MAKALAHProduk Obat Herbal Terstandar (OHT) Lelap SOHOMakalah ini
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahStandarisasi Bahan
AlamDosen Pengampu Kiki Mulkiya Y., M.SI., APT.
\
Disusun oleh :M. Ridwan Faturohman10060312011Mohamad Gusti
Nugroho10060312013Rifqi Zihadi Arifin10060312015Wendy
Wijaya10060312018Sowy Imam Pangestu10060312027Tio Adythia
Darmawan10060312029Syaiful Rizal10060312050
PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAMUNIVERSITAS ISLAM BANDUNG2014KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul standarisasi produk obat
herbal terstandar obat lelap. Meskipun banyak hambatan yang kami
alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.Tidak lupa kami sampaikan
terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada
mahasiswa dari hasil makalah ini. Karena itu kami berharap semoga
makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita
bersama.Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah
ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Bandung, 22 mei 2014 PenulisBAB IPENDAHULUAN1.1. Latar
BelakangObat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan
tumbuhan,bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran
dari bahan-bahantersebut, yang secara tradisional telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkanpengalaman. Obat tradisional dibuat
atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan,bahan hewan, sediaan sarian
(galenik), atau campuran bahan-bahan tersebut. Obat tradisional
secara turun-temurun telah digunakan untuk kesehatan
berdasarkanpengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh
berbagai aspek masyarakatmulai dari tingkat ekonomi atas sampai
tingkat bawah, karena obat tradisionalmudah didapat, harganya yang
cukup terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan dan
pencegahan penyakit (Ditjen POM, 1994)Untuk meningkatkan mutu suatu
obat tradisional, maka pembuatan obattradisional haruslah dilakukan
dengan sebaik-baiknya mengikutkan pengawasanmenyeluruh yang
bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang
senantiasamemenuhi persyaratan yang berlaku. Keamanan dan mutu obat
tradisionaltergantung dari bahan baku, bangunan, prosedur, dan
pelaksanaan pembuatan,peralatan yang digunakan, pengemasan termasuk
bahan serta personalia yangterlibat dalam pembuatan obat
tradisional (Dirjen POM, 1994).Bahan-bahan ramuan obat tradisional
seperti bahan tumbuh-tumbuhan,bahan hewan, sediaan sarian atau
galenik yang memiliki fungsi, pengaruh serta khasiat sebagai obat,
dalam pengertian umum kefarmasianbahan yang digunakan sebagai
simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yangdipergunakan sebagai
obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dankecuali
dinyatakan lain berupa bahan yang dikeringkan (Dirjen POM,
1999).Menurut Material Medika (MMI, 1995), simplisia dapat
digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:1. Simplisia nabatiSimplisia
nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanamanatau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang secara
spontan keluar daritanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanamannyadan belum berupa zat kimia.2. Simplisia
hewani Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau
bagian hewan zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni.3. Simplisia pelikan (mineral)Simplisia
pelikan adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelican
(mineral)yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana
dan belum berupazat kimia.Zat kimia berkhasiat (obat) tidak
diperbolehkan digunakan dalamcampuran obat tradisional karena obat
tradisional diperjual belikan secara bebas.Dengan sendirinya
apabila zat berkhasiat (obat) ini dicampurkan dengan ramuanobat
tradisional dapat berakibat buruk bagi kesehatan (Dirjen POM,
1986).Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku
berasal dari alam (tumbuhan dan hewan).Obat bahan alam dapat
dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu jamu, jamu herbal terstandar,
dan fitofarmaka. Jamu (Empirical based herbal medicine) adalah obat
bahan alam yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam
bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan
tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan secara
tradisional (Lestari, 2007).Penggolongan Obat Bahan Alam 1. Jamu
(Empirical based herbalmedicine)
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional,
yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu
tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara
tradisional. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama
berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, Pada umumnya,
jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur .
Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan
klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris turun temurun. Kriteria
jamu antara lain adalah sebagai berikut: Aman, Klaim khasiat
dibuktikan secara empiris, Memenuhi persyaratan mutu.Jamu harus
memenuhi kriteria: Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris Memenuhi
persyaratan mutu yang berlakuJenis klaim penggunaan: Harus sesuai
dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu
tingkat umum dan medium Harus diawali dengan kata-kata:Secara
tradisional digunakan untukatau sesaui dengan yang disetujui pada
pendaftaran2. Obat Herbal Terstandar (Scientificbased herbal
medicine)
Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang disajikan
dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman
obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini
membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal,
ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan
maupun keterampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi
dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian
ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan)
dengan mengikutis tandar kandungan bahan berkhasiat, standar
pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional
yang higienis, dan uji toksisitas akutmaupun kronis. Kriteria Obat
Herbal Terstandar antara lain: Aman, Klaim khasiat dibuktikan
secara ilmiah atau pra-linik, Bahan baku yang digunakan telah
mengalami standarisasi, Memenuhi persyaratan mutu.Obat Herbal
Terstandar harus memenuhi kriteria: Aman sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/praklinik
Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan
dalam produk jadi Memenuhi persyaratan mutu yang berlakuJenis klaim
penggunaan: Harus sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat
pembuktian umum dan medium3. Fitofarmaka (Clinical-based herbal
medicine)
Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam
yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses
pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah
dari penelitian praklinik sampai dengan uji klinik pada manusia
dengan kriteria yang memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang
telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika,
dan tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. Dengan uji klinik akan
lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal
di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk
menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian
secara ilmiah. Di samping itu obat herbal jauh lebih aman
dikonsumsi apabila dibandingkan dengan obat-obatan kimia karena
memiliki efek samping yang relatif sangat rendah. Obat tradisional
semakin banyak diminati karena ketersediaan dan harganya yang
terjangkau.Fitofarmaka harus memenuhi kriteria: Aman sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan Klaim khasiat harus dibuktikan
berdasarkan uji klinik Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan
baku yang digunakan dalam produk jadi Memenuhi persyaratan mutu
yang berlakuJenis klaim penggunaan: Harus sesuai dengan tingkat
pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan medium1.2. Rumusan
Masalah Mengetahui Komposisi dan deskripsi simplisia yang berada di
dalam produk. Mengetahui standarisasi dari simplisia pada produk
Mengetahui senyawa marker dan senyawa identitas dari masing-masing
komposisi yang berada di dalam produk. Mengetahui fungsi dari
produk.1.3. Tujuan Penulisan Untuk mengetahui dari masing-masing
Komposisi dan deskripsi simplisia yang berada di dalam produk.
Mengetahui standarisasi dari simplisia pada produk Untuk mengetahui
senyawa marker dan senyawa identitas dari masing-masing komposisi
yang berada di dalam produk. Untuk mengetahui kegunaan dari
produk.
BAB IIPEMBAHASAN1.1. Komposisi dan deskripsi simplisia yang
berada di dalam produk.1. Valerinae radixValerian anggota dari
famili Valerianaceae, adalah tanaman asli dari Eropa dan Asia serta
berkembang di Amerika Utara. Nama lainnya adalah Setwall (Inggris),
Valerianae radix (Latin),Baldrianwurzel (Jerman), dan phu (Yunani).
Genus Valerian mencakup lebih dari 250 spesies tetapi Valeriana
officinalis adalah spesies yang paling sering dimanfaatkan sebagai
tanaman obat. Walaupun lebih sering tumbuh pada daerah yang lembab,
Valerian juga dapat tumbuh di daerah kering dan dataran tinggi.
Valerian memiliki batang yang menjulang tinggi dibandingkan tanaman
rumput-rumputan lainnya, tumbuh tegak dan kokoh, daunnya bewarna
hijau gelap sangat lebat serta memiliki bentuk yang indah. Bunga
Valerian yang juga tumbuh lebat memiliki mahkota bunga bewarna
merah muda kekuningan, membuat tanaman ini tampak menonjol.1.
Klasifikasi SimplisiaKingdom: PlantaeDivisi: MagnoliophytaKelas:
MagnoliopsidaOrdo: DipsacalesFamili: ValerianaceaeGenus:
ValerianaSpesies: Valeriana officinalis2. Kegunaan
SimplisiaValerian telah populer di Amerika Serikat dan Eropa pada
pertengahan 1800-an serta secara kontinyu digunakan baik oleh
dokter dan masyarakat awam sebelum akhirnya digantikan dengan resep
obat sedatif. Selain itu, Valerian juga telah lama digunakan untuk
mengatasi gangguan tidur dan anxietas (Sedativa)2. Myristicae
semenBuah pala berasal dari keluarga Myristicaceae. Tumbuhan ini
berumah dua (dioecious) sehingga dikenal pohon jantan dan pohon
betina. Pohon, tinggi 5 -18 m. Daun bulat telur atau elips
memanjang, pangkal runcing, ujung runcing, sis bawah hijau kebiruan
pucat, sisi atas hijau tua, 5 - 15 kali 3 - 7 cm, waktu diremas bau
harum. Bunga kuning, pada pangkal dengan daun pelindung yang
membulat, bunga jantan 1 - 20 dan yang betina 1 - 2 menjadi satu
dalam malai yang gundul dan bercabang sedikit, yang tumbuh muncul
sedikit di atas ketiak daun. Bunga jantan bentuk periuk, panjang 7
- 9 mm, dengan taju yang segi tiga, tiang benang sari lebih
daripada separuh yang atas tertutup oleh kepala sari yang berbentuk
garis yang banyak. Bunga betina lebih besar. Buah bentuk buah pir
lebar, 4 - 6 kali 3 - 5,5 cm, gundul, kuning kecoklatan-oranye,
berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri pada
daging buahnya. Bila masak, kulit dan daging buah membuka dan biji
akan terlihat terbungkus fuli yang berwarna merah. Biji
bergaris-garis, berbau harum, keseluruhan dibungkus oleh selubung
biji merah yang terbagi dalam taju-taju yang banyak. Dari Maluku,
banyak ditanam untuk buahnya.1. KlasifikasiKingdom: PlantaeDivisi:
MagnoliophytaKelas: MagnoliopsidaOrdo: MagnolialesFamili:
MyristicaceaeGenus: MyristicaSpesies:Myristica fragransHoutt2.
Kegunaan simplisiaPaIa dikenal sebagai obat pelepas kelebihan gas
di usus dan sebagai obat perut. Kulit dan daunnya mengandung minyak
terbang dengan wangi pala yang menyenangkan. Pala Irian dipakai
sebagai obat pencahar sedangkan pala jantan dipakai sebagai obat
rnencret dan obat perangsang. Bunga kering (kembang Pala) dipakai
pada pelbagai campuran jamu.Kegunaan khusus dari biji Pala, yang
dikenal sebagai Nux moschata M.moschata adalah sebagai obat
homoeo-pathi. Biji kerasnya setelah dicuci untuk menghilangkan
kapurnya, dibuat menjadi tinktur (direndam dalam alkohol) atau
tepung. Obat homoeopathis berguna untuk mengobati sakit histeri,
sembelit, mencret dan penyakit sulit tidur atau perut kembung.Jika
takaran biji pala terlampau tinggi maka akan menimbulkan efek
merangsang (hampir mendekati keracunan), karena biji pala
menimbulkan efek membius dan menimbulkan rangsangan yang kuat pada
urat-saraf disusul oleh depresi dan tanda-tanda keracunan seperti
sakit kepala, kejang, halusinasi, pusing kepala, runtuh, dan
sebagainya. Biji pala menyebabkan rasa ngantuk, kulit dan selaput
lindir kering, gemetaran, hilang ingatan dan rasa berat di
kepalaAsam miristat merupakan komponen utama dalam biji pala.
Sekitar 76,6 % kandungan asam miristat dalam biji pala. Pada
percobaan kali ini untuk mendapatkan asam miristat dilakukan dengan
cara ekstraksi soxhlet dari biji pala .1.2. Standarisasi dari
simplisia pada produk1. Valerinae radix1. Kebenaran bahan1.
Mikroskopik Rimpang, dengan epidermis sel poligonal, memiliki
dinding luar yang sedikit menebal; gabus, langsung di bawah
epidermis, hingga 7 lapisan sedikit suberized, kecoklatan, sel
poligonal besar; korteks, parenkim dengan agak parenkim berdinding
tebal, mengandung banyak granula pati dan dilalui oleh banyak
akar-jejak; endodermis dari satu lapisan tangensial memanjang sel
yang mengandung tetesan minyak atsiri; Pericycle, parenkim;
vaskular bundel, agunan, dalam sebuah cincin dan sekitarnya empulur
parenkim yang sangat besar, mengandung granula pati dan kelompok
yang tersebar sesekali sclereids dengan dinding tebal dan diadu
lumen sempit; xilem, dengan ramping, annular, spiral, dan diadu
kapal, dalam jumlah kecil. Cabang mirip dengan rimpang tetapi
dengan endodermis terkemuka dan cincin yang terdefinisi dengan baik
ikatan pembuluh, menunjukkan penebalan sekunder.Akar, dengan
lapisan piliferous, sel papillosed, beberapa berkembang menjadi
akar rambut; exodermis, atau satu lapisan berbentuk segi empat ke
sel-sel poligonal, dengan dinding suberized, dan mengandung tetesan
minyak atsiri; korteks, parenkim, dengan banyak granula pati,
sel-sel terluar yang mengandung tetesan dari minyak atsiri;
endodermis, dari 1 lapisan sel dengan dinding radial menebal;
primer xilem, dari 3-11 lengkungan yang mengelilingi empulur
parenkim sentral kecil berisi granula pati, 5-15m diameter,
kadang-kadang menunjukkan sumbing atau stellata hilus; butiran
majemuk, dengan 2-6 komponen, hingga 20m dalam diameter. Akar yang
lebih tua menunjukkan empulur pati-bantalan parenkim, vaskular
bundel dengan penebalan sekunder dan berasal periderm di piliferous
yang lapisan.
2. Organoleptis Baunya khas, bau asam valeria, bau menjadi lebih
kuat saat penyimpanan lama, rasanya manis pada awal dan agak pahit
seperti camphoraceous.3. Penetapan Kadar senyawa tertentu dalam
simplisia Pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, organoleptik, dan
microchemical dan dengan kromatografi lapis tipis untuk kehadiran
asam valerenic, asam acetoxyvalerenic, valtrate, dan isovaltrate2.
Uji pemurnian1. Mikrobiologi Tes untuk Salmonella spp. di Radix
produk Valerianae harus negatif. Batas-batas yang dapat diterima
maksimal mikroorganisme lainnya. Untuk persiapan rebusan: aerobik
bakteri-tidak lebih dari 107/g; jamur-tidak lebih dari 105/g;
Escherichia coli-tidak lebih dari 102/g. Persiapan untuk penggunaan
internal: bakteri aerobik tidak lebih dari 105/g atau ml;
jamur-tidak lebih dari 104/g atau ml; enterobacteria dan beberapa
bakteri Gram-negatif-tidak lebih dari 103/g atau ml; Escherichia
coli-0 / g atau ml.2. Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak
lebih dari 1%.3. Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari
6%.4. Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 7%.
3. Kandungan kimia Komponen-komponen biokimia aktif yang
terdapat dalam ekstrak valerian adalah Bornyl isovalerate sebagai
komponen utama. Minyak atsiri (berkisar 0,2-2,8%) mengandung Bornyl
asetat dan Bornyl isovalerate sebagai komponen utama. Konstituen
penting lainnya termasuk-caryophyllene, valeranone, valerenal, asam
valerenic, dan lainnya seskuiterpenoid dan monoterpen
Komponen-komponen biokimia aktif yang terdapat dalam ekstrak
valerian adalah :1. Alkaloid: actinidine, catinine, isovaleramide,
valerianine dan valerine2. Amino acid, seperti Gamma-aminobutyric
acid (GABA),tyrosine, arginine, dan glutamine3. Valepotriates,
esters non-glicosidic, acevaltrate, isovaltrate dan valtrate;4.
Volatile oil mengandung sesquiterpene (acetoxivalerenic acid,
valerenic acid,valeric acid);5. Flavanone seperti hesperidin,
6-methylapigenin dan linarin Myristicae semen2. Myristicae semen1.
Kebenaran bahan1. Mikroskopik Perisprem primer pada inti biji
terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk polygonal sangat
pipih,dinding tipis, berwarna coklat kekuningan, sel umumnya berisi
massa berwarna coklat kehitaman dan kadang juga hablur berbentuk
prisma yang tidak larut pada penambahan asam klorida pekat.
Endosperm terdiri dari sel parenkim besar, bentuk polygonal,
dinding tipis warna coklat berisi butir-butir pati dan satu butir
aleuron.Serbuk warna coklat muda, bau khas aromatic. Fragmen
pengenal adalah fragmen perisperm sekunder dengan sel minyak,
fragmen endosperm berisi butir pati, butir aleuron atau zat
berwarna coklat, fragmen perisperm primer2. Organoleptis Bau khas
aromatik, rasa agak pahit,, agak pedas dan agak menimbulkan rasa
tebal di lidah3. Penetapan Kadar senyawa tertentu dalam
simplisiaPemeriksaan makroskopik, mikroskopik, organoleptik, dan
microchemical dan dengan kromatografi lapis tipis untuk kehadiran
minyak atsiri, saponin, dan asam oleanolat.2. Uji pemurniankadar
abu 3 %, kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,5 %, kadar air 12
% kadar minyak atsiri 6,5 %. 3. Kandungan kimiakomponen dalam biji
pala dan fuli terdiri dari minyak atsiri, minyak lemak, protein,
selulosa, pentosan, pati, resin dan mineral-mineral. Minyak atsiri
dengan komponen utama monoterpen hidrokarbon (61 - 88% seperti
alpha pinene, beta pinene, sabinene), asam monoterpenes (5 - 15%),
aromatik eter (2-18% seperti myristicin, elemicin, safrole). Biji
pala juga mengandung minyak menguap (miristin, pinen, kamfen,
dipenten, safrol, eugenol, iso eugenol dan alcohol), gliserida
(asam miristinat, asam oleat, borneol dan giraniol), protein,lemak,
pati dan gula, vitamin A, B1 dan C. Minyak tetap mengandung
trimyristin.
Miristin1.3. Senyawa marker dan senyawa identitas dari
masing-masing komposisi yang berada di dalam produk.1.3.1.
Valerinae radix
1.3.2. Myristicae semen (Foye, 1981)
1.4. Kegunaan dari produk obat herbal terstandar (OHT) Lelap
SOHOMeningkatkan kualitas tidur, Membuat tidur lebih pulas
BAB III PENUTUP0. Kesimpulan Diketahui bahwak komposisi didalam
produk obat herbal terstandar (OHT) Lelap SOHO adalah akar
tanamanValeriana officinalisL. (Valerian) dan Myristica fragan
Haitt Diketahui standarisasi dari simplisia pada produk obat herbal
terstandar (OHT) Lelap SOHO ini sudah terstandarisasi yang telah
melewati uji aktivitas praklinis, uji toksisitas akut, kadar
senyawa aktif, uji pemurnian dengan parameter mutu simplisia, serta
bahan yang telah terstandarisasi. Senyawa marker dan senyawa
identitas dari masing-masing komposisi yang berada di dalam produk
obat herbal terstandar (OHT) Lelap SOHO pada Valeriana officinalisL
adalah Bornyl isovalerate dan pada Myristica fragan Haitt adalah
myristicin serta safrole. Kegunaan dari produk obat herbal
terstandar (OHT) Lelap SOHO adalah Meningkatkan kualitas tidur,
Membuat tidur lebih pulas
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1977.Materia MedikaIndo-nesia. JilidI. Departemen
Kesehatan RIAnonim. 1980.Materia MedikaIndo-nesia. JilidIV.
Departemen Kesehatan RI, Departemen Kesehatan RI. 1995.
FarmakopeIndonesiaedisiIV. Jakarta:DepartemenKesehatan RITyler,
V.E., L.R. Brady, J.E. Robbers, 1988,Pharmacognosy, 9
Ed,Lea&Febiger, PhiladelphiaFoye, W. 1981. Principles of
Medicinal Chemistry. LEA & FEBRIGER. Philadelphia,Pensylvania.
Librianto, B.Y. 2004. Ekstraksi oleoresin pala (Myristica fragrans
Houtt) dari ampas penyulingan minyak pala menggunakan pelarut
organic. Skripsi Fateta. IPB.Depkes RI. (1989). Materia Medika
Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
Dan Makanan.Harbone, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara
Modern Menganalisa Tumbuhan, terjemahan K.Padmawinata. Edisi II.
Bandung : ITB Press.