BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan kunci
keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. guru adalah sales agent
dari lembaga pendidikan. Baik atau buruknya perilaku atau cara
mengajar guru akan sangat mempengaruhi citra lembaga pendidikan,
oleh sebab itu sumber daya guru ini harus dikembangkan baik melalui
pendidikan dan pelatihan dan kegiatan lain agar kemampuan
profesionalnya lebih meningkat Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional dan lokal, peningkatan
kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat
pelajaran, sertifikasi guru, pengadaan dan perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun
nampaknya segala usaha tersebut belum menunjukan hasil yang
menggembirakan. Masyarakat masih
membicarakan lulusan sekolah belum bermutu, malah dari segi
moral kian merosot. Kejujuran sangat kurang, sopan santun tidak
ada, kurang disiplin, kurang bertanggungjawab, rasa malu sangat
kurang, penyelewengan dimana-mana, sampai negara kita menjadi
negara nomor tiga terkorup di dunia dan sebagainya. Ini semua
adalah produk dan outcome yang diperoleh selama bersekolah. Padahal
dunia pendidikan merupakan sarana yang sangat diharapkan membangun
generasi muda yang diidam-idamkan. Berangkat dari permasalahan
diatas maka seharusnya dunia pendidikan ini diserahkan kepada
orang-orang yang ahli dibidangnya. Kita punya universitas
pendidikan, fakultas pendidikan, sarjana pendidikan yang ahli dalam
bidangnya, mereka harus terlibat dalam merumuskan pengelolaan
pendidikan nasional. Guru profesional akan dapat mengarahkan
sasaran pendidikan membangun generasi muda menjadi satu generasi
bangsa penuh harapan.
1
B. Identifikasi Masalah Bedasarkan latar belakang di atas maka
identifikasi masalahnya adalah: 1. Bagaimana kualitas pendidikan di
indonesia? 2. Apa tanggungjawab pemerintah dalam meningkatkan
mutu
pendidikan? 3. Bagaimana menjadi guru yang yang profesional? C.
Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka
perumusan masalahnya adalah: Profesionalisme Guru sebagai Salah
Satu Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan. D. Tujuan Penulisan Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Memenuhi tugas individu
mata kuliah Kajian Modal Sosial. 2. Menambah wawasan mengenai
kualitas pendidikan di Indonesia 3. Menambah wawasan mengenai
bagaimana menjadi guru profesional.
2
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Pendidikan
berasal dari kata pedagogi (paedagogie, Bahasa Latin) yang berarti
pendidikan dan kata pedagogia (paedagogik) yang berarti ilmu
pendidikan yang berasal dari bahasa Yunani. Pedagogia terdiri dari
dua kata yaitu Paedos (anak, pen) dan Agoge yang berarti saya
membimbing, memimpin anak. Sedangkan paedagogos ialah seorang
pelayan atau bujang (pemuda, pen) pada zaman Yunani Kuno yang
pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak (siswa, pen) ke dan
dari sekolah. Perkataan paedagogos yang semula berkonotasi rendah
(pelayan, pembantu) ini, kemudian sekarang dipakai untuk nama
pekerjaan yang mulia yakni paedagoog (pendidik atau ahli didik atau
guru). Dari sudut pandang ini pendidikan dapat diartikan sebagai
kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri
sendiri dan bertanggung jawab. Pendidikan berkaitan erat dengan
segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia mulai
perkembangan fisik, kesehatan keterampilan, pikiran, perasaan,
kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan Iman. Perkembangan ini
mengacu kepada membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat
manusia meningkatkan hidupnya dan kehidupan alamiah menjadi
berbudaya dan bermoral. Sebagaimana dikutip oleh Ahmad Tafsir,
Rupert C. Lodge dalam bukunya Philosophy of Education (New York :
Harer & Brothers. 1974 : 23) menyatakan bahwa dalam pengertian
yang luas pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Namun
faktanya bahwa tidak semua pengalaman dapat dikatakan pendidikan.
Mencuri, mencopet, korupsi dan membolos misalnya, bagi orang yang
pernah melakukannya tentunya memiliki sejumlah pengalaman, tetapi
pengalaman itu tidak dapat
3
dikatakan pendidikan. Karena pendidikan itu memiliki tujuan yang
mulia, baik dihadapan manusia maupun dihadapan Tuhan. Banyak
rumusan pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya: a.
John Dewey : pendidikan merupakan suatu proses pembentukan
kecakapan mendasar secara intelektual dan emosional sesama manusia.
b. JJ. Rouseau : Pendidikan merupakan pemberian bekal kepada kita
apa yang tidak kita butuhkan pada masa kanak-kanak, akan tetapi
kita butuhkan pada saat dewasa. c. M. J. Langeveld : Pendidikan
merupkan setiap usaha yang dilakukan untuk mempengaruhi dan
membimbing anak ke arah kedewasaan, agar anak cekatan melaksanakan
tugas hidupnya sendiri. d. Menurut Langeveld pendidikan hanya
berlangsung dalam suasana pergaulan antara orang yang sudah dewasa
(atau yang diciptakan orang dewasa seperti : sekolah, buku model
dan sebagainya) dengan orang yang belum dewasa yang diarahkan untuk
mencapai tujuan pendidikan. e. John S. Brubacher : Pendidikan
merupakan proses timbal balik dari tiap individu manusia dalam
rangka penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan dengan
alam semesta. f. Kingsley Price mengemukakan: Education is the
process by which the nonphysical possessions of culture are
preserved or increased in the rearing of the young or in the
instruction of adults. (Pendidikan adalah proses yang berbentuk non
pisik dari unsur-unsur budaya yang dipelihara atau dikembangkan
dalam mengasuh anak-anak muda atau dalam pembelajaran orang
dewasa). g. Mortimer J. Adler : pendidikan adalah proses dimana
semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang
dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan
kebiasaankebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik
dibuat dan dipakai oleh siapa pun untuk membantu orang lain atau
dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan
yang baik.
4
Definisi di atas dapat dibuktikan kebenarannya oleh filsafat
pendidikan, terutama yang menyangkut permasalahan hidup manusia,
dengan kemampuan-kemampuan asli dan yang diperoleh atau tentang
bagaimana proses mempengaruhi perkembangannya harus dilakukan.
Suatu pandangan atau pengertian tentang hal-hal yang berkaitan
dengan objek pembahasan menjadi pola dasar yang memberi corak
berpikir ahli pikir yang bersangkutan. Bahkan arahnya pun dapat
dikenali juga. Dari berbagai pandangan di atas dapat dilihat bahwa
dikalangan pakar pendidikan sendiri masih terdapat
perbedaan-perbedaan pendapat. Hal ini disebabkan oleh latar
belakang pendidikan ahli pendidikan itu dan kondisi pendidikan yang
diperbincangkan saat itu, yang semuanya memiliki perbedaan karakter
dan permasalahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran
dan terencana (bertahap) dalam meningkatkan potensi diri peserta
didik dalam segala aspeknya menuju terbentuknva kepribadian dan
alaq mulia dengan menggunakan media dan metode pembelajaran yang
tepat guna melaksanakan tugas hidupnya sehingga dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. B. Pengertian
Guru Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan guru, yang
mempunyai makna "Digugu dan ditiru" artinya mereka yang selalu
dicontoh dan dipanuti. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia
adalah seorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar. Dalam bahasa Arab disebut muallim dan dalam bahasa
Inggris disebut Teacher. Itu semua memiliki arti yang sederhana
yakni "A Person Occupation is Teaching Other" artinya guru ialah
seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain. Menurut Ngalim
Purwanto bahwa guru ialah orang yang pernah memberikan suatu ilmu
atau kepandaian kepada seseorang atau sekelompok orang.
5
WJS Poerwadarminta dalam kamus umum bahasa Indonesia yang
disusunya mengartikan bahwa guru adalah orang yang pekerjaanya
mengajar. Ahmad Tafsir mengemukakan pendapat bahwa guru ialah
orangorang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik
potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik. Sedangkan menurut
Hadari Nawawi bahwa pengertian guru dapat dilihat dari dua sisal.
Pertama secara sempit, guru adalah ia yang berkewajiban mewujudkan
program kelas, yakni orang yang kerjanya mengajar dan memberikan
pelajaran di kelas. Sedangkan secara luas diartikan guru adalah
orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut
bertanggung jawab dalam membantu anak-anak dalam mencapai
kedewasaan masing-masing. Pengertian-pengertian diatas menurut
Muhibbin Syah masih bersifat umum, dan oleh karenanya dapat
mengundang bermacam-macam interpretasi dan bahkan juga konotasi
(arti lain). Pertama adalah kata "seorang (A Person) bisa mengacu
pada siapa saja asal pekerjaan sehariharinya (profesinya) mengajar.
Dalam hal ini berarti bukan hanya dia yang sehari-harinya mengajar
disekolah yang dapat disebut guru, melainkan juga dia-dia yang
lainnya yang berprofesi (berposisi) sebsagai Kyai di pesantren,
pendeta di gereja, instruktur di balai pendidikan dan pelatihan,
kedua adalah kata "mengajar" dapat pula ditafsirkan bermacam-macam
misalnya: a. Menularkan (menyampaikan) pengetahuan dan kebudayaan
kepada orang lain (bersifat kognitif) b. Melaih keterampilan
jasmani kepada orang lain (psikomotorik) c. Menanamkan nilai dan
keyakinan kepada orang lain (afektif) Akan tetapi terlepas dari
bermacam interpretasi tadi guru yang dimaksud dalam pembahasan ini
ialah tenaga pendidik yang pekerjaannya
6
mengajar seperti yang tersebut dalam UUSPN tahun 1989 Bab VII
pasal 27 ayat 3. Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil
sebuah konklusi bahwa yang dimaksud guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, pendidikan menengah. C. Pengertian Profesionalme Guru
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi
juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang
mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh
dari pendidikan akademis yang intensif (Webstar, 1989). Jadi,
profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian
tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi
tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan
persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Profesi menunjukan lapangan
yang khusus dan mensyaratkan studi dan penguasaan pengetahuan
khusus yang mendalam, seperti bidang hokum, militer, keperawatan,
kependidikan, dan sebagainya. Pekerjaan yang bersifat professional
adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka khusus
dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh
mereka karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Nana Sudjana,
1988 dalam Usman, 2005). Profesi seseorang yang mendalami hokum
adalah ahli hokum, seperti jaksa, hakim, dan pengacara. Profesi
seseorang yang mendalami keperawatan adalah perawat. Sementara itu,
seseorang yang menggeluti dunia pendidikan (mendidik dan mengajar)
adalah guru, dan berbagai profesi lainnya.
7
Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
profesi adalah suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu
jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap,
dan keterampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari
pendidikan akademis yang intensif. Profesi biasanya berkaitan
dengan mata pencaharian seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Dengan demikian, profesi guru adalah keahlian dan kewenangan khusus
dalam bidang pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang ditekuni
untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang
bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan
yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam
pendidikan dan
pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara
efektif dan efisien serta berhasil guna. Sementara itu yang
dimaksud profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan
kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata
pencaharian seseorang. Profesionalisme guru merupakan kondisi,
arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan
dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan
pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu,
guru yang professional adalah guru yang memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.
Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan
professional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.
Dengan kata lain, pengertian guru professional adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal. Guru yang professional adalah orang yang
terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang
kaya di bidangnya. Suatu pekerjaan profesional memerlukan
persyaratan khusus, yakni (1) menuntut adanya keterampilan
berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam; (2)
menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya; (3) menuntut adanya
8
tingkat pendidikan yang memadai; (4) adanya kepekaan terhadap
dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya; (5)
memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan (Moh.
Ali, 1985). Selain persyaratan di atas, usman menambahkan, yaitu
(1) memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya; (2) memiliki klien/objek layanan yang tetap, seperti
dokter dengan pasiennya, guru dengan muridnya; (3) diakui oleh
masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat
(Usman,2005). Menurut Surya (2005), guru yang professional akan
tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai
dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga
ditunjukan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanan seluruh
pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan
melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik,
orang tua, masyarakat, bangsa, Negara, dan agamanya. Guru
profesional mempunyai tanggung jawab pribadi yang mandiri yang
mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya,
dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial
diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki
kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual
diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang
tugastugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan
melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya
senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.
Seorang guru yang profesional dituntut dengan
sejumlahpersyaratan minimal, antara lain: memiliki kualifikasi
pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan
sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kratif
dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap
profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara
terus-menerus (continuous improvement)
9
melalui organisasi profesi, internet, buku, seminar, dan
semacamnya. Dengan persyaratan semacam ini, maka tugas seorang guru
bukan lagi knowledge based, seperti sekarang ini, tetapi lebih
bersifat competency based yang menekankan pada penguasaan seecara
optimal konsep keilmuan dan perekayasaan yang berdasarkan
nilai-nilai etika dan moral. Konsekuensinya, seorang guru tidak
lagi menggunakan komunikasi satu arah yang selama ini dilakukan,
melainkan menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga terjadi
komunikasi dua arah secara demokratis antara guru dengan siswa.
Kondisi yang demikian diharapkan mampu menggali potensi dan
kreativitas peserta didik (Sidi, 2003). Dengan profesionalisme
guru, maka guru masa depan tidak tampul lagi sebagai pengajar
(teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tetapi
beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor), dan
manajer belajar (learning manager). Sebagai pelatih, seorang guru
akan berperan seperti pelatih olahraga. Ia mendorong siswanya untuk
menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan
mencapai prestasi setinggi-tingginya, dan membantu siswa menghargai
nilai belajar dan pengetahuan. Sebagai pembimbing atau konselor,
guru akan berperan sebagai sahabat siswa, menjadi teladan dalam
pribadi yang mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa.
Sebagai manajer belajar, guru akan membimbing siswanya belajar,
mengambil prakarsa, dan mengeluarkan ide-ide baik yang dimilikinya.
Dengan ketiga peran guru ini, maka diharapkan para siswa mampu
mengembangkan potensi diri masing-masing, mengembangkan
kreativitas, dan mendorong adanya penemuan keilmuan dan teknologi
yang inovatif sehingga para siswa mampu bersaing dalam masyarakat
global.
10
BAB III PEMBAHASAN Profesionalisme Guru sebagai Salah Satu Upaya
Peningkatan Mutu Pendidikan A. Kualitas Pendidikan di Indonesia
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini memang masih sangat
rendah bila di bandingkan dengan kualitas pendidikan di
negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu
efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih
kurang dioptimalkan. Masalahmasalah lainya yang menjadi penyebabnya
yaitu:
Mahalnya biaya pendidikan Rendahnya kualitas dan kesejahteraan
guru Fasilitas yang masih kurang memadai Kurangnya pemerataan
sistem pendidikan Rendahnya prestasi siswa Padahal kita semua tahu
bahwa pendidikan merupakan hak bagi
seluruh warga negara Indonesia. Inilah realita yang dialami
dunia pendidikan di Indonesia. Secara khusus, pemicu perubahan
dalam lingkungan pendidikan dan respons atas perubahan dapat
diidentifikasi sebagai berikut: 1. Globalisasi yang menyebabkan
informasi bergerak amat cepat dan tanpa batas. Materi pembelajaran
yang selama ini menjadi otoritas dan penguasaan guru kini dapat
diakses siapa saja termasuk para siswa melalui internet. Sumber
belajar pun tersedia amat luas tidak hanya terbatas pada buku teks.
Hal ini menuntut peningkatan kemampuan kompetensi sumber daya
pendidikan. 2. Kemajuan iptek yang sangat cepat dan massif menuntut
kemampuan sumber daya pendidikan melakukan penyesuaian yang
signifikan. 3. Mobilitas tenaga kerja baik yang profesional maupun
pekerja teknis pada tataran internasional yang gerakannya melintasi
batas-batas Negara menuntut pendidikan semakin dikelola secara
bermutu.
11
4. Krisis multidimensional mendorong dunia pendidikan untuk
dapat semakin memperkuat diri, dikelola secara lebih efisien dengan
akuntabilitas tinggi sehingga dapat meningkatkan harkat dan
martabat bangsa dan mendorong terbukanya mobilitas vertical SDM. 5.
Desentralisasi pendidikan sebagai konsekuensi logis dari
pelaksanaan otonomi daerah membawa perubahan mendasar dalam
pengelolaan pendidikan. Hal ini menuntut peningkatan kemampuan
manajerial dan kemampuan komunikasi kepala sekolah dengan
pihak-pihak lain seperti Pemerintah Daerah dan stakeholders
lainnya. 6. Pendanaan dan komitmen peningkatan anggaran pendidikan
dari pemerintah yang masih rendah, demikian pula partisipasi
masyarakat terhadap pendidikan yang masih belum memadai mendorong
warga sekolah tak henti-hentinya mengupayakan lahirnya kreativitas
dan inovasi dalam ketercapaian program-program sekolah terus
berkembang. 7. Etos kerja tenaga kependidikan masih rendah
sehingga menghambat percepatan penguasaan kompetensi yang
dibutuhkan tenaga
kependidikan sesuai dengan tuntutan perkembangan iptek dan
kurikulum baru. 8. Prestasi belajar siswa masih rendah dengan
indikator nilai UN dan kemampuan masuk perguruan tinggi masih
rendah. Kondisi diataslah yang menghambat Indonesia untuk bisa
bangkit mengatasi masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia
serta tingginya angka pengangguran. Begitu banyaknya masalah yang
dihadapi pemerintah tentunya tidak bisa kita selesaikan secara
cepat. Menurut survei internasional yang komprehensif pada tahun
2003 oleh Organization for Economic Cooperation di and Development
adalah kualitas
(OECD). Kualitas
pendidikan terbaik
dunia
pendidikan di Negara Finlandia. Apa Kunci Peningkatan Kualitas
Pendidikan di Finlandia? Kunci untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Finlandia
terletak pada kualitas gurunya. Guru-guru Finlandia boleh dikata
adalah
12
gru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula.
Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski
gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik
biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah
pendidikan dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima, lebih
ketat persaingannya ketimbang masuk ke fakultas bergengsi lainnya
seperti fakultas hukum dan kedokteran! Bandingkan dengan Indonesia
yang guru-gurunya dipasok oleh siswa dengan kualitas seadanya dan
dididik oleh perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula. Dengan
kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan dan
pelatihan guru yang berkualitas tinggi tak salah jika kemudian
mereka dapat menjadi guru-guru dengan kualitas yang tinggi pula.
Dengan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode
kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang
sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika
negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa
merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan,
mereka justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang
menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat
kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian, ungkap seorang
guru di Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak
bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian
untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua
pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi. Lalu apa
tanggungjawab Pemerintah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan?
Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Pemerintah harus bisa membuat prioritas dalam upaya perbaikan
kualitas manusia Indonesia. Realisasi anggaran pendidikan yang
mencapai 20% dari total APBN negara harus bisa segera
direalisasikan oleh pemerintah. Jangan sampai anggaran yang telah
besar ini justru dikorup oleh oknumoknum yang tidak bertanggung
jawab. Penetapan sistem pendidikan yang baku serta tidak harus
berubah pada setiap pergantian menteri harus bisa menjadi target
pemerintah. Hal ini bisa memberikan kepastian bagi setiap
13
pengajar dan sekolah. Kelengkapan fasilitas serta pemerataan
kualitas pendidikan bagi setiap warga negara, khususnya
daerah-daerah yang jauh dari pusat kota. Daerah-daerah seperti ini
seharusnya menjadi fokus pemerintah karena banyak sekali masyarakat
yang tidak memperoleh hak mereka dalam memperoleh pendidikan.
Terakhir, perbaikan kualitas para pendidik pun harus bisa
diperhatikan oleh pemerintah. Jangan sampai para guru yang
mengajari para calon pemimpin bangsa ini justru merupakan
orang-orang yang tidak mengerti apa yang mereka ajarkan. Inilah
beberapa hal yang harus segera dilakukan pemerintah untuk segera
menyelesaikan masalah SDM di Indonesia. B. Menjadi Guru Profesional
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidik adalah
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Pendidik berkewajiban: (1)
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis, dan dialogis; (2) mempunyai komitmen secara
professional untuk meningkatkan mutu pendidikan; (3) member teladan
dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya (UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik
yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang
relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Selain
itu, seorang guru profesional, harus memiliki kemampuan atau
kompetensi yaitu seperangkat kemampuan sehingga dapat mewujudkan
kinerja
profesionalnya. Dalam PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, kemampuan yang perlu dimiliki guru dalam melaksanakan
tugas pokoknya ialah: 1. Kemampuan Paedagogik
14
Kemampuan paedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran.
Ini mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditunjukan oleh
penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengajar. Mengajar
merupakan pekerjaan yang kompleks dan sifatnya multidimensional. 2.
Kemampuan Kepribadian Kemampuan kepribadian adalah kemampuan yang
stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan, dan berakhlak
mulia. Guru sebagai teladan akan mengubah perilaku siswa, guru
adalah panutan. Guru yang baik akan dihormati dan disegani oleh
siswa. Jadi guru harus bertekad mendidik dirinya sendiri lebih dulu
sebelum mendidik orang lain. Pendidikan melalui keteladanan adalah
pendidikan yang paling efektif. Guru yang disenangi, otomatis mata
pelajaran yang ia ajarkan akan disenangi oleh siswa, dan siswa akan
bergairah dan termotivasi sendiri mendalami mata pelajaran
tersebut. sebaliknya guru yang dibenci oleh murid, akan tidak
senang dengan mata pelajaran yang dipegang oleh guru, dan membentuk
sikap antipasti terhadap mata pelajaran yang dipelajari tersebut.
3. Kemampuan Profesional Kemampuan profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, serta metode
dan teknik mengajar yang sesuai yang dipahami oleh murid, mudah
ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan dan keraguan. 4. Kemampuan
Sosial Kemampuan sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah dan di
luar lingkungan sekolah. Guru profesional berusaha mengembangkan
komunikasi dengan orang tua siswa, sehingga terjalin komunikasi dua
arah yang berkelanjutan anatara sekolah dan orang tua, serta
masyarakat pada umumnya. Seorang guru juga diharapkan memiliki jiwa
entrepreneurship, yang berarti ia seorang yang kreatif, inovatif
selalu bisa mencari solusi dari setiap permasalahan, menciptakan
sesuatu yang baru, memiliki motivasi tinggi.
15
Profesi guru pada saat ini masih banyak dibicarakan orang, atau
masih saja dipertanyakan orang, baik di kalangan para pakar
pendidikan maupun di luar pakar pendidikan. bahkan akhir-akhir ini
banyak media massa cetak baik harian maupun mingguan memuat berita
tentang guru. Ironisnya berita-berita tersebut banyak yang
cenderung melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya menyangkut
kepentingan umum sampai kepada hal-hal yang sifatnya sangat
pribadi, sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tak mampu membela
diri. Masyarakat/orang tua murid pun kadangkadang mencemoohkan dan
menuding guru tidak kompeten, tidak berkualitas dan sebagainya,
manakala putra/putrinya tidak bisa
menyelesaikan persoalan yang ia hadapinya sendiri atau memiliki
kemampuan tidak sesuai dengan keinginannya. Dari kalangan
bisnis/industrialis pun memprotes para guru karena kualitas para
lulusan dianggapnya kurang memuaskan bagi kepentingan
perusahaannya. Di mata murid-murid pun khususnya di sekolah-sekolah
menengah di kotakota pada umumnya cenderung menghormati gurunya
hanya karena ingin mendapat nilai baik atau naik kelas dengan
peringkat tinggi tanpa kerja keras. Tentu saja tuduhan dan protes
dari berbagai kalangan tersebut akan merongrong wibawa guru, bahkan
cepat atau lambat, pelan tapi pasti akan menurunkan martabat guru.
Akankah demikian nasibmu wahai pahlawan tanpa tanda jasa? Sikap dan
perilaku masyarakat tersebut memang bukan tanpa alasan, karena
memang ada sebagian kecil oknum guru yang melanggar/menyimpang dari
kode etiknya. Anehnya lagi kesalahan sekecil apa pun yang diperbuat
guru mengundang reaksi yang begitu hebat di masyarakat. Hal ini
dapat dimaklumi karena dengan adanya sikap demikian menunjukan
bahwa memang guru seyogianya menjadi anutan bagi masyarakat di
sekitarnya. Lebih dari sekedar anutan, hal ini pun menunjukan bahwa
guru sampai saat ini masih dianggap eksis, sebab sampai kapan pun
posisi guru/peran guru tidak akan bisa digantikan sekalipun dengan
mesin canggih. Karena tugas guru menyangkut pembinaan sifat mental
manusia
16
yang menyangkut aspek-aspek yang bersifat manusiawi yang unik
dalam arti berbeda satu sama lainnya. Hanya saja masalah sekarang,
sebatas manakah pengakuan masyarakat terhadap profesi guru, sebab
kenyataannya masyarakat masih tetap mengakui profesi dokter atau
hakim dianggap lebih tinggi dibandingkan dengan profesi guru.
Seandainya yang dijadikan ukuran tinggi rendahnya pengakuan
profesional tersebut adalah keahlian dan tingkat pendidikan yang
ditempuhnya, guru pun ada yang
setingkat/sederajat dengan jenis profesi lain bahkan ada yang
lebih. Kita akui bahwa profesi guru paling mudah tercemar dalam
arti masih ada saja orang yang memaksakan diri menjadi guru
walaupun sebenarnya yang bersangkutan tidak dipersiapkan untuk itu.
Hal ini terjadi karena masih adanya pandangan sebagian masyarakat
bahwa siapa pun dapat menjadi guru, asalkan ia berpengetahuan.
Rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru
disebabkan olehh beberapa faktor berikut. 1. Adanya pandangan
sebagian masyarakat, bahwa siapa pun dapat menjadi guru asalkan ia
berpengetahuan. 2. Kekurangan guru di daerah terpencil, memberikan
peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian
untuk menjadi guru. 3. Banyak guru yang belum menghargai
profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesinya itu. Perasaan
rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan pfofesi untuk
kepuasan dan kepentingan pribadinya, sehingga wibawa guru semakin
merosot, (Dr. Nana Sudjana, 1988). Sebagai pengajar atau pendidik,
guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya
pendidikan. itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan,
khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang
dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru.
Hal ini menunjukan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia
pendidikan.
17
Demikian pun dalam upaya membelajarkan siswa guru dituntut multi
peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang
efektif. Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan
kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu
(kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar siswa dapat ditingkatkan
dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Mulai dan
akhirilah mengajar tepat pada waktunya. Hal ini berarti kesempatan
belajar makin banyak dan optimal serta guru menunjukan keseriusan
saat mengajar sehingga dapat membangkitkan minat/motivasi siswa
untuk belajar. Makin banyak siswa terlibat aktif dalam belajar,
makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya.
Sedangkan dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru
mampu merencanakan program pengajaran dan sekaligus mampu pula
melakukannya dalam bentuk interaksi belajar mengajar. Guru harus
peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaharuan serta
ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus berkembang sejalan
perkembangan dengan tuntutan Disinilah kebutuhan masyarakat guru
untuk dan
zaman.
tugas
senantiasa
meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan, meningkatkan kualitas
pendidikannya. Sikap guru seperti ini yang dibutuhkan pada era
globalisasi dengan berbagai kemajuannya, khususnya kemajuan ilmu
dan teknologi yang berpengaruh terhadap pendidikan. Bahkan tidak
cukup hanya dengan itu saja, untuk membangun kembali puing-puing
kepercayaan masyarakat terhadap profesi guru yang hamper tumbang
diterjang kemajuan zaman, maka guru perlu tampil di setiap
kesempatan baik sebagai pendidik, pengajar, pelatih, innovator,
maupun dinamisator pembangunan masyarakat yang bermoral Pancasila
sekaligus mencerdaskan bangsa Indonesia.
18
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Guru adalah tokoh sentral dalam dunia pendidikan,
khususnya saat terjalinnya proses interaksi belajar-mengajar.
Gurulah garda terdepan dalam implementasi kurikulum. Guru adalah
kurikulum berjalan. Sebaik apa pun kurikulum dan sistem pendidikan
yang ada, tanpa didukung mutu guru yang memenuhi syarat, maka
semuanya akan sia-sia. Guru yang profesional adalah guru yang
memiliki sejumlah kompetensi yang dapat menunjang tugasnya. Ada
empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yakni
kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi professional (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen Pasal 10 ayat 2). Peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia tidak cukup dengan pembenahan di bidang kurikulum saja,
tetapi harus juga diikuti dengan peningkatan mutu guru di jenjang
tingkat dasar dan menengah. Tanpa upaya meningkatkan mutu guru,
semangat tersebut tidak akan mencapai harapan yang diinginkan. Oleh
karena itu, keberadaan guru yang profesional tidak bisa
ditawar-tawar lagi. B. Saran Berkaitan dengan upaya peningkatan
mutu pendidikan di Indonesia khususnya peningkatan kualitas guru,
maka penulis mencoba memberikan saran diantaranya: 1. Untuk
guru/calon guru, guru harus mampu memahami potensi peserta didik
dengan baik sehingga mampu melayani peserta didik sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristiknya. Guru harus mampu
mengimbangi proses pendidikan berbasis teknologi informasi dan
komunikasi yang menjadikan kebiasaan dan cara berfikir peserta
didik didominasi oleh cara kerja computer. Guru harus mampu
mengemas teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran
19
yang berbasis individual sehingga peserta didik mampu berkembang
secara maksimal. Guru harus mampu menguasai pembelajaran yang
berbasis multimedia sehingga dapat memudahkan dalam
menyampaikan suatu konsep pembelajaran. 2. Untuk pemerintah,
pemerintah diharapkan dapat menjalankan amanat terhadap pembangunan
nasional terutama dalam sektor pendidikan. Pemerintah diharapkan
dapat menjalankan visi dan misi pendidikan nasional secara
maksimal. Dalam sistem perekrutan tenaga pendidik pemerintah harus
mengutamakan mutu. Juga perlu dilakukan sistem pengangkatan,
penempatan, dan pembinaan terhadap guru dalam mengembangkan diri
dan karirnya secara leluasa, sehingga mereka dapat mengembangkan
kemampuannya sesuai dengan kondisi dan perkembangan zaman. Akhir
kata peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai jika seluruh
komponen yang menangani pendidikan, baik yang berada di pusat
maupun di daerah dapat bersinergi, berkolaborasi, bahu-membahu
secara terpadu serta peran guru profesional yang turut berperan
penting terhadap keberhasilan pendidikan suatu bangsa. Tanpa semua
itu rasanya sulit dapat tercapai.
20
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin, Muhamad, 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Alma, Buchari, dkk. 2009. Guru
Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar, Bandung:
Alfabeta. Usman, Uzer, Moh. 2009. Menjadi Guru Profesional,
Bandung: Remaja Rosdakarya. Kunandar. 2008. Guru Profesional:
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses
dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: RajaGrafindo Persada. Rizali,
Ahmad, dkk. 2009. Dari Guru Konvensional Menuju Guru Profesional,
Jakarta: Grasindo. Aedy, Hasan. 2009. Karya Agung Sang Guru Sejati,
Bandung: Alfabeta.
21