1
ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN USAHA MIKRO DAN
KECIL MENENGAH (UMKM) TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI DI KOTA MOJOKERTO
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, UMKM digambarkan sebagai
sektor yang mempunyai peranan yang penting, karena sebagian besar jumlah
penduduk Indonesia berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil
baik di sektor tradisional maupun modern. UMKM yang berperan sebagai
penunjang perekonomian bagi wilayah domisilinya khususnya serta dalam
perekonomian nasional pada umumnya memberikan sumbangsih cukup besar
dalam bidang sosial dan ekonomi. Dalam bidang sosial, UMKM mempunyai
peran sebagai penyerap tenaga kerja yang akan berujung pada pengurangan
pengangguran. Dalam bidang ekonomi, UMKM berperan cukup besar dalam
pembangunan ekonomi nasional, perolehan PDRB (Produk Regional Domestik
Bruto), secara nasional UKM telah mampu meningkatkan PDB (Produk
Domestik Bruto) di Indonesia.
Pembangunan ekonomi Kota Mojokerto merupakan bagian integral dari
upaya pembangunan nasional yang harus dilaksanakan dan diselaraskan secara
terpadu antara sektor yang satu dengan sektor lain. Pembangunan ekonomi Kota
Mojokerto menempatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada
posisi yang strategis untuk mempercepat perubahan struktural dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, serta sebagai wadah kegiatan usaha
bersama bagi produsen maupun konsumen.
Menurut Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 7 Tahun 2009 Usaha
Mikro dan Kecil Menengah bertujuan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional
2
berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. UMKM diberdayakan
dengan tujuan mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang dan berkeadilan, menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan
Usaha Mikro dan Kecil Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri,
serta meningkatkan peran Usaha Mikro dan Kecil Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,
pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Maka dengan
adanya peraturan daerah ini telah jelas bahwa UMKM diatur dalam peraturan
pemerintah untuk ditumbuh kembangkan serta diberdayakan agar turut
meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat Indonesia. Usaha
Mikro dan Kecil Menengah (UMKM) merupakan basis kerakyatan atau sumber
kehidupan ekonomi di Indonesia. Pertumbuhan UMKM semakin tinggi
dikarenakan banyak karyawan dari perusahaan besar yang menutup usahanya
ketika badai krisis terjadi, mulai mengambil langkah untuk berwirausaha serta
terjadi transformasi status dari pegawai menjadi wirausahawan UMKM.
Hal ini membuktikan bahwa UMKM memiliki kemampuan bertahan
dengan usahanya ditengah krisis ekonomi yang terjadi dibandingkan dengan
perusahaan berskala besar. Dengan kata lain, peran keberadaan usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia paling tidak
dapat dilihat dari : (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan
ekonomi di berbagai sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3)
pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5)
sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.
Berdasarkan data BPS, kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional telah
melebihi separuh dari PDRB. Data BPS menunjukkan pada 2009, komposisi
PDRB nasional tersusun dari UMKM sebesar 53,32%, kemudian usaha besar
41,00%, dan sektor pemerintah 5,68%.
Sebagai perbandingan, survei oleh Citibank mendapatkan angka kontribusi
sektor UMKM terhadap PDRB 2009 mencapai 55,56%. Riset Citibank selama
periode 2005-2009 juga menunjukkan jumlah unit UMKM mengalami
pertumbuhan rata-rata sekitar 8,16% per tahun. Estimasi pertumbuhan pelaku
3
usaha tersebut mencerminkan bahwa setiap pertumbuhan 1% PDRB akan
menciptakan 42.797 pelaku usaha baru di Indonesia.
Melihat peran sektor Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM) menjadi
sektor terbesar dalam PDRB Kota Mojokerto, maka kontribusi UMKM yang
merupakan usaha industri kecil sangat besar untuk peningkatan perekonomian
Kota Mojokerto sendiri.
PDRB Kota Mojokerto atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2004
2006 (Juta Rupiah)
No. Sektor 2004 2005 2006
1. Pertanian 9,048.90 9,302.57 9,294.09
2. Pertambangan dan
Penggalian
0.00 0.00 0.00
3. Industri Pengolahan 134,175.77 136,479.91 140,151.14
4. Listrik, Gas dan Air
Bersih
29,483.85 30,439.82 31,389.13
5. Konstruksi 56,058.20 60,290.25 64,126.91
6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran
344,322.28 360,228.09 376,086.79
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
143,055.20 159,203.89 174,584.04
8. Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan
68,772.64 73,228.96 78,507.98
9. Jasa - Jasa 102,160.18 106,491.15 113,033.07
PDRB 888,007.03 935,647.6 987,173.15
Sumber : Badan Pusat Statistik
Perlu diketahui bahwa sejak tahun 1997, perhitungan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) yang semula terbagi atas 11 sektor, dipersempit menjadi
hanya 9 sektor. Sektor jasa Perusahaan dimasukkan ke dalam sektor Keuangan
4
dan Jasa Perusahaan, sedangkan Sektor Jasa Pemerintahan yang dulu memiliki
sektor tersendiri digabung kedalam sektor jasa.
Berdasarkan data diatas laju pertumbuhan ekonomi Kota Mojokerto pada
tahun 2006 semakin membaik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, laju
pertumbuhan ekonomi Kota Mojokerto tahun 2006 adalah sebesar 5,51 persen.
Nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2005 adalah 935,647
milyar rupiah; pada tahun 2006 meningkat menjadi sebesar 987,173 milyar
rupiah.
Perkembangan Jumlah UMKM Kota Mojokerto Tahun 2004 - 2006
No. Uraian 2004 2005 2006
1. Jumlah Unit Industri Kecil
Formal
415 433 523
2. Jumlah Unit Industri Kecil Non
Formal
1,311 1,282 1,330
3. Jumlah Industri Besar dan
Sedang
26 37 39
Jumlah 1,752 1,752 1,892
Sumber : Badan Pusat Statistik, Hasil Sensus Ekonomi 2006
Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2004
dan 2005, jumlah UMKM dan industri besar stagnan di angka 1.752 dan
mengalami peningkatan pada tahun 2006 yakni 1.892 unit. Keberadaan UMKM di
Kota Mojokerto memang cukup dominan dan strategis serta mempengaruhi
PDRB Kota Mojokerto. Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini penulis
mengangkat judul Analisis Pengaruh Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil
Menengah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Mojokerto.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perkembangan Usaha Mikro dan Kecil Menengah
(UMKM) di Kota Mojokerto ?
5
2. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di Kota Mojokerto ?
3. Adakah pengaruh Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM)
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Mojokerto ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui perkembangan Usaha Mikro dan Kecil Menengah
(UMKM) di Kota Mojokerto.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi di Kota Mojokerto.
3. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan Usaha Mikro dan Kecil
Menengah (UMKM) terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota
Mojokerto.
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu ekonomi yang
berkaitan dengan perkembangan ilmu Usaha Mikro dan Kecil
Menengah (UMKM) dan pertumbuhan ekonomi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan
informasi tentang perkembangan UMKM dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di Kota Mojokerto.
E. ASUMSI PENELITIAN
Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah apabila UMKM
berkembanng pesat maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat,
sebaliknya apabila UMKM tidak berkembang maka pertumbuhan ekonomi
akan menurun.
F. DEFINISI OPERASIONAL DAN KETERBATASAN PENELITIAN
1. Definisi Operasional
6
Agar penelitian ini tidak menimbulkan perbedaan persepsi dan
konsep, serta memudahkan pemahaman sekaligus untuk menjelaskan
tentang judul penelitian ini, maka ada beberapa istilah yang perlu
dijelaskan, yaitu :
a. Perkembangan UMKM (X), yakni :
Industri mikro teriri dari kurang dari 5 orang pekerja,
termasuk tenaga keluarga yang tidak dibayar.
Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki pekerja 5-19
orang kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki
pekerja 20-99 orang dan kekayaan bersih lebih dari Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
Dan UMKM diukur dalam satuan unit.
b. Pertumbuhan ekonomi (Y) adalah suatu perkembangan dalam
kegiatan ekonomi masyarakat yang ditandai dengan adanya
peningkatan barang dan jasa tercermin dalam Produk Domestik
Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan.
2. Keterbatasan penelitian
Agar tidak terjadi perluasan masalah dalam penelitian, maka
penelitian perlu dibatasi. Keterbatasan dalam penelian adalah :
a. Data yang digunakan hanya pada periode tahun 2004 2009.
b. Pembahasan hanya mengacu pada pengaruh perkembangan
UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Mojokerto tanpa
memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi petumbuhan
ekonomi.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. PENGERTIAN UMKM
Menurut Hubeis (2009), UKM didefinisikan dengan berbagai cara yang
berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya. Oleh karena itu, perlu
dilakukan tinjauan khusus terhadap definisi-definisi tersebut agar diperoleh
pengertian yang sesuai tentang UKM, yaitu menganut ukuran kuantitatif yang
sesuai dengan kemajuan ekonomi.
Berbagai definisi mengenai UKM dalam Hubeis (2009) yaitu:
1) Di Indonesia, terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UKM
berdasarkan kepentingan lembaga yang memberi definisi.
a. Badan Pusat Statistik (BPS): UKM adalah perusahaan atau industri dengan
pekerja antara 5-19 orang.
b. Bank Indonesia (BI): UKM adalah perusahaan atau industri dengan
karakteristik berupa: (a) modalnya kurang dari Rp. 20 juta; (b) untuk satu
putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juts; (c) memiliki
aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan; dan (d) omzet
tahunan Rp 1 miliar.
c. Departemen (Sekarang Kantor Menteri Negara) Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (UU No. 9 Tahun 1995): UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat
berskala kecil dan bersifat tradisional, dengan kekayaan bersih RP 50 juta
Rp. 200 Juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dan
omzet tahunan Rp 1 miliar; dalam UU UMKM/ 2008 dengan kekayaan
bersih Rp 50 juta Rp 500 juta dan penjualan bersih tahunan Rp 300 juta
Rp 2,5 miliar.
d. Keppres No. 16/ 1994: UKM adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih maksimal Rp. 400 juta.
e. Departemen Perindustrian dan Perdagangan:
8
- Perusahaan memiliki aset maksimal Rp 600 juta di luar tanah dan
bangunan (Departemen Perindustrian sebelum digabung),
- Perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp 25 juta (Departemen
Perdagangan sebelum digabung).
f. Departemen Keuangan: UKM adalah perusahaan yang memiliki omset
maksimal Rp 600 juta per tahun dan atau aset maksimum Rp 600 juta di
luar tanah dan bangunan.
g. Departemen Kesehatan : perusahaan yang memiliki penandaan standar
mutu berupa Sertifikat Penyuluhan (SP), Merk Dalam Negeri (MD) dan
Merk Luar Negeri (ML).
2) Di negara lain atau tingkat dunia, terdapat berbagai definisi yang berbeda
mengenai UKM yang sesuai menurut karakteristik masing-masing negara,
yaitu :
a. World Bank : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 30 orang,
pendapatan per tahun US$ 3 juta dan jumlah aset tidak melebihi US$ 3
juta.
b. Di Amerika : UKM adalah industri yang tidak dominan di sektornya dan
mempunyai pekerja kurang dari 500 orang.
c. Di Eropa : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang
dan pendapatan per tahun 1-2 juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang,
dikategorikan usaha rumah tangga.
d. Di Jepang : UKM adalah industri yang bergerak di bidang manufakturing
dan retail/ service dengan jumlah tenaga kerja 54-300 orang dan modal
50 juta 300 juta.
e. Di Korea Selatan : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 300
orang dan aset US$ 60 juta.
f. f. Di beberapa Asia Tenggara : UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga
kerja 10-15 orang (Thailand), atau 5 10 orang (Malaysia), atau 10 -99
orang (Singapura), dengan modal US$ 6 juta.
9
Adapun pengertian lain dari UMKM adalah sebagai berikut :
Organisasi Jenis Usaha Keterangan Kriteria
Undang-undang
No. 8/ 1985 tentang
Usaha Kecil
Usaha Kecil Aset < Rp 200 juta di luar tanah dan
bangunan; Omset tahunan < Rp 1
milyar; dimiliki oleh orang
Indonesia; Independen, tidak
terafiliasi dengan usaha menengah
besar; Boleh berbadan hukum, boleh
tidak
Badan Pusat
Statistik (BPS)
Usaha Mikro Pekerjaan < 5 orang, termasuk
tenaga keluarga yang tidak dibayar.
Usaha Kecil Pekerja 5-19 orang.
Usaha Menengah Pekerja 20-99 orang.
Menneg Koperasi
dan PKM
Usaha Keci (UU
No. 9/ 1995)
Aset < Rp 200 juta di luar tanah dan
bangunan; Omzet Rp 1 milyar.
Usaha Menengah Aset Rp 200 juta-10 milyar.
Bank Indonesia Usaha mikro (SK
Dir BI No. 31/24
KEP/DIR tgl 5
Mei 1998)
Usaha yang dijalankan oleh rakyat
miskin atau mendekati miskin
dimiliki oleh keluarga; Sumber daya
lokal dan teknologi sederhana;
lapangan usaha mudah untuk exit
dan entry.
Usaha Kecil (UU
No. 9/1995
Menengah (SK
Dir BI No.
30/45/Dir/uk tgl 5
Januari 1997
Aset < Rp 200 juta diluar tanah dan
bangunan; Omzet tahunan < Rp 1
milyar.
Aset < Rp 5 milyar untuk sektor
Industri; Aset < Rp 600 juta di luar
tanah dan bangunan untuk sektor
non industri manufaktur; Omzet
tahunan < Rp 3 milyar.
Bank Dunia Usaha Mikro Pekerja < 20 orang.
Kecil-Menengah Pekerja 20-150 orang; Aset < USS
500 ribu diluar tanah dan bangunan.
10
Ada beberapa pengertian lain dari UMKM menurut para ahli atau pihak
yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain:
Menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM memiliki
kriteria sebagai berikut :
1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik` orang perorangan atau badan
usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta
rupiah)tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 3000.000.000 (tiga
ratus juta rupiah)
2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria yakni:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak R p500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil
atau usaha besar yang memenuhi kriteria :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
11
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki jumlah
tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah
merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan
99 orang.
Menurut Kementrian Keuangan
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK 016/1994
tanggal 27 Juni 1994 bahwa Usaha Kecil sebagai perorangan/badan usaha yang
telah melakukan kegiatan /usaha yang mempunyai penjualan/omset per tahun
setinggi- tingginya Rp. 600.00 0.000 atau asset (aktiva ) setinggi- tingginya
Rp.600.000.000 (diluar tanah dan bangunan yang ditempati ). Contohnya
Firma, CV, PT, dan Koperasi yakni dalam bentuk badan usaha. Sedangkan
contoh dalam bentuk perorangan antara lain pengrajin industri rumah tangga,
peternak, nelayan, pedagang barang dan jasa dan yang lainnya. Dari berbagai
pendapat diatas, pengertian UMKM dilihat dari berbagai aspek, baik dari segi
kekayaan yang dimiliki pelaku, jumlah tenaga kerja yang dimiliki atau dari segi
penjualan/omset pelaku UMKM.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat di simpulkan bahwa industri mikro
terdiri dari kurang dari 5 orang pekerja, termasuk tenaga keluarga yang tidak
dibayar. Usaha kecil adalah entitas yang memiliki pekerja 5-19 orang kekayaan
bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha. Sementara itu, yang disebut dengan Usaha
menengah adalah entitas usaha yang memiliki pekerja 20-99 orang dan
kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
12
2. PENGERTIAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Dalam sebuah Negara, kemakmuran menjadi tujuan utama dan pertama
dari adanya kegiatan ekonomi. Kemakmuran perekonomian suatu Negara dapat
di nyatakan berhasil jika pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dapat
berjalan dengan cepat dan mengalami kenaikan positif setiap tahunnya.
Pertumbuhan ekonomi dapat terealisasi jika kebijakan-kebijakan pembangunan
ekonomi berjalan sesuai target.
Istilah pertumbuhan ekonomi di gunakan untuk menggambarkan
terjadinya kemajuan ekonomi dalam suatu Negara. Suatu Negara kadang
mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat dan kadang juga mengalami
pertumbuhan yang pesat. Suatu perekonomian di katakan mengalami
pertumbuhan, jika jumlah produk barang dan jasanya meningkat atau dengan
kata lain terjadi perkembangan GNP potensial pada suatu Negara.
Pertumbuhan ekonomi harus mencerminkan pertumbuhan output perkapita.
Dengan pertumbuhan perkapita, berarti terjadi pertumbuhan upah riil dan
meningkatnya standart hidup. (Sakti, 2011 : 4)
Secara umum pertumbuhan ekonomi dapat di artikan sebagai kenaikan
pendapatan perkapita dalam suatu Negara dalam jangka panjang. Beberapa ahli
ekonomi menjelaskan pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :
1. Menurut Lincolin Arsyad dalam bukunya pengantar perencanaan dan
pembangunan ekonomi daerah menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi
dapat diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa memandang apakah
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk,
atau perubahan struktur ekonomi yang terjadi atau tidak. Simon kuznet
mendefinisikan pertumbuhan ekonomi suatu Negara sebagai kemampuan
Negara itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang terus meningkat
bagi penduduknya, pertumbuhan kemampuan ini berdasarkan pada kemajuan
teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideology yang di butuhkannya.
2. Menurut Sadono Suukirno, pertumbuhan ekonomi adalah kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di produksikan dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah
pertumbuhan ekonomi dapat di pandang sebagai masalah makro ekonomi
13
dalam jangka panjang. Perkembagan kemampuan memproduksi barang dan
jasa sebagai akibat pertambahan factor-faktor produksi yang pada umumnya
tidak selalu di ikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama
besarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari
potensinya.
3. Menurut Asfia Murni pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi terjadinya
perkembangan GNP potensial yang mencerminkan adanya pertumbuhan output
perkapita dan meningkatnya standart hidup masyarakat.
4. Menurut Hill mcGraow, pertumbuhan ekonomi adalah perumbuhan output
secara potensial dalam jangka panjang. Pertumbuhan output perkapita adalah
tujuan utama pemerintah karena ini terkait dengan peningkatan pendapatan
rata-rata secara rill dan meningkatkan taraf hidup.
5. Menurut Cavley pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output perkapita.
yang di maksud dengan peningkatan output perkapita adalah persentase
peningkatan output setiap orang dalam perekonomian.
Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi memusatkan perhatiannya pada
usaha meningkatkan hasil produksi secara maksimal (peningkatan output per
unit input) dengan segala sarana yang mendukungnya seperti faktor-faktor
produksi dan teknologi. Dalam penggunaan yang lebih umum, istilah
pertumbuhan ekonomi biasanya di gunakan untuk menyatakan perkembangan
ekonomi di Negara-negara maju.
A. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Tanah dan kekayaan alam lainnya
Kekayaan alam suatu Negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan
iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan laut yang dapat diperoleh,
dan jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang terdapat.
Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untyuk membangun
perekonomian suatu Negara. Didalam setiap Negara dimana pertumbuhan
ekonomi baru bermula terdapat banyak hambatan untuk mengembangkan
berbagai kegiatan ekonomi di luar sektor primer (pertanian dan pertambangan)
yaitu sektor di mana kekayaan alam terdapat. Apabila Negara tersebut
14
mempunyai kekayaan alam yang dapat diusahakan dengan menguntungkan,
hambatan yang baru saja dijelaskan akan dapat diatasi dan pertumbuhan
ekonomi dipercepat. Walaupun peranan kekayaan alam dalam perkenbangan
ekonomi suatu Negara sangat penting terutama dalam masa permulaan dari
proses tersebut, hal itu tidaklah berarti bahwa perkembangan ekonomi sangat
tergantung pada banyaknya kekayaan alam suatu negara.
Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah dari masa kemasa dapat menjadi pendorong
maupun penghambat kepada perkembangan ekonomi. penduduk yang
bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan pertambahan tersebut
memungkinkan Negara itu menambah produksi. Disamping itu, sebagai akibat
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja, kemahiran penduduk akan selalu
bertambah tinggi. Maka produktifitas akan bertambah, dan ini selanjutnya
menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat dari pada pertambahan
tenaga kerja.
Dorongan lain yang timbul dari perkembangan penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi bersumber dari akibat pertambahan itu kepada luas
pasar. Besarnya luas pasar dari barang-barang yang dihasilkan dalam suatu
ekonomi tergantun kepada pendapatan penduduk dan jumalah penduduk. Maka
apabila penduduk bertambah dengan sendirinya luas pasar akan bertambah
pula, karena peranannnya ini maka perkenbangan penduduk akan
menimbulkan dorongan kepada pertambahan dalam produksi dan tingkat
kegiatan ekonomi.
Apabila di dalam perekonomian sudah berlaku keadaan dimana
pertambahan tenaga kerja tidak dapat menaikkan produksi yang tingkatnya
adalah lebih cepat dari tingkat pertambahan penduduk, pendapatan perkapita
akan menurun. Dengan demikian penduduk yang berlebih-lebihan akan
menimbulkan kemerosotan keatas kemakmuran masyarakat.
15
Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Barang-baran modal penting artinya dalam mempertinggi efesiensi
pertumbuhan ekonomi. didlam masyarakat yang sangat kurang maju sekalipun
barang-barang modal sangat besar peranannya dalam kegiatan ekonomi. tanpa
adanya alat-alat untuk menangkap ikan dan berburuh, alat-alat untuk bercocok
tanam dan mengambil hasil hutan, masyarakat yang kurang maju akan
menghadapi kesushan yang lebih banyak lagi didalam mencari makanannya
sehari-hari. Pada masa kini pertumbuhan ekonomi dunia telah mencapai tingkat
ekonomi yang tinggi, yaitu jauh lebih modern daripada kemajuan yang dicapai
oleh suatu masyarakat yang masih belum berkembang. Barang-barang modal
yang sangat bertambah jumlahnya, dan teknologi yang bertambah modern
memegang peranan yang penting sekali dalam mewujudkan kemajuan ekonomi
yang tinggi itu.
Sistem sosial dan sikap masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat memegang pengaruh penting dalam
pertumbuhan ekonomi, sering kali system dan sikap masyarakat menjadi
penghambat pertumbuhan ekonomi. Penghambatan ini biasa disebabkan
dengan menggunakan cara-cara produksi yang masih tradisional dan tidak mau
menerima pembaharuan yang lebih modern.
Selain itu sikap masyarakat juga menentukan sampai diman pertumbuhan
ekonomi mampu dicapai. Sebagian masyarakat mempunyai sikap yang
mendorong terhadap pertumbuhan ekonomi. Sikap itu antara lain menghemat
pengeluaran untuk investasi, sikap kerja keras dan giat menggembangkan
usaha dan sikap selalu berusaha untuk menambah pendapatan dan keuntungan.
Ketika di masyarakat ada system social dan sikap masyarakat ayng
menghambat pertumbuhan ekonomi maka, pemerintah harus mampu
menghapus hambatan-hambatan tersebut. Misalnya penghapusan penguasaan
tuan tanah dan memberikan tanah kepada petani yang tidak memiliki tanah.
Perubahan dalam sikap masyarakat juga perlu di ciptakan. Perubahan itu harus
di tunjukan agar masyarakat bersedia bekerja lebih keras untuk memperoleh
16
pendapatan dan keuntungan yang lebih banyak. Dan yang terakir yakni
memperluas pendidikan.
Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
Apabila luas pasar terbatas tidak terdapat dorongan kepada para
pengusaha ntuk menggunakan teknologi modern yang tingkat produktifitasnya
sangat tinggi. Para pengusaha lebih suka menggunakan cara memproduksi
yang teknologinya rendah, dan ini selanjutnya membatasi luas pasar. Dari
hubungan sebab akibat yang di nyatakan ini wujud suatu pendapat yang
menyatakan bahwa luas pasar yang menimbulkan hambatan kepada Negara-
negara miskin untuk membangun. Untuk menatasi hambatan tersebut, perlunya
suatu Negara yang miskin secara serentak melakukan pembangunan di segala
bidang. Pandangan itu di kenal sebagai teori pembangunan seimbang.
B. Teori Tentang Pertumbuhan Ekonomi
Para ahli ekonomi mempunyai perhatian terhadap penyebab adanya
kemajuan ekonomi di setiap negara. Dari pemikiran mereka lahirlah teori-teori
tentang pertumbuhan ekonomi. Teori tentang pertumbuhan ekonomi dibagi
menjadi :
1. Teori Klasik
2. Teori Neo Klasik
3. Teori Keynesian
4. Teori Pertumbuhan Modern
1. Teori Klasik
Pandangan Adam Smith
Di dalam buku An Inqury into the Nature and Causes of the Wealth of
Nations dikemukakan beberapa pandangan mengenai beberapa faktor yang
memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Pandangan-
pandangannya yang utama adalah :
1. Peranan Sistem Pasar Bebas
17
Smith berpendapat bahawa sistem mekanisme pasar akan mewujudkan
kegiatan ekonomi yang efisien dan pertumbuhan ekonomi yang teguh.
Oleh sebab itu Smith merasa pemerintah tidak perlu melakukan kegiatan
ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa. Fungsi pemerintah hanya
sebagai penyedia fasilitas-fasilitas yag menggalakan perkembangan
kegiatan pihak swasta.
2. Perluasan Pasar
Perusahaan-perusahaan melakukan kegiatan memproduksi dengan tujuan
untuk menjual kepada masyarakat dan mencari keuntungan. Semakin luas
pasar uang dan jasa maka semakin tinggi tingkat produki dan tingkat
kegiatan ekonomi. Smith menekankan pentingnya pasar luar negeri dalam
mengembangkan kegiatan di dalam negeri.
3. Spesialisasi dan Kemajuan Teknologi
Perluasan pasar dan perkuasan kegiatan ekonomi yang digalakkannya akan
memungkinkan dilakukan spesialisasi dalam kegiatan ekonomi.
Seterusnya spesialisasi dan perluasan kegiatan ekonomi akan
menggalakkan perkembangan teknologi dan produktifitas meningkat.
Kenaikan produktifitas akan menaikkan pendapatan pekerja dan kenaikan
ini akan memperluas pasar. Keadaan ini akan mengembangkan
spesialisasi. Siklus ini akan mengakibatkan perekonomian terus
berkembang.
Pandangan Maltus dan Ricardo
Maltus dan Ricardo berpendapat bahwa proses pertumbuhan ekonomi
pada akhirnya akan kembali ke tingkat subsisten. Menganalis akibat dari
pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bila rasio antara jumlah penduduk lebih kecil dari jumlah faktor produksi
lainnya, ini akan menimbulkan pertambahan penduduk, pertambahan
tenaga kerja dan sekaligus meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.
18
2. Bila jumlah penduduk atau tenaga kerja berlebihan dibanding dengan
faktor produksi lainnya, pertambahan penduduk akan menurunkan produk
per kapita. Selain itu juga akan menurunkan taraf kemakmuran rakyat.
3. Bila jumlah penduduk selalu bertambah tanpa diikuti oleh pertumbuhan
faktor lain maka kemakmuran masyarakat akan mundur sampai tingkat
subsisten, bahkan mungkin bisa di bawah tingkat subsisten.
2. Teori Neo-Klasik
Pandangan Robert Sollow
Menurut teori neo-klasik yang dipelopori oleh Robert Sollow
menyatakan pertumbuhan ekonomi bersumber dari pertambahan dan
perkembangan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran agregat. Dalam
analisis neo-klasik yakini bahwa perkembangan faktor produksi dan kemajuan
teknologi merupakan faktor utama yang menentukan tingkat pertumbuhan
ekonomi pada suatu masa tertentu dari sutu waktu ke waktu lain.
Teori neo-klasik dipandang sebagai teori yang lebih tepat dan lebih
sempurna dalam menerangkan fenomena pertumbuhan ekonomi jangka
panjang jika dibandingkan dengan teori klasik. Sebab yang utama adalah
karena teori ini melihat bagaimana setiap faktor produksi dan perkembangan
teknologi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi . sedangkan dalam teori klasik
yang diperhatikan hanyalah hubungan antara pertambahan penduduk dan
pertumbuhan ekonomi. Teori neo-klasik bukan saja memperhatikan peranan
tenaga kerja dalam pertumbuhan, tetapi yang lebih penting lagi teori ini
menganalisis pula sumbangan dari perkembangan stok modal dan
perkembangan teknologi dalam pembangunan ekonomi.
3. Teori Keynesian
J.M Keynes menyatakan bahwa dalam jangka pendek output nasional
dan kesempatan kerja terutama ditentukan oleh permintaan agregat. Kaum
keynesian yakin bahwa kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal harus
digunakan untuk mengatasi pengangguran dan menurunkan laju inflasi.
Konsep-konsep keynesmenunjukan bahwa peran pemerintah sangat besar
19
dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Perekonomian pasar sepertinya
sulit untuk menjamin ketersediaan barang yang dibutuhkan masyarakat dan
bahkan sering menimbulkan instability, inequity, dan inefesiensi. Bila
perekonomia sering dihadapkan pada ketidak stabilan, ketidak merataan dan
ketidak efesienanjelas akan menghambat pertumbuhan ekonomi.
4. Teori Pertumbuhan Modern
Pandangan Rostow
Menurut rostow pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari berbagai
perubahan. Yaitu sebagai berikut :
1. Perubahan reorientasi pertumbuhan ekonomi
2. Perubahan pandangan masyarakat
3. Perubahan cara menabung atau menanamkan modal dari yang tidak
produktif ke yang lebih produktif
4. Perubahan pandangan terhadap faktor alam. Manusia harus mengubah
keyakinan bahwa alam tidak akan menentukan kehidupan manusia, tetapi
kehidupan manusia harus mampu menaklukkan kekayaan orang-orang
sehingga apa yang tersedia dapat menjadi sumber kehidupan dalam
mencapai kemakmuran.
Rostow mengemukakan tahap-tahap pertumbuhan ekonomi antara lain :
1. Masyarakat tradisional (the traditional society) artinya suatu kehidupan
ekonomi masyarakat yang berkembang secara tradisional dan belum
didasarkan pada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, kadang-
kadang cara berfikirnya primitif dan irasional.
2. Prasyarat tinggal landas (the precondition for take off) merupakan masa
transisi masyarakat untuk mempersiapkan dirinya mulai menerima teknik-
teknik baru dan pemikiran-pemikiran baru dari luar kehidupan mereka.
3. Masyarakat tinggal landas (the take off) pada tahap ini terjadi perubahan
yang sangat drastis dalam terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi
dan berproduksi
20
4. Menuju kematangan (the drive to maturity) tahap ini masyarakat seara
efektif telah menggunakan teknologi medern pada sebagian besar faktor-
faktor produksi dan kekayaan alam.
5. Konsumsi tinggi (the age of high mass consumption) pada tahap ini
perhatian masyarakat lebih menekankan pada masalah kesejahteraan dan
upaya masyarakat tertuju untuk menciptakan welfare state, yaitu
kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya dengan cara
mengusahakan distribusi pendapatan melalui sistem perpajakan yang
progresif.
Menurut Schumpeter, dalam bukunya the theory of economics
development menekankan teorinya pada peranan pengusaha dalam
pembangunan. Kemajuan perekonomian sangat ditentukan oleh adanya
enterpreneur. Enterpreneur yang unggul yaitu orang yang memiliki inisiatif
tinggi,kemampuan, dan keberanian mengaplikasikan penemuan-penemuan
baru dalam kegiatan berproduksi. Para enterpreneur akan menciptakan hal-hal
yang baru, seperti menciptakan barang baru, menggunakan cara-cara baru
dalam berproduksi, memperluas pasar ke daerah baru, mengembangkan sumber
bahan mentah baru, reorganisasi, dan restrukturisasi dalam perusahaan atau
industri untuk kemajuan yang lebih baik. (Sukirmo, 1978 : 280)
Menurut Harrod-Domar, sebagai ahli ekonomi yang mengembangkan
konsep keynes, Harrod-Domar tetap mementingkan perana pemerintah
terutama dalam merencanakan pertumbuhan ekonomi suatu negara dan dalam
menghimpun dana untuk keperluan investasi agar pertumbuhan ekonomi dapat
meningkat. Misalkan :
1. Pertumbuhan Y per kapita diharapkan naik 2%
2. Pertambahan penduduk diperkirakan 2,5%
3. Untuk mempertahankan Y per kapita = 2%, maka prosentase
pertumbuhan ekonomi ( G ) harus mencapai 4,5%, yaitu penjumlahan Y
per kapita + P
4. Dengan incremental capital output ratio ( ICOR ) = 3, maka kenaikan
tabungan harus mencapai 13,5%. Angka in diperoleh dari 3 x 4,5%
21
5. Untuk menaikkan pertumbuhan output $1000, diperlukan tabungan atau
besar investasi13,5% x $1000 = $ 135.
6. Dengan demikian pemerintah harus merencanakan pertambahan atau
kenaika investasi sebesar $135 melalui kebijakan moneter. (Sukirmo, 1978
: 285)
Menurut Martin Feldstein, pertumbuhan ekonomiharus dimulai dari sisi
penawaran (aggregate supply) selama ini konsep pertumbuhan ekonomi yang
dikembangkan terlalu berorientasi pada pengelolaan permintaan aggregate.
Martin mencoba untuk mengembangkan konsep baru yang disebut supply side
economics growth.
Martin mengusulkan penekanan yang lebih besar terhadap faktor-faktor
yang akan menaikkan pertumbuhan outpun potensial, seperti menaikkan
tabungan dan investasi, memperbaiki peraturan, dan peratura pajak. Terjadinya
pertumbuhan investasi diakibatkan oleh adanya tabungan. Oleh sebab itu
seharusnya masyarakat diberi kesempatan untuk bisa menabung dengan cara
menaikkan insentif atau imbalan (pendapatan yag diterima masyarakat) yang
memadai, sehingga mereka mampu menyisikan pendapatannya untuk ditabung.
Adanya kemampuan menabung, tentu jumlah tabungan akan meningkat dan
tabungan ini merupakan sumber pendanaan investasi. Meningkatnya investasi
akan menimbulkan multiplier invesment terhadap pendapatan nasional.
Upaya untuk menaikkan pendapatan yang memadai dan bisa
meningkatkan sumber penerimaan negara (berupa pajak) adalah denga cara
menurunkan pajak, bukan menaikkan pajak. Sehubungan dengan itu Athur
Laffer (Samuelson : 2000) menyatakan bahwa tarif pajak yang tinggi mungkin
akan menurunkan penerimaan pajak itu sendiri.
C. Menghitung Pertumbuhan Ekonomi
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai GNP yang digunakan
adalah GNP riil atau GNP harga konstan. Sebab dengan menggunakan GNP
harga konstan, pengaruh perubahan harga (inflasi) tidak ada lagi atau sudah
dihilangkan. Perubahan GNP harga konstan benar-benar hanya menunjukkan
22
perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa (GNP). Cara menghitung
tingkatpertumbuhan ekonomi sangat sederhana.
Jika laju pertumbahan ekonomi (LPE) dihitung hanya untuk satu periode,
dapat dihitung berdasarkan rumus berikut.
Jika LPE yang dihitung lebih dari satu periode rumus yang digunakan adalah
Tujuan utama dari perhitungan pertumbuhan ekonomi adalah untuk
melihat apakah kondisi perkonomian makin membaik atau sebaliknya. Ukuran
baik buruknya dapat dilihat dari struktur produksi (sektoral) dan daerah asal
produksi (regional). Adanya pertumbuhan ekonomi sangat penting karena
dapat mempengaruhi hal-hal berikut:
1. Tingkat kesejahteraan
Rakyat dikatakan semakin sejahtera jika setidak-tidaknya output nasional
perkapita meningkat. Tingkat kesejahteraan tersebut meningkat apabila
pertumbuhan GNP perkapita harus melebihi dari pertumbuhan penduduk.
Jika pertambahan penduduk suatu Negara adalah 2% per tahun, maka
pertumbuhan GNP harus lebih besar 2%.
2. Kesempatan kerja
Terjadinya pertumbuhan ekonomi di tandai dengan naiknya GNP riil.
Kondisi ini jelas sangat membuka kesempatan kerja bagi seluruh factor
produksi. Mengingat manusia adalah salah satu faktor produksi
terpenting dalam proses produksi,maka kesempatan kerja akan
meningkat apabila output nasional meningkat.
3. Distribusi pendapatan
LPE = GNPtR GNP R t-1 X 100%
GNP R
t-1
GNPR
t = GNPR
0 (1+r)t
GNPR
t : GNP rill pada periode tahun tertentu
GNPR
0 : GNP rill pada periode awal
r : tingkat pertumbuhan
t : jangka periode
23
Pertumbuhan ekonomi dapat juga di harapkan untuk memperbaiki
distribusi pendapatan yang lebih merata. Tanpa adanya pertumbuhan
ekonomi, yang akan ada hanya pemerataan kemiskinan. Upaya
pemerataan pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan dapat berupa
peningkatan pertumbuhan ekonomi, membuat kebijakan-kebijakan
moneter, dan kebijakan fiskal yang dapat menaikkan daya beli
masyarakat, perluasan kesempatan kerja dan peningkatan produktifitas.
B. PENELITIAN TERDAHULU
Beberapa hasil penelitian terdahulu tentang perkembangan industri
kecil terhadap pertumbuhan ekonomi, antara lain :
Imam Gea (2003) yang berjudul Analisis Pengaruh
Perkembangan Industri Kecil terhadap Perkembangan Ekonomi Sumatera
Utara menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa industri kecil
memeberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah, kontribusi ini
terlihat dari sumbangan sektor industri terhadap PDRB Sumatera Utara
yang sudah tentu termasuk di dalamnya kontribusi industri kecil. Oleh
karena itu, perkembanga industri kecil akan membawa dampak yang
positif terhadap perkembangan ekonomi di Sumatera Utara.
Tri Wahyu Rejekiningsih (2004) yang berjudul Mengukur
Besarnya Peranan Industri Kecil dalam Perekonomian di Jawa Tengah
dengan menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa jumlah unit
usaha dan output industri kecil di Jawa Tengah Periode 19911997
berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja adalah positif
dan elastisitas yang berarti bertambahnya jumlh unit usaha akan
menambah jumlah tenaga kerja yang terserap. Sedangkan nilai produksi
(output) berpengaruh negatif dan tidak elastis terhadap penyerapan tenaga
kerja yag berarti kenaikan nilai output tidak harus selalu meningkatkan
jumlah tenaga kerja yang terserap.
Sedangkan menurut penelitian dari Septian Budi Cahya (2011)
yang berjudul Pengaruh Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Mojokerto tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis kondisi pertumbuhan ekonomi dan mengetahui
24
seberapa besar pengaruh tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor industri
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Mojokerto. Data penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS, metode analisis yang
digunakan OLS, dan sampelnya adalah PDRB dari penyerapan tenaga
kerja tahun 2000-2009. Hasil dari penelitian ini adalah variabel
penyerapan tenaga kerja sektor industri berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Mojokerto.
25
No. Judul Masalah Variabel Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian
1 Analisis
Pengaruh
Perkemban
gan Industri
Kecil
terhadap
Perkemban
gan
Ekonomi
Sumatera
Utara
Apakah terdapat
pengaruh yang positif
dari perkembangan
industri kecil terhadap
perkembangan ekonomi
Sumatera Utara.
1. X = industri
kecil
2. Y =
perkembang
an ekonomi
1. Populasi di
Sumatera
Utara
2. Sampelnya
tahun 1993-
2003
3. Variabel X
yang
digunakan
1. Hanya
terdapat dua
variabel
2. Variabel Y
sama yaitu
pertumbuha
n ekonomi
Industri kecil memberikan kontribusi
terhadap pendapatan daerah, kontribusi
ini terlihat dari sumbangan sektor
industri terhadap PDRB Sumatera Utara
yang sudah tentu termasuk di dalamnya
termasuk kontribusi industri kecil.
Perkembangan industri kecil harus
didukung oleh kondisi sosial ekonomi
yang kondusif dan stabil. Oleh arena itu,
perkembangan industri kecil aan
membawa dampak yang positif terhadap
perkembngan ekonomi di Sumatera
Utara.
2. Mengukur
Besarnya
Peranan
Industri
Kecil
1. Seberapa besar
sumbangan industri
kecil terhadap PDRB
melalui multiplier
pendapatannya dan
1. X =
jumlah
industri
kecil
2. Y =
1. Populasi di
Jawa
Tengah
2. Sampel
tahun
1. Hanya
terdapat dua
variabel
2. Variabel Y
sama yaitu
Pertama, untuk daya serap tenaga kerja
mengalami penurunan, meskipun secara
kuantitatif jumlah tenaga kerja yang
diminta selalu naik seiring dengan
kenaikan jumlah unit usahanya.
Mapping Penelitian Terdahulu
26
dalam
Perekonom
ian di Jawa
Tengah
seberapa besar
kemampuan
penyerapan tenaga
kerja oleh industri
kecil.
2. Seberapa besar
pengaruh jumlah
unit usaha dan nilai
produksi dari
industri kecil
terhadap penyerapan
tenaga kerja.
perekonom
ian
1991-2001
3. Variabel X
yang
digunakan
pertumbuha
n ekonomi
Kedua, kontribusi industri kecil terhadap
PDRB masih sangat kecil karena nilai
produksinya rendah.
Ketiga, hasil regresi dari model estimasi
menunjukan bahwa baik variabel unit
usaha dan variabel nilai produksi secara
statstik signifikan.
3. Pengaruh
Penyerapan
Tenaga
Kerja
Sektor
Industri
1. Bagaimanakah
kondisi penyerapan
tenaga kerja sektor
industri di
Kabupaten
Mojokerto.
1. X =
Tenaga
kerja
sektor
industri
2. Y =
1. Populasi di
Kabupaten
Mojokerto
2. Sampelnya
PDRB
2000-2009
1. Variabel Y
sama yaitu
pertumbuha
n ekonomi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Mojokerto mengalami peningkatan
yang stabil dan variabel penyerapan
tenga kerja sektor industri berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
27
terhadap
Pertumbuh
an
Ekonomi di
Kabupaten
Mojokerto
2. Bagaimanakah
kondisi
pertumbuhan
ekonomi di
Kabupaten
Mojokerto.
3. Pengaruh
penyerapan tenaga
kerja sektor industri
terhadap
pertumbuhan
ekonomi di
Kabupaten
Mojokerto.
Pertumbuh
an
ekonomi
3. Variabel X
yang
digunakan
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Mojokerto.
28
C. KERANGKA BERPIKIR
Untuk keperluan penelitian ini disusun kerangka pemikiran teoritis
sebagai berikut :
Pada dasarnya konsep dari penelitian seperti yang terlihat di
kerangka berfikir yaitu bermula dari teori yang relevan dari semua variabel
Perkembangan UMKM
(X)
Teori Adam Smith
(Sukirno, 2006 : 224)
Pertumbuhan Ekonomi
(Y)
Jumlah nilai PDRB
Industri Menengah Industri Kecil Industri Besar
Pengelompokan kegiatan industri kecil ditinjau dari jumlah pekerja
(Anderson dalam Tiktik dan Rachman, 2002 : 15)
Peran dan Fungsi UMKM
(M. Tohar, 2000:3)
Jumlah unit UMKM
29
kemudian menganalisis data perkembangan UMKM di Kota Gresik tahun
2004 2006.
Industri terbagi menjadi tiga yaitu industri kecil, industri menengah
dan industri besar. Dalam hal ini, yang digunakan untuk variabel
penelitian adalah UMKM. Analisis dimulai dari perkembangan UMKM
yang dilihat dari jumlah unit UMKM. UMKM berperan sebagai penunjang
perekonomian bagi wilayah domisilinya khususnya serta dalam
perekonomian nasional pada umumnya memberikan sumbangsih cukup
besar dalam bidang sosial dan ekonomi
Dalam penelitian, pertumbuhan ekonomi dilihat dari Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Mojokerto pada tahun 2004
2006 yang selalu mengalami peningkatan. Penelitian ini akan mengetahui
pengaruh variabel bebas yaitu perkembangan UMKM terhadap variabel
yaitu pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan program SPSS.
D. HIPOTESIS
Berdasarkan pertanyaan penelitian dan rumusan masalah maka
dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga ada peningkatan perkembangan Usaha Mikro dan Kecil
Menengah (UMKM) di Kota Mojokerto.
2. Diduga ada pertumbuhan ekonomi di Kota Mojokerto.
3. Diduga ada pengaruh Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM)
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Mojokerto.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian menggambarkan hubungan antar variabel
dalam suatu penelitian agar pola pikir peneliti dapat dipahami oleh
pembaca. Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
X = UMKM di Kota Mojokerto
Y = pertumbuhan ekonomi di Kota Mojokerto
B. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif inferensial. Jenis
penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang keadaan
secara objektif dan menunjukkan hubungan antar variabel.
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan digunakan
dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis statistik,
sehingga diperoleh simpulan sebagai pembuktian terhadap hipotesis.
C. SUMBER DATA
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Menurut Teguh (2006:121), data sekunder merupakan jenis data yang
diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil
penelitian dilapangan, baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif.
X Y
31
Data yang digunakan adalah data kuantitatif sekunder dalam
bentuk runtun waktu (time series) dengan menggunakan data tahunan
periode 2004 2006 baik untuk perkembangan UMKM ataupun
pertumbuhan ekonomi Kota Mojokerto.
D. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh UMKM
dan pertumbuhan ekonomi di Kota Mojokerto.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan UMKM di Kota Mojokerto periode tahun 2004-
2006.
b. Pertumbuhan ekonomi di Kota Mojokerto periode tahun 2004-
2006.
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam mengumpulkan data, teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Metode
dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data perkembangan UMKM
dan pertumbuhan ekonomi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Propinsi Jawa Timur, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Mojokerto, Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Jawa Timur, Dinas
Koperasi dan UMKM Kota Mojokerto dan Badan Pusat Statistik (BPS).
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Adapun teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini
adalah analisis statistik desktiptif dan analisis statistik.
1. Analisis statistik deskriptif
32
Analisis statistik deskriptif merupakan teknik yang digunakan
untuk menjelaskan dan menggambarkan perkembangan UMKM dan
pertumbuhan ekonomi tahun 2004-2006.
2. Analisis statistik inferensial
Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linear berganda karena terdiri atas lebih dari satu
variabel, dalam penelitian ini terdiri satu variabel bebas dan satu
variabel terikat dengan bantuan program SPSS.
a. Uji asumsi klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk menunjukkan serangkaian
asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk menghasilkan estimasi yang
baik atau dikenal dengan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).
Macam-macam asumsi klasik adalah sebagai berikut :
1) Uji Normalitas
Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam
suatu model regresi, variabel bebas dan variabel terikat
distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui ada tidaknya
asumsi normalitas digunakan Chi Kuadrad (X2).
Bila harga Chi Kuadrad Hitung lebih kecil dari pada Chi
Kuadrad Tabel, maka distribusi data dinyatakan normal, dan
bila lebih besar dinyatakan tidak normal. (Sugiono, 2007 : 79-
82)
2) Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya hubungan linear yang
sempurna atau passti, di antara beberapa atau semua variabel
yang menjelaskan dari model regresi. Ada atau tidaknya
multikolinieritas dapat diketahui atau dilihat dari koefisien
korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi
di antara masing-masing variabel bebas kurang dari alfa
pengujian sebesar 0,8 maka tidak terjadi multikolinieritas
(Ajijah, 2011 : 35)
33
Metode perhitungan ini digunakan untuk menghitung
apakah ada korelasi antar variabel independen. Jika terjadi
korelasi, maka dikatakan terdapat multikolinieritas (Sarwoko,
2005 : 118-119)
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
suatu model regresi terdapat ketidaksamaan variansi dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap
maka di sebut homoskadasitas dan jika berbeda di sebut
heteroskedasitas.
Dalam penelitian ini untuk menentukan heteroskedastisitas,
maka dilakukan uji White Heteroscedasticity yang tersedia
dalam program SPSS.
Hasil yang diperhatikan dari uji ini adalah nilai F dan
Obs*R-Squard. Jika Obs*R-Squard lebih kecil dari X2 tabel
atau lebih besar dari alfa pengujian sebesar 0,05 maka tidak
terjadi heteroskedastisitas, demikian sebaliknya. (Ajijah, 2011
: 36-38)
4) Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi
menunjukkan korelasi di antara anggota serangkaian observasi
yang diurutkan menurut waktu dan ruang.
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, dalam penelitian ini
menggunakan metode Uji Durbin Watson. Metode ini
didasarkan pada nilai F dan Obs*R* - Squared, dimana jika
nilai dari Obs*R* - Squared melebihi tingkat kepercayaan
kisaran angka (1,54 2,46) maka artinya tidak ada masalah
autokorelasi. (Ajijah, 2001 : 40)
5) Uji Linearitas
34
Linearitas bertujuan untuk membentuk garis lurus untuk
melihat apakah kedua variabel berhubungan secara langsung
atau tidak, apakah perubahan pada variabel bebas (X) diikuti
oleh perubahan variabel terikat (Y) dengan tingkat signifikan >
0,05 data bersifat linear.
Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model
yang digunakan yaitu studi empiris linear, kuadrat, atau kubik.
Dalam penelitian ini untuk mendeteksi linearitas menggunakan
metode Uji Ramsey Reset. (Sarwoko, 2005 : 13)
b. Analisis regresi linear sederhana
Model regresi linear sederhana adalah sebuah model regresi yang
meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen
bila variabel independen di manipulasi (dinaik turunkan nilainya).
c. Uji hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan konsep p-value
karena relatif lebih mudah dilakukan karena tersedia pada menu
SPSS. Konsep ini membandingkan dengan nilai p-value. Jika nilai
p-value kurang dari sebesar 0,05 maka antar variabel memiliki
hubungan. (Ajijah, 2011 : 34)
1) Uji F
Uji F atau uji model secara keseluruhan dilakukan untuk
melihat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel terikat. Uji F dapat dilakukan dengan cara
membandingkan nilai hasil uji F-statistik pada hasil regresi
dengan F-tabel. Jika nilai F-statistik > F-tabel, maka H0
ditolaj dan H1 diterima. Dengan kata lain, terdapat hubungan
antara variabel dependen dan variabel independen. Sebaliknya,
jika F-statistik < F-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Dengan kata lain, tidak terdapat hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen. (Ajijah, 2011 : 34)
35
2) Uji t
Uji t merupakan pengujian terhadap koefisien dari variabel
bebas. Uji t digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi
masing-masing pengaruh variabel bebas secara parsial
terhadap variabel terikat. Uji t dapat dilakukan dengan cara
membandingkan nilai hasil uji t-statistik pada hasil regresi
dengan t-tabel. Jika nilai t-statistik > t-tabel, maka H0 ditolak
dan H1 diterima. Dengan kata lain, terdapat hubungan antara
variabel dependen dan variabel independen. Sebaliknya, jika
nilai t-statistik < t-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Dengan kata lain, tidak terdapat hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen. (Ajijah, 2011 : 34)
d. Koefisien determinasi
Uji koefisien determinasi R2 ini menunjukkan kemampuan garis
regresi menerangkan variasi variabel terikat (proposi atau persen
variasi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas).
Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, semakin
baik. (Ajijah, 2011 : 34)