28
BAB I
TINJAUAN TEORI1.1 Konsep Dasar Penyakit
1.1.1 PengertianHypertropi prostate adalah kelenjar prostat
mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium uretra ( Smeltzer
& Bare, 2002).
Hypertropi prostat adalah Pembesaran progresif dari kelenjar
prostat (secara umum pada pria lebih dari usia 50 thn) menyebabkan
berbagai derajat obstruksi uretral & pembatasan aliran
urinarius ( Doengoes, 1999).Hipertropi Prostat adalah hiperplasia
dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat
yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. ( Jong, Wim de,
1998).1.1.2 Anatomi dan Fisiologi
A. Anatomi
B. FisiologiKelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro
muscular yang melingkar Bledder neck dan bagian proksimal uretra.
Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram dengan
ukuran rata-rata:- Panjang 3.4 cm- Lebar 4.4 cm- Tebal 2.6 cm.
Secara embriologis terdiro dari 5 lobur:- Lobus medius 1 buah-
Lobus anterior 1 buah- Lobus posterior 1 buah- Lobus lateral 2
buahSelama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus
posterior akan menjadi saru disebut lobus medius. Pada penampang
lobus medius kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan
lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil
berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat.
Pada potongan melintang uretra pada posterior kelenjar prostat
terdiri dari:
- Kapsul anatomis
- Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan
jaringan muskuler- Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok
bagian:o Bagian luar disebut kelenjar sebenarnyao Bagian tengah
disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga sebagai
adenomatus zone
o Di sekitar uretra disebut periuretral gland
Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan
saluran dari vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris
komunis yang bermuara ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja
prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada oran dewasa
sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba.Sedangkan
pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan
prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna
kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan
jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan
padat. Apabila tonjolan itu ditekan keluar cairan seperti
susu.Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan
berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan sehingga
batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral
sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan
ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar
yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi dari vesika
yang dapat mengakibatkan peradangan.1.1.3 Etiologi
Banyak teori yang menjelaskan terjadinya pembesaran kelenjar
prostat, namun sampai sekarang belum ada kesepakatan mengenai hal
tersebut. Ada beberapa teori mengemukakan mengapa kelenjar
periurethral dapat mengalami hiperplasia, yaitu :
1. Teori Sel Stem (Isaacs 1984).
Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada
pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel mati, keadaan ini
disebut steady state. Pada jaringan prostat terdapat sel stem yang
dapat berproliferasi lebih cepat, sehingga terjadi hiperplasia
kelenjar periurethral.2. Teori MC Neal (1978)Menurut MC. Neal,
pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya
sebelah proksimal dari spincter eksterna pada kedua sisi
veromontatum di zona periurethral.3. Teori Di Hidro Testosteron
(DHT)Testosteron adalah hormon pria yang dihasilkan oleh sel
leyding. Testosteron sebagian besar dihasilkan oleh kedua testis,
sehingga timbulnya pembesaran prostat memerlukan adanya testis yang
normal. Jumlah testosteron yang dihasilkan oleh testis kira-kira 90
% dari seluruh produksi testosteron, sedang yang 10 % dihasilkan
oleh kelenjar adrenal.Sebagian besar testosteron dalam tubuh berada
dalam keadaan terikat dengan protein dalam bentuk Serum Binding
Hormon (SBH). Sekitar 2 % testosteron berada dalam keadaan bebas.
Hormon yang bebas inilah yang memegang peranan dalam proses
terjadinya pembesaran kelenjar prostat. Testosteron bebas dapat
masuk ke dalam sel prostat dengan menembus membran sel ke dalam
sitoplasma sel prostat sehingga membentuk DHT reseptor komplek yang
akan mempengaruhi Asam Ribo Nukleat (RNA) yang dapat menyebabkan
terjadinya sintetis protein sehingga dapat terjadi proliferasi sel
(MC Connel 1990). Perubahan keseimbangan testosteron dan 50 tahun
ke atas.( estrogen dapat terjadi dengan bertambahnya usia. 1.1.4
Tanda dan GejalaWalaupun Benigna Prostat Hipertropi selalu terjadi
pada orang tua, tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik,
hal ini terjadi karena dua hal yaitu:1. Penyempitan uretra yang
menyebabkan kesulitan berkemih2. Retensi urin dalam kandung kemih
menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan
cystitis.Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan
Benigna Prostat Hipertrofi:a. Retensi urineb. Kurangnya atau
lemahnya pancaran kencingc. Miksi yang tidak puasd. Frekuensi
kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)e. Pada malam hari
miksi harus mengejanf. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi
(disuria)g. Massa pada abdomen bagian bawahh. Hematuriai. Urgency
(dorongan yang mendesak dan mendadak untuk mengeluarkan urin)j.
Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksik. Kolik renall. Berat
badan turunm. AnemiaKadang-kadang tanpa sebab yang diketahui,
pasien sama sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan
dengan kateter. Karena urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka
mudah sekali terjadi cystitis dan selaputnya merusak ginjal.1.1.5
Patofisiologi
Menurut syamsu Hidayat dan Wim De Jong tahun 1998 adalah Umumnya
gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan
hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya
adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau
mendesak jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang
menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya
dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya, yang
membatasi pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan peningkatan
penekanan untuk mengosongkan kandung kemih. Serat-serat muskulus
destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di
dalam kandung kemih.Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar
terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur
yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif.
Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan
batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan
hidronefrosis.Retensi progresif bagi air, natrium, dan urea dapat
menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan drainage
kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan
edema hebat dan hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya.
Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban solutlainya
meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang
progresif bisa merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan
serta menahan air dan natrium akibat kehilangan cairan dan
elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.Menurut
Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara
perlahan-lahan pada traktus urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada
tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan
fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat,
leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih
kuat.Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan
penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat
sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari
dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar
di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang
apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel.
Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila
berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi
retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi
saluran kemih atas.
1.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah
:
a. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter,
hidroureter,
hidronefrosis, gagal ginjal.
b. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada
waktu miksi
c. Hernia / hemoroid
d. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan
terbentuknya batue. Hematuria
f. Sistitis dan Pielonefritis.
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien Benigna Prostat Hipertropi umumnya dilakukan
pemeriksaan :1. Laboratorium
Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan
biakan urin2. Radiologis Intravena pylografi, BNO, sistogram,
retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen.
Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk,
ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans
rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk
mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan
volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain
seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong,
1997).3. Prostatektomi Retro Pubis
Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak
dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat
melalui insisi pada anterior kapsula prostat.4. Prostatektomi
Parineal
Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui
perineum.1.1.8 Penatalaksanaan Therapeutik
Pengobatan untuk hipertropy prostat ada 2 macam :a. Konsevatifb.
OperatifDalam pengobatan ini dilakukan berdasarkan pembagian
besarnya prostat, yaitu derajat 1 4.
a. Derajat I
Dilakukan pengobatan koservatif, misalnya dengan fazosin,
prazoin dan terazoin (untuk relaksasi otot polos).
b. Derajat II
Indikasi untuk pembedahan. Biasanya dianjurkan resekesi
endoskopik melalui urethra.c. Derajat III
Diperkirakan prostat cukup besar dan untuk tindakan yang
dilakukan yaitu pembedahan terbuka melalui transvesical, retropubic
atau perianal.d.Derajat IV
Membebaskan penderita dari retensi urine total dengan memasang
catheter, untuk pemeriksaan lebih lanjut dalam pelaksanaan rencana
pembedahan. Konservatif.
Pengobatan konservatif ini bertujuan untuk memperlambat
pertumbuhan pembesaran prostat. Tindakan dilakukan bila terapi
operasi tidak dapat dilakukan, misalnya : menolak operasi atau
adanya kontra indikasi untuk operasi.Tindakan terapi konservatif
yaitu :a. Mengusahakan agar prostat tidak mendadak membesar karena
adanya infeksi sekunder dengan pemberian antibiotika. b. Bila
retensi urine dilakukan catheterisasi.
OperatifPembedahan merupakan pengobatan utama pada hipertropi
prostat benigna (BPH), pada waktu pembedahan kelenjar prostat
diangkat utuh dan jaringan soft tissue yang mengalami pembesaran
diangkat melalui 4 cara yaitu (a) transurethral (b) suprapubic (c)
retropubic dan (d) perineal.
a. Transurethral. Dilaksanakan bila pembesaran terjadi pada
lobus medial yang langsung mengelilingi urethra. Jaringan yang
direseksi hanya sedikit sehingga tidak terjadi perdarahan dan waktu
pembedahan tidak terlalu lama. Rectoscope disambungkan dengan arus
listrik lalu di masukkan ke dalam urethra.Kandung kemih di bilas
terus menerus selama prosedur berjalan.Pasien mendapat alat untuk
masa terhadap shock listrik dengan lempeng logam yang di beri
pelumas di tempatkan pada bawah paha.Kepingan jaringan yang halus
di buang dengan irisan dan tempat-tempat perdarahan di tutup dengan
cauter. Setelah TURP di pasang catheter Foley tiga saluran yang di
lengkapi balon 30 ml.Setelah balon catheter di kembangkan, catheter
di tarik ke bawah sehingga balon berada pada fosa prostat yang
bekerja sebagai hemostat.Ukuran catheter yang besar di pasang untuk
memperlancar pengeluaran gumpalan darah dari kandung kemih.Kandung
kemih diirigasi terus dengan alat tetesan tiga jalur dengan garam
fisiologisatau larutan lain yang di pakai oleh ahli bedah.Tujuan
dari irigasi konstan ialah untuk membebaskan kandung kemih dari
ekuan darah yang menyumbat aliran kemih.Irigasi kandung kemih yang
konstan di hentikan setelah 24 jam bila tidak keluar bekuan dari
kandung kemih.Kemudian catheter bisa dibilas biasa tiap 4 jam
sekali sampai catheter di angkat biasanya 3 sampai 5 hari setelah
operasi.Setelah catheter di angkat pasien harus mengukur jumlah
urine dan waktu tiap kali berkemih.
b. Suprapubic Prostatectomy. Metode operasi terbuka, reseksi
supra pubic kelenjar prostat diangkat dari urethra lewat kandung
kemih.
c. Retropubic Prostatectomy Pada prostatectomy retropubic dibuat
insisi pada abdominal bawah tapi kandung kemih tidak dibuka.
d. Perianal prostatectomy. Dilakukan pada dugaan kanker prostat,
insisi dibuat diantara scrotum dan rectum.1.1 Konsep Dasar
Keperawatan 1.2.1 Pengkajian Penggunaan antihipertensif atau
antidepresan, antibiotic urinaria atau agen antibiotik, obat yang
dijual bebas untuk flu/alergi obat mengandung simpatominetik.
Kaji peninggian TD (efek pembesaran ginjal)
Eliminasi : Penurunan kekuatan/dorongan aliran urine, nokturia,
dysuria, hermaturia, distensi kandung kemih, hemeroid, nyeri tekan
kandung kemih.
Demam, anoreksia (mual - muntah), penurunan berat badan.
Seksualitas mengalami gangguan (pembesaran prostat,nyeri tekan
prostat).
1.2.2 Diagnosa Keperawatan1. Retensi urine/kronik berhubungan
dengan pembesaran prostat.
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan
elektrolit (disfungsi ginjal).
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan
kemungkinan
5. Kurang pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan
tidak mengenal sumber informasi.1.2.3 Intervensi Keperawatan1.
Retensi urine akut/kronik berhubungan dengan pembesaran prostat
Tujuan : Mengalami perbaikan pola eliminasi urin
Kriteria hasil : -Berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba
distensi kandung kemih.
-Mununjukkan residu pasca berkemih kurang dari 50 ml dengan
tidak adanya tetesan atau kelebihan
aliranINTERVENSIRASIONALISASI
Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jan dan bila tiba-tiba
dirasakan.
Observasi aliran urin,perhatikan ukuran dan kekuatan.
Awasi tanda vital dengan ketat
.
Berikan kateter dan perawatan perineal.
Berikan rendam duduk sesuai indikasi.1.Meminimalkan retensi urin
distensi berlebihan pada kandung kemih.
2.Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan
intervensi.
3.Kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eliminasi
cairan dan akumulasi sisa toksin dapat berlanjut ke penurunan
ginjal.
4.Menurunkan resiko infeksi asenden.
5.Meningkatkan relaksasi otot,edema,dan dapat meningkatkan upaya
berkemih.
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa
Tujuan
: Menghilangkan rasa nyeri
Kriteria hasil
:-Melaporkan nyeri hilang/terkntrol
:-Tampak rileks
:-Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.
INTERVENSIRASIONALISASI
Kaji nyeri,perhatikan lokasi
Berikan tindakan kenyamanan(teknik relaksasi/latihan napas
dalam.
Plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen.
Dorong menggunakan rendam duduk,sabun hangat untuk perineum
Berikan obat epiridin1.Memberikan informasi untuk membantu
menentukan pilihan/keefektifan intervensi.
2. Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan
mengulangi rasa nyeri.
3. Mencegah penarikan kandung kemih dan erasi pertemuan penis
sclera.
4. Meningkatkan relaksasi otot
5.Untuk menghilangkan nyeri berat,memberikan relaksasi mental
dan fisik.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
ketidaksetimbangan elektrolit (disfungsi ginjal).Tujuan
: Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit klien
Kriteria hasil: Mempertahankan hidrasi adekuat dibuktikan oleh
tanda vital stabil,nadi parifer teraba,pengisian kapiler baik,dan
membrane mukosa lambab.
INTERVENSIRASIONALISASI
Perhatikan keluaran 100-200 ml/jam
Dorong peningkatan pemasukan oral berdasarkan kebutuhan
individu.
Awas, TD, nadi dengan sering
Tingkatkan tirah baring dengan kepala tinggi
Berikan cairan IV sesuai kebutuhan (garan faal
hipertenik)1.Diuresis cepat dapat menyebabkan kekurangan volume
total cairan,karena ketidakcukupan jumlah natrium diobservasi dalam
tubulus ginjal.
2.Pasien dibatasi pemasukan oral dalam upaya mengontrol gejala
urinaria hemeostatik pengurangan cadangan dan peningkatan resiko
dehidrasi/hipovelemia.
3.Memampukan deteksi dini/intervensi hopovolemik sistemik
4.Menurunkan kerja jantung memudahkan hemeostasis sirkulasi
5.Mengantikan kehilangan cairan dan natrium untuk mencegah.
4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan
kemungkinan prosedur bedah
Tujuan
: Menghilangkan kecemasan klienKriteria hasil
:-tampak rileks
-menyatakan pengetahuan yang skurat tentang situasi
-melaporkan ansietes menurun sampai tingkat dapat ditangani
INTERVENSIRASIONALISASI
Buat hubungan saling percaya dengan pasien/orang terdekat
Berikan informasi tentang prosedur
Lindungi privasi pasien
Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan
masalah/perasaan
Beri penguatan informasi pasien yang telah diberikan
sebelumnya1.Menunjukkan perhatian dan keinginan untuk membantu
dalam diskusi tentang subjek sensitive
2.Membantu pasien memahami tujuan dari apa yang dilakukan dan
mengurangi masalah karena ketidaktahuan termasuk ketakutan akan
kanker
3.Menghilangkan rasa malu
4.Mendefinisikan masalah, memberikan kesempatan untuk menjawab
pertanyaan memperjelan kesalahan konsep dan solusi pemecahan
masalah
5.Memungkinkan pasien untukmenerima kenyataan dan menguatkan
kepercayaan pada pemberi penguatan dan pemberi informasi.
5. Kurang pengetahuan tantang berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi
Tujuan
: Pemahaman tentang pengobatan
Kriteria hasil
: Menyatakan pemahaman proses penyakit
Berpartisipasi dalam program
pengobatan.INTERVENSIRASIONALISASI
Kaji ulang proses penyakit pengalaman pasien.
Orang menyatakan rasa takut perasaan dan perhatian
Berikan informasi tentang anatomi dasar seksual
Berikan informasi bahwa kondisi tidak ditularkan secara
seksual.1.Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat
pilihan informasi terapi
2.Membantu pasien mengalami perasaan dapat merupakan
rehabilitasi vital
3.Membantu pasien memahami implikasi tindak lanjut sesuai dengan
efek penampilan seksual
4.Mungkin merupakan yang tidak dibicarakan.
1.2.4 Implementasi KeperawatanTindakan keperawatan adalah
pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan maksud
agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (DEPKES RI,
2000).1.2.5 Evaluasi Keperawatan
1. Pasien berkemih dengan jumlah yang cukup
2. Nyeri pasien berkurang
3. Volume cairan dan elektrolit terpenuhi
4. Pasien tampak tenang
5. Pasien paham tentang tindakan pengobatan.
BAB IITINJAUAN KASUS2.1 Pengkajian2.1.1 Data Biografi
Nama
: TnH
Jenis kelamin
: Laki-LakiUmur
: 55 Tahun
Status perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Becak
Alamat
: Jln.Abusamah NO.3779 RT.41 RW.6 Palembang
Tanggal masuk RS
: 14 Juni 2010Medical Record
: 320726Register
: 08031367
Ruangan/kamar
: MARWAH (BEDAH) /VIII (DELAPAN)
Golongan Darah
: A
Tanggal Pengkajian
: 15 Juni 2010Tanggal operasi
: 19 Juni 2010Diagnosa medis
: Hipertropi Prostat
Penanggung Jawab :
Nama
: NyN
Hubungan dgn pasien
: Istri Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Jln.Abusamah NO.3779 RT.41 RW 6 Palembang.2.1.2 Riwayat
kesehatan
2.1.2.1. Riwayat kesehatan sekarang2.1.2.2 Keluhaan Utama saat
MRS Kemih tidak dapat dikeluarkan sampai habis walaupun
mengedan.2.1.2.3 Keluhan utama saat pengkajianSejak 3 minggu yang
lalu klien mengalami kesulitan dalam berkemih walaupun mengedan,
pancaran air kemih melemah, pada malam hari sering terbangun untuk
berkemih, merasa nyeri pada saat berkemih dan klien merasa cemas
terhadap dirinya sehingga pada tanggal 7 juni 2010 berobat ke
poliklinik penyakit dalam RS Dr. Mohammad Hoesin Palembang dan
disarankan untuk dirawat.2.1.2.4. Riwayat kesehatan masa lalu
Tidak ada2.1.2.5 Riwayat kesehatan keluargaDalam keluarga klien
tidak ada penyakit yang diderita oleh klien.
NamaUmurHubunganPendidikanPekerjaanKeterangan
Tn.H55 tahunAyahSMABecakKlien
Ny. N49 tahunIbuSMPIRTIstri
An. R20 tahunAnakSMASopirAnak
An. F17 tahunAnakSMPPelajarAnak
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Hubungan keluarga: Tinggal serumah.2.1.3 Pola aktivitas sehari
- hari
Aktifitas (ADL)Sebelum masuk rumah sakitSesudah masuk rumah
sakit
Nutrisi
Frekuensi makan
Jenis makan
Makanan yg disukai
Makanan pantangan
Nafsu makan
Minum
Jenis
Frekuensi
Jumlah3x sehari
Nasi, Lauk pauk
Buah - buahan
Tidak ada
Ada
Air putih dan teh
3-6 kali sehari
1250 cc3x sehari
Nasi, lauk-pauk, diet TKTP.
Makanan yang hangat
Tidak ada
Ada
Air putih dan IVFD
4 -5 kali sehari
750 cc
Eliminasi
Frekuensi
Warna
Konsistensi
Urine
Frekuensi
Warna
Bau1 x sehari
Kuning
Lunak
7 15 kali
Kuning
Amoniak1 x sehari
Kuning
Lunak
Pasang kateter dalam 24 jam
Kuning
Amoniak
Istirahat dan Tidur
Waktu tidur
Waktu bangun
Masalah tidur
Hal yang mempermudah tidur
Hal yang mempermudah bangunPukul 21.00 WIB
Pukul 05.00 WIB
Tidak ada
Lelah
BerisikTidak tentu
Tidak tentu
Tidak ada
Ngantuk
Berisik
Aktivitas dan Personal Hygiene
Aktivitas
Jenis olahraga
Frekuensi
Personal Hygiene
Mandi
Gosok gigi
Ganti pakaianBola kaki
Tidak tentu
2 kali sehari
2 kali sehari
1 kali seharitidak ada
tidak ada
2 kali sehari dengan lap
2 kali sehari
1 kali sehari dibantu keluarga.
2.1.4 Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Lemah, kesadaran compos menthis (cm). 2.1.4.1 Tanda-tanda
vital
TD
: 130/90 mmHg
Nadi
: 68 x/ menit
Suhu
: 36,5 C
RR
: 22 X/ Menit
Tinggi badan: 169 cm
Berat badan: 60 kg
2.1.4.2 Pemeriksaan kepala, rambut, wajah dan leher
KepalaBentuk kepala bulat,tidak ada tumor,kepala dan ubun-ubun
bersih dan tidak ada lesi. Rambut
Penyebaran merata,rambut lurus dan bewarna hitam.
Wajah
Struktur wajah klien tidak ada kelainan,warna kulit wajah klien
sawa matang dan wajah klien tampak cemas.
Leher
Pembesaran kelenjar limpa tidak adapeningkatan vena juga tidak
ada dan dapat bergerak kesegala arah,serta denyut nadi karotis
teraba.
Mata
Penglihatan ketajaman mata kurang baik dua mata lengkap dan
simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, skelera tidak
interus tidak stobismus dan tidak ditemukan peningkatan bola
mata.
Hidung
Fungsi penciuman baik ditandai dengan dapat membedakan bau susu
dan obat, struktur dan lubang simetris tidak dijumpai peradangan
dan pendarahan.
TelingaBentuk anatomi,telinga normal,ukuran simetris tidak
dijumpai peradangan dan penumpukan serumen.Kebersihan baik dan
fungsi pendengaran normal.Mulut dan Faring
Kebersihan mulut dan gigi cukup keadaan bibir lembab, tidak ada
stomatitis, pada pemeriksaan gigi dan gisi tidak ditemukan
gingivitis (radang gusi) lidah dan faring tidak ditemukan
peradangan dan pendarahan.Pemeriksaan integumentSuhu hangat,warna
kulit sawa matang,tidak ada interuskebersihan cukup dan ditemukan
edema.Pemeriksaan Thoraks
Inpeksi thoraks
Bentuk simetris,frekuensi pernafasan 22 x/ menit,dengan irama
vesikuler tidak jumpa tanda-tanda kesulitan bernafas.
Pemeriksaan paru-paru
Pada pemeriksaan palpasi getaran suara dengan vocal premitus
taktil kiri dan kanan simetris,perkusi kedua lapang paru terdengar
dan tidak ditemukan adanya suara tambahan seperti weezing,ronchi
dan crakles.
Pemeriksaan jantung
Inpeksi dengan pemeriksaan warna kulit dan membrane mukosa,
kuku, jari pada dasar kuku tidak ditemukan sianosis. Perkusi pada
jantung dalam atas normal yaitu pada bagian ICS II kiri, kanan pada
ICS III, IV, pemeriksaan Auskultasi jantung I terdengar paling
keras pada daerah mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung II
terdengar paling keras pada daerah aorta dan pulmonal pada klien
ini tidak ditemukan bunyi jantung tambahan seperti mur-mur,
frekuensi,100x/mnt.
Pemeriksaan Abdomen
Abdomen datar dan lembut tidak ada luka bekas operasi normal
terkandung kemih, masa padat dibawah abdomen bawah teraba saat di
palpasi. Banyak pembuluh darah tidak terlihat, auskultasi,
peristaltik usus 15x/mnt, hepatomegaly, splenomegaly dan Ascites.
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
Pada genitalia klien rambut pubis merata, kebersihan cukup,
tidak ada infeksi ditemukan pembesaran kelenjar prostat dan
hemoroid.
Pemeriksaan muskuloskletal / ekstremitas
Otot pada ekgtremitas atas bawah simetris antara sebelah kanan
dan kiri pada ekstremitas atas klien mampu melakukan gerakan pada
kedua tangannya dengan skala 5,mampu mengenggam mampu melakukan
gerakan rotasi akan tetap. Pada ekstremitas atas sebelah kiri /
tangan kiri terpasang infus NacL 0,9 % dgn gtt : 20 x/ mnt. Pada
ekstremitas bawah sebelah kanan klien mampu melakukan gerakan pada
skala 5 (kekuatan otot). Pada pergerakan kaki kanan dan kiri klien
mampu melakukan gerakan fleksi, rotasi, abdukasi, dan aduksi.
2.1.4.3 Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran
Pemeriksaan kesadaran dengan pengukuran objek (GCS) mununjukkan
skala respon 15 dengan klasifikasi respon membuka mata (4), respon
verbal (5) dan respon materik (6).
2. Meningeal Sign
Tidak dijumpai kaku duduk yang dialami klien.3. Status
Emosional
Kondisi emosional dan perasaan klien terkadang labil,orientasi
klien dapat mengenal orang tempat waktu serta dapat mengingat
dengan baik.2.1.4.4. Pemeriksaan Neurologi
a. Nervus olfaktorius / N1
Klien dapat mengidentifikasi dengan baik,dapat membedakan bau
obat dan susu.
b. Nervus optikus / N II
Ketajaman penglihatan klien berkurang / kabur.
c. Nervus ekulomotorius / N III Trochealaris / N IV,Abdusen / N
V
Pada pemeriksaan pupil klien isokar, pergerakan pada mata dapat
mengikuti gerak tangan.
d. Nervus trigeminus /N VI
Klien dapat merasakan sentuhan, reflex kornea baik, mampu
menggigit dan mengunyah, tonus otot utuh.e. Nervus fasialis /N VII
dan Nervus vegtibulococlearis / N VII
Klien dapat tersenyum dan mengembungkan pipi,klien dapat
merasakan rasa manis, asin, dan nervus vestibulococlearis pada
pemeriksaan telinga klien yaitu ketajaman pendengaran baik /
normal.
f. Nervus glessefaringeus/N IX vagus/N Xt
Klien dapat menelan dengan baik dan suara tidak serak dalam
berbicara.
g. Nervus asoserius/N XI
Klien mempunyai ukuran dan kekuatan otot trapezius secara
bilateral sama dengan gerakan kedepan,klien dapat mengangkat
bahu,mumutar kepala dan mengangguk.
h. Nervus hipogiesus/N XII
Klien dapat mengerakkan dan menjulurkan lidah.Fungsi motorik
Klien dalam keadaan bedreg,pada saat dilakukan jari hidung klien
dapat menyentuh hidungnya dank lien mempunyai koordinasi
baik.Fungsi sensorik
Mengidentifikasi sentuhan ringan klien dapat merasakan sentuhan
rasa panas dan dingin,dapat mengidentifikasi uang logam yang
diletakkan di tangannya dan ada pemeriksaan streognosis pada test
graphestesia dapat memberlakukan dua dan dapat membedakan bagian
tubuh.
Refleks
Reflex trisep klien mampu ekstensi jari tengah. Refleks patella
tidak dapat melakukan karena klien masih bedrest.
2.1.4.5 Riwayat psikologi dan sosial
Riwayat psikologi
Dalam kehidupan sehari-hari bahasa yang digunakan adalah bahasa
daerah(Palembang).klien yakin penyakitnya akan sembuh.konsep diri
klien baik,hal ini ditandai dengan klien dapat menerima keadaan
dirinya dank lien berharap segera sembuh dari penyakitnya,dan dapat
berkumpul dengan keluarganya dirumah,serta klien cepat melakukan
aktifitasnya seperti biasa.Klien dapat beradaptasi dengan baik
dengan lingkungannya dimana klien dirawat.Akan tetapi klien Nampak
cemas dan gilisah selama dirawat karena penyakit yang
dialaminya.
Riwayat Sosial
Hubungan klien dengan lingkungan sekitarnya
baik,kuluarga,saudara,dan tetanganya yang dating untuk berkunjung
pada waktu perawat dan dokter mengajak berkomunikasi klien tampak
kooperatif,ada kontak mata terhadap lawan bicara.
2.1.6 Pemeriksaan Laboratorium
TanggalJenis pemeriksaanHasilNilai normalSatuan
Juni 2010Hematologi
Haemoglobin Trombosit
Leukosit Hitung Jenis :
Basofil
Eosinofil
Batang
Segment
Limfosit
Monosit11,4
214000
9300
0
2
0
71
6
1L : 14 18 P : 12 16
200.000 500.000
5000 10.000
0 1
1 3
2 6
50 70
20 40
2 8g/dl
mm3
mm3
%
%
%
%
%
%
Juni 2010Kimia Darah
Ureum
Kreatinin
Natrium
Kalium
BSS17
1,7
152
3,9
9215 39
L : 0,9 1,3 P : 0,6 1,6
135 155
3,5 55Mg / dl
Mg / dl
MmoL/ I
MmoL / I
Mg / dl
Juni 2010Urine
Sel epitel
Eritrosit
Silinder
Kristal
Leukosit+
0 1
-
-
1 2
Radiologi
Pada klien Tn. H tidak dilakukan pemeriksaan radiologi.
USG.
2.1.8 Analisa data
Data (Symptom)EtiologiMasalah (Problem)
Data Subjektif :
Klien mengatakan sering berkemih 12 kali dalam semalam.Data
Objektif:
Klien terpasang dower kateter tertampungnya urin di urin bag
sebanyak 200 cc warna coklat gelap, hasil laboratorium
Kimia darah :
Ureum = 17 mg/dL
Kreatinin =1,7 mg/dL
Urine :
Kristal = (+)
Silinder = (+)Hipertropi Prostat
Dilatasi sekitar obstruksi
Terjadi fase penebalan / konvensasi
Retensio urine kronikRetensio urin kronik
Data subjektif :
Klien mengatakan nyeri saat berkemih
Data Objektif :
Klien terpasang dower kateter, klien tampak meringis, hasil
laboratorium
Kimia darah :
Ureum = 17 mg/dL
Kreatinin =1,7 mg/dL
Urine :
Kristal = (+)
Silinder = (+)
Hematologi hitung jenis :
Segment = 71%
Limfosit = 6%
Monosit = 1%
Tertampungnya urine di urin bag 200 cc warna coklat
gelapHipertropi Prostat
Dilatasi sekitar obstruksi
Terjadi fase penebalan / konvensasi
Retensio urine kronik
Terjadi pengkristalan urin di dalam vesika dan infeksi
Nyeri
Nyeri
Data Subjektif :
Klien sering bertanya tentang penyakit dan tindakan yang akan
dilakukan
Data Objektif :
Klien tampak cemas
Vital sign :
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 98 x/menit
RR : 22 x/menit
Klien akan di operasi tanggal 16 juni 2010
Hipertropi prostat
Kurang pengetahuan tentang penyakitnya
Tidak mengetahuinya tindakan yang akan dilakukan / tindakan
operasi (TURP)
CemasCemas
2.1.9 Prioritas Masalah1. Retensio urine kronik berhubungan
dengan pembesaran prostat
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa dan distensi kandung
kemih
3. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan
tindakan bedah TURP.
2.2 Diagnosa Keperawatan
NoDiagnosa KeperawatanDitemukanDipecahkan
TanggalParafTanggalParaf
1.Retensio urine kronik berhubungan dengan pembesaran prostat12
Juni 201013 juni 2010
2.Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa dan distensi kandung
kemih14 Juni 201015 juni 2010
3.Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan
tindakan bedah TURP.15 Juni 201016 Juni 2010
2.3 Intervensi Keperawatan
NoDiagnosa keperawatanPerencanan
TujuanIntervensiRasionalisaasi
1.Retensio urine kronik berhubungan dengan pembesaran prostat
ditandai dengan :
Data Subjektif :
Klien mengatakan sering kemih 12 kali dalam semalam
Data Objektif :
Klien terpasang dower kateter tertampungnya urin di urin bag
sebanyak 200 cc warna coklat gelap, hasil laboratorium
Kimia darah :
Ureum = 17 mg/dL
Kreatinin =1,7 mg/dL
Urine :
Kristal = (+)
Silinder = (+)Tupan :
Urine keluar lancar
Tupen :
Dalam jangka waktu 1 X 24 jam frekuensi kemih klien menurun
dengan kriteria hasil
-frekuensi kemih 6 X semalam
-warna urine kuning
-kimia darah
Ureum = 20 mg/dL
Kreatinin = 0,5 mg/dL
-urine
Kristal = (-)
Silinder = (-)-Dorong klien untuk berkemih bila tiba-tiba
dirasakan tiap 2-4 jam
-Observasi aliran urine, ukuran dan kekuatan-Kolaborasi dengan
tim medis dalam pemberian terapi obat ditrepan-untuk meminimalkan
retensio urine distensi berlebihan pada kandung kemih
-Untuk mengevaluasi obstruksi dan melanjutkan intervensi-Untuk
menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan dengan iritasi dari
kateter.
2.Data Subjektif :
Klien mengatakan nyeri saat berkemih
Data Objektif :
Klien terpasang dower kateter, klien tampak meringgis
Tertampungnya urine di urin bag 200 cc warna coklat gelap
Hasil laboratorium :
Kimia darah
Ureum = 17 mg/dL
Kreatinin =1,7 mg/dL
Urine :
Kristal = (+)
Silinder = (+)
Hematologi hitung jenis
Segment = 71%
Limfosit = 6%
Monosit = 1%
Tupan :
Nyeri klien hilang saat berkemih
Tupen :
Dalam jangka waktu 1 X 24 jam nyeri klien berkurang dengan
kriteria hasil :
-urine keluar melalui kateter
-warna urine kuning
-kimia darah
Ureum = 20 mg/dL
Kreatinin = 0,5 mg/dL
-urine
Kristal = (-)
Silinder = (-)
-Hematologi hitung
Segment = 50%
Limfosit = 20%
Monosit = 2%-Kaji lokasi, intensitas dan lamanya nyeri
-Ajarkan teknik relaksasi /latihan nafas dalam
-kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat
eperidin-Memberikan informasi dalam mementukan keefektifan
intervensi
-Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan klien
-Untuk menghilangkan nyeri berat, memberikan relaksasi mental
dan fisik
4.Data Subjektif :
Klien sering bertanya tentang penyakit dan tindakan yang akan
dilakukan
Data Objektif :
Klien tampak cemas
Vital sign :
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 98 x/menit
RR : 22 x/menit
Klien akan di operasi tanggal 16 juni 2010
Tupan :
Rasa cemas klien hilang
Tupen :
Dalam jangka waktu 1 X 24 jam rasa cemasklien berkurang dengan
kriteria hasil :
-klien menerima keadaan penyakitnya dan tindakan bedah
-klien tampak tenang
-vital sign :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 70 x/menit
RR : 22 x/menit-Kaji tingkat kecemasan klien
-berikan informasi tentang prosedur yang akan dilakukan
-Dorong klien untuk mengungkapkan permasalahannya-Untuk
mengurangi rasa cemas yang dialami oleh klien
-untuk membantu pasien memahami tujuan dari operasi
-Untuk mendefinisikan masalah, memperjelas kesalahan konsep dan
solusi pemecahan masalah.
2.4 Implementasi Keperawatan
TanggalWaktuPelaksanaan dan evaluasiDPParaf
Juni 201008.00-08.10 WIB-Menganjurkan klien untuk berkemih bila
tiba-tiba dirasakan tiap 2-4 jam
-Mengobservasi aliran urine,
-Berkolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat ditrepan
3X1 tablet
Evaluasi : tidak teratasi tanggal 14 juni 2010
-Klien berkemih tiap 2 jam sekali
-urin mengalir dengan lancar sebanyak 200 cc/24 jam yang
tertampung di urin bag
-obat ditrepan diminum teratur yaitu 3X1 tablet
Juni 201008.00-09.10 WIB-Mengkaji lokasi nyeri, intensitas
(skala 1-10) dan lamanya
-Mengajarkan teknik relaksasi / latihan nafas dalam
-Berkolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat eperidin
3X1 tablet
Evaluasi : teratasi sebagian tanggal 15 juni 2010
-Skala nyeri 8, dikandung kemih dan lamanya 10 menit
-Klien melakukan teknik relaksasi/nafas dalam
-Obat eperidin diminum teratur oleh klien yaitu 3X1 tablet
Juni 201008.00-09.00 WIB-Mengkaji tingkat kecemasan klien dengan
skala 1-3 (ringan, sedang, berat)
-Memberikan informasi tentang prosedur dan tes khusus yang akan
dilakukan seperti kateter, urine berdarah, iritasi kandung kemih
dan prosedur tindakan bedah
-Menganjurkan klien untuk mengungkapkan permasalahannya
Evaluasi :
-Cemas klien skala 2 (sedang)
-Klien mengetahui penyakitnya dan tindakan prosedur bedah
-Klien akan di operasi
2.5 Evaluasi keperawatan
TanggalDPCATATAN PERKEMBANGANPARAF
Juni 20101S = Klien mengatakan sering kemih 12 kali semalam.
O = Klien terpasang dower kateter.
-Tertampungnya urin di bag 200cc warna coklat gelap.
- Hasil laboratorium
Kimia darah
* Ureum=17mg/dl
* creatinin=1,7mg/dl
Urine
* Kristal=(+)
* Silinder(+)
A = Masalah tidak teratasi
P = Intervensi dilanjutkan:
- Anjurkan klien untuk berkemih bila tiba-tiba dirasakan tiap
2-4 jam
- Observasi aliran urine,ukuran dan kekuatan.
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat
ditropan.
I = - Implementasi dilanjutkan
- Menganjurkan klien untuk berkemih bila tiba-tiba dirasakan
tiap 2-4 jam.
- Observasi aliran urin ukuran dan kekuatan.
- Berkolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat Ditropan
3X1 tablet.
E = - Klien berkemih tiap 2 jam sekali
- Urin mengalir dengan lancer sebanyak 500cc/24 jam yang
tertampung diurin bag.
- Obat Ditropan diminum teratur yaitu 3X1 tablet.
R = -
2S = Klien mengatakan nyeri saat berkemih
O = - Klien tampak meringgis
- Klien terpasang dower kateter
- Tertampungnya urine di urin bag 200cc warna coklat gelap.
- Hasil laboratorium
Kimia darah
*Ureum=17mg/dl
*Creatinin=1,7mg/dl
Urine
*Kristal=(+)
*Silinder=(+)
Hematologi : hitung jenis
*Segment=71%
*Limfosit=6%
*Monosit=1%
A = Masalah tidak teratasi
P = - Kaji lokasi,intensitas dan lamanya nyeri
- Ajarkan teknik relaksas/latihan nafas dalam.
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat
epiridin.
I = Implementasi dilanjutkan
-Mengkaji lokasi nyeri,intensitas (skala 1-10) dan lamanya.
-Mengajarkan teknik relaksasi/latihan nafas dalam.
-Berkolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat epiridin
3X1 tablet.
E = -Skala nyeri 8,dikandung kemih 10 menit.
-Klien melakukan teknik relaksasi/nafas dalam.
-Obat epiridin diminum teratur oleh klien yaitu 3X1 tablet.
R = -
3S = Klien sering bertanya tentang penyakit dan tindakan yang
akan dilakukan.O = -Klien tampak cemas
-Vital sign :
TD=130/90mmHg
Nadi=98x/mnt
RR=22x/mnt
A = Masalah tidak teratasi
P = Intervensi dilanjutkan:
-Kaji tingkat kecemasan klien.
-Berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus yang akan
dilakukan.
-Anjurkan klien untuk mengungkapkan permasalahannya.
I = Implementasi dilanjutkan
-Mengkaji tingkat kecemasan klien dengan skala
1-3(ringan,sedang,berat)
-Memberikan informasi tentang prosedur dan tes khusus yang akan
dilakukan seperti kateter urin berdarah,iritasi kandung kemih,dan
prosedur tindakan bedah
-Menganjurkan klien untuk mengungkapkan permasalahannya.
E = -Cemas klien skala 2 (sedang)
-Klien mengetahui penyakitnya dan tindakan prosedur bedah.
-Klien akan dioperasi.
R = -
Juni 20101S = Klien mengatakan sering kemih 12 kali semalam.
O = -Klien terpasang dower kateter.
-Tertampungnya urin diurin bag 200cc warna coklat gelap.
P = Intervensi dihentikan(klien diopersi)
I = -
E = -Klien terus-menerus kemih frekuensi 12 kali semalam.
-Klien dioperasi.
R = -
2S = -Klien mengatakan nyeri berkurang saat berkemih
O = -Klien tampak bedrest
-Klien terpasang dower kateter.
-Urin didalam urin bag sebanyak 200cc warna coklat gelap.
A = Masalah teratasi sebagian
P = Intervensi dihentikan (klien dioperasi).I = -
E = -Skala nyeri 7
-Obat epiridin diminum teratur oleh klien yaitu 3X1 tablet.
R = -
3S = Klien mengatakan tidak cemas terhadap penyakitnya dan
prosedur tindakan bedah yang akan dilakukan.
O = Klien tampak tenang
I = -
E = -Klien mengetahui penyakit yang dialaminya.
-Klien tampak tenang
-Klien akan dioperasi.
R= -
28