objek (orang, benda, ide, lingkungan, dan laian-lain),

Page 37: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

36

dilandasi oleh perasaan penilaian individu yang bersangkutan terhadap

objek tersebut, misalnya ia menyukai atau tidak menyukai, menyenangi

atau tidak menyenangi, menyetujui atau tidak menyetujui.

Sikap seseorang dapat dibentuk karena ada faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Sediobroto (2003: 89-90), mengatakan bahwa sikap

terbentuk melalui hasil interaksi faktor internal (pembawaan) dan faktor

eksternal. Faktor internal meliputi : (1). Sifat-sifat pribadi; (2). Motif-motif;

(3). Pemikiran, dan (4). Perasaan. Sedangkan faktor eksternal meliputi :

(1). Pengalaman; (2). pengetahuan; (3). Hambatan; dan (4). Lingkungan.

Mengajar adalah bagian dari tugas dan fungsi guru yang dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan sikap adalah suatu

kesukaan, kesenangan, kegemaran yang diwujudkan dalam bentuk

ungkapan pemikiran/perasaan maupun kecenderungan untuk

bertindak pada seseorang terhadap suatu aktivitas, orang atau benda.

Jadi guru yang mempunyai sikap positif dalam pekerjaan mengajar

tentunya tidak merasa keberatan, melelahkan atau merasa bosan

dalam menjalani pekerjaan mengajar tersebut. Justru sebaliknya ia

akan merasa senang dan antusias dalam melakukan kegiatan

mengajar tersebut. Guru yang mempunyai sikap positif tentunya akan

memaksimalkan kinerjanya, karena guru tersebut mempunyai suatu

pemikiran dan penilaian positif terhadap tugasnya sebagai seorang

guru yang selalu mengajar di kelas. Dengan demikian diduga bahwa

Page 38: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

37

terdapat hubungan yang positif antara sikap mengajar guru dengan

hasil belajar mata pelajaran Agama Islam sekolah dasar.

Soediyanto (1993: 96) menjelaskan bahwa mengajar adalah salah

satu tugas professional guru, karena pekerjaan ini jika dilakukan

secara benar, maka menuntut menyusun rencana belajar mengajar,

mengorganisasikan, menata, mengendalikan, membimbing, dan

membina terlaksananya proses belajar mengajar secara relevan,

efisien, dan efektif, menilai proses dan hasil belajar, mengidentifikasi

faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan proses belajar

untuk dapat disempurnakannya proses belajar mengajar selanjutnya.

Dari beberapa pendapat mengenai teori sikap dan mengajar di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap mengajar guru dapat diukur

dalam bentuk pemikiran, pandangan, penilaian positif atau negative

(kognisi), ungkapan perasaan positif atau negative (afeksi), dan

kecenderungan untiuk bertindak (konasi) terhadap pekerjaan/tugas

mengajar.

I. Hakikat Motivasi Mengajar.

Motivasi berasal dari kata motivum (bahasa latin) yang artinya

suatu alasan yang menggerakkan, dan diterjemahkan dalam bahasa

Inggris menjadi motivation. Seseorang yang bekerja di suatu perusahaan

dengan rajin tentu mempunyai alasan yang mendorong ia untuk berbuat

demikian. Dorongan atau motif yang mendasari perbuatannya dapat

Page 39: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

38

muncul dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Keinginan

untuk berprestasi kerja lebih baik, memperoleh kepuasan kerja dan ingin

menunjukkan kemampuan kepada orang lain merupakan motif yang

berasal dari dalam diri seseorang. Sedangkan penghargaan dari orang

lain, bersaing dengan orang lain dan bertindak karena takut dengan

atasan adalah motif yang muncul dari luar.

Dengan demikian motivasi adalah kondisi yang menyebabkan

orang untuk melakukan suatu tindakan, yang terdiri dari dorongan dari

dalam dan dari luar diri, dimana dalam banyak kasus dorongan

berdasarkan dari dalam dirinya sendiri akan lebih baik dari orang yang

bertindak karena adanya dorongan dari orang lain.

Motivasi adalah kontruksi dugaan yang dilakukan seseorang dalam

bertindak atau berperilaku yang memiliki konsep : kebutuhan untuk

berhasil, kebutuhan untuk bekerja bersama atau afiliasi, insentif,

kebiasaan, pertentangan, dan keingintahuan, serta digunakan untuk

prakarsa, petunjuk, intensitas, dan keteguhan perilaku yang dituju.

Mengapa seorang guru datang ke sekolah seperti biasa dan

mengerjakan tugas sedikit terpaksa, sedangkan guru lain bekerja dengan

sepenuh hati ? tentunya ada dorongan yang dapat menjelaskan mengapa

guru bekerja dengan rajin atau kurang rajin, rela atau terpaksa.

Keberhasilan dalam melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran

sebagaimana yang telah dituliskan dalam perencanaan akan memberikan

kepuasan pada guru. Penghargaan yang diberikan kepada guru bukan

Page 40: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

39

hanya dalam bentuk materi saja, tetapi dapat juga berupa ucapan selamat

atau kata-kata pujian dari kepala sekolah. Perkembangan yang dapat

dilakukan untuk memotivasi diri dapat berupa menambah ilmu

pengetahuan atau keterampilan melalui pelatihan, kursus, pendidikan

formal untuk meningkatkan mutu pembelajaran akan memberikan

kepuasan bagi guru.

Dalam situasi normal adalah wajar jika guru memberikan perhatian

khusus untuk memotivasi pada tahap awal pembelajaran, tetapi yang lebih

penting pada seluruh tahap pengajaran dibutuhkan motivasi juga. Motivasi

adalah tenaga atau energi pribadi yang mendorong seseorang untuk

bertindak dalam mencapai tujuan, sehingga tenaga yang mendorong ini

diperlukan secara berkelanjutan dan terus menerus, supaya tujuan yang

ingin dicapai semuanya dapat berhasil dan tidak putus di tengah jalan.

Page 41: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitiaan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.

Dalam hal ini peneliti ingin menguji hipotesis yang teridiri dari :

Pengetahuan guru tentang strategi pembelajaran (X1), Sikap mengajar

(X2), motivasi mengajar (X3), sebagai variabel bebas dan hasil belajar

anak usia dini (Y) sebagai variabel terikat.

B. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru Tamana Kanak-kanak di

Kecamatan Koto Tangah Kota Padang berjumlah sebanyak 25 orang.

Selanjutnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan

populasi yakni sebanyak 25 orang guru dari 11 PAUD yang ada di Kec. Koto

Tangah dengan kualifikasi Baik yang belum tersertifikasi maupun yang

sudah tersertifkasi.

C. Tahap-tahap penelitian

Dalam penelitian terdapat dua tahap penelitian, yaitu :

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pertama peneliti membuat pedoman observasi yang disusun

berdasarkan dimensi kompetensi guru dan profesionalisme pengelola

PAUD sesuai dengan permasalahan yang dihadapi subjek. Pedoman

wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya

40

Page 42: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

41

akan berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah

disusun, ditunjukan kepada yang lebih ahli dalam hal ini adalah pembibing

penelitian untuk mendapat masukan mengenai isi pedoman wawancarara.

Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti membuat pedoman observasi

yang disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek

selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting

wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan pencatatan

langsung yang dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi. Namun

apabila tidak memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin

mencatatnya setelah wawancara selesai. Peneliti selanjutnya melakukan

observasi terhadap hasil pembelajaran secara umum untuk mencapai

perkembangan anak. Tahap pelaksanaan penelitiaan

Peneliti membuat kesepakatan dengan sampel mengenai waktu

dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang

dibuat. Setelah wawancara dilakukan, peneliti memindahkan hasil

rekaman berdasarkan wawancara dalam bentuk verbatim tertulis.

Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dan interprestasi data sesuai

dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode analisis

data di akhir bab ini. setelah itu, peneliti membuat dinamika psikologis dan

kesimpulan yang dilakukan, peneliti memberikan saran-saran untuk

penelitian selanjutnya.

Page 43: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

42

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan 2 teknik pengumpulan

data, yaitu :

1. Observasi

Metode observasi. Menurut Nazir (2003) observasi adalah

pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang

tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.

Observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-

aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan

makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian

yang diamati tersebut.

2. Wawancara

Wawancara adalah alat yang digunakan dalam menambah informasi

yang di dapat dari angket yang disebar.

E. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

1. Hasil Belajar Anak Usia Dini

a. Definisi Konseptual

Hasil belajar anak usia dini adalah hasil belajar yang merupakan

perolehan dari suatu kegiatan belajar yang mencakup aspek kognitif,

bahasa, fisik, sosial emosional dan nilai agama dan moral.

Page 44: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

43

b. Definisi Operasional

Hasil belajar anak usia dini adalah skor perubahan kemampuan anak

berkenaan dengan aspek perkembangan yang menunjuk pada

perubahan dalam dimensi kognitif, dalam pengetahuan, pemahaman,

dan penerapan yang didapat melalui pengalaman belajarnya.

c. Instrumen

Instrumen untuk mengukur hasil belajar anak dalam penelitian ini

dikembangkana dalam bentuk observasi. observasi untuk mengukur

perkembangan anak berupa penguasaan konsep tentang

pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Alat ukur dikembangkan

dalam bentuk observasi.

Tabel Kisi-kisi hubungan antara sumber data, metode dan istrumen pengumpulan data Hasil Belajar Anak

No Variabel Penelitian Sumber data Metode Instrumen

1

2

3

4

5

Aspek perkembangan Kognitif Aspek Perkembangan Bahasa Aspek perkembangan Fisik Aspek perkembangan Sosial emosional Nilai Agama dan Moral

Memngobservasi anak dilihsat dari sisi perkembangannya

Observasi

Lembar observasi

-

Page 45: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

44

Tabel Kisi-kisi untuk Observasi

Variabel Penelitian Indikator Nomor

Observasi Jumlah

Aspek

Perkembangan

Kognitif

Aspek

Perkembangan

Bahasa

Apek

perkembangan

Fisik

Aspek

perkembangan

sosial emosional

Apek

Pembelajaran

Pengetahuan

umum dan sains

Pembelajaran

KBWUP

Pembelajaran

KBLBH

Pembelajaran

kemampuan

menyimak

Pembelajaran

kemampuan

menyampaikan

Pembelajaran

keaksaraan

Pembelajaran

motorik kasar

Pembelajaran

motorik halus

Pembelajaran gizi

dan kesehatan

Pembelajaran

perkembangan

sosial dan

emosional

Pembelajaran

1, 2

3,4

5, 6

7,8

9,10

11,12,13

14, 15

16,17

18

19

20

2

2

2

2

2

3

2

2

1

1

1

Page 46: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

45

perkembangan

Nilai Agama dan

Moral

agama dan

karakter

Jumlah 20

Lembar Observasi Hasil belajar Anak

No Indikator Hasil

Ada Tidak

1 Anak dapat melakukan percobaan sederhana

2 Anak dapat menyebutkan pengetahuan sedehana

3 Anak dapat menyebutkan bentuk sederhana

4 Anak dapat menyebutkan warna dasar

5 Anak dapat membilang 1-20

6 Anak dapat membedakan benda tinggi dan pendek, besar dan kecil

7 Anak dapat mengulang dua kalimat pendek

8 Anak dapat menyebutkan tokoh sebuah cerita

9 Anak dapat menyebutkan nama sendiri

10 Anak dapat menyebutkan kegiatan di sekolah

11 Anak dapat menyebutkan huruf a-z

12 Anak dapat membaca tiga kata

13 Anak dapat menceritakan gambar sederhana

14 Anak dapat melompat dan berjalan pada titian

15 Anak dapat berlari ke depan dan berjalan mundur

16 Anak dapat meniru pola

17 Anak dapat menulis nama

18 Anak selalu menggosok gigi

19 Anak dapat menunggu giliran dan bekerja sama

20 Anak hafal 3 doa pendek

Page 47: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

46

2. Instrumen Strategi Guru

a. Definisi Konseptual

Pengetahuan guru tentang strategi pembelajaran adalah segenap

apa yang diketahui guru berdasarkan pengalamannya dari sejumlah

teori, prinsip, dan prosedur mengenai strategi pembelajaran yang

meliputi: pendahuluan, penyajian, penutup, metode, media, waktu,

dan motivasi.

b. Definisi Operasional

Pengetahuan guru tentang strategi pembelajaran adalah skor total

yang diperoleh guru yang diukur dengan menggunakan penilaian

yang disusun berdasarkan indikator sebagai berikut : pendahuluan,

penyajian, penutup, metode, media, waktu, dan motivasi.

c. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan

guru tentang strategi pembelajaran dalam penelitian ini adalah

kuesioner dengan skala likert dengan 5 (lima) alternative jawaban.

Untuk pernyataan bentuk positif yakni : sangat setuju dengan skor 5,

setuju dengan skor 4, netral diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2,

dan sangat tidak setuju diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan

negative, jawaban sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2,

netral diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 4, dan sangat tidak setuju

diberi skor 5.

Page 48: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

47

Tabel Kisi-kisi hubungan antara sumber data, metode dan istrumen pengumpulan data Strategi Pembelajaran

No Variabel Penelitian Sumber data Metode Instrumen

1

2

Pemahaman terhadap Pra Instruksional dalam pembelajaran - Pembuatan RKH

sebelum pembelajaran dilaksanakan

- Pemahaman terhadap apersepsi (bertanya kehadiran anak, memberikan pijakan pembelajaran, melakukan evaluasi awal terhadap penguasaan materi)

- Pemahaman pemberian pendahuluan pembelajaran

Tahap Pemahaman terhadap Instruksional - Memberikan

penjelasan pada anak terkait tujuan pengajaran

- Menuliskan pokok materi yang bersumber dari buku referensi

- Membahas pokok materi yang bersumber dari buku refereni

- Memberikan contoh-contoh

- Kesiapan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

- Melakukan pemanggilan anak untuk mengetahui kehadiran

- Memberikan review terhadap pembelajaran yang sudah disampaikan sebelumnya

- Memberikan gambaran secara umum pembelajaran yang akan dilaksanakan

- Guru memberikan Penjelasan terkait dengan tujuan pembelajaran dari materi yang diberikan

- Guru menuliskan di papan tulis sambil menjelaskan dan menjabarkan bahan ajar yang dibahas saat itu

- Guru memberikan contoh-contoh

Mengisi lembar wawancara

Kuisioner

Page 49: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

48

3

yang kongkrit dan sederhana

- Menggunakan alat bantu media yang menunjang pembelajaran

- Membuat kesimpulan dari materi yang disampaikan

Pemahaman terhadap Penutup Pembelajaran - Memberikan

penilaian untuk mengetahui daya tangkat anak

- Memberikan penilaian untuk mengetahui feedback terhadap materi yang diberikan

yang sederhana dan mudah difahami anak sesuai dengan pokok bahasan

- Guru memberikan kesimpulan akhir dari pembelajaran

- Guru memberikan penutup materi pembelajaran dengan memberikan penilaiant baik lisan maupun tulisan untuk mengetahui tingkat pemahama dan penguasaan terhadap materi

Tabel Kisi-kisi untuk Observasi

Variabel Penelitian

Indikator Nomor

Observasi positif

Nomor Observasi

Negatif

Jumlah

Pemahaman terhadap Pra Instruksional dalam pembelajaran - Pembuatan

RKH sebelum pembelajaran dilaksanakan

- Pemahaman terhadap apersepsi

- Kesiapan guru dalam membuat rencana pelaksnaan pembelajaran

- Melakukan pemanggilan anak untuk mengetahui kehadiran

- Memberikan

1, 2, 3, 5, 6, 10, 16,

1, 2, 3, 5, 6, 10, 16

7

Page 50: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

49

(bertanya kehadiran anak, memberikan pijakan pembelajaran, melakukan evaluasi awal terhadap penguasaan materi)

- Pemahaman pemberian pendahuluan pembelajaran

Tahap Pemahaman terhadap Instruksional - Memberikan

penjelasan pada anak terkait tujuan pengajaran

- Menuliskan pokok materi yang bersumber dari buku referensi

- Membahas pokok materi yang bersumber dari buku refereni

- Memberikan contoh-contoh yang kongkrit dan sederhana

- Menggunakan alat bantu media yang menunjang pembelajaran

- Membuat kesimpulan dari

review terhadap pembelajaran yang sudah disampaikan sebelumnya

- Memberikan gambaran secara umum pembelajaran yang akan dilaksanakan

- Guru memberikan Penjelasan terkait dengan tujuan pembelajaran dari materi yang diberikan

- Guru menuliskan di papan tulis sambil menjelaskan dan menjabarkan bahan ajar yang dibahas saat itu

- Guru memberikan contoh-contoh yang sederhana dan mudah difahami anak sesuai dengan pokok bahasan

4, 7, 8, 9, 13, 14, 15 11, 12, 17, 18, 19, 20

4, 7, 8, 9, 13, 14, 15

7

Page 51: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

50

materi yang disampaikan

Pemahaman terhadap Penutup Pembelajaran - Memberikan

penilaian untuk mengetahui daya tangkap anak

- Memberikan penilaian untuk mengetahui feedback terhadap materi yang diberikan

- Guru memberikan kesimpulan akhir dari pembelajaran

- Guru memberikan penutup materi pembelajaran dengan memberikan penilaiant baik lisan maupun tulisan untuk mengetahui tingkat pemahama dan penguasaan terhadap materi

11, 12, 17, 18, 19, 20

6

Jumlah 20

Instrumen Pemahaman Guru Terhadap Strategi Pembelajaran

No Pernyataan SL SR JR KR TP

1 Komitmen saya dalam tugas mengajar anak

dikelas adalah tinggi

2 Pengabdian saya sebagai guru selama ini

sesuai dengan harapan

3 Penguasaan dan pemahaman saya pada

dasar dasar pendidikan sesuai dengan

tujuan

4 Saya menggunakan metode yang sesuai

ketika melaksanakan kegiatan belajar

mengajar

5 Saya mempersiapkan bahan ajar dengan

membuat RKH terlebih dahulu

6 Administrasi pengajaran saya seperti RKH,

Page 52: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

51

absensi, agenda mengajar yang saya

buat/miliki

7 Kemampuan saya dalam mengajar dan

pengelolaan kelas

8 Saya melakukan bimbingan kepada anak

baik dalam kegiatan pembelajaran

9 Dalam mengajar saya menggunakan cara-

cara yang kreatif untuk memotivasi anak

10 Saya mengajar tepat waktu sesuai dengan

alokasi waktu yang telah direncanakan

11 Saya melakukan koreksi hasil ulangan dan

mengkomunikasikan dengan anak

12 Saya melakukan penilaian formatif pada

akhir pokok Bahasan

13 Saya menggunakan sumber pembelajaran

lebih dari dua sumber

14 Saya menggunakan alat praga dalam

penyampaian materi ajar dan sudah

dipersiapkan dalam RKH

15 Saya memberikan contoh yang sederhana

agar mudah diterima oleh anak

16 Saya menuliskan materi pembelajaran di

papan tulis dan media lainnya

17 Saya memberikan penguatan setelah

pembelajaran melalui Tanya jawab

18 Saya menjelaskan materi pembelajaran

sesuai referensi yang ada

19 Memberikan kesimpulan dari pembelajaran

yang sudah diberikan

20 Membaca doa sebelum dan sesudah

pembelajaran

Selalu=1, Sering=2, Jarang=3, Kurang=4, Tidak Pernah=5

Page 53: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

52

3. Instrumen sikap mengajar.

a. Definisi Konseptual

Sikap mengajar adalah suatu pemikiran atau pandangan atau

penilaian guru yang dapat bersifat positif atau negative yang

diwujudkan dalam bentuk ungkapan maupun kecenderungan untuk

bertindak pada seorang guru terhadap tugas mengajar yang meliputi

dimensi kognisi, afeksi dan konasi yang meliputi : status pekerjaan

dan pelaksanaan tugas mengajar.

b. Definisi operasional.

Sikap mengajar adalah skor total yang diperoleh guru yang diukur

dengan menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan dimensi

sebagai berikut : kognisi, afeksi dan konasi, yang akan diturunkan

menjadi indikator-indikator yang meliputi : pekerjaan mengajar dan

pelaksanaan tugas mengajar.

c. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel sikap mengajar

dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan skala likert dengan 5

(lima) alternative jawaban. Untuk pernyataan bentuk positif yakni :

sangat setuju dengan skor 5, setuju dengan skor 4, netral diberi skor

3, tidak setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1.

Sedangkan untuk pernyataan negative, jawaban sangat setuju diberi

skor 1, setuju diberi skor 2, netral diberi skor 3, tidak setuju diberi skor

4, dan sangat tidak setuju diberi skor 5.

Page 54: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

53

Tabel Kisi-kisi hubungan antara sumber data, metode dan istrumen

pengumpulan data Sikap Mengajar

No Variabel Penelitian Sumber data Metode Instrumen

1

2

Konsistensi sikap

terhadap

pengenalan dan

pemahaman belajar

Kecenderungan

guru dalam

antisipasi

pembelajaran,

kewajiban guru

dalam

pembelajaran dan

tugas tambahan

guru dalam

pembelajaran

Sikap guru di

kelas terhadap

pembelajaran

Kecenderungan

guru dalam

antisipasi

pembelajaran,

kewajiban guru

dalam

pembelajaran, dan

tugas tambahan

guru dalam

pembelajaran

Mengisi

lembar

wawancara

Kuisioner

Tabel Kisi-kisi untuk Observasi

Variabel

Penelitian Indikator

Nomor

Observasi

positif

Nomor

Observasi

Negatif

Jumlah

Konsistensi sikap

terhadap

pengenalan dan

pemahaman

belajar

Kecenderungan

guru dalam

antisipasi

pembelajaran,

kewajiban guru

dalam

pembelajaran

Guru memiliki

motivasi dalam

mengajar dengan

mempersiapkan

pembelajaran

dengan baik dan

sesuai aturan

Berpikir tentang

pemahaman anak

dalan menguasai

pembelajaran dan

mengutamakan

pembelajaran dan

3, 4, 5, 12,

13, 14, 16,

17, 20

1, 2, 6, 7,

8, 9, 10,

11, 15, 18,

19

3, 4, 5, 12,

13, 14, 16,

17, 20

1, 2, 6, 7,

8, 9, 10,

11, 15, 18,

19

9

11

Page 55: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

54

dan tugas

tambahan guru

dalam

pembelajaran

kemajuan anak

Jumlah 20

Instrumen SIkap Guru

No Pernyataan SL SR JR KR TP

1 Pada umumnya saya melaksanakan pekerjaan sesuai rencana

2 Saya optimis terhadap pekerjaan saya sebagai guru untuk membangun masa depan anak yang lebih baik

3 Perlunya saya bekerja keras untuk tujuan memberikan pelayan kepada anak

4 Saya merasa puas jika dapat menyiapkan pekerjaan penting yang memerlukan usaha keras

5 Saya merasa bangga dengan pekerjaan sebagai Guru TK

6 Saya mengedepankan bahwa anak harus memahami tujuan pembelajaran

7 Saya memberikan contoh yang baik dalam setiap prilaku sehari-hari

8 Saya menjalankan terlebih dahulu pendidikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari

9 Saya memandang pendidikan agama Islam sangat penting bagi akhlak anak

10 Saya berpandangan Pembelajaran adalah pembelajaran yang menyenangkan bagi anak

11 Perlunya memberikan bimbingan khusus terkait praktek ibadah anak

12 Saya sering berhasil mencapai tujuan yang telah saya tentukan

13 Saya tidak puas jika pekerjaan saya tidak mencapai Keberhasilan

14 Jika saya mengajar mengacu pada rencana pembelajaran dan kecewa jika tidak tercapai tujuan pembelajarannya

15 Kesadaran untuk selalu mengembangakan metode mengajar

16 Kesadaran untuk mengembangkan

Page 56: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

55

pengetahuan diri terkait dengan materi dengan banyak membaca buku

17 Keinginan saya untuk berkembang dalam meningkatkan kemampuan saya untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik

18 Interaksi saya dengan anak baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan lain

19 Saya termasuk guru yang rajin dan disiplin sehingga dapat dijadikan panutan bagi anak

20 Pengabdian saya sebagai guru TK sesuai dengan harapan

Ket: Selalu=5, Sering=4, Jarang=3, Kurang=2, tidak pernah=1

4. Instrumen motivasi mengajar.

a. Definisi Konseptual

Motivasi mengajar adalah suatu kondisi yang menggerakkan guru

untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, karena adanya

keinginan untuk berhasil, tanggung jawab, percaya diri, dan

persaingan dengan standar keunggulan.

b. Definisi operasional.

Motivasi mengajar adalah skor yang dicapai oleh responden setelah

menjawab angket tentang kondisi yang menggerakkan guru untuk

melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, karena adanya

keinginan untuk berhasil, tanggung jawab, percaya diri, dan

persaingan dengan standar keunggulan.

c. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel motivasi

mengajar dalam penelitian ini adalah angket berskala empat.

d. Kalibrasi (Uji coba instrument)

Page 57: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

56

1. Uji validitas

Kriteria yang digunakan untuk uji validitas butir adalah bila r-hitung

lebih besar dari r-tabel, maka butir soal dianggap valid, sedangkan

bila r-hitung sama atau lebih kecil dari r-tabel maka butir soal

dianggap tidak valid.

2. Uji reliabilitas

Instrumen yang telah diuji coba dan dinyatakan valid tersebut,

kemudian dihitung reliabilitasnya dengan menggunakan rumus

Alpha Cronbach.

Tabel Kisi-kisi hubungan antara sumber data, metode dan istrumen pengumpulan data Motivasi Mengajar

No Variabel Penelitian Sumber data Metode Instrumen

1

2

kondisi yang

menggerakkan guru

untuk

melaksanakan

kegiatan

pembelajaran di

kelas, karena

adanya keinginan

untuk berhasil,

tanggung jawab,

percaya diri, dan

persaingan dengan

standar keunggulan

Kecenderungan

guru dalam

melaksanakan

pembelajaran,

dengan penuh rasa

tanggung jawab

Motivasi guru di

kelas terhadap

pembelajaran

Kecenderungan

guru dalam

melaksanakan

pembelajaran

dengan usaha

penuh tanggung

Mengisi

lembar

wawancara

Kuisioner

Page 58: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

57

agar dalam

pelaksanaan

pembelajaran dapat

tercapai

jawab dalam

mencapai tujuan

pembelajaran

yang sudah di

rencanakan.

Tabel Kisi-kisi untuk Observasi

Variabel

Penelitian Indikator

Nomor

Observasi

positif

Nomor

Observasi

Negatif

Jumlah

kondisi yang

menggerakkan

guru untuk

melaksanakan

kegiatan

pembelajaran di

kelas, karena

adanya keinginan

untuk berhasil,

tanggung jawab,

percaya diri, dan

persaingan

dengan standar

keunggulan

Kecenderungan

guru dalam

melaksanakan

pembelajaran,

dengan penuh

rasa tanggung

jawab agar dalam

pelaksanaan

pembelajaran

dapat tercapai

Guru memiliki

motivasi dalam

mengajar dengan

mempersiapkan

pembelajaran

dengan baik dan

sesuai aturan

Berpikir tentang

target mencapai

pemahaman anak

dalan menguasai

pembelajaran dan

mengutamakan

pembelajaran dan

pencapaian serta

kemajuan anak

3, 4, 5, 12,

13, 14, 16,

17, 20

1, 2, 6, 7,

8, 9, 10,

11, 15, 18,

19

3, 4, 5, 12,

13, 14, 16,

17, 20

1, 2, 6, 7,

8, 9, 10,

11, 15, 18,

19

9

11

Jumlah 20

Page 59: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

58

Instrumen Motivasi Mengajar

No Pernyataan SL SR JR KR TP

1 Setiap mengajar saya selalu berorientasi pada hasil pembelajaran yang dapat dicapai oleh anak

2 Setiap mengajar saya akan selalu mempersipakannya terlebih dahulu supaya pembelajaran dapat diukur keberhasilannya

3 Saya selalu mengaharapkan pujian dari kepala sekolah dan guru lain ketika mengajar

4 Materi adalah menjadi faktor pendoroang utama saya dalam mengajar

5 Pencapaian pembelajaran yang maksimal menjadi target utama dalam pembelajaran

6 Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang sudah disiapkan setiap komponen penunjang keberhasilan pembelajaran

7 Saya selalu mengajar tepat waktu baik memulai pelajaran maupun mengakhiri pembelajaran

8 Saya selalu menyiapkan media dan sumber belajar agar saya mudah dalam mencapai hasil pembelajaran

9 Sikap saya di kelas dengan menunjukkan perhatian yang penuh sebagai tanggung jawab saya sebagai guru

10 Menjadi guru TK adalah cita cita saya sejak kecil

11 Guru TK adalah guru yang sangat penting dalam mengembangkan setiap aspek perkembangan anak

12 Saya selalu terdorong untuk mengembangan pengetahuan tentang kompetensi mengajar

13 Saya mencari tahu bagaiman mengembangkan bahan ajar

14 Saya bangga menjadi guru TK

15 Saya selalu membuat laporan perkembangan pemahaman anak dengan rutin

16 Saya selalu menyampaikan hasil pembelajaran anak kepada orang tua dengan rutin

Page 60: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

59

17 Pendidikan saya sangat mendukung

18 Saya bahagia saat anak mencapai tujuan yang sudah ditetapkan

19 Saya menggunakan multi media dan metode dalam pembelajaran di kelas

20 Saya bekerja sama dengan guru kelas lain

Ket: Selalu=5, Sering=4, Jarang=3, Kurang=2, tidak pernah=1

d. Kalibrasi (Uji coba instrument)

Untuk menguji validitas instrumen ini digunakan rumus korelasional

yang dapat adalah yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan

rumus korelasional dengan rumus korelasi product moment sebagai

berikut :

Rumus : N ∑ XY – (∑X) (∑Y)

rxy = __________________________

√ N∑x2 − (∑x)2 NY2 − (∑Y)2

r11 = k

k−1 1 −

∑𝛼𝑏 ²

𝛼²1

rxy = Angka Indeks Korelasi ”r” Product Moment

N = Number of cases

∑ XY = Jumlah dari hasil perkalian antara skor X dan Skor Y

∑ X = Jumlah seluruh skor X

∑ Y = Jumlah seluruh skor Y

Apabila angka indeks korelasi ”r” product moment dicari atau dihitung

berdasarkan skor aslinya, maka langkah yang perlu ditempuh berturut-

turut adalah :

a) Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungannya yang terdiri dari 6

kolom:

- Kolom 1 : Subjek

- kolom 2 : Skor variabel X

- kolom 3 : Skor variabel Y

Page 61: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

60

- kolom 4 : Hasil perkalian antara skor variabel X dan skor

variabel Y, atau : XY (dijumlahkan)

- kolom 5 : Hasil penguadratan skor variabel X yaitu x2

(dijumlahkan)

- kolom 6 Hasil penguadatan skor variabel Y, yaitu y2

(dijumlahkan)

b) Mencari angka korelasinya dengan rumus :

N ∑ XY – (∑X) (∑Y)

rxy = __________________________

√ N∑x2 − (∑x)2 NY2 − (∑Y)2

c) Memberikan interprestasi terhadap rxy dan menarik kesimpulan

3. Reliabilitas Instrumen

Dari butir instrumen yang valid kemudian diuji koefisien reliabilitas

dengan menggunakan formula koefisien Alpha Cronbach dengan rumus

sebagai berikut :

𝛼 = 𝐾

𝐾 − 1= 1

∑𝑆 𝑖2

𝑆𝑖2

Keterangan :

α = Koefisien reliabilitas varians

K = Jumlah item yang valid

∑𝑆 𝑖2 = Jumlah varians skor tiap-tiap item

∑𝑆 𝑖2 = Varians Total

Page 62: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

61

Proses perhitungan varians sebagai berikut:

1) Menghitung varians setiap butir dilakukan setelah butir tersebut

dinyatakan valid, sedangkan varians total berdasarkan jumlah skor

keseluruhan butir dari banyaknya responden. Perhitungan varians

butir dan varians total menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑆𝑖2 = ∑ 𝑋−𝑋 ²

𝑛−1

Keterangan :

𝑆𝑖2 = Varians butir yang dicari

X= skor tiap butir

X = rerata skor butir

N = jumlah responden

F. Teknik Analisa Data

Teknik analisa yang digunakan dalam pengujian data hasil

penelitian ini adalah:

a). Analisis regresi sederhana dan regresi ganda

b). korelasi sederhana dan korelasi ganda

c). korelasi determinan dan korelasi partial.

Data penelitian terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat, yaitu

uji normalitas dan homogenitas, pengujian linearitas sebagai prasyarat

analisis regresi. Disamping itu juga dilakukan analisis keberartian

hubungan sederhana dan ganda.

H1 : ρy.2 > 0

Hο : ρy.3 = 0

H1 : ρy.3 > 0

Page 63: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

62

Hο : ρy.123 = 0

H1 : ρy.123 > 0

Keterangan :

Hο = Hipotesis nol

H1 = Hipotesis alternative

ρy.1 = Korelasi sederhana antara X1 dengan Y

ρy.2 = Korelasi sederhana antara X2 dengan Y

ρy.3 = Korelasi sederhana antara X3 dengan Y

ρy.123 = Korelasi sederhana antara X1, X2, X3 dengan Y

Sebelum instrumen digunakan untuk mengumpulkan data setiap variabel

diujicobakan dahulu serta dikalibrasi. Dari hasil uji coha instrumen untuk

variabel hasil belajar didapatkan 20 butir yang valid yang diujicobakan

dengan reliabilitas 0,909 Untuk instrumen variabel pengetahuan guru

tentang strategi pembelajaran didapatkan 20 butir valid yang diujicobakan,

dengan reliabilitas 0,937, Untuk instrumen variabel sikap mengajar

didapatkan 20 butir yang valid diujicobakan, dengan tingkat reliabilitas

0,845, dan instrument variable motivasi mengajar di dapat didapatkan 20

butir yang valid diujicobakan dengan tingkat realibilitas 0,937.

Page 64: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Gambaran umum mengenai data hasil penelitian adalah sebagai

berikut.

1. Hasil Belajar

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan komputer

SPSS/PC+ versi 19.00 diperoleh: Banyaknya data Hasil belajar n + 67;

rata-rata skor X = 69,50; median =70; modus = 70; standar deviasi s =

5,88; varians = 34,58; range = 26; skor minimal Xmin = 59; sedangkan

skor maksimum Xmax =85.1

Untuk mendapatkan kemudahan dalam menganalisis dan

menginterpretasi data-data di atas data tersebut dapat divisualisasikan

dengan histogram pada Gambar 1.

Gambar 1 Histogram Hasil belajar

63

Page 65: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

64

2. Pengetahuan Guru tentang Strategi Pembelajaran

Pengetahuan Guru tetang Strategi Pembelajaran Berdasarkan hasil

pengolahan data dengan bantuan komputer SPSS/PC+ versi 16.00

diperoleh: Banyaknya data persepsi guru n + 15; rata-rata skor X = 71,45;

median = 70; modus = 70; standar deviasi s = 5,62; varians = 31,55; range

= 26; skor minimal Xmin = 60,sedangkan skor maksimum Xmax = 86.2

Untuk mendapatkan kemudahan dalam menganalisis dan

menginterpretasi data-data di atas data tersebut dapat divisualisasikan

histogram pada Gambar 2.

Gambar 2 Histogram Pengetahuan Guru tentang Strategi Pembelajaran

3. Sikap Mengajar Guru

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan komputer

SPSS/PC+ versi 19.00 diperoleh: Banyaknya data persepsi guru n + 15;

rata-rata skor X = 70,97;median = 70,00; modus = 65,00; standar deviasi s

Page 66: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

65

= 6,97; varians = 48,65; range = 29,00; skor minimal Xmin = 59;

sedangkan skor maksimum Xmax = 88.3 Untuk mendapatkan kemudahan

dalam menganalisis dan menginterpretasi data-data di atas data tersebut

dapat divisualisasikan dengan histogram pada Gambar 3.

Gambar 3 Histogram Sikap Mengajar Guru

4. Motivasi Guru

Motivasi Guru berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan

komputer SPSS/PC+ versi 19.00 diperoleh: Banyaknya data persepsi guru

n + 15; rata-rata skor X = 71,45; median = 70; modus = 70; standar

deviasi s = 5,62; varians = 31,55; range = 26; skor minimal Xmin = 60,

sedangkan skor maksimum Xmax = 86.2. Untuk mendapatkan

kemudahan dalam menganalisis dan menginterpretasi data-data di atas

data tersebut dapat divisualisasikan histogram pada Gambar 4

Page 67: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

66

Gambar 4 Histogram Motivasi Guru

B. Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas

a. Sebaran Data Hasil Belajar

Untuk menguji Normalitas data hasil belajar anak digunakan Test of

Normality Kolmogorov-Smirnov,dengan bantuan komputer SPSS 19.00 for

window.

Tabel 5. Ringkasan Uji Normalitas Sebaran Data hasil belajar

Tabel tersebut menunjukkan bahwa Hasil belajar diperoleh signifikansi

sebesar = 0, 061 lebih besar dari harga alpha (a = 0,05) 4. Karena hasil

Page 68: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

67

signifikan (0,061) lebih besar dari harga alpha (a =0,05), maka hipotesis

nol diterima, berarti populasi berdistribusi normal.

b. Sebaran Data Pengetahuan Guru tentang Strategi Pembelajaran

Untuk menguji Normalitas data pengetahuan guru tentang Strategi

pembelajaran digunakan Test of Normality Kolmogorov-Smirnov, dengan

bantuan komputer SPSS 19.00 for window. Data tersebut dapat dilihat

pada Tabel 6.

Tabel 6: Ringkasan Uji Normalitas Sebaran Data

Pengetahuan Guru tentang Strategi Pembelajaran

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan guru tentang

strategi pembelajaran diperoleh signifikansi sebesar = 0,119 lebih besar

dari harga alpha (a = 0, 05).6 Karena hasil signifikan (0,119) lebih besar

dari harga alpha (a = 0,05), maka hipotesis nol diterima, berarti populasi

berdistribusi normal.

c. Sebaran Data Sikap Guru

Untuk menguji Normalitas data Sikap guru digunakan Test of

Normality Kolmogorovv-Smirnov, dengan bantuan komputer SPSS 19.00

for window

Data tersebut dapat dilihat pada tabel 7.

Page 69: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

68

Tabel 7: Ringkasan Uji Normalitas Sebaran Data Sikap Guru

Tabel tersebut menunjukkan bahwa sikap guru diperoleh signifikansi

sebesar = 0, 159 lebih besar dari harga alpha (a = 0,05)6 Karena hasil

signifikan (0,159) lebih besar dari harga alpha (a = 0,05), rnaka hipotesis

nol diterima, berarti populasi berdistribusi normal.

d. Sebaran Data Motivasi Guru

Untuk menguji Normalitas data motivasi guru digunakan Test of Normality

Kolmogorov-Smirnov, dengan bantuan komputer SPSS 19.00 for window.

Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8: Ringkasan Uji Normalitas Sebaran Data

Motivasi Guru

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan guru tentang

strategi pembelajaran diperoleh signifikansi sebesar = 0,119 lebih besar

dari harga alpha (a = 0, 05).6 Karena hasil signifikan (0,119) lebih besar

dari harga alpha (a = 0,05), maka hipotesis nol diterima, berarti populasi

berdistribusi normal.

Page 70: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

69

2. Uji Homogenitas

Persyaratan analisis data diuji melalui uji homogenitas. Uji

homogenitas data yang digunakan adalah uji Bartlett. Dari hasil

perhitungan terlihat bahwa nilai X2 Hitung = 1,98 lebih kecil dari nilai X2

Tabel (a = 0,05) = 5,99. Hal ini menunjukkan bahwa sampel penelitian

berasal dari populasi yang homogen.

Pengujian Linieritas

1. Pengujian linieritas hubungan variabel bebas pengetahuan guru

terhadap strategi pemmbelajaran dengan variabel terikat Hasil belajaran

terdapat pada Tabel 9

Tabel 9: Uji Linieritas Hasil Belajar dan Pengetahuan Guru terhadap

Strategi Pembalajaran

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa uji linieritas hubungan variabel

bebas dengan variable terikat terlihat dari analisis di peroleh taraf

signifikan 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi uji a = 0,05. Hal ini

menunjukkan kelinieran terpenuhi.

Page 71: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

70

2. Pengujian linieritas hubungan variabel bebas sikap guru dengan

variabel terikat Hasil Belajar pada Tabel 10.

Tabel 10: Uji Kelinieran Hasil Belajar dan Sikap Guru

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa uji linieritas hubungan variabel

bebas dengan variabel terikat diperoleh taraf signifikan adalah 0,000 lebih

kecil dari taraf signifikansi uji a = 0,05, ini menunjukkan kelinieran

terpenuhi.

3. Pengujian linieritas hubungan variabel bebas Motivasi Guru dengan

variabel terikat Hasil belajaran terdapat pada Tabel 11

Tabel 11: Uji Linieritas Hasil Belajar dan Motivasi Guru

Page 72: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

71

Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa uji linieritas hubungan variabel

bebas dengan variable terikat terlihat dari analisis di peroleh taraf

signifikan 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi uji a = 0,05. Hal ini

menunjukkan kelinieran terpenuhi.

C. Hasil Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini ada tiga hipotesis yang akan diuji. 1. Hubungan

antara Pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran dengan Hasil

Belajar Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini berbunyi

“Terdapat hubungan positif antara Pengetahuan guru terhadap strategi

pembelajaran dengan Hasil Belajar anak". Untuk menguji berapa besar

hubungan antara persepsi guru terhadap pembelajaran tepadu digunakan

Pearson Correlation, dengan bantuan komputer SPSS 19 for window.

Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12: Korelasi antara Pengetahuan Guru terhadap Strategi Pembelajaran dengan Hasil Belajar

Hasil Belajar

Pengetahuan Guru

terhadap Strategi

Pembelajaran

SIkap Guru Motivasi Guru

Pearson Correlation Hasil belajar Pengetahuan Guru Sikap Guru Motivasi Guru

1.000 0.809 0.832 1.000

0.809 1.000 0.820 0.809

0.832 0.820 1.000 0.832

1.000 0.809 0.832 1.000

Page 73: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

72

Sig- (I-tailed) Hasil belajar Pengetahuan Guru Sikap Guru Motivasi Guru

0.000 0.000 0.000

0.000

0.000 0.000

0.000 0.000

0.000

0.000 0.000 0.000

N Hasil belajar Pengetahuan Guru Sikap Guru Motivasi Guru

76 15 15 15

76 15 15 15

76 15 15 15

76 15 15 15

1. Berdasarkan tabel diperoleh nilai r hitung = 0,809. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara pengetahuan

guru terhadap strategi pembelajaran dengan Hasil belajar. Koefisien

determinasi diperoleh r2 = 0,64811. Dengan demikian Hasil belajar

ditentukan oleh pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran

sebesar 64,8 %.

2. Hubungan Antara Sikap Guru dengan Hasil belajar.Hipotesis kedua

yang diajukan dalam penelitian ini adalah; Terdapat hubungan positif

antara Sikap guru dengan hasil belajar. Untuk menguji berapa besar

hubungan antara sikap guru digunakan Pearson Correlation, dengan

bantuan komputer SPSS 19 for window. Berdasarkan Tabel 12 diperoleh

nilai r hitung = 0,832. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang positif antara Sikap Guru dengan hasil belajar. Koefisien

determinasi diperoleh r2 = 0,64944. Dengan demikian hasil belajar

ditentukan oleh SIkap Guru sebesar 64,9 %.

3. Hubungan antara Motivasi Guru dengan hasil belajar Hipotesis ketiga

yang diajukan dalam peelitian ini adalah : Terdapat hubungan positif

Page 74: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

73

antara Motivasi Guru dengan hasil belajar. Untuk menguji berapa besar

hubungan antara motivasi guru dengan hasil belajar Berdasarkan tabel 12

diperoleh nilai r hitung = 0,809. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang positif antara pengetahuan guru terhadap

strategi pembelajaran dengan Hasil belajar. Koefisien determinasi

diperoleh r2 = 0,64811. Dengan demikian Hasil belajar ditentukan oleh

pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran sebesar 64,8 %.

4. Hubungan antara pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran

dan sikap guru dan Motivasi Guru dengan Hasil belajar Hipotesis yang

ketiga adalah "Terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan guru

terhadap strategi pembelajaran dan sikap guru dan Motivasi guru

terhadap hasil belajar Pengujian dilakukan melalui analisis regresi dan

korelasi ganda. Data tersebut dapat dilihat pada table 13 berikut.

Tabel 13: Korelasi antara Pengetahuan guru terhadap strategi pembalahran dan SIkap Guru, dan Motivasi Guru dengan Hasil Belajar

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Stdr Error of the Estimate

1

0.861

0.741

0.727

3.6476

Model

Change of Statistic

Page 75: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

74

R Square Change

F Change

Df 1 Df 2 Df 3 Df 4

1

0.741

50.180

2

35

2

0.000

a. Predictors (Constant) Pengetahuan Guru, Sikap Guru, Motivasi Guru b. Dependent Variabel : Hasil belajar

Berdasarkan tabel diperoleh nilai r hitung = 0,861. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara pengetahuan

guru terhadap trategi pembelajaran dan sikap guru dan Motivasi guru

secara bersama-sama dengan Hasil belajar. Dari hasil analisis di atas

diperoleh besarnya koefisien determinasi = 0,741. Ini berarti besar Hasil

belajar ditentukan oleh Pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran,

sikap guru, dan motibasi guru adalah 74,1%. Dari hasil pengujian regresi

ganda maka diperoleh persamaan regresi

Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14 Analisis Regresi

A. Predictors (Constant), Pengetahuan Guru Terhadap Strategi Pembelajaran, Sikap Guru, Motivasi Guru B. Dependent Variabel: Hasil Belajar

Page 76: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

75

Dari hasil analisis di atas nilai F hitung = 50.180 dengan besar

signifikansi adalah 0.00 lebih kecil dari harga alpha (a =0.05).9 Maka hal

ini berarti terdapat pengaruh pengetahuan guru terhadap strategi

pembelajaran, sikap guru dan Motivasi Guru terhadap Hasil belajar.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

Page 77: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

76

1. Terdapat hubungan yang positif antara hasil belajar anak dengan

pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran sebesar r hitung =

0,809.

2. Terdapat hubungan yang positif antara hasil belajar anak dengan

sikap guru sebesar r hitung = 0, 832.

3. Terdapat hubungan yang positif antara hasil belajar anak dengan

motivasi guru dan sikap guru sebesar r hitung = 0,861.

4. Terdapat hubungan positif antara hasil belajar anak dengan

pengetahuan guru terhadap strategi pembelajaran dan Sikap guru,

dan Motivasi guru sebesar r hitung = 0.809. Besar kontribusi

variable.

5. Hasil belajar anak ditentukan oleh pengetahuan guru terhadap

strategi pembelajaran, sikap guru, motivasi guru sebesar R square

(koefisien diterminasi) = 0,741. ini berarti besarnya kemampuan guru

dalam melaksanakan pembelajaran terpadu ditentukan oleh persepsi

guru dan sikap guru dalam pembelajaran adalah 74,1 %.

B. Saran.

Secara umum dapat disarankan bahwa guru-guru Taman Kanak-

kanak agar lebih menanggapi positif dan mempunyai sikap positif

terhadap pembelajaran dengan meningkatkan pengetahuan guru terhadap

76

Page 78: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

77

strategi pembelajaran, memiliki sikap yang positif dan motivasi yang tinggi

dalam mendidik anak.

.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). PT.Rineka Cipta. Jakarta. 2006

Carol Seefeldt & Nita Barbour. Early Childhood Education. New

Jersey:Prentice Hall.1998

Page 79: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

78

Cathy Malley. National Network for Child Care. Avalaible at: Http://www.ncc.org/Child.Dev.html

Departemen Pendidikan Nasional. Penilaian Kelas. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2004

-----------------------. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan. 2006

-----------------------, Peraturan menteri No 58 tentang Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta 2009

-----------------------, Kurikulum Pengembangan Taman Kanak-kanak, Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta 2010

Djaali H, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Program Pascasarjana – Universitas Negeri Jakarta, 2000.

http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=9232 Nazir, Moh. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta 2003 Santoso, Singgih, Mastering SPSS Versi 19. Elex Media 2011

Komputindo, Jakarta Slavin, Robert E. Educational Psychology (Theory and Practice). Allyn and

Baccon. Boston. 1994 Solso, Robert L., Maclin, M Kimberly., Maclin, Otto H. Cognitive

Psychology. Pearson. Boston. 2005 Sudjana, Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. 2005 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, ,

dan R&D). Alfabeta. Bandung. 2008 -------------, Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.2007 Surakhmad, Winarno.Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung. Tarsito. 1994 Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun tentang Guru dan Dosen. 2005 Lampiran-Lampiran Hasil Ujicoba Instrumen Perhitungan validitas Instrumen Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Ujicoba Instrumen

No Butir

No Peserta

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 1 1 1 1 1 1 74

2 4 5 5 3 5 5 5 5 4 5 5 5 5 3 2 1 1 1 1 1 71

Page 80: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

79

3 4 4 1 1 1 1 5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 54

4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 2 1 1 2 1 1 74

5 4 4 5 4 5 5 5 5 4 3 5 1 2 3 1 1 1 1 1 1 61

6 4 4 5 5 1 1 1 4 4 3 4 5 5 3 2 1 1 2 1 1 57

7 5 5 5 5 3 5 5 1 5 5 5 5 2 2 2 1 1 1 1 1 65

8 5 4 5 5 5 5 3 1 1 5 1 1 5 3 1 1 1 2 1 1 56

9 5 5 1 1 5 5 1 4 5 5 1 5 1 2 2 1 1 1 1 1 53

10 4 5 5 5 5 1 3 5 5 5 5 5 5 2 2 1 1 2 1 1 68

11 4 5 1 1 1 1 5 5 5 5 5 5 2 3 2 1 1 1 1 1 55

12 4 5 5 5 5 1 5 5 5 5 4 5 5 3 1 1 1 2 1 1 69

13 4 5 1 1 5 1 5 5 5 4 5 5 5 2 2 1 1 1 1 1 60

14 4 5 5 5 5 5 4 5 1 4 4 5 5 3 2 1 1 2 1 1 68

15 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 2 2 1 1 1 1 1 70

16 5 5 5 5 5 5 5 2 4 1 5 5 1 1 1 1 1 2 1 1 61

17 5 1 1 1 5 5 5 5 4 5 5 5 5 2 2 1 1 2 1 1 62

18 5 5 5 1 5 5 4 5 5 1 5 5 5 3 2 1 1 2 1 1 67

19 5 4 1 1 3 1 5 4 1 5 5 5 5 3 2 1 1 2 1 1 56

20 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 1 5 2 2 1 1 2 1 1 70

90 91 76 69 84 68 86 85 83 86 89 88 83 48 34 20 20 31 20 20 1271

Tabel 2 Vaidasi Butir Soal

Butir 1 Subjek X1 Y X² Y² XY

1 5 90 25 8100 450

2 5 91 25 8281 455

3 5 76 25 5776 380

4 5 69 25 4761 345

Page 81: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

80

5 5 84 25 7056 420

6 5 68 25 4624 340

7 5 86 25 7396 430

8 5 85 25 7225 425

9 5 83 25 6889 415

10 5 86 25 7396 430

11 5 89 25 7921 445

12 5 88 25 7744 440

13 5 83 25 6889 415

14 3 48 9 2304 144

15 1 34 1 1156 34

16 1 20 1 400 20

17 1 20 1 400 20

18 1 31 1 961 31

19 1 20 1 400 20

20 1 20 1 400 20

20 74 1271 340 96079 5679

Langkah perhitungannya : N = 20 ∑X = 74 ∑XY = 5679 ∑Y = 1271 ∑x1

2 = 340 ∑Y2 = 96079 Masukan ke dalam rumus :

N ∑ XY – (∑X) (∑Y) rxy = __________________________

20 (5679) – (74) (1271)

rxy = __________________________

√ 20 (340) − (74)2 20(96079) − (1271)2

133580 – 94054 rxy = __________________________ √6800 – 5476 X 1921580 - 1615441

19526

rxy = ______________ 20132

Page 82: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

81

rxy = 0.969

rhitung > rtabel Hasil perhitungan butir nomor satu menunjukkan rhitung = 0.969 dan rtabel = 0.444 menunjukkan validitas tinggi. Dari keseluruhan perhitungan butir instrumen adalah sebagai berikut : Tabe 3 Hasil perhitungan butir soal yang valid atau tidak valid

No Butir r hitung r table Status

1 0.97 0.444 V

2 0.908 0.444 V

3 0.744 0.444 V

4 0.957 0.444 V

5 0.746 0.444 V

6 0.636 0.444 V

7 0.775 0.444 V

8 0.509 0.444 V

9 0.578 0.444 V

10 0.871 0.444 V

11 0.705 0.444 V

12 0.89 0.444 V

13 0.808 0.444 V

14 0.808 0.444 V

15 0.919 0.444 V

16 0.694 0.444 V

17 0.715 0.444 V

18 0.785 0.444 V

19 0.69 0.444 V

20 0.825 0.444 V

rumus sebagai berikut :

Page 83: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

82

Proses perhitungan varians sebagai berikut:

1) Menghitung varians setiap butir dilakukan setelah butir tersebut dinyatakan valid, sedangkan varians total berdasarkan jumlah skor keseluruhan butir dari banyaknya responden. Perhitungan varians butir dan varians total menggunakan rumus1 sebagai berikut :

𝑆𝑖2 = ∑ 𝑋−𝑋 ²

𝑛−1

Keterangan :

𝑆𝑖2 = Varians butir yang dicari; X= skor tiap butir ;X = rerata skor butir N = jumlah responden Perhitungan : 1 Sudjana, Metoda Statistika, Tasito, Bandung, 2005. P93

Page 84: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

83

Tabel 4 : Perhitungan varians butir pernyataan nomor 1 varians skors total

No Butir Rerata Skor Rerata Y - Y (Y - Y)

Resp No.1 (X1) X1-X1 X1-X1² Total Y

1 5 3.7 1.3 1.69 90 63.55 26.45 699.6025

2 5 1.3 1.69 91 27.45 753.5025

3 5 1.3 1.69 76 12.45 155.0025

4 5 1.3 1.69 69 5.45 29.7025

5 5 1.3 1.69 84 20.45 418.2025

6 5 1.3 1.69 68 4.45 19.8025

7 5 1.3 1.69 86 22.45 504.0025

8 5 1.3 1.69 85 21.45 460.1025

9 5 1.3 1.69 83 19.45 378.3025

10 5 1.3 1.69 86 22.45 504.0025

11 5 1.3 1.69 89 25.45 647.7025

12 5 1.3 1.69 88 24.45 597.8025

13 5 1.3 1.69 83 19.45 378.3025

14 3 -0.37 0.1369 48 -15.55 241.8025

15 1 -2.7 7.29 34 -29.55 873.2025

16 1 -2.7 7.29 20 -43.55 1896.603

17 1 -2.7 7.29 20 -43.55 1896.603

18 1 -2.7 7.29 31 -32.55 1059.503

19 1 -2.7 7.29 20 -43.55 1896.603

20 1 -2.7 7.29 20 -43.55 1896.603

74 65.8469 1271 15306.95

Dari tabel diatas diperoleh harga sebagai berikut : ∑ = (X1 – X1) = 65.8469 N = 20 Maka, varians butir soal 1 dapat ditentukan :

𝑆12 = ∑ 𝑋1−𝑋1 ²

𝑛−1

= 65.8469

20−1 = =

65.8469

19 = 3.465

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh besarnya varians butir no 1 sebesar 3.465 untuk perhitungan butir selanjutnya dengan menggunakan rumus yag sama diperoleh besaran varians butir instrumen dengan bantuan excell for window.

Page 85: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

84

Tabel 5 Varians butir Soal

No No Butir

Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5

2 5 5 4 5 5 1 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 4 5

3 5 5 1 5 5 1 1 5 1 5 1 5 1 5 5 5 1 5 1 5

4 5 3 1 5 5 5 1 5 1 5 1 5 1 5 5 5 1 1 1 5

5 5 5 1 5 5 5 3 5 5 5 1 5 5 5 5 5 1 5 3 5

6 5 5 1 5 5 5 1 5 5 1 1 1 1 5 1 5 1 5 1 5

7 5 5 5 5 4 5 5 3 1 3 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5

8 5 5 5 5 5 5 4 1 4 5 5 5 5 5 5 2 5 5 4 4

9 5 4 5 5 1 4 1 1 5 5 5 5 5 1 5 4 5 5 1 5

10 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 1 5 1 5 5

11 5 5 5 5 4 5 5 1 1 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5

12 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1

13 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 2 5 5 5 5 1 2 5 5 5

14 3 3 1 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 1 3 3 3 2

15 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2

16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

18 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Jml 74 71 54 74 68 66 56 56 53 68 54 69 60 68 70 61 51 67 56 70

K 20

Var. Butir 3.466 2.997 3.8 3.1 2.7 3.5 3.1 3.4 3.6 3.2 3.6 3.3 3.6 2.9 3.6 3.7 3.6 3.4 3.1 3.3

Sigma Var 67.1

Var.Total 806

Reliabel 0,965

2) Varians total instrumen berdasar tabel di atas

∑ = (Y – Y) = 15306,95 N = 20

Maka varians skor total dapat dicarai dengan rumus sebagai berikut :

𝑆12 = ∑ 𝑌−𝑌 ²

𝑛−1

𝑆12 = 15306 ,95

20−1

𝑆12 = 15306 ,95

19

= 806

Page 86: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

85

Selanjutnya perhitungan tersebut varians skor 806, selanjutnya besaran varians skor total dan besaran jumlah varians butir instrumen kedalam rumus Alpha Cronbach.

𝛼 = 𝐾

𝐾 − 1= 1

∑𝑆 𝑖2

𝑆𝑖2

𝛼 = 20

20 − 1= 1

∑𝑆 𝑖2

𝑆𝑖2

𝛼 = 20

20 − 1= 1

67,1

805,6

𝛼 = 20

19= 0,916717

= 0,965

Kesimpulannya instrumen menunjukkan reliabilitas tinggi dengan skor 0,965

Page 87: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

86

Foto PAUD/TK yang menjadi objek penelitian

Page 88: profesionalisme pendidik dan penyelenggaraan pendidikan anak ...

87