BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya bandeng di indonesia telah dikenal sejak abad 500 tahun yang lalu. Usaha ini berkembang pesat hampir diseluruh wilayah Indonesia dengan memanfaatkan perairan payau dan pasang surut. Teknologi yang diterapkan yang juga perkembangan dari tradisional yang mengandalkan masukan benih (nener) dan pengolahan makanan alami hingga pemberian pakan buatan secara terencana, (Ahmad et al. 1997 dalam Abdul dan Tonnek, 2003). Dalam sistem tradisional, pemupukan adalah unsur utama yang harus dilakukan pada budidaya ikan bandeng secara tradisional. Hal ini di sebabkan budidaya ikan bandeng secara tradisional hanya mengandalkan pakan alami (klekap) sebagai makanan utama bagi bandeng yang dipelihara, (Achmad, Wedjatmiko dan Toni, 2011). Bandeng merupakan salah satu komoditas potensial dalam usaha difersifikasi budidaya yang tahan terhadap perubahan lingkungan guna mempertahankan produktivitas tambak. Sebagai salah satu pengganti komoditas udang windu, bandeng memiliki beberapa keunggulan antara lain mudah dalan pemeliharaannya, tidak rentan terhadap serangan penyakit. Untuk keberhasilan dalam melakukan budidaya pembesaran bandeng secara traisional dapat diperhatikan beberapa aspek antara lain: pemilihan 1
31
Embed
produksi ikan bandeng dan pertumbuhan pakan alami tradisional.docx
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya bandeng di indonesia telah dikenal sejak abad 500 tahun yang
lalu. Usaha ini berkembang pesat hampir diseluruh wilayah Indonesia dengan
memanfaatkan perairan payau dan pasang surut. Teknologi yang diterapkan yang
juga perkembangan dari tradisional yang mengandalkan masukan benih (nener)
dan pengolahan makanan alami hingga pemberian pakan buatan secara terencana,
(Ahmad et al. 1997 dalam Abdul dan Tonnek, 2003). Dalam sistem tradisional,
pemupukan adalah unsur utama yang harus dilakukan pada budidaya ikan
bandeng secara tradisional. Hal ini di sebabkan budidaya ikan bandeng secara
tradisional hanya mengandalkan pakan alami (klekap) sebagai makanan utama
bagi bandeng yang dipelihara, (Achmad, Wedjatmiko dan Toni, 2011).
Bandeng merupakan salah satu komoditas potensial dalam usaha
difersifikasi budidaya yang tahan terhadap perubahan lingkungan guna
mempertahankan produktivitas tambak. Sebagai salah satu pengganti komoditas
udang windu, bandeng memiliki beberapa keunggulan antara lain mudah dalan
pemeliharaannya, tidak rentan terhadap serangan penyakit. Untuk keberhasilan
dalam melakukan budidaya pembesaran bandeng secara traisional dapat
diperhatikan beberapa aspek antara lain: pemilihan lokasi, persiapan tambak,
penebaran nener, pemberian pakan dan pengaturan air. Bandeng memiliki
keungulan komparatif dan strategid dibandingkan komoditas perikanan lain
ditambak karena: teknologi pembenihan dan pembesaran telah dikuasai dan
berkembang di masyarakat, kebutuhan prasyarat kurang memerlukan kriteria
kelayakan yang tinggi dan toleran terhadap perubahan kualitas lingkungan, dan
preferensi masyarakat untuk mengkonsumsi bandeng sangat tinggi, (Nur dan
Andi, 2010).
Selain itu status budidaya bandeng di indonesia yaitu menunjukkan prospek
yang baik, dimana pada tahun 2008 prouksi bandeng mencapai 422.086 ton, lebih
tinggi dari Filiphina yang hanya 349.432 ton. Kemudian produksi meningkat pada
tahun 2012 yaitu sebesar 482.930 ton, (Tim Perikanan WWF, 2014).
1
Menurut Prahasta dan Masturi (2009) Ikan bandeng termasuk golongan ikan
herbivore, yaitu bangsa ikan yang mengonsumsi tumbuhan yang hidup di air
maupun hewan-hewan air lainnya. Teknis pemliharaan ikan bandeng tidak sulit.
Secara tradisional, ikan bandeng hanya dilepas begitu saja di tambak tanpa perlu
perawatan maupun pemberian pakan, tetapi pemeliaharaan dengan pemberian
pakan yang cukup dapat tumbuh dengan cepat dan hasil yang didapat lebih baik.
Pada saat sekarang ini, persentase biaya terbesar dalam produksi budidaya
yaitu faktor pakan, melihat hal ini maka penulis memutuskan untuk
membudidayakan bandeng di tambak tradisional yang bertujuan untuk
mengurangi biaya produksi terutama biaya pakan.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis menulis makalah ini yaitu
a. Mengetahui persiapan produksi budidaya ikan Bandeng pada tambak tradisional
b. Mengetahui cara penumbuhan pakan alami dan jenis pakan alami sebagai pakan
Bandeng di tambak tradisional
c. Mengetahui pertumbuhan pakan alami pada tambak Bandeng tradisional
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Hal-hal yang dilakukan pada persiapan produksi budidaya ikan Bandeng
b. Langkah-langkah penumbuhan pakan alami dan jenis-jenis pakan alami yang
tumbuh di tambak
c. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pakan alami di tambak Bandeng
2
BAB II
BIOLOGI IKAN BANDENG
2.1 Klasifikasi dan Morfologi
Ikan Bandeng memiliki tubuh seperti peluru dengan sirip ekor bercabang
sebagai petubju bahwa ikan bandeng memiliki kesanggupan berenang dengan
cepat. Tubuh ikan bandeng bewarna putih keperak-perakan dan dagingnya
bewarna putih susu. Ikan bandeng yang hidup dialam memiliki panjang tubuh
mencapai 1 m, sedangkan ikan bandeng hasil budidaya hanya mampu mencapai
panjang tubuh sekitar 0,5 m. Ikan bandeng adalah hewan yang termasuk pada
golongan hewan herbivora, yaitu golongan ikan yang mengkonsumsi tumbuhan.
Apabila dipelihara secara intensif ikan yang dipelihara dapat mencapai ukuran
berat 0,6 kg pada umur ikan mencapai 5-6 bulan.(Pusat Penyuluhan KKP, 2011)
Ikan bandeng juga mempunyai sirip punggung yang jauh di belakang tutup
insang, denga 14-16 jari-jari pada sirip punggung, 16-17 jari-jari pada sirip dada,
11-12 jari-jari pada sirip perut, 10-11 jari-jari pada sirip anus/dubur (sirip
dubur/anal finn terletak jauh di belakang sirip punggung), dan sirip ekor berlekuk
simetris dengan 19 jari-jari. Sisik pada garis susuk berjumlah 75-80 sisik.(Kordi,
2005)
Menurut Muslim (2003) klasifikasi ikan bandeng adalah sebagai berikut:
Phyllum : Vertebrata
Sub phyllum : Craniata
Class : Teleostei
Sub class : Actinopterygii
Ordo : Malacopterygii
Sub ordo : Clupeidae
Famili : Chanidae
Genus : Chanos lacipede
Spesies : Chanos chanos Forskal.
Berikut ini adalah gambar morfologi ikan bandeng.
3
Gambar 1. Ikan Bandeng
2.2 Kebiasaan Makan
Larva ikan bandeng mulai makan sesaat seteah mata berpigmen penuh dan
saat mulut mulai membuka (54 jam setelah menetas) dan sebelum kuning telur
sepenuhnya diserap. Makanan yang cocok bagi larva bandeng yaitu jenis
Phytoplankton dan zooplankton yang berukuran kecil, larva bandeng aktiv makan
pada siang hari (diurnal feeder) sampai berumur 15 hari, setelah umur 21 hari
dapat makan pada malam hari, (Hardiyanto,2009 dalam PUSLUHKP, 2011).
Jenis makanan yang dimakan gelondonga bandeng pada siang hari berbeda
bagi yang dimakan pada malam hari. Pada siang hari makanan gelondongan
bandeng terdiri dari 65% alga dan 35% hewan sedang pada malam hari 46% alga
dan 54% hewan. Jenis alga yang dimakan yaitu cyano bakter, diatom, detritus, dan
alga hijau berfilamen sedangkan hewan yang dimakan terdiri dari cacing dan
udang renik.
Gelondongan bandeng lebih banyak makan pada siang hari dibandingkan
pada malam hari. Aktifitas makan pada malam hari berlangsung bila kandungan
oksigen terlarut lebih besar dari 3 ppm. Sebagai ikan vegetaris ikan bandeng
memiliki usus yang panjangnya mencapai 9 kali panjang tubuhnya. Hal ini
disebabkan karena makanan nabati sulit dicerna dengan adanya dinding selulosa.
Meskipun demikian pertumbuhan ikan bandeng relatif cepat, (PUSLUHKP,
2011).
4
2.3 Siklus Hidup
Ikan bandeng dalam menjalani siklus hidupnya secara utuh berpindah dari
satu ekosistem ke ekosistem lainnya. Mulai dari laut sampai ke sungai bahkan
kadang-kadang sampai ke danau. Sehingga perlu diketahui perubahan tingkah
laku dialam secara tepat sehingga dapat dijadikan acuan bagi kegiatan budidaya,
(PUSLUHKP, 2011).
5
BAB III
PERSIAPAN PRODUKSI
3.1 Operasional Pemeliharaan
Operasional pemeliharaan ikan bandeng di tambak adalah upaya satu
kesatuan kegiatan yang harus dilakukan, apabila tambak sudah tersedia. Beberapa
kegiatan yang harus dilakukan dalam pemeliharaan ikan bandeng adalah:
persiapan tambak, penebaran benih, pemeliharaan dan panen.
Kegiatan –kegiatan tersebut hanya dilakukan untuk tambak sudah siap jadi
(siap) digunakan utuk pemeliharaan. Pembuatan dan konstruksi tambak, reklamasi
tanah masam, dan sebagainya yang berkaitan dengan membangun tambak, tidak
termasuk dalam kegiatan yang akan diuraikan di sini. Penjelasan ini hanya akan
menguraikan bagaimana memelihara ikan bandeng seecara tradisional pada
tambak yang sudah tersedia. (Achmad, 2011)
3.2.1 Persiapan Tambak
Kegiatan menyiapkan tambak hal yang sangat penting dalam menyiapkan
produksi untuk ikan bandeng agar dapat digunakan untuk membudidayakan ikan
bandeng. Kegiatan yang harus dilakukan dalam persiapan tambak budidaya ikan
bandeng meliputi perbaikan komponen tambak,yaitu pematang, pintu air, caren
dan saluran, serta pengelolaan tanah dasar tambak.(Pusat Penyuluhan KKP, 2011)
Menurut Achmad (2011) persiapan tambak merupakan factor utama yang
mutlak harus dilakukan sebelum operasional pemeliharaan, agar tujuan utama
dalam budidaya bandeng yaitu mendapatkan hasil panen yang memadai (target
ukuran tercapai dan jumlah yang hidup maksimum), cepat tumbuh (dalam kurun
waktu yang pendek), dan hasil yang menguntungkan (nilai jual tinggi dan biaya
operasional rendah).
3.2.2 Pengeringan Tambak
Pengeringan tanah dasar kolam bertujuan untuk membunuh hama dan
penyakit yang ada di dasar. Pengeringan dilakukan dengan mengeluarkan semua
6
air dalam tambak kemudian dilakukan penjemuran. Selama proses tersebut
dilakukan pengolahan tanah dasar, misalnya pencangkulan, lalu dikeringkan
selama 3-5 hari sampai tanah dasar t ambak mengering.(Nur, 2010) Harus
mengetahui kualitas tanah dasar mengandung pyrite atau pH rendah, maka harus
dilakukan pencucian tanah terlebih dahulu dengan memasukan air dalam pelataran
minimal satu kali dalam 24 jam lalu air dibuang. Pencucian tambak dapat
dilakukan lebih dari satu kali, sesuai kebutuhan.(Tim Perikanan WWF-Indonesia,
2014).
3.2.3 Perbaikan Pematang dan Pintu Air
Pematang tambak harus di buat kokoh, karena fungsi pematang tambak
adalah menahan air di dalam tambak. Oleh karena itu, pematang harus di perbaiki
setiap akan digunakan untuk budidaya. Perbaikan ini meliputi penambalan
kebocoran dan meninggikan pematang. Saluran air pada tambak budidaya
bandeng ada dua macam yaitu saluran air masuk dan saluran air keluar. Tinggi
dasar saluran air masuk lebih rendah daripada dasar tambak untuk mengurangi
pelumpuran dalam tambak. Dasar saluran air keluar minimal 15 cm lebih rendah
dari dasar tambak terendah agar tambak dapat dikeringkan dengan sempurna.
(Nur, 2010). Berikut adalah gambar kegiatan memperbaiki pematang dan pintu
air.
Gambar 2. Perbaikan pematang dan saluran air
7
Tinggi pematang dari pelataran minimal 60 cm, kedalaman minimal 20 cm
dari pelataran. Lebar pematang 1,5-2 meter memungkinkan untuk penanaman
mangrove di pematang.(Tim Perikanan WWF-Indonesia, 2014).
Dalam satu petak tambak biasanya terdapat pintu pemasukan air dan pintu
pengeluaran air untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran air didalam tambak.
Pembuatan pintu air dapat dibuat dari pada papan atau pipa paralon yang
dilengkapi dengan pipa tegak untuk pergantian air. Selain itu, pada pintu
pemasukan sebaiknya dilengkapi dengan waring untuk mencegah ikan liar masuk
ke dalam petak tambak.(Nur,2010) .
Air diisi secara bertahap dengan tujuan agar kotoran yang terbawa masuk
kedalam tambak bisa diendapkan terlebih dahulu dan untuk menstabilkan suhu air
didalam tambak serta untuk menumbuhkan pakan alami.(Abdul,2008)
Pengisian air dilakukan secara bertahap, tahap pertama 10 cm, lalu
dinaikan menjadi 20 cm, kemudian 40 cm. dilakukan secara bertahap untuk